RKPD BAB 2 EVALUASI HASIL KINERJA PEMB DAERAH

(1)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

8

BAB. II

EVALUASI DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

A. Gambaran Umum Kondisi Daerah 1. Aspek Geografis dan Demografis

a. Aspek Geografis

1) Letak, Luas, dan Batas Wilayah

Kota Palopo secara gegrafis terletak antara 20 53’ 15” dan 30 04’ 08” Lintang Selatan dan 1200 03’ 10” BT dan 1200 14’ 34” Bujur Timur. Di sebelah Utara, Kota Palopo berbatasan dengan Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tondon Nanggala Kabupaten Toraja Utara. Kota Palopo memiliki luas wilayah sekitar 247,52 km2 yang terbagi atas 9 kecamatan dan 48 kelurahan.

Posisi Kota Palopo secara geografis berada pada koordinat 20 53’ 15’’ – 30 04’ 08’’ Lintang Selatan dan 1200 03’ 10’’– 1200 14’ 34’’ Bujur Timur. Adapun batasan administrasi Kota Palopo terdiri dari :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu; - Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu; dan - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.

Adapun luas Kota Palopo diperinci menurut wilayah kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan Gambar 2.1. memperlihatkan peta konstelasi Kota Palopo terhadap Provinsi Sulawesi Selatan dan Gambar 2.2. Peta Administrasi Kota Palopo. Untuk lebih jelasnya luas wilayah Kota Palopo, dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :


(2)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

9 Tabel 2.1.

Luas Wilayah Kota Palopo Dirinci Per Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Prosentase (%)

1. Wara Selatan 10,66 4,31

2. Sendana 37,09 14,98

3. Wara 11,49 4,64

4. Wara Timur 12,08 4,88

5. Mungkajang 53,80 21,74

6. Wara Utara 10,58 4,27

7. Bara 23,35 9,43

8. Telluwanua 34,34 13,87

9. Wara Barat 54,13 21,87

Jumlah 247,52 100,00

Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2013

2) Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kota Palopo meliputi ketinggian antara 0 – 1.500 m dari permukaan air laut (dpl) dengan tingkat kemiringan lereng antara 0–2 %, 2–15 %, 15–40 %, dan > 40 %. Adapun tingkat kemiringan lereng Kota Palopo berdasarkan luas wilayahnya yang terluas adalah wilayah dengan tingkat kemiringan lereng 2 – 15 % dengan luas 76,677 Km2 sedangkan tingkat kemiringan lereng dengan luas wilayah terkecil adalah tingkat kemiringan lereng 15 % - 40 % dengan luas wilayah 57,989 Km2. Untuk lebih jelasnya, luas wilayah berdasarkan tingkat kemiringan lereng Kota Palopo menurut kecamatan ditunjukkan dalam Tabel sebagai berikut :


(3)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

10 Tabel 2.2.

Luas Wilayah Berdasarkan Tingkat Kemiringan Lereng Kota Palopo Menurut Kecamatan

No Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Tingkat Kemiringan Lereng (Km2) 0-2

%

2–15 %

15–40 %

> 40 %

1. Wara Selatan 10,66 7,462 1,066 2,132 -

2. Sendana 37,09 5,564 - 22,254 9,272

3. Wara 11,49 11,490 - - -

4. Wara Timur 12,08 12,080 - - -

5. Mungkajang 53,80 2,690 - 16,140 34,97

6. Wara Utara 10,58 6,348 2,116 2,116 -

7. Bara 23,35 7,005 2,335 14,010 -

8. Tellu Wanua 34,34 24,038 3,434 6,868 -

9. Wara Barat 54,13 - - 5,413 48,717

Jumlah 247,52 76,677 8,951 68,933 57,989

Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2013

Kondisi ketinggian, bervariasi ini menunjukkan 62,85 % dari total luas wilayah merupakan daerah ketinggian 0-500 mdl, 24,76 % terletak di ketinggian 501-1.000 mdl, dan sekitar 12,39 % terletak diatas ketinggian lebih dari 1.000 mdl. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut.


(4)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

11 Tabel. 2.3

Kondisi Topografi Kota Palopo Menurut Kecamatan No Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Tingkat Ketinggian Daerah (Mdl) 0 - 25 26 -

100

101-500

501-1000 > 1000 % 1 Wara

Selatan

10,66 7,462 1,066 - 2.132 -

2 Sendana 37,09 5,564 - 22,254 9.272 -

3 Wara 11,49 11,490 - - - -

4 Wara Timur 12,08 12,080 - - - -

5 Mungkajang 53,80 2,690 - 16,140 13.450 21.520

6 Wara Utara 10,58 6,348 2,116 2,116 - -

7 Bara 23,35 7,005 2,335 14,010 - -

8 Tellu Wanua 34,34 24,038 3,434 6,868 - -

9 Wara Barat 54,13 - - 5,413 35.184 13.533

Jumlah 247,52 8,17 8,951 66,801 60.038 35.053

Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2013

Keadaan permukaan tanah bergunung dan berbukit terutama pada sebelah Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Toraja Utara. Daerah dengan kondisi topografi relatif rendah dan berbukit pada bagian Utara. Sedangkan bagian Timur merupakan daerah pantai yang membujur dari Utara ke Selatan dengan panjang pantainya kurang lebih 25 Km. Bagian Selatan berbukit terutama bagian Barat, sedangkan bagian lainnya merupakan dataran rendah yang datar dan bergelombang.

