PERSPEKTIF 2 EKONOMI MARITIM INDONESIA (1)

E

PERSPEKTIF

Ehonomi Maritim
NDONESIA sebagai negara kepulauan terbesar di dunia belum
mampu memberdayakan potensi ekonomi maritim. Negeri ini

juga belum rnampu mentransformasikan sumber kekayaan
laut menjadi sumber kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Indonesia bagaikan negara raksasa yang masih tidur.

Indonesia juga memiliki posisi strategit antar benua yang menghubungkan negara-negara ekonomi maju. posisi geopolitis strategis tersebut memberikan peluang Lrdonesia sebagai jalur ekonomi. Pasalnya beberapa selat strategis yang merupakan jalur
perekonomian dunia berada di wilayah NKRI, yakni, Selat Malaka,
selat sunda, selat Lombok, selat Makassar dan selat ombai-wetar.
Potensi geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan
Indonesia dalam percaturan politik dan ekonomi antar bangsa.
.

sebagai negara kepulauan terbesar di dtrnia Lrdonesia memiliki wilayah


laut seluas

5,8

juta km persegi yang terdiri dari wirayah teritorial sebesar

3,2 juta

km prersegi dan wilayah Zona Ekonomi Eksktusif brdonesia
(zEFl)]7 juta km persegi. selain ih& terdapat 17.504 pulaudi lrdonesia

dengan garis pantai sepanjang 81.000 km perses. Dengan cakupan yang
demikian besar dan luas, tenfu saja maritim L:rdonesia mengandung
keanekaragaman alam lautyang potensial, baik hayati dan nonhayati.
Sehingga sudah sehamsnya sektor kelautan dijadikan sebagaipentrnjang
perekonomian negara ini. Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan

9 PEEpehtifMenu,u Masa Depan Marilm tndonesia
|


3l

EKONOMI MARITIM

(ICG) sumbangan sektor perikanan terhadap produk
domestik bruto (PDB) memiliki Peranan strategis. Terutama dibandan Perikanan

dingkan sektor lain dalam sektor perikanan maupun PDB nasional'
Pada tahun 2008 saja tercatat PDB pada subsektor perikanan mencapai angka Rp 136,43 triliun. Nilai ini memberikan kontribusi terhadap PDB kelompok pertanian menjadi sekitar 19,13 persen atau
kontribusi terhadap PDB nasjonal sebesar 2,75 persen. Hingga triwulan ke III 2009 PDB perikanan mencapai Rp128,8 triliun atau
memberikan kontribusi 3,36 persen terhadap PDB tanpa migas dan
3,L2 persen terhadap PDB nasional.

Di antaranya, tanamanbahan makanan sebesar Rp347,841, triliun, perikanan Rp136,a35 triliun, tanarnan perkebunan Rp106,186 triliun, petemakan Rp82,835 triliun, dan kehutanan Rp32,942 kiliun. Kemudian
hingga triwulan m 2009, PDB kelompok pertanian, petemakan, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp654,664 triliun. Dengan rincian, tanaman bahan makanan Rp331,955 triliun, perikanan Rp12&808 triliun,
petemakan Rp 76,022 triliun,
tanaman perkebunan Rp84936
dan kehutanan Rp 12&808 triliun. Dari jenis sektor dalam kelompok
pertanian, perikanan yang memiliki kenaikan rata-rata tertinggi sejak
tahun2004-2008 sebesar27,06 persen. Kemudiansektor tanamanbahan

makanan 2O56 persen, tanaman perkebun Nr 21,22 Persen, peterrtakan
19,87 persen dan kehutanan L8,8L persen.

Catatan ini, semakin menguatkan anggaPan bahwa sek'tor maritim
sangat potensial dikembangkan sebagai penunjang ekonomi nasio-

nal. Tentu saja, sektor kelautan tidak hanya menghasilkan produk
perikanan. Ironis, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
dengan sumber daya alamberlimpah, perekonomian Indonesia malah semakin terpuruk. Hutang negaraPun terus menggunung. fumlahnya tidak tanggung-tanggung, mencapai Rp1'64,4 triliun atau
mengambil 13,68 persen dari anggaran belanja negara 2011.

32 I 9 Pspehtif MsuiuMasa

Depan MaridmlndonGia

EI(oNOMI MARITIM

Melambungnya hutang tahun ini disebabkan adanya peningkatan
hutang jatuh tempo. Total hutang pemerintah yang membengkak
pada fanuan 20[1, mencapai Rp1.695 triliun atau naik Rp17,l3

triliun dibanding akhir 2010. Bila dikonversi ke kurs dolar Amerika
Serikat, hutang Indonesia sekitar 197,19 miliar dolar AS.
sementara jika mengacu pada pendapatan kotor negara sebesar
Rp6,422 triliun, rasio hutang Indonesia sebesar 25 persen.
Jelas ini
angka yang tidak kecil. Pertanyaan besar muncuf seberapa besar
pemanfaatan sumber kekayaan brdonesia sebagai negara kepulauan
bisa menutupi hutang yang menumpuk tersebut?
Guna menuju langkah ini diperlukan komitrnen yang mengarahkan

pemerintah harus fokus pada perekonomian nasional di bidang
maritim. Ini karena Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi maritim yang besar dan beragam serta belum sepenuhnya
dikelola. Berbagai sektor dapat dikembangkan dalam upaya memajukan dan memakmurkan perekonomian negara, mulai Jari perikanan tangkap perikanan budidaya, industri pengolahan hasil
perikanan, industri bioteknologi maritim, pertambangan dan energi, pariwisata bahari, trngkutan laut, jasa perdagangan, industri
maritim, pembangunan maritim (konstruksi dan rekayasa), benda
berharga dan warisan budaya (cultural heitage), jasa lingkungao
konservasi sampai dengan biodiversitasnya.
Konsenterasi pembangunan perekonomian di bidang maritim diharapkan dapat mengatasi keterbatasan pengembangan ekonomi
berbasis daratan dan stagnasi perhrmbuhan ekonomi. Terlebih,
laut Indonesia memiliki potensi besar yang mampu menghasilkan

produk-produk unggulan. Banyak pihak memprediksi, perrnintaan
produk maritim akan terus meningkat seiring denganbertambahnya
penduduk dunia. sehingga, ekonomimaritimdiyakinidapatmenjadi
unggulan kompetitif dalam memecahkan persoalan bangsa.

