Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Karyawati Bank dalam Memilih Kosmetik Ramah Lingkungan di Kota Banda Aceh

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manusia dan Lingkungan Hidup
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup berperan besar dalam
menentukan kelestarian lingkungan hidup. Banyak kemajuan yang diraih oleh
manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Permasalahan lingkungan yang sangat mendasar adalah berkaitan dengan jumlah
populasi manusia, karena dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi pada suatu
negara maka kebutuhan akan pangan, bahan bakar, pemukiman, dan kebutuhan dasar
lain akan semakin tinggi yang pada gilirannya akan meningkatkan limbah domestik
dan limbah industri sehingga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas
lingkungan hidup.
Peran manusia didalam lingkungan ada yang bersifat positif dan ada pula
yang bersifat negatif. Peran yang bersifat negatif adalah peran manusia yang
merugikan lingkungan sehingga menimbulkan dampak terhadap lingkungan seperti
eksploitasi yang melampaui batas yang mengakibatkan menipisnya sumber daya alam
dan masuknya energi atau unsur senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang pada
akhirnya menimbulkan pencemaran. Sedangkan peran positif manusia yang
berdampak positif terhadap lingkungan diantaranya melakukan penghijauan untuk
menjaga kelestarian alam, melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah agar

konsentrasi bahan pencemara yang terbuang ke lingkungan tidak melampaui nilai

Universitas Sumatera Utara

ambang batas, serta membuat peraturan, organisasi, atau undang-undang untuk
melindungi lingkungan. (Kristanto, 2013)

2.2. Pencemaran Lingkungan
Setiap aktivitas manusia sedikit atau banyak memengaruhi lingkungan
hidupnya. Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan
transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri
logam dasar, industri jasa dan jenis aktivitas manusia yang lain, maka akan semakin
meningkat pula limbah yang mengandung bahan pencemar yang dibuang ke
sungai/laut, udara dan permukaan tanah. Berdasarkan UU Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup No.4 Tahun 1982, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan
adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lainnya kedalam lingkungan, dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak lagi dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. (Kristanto, 2013)

Efek merugikan dari bahan kimia dapat terjadi pada organisme hidup seperti
manusia melalui suatu paparan yaitu jalan masuknya bahan kimia dimana efeknya
tergantung dari jalan masuknya, durasi dan frekwensi paparan. Jalan masuknya
kedalam tubuh dapat melalui saluran gastrointestinal (tertelan), paru-paru (terhirup),
dan kulit.Paparan bahan toksik yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

keracunan. Efek bahan toksik dapat menimbulkan reaksi yang tidak diingankan dalam
kesehatan. (Mukono, 2010)
2.2.1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan
Zat kimia dapat dijumpai dimana saja dalam lingkungan, dan sama seperti
tumbuhan ataupun air, zat kimia terbentuk secara alami di lingkungan. Zat kimia juga
terdapat dalam dalam makanan, obat, dan kosmetik. Industri memainkan peranan
penting dalam sebagian kehidupan salah satunya merupakan sumber dari begitu
banyak kontaminan dan zat kimia. Kegiatan pokok didalam industri berpotensi
menghasilkan emisi udara, limbah buangan, dan sampah padat, yang semuanya itu
mengandung berbagai jenis polutan kimia. (Widyastuti, 2006)
Industri Kosmetik turut berperan dalam meningkatkan volume sampah.
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh

dalam kegiatan manusia dan dibuang. Sampah yang dihasilkan industri berasal dari
kawasan industri, termasuk sampah dari pembangunan industri, dan segala sampah
yang berasal dari proses produksi,misalnya sampah pengepakan barang, logam,
plastik, kayu, kaleng dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
2.2.2.

