Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Teori
Di sini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis

penelitian ini serta membantu dalam menganalisis hasil penelitian yang di dapat dalam
penelitian. Sedangkan telaah pustaka yang berasal dari penelitian terdahulu, akan
menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian yang didapat oleh penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan praktek perataan laba yang dilakukan perusahaan. Berikut ini landasan teori
dan penelitian terdahulu yang berkaitan:
2.1.1

Income Smoothing( Perataan Laba )
Income Smoothing adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba

agar laba yang dilaporkan terlihat stabil. Menurut Jatiningrum (dalam Abiprayu, 2011;61),
alasan adanya perataan laba antara lain, pertama rekayasa untuk mengurangi laba dan
menaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi hutang pajak. Kedua, tindakan
perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan laba

dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan. Ketiga, tindakan perataan laba dapat
mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, karena dapat menghindari permintaan
kenaikan upah/gaji oleh karyawan/pekerja. Keempat, tindakan perataan laba memiliki
dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan kemunduran dapat
dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat ditekan, serta biasanya
perusahaan lebih memilih untuk melaporkan pertumbuhan laba yang stabil daripada
menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau menurun terlalu drastis. Berbagai metode
yang digunakan dalam perataan laba diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi melalui kebijakan
manajemen itu sendiri (accrual), misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan.
19
Universitas Sumatera Utara

Selain itu banyak juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan kredit
sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada
akhir bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer memiliki kewenangan
untuk mengalokasikan pendapatan dan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika
penjulan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan penelitian serta
amortisasi goodwill pada periode itu untuk mensabilkan laba.

3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri
untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam katagori yang berbeda. Misalnya, jika
pendapatan operasi sulit untuk didefenisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos
itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi. Dalam hal ini dapat digunakan
sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi pendapatan periode itu.
Klasifiksi unsur-unsur laporan keuangan yang dijadikan dalam praktik perataan laba,
yaitu;
1. Unsur Penjualan


Saat pembuatan faktur. Misalnya: penjualan yang sebenarnya untuk periode yang
akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan
sebagai penjualan periode ini.



Pembuatan pesanan atau penjulan fiktif.




Downgrading (penurunan) produk. Misalnya dengan cara mengklasifikasikan
produk yang belum rusak kedalam kelompok produk yang rusak dan selanjutnya
dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang
sebenarnya.

2. Unsur Biaya

20
Universitas Sumatera Utara



Memecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah pembelian/pesanan dipecah
menjadi beberapa pembelian/pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur
dengan tanggal berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.



Mencatat prepayment (biaya


dibayar

dimuka)

sebagai

biaya.

Misalnya

melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya
advertensi tahun ini.
Berikut juga dijelaskan beberapa teori terkemuka yang berkaitan dengan perataan
laba:
1. Teori Akuntansi Positif
Tiga hipotesa yang dijelaskan, adalah sebagai berikut :


Hipotesa Rencana Bonus (bonus plan hypothesis)
Manajemen yang diberikan janji untuk mendapatkan bonus sehubungan


dengan performa perusahaan terkait dengan laba perusahaan yang diperolehnya
akan termotivasi untuk mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi
bagian dimasa mendatang, diakui menjadi laba perusahaan pada tahun berjalan.


Hipotesa Perjanjian Utang (debt covenant hypothesis)
Dalam melakukan perjanjian utang, perusahaan diwajibkan untuk memenuhi

beberapa persyaratan yang diajukan oleh kreditur agar dapat mengajukan
pinjaman. Beberapa persyaratan tersebut adalah persyaratan dari kondisi tertentu
mengenai keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat tercermin
dari rasio-rasio keuangan. Kreditur memiliki persepsi bahwa perusahaan yang
memiliki nilai laba yang relatif tinggi dan stabil merupakan salah satu kriteria
perusahaan yang sehat.


