Laporan Penelitian dan id bab 5

LAPORAN PENELITIAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADIS KELAS III ( STUDI KASUS MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI MODEL KOTA JAMBI ) OLEH : KELOMPOK VIII

Di buat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Pembelajaran SDMI

Di susun Oleh Kelompok VIII : Kelas : VC PGMI

  1. Arif Ilmi

  (TPG.141079)

  2. Ahmad Khairizom

  (TPG.162614)

  3. Erirafik Nurmadi

  (TPG.141096)

  4. Leni Yurdi

  (TPG.141117)

  6. Rizka Febriyani

  (TPG.151720)

Dosen Pengampuh : Amirul Mukminin Al-Anwari, M.Pd.I JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI 2016

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. 1 Pendidikan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan

  bangsa yang berkualitas diantaranya melalui proses pembelajaran.

  Dalam agama Islam pada dasarnya pendidikan ditandai pada sebuah kesadaran bahwa setiap Muslim mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

  ٞريِبَخ َنوُلَمۡعَت اَمِب ُ هللَّٱ َو ٖۚ ت ََٰج َرَد َمۡلِعۡلٱ ْاوُتوُأ َنيِذهلٱ َو ۡمُكنِم ْاوُنَماَء َنيِذهل ٱ ُ هللَّٱ ِعَف ۡرَي

  Ayat di atas menjelaskan tentang Allah Swt. akan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Hal ini selaras dengan rumusan tujuan Pendidikan Nasional yang ditegaskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada Bab III pasal 4 yang dirumuskan sebagai berikut:

  Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

  negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

  Isi Undang-Undang tersebut mengandung maksud pendidikan bertujuan agar anak didik dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

  1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. ke-3, hal 22.

  2 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, (Jakarta: Cemerlang, 2003), hal 12.

  kepada Tuhan Yang Maha Esa. Konstitusi Indonesia memandang bahwa agama merupakan elemen penting dalam pendidikan.

  Hal tersebut menggambarkan bahwa pendidikan agama merupakan fase awal tahap pengenalan nilai-nilai Islami bagi anak didik. Di samping itu pendidikan agama dan pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan satu sama lain, ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi, saling mengisi dan saling mendukung dalam upaya membangun bangsa secara keseluruhan menuju masa depan yang lebih baik.

  Menurut Asikin Nor dalam bukunya Pendidikan Dalam Perspektif Hadis mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam menurut Zainab Hartati tidak terlepas dari tujuan hidup manusia menurut Islam, pribadi-pribadi yang takwa, dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dan agar tujuan dapat dicapai maka pelaksanaan pendidikan Islam tidak bertentangan

  dengan Al-qur’an dan Hadis. 3

  Salah satu mata pelajaran yang sangat urgensi diajarkan adalah mata pelajaran Al-qur’an Hadis, yang mana keduanya ini adalah sumber ajaran utama Islam, dan menjadi standar baku yang dijadikan acuan dalam menjalani kehidupan umat manusia di dunia, sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. al- Isra ayat 9 sebagai berikut:

  ا ٗريِبَك ا ٗر ۡجَأ ۡمُهَل هنَأ ِت ََٰحِل َٰهصلٱ َنوُلَمۡعَي َنيِذهلٱ َنيِنِم ۡؤُمۡلٱ ُرِ شَبُي َو ُم َوۡقَأ َيِه يِتهلِل يِد ۡهَي َناَء ۡرُقۡلٱ اَذََٰه هنِإ

  Ayat di atas menjelaskan bahwa Alquran adalah petunjuk bagi manusia. Belajar dan mengajarkan Al-qur’an adalah yang pertama dan paling utama dalam kehidupan seorang muslim, karena Al-qur’an selain kalam Allah yang Maha Suci, juga sebagai pedoman hidup di

  dunia hingga sampai selamat ke negeri akhirat. 4

  Pembelajaran Al-qur’an dan Hadis di madrasah ibtidaiyah, menekankan proses kegiatan belajar yang berorientasi pada

  3 Asikin Nor, et.al., Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2012), Cet. ke-I, hal 115.

  4 Ibid, hal 19.

  kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang muslim terhadap kedua sumber ajaran tersebut. Diantaranya adalah kemampuan dalam membaca, menulis, mengahafal, mengartikan. Setelah semua itu dilakukan anak didik selanjutnya harus memahami isi kandungan Al- qur’an dan Hadis sebelum mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.