Jalur Pemaparan Zat Kimia
Zat kimia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan mahluk lain

melalui berbagai cara. Jalur pemaparan adalah alur masuknya zat kimia ke dalam
tubuh. Jalur pemaparan itu sendiri dapat mempengaruhi toksisitas zat kimia. Ada 3
(tiga) jalur pemaparan yaitu: melalui kulit (absorbsi kulit/dermal), pernafasan

Universitas Sumatera Utara

(inhalasi) dan pencernaan (ingesti). Bentuk pemaparan yang sering terjadi adalah
melalui inhalasi dan dermal.

2.3. Kosmetika
Kosmetika


merupakan

suatu

bahan

yang

dapat

digunakan

untuk

mempercantik atau merawat diri. Istilah kosmetika sendiri berasal dari bahasa yunani
yaitu Kosmetikos yang berarti keahlian dalam menghias (Tranggono, 2007).
Dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun
2011, yang dimaksud dengan Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkanuntuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,

kuku, bibir, organ genital bagian luar), atau gigi atau membran mukosa mulut,
terutama untuk membersihkan, meewangikan, mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetologi menurut Jellinek (1970) seperti yang dikutip oleh Tranggono
(2007), diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum kimia,
fisika, biologi, maupun mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan, dan
penggunaan (aplikasi) kosmetik.
2.3.1. Penggolongan Kosmetika
Penggolongan kosmetika antara lain menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI, menurut sifat modern atau tradisionalnya, dan menurut kegunaannya bagi kulit
(Tranggono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi menjadi 13 kelompok:
1. Preparat untuk bayi, misalnya bedak bayi, minyak bayi, dll
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dll
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eys-shadow, dll
4. Preparat untuk wangi-wangian, misalnya parfum, dll
5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll

6. Preparat untuk pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll
7. Preparat make up, misalnya bedak, listick, dll
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, dll
9. Preparat untuk kebesihan badan, misalnya deodoran, dll
10. Preparat untuk kuku, misalnya cat kuku, dll
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll
12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen fondation, dll
B. Menurut Sifat dan Cara Pembuatan
1. Kosmetika Tradisional
a. Betul-betul tradisional, diramu dari bahan alam dan diolah menurut resep
turun temurun.
b. Semi Tradisional, diolah secara modern dan diberi pengawet biar tahan
lama.
c. Hanya namanya yang tradisional tanpa komponen yang benar-benar
tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.

Universitas Sumatera Utara

2. Kosmetika Modern

Kosmetika Modern diramu dari bahan kimia dan dioleh secara modern
C. Menurut Kegunaannya bagi Kulit
1. Kosmetik Perawatan Kulit, untuk merawat kebersihan dan kesehatan
kulit,yaitu:
a. Kosmetik untuk membersihkan (cleanser) : sabun, cleansing crem,
cleansing milk, penyegar kulit (freshener)
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya krem
pelembab, krem malam, krem anti kerut
c. Kosmetik

pelindung

kulit,

misalnya

sunscreen

cream,


sunblock

cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan dan mengampelas kulit (peeling), misalnya
scrub cream yang berisi butiran halus untuk pengampelasan.
2. Kosmetik riasan (decoratif atau make up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit, sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident).
2.3.2. Bahan Kosmetika
Dasar kosmetika biasanya terdiri dari bermacam-macam bahan dasar, bahan
aktif dan bahan pelengkap. Bahan-bahan tersebut mempunyai aneka fungsi antara lain
sebagai solvent (pelarut), emulsier (pencampur), pengawet, adhesive (pelekat),
pengencang, absortent (penyerap) dan desinfektan. Pada umumnya 95 % dari

Universitas Sumatera Utara

kandungan kosmetika adalah bahan dasar dan 5 % bahan aktif atau kadang-kadang
tidak mengandung bahan aktif. Hal ini mengandung arti bahwa kosmetika, sifat dan
efeknya tidak ditentukan oleh bahan aktif tetapi oleh bahan dasar kosmetika.