Hipotesa Biaya Politik (political cost hypothesis)

21

Universitas Sumatera Utara

Scott (2000) mengidentifikasikan ada beberapa pola yang dilakukan
manajemen untuk melakukan pengelolaan laba sebagai berikut : (a) Taking a bath,
yaitu ketika perusahaan melaporkan adanya kerugian, maka manajemen
melakukan kebijakan untuk melaporkan kerugian dengan jumlah yang besar
sekaligus; (b) Income minimization, kebijakan ini dilakukan ketika laba yang
diperoleh perusahaan tinggi atau meningkat. Hal umum yang dilakukan
manajemen dalam praktek ini adalah dengan meminimalkan laba, contohnya
adalah dengan membebankan beban penelitian dan pengembangan lebih besar di
periode berjalan; (c) Income maximization, kebijakan ini dilakukan ketika laba
yang diperoleh perusahaan rendah atau menurun. Hal umum dilakukan
manajemen dalam praktek ini adalah dengan memaksimalkan laba, contohnya
dengan mengalokasikan pendapatan tahun mendatang di periode tahun berjalan.
2. Teori Agensi
Konsep

perataan

laba


sejalan

dengan

konsep

manajemen

laba

yang

pembahasannya menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory). Menurut
Jensen dan Meckling (1976;156), teori agensi adalah hubungan antara manajer dan
pemilik dalam kerangka hubungan keagenan. Teori ini menyatakan bahwa praktik
manajemen laba dipengaruhi konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan
pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya, maka teori ini juga dapat
memunculkan bahaya moral. Manajemen perusahaan yang melakukan praktek

perataan laba dapat menyebabkan pengungkapan laba di dalam laporan keuangan
menjadi tidak memadai yang mengakibatkan investor tidak memiliki informasi yang
akurat mengenai laba, sehingga investor gagal dalam menaksir risiko investasi
mereka. Ketika manajer mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak

22
Universitas Sumatera Utara

dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang
diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan
kemakmurannya (Abiprayu, 2011;46).
2.1.2

Profitabilitas
Profitabilitas

perusahaan

adalah


kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu, dalam penelitian ini menggunakan
Return On Asset (ROA) sebagai rasio pengukurannya. ROA diukur

dengan cara

perbandingan antara laba bersih dengan total aset. ROA menunjukkan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan kedalam bentuk total aktiva untuk menghasilkan laba.
Profitabilitas berhubungan secara langsung dengan laba yang dihasilkan perusahaan, maka
profitabilitas sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya perataan laba. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, maka semakin tinggi pula kecenderungan
melakukan perataan laba, seperti yang telah di jelaskan sebelumnya melalui teori agensi.
Selain teori agensi, kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba didukung juga oleh
teori akuntansi positif yang telah di jelaskan juga sebelumnya.
2.1.3 Leverage

Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang
dimiliki perusahaan berasal dari hutang atau modal, sehingga dengan rasio ini dapat diketahui
posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap kepada pihak lain serta
keseimbangan nilai aktiva tetap dengan modal yang ada. Leverage di ukur menggunakan
Debt To Asset (DTA) sebagai rasio pengukurannya. DTA diukur dengan perbandingan
antara total hutang dengan total aktiva. Suranta & Merdistusi (2004;107), berpendapat
bahwa semakin besar leverage maka akan lebih besar pula kecenderungan perusahaan
melakukan perataan laba. Ini disebabkan jika rasio leverage semakin besar maka nilai
hutang perusahaan semakin besar atau dengan kata lain semakin tinggi leverage berarti

23
Universitas Sumatera Utara

proporsi hutang perusahaan lebih tinggi dibandingkan proporsi aktivanya, sehingga resiko
perusahaan akan besar juga. Leverage berkemungkinan berhubungan langsung dengan
perataan laba karena dengan semakin tingginya resiko yang dihadapi oleh investor
perusahaan, maka ia menginginkan tingkat keuntungan yang tinggi pula, karena hal ini
manajemen melakukan manipulasi laba dalam bentuk perataan laba. Penelitian yang
dilakukan Ashari dkk. (1994;297) membuktikan bahwa leverage merupakan salah satu
faktor yang mendukung terjadinya perataan laba. Hasil penelitian ini juga konsisten

dengan hasil penelitian Zuhroh (1996;34) yang menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi perataan laba adalah leverage perusahaan.
2.1.4

Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan,

dimana pada penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari logaritma natural dari total nilai
aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Ada beberapa cara dalam mengukur ukuran
perusahaan antara lain: total aset, nilai pasar saham, dan lain-lain. Menurut jama’an
(2008;131) teori sinyal adalah upaya manajer menyampaikan informasi kepada pengguna
laporan keuangan. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan berusaha mengirim sinyal
kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat membedakan perusahaan yang berkualitas
baik dan yang buruk, sehingga semakin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula
keinginan pemilik untuk memberikan sinyal yang baik pada pengguna laporan keuangan dan
masyarakat agar mereka dapat melihat bahwa perusahaan tersebut memiliki keuangan yang
stabil melalui laporan keuangan dengan laba yang stabil dari waktu kewaktu, sehingga nilai
perusahaan tersebut pun akan semakin meningkat. Penentuan ukuran perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini didasarkan kepada total aset perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Irsyad (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap perataan laba.