3) Kondisi Geologi

Struktur batuan di Kota Palopo pada umumnya terdiri dari 3 jenis batuan beku. Batuan metamorf dan batuan vulkanik serta endapan alluvial yang hampir mendominasi seluruh wilayah Kota Palopo. Batuan


(5)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

12 beku yang dijumpai secara umum terdiri dari intrusi batuan beku granit dan gebro serta beberapa intrusi kecil lainnya. Kemudian dijumpai pula batua beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku yang bersusunan balstik hingga andesitik.Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan batuan metamorf yang dijumpai meliputi batuan meta sedimen. Batuan vulkanik yang dijumpai terdiri dari tufa dan breksi vulkanik. Sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri dari material-matrial bersusunan berangkal, kerakai, kerikil, pasir hingga lempung, kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan dan bangunan Kota Palopo.

Kota Palopo mempunyai struktur batuan yang merupakan bahan galian sebagai bahan induk pembentuk tanah, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut;

a. Bahan tanah liat untuk pembentuk batu bata, banyak diupayakan oleh masyarakat di areal sawah di Kecamatan wara, wara selatan. b. Batuan endapan sungai berupa sirtu (pasir dan batu), banyak

terdapat di sungai latuppa didominasi oleh batuan beku yang merupakan batuan sedimen beku, ukurannjya bervariasi dari yang sangat besar sampai yang kecil dan merupakan pecahan batu sampai butiran.

c. Bahan galian atau butiran emas, terdapat di sungai Latuppa pada bagian hulu di atas bukit, merupakan daerah bekas penambangan emas di beberapa tempat pada zaman belanda. Pada saat ini masih diolaholeh masyarakat secara tradisional.

d. Batuan sedimen, menyebar di bagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.

e. Batuan terobosan, yang menyebar di bagian utara yang merupakan daerah pegunungan.


(6)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

13 Jenis batuan lainnya yang merupakan pelapukan bahan pembentuk tanah, yang mempunyai kandungan potensial di Kota Palopo, adalah ;

a. Batuan gamping dan marmer (limestone dan marble), dimana lokasi penyebarannya di Kecamatan Telluwanua.

b. Batuan Granit dan Granodiorit, untuk bahan bangunan lantai rumah, batu hias dinding dan sebagainya serta untuk pengerasan jalan (aggregat) berlokasi penyebarannya di Kecamatan Wara dan Wara Selatan.

c. Batu sabak, filit, kuarsil, batu gamping, dan batu lamau, terdapat di Kecamatan Wara, Wara Utara dan Bagian Barat Kota Palopo.

Jenis batuan ini dikelompokkan menurut umur pembentukannya yang diurut dari batuan yang termuda hingga yang tertua, maka batuan-batuan ini tersusun atas 5 (lima) kelompok, yaitu;

a. Kelompok endapan alluvial (termasuk didalamnya endapan qal atau terumbu lokal) yang termasuk didalamnya endapan alluvial berupa karakal, kerikil, pasir dan batu, serta terumbu koral yang tersebar disepanjang pantai adan alur aliran sungai latuppa.

b. Batuan Tmb; terdiri dari napal dan sisipan batu gamping setempat-tempat, mengandung batu pasir gamping, konglomerat dan breksi. Selain itu terdapat beberapa kelompok intrusi batuan beku yang terdiiri dari batuan beku granit dan gabro. Batuan granit ini dijumpai pada Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.

c. Batu Tol, yaitu kelompok batuan hasil pembukuan aliran larva yang bersusun balastik hingga andesitic, kemudian breksi vulkanik, batu pasir dan batu lamau, serta batuan setempat-tempat mengandung fieldsphatoid. Batuan ini terususun di Bagian Selatan Kota Palopo dan banyak tersebar di daerah Kecamatan Wara Selatan.

d. Batuan Tet, yaitu terdiri dari serpih, batu gamping dan batu pasir dengan sisipan konlomerat. Kelompok batuan ini terdapat di Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.


(7)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

14 e. Batuan TKI, yaitu terdiri dari batuan-batuan yang mengalami

metamorfisme, antara lain serpihan, filit, rijang, marmer, kuarsit dan beberapa bagian di utara Kota Palopo masuk dalam wilayah Kecamatan Wara dan Kecamatan Wara Selatan.

4) Iklim, Suhu Udara, dan Curah Hujan

Curah hujan yang dicatat dari Data Badan Metereologi dan Geofisika di pusat pencatatan di wilayah Pelabuhan Tanjung Ringgit Kota Palopo, menunjukkan curah hujan untuk daerah dataran rendah mempunyai variasi antara 500-1000 mm/th, sedangkan untuk daerah hulu (pengunungan) berkisar antrara 1000-2000 mm/tahun. Curah hujan dan hari hujan ini akan menentukan pula potensi air permukaan (air sungai) maupun ketersediaan akir tanah (ground water) seperti dalam peta hidrogeologi Kota Palopo dan wilayah Kabupaten Luwu pada umumnya, yang dapat digunakan sebagai data potensi air tanah dalam jika diperlukan untuk fasilitas pengairan menggunakan sistem pompa air tanah dalam untuk kebutuhan pertanian maupun perkebunan/peternakan.

