Handout Dasar-Dasar Ilmu Tanah

2/26/2014

BAB XIII
PENGELOLAAN TANAH
OLEH:

DR. IR. TETI ARABIA, M.S.
DR. IR. SYAKUR, M.P.
IR. MANFARIZAH, M.SI.

PENDAHULUAN
merah kuning (yellow-red soils)
meliputi bagian terbesar lahan di Indonesia,
mulai dari tepi pantai yang landai atau
berombak hingga pegunungan tinggi yang
berbukit atau bergelombang, dengan iklim
agak kering sampai basah, terbentuk dari
batuan beku, batuan sedimen, atau batuan
metamorf.
 Tanah merah terbentuk hampir di seluruh
tanah air, kecuali beberapa pulau Nusa

Tenggara dan Maluku Selatan.
 Tanah-tanah

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

 Soepraptohardjo

(1961) membedakan tanah
merah menjadi tanah Podsolik Merah Kuning,
Lateritik (merupakan tanah-tanah tua, dan
sebagian Latosol (Latosol Coklat dan Coklat
Kekuningan termasuk Inceptisol), serta
Mediteran Merah.
Pengelolaan Lahan Kering
 Podsolik Merah Kuning adalah tanah yang
terbentuk dari bahan induk batuan beku
masam hingga intermedier, batuan endapan
tua (tertier atau lebih tua), atau batuan
metamorf, dengan curah hujan yang tinggi,
bereaksi masam dan brwarna merah atau

kuning

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

 Mengingat

beberapa kendala pada Ultisol
(Podsolik Merah Kuning) baik ditinjau dari segi
fisik, kimia, maupun biologi tanah, seperti bahan
organik rendah sampai sedang, kemasaman dan
Al dapat ditukar (dd) tinggi, kandungan N, P, K,
KTK dan KB rendah, serta sangat peka erosi.
 Seyogyanya pemanfaatan Ultisol tidak tepat
untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif,
dalam arti jangan ditanami tanaman semusim
sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dan lebih
ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai
jenis tanaman leguminosa.
 Agar sisa-sisa tanaman tersebut dapat
dikembalikan ke dalam tanah sebagai pupuk hijau.


Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

daerah-daerah yang datar apabila
tersedia air yang cukup, Ultisol juga masih
mungkin untuk dikembangkan sebagai lahan
persawahan.
 Dengan catatan harus kegiatan persawahan
untuk meningkatkan produksi pertanian,
dengan melakukan usaha diberi pupuk yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan hara bagi
pertumbuhan padi. Dengan demikian
produktivitas lahan dapat berfungsi optimal

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

 Pada

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt


ALFISOL

(Sumber: Wikipedia, 2011)

PPT: Red Mediterranean Soil (Terra Rossa)
FAO: Chromic Luvisols
USDA: Rdodustalf

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

1

2/26/2014

Pengelolaan Lahan Rawa
 Rawa-rawa (swamp) adalah suatu daerah yang
terletak di tempat yang rendah, lahannya
bersepon (spongy), umumnya kelembabannya
sangat jenuh dan tidak cocok untuk pertanian
dan pastura.

 Di Indonesia dan di tempat-tempat lain
tanah-tanah rawa terutama rawa mangrove
(rawa bakau), yaitu rawa asin atau payau di
sepanjang pantai dimana ditumbuhi pohon
mangrove dalam jumlah yang banyak. Rawa
mangrove dapat dibedakan dari tanah-tanah
bukan mangrove paling tidak dalam tiga hal:
Lateritik
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

1.Salinitas yang tinggi
- Daya hantar listrik (DHL) dari ekstrak jenuh air
pada suhu 25 °C adalah > 4 mmhos cm-1, yang
setara dengan kandungan garam > 0.25%, sedangkan
DHL air payaunya > 2 mmhos cm-1. Pada umumnya di
tanah-tanah mangrove konduktivitas listrik pada suhu
25 °C adalah 20 - 35 mmhos cm-1, atau kandungan
garam ≥ 0.8%.
• Di samping itu alkalinitas juga tinggi, yang tercermin
dari nilai persentase Na dd yang tinggi (ESP) > 15%,

dan nisbah Na terjerap (SAR) > 13. ESP
menunjukkan jumlah kation Na yang terjerap pada
kompleks pertukaran dari koloid tanah dan dapat
dihitung:
• ESP = umumnya nilai ESP tanah mangrove 20 - 50%.
• SAR = umumnya nilai SAR tanah mangrove 15-40%
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

 Cat Clay
Cat clay adalah: bahan liat di dalam tanah
yang mengandung sejumlah sulfida atau sulfat.