9

Per5p.frtitMouiu

Me

Ocpen

Ua*fn mamCa | 33

EKONOMI MARITIM INDONESIA DII(UASAI ASINC

Berd.asarkan kajian yang ditakukan Pusat Kajian Sumber Daya
pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Puslitbang oseanologi LIPI pada tahunl997-


t99& Incremental Capital output Ratio (ICOR) untuk sektor perikanan berkisar antara 2,75-3,95. Ini mengindikasikan subsektor
tersebut memPunyai prospek cukup baik bagi investasi' Sementara
sektor pariwisata bahari, merupakan sektor yang paling efisien dan
*"*prrr,yui resiko paling kecil dalam penanaman modal dibandingkan dengan sub sektor'lain.

Kajian tersebut merekomendasikan tiga hal yang harus dilakukan

pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional berbasis maritim, yaitu memperbesar dan memperluas diversifikasi sektor-sektor maritim, memperbanyak investasi dengan
memberikan stimulus pada sektor-sektor yang memPunyai IncrementalCapitaloutputRafio(ICOR)yangrelatifrendah(perikanan
dan pariwisata) serta meningkatkan efisiensi yang mencakup alokasi
.rrrhu optimum berdasarkan jenis usaha, lokasi dan compatibility
antar sektor maritim.

Adapun selama ini kontribusi bidang maritim masih didominasi
sektor pertambangan, diikuti perikanan dan sektor-sektor lain.
Hal itu mengindikasikan jika sektor tersebut dipisah, maka gub bidang yang ada akan memiliki kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan PDB nasional.

EKONOMI MARITIM INDONESIA DIKUASAI ASING
Salah satu potensi perekonomian maritim terbesar yang


dimiliki

Indonesia adalah sumber minyak bumi dan gas' Sayangnya Indonesia belum bisa memanfaatkannya secara maksimal. Ironisnya,
sebagran besar sumber-sumber,energi tidak terbaharukan ini di-

34 | eecapcmf u"nuiu Me

DePrn

Mdillm lndoGia

kuasai pihak asing. Padahal sangat jelas, Pasal 33 Ayat (3) LruD
1945 menyebut "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat" . Alih-alih memakmurkan rakyat, membayar hutang negara pun tidak mampu.
Salah satu contoh sikap pemerintah yang pro terhadap kepentingan
asing adalah polemik blok Migas West Madura. Sekadar informasi,

mulanya saham West Madura dimiliki Pertamina (50 persen),
Kodeco (25 persen), dan CNOOC (25 persen). Sebulan menjelang
habisnya masa kontrak, Kodeco mengalihkan sebagian sahamnya


9 Pe6pehdfMenuiu Masa Depan Madtim

lhdonsia | 35

EKONOMI MARITIM INDONESIA DII(UASAI A5IN6

ke PT Sinergindo Cahaya Harapan dan CNOOC ke Pure Link Ltd,
masing-masing sebesar L2,5 persen. Meski bukan Pemegang saham
mayoritas, selama ini blok West Madura dikelola Kodeco, perusahaan minyak asal Korea Selatan.

Sikap pemerintah yang berpihak pada kepentingan perusahaan
asing terlihat dari beberapa kebijakannya. Pertama, Pertamina sejak Mei 2008 telah lima kali meminta kepada pemerintah'agar
blok West Madura sepenuhnya dikelola BUMN. Sayang, hingga
kini pemerintah belum mengabulkan permintaan tersebut. Di sisi
lain proses pengalihan saharn dari Kodeco dan CNOOC ke PT
Sinergindo Citra Harapan (SCH) dan Pure Link Investment Ltd
(PLI) hanya berlangsung dalam beberapa hari saja. Itupun tanpa
tender yang transparan.
Kedu+ porsi saham Pertamina diWestMadura adalah yang paling

besar. Namun pada kenyataannya yang menjadi pengelola adalah
Kodeco dengan kemampuan produksi hanya berada pada level 1314 ribu bph. Di sisi lain, Pertamina menyatakan sangguP menyedot
minyak di ladang itu hingga 30 ribu barel per hari.
Ketiga, potensi cadangan blok tersebut menurut Federasi Serikat
Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) cukup besar, yalai 22,22 iutabarel
minyak dan gas sebesar 219,8 BCFG. Jika diasumsikan harga minyak
mentah 100 dolar AS per barrel dan gas 4 dolar AS per MMbhr, maka
nilai potensi migas blok tersebut dapat mencapai Rp28 triliun.
Jika blok tersebut dapat diproduksi 30 ribu barel migas perhari, ca-

dangan tersebut baru habis selama enam tahun. Setelah dipotong
cost recoaery 10 dolar AS perbarel, kekayaan yang dapat diraup
sekitar Rp4 triliun pertahun. Menyerahkan pengelolaan kepada
Kodeco, Pertamina sebagai BUMN tidak mendapat keuntungan
sebagai operator.

36 |

9 Pqsgehtif Menuiu MaEDepan


Mailim lndomsia

EKONOMI MARITIM INDONESIA DII(UAsAI ASINC

Inilah ironi negara yang kaya migas namtin pengelolaannya justru
didominasi pihak asing. Padahal Pertamina sebagai satu-satunya
BUMN di bidang migas memiliki kemampuan yang tak kalah hebatnya dibanding perusahaan asing. Kondisi ini terjadi karena
terpasung regulasi yang kapitalistis, khususnya UU Migas No
2212001,, Pertamina disejajarkan dengan perusahaan-perusahan
swasta termasuk asing. Dalam praktiknya bahkan cenderung dianaktirikan. Walhasil kekayaan negara ini tidak dapat dikuasai dan
dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan rakyat.

