16. NGO Masa Depan NGO yang Transparan Akuntabel Harlans M Fachra

NGO MASA DEPAN
NGO yang Transparan & Akuntabel
Oleh Harlans M Fachira
Sumber: Buku Kritik & Otokritik LSM
Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid
Abidin dan Mimin Rukmini)
Halaman: 71-75
Belakangan ini isu transparansi dan akuntabilitas mengemuka dan menguat seiring
arus reformasi. Isu ini menguat karena anggaran yang dikelola oleh pemerintah Indonesia
dinilai tidak transparan dalam pemasukan dan pengeluaran, artinya terdapat kebocoran di
mana-mana. Salah satunya karena kegiatan penggunaan anggaran yang tidak transparan dan
pembuatan kebijakan tidak mengikutsertakan dan melibatkan masyarakat luas.
Sinyalemen yang terjadi ini sejalan dengan tingginya tingkat korupsi di Indonesia.
Indonesia adalah negara terkorup versi beberapa lembaga penelitian internasional. Korupsi
yang terjadi di Indonesia sudah sampai pada taraf akut yang sering disebut korupsi sistemik,
yaitu korupsi yang menyebar dari level tertinggi pemerintahan sampai ke level terendah
pemerintahan. Korupsi juga melibatkan pihak swasta dan memaksa rakyat untuk ikut serta
terlibat. Asumsinya, karena sebuah sistem korup akan menggulung siapa saja yang masuk ke
dalam sistem atau berhubungan dengan sistem korup tersebut. Tuntutan-tuntutan
transparansi dan akuntabilitas memaksa untuk diteriakkan dengan nyaring oleh berbagai
kalangan, mahasiswa kelompok pro demokrasi dan juga NGO.

Tuntutan menciptakan transparansi dan akuntabilitas ini, sudah menjadi keharusan,
karena pemerintah adalah orang yang diberi mandat oleh rakyat untuk mengelola negara ini,
dan pemerintah pula dapat berjalan, salah satunya dengan uang pajak yang berasal dari rakyat.
Di saat krisis sangat kelihatan bahwa pemerintah sangat mengandalkan pajak rakyat dengan
mencabut subsidi yang seharusnya menjadi hak rakyat, menaikkan harga pelayanan umum
dan kebutuhan pokok rakyat seperti BBM, listrik dan lain-lain.
Pada saat ini tuntutan transparansi dan akuntabilitas bukan hanya menjadi milik
pemerintah tapi juga menerpa kalangan NGO. Tuntutan ini berdasarkan logika bahwa
kalangan pengkritik tentu harusnya lebih baik, lebih bersih dari kalangan yang dikritik. Isu
transparansi ini kemudian menimbulkan masalah baru di kalangan NGO, Karena
transparansi memang isu yang belum selesai, sejalan belum selesainya pula posisi
(keberadaan) NGO tersebut. Masalah-masalah ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
tidak sedikit, seperti mengapa harus transparan, kepada siapa harus transparan, seberapa luas
transparansi dan akuntabilitas itu, bagaimana prinsip transparansi dan akuntabilitas
diciptakan, dll?

Mengapa Harus Transparan?

Adanya tuntutan transparansi kepada kalangan NGO telah menimbulkan
kegamangan bagi kalangan NGO. Selama ini NGO hanya dituntut transparan di hadapan

donor, dan ketika tuntutan transparansi juga harus dilakukan kepada publik yang selama ini
tidak merupakan sebuah keharusan, maka kemudian muncul masalah baru.
Kegamangan tersebut tentu berkolerasi dengan belum selesainya posisi NGO dalam
percaturan peta kekuatan di Indonesia. Pada saat ini NGO masih terbagi antara NGO yang
hanya menjalankan fungsi sebagai watch dog, dan NGO yang merupakan kelompok pro
demokrasi. Posisi ini jelas berkolerasi dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas. Bagi
kalangan NGO watch dog mengapa harus transparan? Paling hanya karena tuntuan donor
bagi kalangan NGO pro demokrasi jelas transparan dan akuntabel sebuah keharusan mutlak,
karena demokrasi sendiri mengandung unsur transparansi dan akuntabilitas sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada konstituennya. Oleh karena itu, tuntutan-tuntutan transparansi
dan akuntabilitas sebenarnya hanya bagian dari tuntutan demokratisasi NGO. Dua isu ini
bukan hal yang terpisah kan kecuali isu transparansi ini memang sengaja dimunculkan oleh
kelompok liberal untuk mendistorsi isu demokratisasi NGO atau memang NGO hanya diset
sebagai watch dog dan tidak lebih.
Bagi NGO-NGO yang isu sentralnya antikorupsi, kolusi dan nepotisme, dituntut
untuk transparan dan akuntabel, minimal karena dua hal: Isu antikorupsi dan transparansi
anggaran merupakan isu yang cukup sensitif yang merupakan kritik terbesar pada pemerintah
saat ini. Sebagai NGO yang concern dengan isu ini tentu dituntut lebih baik dari pihak yang
dia kritik atau pihak yang diadvokasi. Kebanyakan NGO-NGO antikorupsi merupakan
gerakan yang bercita-cita berbasiskan rakyat, dengan asumsi korupsi sistemik di Indonesia