  Hal ini sudah terlihat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Al-qur’an dan Hadis untuk Madrasah Ibtidaiyah menempatkan kompetensi dasar membaca Al-qur’an merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Penjabaran kompetensi dasar tersebut secara garis besar tercermin ke dalam indikator berikut:

  1. Melafalkan surah-surah tertentu dalam Juz ’amma dan hadis-hadis pilihan sebagai tahap awal membaca.

  2. Membaca huruf-huruf Hijaiyah sesuai makhrajnya.

  3. Membaca Al-qur’an dan Hadis dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu Tajwid. 5

  Al-quran menggunakan lafaz Arab yang akan berbeda maknanya apabila terjadi kesalahan bacaan. Ketidak mampuan mengidentifikasi perubahan bentuk huruf menyebabkan anak tidak mampu membaca Al-qur’an dengan benar. Kekeliruan dalam membacanya tentunya berdampak kepada perubahan arti katakalimat yang dibaca.

  Pada uraian di atas, diketahui membaca Al-qur’an merupakan pembelajaran yang sangat urgensi untuk diajarkan, khususnya bagi anak yang masih duduk di bangku sekolah, maka sangat diperlukan

  5 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Alquran dan Hadis, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hal 92.

  peran serta guru dalam proses pembelajaran yang menyangkut Al- qur’an, yakni Al-qur’an Hadis, karena di dalam proses pelaksanaan pembelajaran sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

  Pembelajaran Al-qur’an Hadis di madrasah masih menghadapi berbagai problematika secara Internal (diri guru) maupun Eksternal atau factor pendukung lain dalam pembelajaran. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penelitian ini kami berfokus untuk menguraikan problematika dalam pembelajaran Al-qur’an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah sehingga nantinya dapat menjadi gambaran bagaimana upaya yang harusnya dilakukan untuk mengatasi problematika yang ada pada pembelajaran Al-qur’an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah khususnya di kelas III.

  Dari penjabaran di atas, maka perlulah dilakukan penelitian mengenai “Problematika Pembelajaran Al-quran Hadis Kelas III”.

B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini difokuskan ke dalam penelitian mengenai problematika pembelajaran Al-quran Hadis yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Model Kota Jambi kelas III yaitu dari segi proses kegiatan pembelajarannya. Dan focus penelitian ini dijabarkan melalui rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apa saja problematika yang dihadapi guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu perangkat program tahunan, perangkat program semesteran, analisis hari efektif, perngkat silabus, dan pembuatan RPP?

  2. Apa sajakah problematika yang dihadapi guru dalam proses pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pembelajaran Al-quran Hadis di kelas III?

  3. Apa saja problematika dan kesulitan yang dihadapi siswa kelas III dalam kegiatan proses pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di MI Negeri Model Kota Jambi?

C. Tujuan Penelitian

  1. Mendeskripsikan secara rinci problematika dan hambatan yang dihadapi dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu perangkat program tahunan, perangkat program semeteran, analisis hari efektif, perangkat silabus, dan pembuatan RPP.

  2. Mendeskripsikan secara rinci problematika yang dihadapi guru dalam proses pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pembelajaran Al- quran Hadis di kelas III.

  3. Mendeskripsikan secara detail problematika dan kesulitan yang dihadapi siswa kelas III dalam pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran Al-quran Hadis di MI Negeri Model Kota Jambi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

  Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan di madrasah ibtidaiyah. Pengembangan tersebut berkaitan dengan apa saja problematika serta hambatan yang di hadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Al-quran Hadis sehingga nantinya dapat menjadi gambaran dalam upaya ataupun solusi dalam mengatasi problematika pada pembelajaran Al-quran Hadis di madrasah ibtidaiyah dalam rangka menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan efisien yang akan meningkatkan hasil pembelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermutu dan bermakna bagi peserta didik dan guru serta menambah khazanah keilmuan tentang problematika Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan di madrasah ibtidaiyah. Pengembangan tersebut berkaitan dengan apa saja problematika serta hambatan yang di hadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Al-quran Hadis sehingga nantinya dapat menjadi gambaran dalam upaya ataupun solusi dalam mengatasi problematika pada pembelajaran Al-quran Hadis di madrasah ibtidaiyah dalam rangka menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan efisien yang akan meningkatkan hasil pembelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermutu dan bermakna bagi peserta didik dan guru serta menambah khazanah keilmuan tentang problematika

2. Manfaat Praktis

  Secara praktis, dapat bermanfaat serta dapat menggambarkan bagi pembaca, pengajar dan siswa ,dalam upaya pemecahan masalah terhadap problematika yang di hadapi dalam pelaksanaan pembelajaran Al-quran Hadis di Madrasah Ibtidaiyah.