24
Universitas Sumatera Utara

2.1.5

Dividend Payout Ratio
Menurut Agus Sartono (2001;98) rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio)

adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividend dengan total laba yang
tersedia bagi pemegang saham. Dividen yang terlalu besar bukan tidak diinginkan oleh
investor maupun perusahaan, tetapi semakin besar laba dan dividen yang diberikan maka hal
itu tidak akan menguntungkan bagi perusahaan, Sedangkan jika dividen yang dibagikan
kepada para investor terlalu kecil dapat menyebabkan pelepasan lembar saham yang dapat
mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan tersebut. Demi menghindari hal-hal
tersebut maka perusahaan akan cenderung terdorong untuk melakukan income smoothing.
Uswati (2012) menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh secara signifikan
terhadap praktik perataan laba. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Pratama (2012)
yang menyatakan hal serupa.

2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai praktik perataan laba (Income Smoothing) telah dilakukan oleh

beberapa peneliti sebelumnya yang menghasilkan temuan yang bermacam-macam dan
dengan variabel yang berbeda-beda.Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Peneliti Terdahulu
No Nama Peneliti
1

Judul

Variabel

Made Yustiari Pengaruh
Ukuran
Dewi dan I Ukuran
Perusahaan dan
Ketut Sujana
Perusahaan dan Profitabilitas.
Profitabilitas
Pada
Praktik
perataan Laba
Dengan Jenis
Industri sebagai
Variabel
Pemoderasi di

Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian adalah
ukuran perusahaan dan
profitabilitas berpengaruh
terhadap praktik perataan
laba
sedangkan
jenis
industri
tidak
dapat
memoderasi
ukuran
perusahaan
dan
profitabilitas pada praktik
perataan laba
25
Universitas Sumatera Utara

2.

3.

4.

Bursa
Efek
Indonesia.
Andy
Sri Pengaruh
Haryadi
Profitabilitas,
(2011)
Size Perusahaan
dan Komisaris
Independen
Terhadap
Praktik Perataan
Laba (Income
Smoothing)
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia.
H
Sandres Pengaruh
Daniel.
ukuran
(2011)
perusahaan,
financial
leverage,
net
profit margin,
dan operating
profit margin
terhadap
perataan
laba
(income
smoothing)
pada
perusahaan
property, real
estate
and
building
construction
yang terdaftar
di BEI.

Diastiti
Okkarisma
Dewi (2010)

Pengaruh Jenis
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan dan
Financial
Leverage
Terhadap
Tindakan
Perataan Laba
Pada
Perusahaan

Profitabilitas ,
size perusahaan
,
komisaris
indenpenden.

Profitabilitas,
size
perusahaan, dan komisaris
independen secara simultan
tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap praktik
perataan
laba (income smoothing).

Ukuran
Perusahaan,
Financial
Leverage, Net
Profit Margin,
Operating Profit
Margin.

Jenis usaha
ukuran
perusahaan
financial
leverage .

Uji-t
yang
dilakukan
menyimpulkan
bahwa
variabel ukuran perusahaan
dan
operating
profit
margin berpengaruh secara
parsial terhadap perataan
laba (income smoothing).
Sedangkan
financial
leverage dan net profit
margin tidak berpengaruh
secara parsial terhadap
perataan laba (income
smoothing).
Hasil
pengujian
Uji-F
yang
dilakukan menyimpulkan
bahwa ukuran perusahaan,
financial leverage, net
profit
margin,
dan
operating profit margin
berpengaruh
secara
simultan terhadap perataan
laba (income smoothing).
, Variabel jenis usaha dan
ukuran perusahaan tidak
, berpengaruh
secara
signifikan terhadap tindak
perataan
laba
pada
perusahaan manufaktur dan
keuangan.
Sedangkan
variabel financial leverage
tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tindak
perataan
laba
pada
26
Universitas Sumatera Utara

Yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia.

