359913200 Fieldtrip Kesehatan Lingkungan

LAPORAN KEGIATAN FIELDTRIP
NGABLAK, MAGELANG
(Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Dasar Kesehatan Lingkungan)

Disusun Oleh :
Liwanti Subagio
Zahrotul Mahmudati
Andri Dwi Puji
Putri Nurul A
Alberto Asali
Dharurendra Negara
Andriani Putri

(25010113130346)
(25010113130347)
(25010113140348)
(25010113140349)
(25010113130350)
(25010113140351)
(25010113130352)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada
kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja di sektor
pertanian masih berjumlah 42 juta orang atau sekitar 40% dari angkatan kerja.
Banyak wilayah kabupaten Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk
perkebunan sebagai sumber penghasilan daerah. Sudah dapat diduga bahwa
pekerja-pekerja pertanian dan perkebunan penyakit-penyakit oleh sanitasi
buruk adalah hal yang terpenting. Dari itu kesehatan dan kebersihan
lingkungan serta sangatlah perlu.
Agrokimia merupakan salah satu masalah utama kesehatan petani

berkenaan dengan pekerjaannya. Agrokimia meliputi semua bahan kimia
sintetik yang digunakan untuk kepentingan dan keperluan luas produksi
pertanian. Bahan tersebut meliputi hormone pemacu pertumbuhan, pupuk,
pestisida, antibiotika, dan lain-lain.
Oleh karena itu kami melakukan studi lapangan di daerah Ngablak
Magelang untuk melihat langsung keadaan petani perkebunan terhadap
lingkungan pekerjaanya.

1.2.
Tujuan
1.2.1. mahasiswa mampu mengetahui kondisi lapangan perkebunan di daerah
Ngablak Magelang.
1.2.2. mahasiswa mampu mengidentifikasi para petani dan lingkungan
pekerjaannya.
1.2.3. mahasiswa mampu berinteraksi langsung dengan petani setempat.
1.3.
Manfaat
1.3.1. mahasiswa dapat mendata identitas pekerja serta karakteristik
pekerjaannya
1.3.2. mahasiswa dapat menganalisis kondisi para petani di perkebunan Ngablak

Magelang
1.3.3. mahasiswa dapat mengetahui kesehatan lingkungan setempat terhadap
para pekerjanya.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pajanan dan Efek Terpapar Pestisida
Selain berdampak pada kerusakan lingkungan, residu pestisida juga berbahaya
bagi kesehatan, baik dalam jangka panjang atau pun pendek. Salah satunya adalah
menghambat perkembangan kognitif. Pada kehamilan bisa beresiko terjadinya
kelainan bawaan. Residu pestisida ini bisa terdapat dalam jenis buah dan sayuran
segar, sehingga kita memerlukan kehati-hatian dalam mengkonsumsinya.
Penggunaan pestisida bisa terjadi pada saat proses produksi di lahan atau selama
pasca panen. Berikut ini contoh bahaya bahan aktif pestisida terhadap kesehatan :
1. Asefat beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, kelainan alat
reproduksi.
2. Aldikard sangat beracun pada dosis rendah.
3. BHC beresiko menyebabkan kanker, beracun pada alat reproduksi.
4. Kaptan beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen.
5. Karbiral beresiko menyebabkan mutasi gen, kerusakan ginjal.

6. Klorobensilat beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, keracunan
alat reproduksi.
7. Klorotalonil beresiko menyebabkan kanker, keracunan alat reproduksi.
8. Klorprofam beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, pengaruh
kronis.
9. Siheksatin beresiko menyebabkan Karsinogen.
10. DDT beresiko menyebabkan Cacat lahir, pengaruh kronis.
Beberapa faktor didalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya keracunan
antara lain :
1. Umur petani
Semakin tua usia petani akan semakin cenderung untuk mendapatkan
pemaparan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan menurunnya fungsi
organ tubuh.
2. Jenis kelamin
Petani jenis kelamin wanita cenderung memiliki rata-rata kadar
cholinesterase yang lebih tinggi dibandingkan petani laki-laki.
Meskipun demikian tidak dianjurkan wanita menyemprot pestisida,
karena pada kehamilan kadar cholinesterase cenderung turun sehingga
kemampuan untuk menghidrolisa acethilcholin berkurang.
3. Status gizi