E. Telaah Pustaka

  Untuk mengetahui sub-kajian yang sudah ataupun belum diteliti pada penelitian sebelumnya, maka perlu adanya upaya komparasi (perbandingan), apakah terdapat unsur-unsur perbedaan ataupun persamaan dengan konteks penelitian ini. Di antara hasil penelitian terdahulu yang menurut peneliti terdapat kemiripan, yaitu;

  Pertama, Indah Sri Rahayu (2010) dalam hasil penelitian skripsinya Problematika Pembelajaran pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits dan Cara Mengatasinya [Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum Pojok Ponggok Blitar]. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa masalah pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang dilakukan guru dalam aspek afektif dan psikomotorik sudah cukup baik. Selain itu, hasil penelitian pun menunjukkan bahwa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang mampu berprestasi dan mengangkat citra nama baik MI dan ada perubahan tingkah laku siswa baik yang ikut TPQ maupun yang tidak ikut TPQ dalam menjalani dan mengamalkan nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qur’an Hadits. Adapun problem yang dihadapi guru dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah faktor pendidik yang kurang profesional, faktor anak didik yang latar belakang pendidikannya bervariasi, faktor lingkungan yang kurang mendukung, serta faktor sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sedangkan cara yang dilakukan guru dalam mengatasi problem pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah dengan meningkatkan profesionalisme guru dengan Pertama, Indah Sri Rahayu (2010) dalam hasil penelitian skripsinya Problematika Pembelajaran pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits dan Cara Mengatasinya [Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum Pojok Ponggok Blitar]. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa masalah pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang dilakukan guru dalam aspek afektif dan psikomotorik sudah cukup baik. Selain itu, hasil penelitian pun menunjukkan bahwa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang mampu berprestasi dan mengangkat citra nama baik MI dan ada perubahan tingkah laku siswa baik yang ikut TPQ maupun yang tidak ikut TPQ dalam menjalani dan mengamalkan nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qur’an Hadits. Adapun problem yang dihadapi guru dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah faktor pendidik yang kurang profesional, faktor anak didik yang latar belakang pendidikannya bervariasi, faktor lingkungan yang kurang mendukung, serta faktor sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sedangkan cara yang dilakukan guru dalam mengatasi problem pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah dengan meningkatkan profesionalisme guru dengan

  

  peraga dalam proses belajar mengajar. 6

  Kedua, Laely Syakurotun Ni'mah, dalam penelitiannya Problematika Pembelajaran Al-Qur'an Hadits Dan Solusinya Pada Kelas Vii Di Mts Nu 18 Salafiyah Karangmalang Kangkung Kendal Tahun Ajaran 20092010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika yang dihadapi meliputi: 1) Problematika yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan anak didik; 2) Problematika yang berhubungan dengan penguasaan dan pengembangan materi guru; 3) problematika yang berhubungan dengan pengelolaan kelas dan metode mengajar, 4) Problematika yang berhubungan dengan media dan sumber belajar, 5) problematika yang berhubungan dengan evaluasi. Tindakan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut adalah meningkatkan belajar siswa dengan belajar berlatih dan membiasakan membaca, meningkatkan profesionalitas guru, melalui pelatihan pembelajaran Al-Qur'an Hadits dan memperkaya keilmuannya dengan pengetahuan- pengetahuan lainnya, disamping itu guru lebih aktif mencari buku bandingan sebagai pendukung, penggunaan metode yang mengedepankan peran siswa. mengikut sertakan siswa dalam kegiatan di setiap pembelajaran. Guru menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, penyediaan media dan sarana belajar untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan siswa, selain itu guru menguasai dalam strategi penilaian dengan tujuan untuk mempermudah untuk

  mengevaluasi. 7

  Ketiga, Rizka Nurillah Septi R (2009) dalam skripsinya Problematika Pembelajaran Al-Quran Hadits Dan Usaha Mengatasinya Di Mts Maarif Nu (Nahdlatul Ulama) 05 Majasari Bukateja Purbalingga. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur'an Hadits di MTs

  6 http:repo.iain-tulungagung.ac.id1423 7 http:library.walisongo.ac.iddigilibgdl.php?mod=browseop=readid=jtptiain-gdl-laelysyaku-

  4625

  MA'arif NU 05 menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang mana alokasi waktunya 40 menit per minggunya. Dan metode yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, driil latihan dan resitasi. Evaluasi dilakukan dengan uji kompetensi dasar, uji blok dan portofolio. (2) Problem yang dihadapi dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits di MTs Maarif NU 05 Majasari di antaranya adalah kurangnya kemampuan siswa dalam membaca sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, belum diadakan penataran atau bimbingan khusus bagi guru bidang studi Al-Qur'an Hadits, latar belakang sekolah siswa yang heterogen dan sarana serta sumber belajar yang masih kurang untuk mendukung jalannya pembelajaran Al-Qur'an Hadits. (3) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi beberapa problem yang di hadapi diantaranya adalah diadakan kegiatan Qiro'ati dan tadarus, diadakan diklat cara membaca dan mengajarkan Al-Qur'an dengan benar dan menambah perangkat proses belajar mengajar seperti alat pembelajaran dan

  sumber belajar di kelas. 8

  Keempat, Ni’mah, Laely Syakurotun (2010). Dalam skripsinya yang berjudul Problematika pembelajaran Al-Qur'an Hadits dan solusinya pada kelas VII di MTs NU 18 Salafiyah Karangmalang Kangkung Kendal tahun ajaran 20092010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika yang dihadapi meliputi: 1) Problematika yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan anak didik; 2) Problematika yang berhubungan dengan penguasaan dan pengembangan materi guru; 3) problematika yang berhubungan dengan pengelolaan kelas dan metode mengajar, 4) Problematika yang berhubungan dengan media dan sumber belajar, 5) problematika yang berhubungan dengan evaluasi. Tindakan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut adalah meningkatkan belajar siswa dengan belajar berlatih dan membiasakan membaca, meningkatkan profesionalitas guru, melalui pelatihan pembelajaran Al-Qur'an Hadits dan