Biasanya terbentuk pada dasar-dasar laut dan
dalam tanah payau pasang surut atau air
garam. Sulfida-sulfida berasal dari kalsium
sulfat yang terdapat dalam air laut.

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt


 Kematangan

yang rendah
mineral dikatakan tidak matang
(kematangan rendah) jika tanah-tanah tersebut
sangat lunak dan mudah mengalir sesuai dengan
sangat tingginya kadar air dalam keadaan lapang.
 Kematangan tanah biasanya dicerminkan dengan
pernyataan n-value dihitung dengan rumus:
 n = (A – 0.2 R) / (L + 3 H), dimana:
A = persentase air tanah pada kondisi lapang
dihitung pada tanah kering mutlak
R = persentase debu + pasir
L = persentase liat; dan
H = persentase bahan organik (C-organik x
1.724)
 Tanah-tanah

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt


Pengelolaan Tanah Sulfat Masam
 Fasilitas drainase dpt mempercepat oksidasi
pirit, dan irigasi untuk pembersihan bahanbahan beracun, kesuburannya tanah menurun,
 Perlu dipupuk unsur P dan K, membutuhkan
investasi yang tinggi. Menurut van Breemen &
Pons (1978) pemberian 150 ton ha-1 kapur
dapat menetralisir sebagian asam dari 50 cm
tanah yang mengandung 3% pirit.
 Digunakan untuk aquaculture (budidaya air)
untuk dibuat tambak, cocok pada lingkungan
coastal.
 Atau dibiarkan di bawah vegetasi alami.
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

2

2/26/2014

Profil tanah sulfat masam

(Sulfaquept)
(Sumber: D. Shiddieq)

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Dampak utama yang ditimbulkan akibat
pengelolaan/konversi rawa mangrove menjadi lahan
pertanian atau perikanan adalah:
 Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di
perairan pertanian, perikanan, dan lepas pantai yang
memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai daerah
asuhan (nursery ground) larva, dan/atau stadium
muda ikan dan udang.
 Pendangkalan perairan pantai karena pengendapan
sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi
mengendap di hutan mangrove.
 Intrusi garam melalui saluran-saluran alam yang
bertahan keberadaannya atau melalui saluran-saluran
buatan manusia yang bermuara di laut.
 Erosi garis pantai yang sebelumnya ditumbuhi


mangrove

Kondisi permukaan tanah lahan sulfat masam
(Sulfaquept)
(Sumber: I.G.M. Subiksa dan Diah Setyorini )
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Pengelolaan Lahan Sawah
 Tanah sawah adalah tanah yang digunakan
untuk bertanam padi sawah, baik secara terus
menerus sepanjang tahun maupun bergiliran
dengan tanaman palawija.
 Istilah tanah sawah, bukan merupakan istilah
taksonomi, tetapi merupakan istilah umum,
seperti halnya tanah hutan, tanah
perkebunan, tanah pertanian, dan sebagainya

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt


 Padi

merupakan satu-satunya tanaman pangan
utama yang dapat tumbuh pada tanah yang
tergenang, karena kemampuannya untuk
mengoksidasi daerah perakarannya.
 Penggenangan menyebabkan serangkaian
perubahan sifat-sifat fisika, kimia, dan
biologi, yang menghasilkan suatu tata
hubungan tanah-tanaman yang sama sekali
berbeda dengan yang dapat diamati pada
tanaman lainnya.

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Pengelolaan Lahan Kering yang Disawahkan
 Menurut (Hardjowigeno dan Rayes, 2005)
tanah Aluvial sifat-sifat tanahnya sangat
beragam, tanah-tanah ini tdapat di wilayah
iklim humid (Sumatera, Jawa Barat) hingga
semi-arid (Nusa Tenggara terutama Sumba
dan Lombok).
 Tanah-tanah ini terletak pada berbagai
ktinggian mulai dataran aluvial, teras sungai,
daerah cekungan, lahan rawa-rawa, lahan
pasang surut, hingga lembah antar
pegunungan.
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

3

2/26/2014

Ap(g fe)
10R 4/6
ABd

7.5YR 4/2
10YR 5/3

Bo(mn)

Mn 10YR 2/1
(hitam)

Ap

Fe 5YR 4/6 > 20%
(merah
kekuningan)
10YR 4/2

Bo1

Bg

Endo
BCg

Bo2

Inceptisol
(Aquept)