Petani yang status gizinya buruk memiliki kecenderungan untuk
mendapatkan risiko keracunan yang lebih besar bila bekerja dengan
pestisida organofosfat dan karbamat oleh karena gizi yang kurang
berpengaruh terhadap kadar enzim yang bahan dasarnya adalah
protein.
4. Kadar hemoglobin
Petani yang tidak anemi secara tidak langsung mendapat efek yang
lebih rendah. Petani yang anemi memiliki risiko lebih besar bila
bekerja dengan pestisida organofosfat dan karbamat. Petani yang
kadar hemoglobin rendah akan memiliki kadar cholinesterase yang

rendah, karena sifat organofosfat yang mengikat enzim cholinesterase
yang pada akhirnya cholinesterase tidak lagi mampu menghidrolisa
achethilcholin.
5. Keadaan kesehatan
Menurut Israel Devidson dan Jhon Bernad Henry, penyakit yang dapat
menurunkan aktivitas cholinesterase adalah jenis penyakit gangguan
pada fungsi hepar,Asbesdan Metastatic carcinomapada liver.
Dikarenakan menurunnya kemampuan dari hepar didalam
mendeteksifikasi bahan toksik organofosfat.

2.2. Hasil Studi Lapangan Kuliah Dasar Kesehatan Ligkungan di Ngablak,
Magelang didapatkan data sebagai berikut :
1. Nama
: Cipto Kemis
Usia
: 55 tahun
Masa Kerja : 20 tahun
Beliau bekerja tanpa berpindah-pindah, setiap harinya bekerja
selama enam jam sehari. Dalam bertaninya beliau memakai jenis pestisida
dasonel dan racun, penyemprotannya hanya dilakukan saat adanya hama
saja. Tanaman yang di kelolanya adalah tomat, kentang, kol, dan kopi. Saat
bekerja beliau hanya menggunakan topi tanpa menggunakan alas kaki
maupun masker. Kayu menjadi media pengaduk pestisida saat pembuatan.
Selama berkerja bertahun-tahun beliau tidak pernah mengalami
keluhan apapun, kecuali pegal pegal seiring bertambahnya usia yang tidak
lagi muda, dan yang dirasakannya adalah nafsu makan menurun. Beliau
memiliki 2 anak dan tiga cucu, tidak ada dampak apapun terhadap silsilah
keluarganya semua berjalan normal, sehingga tidak ada paparan dampak
dari pestisida yang beliau pakai.
2. Nama

: Sukoyo
Usia
: 50 tahun
Masa Kerja : 25 tahun
Beliau bekerja tanpa berpindah-pindah, setiap harinya bekerja
selama delapan jam sehari. Dalam bertaninya beliau memakai jenis
pestisida Larban Insektisida 550 EEC dengan bahan aktif klorpirifos 500
g/l dan Sipermetrin 50 g/l, digunakan 1 tutup botol per hari. Tanaman yang
dikelolanya adalah brokoli dan kol. Saat bekerja beliau hanya
menggunakan alas kaki, dan tidak menggunakan masker saat melakukan
penyemprotan. Namun beliau berusaha melakukan penyimpanan pestisida
jauh dari makanan dan anak-anak agar tidak terpapar efeknya.
Selama berkerja bertahun-tahun beliau tidak pernah mengalami
keluhan apapun, kecuali pegal pegal seiring bertambahnya usia yang tidak
lagi muda. Beliau memiliki 2 orang anak, dan tidak ada dampak apapun
terhadap silsilah keluarganya semua berjalan normal, sehingga tidak ada
paparan dampak dari pestisida yang beliau pakai.

BAB 3
KESIMPULAN

Pestisida banyak digunakan di seluruh dunia di bidang pertanian untuk
melindungi tanaman dan kesehatan masyarakat untuk mengendalikan penyakit.
Namun demikian paparan pestisida dapat merupakan risiko potensial untuk
manusia Hubungan antara tingkat penggunaan pestisida dan tanda-tanda dan
gejala dari penyakit akibat paparan dinilai di beberapa cross-sectional survey.
Bahkan susu ibu tidak lagi aman. Sayuran dan buah-buahan yang kita makan
terkontaminasi karena penggunaan pestisida terlalu banyak, yang akan
membebani generasi kita yang akan datang. Kerusakan lingkungan yang
mengkhawatirkan. Waktu berjalan cepat dan pestisida dari semua jenis akan
membebani generasi kita yang akan datang.
Harus di tegakkan kebijakan mengenai pemakaian pestisida dalam
pekerjaan petani mengingat kesehatan lingkungan serta dampak yang di timbulkan
bagi pengkonsumsi serta kandungan makanan yang ada.

Lampiran gambar