  8 http:digilib.uin-suka.ac.id3010

  memperkaya keilmuannya dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya, disamping itu guru lebih aktif mencari buku bandingan sebagai pendukung, penggunaan metode yang mengedepankan peran siswa. mengikut sertakan siswa dalam kegiatan di setiap pembelajaran. Guru menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, penyediaan media dan sarana belajar untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan siswa, selain itu guru menguasai dalam strategi penilaian dengan tujuan untuk mempermudah untuk mengevaluasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan berdampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola kelas. Artinya guru dapat memperoleh teori yang dibangun sendiri bukan diberikan pihak luar. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa para tenaga pengajar,

  para peneliti di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 9

  9 http:eprints.walisongo.ac.id3205

BAB II KERANGKA TEORI

A. Problematika Pembelajaran

  Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

  Problematika pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor- faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh 3 faktor, Bahan Baku (Raw Input), Instrumen, dan Lingkungan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut.

  Pembelajaran pada dasarnya merupakan usaha mengubah atau meningkatkan potensi seseorang, calon siswa (raw input) menjadi pribadi baru (raw output) dengan kualitas tertentu. Pembelajaran mengubah sikap, prilaku dan kemampuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu. Pembelajaran juga berarti meningkatkan potensi seseorang dari sedikit tahu menjadi lebih banyak tahu, bahkan dari kurang baik menjadi lebih baik melalui proses belajar yang dijalani.

Bahan Baku (Raw Input)

  Calon siswa merupakan bahan baku pembelajaran. Merekalah yang akan "diolah" melalui proses pembelajaran hingga mencapat kondisi tertentu. Melalui proses pembelajaran mereka diubah, dikembangkan atau ditingkatkan potensinya, sehingga mereka berubah dari kondisi sebelumnya. Mereka berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dewasa menjadi dewasa, dari tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya.

  Siswa disebut bahan baku, bahan mentan, sebab sebelum diberikan pembelajaran, pada dasarnya mereka memiliki potensinya sendiri. Potensi itulah yang perlu dikembangkan hingga mencapai kondisi tertentu. Potensi tersebut juga mempengaruhi kualitas proses pembelajaran. Kualitas mental dan kecerdasan calon siswa dengan turut menentukan keberhasilan pembelajaran.

  Kegiatan pembelajaran akan menghadapi masalah, bila kualitas mental dan kecerdasan calon siswa tidak menunjang kelancaran proses pembelajaran. Siswa dengan mentalitas yang tidak stabil dan impulsif, misalnya, akan menyulitkan kelangsungan proses pembelajaran.

Instrumen Pembelajaran

  Instrumen pembelajaran adalah segala kelengkapan yang memungkinkan proses pembelajaran berlangsung dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Instrumen pembelajaran terdiri dari guru, managemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana. Dalam konteks pembelajaran, problem pembelajaran akan mengemuka bilamana terdapat instrumen yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Guru tidak akan mampu membelajarkan siswa secara optimal bilamana managemen sekolah tidak memberikan dukungan memadai terhadap pelaksanaan tugasnya, kurikulum tidak siap, sarana dan prasarana tidak memadai, atau gurunya sendiri tidak piawai dalam membelajarkan siswa.

  Bilamana keseluruhan instrumen baik berupa program kurikulum, managemen dan administrasi dan sarana dan prasarana telah memadai, maka kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada kepiawaian guru. Bahkan khusus dalam hal pembelajaran, guru merupakan instrumen utamanya. Hal ini dikarenakan disain pembelajaran, termasuk dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran sangat tergantung pada kesiapan guru dan memanfaatkannya.

Lingkungan

  Problem pembelajaran juga dapat muncul dari faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kondisi masyarakat sekitar sekolah yang mempengaruhi kelangsungan proses pembelajaran. Pengaruh tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpengaruh pada siswa dan pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan atau sekolah.

Berpengaruh Langsung pada Siswa

  Faktor-faktor yang berpegaruh langsung pada siswa terdiri-dari berbagai hal yang mempengaruhi kesiapan mental peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran. Di antara faktor-faktor dimaksud adalah kondisi keluarga, pola asuh orang tua, dan lingkungan pergaulan peserta didik.