(Tranggono, 2007)
2.3.2.1. Bahan Dasar Kosmetika
Bahan dasar kosmetika dikelompokkan sebagai berikut (Trenggono, 2007):
1. Solvent (Pelarut)
Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut seperti
air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut terdiri atas 3
bentuk yaitu padat (garam), cair (gliserin) dan gas (amoniak).
2. Emulsier (Pencampur)
Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda jenis
dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu campuran
merata (homogen).
3. Preservative (Pengawet)
Bahan pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh kuman-kuman
terhadap kosmetika, sehingga kosmetika tetap stabil tidak cepat kadaluwarsa. Bahan
pengawet yang aman digunakan biasanya yang bersifat alami. Bahan pengawet untuk
kosmetika dapat menggunakan senyawa asam benzoat, alkohol, formaldehida dan
lain-lain. Jenis pengawet kimia efeknya pada kulit seringkali tidak baik.

Universitas Sumatera Utara


4. Adhesive (Pelekat)
Bahan yang biasanya terdapat dalam kosmetika seperti bedak, dengan maksud
agar bedak dapat dengan mudah melekat pada kulit dan tidak mudah lepas. Bahan
pelekat dalam bedak antara lain menggunakan seng stearat dan magnesium stearat.
5. Astringent (Pengencang)
Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan
menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya menggunakan zat-zat yang
bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol dan zat-zat khusus lainnya.
6. Absortent (Penyerap)
Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya kalsium
karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di wajah.
7. Desinfektan
Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh lain
terhadap pengaruh-pengaruh mikro-organisme. Desinfektan dalam kosmetika sering
menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat fenol dan senyawa-senyawa
amonium kuaterner
2.3.3.2. Bahan Kimia dan Bahan Kompleks Alam
1. Bahan Kimia
Bahan berikut adalah bahan kimia sintetik yang sudah terbukti berbahaya bagi
kesehatan menurut beberapa penelitian (Tranggono, 2007):

a.

Sodium Lauryl Sulfate (SLS) and Ammonium Lauryl Sulfate (ALS)

Universitas Sumatera Utara

Zat ini sering dikatakan berasal dari sari buah kelapa untuk menutupi racun alami
yang terdapat di dalamnya. SLS dan ALS dapat menyebabkan iritasi kulit yang
hebat dan kedua zat ini dapat dengan mudah diserap ke dalam tubuh. Setelah
terserap, endapan zat ini akan terdapat pada otak, jantung, paru paru dan hati
yang akan menjadi masalah kesehatan jangka panjang. SLS dan ALS juga
berpotensi menyebabkan katarak dan menganggu kesehatan mata pada anak
anak.
b.

Bahan Pengawet Paraben
Paraben digunakan terutama pada kosmetik, deodoran, dan beberapa produk
perawatan kulit lainnya. Zat ini dapat menyebabkan kemerahan dan reaksi alergi
pada kulit. Penelitian terakhir di Inggris menyebutkan bahwa ada hubungan
antara penggunaan paraben dengan peningkatan kejadian kanker payudara pada
perempuan. Disebutkan pula terdapat konsentrasi paraben yang sangat tinggi
pada 90% kasus kanker payudara yang diteliti.

c.

Propylene Glycol
Ditemukan pada beberapa produk kecantikan, kosmetik dan pembersih wajah.
Zat ini dapat menyebabkan kemerahan pada kulit dan dermatitis kontak. Studi
terakhir juga menunjukan bahwa zat ini dapat merusak ginjal dan hati.

d.

Isopropyl Alcohol
Alkohol digunakan sebagai pelarut pada beberapa produk perawatan kulit. Zat ini
dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak lapisan asam kulit sehingga bakteri

Universitas Sumatera Utara

dapat tumbuh dengan subur. Disamping itu, alkohol juga dapat menyebabkan
penuaan dini.
e.

DEA (Diethanolamine), TEA (Triethanolamine) and MEA (Monoethanolamine)
Bahan ini jamak ditemukan pada kosmetik dan produk perawatan kulit. Bahan
bahan berbahaya ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan penggunaan jangka
panjang diduga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker ginjal dan hati.

f.

Aluminium
Aluminium sering digunakan pada produk penghilang bau badan. Aluminium
diduga berhubungan dengan penyakit pikun atau Alzheimer’s.

g.