Oxisol
(Aquox)
Sumber: T. Arabia, 2009

Sumber: T. Arabia, 2009

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

 Membuka

tanah-tanah Aluvial untuk padi
sawah, perlu diperhatikan faktor penghambat
dan bahaya yang ada pada masing-masing
daerah.
 Di daerah humid, keadaan tanah yang masam,
miskin hara dan bahaya banjir harus diatasi,
sedangkan di daerah kering bahaya salinitas
dan alkalinitas harus diperhatikan, serta
pengelolaan air dan penyediaan air.
 Produksi padi bervariasi, pada daerah-daerah
yang subur rata-rata 5 ton ha-1, daerah
dengan penanaman yang tidak begitu intensif
hasilnya sebesar 2 ton ha-1.
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

 Andosol

yang disawahkan tidak terlalu luas ±
50 000 ha, karena padi tumbuh baik hanya
pada ketinggian < 500 m, sedangkan Andosol
umumnya ditemukn pada ketinggian > 1000 m
dari permukaan laut. Di daerah yang lebih
dingin dan kurang sinar matahari, umur padi
menjadi lebih panjang (6 - 7 bulan).
 Lahan Andosol biasanya berlereng dan padi
ditanam pada lereng yang diteras yang
kadang-kadang sangat curam. Lahan Andosol
yang disawahkan tersebar di Jawa, Bali, dan
Sumatera Utara & produksi padi rata2 3 ton
ha-1.
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Ad(fe)

 Pada

Latosol Coklat produksi padi rata-rata 4
ton ha-1, sedangkan pada latosol Merah 2 - 3
ton ha-1. Pada daerah ini pergiliran padi
sawah dengan tanaman palawija biasa
dilakukan, dengan luas tanah sawah Latosol
sekitar 900 000 ha.
 Melalui program BIMAS di wilayah sub-humid
diperoleh produksi padi sebesar 5 ton ha-1,
sedangkan di wilayah yang lebih humid
produksinya sekitar 4 ton ha-1. Daerah padi
sawah regosol merupakan daerah yang
terpadat penduduknya (> 2000 orang km-2) di
Indonesia, seperti halnya di Yogyakarta dan
Bali.
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Pengelolaan Lahan Basah yang Disawahkan
 Tanah rawa-rawa yang disawahkan
“dikeringkan” dahulu dengan membuat saluran
drainase. Sawah yang dikembangkan di
daerah rawa-rawa pasang-surut disebut
sawah pasang-surut, sedangkan yang
dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak
disebut sawah lebak.
 Lahan rawa pelembahan dan lebak yang
disawahkan terdapat di daerah yang hampir
datar atau cekungan dengan drainase jelek
dan muka air tanah yang dangkal serta
tergenang atau kebanjiran selama periodeperiode tertentu dalam setahun.
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

4

2/26/2014

Penataan lahan dengan sistem surjan.
Tabukan untuk Padi, guludan untuk Palawija

Surjan dengan komoditas Padi dan Ubijalar
(Sumber: Sri Najiyati, Lili Muslihat, I Nyoman N. Suryadiputra, 2005)

(Sumber: Sri Najiyati, Lili Muslihat, I Nyoman N. Suryadiputra, 2005)
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Padi sawah di lahan bergambut.
Sistem sawit dupa (kiri), siap panen (tengah) dan aktivitas panen(kanan)
(Sumber: Sri Najiyati, Lili Muslihat, I Nyoman N. Suryadiputra, 2005)

Sistem wanatani Padi - Pisang pada lahan surjan
(Sumber: Sri Najiyati, Lili Muslihat, I Nyoman N. Suryadiputra, 2005)
Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

 Biasanya

lahan ini dijumpai di sepanjang
lembah sungai, rawa di berlakang tanggul
sungai (back-swamp) dan cekungan- cekungan
dataran aluvial yang luas (Kalteng dan
Sumsel).
 Selain tanah-tanah mineral di daerah ini juga
ditemukan tanah gambut. Sawah di daerah
rawa pelembahan dikembangkan dengan
„mengeringkan‟ rawa dengan pembuatan saluran
drainase

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

 Sawah

rawa lebak dilakukan dengan menanam
padi baik di awal musim hujan, pda waktu air
genangan masih rendah & padi terus tumbuh
seiring dengan meningkatnya air genangan.
 Tanaman padi sawah yang ditanam
menggunakan varitas lokal yg ditanam sekali
dalam setahun, dengan hasil berkisar 2.0 2.5 ton ha-1.

Teti Arabia, dkk./Dasar-dasar Ilmu Tanah/Agt

5