Berpengaruh pada Sekolah

  Faktor yang berpengaruh pada sekolah di antaranya adalah adanya kebisingan, bau, dan suhu udara, seperti yang dialami oleh sekolah yang berada di lingkungan pabri yang bising, peternakan yang berbau menyengat, jalan raya dan pasar yang terlalu hiruk-pikuk.

  Problematika pembelajaran akibat faktor lingkungan pada dasarnya tetap dapat diantisipasi dengan kebijakan sekolah, bila saja guru dan pengelola Problematika pembelajaran akibat faktor lingkungan pada dasarnya tetap dapat diantisipasi dengan kebijakan sekolah, bila saja guru dan pengelola

B. Pengertian Al-quran Hadis

1. Pengertian Al-Quran

  Menurut bahasa, kata al-Qur’an adalah bentuk masdar yang berasal dari Qoro’a yang memiliki makna sinonim dengan kata Qiro’ah yaitu bacaan. Menurut istilah, al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab, riwayatnya mutawatir. Oleh karena itu terjemahan secara lughowiyah hadits berarti baru, hadits juga dapat diartikan “sesuatu yang di bicarakan dan dinukil”. Menurut istilah ahli hadits yang dimaksud dengan as-sunnah adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik yang berupa perkataan, dan pengakuan ketetapan Rasulullah SAW, yang berposisi sebagai

  petunjuk dan tasri’. 10

  Al- Qur’an menurut Mohammad Daud Ali adalah kitab suci yang yang memuat firman-firman (wahyu) Allah SWT, yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW sebagai rosul Allah SWT selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di mekah kemudian di

  madinah. 11 Sedangkan dalam ensiklopedi islam Al-Qur’an berasal dari kata kerja Qur’an yang berarti membaca dan bentuk masdarnya Qur’an

  yang berarti bacaan, sedangkan menurut pengertian Al-Qur’an yaitu kalam (perbuatan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

  melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. 12 Jadi Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada

  10 Basuki, dkk. Cara Mudah Mengembangkan Silabus (Yogyakarta: Pustaka Felika, 2010), hal 194. 11 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal 93. 12 Dewan Redaksi, Ensiklopedi islam ( Jakarta: PT Ikhtiar Baru, 1994), hal 132.

  Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat jibril untuk dibaca, difahami, dan di amalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.

2. Pengerian Hadits

  Sedang Hadits menurut muhammad Daud Ali adalah segala perkataan, perbuatan, tindakan yang dilakukan oleh Nabi. 13 sedangkan dalam

  ensiklopedi islam, Hadits menurut pengertian bahasa ialah suatu berita atau sesuatu yang baru, sedangkan dalam ilmu hadits istilah tersebut berarti segala perbuatan, perkataan dan taqrir (pengakuan terhadap sesuatu dengan cara tidak memberi komentar) yang dilakukan Nabi Muhammad

  SAW. 14 Jadi, mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran PAI pada Madarsah Tsanawiyah yang memberikan pendidikan

  kepada siswa untuk memahami Al-Qur’an Hadits sebagai sumber ajaran agama islam dan mengamalkan isi kandungan sebagai petunjuk hidup

  dalam kehidupan sehari-hari. 15

C. Karakteristik Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah

  Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al- Qur’an-hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an dan hadis dengan benar, serta hapalan terhadap surat-surat pendek dalam al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadis-hadis tentang akhlak terpuji untuk

  13 Ibid, hal 110. 14 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Djambatun, 2002), hal 329. 15 Depag RI, KBK kurikulum ( Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003).

  diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar adalah untuk:

  1. Pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang men¬yangkut: rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri;

  2. Pengembangan kemampuan baca-tulis-hitung dan bernalar, keterampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadan Tuhan YME; serta.

  3. Fondasi bagi pendidikan berikutnya.

  Di samping itu, juga mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11 tahun adalah operasional konkret (Piaget). Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga termasuk:

  1. Anak usia 6-9 tahun, masa social imitation atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga, guru, dan teman-teman sepermainan),

  2. Usia 9–12 tahun, masa second star of individualisation atau masa individualisasi, dan

  3. Usia 12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial.

  Secara substansial mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an-Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Materi Al-Quran-Hadis juga mendorong tumbuhnya kajian pengembangan bahasa Arab.

  Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

  1. Pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

  2. Hapalan surat-surat pendek dalam al-Qur’an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.

  Materi al-Qur’an Hadis semula terdiri dari dua bidang mata pelajaran yaitu bidang al-Qur’an dan bidang Hadis, kemudian diintegrasikan menjadi satu bidang mata pelajaran al-Qur’an Hadis. Sekalipun demikian di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari dua bidang tersebut. Jika dijumlah materi al-Qur’an sebanyak 21 Surah yakni dari surah al-Fatihah sampai dengan al-Dhuha. Secara rinci dapat disebutkan satu persatu yaitu surah al- Fâtihah, al-Nâs, al-Falaq, al-Ikhlâsh, al-Lahab, al-Nashr, al-Kâfirûn, al- Kawtsar, al-Mâ’ûn, al-Quraysy, al-Fîl, al-Humazah, al-‘Ashr, al-Takâtsur, al-Qâri’ah, al-‘ diyât, al-Zalzalah, al-Bayyinah, al-Qadr, al-‘Alaq, al-Tîn, al-Insyirah dan al-Dhuhâ.