Kondisi hari hujan harian di Kota Palopo tidak menentu karena udara dan butir air yang diuapkan dari laut mengumpul menjadi awan dan mengenai pengunungan, akhirnya sewaktu-waktu menjadi hujan di Kota Palopo. Dalam hal ini dapat dirasakan, pada waktu musim kemarau masih dapat dirasakan hujan, sebaliknya pada musim hujan masih banyak didapatkan hari tanpa hujan, ini menjadi ciri khusus yang memungkinkan berbagai jenis tanaman buah bergantian berbuah sepanjang tahun. Demikian pula, panjang hari hujan lebih relatif lebih pendek jika dibandingkan dengan wilayah lain di Luwu Raya, sehingga lebih tepat untuk usaha pengeringan, baik untuk hasil laut maupun hasil pertanian.

Suhu udara rata-rata tahunan di dataran rendah Kota Palopo berkisar antara rata-rata 25,50 C – 27,90 C, angka ini berkurang 0,60 C setiap


(8)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

15 kenaikan 100 Meter, sehingga makin tinggi keadaan permukaan tanah disuatu wilayah udaranya semakin tinggi.

Kelembaban udara dipengaruhi oleh keadaan ketinggian permukaan tanah, suhu udara dan kecepatan angin. Kelembaban bervariasi antara 78,8 % sampai 85 % tergantung dari lamanya penyinaran matahari yang bervariasi antar 5,2 sampai 8,5 jam/hari.

Kecepatan angin berkisar antara 41,9-72 km/jam dalam keadaan normal. Angin bertiup dari laut ke daratan pada waktu pagi sampai sore hari dan pada malam hari angin darat mengarah ke laut. Cuaca Kota Palopo cepat berubah dari keadaan panas/kering menjadi mendung dan hujan, hal ini disebabkan uap air laut yang dihembuskan ke arah daratan sampai ke daerah pegunungan di wilayah bagian barat dan sebagian utara Kota Palopo, akan mengumpul menjadi butiran air hujan karena kelembaban udara di kawasan pegunungan, yang terbawa angin ke daerah dataran yang lebih rendah, sehingga terjadi curah hujan yang kebanyakan di wilayah pengunungan dan wilajyah daratan sewaktu-waktu. Sehingga Kota Palopo seakan-akan tidak mengenal musim kering yang berkepanjangan karean keadaan sehari-harinya sering terjadi hujan kiriman dan mendung secara mendadak dan hilang dengan cepat pula.

5) Kondisi Hidrologi

Keadaan Hidrologi di Kota Palopo umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari Sungai Bambalu, Sungai Battang dan Sungai Latuppa dan anak sungai serta mata air dengan debit yang bervariasi. Disatu sisi keberadaan sungai-sungai tersebut sangat potensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata, misalnya wisata rafting. Kondisi hidrologi Kota Palopo secara umum adalah sebagai berikut; Air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100 meter, Air permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangan-genangan. Dalam hal ini, hidrologi di Kota Palopo untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan kelestariannya harus tetap


(9)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

16 dijaga. Untuk itu maka potensi sumberdaya air di Kota Palopo selain dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya.

Potensi sumberdaya air di wilayah Kota Palopo yang telah termanfaatkan oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk berbagai keperluan bersumber dari air tanah dangkal (air permukaan dan air tanah dalam air tanah dangkal/permukaan dapat berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air dan lain sebagainya, sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air melalui pengeboran.

Penyediaan air minum merupakan suatu kebutuhan pokok penduduk di suatu daerah, terutama pada daerah-daerah yang potensi air tanahnya terbatas dan kualitasnya kurang memadai jika ditinjau dari aspek kesehatan. Meskipun demikian, pengadaan air minum masih terbatas dan umumnya penduduk menggunakan sumur air tanah dangkal, dalam (artesis), air permukaandan mata air yang bersumber dari pegunungan.

a) Peruntukan Air

Sungai sebagai sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yakni kebutuhan air bersih dan kepentingan pertanian (irigasi), dengan keberadaan beberapa sungai menurut Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Palopo. Berdasarkan pada kajian potensi sumberdaya air maka daerah Kota Palopo terdapat beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masing-masing terdiri dari DAS Latuppa (64,18 Km2), DAS Botting (33,41 Km2) dan DAS Battang (186,45 Km2).


(10)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

17 Sumberdaya air buatan di Kota Palopo dimanfaatkan dengan membuat waduk Kecil sebagai aliran irigasi seperti Sungai Battang, Sungai Latuppa dan Sungai Botting.

c) Daerah Resapan Air

Daerah resapan air yang ada di Wilayah Kota Palopo terdapat pada beberapa wilayah kecamatan, seperti Kecamatan Wara, Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Wara Timur, Kecamatan Wara Selatan dan Kecamatan Bara. Dearah-daerah tersebut merupakan dataran rendah sehingga potensi resapan air pada wilayah tersebut cukup besar.

6) Penggunaan Lahan

penggunaan lahan pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. Kota Palopo merupakan salah satu daerah urban namun dominasi penggunaan lahannya sampai saat ini adalah masih daerah tidak terbangun, terdiri pertanian (kebun campuran/tegalan/ladang, sawah, dan tambak), padang rumput, taman dan kawasan lindung, selebihnya adalah daerah terbangun, aliran sungai, dan lain-lain seluas k.l. 17.000 ha atau sebesar 67%.