Dari aspek sumber daya alam, hrdonesia merupakan negara kaya.
limah srrbur kaya mineral, lautan kaya ikan, berbagai barang tambang
strategis, minyak dan gas tertimbun di perut bumi L:rdonesia. Namun

jika dicermati satu-persaht intervensi dan penguasaan oleh asing
masih begitu besar dalam pemanfaatan sumberdaya alat tersebut.

Berdasarkan data Indonesia Energy Statistic 2009, y angdikeluarkan

Kementerian ESDIvI, total cadangan minyak Indonesia mencapai
2998 MMSTB (million standard tanker barrel). Iumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil minyak terbesar ke-29
di dunia. Sementara cadangan gas mencaPai 159,63 TSCF (triliun
standard cubic feet) atau terbesar ke-LL dunia.

Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar ke-15 dunia.
Per 2009 cadangan batubara mencapai 126 miliar ton. Indonesia
juga kaya dengan energi.panas bumi (geotermal) yang telsebar di
berbagai penjuru nusantara, potensinya mencapai 28,1 GW. Barang
tambangsepertinikel, emas, perak, timah, tembaga danbijibesi juga
jumlahnya sangat melimpah. Bahkan Indonesia diketahui memiliki
kualitas nikel terbaik di dunia.
Namun, kekayaanalam tersebut justru lebihbanyak dinikmati negara
lain ketimbang penduduk Indonesia. Berdasarkan Neraca Energi 2009

9

kcD.&df titfliu ME D.g.n hfilm lnddEh

|

37

INDTJSTRI

DAN'ASA.URITIM

dari 346luta barel minyak mentah yang diproduksi di dalam negeri,
38 persm diekspor ke luar negeri. Ironisnya pada saat yang sama
hrdonesia harus mengimpor minyak mentah 129 juta BOE, atau 35
persen dari total produksi dalarn negeri. tri terjadi karena 85 persen
produksi minyak Lrdonesia dikuasai swasta termasuk asing. Di sisi
lain, rakyat terus dibuat sengs,ua akibat harga minyak dinaikkan agar
sesuai derrgan standar intemasional.

Demikian pula dengan gas alam [rdonesia. Produksinya dimonopoli
swasta asing. Sebagian besar hasilnya dijual ke luar negeri dengan
kontrak-kontrak jangka paniang. Dari total produksi 459 juta BOE
(banel of oil equfualent)pada2009, hampir 60 persen diekspor ke luar
negeri yang terdiri dari gas alam (12 persen) dan dalam bentuk LNG
48 persen. Sisanya dibagi-bagi untuk industri (19 persen), PLN (10
persen) dan lain-lain.

Padahal dengan jumlah tersebut, kebutuhan domestik sangat tidak

memadai. Seiumlah industri menjerit-jerit kekurangan pasokan
gas. Hal yang sama juga dialami PLN. Akibat kekurangan gas, PLN
terpaksa menggunakan minyak yang biaya produksinya jauh lebih
mahal. Negeri ini amat kaya, namun perut penduduknya kelaparan.
Ibarat anak ayam matidi lumbung padi.

INDUSTRI DAN JASA MARITIM
Sebagai negara maritim terbesar di dunia sudah seharusnya Irrdonesia menjadi bangsa yang makmur dan disegani. Namun, kenya-

taannya dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah, negara ini seakan tak berdaya. Apalagi di bidang industri maritim,
roda perekonomian Lrdonesia lumpuh terpenjara oleh kepentingan
asing. Luas laut Indonesia y.ang mencapai 5,8 juta km persegi, terdiri dari Q3 juta km persegi perairan teritorial, 2,8 juta km persegi

38 | 9 P..sp.hdf fiouiu Ma DcFn

M.ddm

tndonds

perairan pedalaman dan kepulauan 2,7 juta km persegi Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE), serta dikelilingi lebih dari 77.504 pulau,
menyimpan kekayaan yang luar biasa. |ika dikelola dengan baik,
potensi kelautan Indonesia diperkirakan dapat memberikan penghasilan lebih dari 100 miliar dolar AS per tahun. Namun yang dikembangkan kurang dari 10 persen.
Melihatbesarnya potensi lau t nusantara, sudah seharusnya Indonesia
mempunyai infrastruktur maritim kuat, seperti, pelabuhan yang
lengkap dan modern; sumber daya manusia (SDM) di bidang maritim yang berkualitas; serta kapal berkelas, mulai untuk jasa pengarigkutan manusia, barang, migas, kapal penangkap ikan sampai
dengan armada TNI Angkatan Laut (AL).

Namury kondisi ideal tersebut sulit tercapai. Hai ini terjadi karena
industri maritirn Indonesia tidak dikelola dengan benar. Sehingga
tak satu pun negara yang segan dan menghormati Indonesia sebagai

9 PerspehrifMenuiu

Ma$ Dopen Maritim lndonda | 39

INDUSTRI DAN JASA MARITIM

bangsa maritim. Negara asing menempatkan bangsa Indonesia
sebagai pasar produk mereka. Ironisnya, pemerintah hanya berdiam
diri tanpa melakukan langkah perbaikan.
Padahal, kedepan industri kelautan hrdonesia akan semakin strategis, seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari bagian