tidak bisa ditumpas tanpa dukungan rakyat banyak. Oleh karena itu perlu transparansi dan
akuntabilitas kepada rakyat yang memberikan mandat kepada NGO tersebut. Persoalan lain
lebih untuk menjaga keutuhan organisasi, karena banyak NGO yang gagal karena tidak
demokratis termasuk di dalamnya tidak transparan dan akuntabel.

Kepada Siapa Harus Transparan dan Akuntabel?
Ini merupakan soal kedua bagi NGO. Kepada siapa saja NGO harus transparan dan
akuntabel? Apakah setiap NGO harus transparan ke publik secara keseluruhan, apa NGO
hanya transparan kepada konstituennya saja atau hanya kepada lembaga donor?
NGO-NGO yang tidak mempunyai konstituen, untuk apa harus transparan kepada
publik, paling-paling hanya perlu transparan pada kalangan internal agar tidak pecah. Karena
mereka tidak mendapat mandat dari publik, tidak menerima kontribusi dari publik yang
kemudian harus dipertanggungjawabkan kepada publik. Kalau NGO ini berelasi dengan
lembaga donor maka paling-paling mereka transparan dan akuntabel kepada lembaga donor
tersebut. Rakyat tentu tidak terlalu peduli, paling hanya ada gosip-gosip.
Bagi NGO yang punya konstituen, katakanlah rakyat sebagai basis dan NGO ini
hidup dari iuran anggota dan kontribusi rakyat, maka transparansi dan akuntabilitas
merupakan suatu keharusan. NGO-NGO seperti ini hanya bisa hidup, berkembang dan

bertahan apabila menerapkan prinsip-prinsip demokrasi termasuk transparan dan akuntabel.

Tanpa prinsip tersebut maka mereka juga akan ditinggalkan konstituennya dan gagal.

Sejauh Mana Transparansi dan Akuntabilitas Dilakukan?
Ini soal ketiga yang juga belum selesai. Berbagai pertanyaan muncul sejauh mana
transparansi harus dilakukan dan apa ukurannya? Apa setiap uang masuk dari mana saja
asalnya harus dicantumkan atau cukup totalnya saja; apa setiap pengeluaran harus
dicantumkan kemana dan untuk apa, harus dicantumkan atau cukup jumlah totalnya saja?
Apa setiap kegiatan harus transparan dan akuntabel atau cukup laporan akhir kegiatan saja.
Jangan-jangan karena hal diatas NGO malah tidak bisa bekerja.

Prinsip-prinsip Transparansi dan Akuntabilitas
Beberapa NGO memang dituntut untuk transparan dan akuntabel, maka harus
dibangun kesepakatan-kesepakatan umum tentang bagaimana transparansi dan akuntabilitas
tersebut dilaksanakan, supaya NGO dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan leluasa.
Beberapa prinsip umum transparansi dan akuntabilitas yang dapat dilakukan paling tidak
sebagai berikut:





Adanya catatan finansial dan kegiatan yang cukup rinci beserta bukti-bukti memadai
sebagai bahan laporan.
Adanya tim pemeriksa Independen yang mempunyai akses cukup untuk memeriksa
keuangan dan manajemen operasional NGO.
Adanya public disclousure, laporan-laporan yang dibuat berdasarkan catatan-catatan
diatas dibuka untuk kalangan internal dan eksternal. Laporan ini harus dimuat
dikoran harian atau media lain yang dapat diakses masyarakat luas. Bagi yang
konstituennya terbatas, mungkin cukup dengan memuat laporan, baik keuangan
maupun kegiatan di terbitan buletin atau media internal yang ada dan kemudian
disebarkan pada konstituen.

Selama NGO belum final menempatkan dirinya sebagai watch dog atau sebagai kekuatan
demokrasi, maka persoalan transparansi dan akuntabilitas ini mungkin juga akan belum
selesai. Maka menentukan posisi merupakan hal penting yang harus dilakukan sehingga
transparansi dan akuntabilitas dapat mengikutinya. Hal yang lebih penting tentunya
menumbuhkan demokrasi pada kalangan NGO yang akan menggiring prinsip transparansi
dan akuntabilitas di dalamnya, sehingga persoalannya menjadi selesai.