Kawasan terbangun didominasi penggunaannya oleh perumahan dan kawasan komersial lainnya, selebihnya fasilitas umum/sosial, pelabuhan, TPI/PPI, dan terminal seluas kl. 1900 ha atau sebesar 9%, dan kawasan peruntukan lainnya seluas k.l. 5.812 ha atau sebesar 24% b. Aspek Demografis

Berdasarkan data BPS, penduduk Kota Palopo Tahun 2011 sejumlah 149.419 jiwa dan Tahun 2012 telah mencapai 152.703 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 96,19%. Laju pertumbuhan penduduk dalam waktu lima tahun terakhir mencapai 1,38 persen pertahun yaitu dari 146.482 jiwa pada Tahun 2008 menjadi 152.703 jiwa pada tahun 2012, rata – rata anggota rumah tangga pada keadaan akhir tahun 2013 tercatat sebesar 4,59 atau dengan kata lain setiap rumah tangga di Kota Palopo beranggotakan 4 - 5 orang.


(11)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

18 Jika dilihat menurut kelompok usia struktur usia penduduk didominasi oleh kelompok usia produktif, hal ini terlihat dari 152.703 jiwa penduduk Kota Palopo sekitar 30,14 persen berada pada usia muda (0-14 tahun) dan 3,78 persen pada kelompok usia tua (65 tahun keatas), selebihnya 66.08 persen yang berada pada kelompok usia produktif (15 – 64 tahun ), dengan kata lain Beban Tanggungan (Dependency Ratio) Kota Palopo Tahun 2012 sebesar 51,33 persen. Artinya, penduduk Kota Palopo yang berusia produktif (usia 15 – 64 tahun) menanggung beban bagi penduduk yang belum dan atau tidak produktif sekitar 51-52 orang dari jumlah penduduk secara total.

B. Evaluasi Pelaksanaan RKPD dan Pencapaian RPJMD 1. Bidang Sumber Daya Manusia

Secara umum, peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari makin meningkatnya kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan masyarakat oleh karena itu, secara makro keberhasilan pembangunan sumber daya manusia dapat diukur dari makin meningkatnya hal – hal sebagai berikut : a. Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan publikasi hasil perhitungan yang dilakukan oleh BPS Provinsi Sulawesi Selatan terhadap IPM Sulawesi Selatan, nampak bahwa IPM Kota Palopo pada tahun 2012 telah mencapai 77,18, dan apabila nilai IPM tersebut dibandingkan dengan nilai IPM kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Selatan maka nilai IPM Kota Palopo berada pada peringkat ke – 3 dibawah Kota Makassar yang mencapai 78,79 dan Parepare yang mencapai 77,78. Jika dibandingkan dengan nilai IPM Sulawesi Selatan, maka apa yang dicapai tersebut masih jauh lebih tinggi, dimana IPM Sulawesi Selatan pada tahun 2012 hanya 71,62 sebagaimana tabel dibawah ini.

Tabel. 2.4

Pertumbuhan IPM Kota Palopo 2011 s.d. 2013

Angka IPM TAHUN


(12)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

19

76,85 77,18 77,54

Apabila nilai IPM Kota Palopo tersebut dicermati dimana pada tahun 2011 telah mencapai 76,85 maka dalam kurun waktu tahun 2010 – 2013, IPM daerah ini rata-rata mengalami peningkatan 0,33 persen. Apabila pertumbuhan IPM tersebut dicermati dari tahun ke tahun nampak bahwa pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2013 yakni 0,36 persen.

b. Angka Melek Huruf

Kemampuan membaca dan menulis bagi setiap penduduk merupakan hal yang sangat mendasar agar dapat lebih berperan aktif dalam pembangunan. Keberhasilan mengentaskan penduduk yang buta huruf, tidak saja menjadi tugas pemerintah melalui berbagai programnya akan tetapi peran serta masyarakat juga turut menentukan, sebagaimana tabel berikut:

Tabel. 2.5 Angka Melek Huruf Tahun 2011 - 2013

Melek Huruf

TAHUN

2011 2012 2013*

97,4 97,5 97,6

Penduduk berusia 15 tahun ke atas yang melek hutuf (komplemen dari buta huruf) di Kota Palopo dalam tiga tahun terakhir tidak mengalami peningkatan yang cukup berarti dimana sepanjang periode tahun 2011-2013 hanya mencapai 97,5 persen dan pada tahun 2011-2013 hanya mengalami peningkatan yang sangat kecil yakni menjadi 97,6 persen. Indikator tersebut menunjukkan bahwa hingga tahun 2013 masih terdapat 2,4 persen penduduk Kota Palopo yang buta huruf. Secara rata-rata, sepanjang periode tahun 2011-2013 angka melek huruf di daerah ini sebesar 97,5 persen.


(13)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

20 Dibanding dengan Angka Melek Huruf Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai 87,8 persen, maka apa yang dicapai di Kota Palopo masih jauh lebih baik.

c. Rata-Rata Lama Sekolah

Indikator lain yang dapat mencerminkan tentang keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan adalah rata-rata lama sekolah penduduk. Angka ini menggambarkan secara umum jenjang pendidikan dan sekaligus tingkat pendidikan penduduk, sebagaimana tabel berikut:

Tabel.2.6 Rata-Rata Lama sekolah

Tahun 2011 - 2013

Rata-Rata Lama Sekolah

TAHUN

2011 2012 2013*

9,8 9,9 10,0

Dibanding dengan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai 7,8 tahun, maka apa yang dicapai di Kota Palopo masih jauh lebih baik.

d. Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup penduduk Kota Palopo menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, angka harapan hidup di daerah ini tercatat sebesar 71,60 tahun sehingga seorang bayi yang dilahirkan pada tahun tersebut diharapkan dapat merayakan ulang tahun sampai dengan usia 72 tahun tahun, sebagamana tabel berikut:

Tabel. 2.7 Angka harapan hidup

Tahun 2011 - 2013

Angka Harapan Hidup

TAHUN

2011 2012 2013*


(14)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

21 Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang bayi yang dilahirkan di tahun 2013 diharapkan dapat hidup lebih lama dibandingkan bayi yang lahir di tahun 2006. Dengan meningkatnya usia harapan hidup tersebut menggambarkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kota Palopo.