Atlantik ke Asia-Pasifik. Hd ini terlihat 70 persen perdagangan
dunia berlangsung di kawasan Asia-Pasifik. Secara detail 75 Persen
produk dan komoditas yang diperdagangkan dikirim melalui laut
ftrdonesia dengan nilai sekitar ]..300 triliun dolar AS per tahun.
Potensi ini dimanfaatkan Singapur4 dengan membangun pelabuhan
pusat pemindahan (tr anshiprn enf ) kapal-kapal perdagangan dunia.
Negara yang luasnya hanya 692.7 km persegi, dengan penduduk
4,16lttajiwa itu telah menjacli pusat jasa transportasi laut terbesar
di dunia. Bahkan ekspor barang dan komoditas Indonesia 70 persen

melatri Singapura.
Selama ini sudah menjadi rahasiaumumbila indush'i dan jasa

maritim

Indonesia berada di bawah kendali Singapura. Lihat saia sebagian
kapal yang berlayar menghubungkan antar pulau sebagian besar
menggunakan bendera negeri The Red Dof, khususnya kapal yang
memuat barang-barang terkait dengan berbagai macam industii.
Sebagai contoh industri perkapalan yang bertebaran di beberapa
tempat di Kepulauan Riau, khususnya di pulau Batam dan beberapa
pulau sekitarnya, termasukpulau Karimun. Di sana terdapatinvestasi bidang perkapalan dan mayoritas pelakunyaberasal dari negeri
yang sangat takut terhadap KKOMarinir Indonesia.
Pertanyaannya mengapa hal demikian bisa terjadi? Tidak sulit untuk
merrjawabnya yaitu bisa jadi karena ada pembiaran dari pembuat ke'
biiakan di bidang investasi. Bisa pula karena para pembuat kebijakan

4O I g pcrrfrnf

ucnuiu Mas D.p.n Man'dm

lndoEla

OAN JASA MARITIM
'NDUSTRI

di negeri ini ddak paham strategisnya dunia maritim bagi Indonesia.
Tersiar kabar pul4 ada agen-agen dari Singapura dibeberapa tempat
skategis yang siap memotong bila ada kebijakan maritim yang
menguntungkan Indonesia atau sebaliknya merugikan negeri tersebut.
Keadaan semakinrumit karena sebagian indush'i perkapalan di dalam
negeri masih harus berurusan dengan Singapura.

Mengenai pembangunan kapal misalnya, seperti propeler, sistem
pendorong radar dan lain sebagainya pabrikan subsistem tersebut
terkadang tidak mau galangan Indonesia berhubungan langsung
dengan kantor pusat mereka di Eropa atau Amerika. Tapi, harus
melewati perwakilan regionatr mereka yang berada di negeri pencuri
pasir itu. Pertanyaan besar muncuf kapan bangsa Indonesia sadar
akan hal ini dan bertindak memlrtus rantai pengendalian negeri
kecil tersebut?

Penghambat Industri Maritim

Di sisi lain, banyak faktor yang menghambat pembangunan industri maritim nasional. Pertama, sistem finansial. Kebijakan sektor perbankan atau lembaga keuangan di Lrdonesia yang sebagian besar keuntungannya diperoleh dari penempatan dana di
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), untuk pembiayaan industri maritim sangat tidak mendukung. Ini karena bunga pinjaman sangat
tings.Berkisar antara 11-12 persen per tahun dengan 100 persen
kolateral (senilai pinjaman).
tsandingkan dengan sistem perbankan Singapura yang hanya
mengenakan bunga dua persen+LIBOR dua persen (total sekitar 4 persen) per tahun. Equity-nya hanya 25 persen sudah bisa
mendapatkan pinjaman tanpa kolateral terpisah. Sebagai contoh bagi pengusaha kapal, kapal yang dibelinya bisa menjadi

9

l@f

Mdulu Ma* ocaen uartn naoncaa |

4l

jaminan. Tidak heran, jika p,engusaha nasional kesulitan mencari
pembiayaan untuk membeli kapal, baik baru maupun bekas melalui sistem perbankan Indonesia.
Kedua, sesuai dengan Kepmmkeu

No

370ACtuIK.03l2W3 tentang

Pelaksanaan Pajak Pertambalnn Nilai yang Dibebasknn Atas hnpor dnnlatau
P myerahnn Barang Kena P aj ak

Tirtentu danl atau P enyualwn I asa Kena P aj ak
Tertentu, bahwa sektor perknpalan mendapat pembebasan pajak. Narrrun,

semua pembebasan pajak itu kembali harus dibayar jika melanggar
pasal'I..6, Gntang Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang pada impor
atau pada saat perolehan Barang Kena Pajak Tertentu disetor kas negara

apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak impor digunakan tidak
sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan.

Artiny+ kebijakan tersebut banci. Jika pengusaha menjual kapatrya
sebelum 5 tahun harus membayar pajak kepada negara sr.lber;ar 22,5
persen dari harga penjualan ePn 10 persen, PPh impor 7,5 persen
dan bea masuk 5 persen). Padahal di [:rdonesia jarang ada kontrak
penggunaan kapal lebih dari 5 tahurU paling banyak 2 tahun. Supaya
pengusaha kapal tidak menanggung rugi berkepanjangan mereka harus menjual kapal:rya. Namun, pengusaha harus membayar pajak terhutang kepada negara sesuai Pasa1 16 tersebut. Jika demikian, industri
maritim negara ini terhambat oleh kebijakan fiskal yang dianut
"

Sebaliknya di Singapura pemerintah akan memberikan insentif,
seperti pembebasan bea masuk pembelian kapal, pembebasan pajak
bagi perusahaan pelayaran yang bertransaksi di atas 20 juta dolar
AS. Mereka sadar bahwa inrrestasi di industri pelayaran bersifat
slotn yielding sehingga diperlukan insentif. Kalaupun kapal harus
dijual, pemerintah Singapura juga membebaskan pajaknya.
Pemerintahan di negara maju telah berpikir meski penerimaan pajak menurun, tetapi penerimaan dari sektor lain akan bertambah.

42 | r fcryfUf

Ucnuiu Mas DcF.h M.rifin thdon.d.