  Sedangkan materi Hadis terdiri dari minimal 10 Hadis secara tematik yaitu tentang kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahim, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.

  Sebagai materi pendukung adalah sebagai berikut:

  1. Keterampilan baca tulis huruf Hijaiyah dengan benar (makhraj).

  2. Kaedah Tajwid, meliputi:

   Waqaf (berhenti bacaannya) dan washal (berlanjut).  Al-Qamariyah dan Al-Syamsiyah.  Madd thabi’i, mad wajib muttashil dan mad jaiz munfashil.  Bacaan nun sukun dan tanwin (Izhar, ikhfa, idgham bighunnah

  dan idgham bila ghunnah dan iqlâb). Materi pendukung bagi guru untuk memperkaya wawasan adalah: Ilmu al-Qur’an; dan Ilmu Hadis. Dengan demikian materi al-Qur’an Hadis di MI terdiri dari dua materi, yakni: pokok atau esensial dan materi pendukung. Materi pokok adalah materi al-Qur’an dan Hadis sedang materi pendukung adalah materi pengantar dari segi pengenalan baca tulis huruf Arab atau huruf al-Qur’an Hadis serta latar belakang masing-masing

  materi. 16

D. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Di MI

  Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Martinis Yamin, memandang bahwa tujuan pembelajaaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pembelajaran, dan kemampuan yang harus dimiliki siswa.

  Pembelajaran Al-Qur’an-Hadits adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan sejak dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an-Hadits melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pembelajaran Al-Qur’an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah agar murid mampu membaca, menulis, menghafal, mengartikan, memahami, dan terampil melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an-Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah

  16 https:reyneeazzahra.wordpress.com20131205karakteristik-pengelolaan-pembelajaran-al-quran- hadits-di-madrasah-ibtidiyah

  SWT. Inti ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mata pelajaran Al Qur’an-Hadith pada Madrasah Ibtidaiyah bertujuan:

  1. Menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik membaca dan menulis Al Qur’an Hadith;

  2. Mendorong, membimbing dan membina kemampuan dan kegemaran untuk membaca Al Qur’an dan Hadith;

  3. Menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan kandungan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadith dalam perilaku peserta didik sehari-hari.

  4. Memberikan bekal pengetahuan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang setingkat lebih tinggi (MTs). 17

E. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadis di MI.

  1. Dengan meningkatkan profesionalisme guru dengan mengikuti penataran kependidikan, mengadakan evaluasi hasil belajar siswa dan menambah pelajaran ekstra di luar sekolah, serta dengan melengkapi alat peraga

  dalam proses belajar mengajar. 18

  2. Dengan meningkatkan belajar siswa dengan belajar berlatih dan membiasakan membaca, meningkatkan profesionalitas guru, melalui pelatihan pembelajaran Al-Qur'an Hadits dan memperkaya keilmuannya dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya, disamping itu guru lebih aktif mencari buku bandingan sebagai pendukung, penggunaan metode yang mengedepankan peran siswa. mengikut sertakan siswa dalam kegiatan di setiap pembelajaran. Guru menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, penyediaan media dan sarana belajar untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, mengetahui karakteristik dan tingkat

  17 https:karsoose.wordpress.com20131017tujuan-pembelajaran-quran-hadis-di-mi 18 http:repo.iain-tulungagung.ac.id1423 17 https:karsoose.wordpress.com20131017tujuan-pembelajaran-quran-hadis-di-mi 18 http:repo.iain-tulungagung.ac.id1423

  3. Dengan diadakan kegiatan Qiro'ati dan tadarus, diadakan diklat cara membaca dan mengajarkan Al-Qur'an dengan benar dan menambah perangkat proses belajar mengajar seperti alat pembelajaran dan sumber

  belajar di kelas. 20

  19 http:library.walisongo.ac.iddigilibgdl.php?mod=browseop=readid=jtptiain-gdl-laelysyaku- 4625

  20 http:digilib.uin-suka.ac.id3010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Teknik Pengumpulan Data

  Pengumpulan data adalah bagian terpenting dalam penelitian. Data yang valid dan lengkap sangat menentukan kualitas penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam, Observasi Peran Serta, serta Dokumentasi dalam mengumpulkan data yang peneliti cari, berikut lebih jelas tentang ketiga teknik tersebut.