5

Dhamar
Pengaruh
Yudho
Aji Profitabilitas,
dan
Aria Risiko
Farah
Mita Keuangan, Nilai
(2010)
Perusahaan dan
Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Praktik Perataan
Laba : Studi
Empiris
Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar
di BEI.

Profitabilitas,
Resiko
Keuangan, Nilai
Perusahaan, dan
Struktur
Kepemilikan.

6

Dika
Fajar Pengaruh
Pratama
Profitabilitas,
(2012)
Resiko
Keuangan, Nilai
Perusahaan,
Struktur
Kepemilikan
dan Dividend
Payout
Ratio
Terhadap
Perataan Laba
Pada
Perusahaan
Yang Terdaftar
di BEI.
Ani Uswati
Pengaruh
Financial
Leverage,
Return
On
Asset
dan
Dividend
Payout
Ratio
Terhadap
Income
Smoothing Pada
Perusahaan
Property, Real

Profitabilitas,
Resiko
Keuangan, Nilai
Perusahaan,
Struktur
Kepemilikan,
dan Dividend
Payout Ratio.

7

Financial
Leverage,
Return
On
Asset, Dividend
Payout Ratio.

perusahaan
manufaktur
tetapi berpengaruh secara
signifikan terhadap tindak
perataan
laba
pada
perusahaan keuangan.
Hasil
uji
hipotesis
penelitian ini menunjukkan
bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh
positif
terhadap praktek perataan
laba, Besarnya kepemilikan
publik serta keberadaan
kepemilikan
manajemen
juga
terbukti
tidak
berpengaruh
positif
terhadap perataan laba
yang
dilakukan
perusahaan,
Sedangkan
risiko perusahaan dan nilai
perusahaan
terbukti
berpengaruh
positif
terhadap praktek perataan
laba.
Hasil uji hipotesis dari
penelitian
ini
adalah
profitabilitas,resiko
keuangan,nilai perusahaan
dan Dividend payout ratio
tidak berpengaruh secara
positif terhadap perataan
laba. Struktur kepemilikan
berpengaruh
positif
terhadap perataan laba.

Hasil dari penelitian ini
adalah Return On Asset
dan Dividend Payout Ratio
berpengaruh
secara
signifikan terhadap praktik
perataan
laba
pada
perusahaan propert, real
estate
dan
building
contruction,
sedangkan
Financial Levrage tidak
berpengaruh
secara
signifikan terhadap income
27
Universitas Sumatera Utara

Estate
dan
Building
Construction
Yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia Pada
Tahun 2008 –
2010.

smoothing
pada
perusahaan property, real
estate
dan
building
construction.

Beragamnya pendapat dari peneliti terdahulu yang dapat dilihat dari tabel diatas menjadi suatu
fenomena menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian dalam topik ini.

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari tinjauan teori dan

penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan
merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.
Untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, maka penulis
menyusun kerangka konseptual (theoretical framework) yang tercantum pada gambar 2.1

Profitabilitas (X1)

H1

Leverage (X2)

H2

Ukuran
Perusahaan (X3)

Dividend Payout
Ratio (X4)

H3

Perataan Laba
(Income
Smoothing) (Y)

H4

H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
28
Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis Penelitian
Profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba sebab profitabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin besar laba yang dihasilkan
perusahaan maka, semakin besar pula pajak perusahaan tersebut, oleh karena itu meningkat
pula kecenderungan perusahaan untuk melakukan perataan laba demi meminimalisir pajak
yang akan di bayarkan oleh perusahaan. Profitabilitas yang stabil pun penting bagi
perusahaan demi mendapatkan kepercayaan para investor, karena tentu saja para investor
akan lebih yakin dengan perusahaan yang memiliki laba yang stabil daripada perusahaan
dengan fluktuasi laba yang drastis. Penelitian ini pun didukung oleh teori agensi, dimana
manajer yang memiliki kepentingan dengan naik atau turunnya laba cenderung akan
melakukan perataan laba, contohnya, jika di perusahaan tersebut memberikan bonus apabila
laba perusahaan meningkat maka manajer tentu ingin laba perusahaan, peningkatan yang
konsisten akan lebih menguntungkan bagi manajer, maka jika ada satu periode perusahaan
mendapat laba yang tinggi, manajer akan meratakan laba dengan mengalokasikan laba
tersebut ke periode berikutnya. Selain teori agensi, kecenderungan perusahaan melakukan
perataan laba didukung juga oleh teori akuntansi positif yang telah di jelaskan juga
sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H1:Profitabilitas berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)
Leverage berpengaruh terhadap perataan laba karena semakin besar leverage maka
akan lebih besar pula kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. Jika rasio
leverage semakin besar maka nilai hutang perusahaan semakin besar atau dengan kata
lain