INDUSTRI DAN ,ASA MARITIM

Misalnya semakin banyak tenaga kerja asing tinggal dan bekerja
pada akhimya akan banyak uang yang dibelanjakan di negara tersebut. Selain ittu transaksi perbankanbiasanya akan semakinbanyak,

sehingga pendapatan negara akan meningkat. Ini adalah pola pikir
dan langkah pemerintahan yang dikelola oleh negarawan cerdas.
Ketiga,buruknya kualitas sumber daya maritim Indonesia menyebab-

kan biaya langsung industri maritim menjadi tinggi. Meskipun
gaji tenaga Indonesia sepertiga gaji dari tenaga kerja asing, tetapi
karena rendahnya disiplin dan tanggun gSawab, menyebabkan biaya
yang harus ditanggung pemilik kapal berbendera dan berawak 100
persen orang Indonesia (sesuai dengan UU No 7712008 tentang Pelayaran) sangat tinggi. Sebaiiknya, jika kapal berawak 100 persen
asing yang mahal, ternyata pendapatan perusahaan pelayaran bisa
meningkat dua kali lipat.

Keempat, persoalan klasifikasi industri maritim di tangan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kendali Kementerian BUMN
dan Kementerian Perhubungary PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI),

membuat industri maritim Indonesia semakin terpuruk. Semua
kapal yang diklasifikasi atau disertifikasi PT BKI, diduga tidak
diakui asuransi perkapalan kelas dunia. Kalaupun diakui, pemilik
kapal harus membayar premi asuransi sangat mahal.
Disinyalir, kondisi ini terjadi karena dalam melakukan klasifikasi,
PT BKI kurang profesional. Penilaiarurya diragukan semua pihak.
Patut diduga PT BKI masih menganut pemahaman dengan uang
pelicin sernuanya beres. Sebab itu, sebagian pemilik kapal memilih
tidak rneregister kapalnya di Indonesia, tetapi di Hongkong
Malaysia atau Singapura. Akibatrya pelaksanaan UU No 1712008
hanya retorika. Karena mereka menganggap klasifikasi yang dikeluarkan PT BKI sebuah'pepesan kosong'yang diragukan industri
maritim global.

9 P.ap€kdf Menuiu

Ma* Deprn Mrrldfr lndo6ia | 43

Jika industri maritim Indonesia mau berkembang dan siap bersaing dengan industri sejenisnya, maka pemerintah khususnya
Kementerian Perhubungan, Kementerian Pendidikan Nasional,
Kementerian BUMN dan Kelnenterian Keuangan harus mem-buka
mata dan iangan mau dipengaruhi para pelobi yang mewakili pi
hak-pihak pencari keuntungan, tanpa memikirkan nasib bangsa.
Langkah pertama, melakukan revitalisasi atau deregulasi di sektor
fiskal sehingga lndonesia bisa kompetitif. Kecuali bangsa ini mau
menjadi pecundang terus.
Selanjutnya lakukan perombakan total di lingkungan lembaga
pemberi klasifikasi sehingga dunia pelayaran internasional dan
asuransi kerugian mengakui keberadaannya. Kemudian, susun
ulang kurikulum lembaga pendidikan maritim oleh Kemendiknas
agar Indonesia mempunyai sumber daya manusia maritim yang

44 | t hrspehtif

Menuiu Masa Depan Maritim lndonesia

INDUSTRI DAN,'ASA MARITIM

berkualitas dan bertanggung jawab. Jika tidak industri maritim
Indonesia hanya tinggal nama.

Industri Perkapalan
Indonesia dengan perairan yang luas, membufuhkan sarana transportasi kapal yang mampu men;'angkau pulau-pulau yang jumlahnya mencapai lebih d ari17 .504pulau. Tidak heran jika kebutuhan
industri perkapalan setiap tahun terus meningkat. Sebagai negara
kepulauan, sudah seharusnya Indonesia mengembangkan industri
perkapalan nasional. Kebijakan ini didukung dengan adanya Inpres
No 5/2005 yang intinya bahwa seluruh angkutan laut dalam negeri
harus diangkut kapal berbendera Indonesia. Tetapi, permintaan tersebut tidak diimbangi dengan kemampuan memproduksi kapal.

hrdustri perkapalan merupakan industri padat karya dan padat
modal yang memiliki daya saing tingg. Karena ih1 dukr:ngan pemerintah sebagai pemegang kewenangan sangat penting. Faktor
kebijakan moneter dan fiskal, masih sulitrya akses dana perbankan
dan tingginya bunga menjadi beban para pelaku usaha. [rdustri kapal
iuga diharuskan membayar pajak dua kali lipat. Masalah lain adalah
nninimnya keterlibatan perbankan. Perbankan enggan menyalurkan
kredit kepada industri perkapalan. Mereka beranggapan, industri
perkapalan penuh risiko karena kontrol terhadap industri ini sulit.
Selain itu, masalah lahan yang digunakan industri perkapalan terutama galangan kapal besar berada di daerah kerja pelabuhan dan
hak pengelolaan lahan (HI,L) dikuasai PT Pelindo. Sehingga Industri
perkapalan masih sangat tergantung pada HPL. Padahal, jika ada
keleluasaan lahan di pelabuhan bukan tidak mungkin industri kapal
lebih berkembang. Dalam pengernbangan jasa maritim hendaknya
diarahkan untuk meraih empat tujuan secara seimbang yakni: (1)

9

P.6D.hrif MHuiu M.e Dcg.n

Mrfti trdsEd. I 45

pertumbuhan ekonomi ti.gg, secara berkelanjutan dengan industri
dan jasa maritim sebagai salah satu penggerak utama Qrime moaer);
(2) peningkatan kesejahteraan seluruh pelaku usaha, khususnya
para pemangku kepentingan yang terkait industri dan jasa maritim;
(3) terpeliharanya kelestarian lingkungan dan sumberdaya maritim;
dan (a) menjadikan industri dan jasa maritim sebagai salah satu modal bagi pembangunan maritim nasional. Sehingg+ adabenang merah yang dapat terlihat antara oceanpolicy dan pengelolaan sumber
daya maritim dengan industri dan jasa maritim sebagai penggerak
bagi pertumbuhan sektor maritim.
Pertumbuhan industri perkapalan dan pelayaran nasional masih
terkendala berbagai faktor, bajk dari sisi pottik mauPun pendanaan.
Dukungan politik bersumb er daipoliticnl arill pemerintah ddn lembaga
DPR melalui regulasi seperrti kewajiban menggunakan produk
dalam negeri serta kemudahan perbankan nasional melalui bantuan
penrblayaan industri pekapalan. Selama ini perbankan tidak mau
ambil resiko terhadap bisnis ini padahal bisnis industri perkapalan
sangat jelas akan mendorong pertumbuhan ekonomi sektor maritim.