Minyak Mineral
Minyak mineral dibuat dari turunan minyak bumi dan sering digunakan sebagai
bahan dasar membuat krim tubuh dan kosmetik. Baby oil dibuat dengan 100%
minyak mineral. Minyak ini akan melapisi kulit seperti mantel sehingga
pengeluaran toksin dari kulit menjadi terganggu. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya jerawat dan keluhan kulit lainnya.

h.

Polyethylene Glycol (PEG)
Bahan ini digunakan untuk mengentalkan produk kosmetik. PEG akan
menganggu kelembaban alami kulit sehingga menyebabkan terjadinya penuaan
dini dan kulit menjadi rentan terhadap bakteri.

Universitas Sumatera Utara

Menurut BPOM RI, bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik
adalah:
a)

Merkuri (Hg/Air Raksa) termasuk logam berat berbahaya, yang dalam
konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun. Pemakaian merkuri (Hg) dapat
menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit, yang akhirnya
dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit, kerusakan
permanen pada susunan syaraf, otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin
bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntahmuntah, diare dan kerusakan ginjal serta merupakan zat karsinogenik
(menyebabkan kanker) pada manusia.

b)

Hidrokinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan
berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan
dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar,
bercak-bercak hitam.

c)

Asam Retinoat/Tretinoini/Retinoic Acid dapat menyebabkan kulit kering, rasa
terbakar, teratogenic (cacat pada janin).

d) Bahan Pewarna Merah K.3 (Cl 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga
K.1(Cl.12075) merupakan zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan
sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini merupakan zat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin B dalam konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati.

Universitas Sumatera Utara

2. Bahan Kompleks Alam
a) Minyak kaya vitamin, misalnya cod-liver, avocado oil, wheat germ
b) Plasenta dan ekstrak organ hewan, mulai digunakan sejak plasenta dan
ekstrak organ hewan dapat di konversikan kedalam bentuk yang stabil tanpa
kehilangan efektifitasnya, seperti kandungan vitamin A, C, D dan kelompok
vitamin B.
c) Ekstrak tunas tumbuh-tumbuhan
d) Sari buah dan sayuran yang dikondensasi, baik dalam bentuk murni atau
dicampur dalam susu memiliki efek yang lebih menguntungkan bagi kulit.
e) Royal Jelly, dapat menimbulkan peremajaan kembali jaringan atrofi dan
perbaikan sirkulasi darah.
f) Ekstrak Tanaman, dapat mencegah peradangan (ekstrak chamomile) dan
bersifat desinfektan (fenol oil dan parsley).
2.3.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Pemakaian Kosmetik
Ada empat faktor yang memengaruhi efek kosmetika terhadap kulit yaitu
faktor manusia pemakainya, faktor lingkungan alam pemakai, faktor kosmetika dan
gabungan dari ketiganya (Tranggono, 2007).
a)

Faktor Manusia
Perbedaan warna kulit dan jenis kulit dapat menyebabkan perbedaan reaksi kulit
terhadap kosmetika, karena struktur dan jenis pigmen melaminnya berbeda.

Universitas Sumatera Utara

b)

Faktor Iklim
Setiap iklim memberikan pengaruh tersendiri terhadap kulit, sehingga
kosmetika untuk daerah tropis dan sub tropis seharusnya berbeda.

c)

Faktor Kosmetika
Kosmetika yang dibuat dengan bahan berkualitas rendah Atau bahan yang
berbahaya bagi kulit dan cara pengolahannya yang kurang baik, dapat
menimbulkan reaksi negatif atau kerusakan kulit seperti alergi atau iritasi kulit.

d)

Faktor Gabungan dari Ketiganya
Apabila bahan yang digunakan kualitasnya kurang baik, cara pengolahannya
kurang baik dan diformulasikan tidak sesuai dengan manusia dan lingkungan
pemakai maka akan dapat menimbulkan kerusakan kulit, seperti timbulnya
reaksi alergi, gatal-gatal, panas dan bahkan terjadi pengelupasan.