2. Bidang Ekonomi Makro a. Pertumbuhan Ekonomi.

Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Palopo periode tahun 2011 - 2013 sudah cukup menggembirakan yakni mencapai 9,26 persen per tahun. Laju pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir, walaupun terjadi krisis keuangan global pada akhir tahun 2008 hingga tahun 2009 yang lalu. Kinerja tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian Kota Palopo dari tahun ke tahun semakin membaik, sebagaimana tabel berikut:

Tabel.2.8 Pertumbuhan Ekonomi

Tahun 2011-2013

Pertumbuhan Ekonomi

TAHUN

2011 2012 2013*

8,16 8,68 9,26

Pertumbuhan ekonomi Kota Palopo jika dibanding dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang mencapai 7,13 persen per tahun, maka nampak bahwa apa yang dicapai Kota Palopo masih lebih tinggi. Dibanding dengan kabupaten/kota lain di Sulawesi Selatan maka pertumbuhan ekonomi Kota Palopo berada pada peringkat ke – 2 dibawah Kota Makassar 9,41 persen per tahun.

b. Paritas Daya Beli

Kemampuan daya beli merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup secara layak. Secara


(15)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

22 umum, dalam periode tahun 2011 – 2013 paritas daya beli di Kota Palopo dan rata-rata di Sulawesi Selatan tidak terlalu jauh berbeda, walaupun pada tahun 2006 hingga 2008 paritas daya beli di Kota Palopo masih lebih tinggi dibanding rata-rata Sulawesi Selatan, namun pada tahun 2009 – 2010 rata-rata paritas daya beli di Kota Palopo nampak sedikit lebih rendah dibanding Sulawesi Selatan.

Pada tahun 2012 paritas daya beli di Kota Palopo mencapai Rp. 640,3 ribu, sementara untuk rata-rata Sulawesi Selatan mencapai Rp.643,6 ribu. Walaupun pada tahun 2012 Paritas Daya Beli di Kota Palopo telah mencapai Rp. 640,3 ribu namun masih rendah dibanding dengan rata-rata Sulawesi Selatan yang telah mencapai Rp.643,6 ribu.

Dilihat dari sisi pertumbuhan indikator ini, nampak bahwa dalam periode tahun 2007 hingga tahun 2009 pertumbuhan Paritas Daya Beli di Kota Palopo masih lebih tinggi dengan apa yang dicapai di Sulawesi Selatan, namun pada tahun 2013 Paritas Daya Beli di Sulawesi Selatan sedikit lebih tinggi dibanding yang dicapai di Kota Palopo.

Pada dasarnya dari 3 (tiga) komponen utama dalam penghitungan indeks pembangunan manusia (IPM), untuk mendorong peningkatan capaian Kota Palopo maka komponen yang dapat secara signifikan berpengaruh adalah paritas daya beli masyarakat Kota Palopo.

C. Permasalahan Pembangunan Daerah 1. Bidang Pemerintahan Umum

Mencermati dinamika di tengah masyarakat yang dapat merupakan fenomena dampak perkembangan Kota dalam perkembangan terakhir dan perkembangan kedepan, beberapa isu stratejik bidang pemerintahan umum yang penting mendapat perhatian yaitu :

a. Desakan perlunya pengaturan dan pelimpahan tugas dan kewenangan tertentu oleh Pemerintah Kota kepada Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan untuk lebih mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.


(16)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

23 b. Kondisi sarana dan prasarana gedung perkantoran bagi SKPD agar lebih

representatif dan maksimal dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, khususnya dampak kerusuhan pasca PILKADA Kota Palopo berupa hancurnya sejumlah gedung Perkantoran dan isinya.

c. Kapasitas anggaran Pemerintah Kota Palopo yang rendah atau Fiscal Gap yang relatif besar, sehingga upaya untuk mendorong percepatan pembangunan melalui program strategis kurang optimal, indikasi lain dari kondisi ini antara lain adalah pada struktur APBD dimana lebih dari 50 % anggaran belanja terserap untuk belanja tidak langsung yang di dominasi oleh belanja pengeluaran dan perkembangan kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) pada penerimaan hingga lima tahun terakhir kurang dari 7 %. d. Sorotan terhadap kinerja pengelolaan anggaran oleh Pemerintah Daerah yang kurang baik sehingga diharapkan meraih prestasi yang jauh lebih baik kedepan.

e. Perlunya antisipasi gejala kerawanan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang warnai oleh tindak pencurian, tindak kekerasan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), trafficking, NARKOBA dan panyakit sosial lainnya.

f. Meningkatnya pelanggaran tertib lalu lintas dan angka kecelakaan lalu lintas. g. Meningkatnya potensi rawan kamtribmas menjelang Pemilihan Umum di

Tahun 2014.

h. Tindakan pelanggaran hukum dan peraturan lainnya oleh kalangan aparatur Pemerintah Daerah khususnya berupa praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

2. Bidang Fisik dan Prasarana Daerah.

Beberapa isu strategis menyangkut ketersediaan sarana dan prasarana utilitas publik di Kota Palopo kiranya perlu terus mendapat perhatian serius dari seluruh stakeholder pembangunan tidak hanya Pemerintah Kota semata, namun