Produksi industri galangan kapal tahun 2011 ini diprediksi bakal
meningkat mencapai 850.000 dead weight fon (DWT). Menurut data
Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
Kementerian Perindustrian RI, hingga tahun 2009, kapasitas produksi terpasang industri galangan kapal Indonesia adalah sebesar
650.000 DWT. Peningkatan order ini salah satunya dipicu oleh
adanya order pembuatan kapal dari Pertamina.

Untuk tahun 2010 saja, Pertamina telah memesan enam unit kapal
dari industri galangan kapal dalam negeri. Bahkan, hingga 2015
nantl, Pertamina berencana menambah 35 unit kapal tankemya.
Pertamina mengubah paradigma dengan mengurangi kapal sewaan
karena pengalaman tahun 2006lalu saat terjadi bencana tsunami di

46

| e frerphlif Uenuiu Mas Dcp.n M.ritim lndoEie

Aceh. Saatitu kapal sewaan tidak ada yang mau mengantar barang
ke lokasi bencana, padahal Pertamina sebagai agent of deaelopment
pemerintah harus melakukan pengantaran ke daerah manapun di
NKRI termasuk di wilayah yang terkena bencana.

Pemerintah berupaya mendorong agar industri galangan kapal
nasional dapat menikmati pasar di dalam negeri yang terus berkenrbang. Terlebih lagi, adanya kebijakan asas cabotage sebenarnya
memberi peluang bagi pelaku industri untuk meningkatkan produksi. Seperti yang diketahui, padaAgustus 2010 empat galangan
kapal nasional mendapat kepercayaan untuk membangun lima
unitkapalbaru milik Pertamina senilai97,38 juta dolarAS. Kelima

kapal baru yang dikerjakan di galangan PT PAL Indonesia, PT
DPS, PT DRU dan PT Dumas Tanjung Perak tersebut, masingmasing berukuran 3.500 Long Ton Dead Weight (LTDW), 6.500
LTDW, dan 17.500 LTDW.
Pertambahan kapasitas akan dilakukan oleh beberapa perusahaan
seperti PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS) dan Galangan
Brondong Lamongan akan menambah kapasitas sebesar 300 ribu
DWT. Saat ini, pembangunan fasilitas galangan kapal baru oleh
DPS di Lamongan sudah mencapai 80 persen sehingga akan,ada

tambahan kapasitas terpasang sebesar 300.000 DWT. Bahkan
Galangan Lamongan sudah mampu menampung pesanan kapal
Pertamina berukuran 17.500 hingga 30.000 DWT. Di samping itu, PT
Samudra Marine Indonesia juga akan menambah kapasitas galangan
kapal Banten menjadi sekitar 150 ribu DWT-200 ribu DWT. Saat ini
kapasitasnya baru sekitar 100.000 DWT. Galangan kapal lainnya
berada di Kepulauan Riau. Sementara itu, PT Dok Perkapalan Koja
Bahari (DI)KB), ekspansinya akan diarahkan untuk masuk dalam
proyek elpiji Blok Masella, dan kemungkinan kapasitasnya akan
tambah sekitar 300 ribu DWT. Pengerjaannya akan bekerja sarna
dengan perusahaan Korea Selatan.

9PGrEp.htif Mcnuiu

M.s thp.n

Madtim

lndonEh | 47

INDUSTRI DAN JASA

MRITIM

Industri Perikanan dan Biotr:knologi
Industri perikanan dan bioteknologi diperkirakan memiliki nilai
ekonomi sebesar 82 miliar dolar AS per tatlun. Namun karena pemerintah belum serius menggaraP sub sektor ini (berdasarkan kajian PKSPL IPB; 2006),Lrdonesia diperkirakan kehilangan potensi
pendapatan dari produk-produk bioteknologi maritim sekitar 1
miliar dolar AS per tahun. Hal ini disebabkan karena lemahnya
aplikasi bioteknologi maritim serta jarangnya pengusaha yang
terjun ke sektor tersebut. Paclahal berdasarkan inventarisasi Divisi
Bioteknologi Kelautan PKSPL IPB, terdapat 35.000 biota laut,
sehingga Indonesia memPunyai potensi pendapatan miliaran dolar'
per tahun dari produk-prodtk bioteknologi.
Negara-negara maju yang memiliki sumberdaya maritim terbatas,
seperti produk bioteknologi rnaritim Amerika Serikat mereka mendapat pendapatan hingga 4,6 militr dolar AS, sedangkan Inggns

meraup keuntungan dari sektor ini sekitar 2,3 mihar dolar AS.
Pemanfaatan industri perikanan dan bioteknologi ini meliputi induski
makanan dan minuman, farmasi, kosmetika dan bioerrergi. Semua
bisa disediakan hrdonesia dengan sumber daya alam yang ada.
Adapun produk-produkyang bisa dihasilkan dari hasil rekayasabiota
laut antara lain makanan, tablet, salep suspensi, Pasta glgl, cat, llekstil
perekat, karet, film, pelembab, shampo, lotion dan produk wetlook.
Sebagai contoh, pemanfaatan kurang maksimal yang dilakukan
Indonesia adalah rumput laut. Padahal rumPut laut selain sebagai

bahan makanan, juga dapat diolah menjadi lebih dari 500 produk
komersil. Sayangny+ Nilai ekspor rumput laut Filipina bisa mencapai 700 juta dolar AS, sementara Indonesia hanya 45 juta dolar
AS saja. Padahal 65 persen bahan mentah mereka diimpor dari
Lrdonesia termasuk dari Sulawesi Utar+ Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Selatan.