2.4. Produk Hijau atau Produk Ramah Lingkungan
Produk hijau atau green product dikenal juga dengan istilah eco product,
sustainable product, dan eco efficiency product. Kementerian Lingkungan Hidup
(2007) menyatakan bahwa produk hijau adalah produk yang berwawasan lingkungan
atau produk yang bersahabat dengan lingkungan, sejak pembuatan sampai
pembuangan. Sementara itu, World Wildlife Fund (2007) mendefinisikan produk
hijau sebagai produk yang memperhatikan aspek ekonomi dan ekologis sekaligus.
Secara umum, green products dapat dipahami sebagai produk berwawasan
lingkungan atau produk ramah lingkungan. Green Products atau Produk hijau dapat

Universitas Sumatera Utara

dengan mudah diidentifikasikan dipasar karena produk hijau pada umumnya
menggunakan label tertentu yang menunjukkan bahwa produk tersebut telah lulus
audit dan layak dinyatakan sebagai produk hijau.
2.4.1. Label Ramah Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup (2013) Ekolabel adalah label, tanda atau
sertifikat pada suatu produk yang memberikan keterangan pada konsumen bahwa
produk tersebut dalam daur hidupnya menimbulkan dampak negative relative lebih
kecil dibandingkan dengan produk lainnya yang sejenis tetapi tidak menggunakan
tanda ekolabel. Daur hidup produk mencakup perolehan bahan baku, proses
pemuatan, pendistribusian, pemanfaatan, pembuangan serta pendaur-ulangan.
Ditinjau dari makna serta fungsinya tanda ekolabel merupakan sarana
informasi yang otentik/akurat “verifiable” dan tidak menyesatkan konsumen
mengenai aspek lingkungan dari suatu produk/jasa, komponen dan kemasannya.
Tujuan penggunaan ekolabel adalah untuk mendorong permintaan dan
penawaran produk ramah lingkungan dalam kegiatan perdagangan sekaligus
menumbuhkan kesadaran akan perbaikan lingkungan secara berkelanjutan.
Penyusunan kriteria Ekolabel untuk kategori produk tertentu disusun oleh
Panitia Teknis Perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang Manajemen
Lingkungan yang mengacu pada ISO 14024 (Environmental labels and declaration –
Type I environmental labeling – Principles and procedures).
Struktur Utama Kriteria Ekolabel meliputi:
1. Ruang lingkup kategori produk

Universitas Sumatera Utara

2. Kriteria dan ambang batas
3. Prasyarat:
a. Penataan peraturan perundang-undangan pengelolaan lingkungan hidup
b. Penerapan sistem manajemen lingkungan
c. Pemenuhan standar mutu produk dan penerapan sistem manejemen mutu
d. Kemasan yang ramah lingkungan
Tanda ekolabel menggunakan Logo Ekolabel Indonesia yang ditetapkan oleh
Menteri Lingkungan Hidup. Tanda Ekolabel yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Logo Eko Label Indonesia
2.4.2. Label pada Kemasan Produk Ramah Lingkungan
The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 memperkenalkan sistem kode
identifikasi resin yang dikenal sebagai kode material kemasan, berupa angka-angka
yang ada ditengah ketiga anak panah simbol recycle. untuk memberikan keseragaman
sistem manufaktur plastik yang diterapkan secara international (Tilaar, Lip, dan
Ranti, 2011) ;(Ryaldino, 2011) :
1. PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate)
Kode ini biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih, transparan, tembus
pandang. Biasanya dipakai untuk botol minuman tetapi tidak untuk air hangat atau

Universitas Sumatera Utara

panas. Kemasan dengan kode ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai.
Serpihan PET yang telah dibersihkan dan di daur ulang dapat digunakan untuk
membuat serat benang karpet dan geotekstil.