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

  wawancara adalah

  pengadministrasian angket secara lisan dan langsung terhadap masing- masing anggota sample. Apabila wawancara dilakukan dengan baik, ini dapat menghasilkan data yang mendalam yang tidak mungkin di dapat dengan angket, pewawancara dapat menanyakan lagi untuk jawaban-jawaban yang tidak jelaskurang lengkap. akan tetapi wawancara cukup memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit meskipun hanya melibatkan sampel yang lebih kecil. lagipula, respon yang diberikan oleh objek bisa-bisa terpengaruh oleh reaksi terhadap pewawancara. Oleh karena itu wawancara memerlukan keterampilan

  khusus dibidang komunikasi dan “human relation”. 21

  Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara yaitu;

  a) pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan, b) pedoman wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal

  membubuhkan tanda (check) pada nomer yang sesuai. 22

  21 Darmadi, 2011: 158 22 Suhasaputra,2012: 270

  Sedangkan Esterberg di dalam Sugiono mengemukakan tiga jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur, wawancara

  semistruktur, dan wawancara tidak terstruktur. 23 Pedoman wawancara yang digunakan di dalam penelitian ini adalah bentuk semi struktur.

  Dalam hal ini mula-mula pewawancara menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah di buat sebelumnya, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut, apabila ada informasi yang belum dimengerti oleh peneliti. Dengan demikian jawaban yang diperoleh tidak bias dan mendalam.

2. Observasi Peran Serta (Participant Observation)

  Darmadi menyatakan bahwa observasi adalah instrument lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan indra penglihatannya. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa fakta alami, tingkah laku, hasil kerja informan dalam situasi alami. Sebaliknya instrument observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subjek yang diteliti. untuk memaksimalkan hasil observasi, peneliti dapat menggunaan beberapa alat bantu observasi misalnya: buku catatan, check list berisi objek yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengamatan. Alat lain yang juga dapat digunakan yakni kamera, film proyektor, dan sebagainya, maka peneliti diharapkan dapat memilih yang tepat dan memaksimalkan

  pengambilan data dilapangan. 24

  Nasution dalam Sugiyono menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

  23 Sugiyono, 2012: 233 24 Darmadi, 2011: 263-264 23 Sugiyono, 2012: 233 24 Darmadi, 2011: 263-264

  yang akan digunakan dalam penelitian dikutip dari Suharsaputra, 2012: 212.

  Contoh Pedoman Observasi

  1. Aktivitas Kejadian

  Selain observasi yang dilakukan dengan pedoman diatas, peneliti juga melakukan observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sitematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak mempersiapkan instrument observasi yang baku melainkan hanya berupa rambu-rambu pengamatan, karena peneliti belum tahu pasti apa yang akan terjadi, jenis data apa yang akan berkembang dan

  dengan cara apa data baru itu paling sesuai untuk dieksplorasi. 26 Observasi ini dilakukan untuk mengamati bagaimana proses kegiatan

  pembelajaran Al-Qur’an Hadis di kelas IV, problematika apa yang di

  25 Sugiyono, 2012: 310 26 Sugiyono, 2012 :228 25 Sugiyono, 2012: 310 26 Sugiyono, 2012 :228

3. Dokumentasi (documentation)

  Cara lain untuk memperoleh data dari informan adalah menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada informan atau tempat, di mana informan melakukan kegiatan sehari-harinya.Sugiyono mengatakan bahwa dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, hasta karya dan lai-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap metode

  observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 27

  Teknik ini penting digunakan karena dari informasi yang ada dapat di analisis lebih dalam sebagai mana yang ada dalam dokumen. Karena “banyak informasi yang karena sifatnya sudah ada tapi tersimpan dalam dokumen, sehingga untuk mengenalinya

  membutuhkan upaya menganalisa dokumen”. 28 Demi kepentingan penelitian, orang membutuhkan dokumen sebagai bukti otentik dan

  mungkin juga menjadi pendukung suatu kebenaran.

  Sumber dokumen yang ada pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumen resmi, termasuk surat keputusan, instruksi, piagam penghargaan, dan sumber dokumentasi tidak resmi

  27 Sugiyono, 2013 : 329 28 Ghony, 2008: 93 27 Sugiyono, 2013 : 329 28 Ghony, 2008: 93

  Dalam penelitian tentang problematika pembelajaran Al-Quran Hadis di Madrasah Ibtidaiyah kelas III peneliti akan menghimpun dokumen-dokumen mengenai berbagai kegiatan dan momentum atau program-program sekolah yang berkaitan dengan fokus penelitian, seperti , RPP, silabus , serata foto kegiatan proses kegiatan pembelajaran , maka dokumen berupa foto, atau laporan kegiatan dapat menjadi sumber data.