(17)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

24 juga kalangan swasta dan seluruh komponen masyarakat. Isu stretejik dan tantangan yang dihadapi tersebut diantaranya yaitu :

a. Kebutuhan mendesak untuk merampungkan pembangunan jalan lingkar timur Kota Palopo, dimana masih diperlukan pembebasan lahan masyarakat yang bersertifikat sepanjang lebih kurang 1,5 km pada ruas TPI- Pantai Labombo, oleh karena itu diperlukan dana cukup besar yang diharapkan juga bersumber dari Pemerintah Provinsi dan Pusat ;

b. Kebutuhan untuk melanjutkan pembangunan Terminal Regional Kota Palopo, dimana diperlukan dukungan yang lebih optimal dari alokasi dana Pemerintah Pusat dan Propvinsi ;

c. Kebutuhan untuk merealisasikan pemanfaatan KIPA, dalam hal ini diperlukan penyediaan sarana dan prasana penunjang ;

d. Dengan kondisi wilayah yang rawan terhadap bencana alam, maka diperlukan upaya antisipasi, pencegahan dan penanggulangan bencana alam khususnya banjir dan tanah longsor. Dalam hal ini diperlukan dana yang relatif besar untuk langkah penanganan seperti pembagian arus air sungai, pemasangan talut, pengerukan dan penataan drainase, pengadaan alat berat untuk normalisasi sungai secara berkala dan swakelolah, dan revitalisasi hutan di daerah hulu.

e. Percepatan pembebasan lahan Kawasan Industri Palopo dan penguatan kerjasama antar wilayah terhadap pengawasan hutan lindung.

f. Tuntutan pemerataan pembangunan antar wilayah dengan meningkatkan akses transportasi dan penyediaan prasarana dan sarana utilitas bagi kawasan terpencil, dalam hal ini sangat diperlukan adanya komitmen dan koordinasi lintas sektor ;

g. Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana infrastruktur perkotaan (Salemo), Rehabilitasi Trotoar dan Drainase, Pembangunan Jalan Lingkar Timur serta penataan lingkungan pemukiman, pengolahan air minum serta limbah, Pemberdayaan Masyarakat melalui Home Industry),


(18)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

25 dalam hal ini diperlukan dokumen perencanaan yang berkualitas serta upaya menarik sumber-sumber pendanaan non-APBD.

3. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

Beberapa isu stratejik sebagai tantangan yang akan dihadapi di tahun 2015 yaitu:

a. Sorotan terhadap manajemen pengembangan sumber daya manusia (SDM) aparatur Pemerintah Kota Palopo terutama pada aspek rekrutmen PNS, pola pembinaan karir (penempatan dalam jabatan dan promosi) serta sanksi atas tindak pelanggaran disiplin dan kinerja kerja yang buruk.

b. Kebutuhan mendesak adanya regulasi mengatur tentang standarisasi pelayanan untuk program pendidikan gratis paripurna agar tepat sasaran dan regulasi tentang sekolah unggulan.

c. Kebutuhan untuk pembenahan, pemanfaatan dan pengelolaan kembali fasilitas / asset Pemerintah Kota di bidang olahraga.

d. Arus urbanisasi ke dalam wilayah Kota Palopo yang perlu dikendalikan dan diawasi diantaranya melalui tertib administrasi kependudukan.

e. Dibutuhkan optimalisasi fungsi Balai Latihan Kerja (BLK) melalui pengadaan sarana dan prasarana, penyediaan tenaga pelatihan yang terampil dan penguatan kelembagaannya sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah ketenagakerjaan di Kota Palopo.

f. Pengarusutamaan gender dalam rangka keberdayaan perempuan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat yang masih perlu didorong dan ditingkatkan.

g. Pembinaan remaja dan generasi muda yang masih perlu ditingkatkan.

4. Bidang Ekonomi

Dengan mencermati beberapa sasaran penting yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi di Kota Palopo yakni antara lain mempertahankan


(19)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

26 tingkat pertumbuhan ekonomi, memanfaatkan momentum dan mendorong percepatan pergeseran struktur mendorong ekonomi yang normal dari sektor pertanian menuju sektor-sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan perindustrian yang berbasis pertanian, percepatan pemulihan ekonomi serta untuk lebih memperkuat landasan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dan berkeadilan berdasarkan sistim ekonomi kerakyatan, maka isu dan tantangan yang akan dihadapi di tahun 2015 yaitu :

a. Pada sektor Pertanian Umum, isu-isu adalah :

- Menurunnya produktifitas komoditi andalan Kota Palopo, terutama coklat, dan cengkeh akibat belum teratasinya hama dan hewan pengganggu tanaman, serta usia tanaman yang semakin tua dan tidak produktif. - Banyaknya lahan masyarakat yang tidak produktif.

- Minimnya sarana dan prasarana penunjang produksi pangan seperti irigasi teknis dan jalan tani.

- Menurunnya produktifitas perikanan tangkap dan usaha perikanan budidaya.

- Harga dasar komoditi pertanian yang tidak stabil.

- Minimnya pengetahuan petani dalam pengolahan pasca panen.

- Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian produktif menjadi lahan terbangun.

b. Sektor Industri dan Perdagangan, pertumbuhan industri kecil berjalan sangat lambat, dan lemahnya interkoneksi antar wilayah.

c. Pada sektor Koperasi dan UMKM, akses masyarakat terhadap lembaga-lembaga keuangan yang masih kurang, kualitas SDM pengelola koperasi dan UMKM perlu ditingkatkan dan rendahnya animo masyarakat untuk menjadikan koperasi sebagai lembaga ekonomi potensial berbasis masyarakat.