semakin

tinggi

leverage

berarti

proporsi

hutang perusahaan lebih tinggi

dibandingkan proporsi aktivanya, sehingga resiko perusahaan akan besar juga. Semakin
29
Universitas Sumatera Utara

tingginya resiko yang dihadapi oleh investor perusahaan, maka ia menginginkan tingkat
keuntungan yang tinggi pula, karena hal ini manajemen melakukan manipulasi laba dalam
bentuk perataan laba. Ashari dkk. (1994;301) menyatakan bahwa leverage merupakan
salah satu faktor yang mendukung terjadinya perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2:Leverage berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba karena perusahaan yang besar
biasanya mendapatkan perhatian yang lebih besar dari berbagai pihak.Akibatnya perusahaan
– perusahaan tersebut cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari naik turun laba
yang darstis, juga karena fluktuasi laba dapat berpengaruh pada pajak, saham dan investor.
Penelitian ini juga didukung oleh teori sinyal (signaling theory) yang menyatakan bahwa
perusahaan cenderung ingin memberikan sinyal kepada masyrakat tentang keadaan
perusahaan dengan tujuan agar masyarakat dapat membedakan perusahaan yang berkualitas
baik dan buruk, sehingga semakin besar suatu perusahaan tentu akan besar keinginan pemilik
untuk menunjukkan bahwa perusahaannya stabil dengan memberikan sinyal kepada
masyarakat dan pengguna laporan keuangan berupa laba yang stabil dari waktu kewaktu,
salah satu jalan untuk merealisasikan hal ini adalah dengan melakukan perataan laba. Gordon
dalam dasar-dasar manajemen keuangan

Husnan (2006;136) menyatakan kriteria yang

digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk
memaksimumkan kepuasan atau kemakmuran yang dapat dilihat dari size perusahaan,
dimana semakin besar suatu perusahaan dengan laba yang stabil akan memberikan efek yang
lebih baik bagi perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3:Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)

30
Universitas Sumatera Utara

Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap income smoothing karena investor akan
lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki laba yang stabil dengan dividen yang stabil
juga. Dengan melakukan praktik perataan laba (income smoothing) maka perusahaan dapat
mencegah fluktuasi laba dan menghindari memberikan dividen yang terlalu besar maupun
yang terlalu kecil kepada investor yang di kemudian hari dapat mencegah masalah-masalah
seperti kesulitan likuiditas keuangan atau menurunnya harga saham yang dikarenakan terlalu
besar atau kecil dividen yang diberikan di masa yang akan datang. Beidelman (1973;68)
mengatakan salah satu alasan yang digunakan manajemen untuk melakukan income
smoothing

adalah

untuk

mengantisipasi

pola

fluktuasi

laba

periodik

dan

mengurangi/menambahkan kembalian (dividend) yang diharapkan dari perusahaan
berdasarkan laba tahun bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H4: Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)
Berdasarkan kesimpulan sementara diatas hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen,peneliti berasumsi bahwa secara simultan profitabilitas, leverage,
dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba (Income
smoothing). Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
H5: Profitabilitas,Leverage,Ukuran

Perusahaan

dan

Dividend

Payout

Ratio

berpengaruh baik secaraparsial maupun simultan terhadap Perataan Laba
(Income Smoothing).

31
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Liquidity Ratio (Quick Ratio), Profitability Ratio (ROA dan ROE) Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 64 101

Analisis Profitabilitas, Likuiditas, Leverage Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2007-2010

0 64 58

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

0 44 79

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014

0 3 68

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014

0 0 11

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014

0 0 2

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014

0 0 7

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014

0 0 3

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014

0 0 4

ABSTRAK PENGARUH NILAI PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2013

0 0 12