B. Teknik Analisis Data

  Analisis data akan dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Menurut Nasution di dalam Sugiyono, analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan

  pengumpulan data. 30

  Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan berikutnya sampai tahap tertentu, sampai diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

  datanya sudah jenuh. 31

  Mengingat penelitian ini menggunakan desain studi multi situs, maka dalam menganalisis data tidak cukup terhenti sampai analisis data kasus

  29 Darmadi, 2011 : 266 30 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, hlm. 336. 31 Ibid, hlm. 337.

  individu (individual case), akan tetapi haru pula dilanjutkan dengan analisis data lintas kasus (cross case analysis), sebagaimana yang di ungkapkan Yin bahwa jika penelitian menggunakan rancangan studi multikasus, maka dalam menganalisis data dilakukan dua tahap analisis, yaitu: a). Analisis data kasus (individual case), dan b). Analisis data lintas

  kasus (cross case analysis). 32

1. Analisis Data Kasus Individu

  Analisis data kasus individu dilakukan pada masing objek yaitu MIN MODEL Kota Jambi, peneliti melakukan interpretasi data yang berupa kata-kata, sehingga diperoleh makna (meaning).

  Data-data yang dianalisis sesuai dengan model interaksi melalui beberapa tahapan-tahapan, sebagaimana yang dikemukakan Miles Huberman bahwa aktivitas dalam analisa, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawingverification.

  Reduksi data, data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama penliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data dapat dibantu dengan komputer mini, dengan memberi kode pada aspek-aspek tertentu. Dalam situasi sosial tertentu, peneliti dalam mereduksi data mungkin akan memfokuskan pada

  Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadis. 33

  Penyajian data, Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian siangkat, bagan,

  32 Robert K. Yin, Studi Kasus, Memahami hlm. 61. 33 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, hlm. 338.

  hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network

  (jejaring kerja) dan chart. 34

  KesimpulanVerifikasi data, langkah ke tiga dalam anaisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahan pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitin kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

  dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 35

  Dengan demikian, kesimpulan dari verifikasi data yang ada akan menjawab rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya, atau mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan, bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat dinamis tidak statis.

  Untuk membantu dan memudahkan penelitian dalam penelitian, Hamidi menyarankan empat langkah praktis dalam teknik analisa data, yakni: 1) Membuat catatan lapangan (field recording). 2) Membuat

  Mengelompokkan data sejenis (grouping), 4) Menginterpretasikan data (interpretation).

2. Analisis Data Lintas Kasus

  Analisis lintas kasus dimaksudkan sebagai proses membandingkan temuantemuan yang diperoleh dari masing-masing

  34 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, hlm. 341. 35 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, hlm. 345.

  kasus sekaligus sebagai proses memadukan antar kasus. Louis dan Heriot di dalam Miles Humberman sasaran studi multikasus adalah meningkatkan rampatan, pemberina kepastian bahwa peristiwa dan proses dalam latar yang dideskripsikan dengan baik tidak seluruhnya mempunyai karekteristik yang khusus. Dengan kata lain, masalahnya adalah melihat proses dan keluaran yang terjadi antara banyak kasus dan situs, memahami bagaimana proses tersebut disimpangkan oleh variasi kontekstual lokal tertentu. Kemudian alasan mengkaji kelompok-kelompok perbandingan ganda dikemukakan oleh Glaser dan Strauss bahwa, secara konseptual, peneliti tersebut menggunakan kelompok pembanding ganda untuk menemukan jenisjenis struktur sosial di tempat teori atau subteori dapat diterapkan. Dengan membandingkan situs atau kasus, orang dapat menetapkan rentang rampatan dari temuan atau penjelasan, dan dalam pada itu,

  menemukan kondisi di tempat temuan tersebut berada. 36

C. Pengecekan Keabsahan Data

  Karena yang dicari adalah kata-kata, maka tidak mustahil ada kata- kata keliru yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan keadaan yang sesungguhnya, maka diperlukan sebuah pengujian kredibilitas melalui triangulasi data. Sugiyono mengartikan triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, maka jika bila peneliti melakukan data dengan teknik triangulasi, maka peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yakni pengecekan kredibilitas data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagi

  36 M, B. Miles, A. M. Huberman, Analisis Data Kualitatif, Memahami hlm. 279 36 M, B. Miles, A. M. Huberman, Analisis Data Kualitatif, Memahami hlm. 279

1. Triangulasi Sumber

  Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Misalnya peneliti akan mencari Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadis, maka peneliti akan mengumpulkan data dari kepala sekolah, guru-guru kelas yang mengajar pendidikan Al-Qur’an Hadis, dan siswa-siswa. Data dari ke tiga sumber tersebut, tidak biasa dirata-ratakan seperti penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pendangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check)

  dengan tiga sumber data tersebut. 39

2. Triangulasi Teknik

  Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuisoner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan dta yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikasn data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar,

  karena sudut pandangnya berbeda. 40

  37 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 83 38 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 125 39 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 127 40 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 127

3. Triangulasi Waktu