Gambar 2.2. Kode PETE
2. HDPE (High Density Polyethylene)
Kode ini biasa dipakai untuk berbagai macam botol. HDPE merupakan salah
satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah
reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang
dikemasnya. Hasil daur ulangnya dapat dijadikan kemasan produk non pangan.

Gambar 2.3. Kode HDPE
3. PVC (Polyvinyl Chloride)
Plastik berbahan PVC (Polyvinyl Chloride) merupakan plastik yang paling
sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada pipa dan konstruksi bangunan.

Gambar 2.4 PVC (Polyvinyl Chloride)

Universitas Sumatera Utara

4. LDPE (Low Density Polyethylene)
Kemasan plalstik berbahan LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai
untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode ini
dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas
tetapi kuat. Barang ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk
tempat makanan.

Gambar 2.5 LDPE (Low Density Polyethylene)
5. PP (Polypropylene)
Kemasan berbahan PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan
plastik terutama sebagai tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, botol minum (termasuk botol minum untuk bayi).
Karakteristik kemasan plastik dari bahan polypropylene adalah transparan
yang tidak jernih atau berawan tapi tembus cahaya, serta tahan terhadap bahan kimia,
panas dan minyak.

Gambar 2.6 Kode PP (Polypropylene)

Universitas Sumatera Utara

6. PS (Polystyrene)
Plastik ini biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat
minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke
dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk
otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di
Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk
negara China.
Bahan ini berbahaya bila digunakan untuk membungkus makanan yang panas.

Gambar 2.7 Kode PS (Polystyrene)
7. Lain-lain
Plastik yang menggunakan kode dengan angka 7 ditengah segitiga tidak
termasuk enam golongan lainnya, atau terbuat dari satu jenis resin dan digunakan
dalam kombinasi multi player.

Gambar 2.8 Kode Lain-lain
8. Mobius Loop
Mobius loop adalah simbol untuk daur ulang yang diakui secara universal, dan
menunjukkan bahwa objek tersebut dapat didaur ulang.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.9 Mobius Loop
2.4.3. Sertifikasi Ekolabel di Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup (2009), Ekolabel Indonesia lahir dengan latar
belakang bahwa tuntutan konsumen pada perdagangan Internasional semakin
meningkat, pola konsumsi dunia cenderung mengarah pada Green Consumerism.
Pembeli dalam memilih produk yang diinginkan berdasarkan aspek lingkungan dan
aspek lainnya.
Indonesia adalah satu-satunya negara yang mengoperasikan program ekolabel
melalui sistem akreditasi yang berarti bahwa penerbitan sertifikasi ekolabel atau
pemberian lisensi penggunaan tanda ekolabel akan diterbitkan oleh lembaga
sertifikasi ekolabel (LSE) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN) dengan lingkup sertifikasi ekolabel untuk SNI kriteria ekolabel tertentu dan
wajib memenuhi ketentuan Pedoman KAN 801-2004 tentang Persyaratan Umum
Lembaga Sertifikasi Ekolabel serta ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang terkait, termasuk perijinan usaha dan jasa yang berlaku di Indonesia. Sertifikat
ekolabel berlaku selama 3 (tiga) tahun. Untuk pemeliharaan sertifikasi, Lembaga
Sertifikasi ekolabel harus melakukan pengawasan berkala minimal 1 kali setahun
terhadap pihak yang telah mendapatkan sertifikat ekolabel ( KAN, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Hingga saat ini KAN telah memberikan akreditasi pada dua lembaga
sertifikasi ekolabel yaitu LSE Maleco dan LSE-Papics. (Suminto, 2011).