48 | gP.cFhIf

Mcnuiu

Me

EEp.ir M..ltim

lndoGE

Artiny+ Indonesia kurang kuat dalam industri end product maritim karena dukungan teknologi serta formulasi yang tertinggal.
Indonesia hany'a mampu memanfaatkan potensi maritim sebatas
bahan baku. Hal ini antara lain disebabkan tidak padunya strategi
pengelolaan produk. Misalnya, sebagian besar kawasan potensi

r

rumput laut ada di Indonesia Timur, n€unun pabrik-pabriknya justru masih berpusat di Bekasi, lakarta, Tangerang dan Surabaya.

-i

Melihat keterbatasan sumber daya alam daratan, melalui bioteknologi
usia pemanfaatan sumber-sumber kehidupan dapat dipertahankan
lebih lama. Potersi itu masih berlimpah dan terpendam di dalam
laut. Di bidang perikanan juga banyak aspek yang bisa digali lebih
lanjut. Konsurnsi ikan rata-rata orang Lrdonesia juga masih berkisar
di 2 kilogram per orang per tahun (2ffi2). Bandingkan denganJepang
dengan rata-rata konsumsi di atas 100 kilogram per orang per tahun.
,

i

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, dalam

'Iarnil' (2004) pemah rnemprediksi potensi perikanan hrdonesia
adalah 32 miliar dolarAS per tahun. Sementara hinggalffi,realisasi
ekspor hanya 1,76 miliar dolar AS. Daniel Mohammad Rosyi4
dari Institut Teknologi Surabaya (ITS), menggambarkan potensi
tuna Indonesia mencapai 25 persen dari total produksi dunia yang
mencapai 500.000 ton setahun atau setara 160.000 ton per tahun.
Namun realisasi yang ada justru baru ribuan ton saja. Belum lagi
pr akttk ille gal fishing nhntan kapal telah merugikan Indonesia triliunan
rupiah setiap tahun dan pemimfaatan tambak yang jauh dari efektif.

Hal ini menggambarkan masih besarnya peluang pengembangan
usaha sekaligus memaparkan betapa Indonesia telah kehilangan
miliaran dolar AS setiap tahun akibat pengelolaan yang belum ap,::,,.,
timal, yang harusnya bisa berkontribusi aktif membayar huthng- ,:
negara dari industri pengolahan ikan, kurangnya bahan baku merE, :r.
jadi penyebab tidak berkernbangnya industri ini. Utilitas pabrik
,

:

,

,

,

,r,r,

,,r
9

PeEp&if M.nuF

Ma

Depcn Marftin

tndonde |

49

INOUSTRI OAN IASA MARITIM

ya&S r+ta:r-a*almr,rya 45 persm. Ivlerriadi srasalah kareru barryak ha-

*t

ikltrftyq+g,hngs,Bgffiq q ---kehrarncgeri,terutafia

ke Thailand dan |epang.

Pemerintah sebenarnya telah menerbitkan Peraturan Menteri
(Permen) Kelautan dan Perikanan No 5/2008 yang melarang ekspor
larrgsung hasil tangkapan perikanan. Peraturan ini, secara otomatis
mewajibkan perusahaan asing untuk bermitra dengan perusahaan
lokal dalam membangun inclustri pengolahan di Indonesia. Namun
yang menjadi persoalan implementasi Permen tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Sumber permasalah lainnya adalah penangkapan ikan ilegal (illegal

fishing), oleh pihak asing -gang nilainya ditaksir mencapai Rp30
triliun per tahun. Hal ini bisa diatasi bila Indonesia memiliki kapalkapal tangkapan ikan dengan skala menengah ke atas. Saat ini jumIah kapal ukuran tersebut hanya tiga persen dari kebutuhan. Pemerintah harus segera membangun dan memperbaiki infrastruktur
perikanan dan kelautan yang masih lemah ini. Tanpa upaya itu, sektor
perikanan Lrdonesia akan tertinggal jauh negara lain. Sebagai contoh,
pembangunan infrastruktur di Lampung yang meruPakan lumbung
udang terbesar harus menjadi perhatian serius pemerintah.

Industri Pertahanan
Berbicara mengenai konsep negara maritim tidak lepas dari industri
pertahanan. Sebagai negara yang disatukan lautan, Indonesia tidak

hanya harus bisa menjaga kedaulatan, tetapi juga melindungi seluruh kekayaan alam yang dimilikinya.
Corrnie Rahakundini Bakrie Analis Pertahanan Maritim melihat banyak sumber daya alam yang dimiliki hrdonesia bisa dimanfaatkan

5O I ckrD.m4{nuiu Mas DeFn MantE

lEdold

mari@ Salah satmya &Hr tri1 Uo
rnrrutrln bafr addah dastr fui ilkrsfri perffimil m, rya.
Seperti yarg ditah*an negara ffi,rqt lvfiEreka meiltbiltgttrr foxfwEi

unhrk kepentiry@ industri

dibangun pabrik kapat kri straEgis l@€na kup"lbui+ ai
kapal besar yarrg mereka bangun sewaktu-waktu bisa merfadi kapal
perang- Dalam tiga merrit, mereka mampu merrbuat sahr lerqrerrgan
baja Taiwan tercatat sebagai penrbuatbaia teroepat di dunia- Mereka
bisa dengan mudah mendistribusikanbaja ke pabrik perftuatankapal
yang ada di sebelatrnya- Mereka mengekspor kapal-kapalbesake luar
negeri dengan proses pembuatan hanya buflfi waktu 10 minggu.

Sehingga Connie menilai industri baja sebagai national security,
dasar dari pembangunan industri militer. Baja menjadi bahan
dasar kapal-kapal peran& termasuk kapal induk milik Amerika.
Salah jika bangsa lndonesia menjualnya begitu safa- Sebaiknya potensi logam ini diolah dengan baik, untuk mendukung industri
maritim nasional. Sebelumnya perlu dimengerti paham pentingnya
pertahanan, kita tidak akan pemah sampai semua itu- Kita perlu
tentara, guna memprotek kedaulatan, tentara perlu alutista, khususnya udara dan laut. Alutista harus kitaproduksi dengan membangun
industri baja sebagai dasar dari pembangunan pertahanan kita.