(20)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

27 d. Investasi, masih perlu ditingkatkan promosi potensi investasi, kerjasama

antar daerah se Tana Luwu dalam rangka mendorong investasi skala besar dan belum memadainya instrumen hukum yang menjamin pelaksanaan investasi.

e. Pariwisata, masih perlu dioptimalkan pengelolaan potensi wisata daerah dengan penyusunan induk pengembangan Pariwisata Kota Palopo.


(1)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

22

umum, dalam periode tahun 2011 – 2013 paritas daya beli di Kota Palopo

dan rata-rata di Sulawesi Selatan tidak terlalu jauh berbeda, walaupun pada tahun 2006 hingga 2008 paritas daya beli di Kota Palopo masih lebih tinggi dibanding rata-rata Sulawesi Selatan, namun pada tahun 2009 – 2010 rata-rata paritas daya beli di Kota Palopo nampak sedikit lebih rendah dibanding Sulawesi Selatan.

Pada tahun 2012 paritas daya beli di Kota Palopo mencapai Rp. 640,3 ribu, sementara untuk rata-rata Sulawesi Selatan mencapai Rp.643,6 ribu. Walaupun pada tahun 2012 Paritas Daya Beli di Kota Palopo telah mencapai Rp. 640,3 ribu namun masih rendah dibanding dengan rata-rata Sulawesi Selatan yang telah mencapai Rp.643,6 ribu.

Dilihat dari sisi pertumbuhan indikator ini, nampak bahwa dalam periode tahun 2007 hingga tahun 2009 pertumbuhan Paritas Daya Beli di Kota Palopo masih lebih tinggi dengan apa yang dicapai di Sulawesi Selatan, namun pada tahun 2013 Paritas Daya Beli di Sulawesi Selatan sedikit lebih tinggi dibanding yang dicapai di Kota Palopo.

Pada dasarnya dari 3 (tiga) komponen utama dalam penghitungan indeks pembangunan manusia (IPM), untuk mendorong peningkatan capaian Kota Palopo maka komponen yang dapat secara signifikan berpengaruh adalah paritas daya beli masyarakat Kota Palopo.

C. Permasalahan Pembangunan Daerah

1. Bidang Pemerintahan Umum

Mencermati dinamika di tengah masyarakat yang dapat merupakan fenomena dampak perkembangan Kota dalam perkembangan terakhir dan perkembangan kedepan, beberapa isu stratejik bidang pemerintahan umum yang penting mendapat perhatian yaitu :

a. Desakan perlunya pengaturan dan pelimpahan tugas dan kewenangan

tertentu oleh Pemerintah Kota kepada Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan untuk lebih mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.


(2)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

23 b. Kondisi sarana dan prasarana gedung perkantoran bagi SKPD agar lebih

representatif dan maksimal dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, khususnya dampak kerusuhan pasca PILKADA Kota Palopo berupa hancurnya sejumlah gedung Perkantoran dan isinya.

c. Kapasitas anggaran Pemerintah Kota Palopo yang rendah atau Fiscal Gap yang relatif besar, sehingga upaya untuk mendorong percepatan pembangunan melalui program strategis kurang optimal, indikasi lain dari kondisi ini antara lain adalah pada struktur APBD dimana lebih dari 50 % anggaran belanja terserap untuk belanja tidak langsung yang di dominasi oleh belanja pengeluaran dan perkembangan kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) pada penerimaan hingga lima tahun terakhir kurang dari 7 %.

d. Sorotan terhadap kinerja pengelolaan anggaran oleh Pemerintah Daerah

yang kurang baik sehingga diharapkan meraih prestasi yang jauh lebih baik kedepan.

e. Perlunya antisipasi gejala kerawanan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang warnai oleh tindak pencurian, tindak kekerasan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), trafficking, NARKOBA dan panyakit sosial lainnya.

f. Meningkatnya pelanggaran tertib lalu lintas dan angka kecelakaan lalu lintas.

g. Meningkatnya potensi rawan kamtribmas menjelang Pemilihan Umum di

Tahun 2014.

h. Tindakan pelanggaran hukum dan peraturan lainnya oleh kalangan aparatur

Pemerintah Daerah khususnya berupa praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

2. Bidang Fisik dan Prasarana Daerah.

Beberapa isu strategis menyangkut ketersediaan sarana dan prasarana utilitas publik di Kota Palopo kiranya perlu terus mendapat perhatian serius dari seluruh stakeholder pembangunan tidak hanya Pemerintah Kota semata, namun


(3)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

24 juga kalangan swasta dan seluruh komponen masyarakat. Isu stretejik dan tantangan yang dihadapi tersebut diantaranya yaitu :

a. Kebutuhan mendesak untuk merampungkan pembangunan jalan lingkar

timur Kota Palopo, dimana masih diperlukan pembebasan lahan masyarakat yang bersertifikat sepanjang lebih kurang 1,5 km pada ruas TPI- Pantai Labombo, oleh karena itu diperlukan dana cukup besar yang diharapkan juga bersumber dari Pemerintah Provinsi dan Pusat ;

b. Kebutuhan untuk melanjutkan pembangunan Terminal Regional Kota

Palopo, dimana diperlukan dukungan yang lebih optimal dari alokasi dana Pemerintah Pusat dan Propvinsi ;

c. Kebutuhan untuk merealisasikan pemanfaatan KIPA, dalam hal ini

diperlukan penyediaan sarana dan prasana penunjang ;

d. Dengan kondisi wilayah yang rawan terhadap bencana alam, maka

diperlukan upaya antisipasi, pencegahan dan penanggulangan bencana alam khususnya banjir dan tanah longsor. Dalam hal ini diperlukan dana yang relatif besar untuk langkah penanganan seperti pembagian arus air sungai, pemasangan talut, pengerukan dan penataan drainase, pengadaan alat berat untuk normalisasi sungai secara berkala dan swakelolah, dan revitalisasi hutan di daerah hulu.