2.5. Produk Kosmetika Ramah Lingkungan
(Tilaar, Wih, Ranti, 2011) dalam buku Pioneers in Green Science
menjelaskan bahwa produk kosmetik ramah lingkungan dikembangkan dengan suatu
konsep Green Science yang dibagi dalam empat langkah pengembangan produk dari
awal hingga akhir, yaitu:
2.5.1. Green Resources
Sumber daya hijau yang digunakan terdiri dari:
a. Green Knowledge, adalah pengetahuan yang membahas segala aspek yang
berkaitan dengan usaha-usaha dalam proses kehidupan agar memberikan
dampak yang sekecil mungkin terhadap lingkungan.
b. Green Cultivation and Organic Farming, merupakan budidaya ramah
lingkungan dengan sistem pertanaman dengan berazaskan daur ulang unsur
hara hayati. Pertanian organik menerapkan sistem pertanian organik pada
tanaman obat dan kosmetik yang benar-benar alami, terbebas dari bahanbahan kimia yang dapat mencemari lingkungan baik air, tanah dan udara
dimaksudkan untuk menghindari bahaya keracunan akibat residu pesitisida
kimia.
c. Plant Material Standardization atau standarisasi bahan tanaman meliputi
standarisasi yang dilakukan mulai dari proses panen hingga pasca panen.

Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan bahan baku berbasis green semakin meningkat di Industri
kosmetik. Banyak aturan-aturan International dibuat supaya menghasilkan
bahan baku atau produk yang ramah lingkungan.
d. Green Research, dengan meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan
banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari bahan baku baik bahan aktif
maupun bahan pembantu alami. Untuk menjamin bahan baku tersebut sesuai
dengan aturan yang ada muncul lembaga sertifikasi antara lain ecocert,
USDA Organic, Japan Organic Standard (JAS), Organic Europe, dan lainlain.
e. Recycling Packaging, material kemasan yang digunakan selain harus
memenuhi persyaratan international juga harus ramah lingkungan seperti
dapat di daur ulang atau digunakan kembali. Daur ulang adalah proses untuk
menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah
adanya sampah menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan
bahan baku, mengurangi penggunaan energy, mengurangi polusi, kerusakan
lahan, emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan
barang baru.
f.

Green Development meliputi langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengembangan setiap produk yang tidak menberi pengaruh buruk pada alam
maupun manusia, melalui:
a. Environmental Friendly Technology, dengan menyadari adanya bahaya
limbah

industri terhadap bumi maka dengan penggunaan teknologi

Universitas Sumatera Utara

ramah lingkungan diharapkan tetap menjaga kelestarian bumi serta
sumber daya alam didalamnya untuk mehindari dampak buruk pada
alam akibat keterlibatan manusia.
b. Strich Compliance, dalam menghasilkan dan mengembangkan produk
kosmetik formula atau produk selalu dikembangkan dengan aturanaturan baik yang berlaku nasional maupun international. Di lingkungan
ASEAN sendiri sudah ditetapkan dalam ASEAN Cosmetic Directive
(ACSD)sebagai bentuk harmonisasi kosmetika di negara-negara
ASEAN.
c. Efficient Process, dimana dalam mengembangkan sutu formula perlu
diperhatikan bahwa pada saat produk diproses tidak menggunakan
sumber daya berlebihan. Aspek yang perlu diperhatikan adalah desain
formula dan desain kemasan.
d. No Animal Testing, Data menunjukkan bahwa setiap harinya sangat
banyak jumlah hewan yang digunakan dalam penelitian. Sehubungan
dengan itu dilakukan usaha untuk mencari alternatif yang menggantikan
pengujian terhadap hewan dengan metode 3 R yaitu Replacement yaitu
menggantikan hewan atau tidak melibatkan hewan, Reduction berarti
mengurangi jumlah hewan menjadi jumlah minimum, dan Refinement
merupakan teknik mengurangi nyeri atau tekanan-tekanan.

Universitas Sumatera Utara

e.

Simple, Minimal Packing Design. Kemasan yang digunakan merupakan
kemasan dengan desain yang sederhana dan berasal dari bahan yang
dapat didaur ulang.

f.

Green Collaboration, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pihak
luar baik nasional maupun international, salah satunya adalah dengan
melakukan kolaborasi dengan petani untuk melakukan budidaya
tanaman organik yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik.