Namun, pihak asing tidak menginginkan Indonesia besar dengan
menguasai bahan logam berharga ini. Sebagai bukti banyak industri
pertambangan dalam negeri dikuasi pihak asing- Mereka memiliki
kepentingan dengan sumber-sumber daya alam dan energi di tanah
air. Mereka berusaha dengan berbagai cara menguasai bangsa ini-

Barang Muatan

Krpd Tenggelam

Geografis Indonesia yang strategis yakni di antara dua benua,
Asia dan Auskalia, dan di antara dua samudra Hindia dan Pasi-fik,

9

ftrsFniif

lk& Ma

Ocaa Uaifn

fraorra | 5l

INOUSTRI DAN JASA MARITIM

menjadikan wilayah perairan Indonesia sejak dahulu kala sebagai

jalur lalu lintas'pelayaran intemasitrnal yang rlmal yarng menghubungkan negara-negara di wilayah Eropa Afrika Timur tengcrh,
Asia Selatan dan Asia

Timur.

:

Tidak mengherankan wilayah perairan Indonesia dikenal sebagai

salah satu wilayah perairan yang dipenuhi ratusan hingga
ribuan kapal karam, terutama di ialur pelintasan dan sekitar
pusat-pusat perdagangan. Di antara kapal-kapal karam tersebut
diperkirakan membawa benda-benda artefak berupa keramik,
logam mulia (emas, perak, dan perunggu), batuan berharga dan
benda lainnya yang diperkirakan memiliki nilai tinggi, sehingga
banyak terjadi pencurian drrn penjualan benda-benda asal kapal
tenggelam secara ilegal.
Kapal-kapal karamberikut nruatannya yang dikenal sebagai Benda
Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT) tersebut
merupakan aset negara yang sangat berharga baik ditinjau dari
nilai ekonomi maupun nilai sejarah dan budaya Pemerintah melalui Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (PANNAS BMKT) menyelenggarakan pengelolaan BMKT agar kekayaan laut tersebut
dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk negara. '

Kegiatan pengelolaan BMKT telah berhasil mengangkat BMKT
sebanyak 12 (dua belas) dari beberapa lokasi kapal karam yang
selanjutrya menjadi prioritas utama PANNAS BMKT untuk pemanf aatannya, dengan mempertimbangkan kepentingan pelestarian
nilai-nilai seiarah, ilmu pengetahuan, kebud4yaan dan ekoromi'
Bedasarkan data dari Menteri Kelautan danPerikanan (KKP) sendiri

menyebutkan bahwa ada sekitar 7O0 sampai 800 titik harta karun
yang potensial untuk diangkat, namun yang teridenfikasi baru 463

52 | 9 kpehlif

Menuiu Masa D€pan Maritim

lntuEia

titik. Sampai sekarang lebih kurang 46 titik yang sudah {iangkat
atau sekitar 10 persen. Tapi yang teriual melalui proses pglelangan
dengan baik belum ada.
rrcr,;

Direktur lnstitute for National Strategic lnterest O

''inrtop*rrt

(INSIDe), Muhammad Danial Nafis, mengatakan persoalan BMKT
merupakan persoalan.,yang sangat kompleks, dan membutuhkan
penanganan secara khusus. Aktivitas terhadap kegiatan ini skalanya
besar, yaitu meliputi proses penelitian, surv.gi, ppngangJ5atan, sampai
pada lelang. Untuk itu, kata Nafis, Pemerintah RI Berlu membentuk

lembaga yang legitimate dan mandiri yang bertanggung jawab
langsung kepada presiden dan operasionalnya di!,ebankan ryelalui
APBN. Lembaga yang terbentuk, tetap melakukan koordinasi dengan pejabat-pejabat terkait.
Selain pengelola BMKT yang masih berbentuk panitia nasional,
BMJ(I juga dikelola oleh perwakilan berbagai instansi. Hal itu akan
menyulitkan dalam berkoordinasi. Melanjutkan keterangannya Nafis
mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga tidak
memperlihatkan keseriusannya dalam mengelola BMKT. Sehingga
bagaimana flrau menyelamatkan harta karun yang dibawah laut
apabila di intemal mereka saja masih banyak yang harus dibenahi.

,

Selain persoalan tersebuf BMKT juga tidak didasari dengan peraturan yang jelas-.Menurutny4 Keppres yang sudah ada (Keppres
, No 1022000) tidak memberikan aturan secara detil. Padahal kata
dia, jika BMKT ilq mampu dikelola dengan baik, maka manfaat yang
didapatkan negara sangat besar. Tidak hanya sekadar keuntungan
yang bersifat materi yang didapat, tapi jugi keuntungan yang sifatnya
nonmateri seperti kebudaayan, pendidikan dan lainnya.
::;

Menurutny+ keuntungan yang didapat dari satu kapal saj+ mampu
menembus angka Rp1 triliun. Maka tak jarang pencurian barang

9

fhE9*if

Mauiu

MH

mprn Uettn lrrdorrj.a | 53

di dalam laut merrjadi

incaran para oknum yang tidak
bertanggung iawab. Yang sudah banyak di keruk di kawasan Bangka
Belitung, danlaututaralawa. Bhrenaihr, diaberharap agarpemerintah
mamlm menrberikan ruang gerak dan kepedulian terhadap BMI([
Wajib adabadan tersendiriyaurg menangani BMKT dan langsung di
berharga

bawah presiden serta ada alolcasi perrdanaan secara i,elas.

Nafis menambahka&' diperhrkan segera revisi terhadap perahrran
perundang-undangan yang ada termasuk UU No 5179Pr2 tentang
Benda Cagar Budaya maupun peraturan-peraturan dibawahnya
yang berhubungan dengan k:langsungan pengelolaan BMI(L
Selain itu, pe-rlu adanya sanl