e. Percepatan pembebasan lahan Kawasan Industri Palopo dan penguatan

kerjasama antar wilayah terhadap pengawasan hutan lindung.

f. Tuntutan pemerataan pembangunan antar wilayah dengan meningkatkan

akses transportasi dan penyediaan prasarana dan sarana utilitas bagi kawasan terpencil, dalam hal ini sangat diperlukan adanya komitmen dan koordinasi lintas sektor ;

g. Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana infrastruktur perkotaan (Salemo), Rehabilitasi Trotoar dan Drainase, Pembangunan Jalan Lingkar Timur serta penataan lingkungan pemukiman, pengolahan air minum serta limbah, Pemberdayaan Masyarakat melalui Home Industry),


(4)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

25 dalam hal ini diperlukan dokumen perencanaan yang berkualitas serta upaya menarik sumber-sumber pendanaan non-APBD.

3. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

Beberapa isu stratejik sebagai tantangan yang akan dihadapi di tahun 2015 yaitu:

a. Sorotan terhadap manajemen pengembangan sumber daya manusia (SDM)

aparatur Pemerintah Kota Palopo terutama pada aspek rekrutmen PNS, pola pembinaan karir (penempatan dalam jabatan dan promosi) serta sanksi atas tindak pelanggaran disiplin dan kinerja kerja yang buruk.

b. Kebutuhan mendesak adanya regulasi mengatur tentang standarisasi

pelayanan untuk program pendidikan gratis paripurna agar tepat sasaran dan regulasi tentang sekolah unggulan.

c. Kebutuhan untuk pembenahan, pemanfaatan dan pengelolaan kembali

fasilitas / asset Pemerintah Kota di bidang olahraga.

d. Arus urbanisasi ke dalam wilayah Kota Palopo yang perlu dikendalikan dan diawasi diantaranya melalui tertib administrasi kependudukan.

e. Dibutuhkan optimalisasi fungsi Balai Latihan Kerja (BLK) melalui pengadaan

sarana dan prasarana, penyediaan tenaga pelatihan yang terampil dan penguatan kelembagaannya sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah ketenagakerjaan di Kota Palopo.

f. Pengarusutamaan gender dalam rangka keberdayaan perempuan pada

berbagai aspek kehidupan masyarakat yang masih perlu didorong dan ditingkatkan.

g. Pembinaan remaja dan generasi muda yang masih perlu ditingkatkan.

4. Bidang Ekonomi

Dengan mencermati beberapa sasaran penting yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi di Kota Palopo yakni antara lain mempertahankan


(5)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

26 tingkat pertumbuhan ekonomi, memanfaatkan momentum dan mendorong percepatan pergeseran struktur mendorong ekonomi yang normal dari sektor

pertanian menuju sektor-sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan

perindustrian yang berbasis pertanian, percepatan pemulihan ekonomi serta untuk lebih memperkuat landasan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dan berkeadilan berdasarkan sistim ekonomi kerakyatan, maka isu dan tantangan yang akan dihadapi di tahun 2015 yaitu :

a. Pada sektor Pertanian Umum, isu-isu adalah :

- Menurunnya produktifitas komoditi andalan Kota Palopo, terutama coklat,

dan cengkeh akibat belum teratasinya hama dan hewan pengganggu tanaman, serta usia tanaman yang semakin tua dan tidak produktif.

- Banyaknya lahan masyarakat yang tidak produktif.

- Minimnya sarana dan prasarana penunjang produksi pangan seperti

irigasi teknis dan jalan tani.

- Menurunnya produktifitas perikanan tangkap dan usaha perikanan

budidaya.

- Harga dasar komoditi pertanian yang tidak stabil.

- Minimnya pengetahuan petani dalam pengolahan pasca panen.

- Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian produktif menjadi lahan

terbangun.

b. Sektor Industri dan Perdagangan, pertumbuhan industri kecil berjalan sangat lambat, dan lemahnya interkoneksi antar wilayah.

c. Pada sektor Koperasi dan UMKM, akses masyarakat terhadap

lembaga-lembaga keuangan yang masih kurang, kualitas SDM pengelola koperasi dan UMKM perlu ditingkatkan dan rendahnya animo masyarakat untuk menjadikan koperasi sebagai lembaga ekonomi potensial berbasis masyarakat.


(6)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 PEMERINTAH KOTA PALOPO | halaman :

27 d. Investasi, masih perlu ditingkatkan promosi potensi investasi, kerjasama

antar daerah se Tana Luwu dalam rangka mendorong investasi skala besar dan belum memadainya instrumen hukum yang menjamin pelaksanaan investasi.

e. Pariwisata, masih perlu dioptimalkan pengelolaan potensi wisata daerah dengan penyusunan induk pengembangan Pariwisata Kota Palopo.