2.5.2. Green Process
Proses produksi yang dilakukan dengan mengedepankan proses produksi yang
aman, efisien, polusi terkendali, hemat energi dan sumber daya serta meminimalkan
limbah produksi. Dalam menunjang proses ini perusahaan telah menerapkan Sistem
Manajemen Mutu Lingkungan ISO 14000. Dalam kebijakan tersebut terdapat
jaminan bahwa semua proses yang dilakukan dalam menghasilkan produk dan jasa
mematuhi kaedah aman bagi pekerja (Safe Operation).
2.5.3. Green Output
Bahwa semua upaya produksi yang telah dilakukan telah memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a.

Environmental Friendly Products yaitu dimana produk yang secara keseluruhan
tidak menimbulkan bahaya untuk lingkungan, baik pada saat produksi, selama
penggunaan, maupun sesudah penggunaan.

Universitas Sumatera Utara

b.

Green Waste dimana setiap industri harus bertanggung jawab atas limbah
produksi yang dihasilkan dan menjamin limbah produksi tersebut aman bagi
lingkungan serta mahluk hidup disekitarnya.

c.

Safe for Human, segala usaha dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk
keamanan bagi manusia dan lingkungannya.

d.

Presevation of Endangered Plants dan Biodiversity, bahwa dalam menggunakan
tanaman diambil bagian-bagian yang aman supaya tidak merusak kelangsungan
hidup tanaman. Sebagai bentuk peduli terhadap lingkungan, Industri tidak hanya
mengambil tetapi juga mengembalikan

ke alam apa yang sudah digunakan

dengan melakukan penanaman kembali dan memperbanyak jenis tanaman untuk
menjaga agar tanaman-tanaman tersebut tidak punah.

2.6. Perilaku
Perilaku adalah suatu perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan
dipelajari. Morgan et.al dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku
adalah suatu yang dilakukan oleh manusia atau binatang dalam betuk yang dapat
diamati dalam beberapa cara.
Notoatmodjo membagi ranah perilaku menjadi tiga bagian, yaitu pengetahuan
(knowledge),

Sikap

(attitude)

dan

Tindakan

(praktice).

Perilaku

tersebut

dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu:
a.

Perilaku dalam bentuk Pengetahuan yaitu dengan mengetahui sesuatu rangsangan
dari luar.

Universitas Sumatera Utara

b.

Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan terhadap keadaan atau rangsangan
dari luar subjek.

c.

Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap
situasi atau rangsangan dari luar. (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayan kesehatan,
makanan dan lingkungan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun bersikap aktif (tindakan nyata atau
practice). (Notoatmodjo, 2010)
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health
promotion behavior) misalnya makan makanan yang bergizi, olahraga dan lain-lain.
Perilaku terhadap lingkungan (Environmental health behavior) adalah respon
seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia, mencakup
salah satunya perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah
cair, sistem pembuangan sampah dan air limbah. (Notoatmodjo, 2003)
Menurut teori Lawrence Gren dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 (tiga) faktor
yang memengaruhi perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:
a) Faktor yang mempermudah (Predisposing Factor) yang mencakup sikap,
pengetahuan, kepercayaan, norma,dan unsur lain dalam diri individu atau
masyarakat.
b) Faktor Pendukung (Enabling Factor) antara lain umur, status ekonomi sosial,
pendidikan dan sumber daya manusia.

Universitas Sumatera Utara

c) Faktor Pendorng (Reinforcing Factor) yaitu faktor yang memperkuat
perubahan perilaku karena adanya sikap, baik dari sendiri, masyarakat
ataupun petugas kesehatan.

2.7. Karakteristik
Bui (2005) yang mengutip Roberts (1996) menyatakan bahwa karakteristik
tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi tanggung jawab sosial pada perilaku
konsumen. Sebaliknya Weigel (1983) menyarankan bahwa perlu menggabungkan
karakteristik untuk memverifikasi terhadap faktor yang memengaruhi perilaku.
Menurut Bui (2005), berdasarkan profil demografi konsumen hijau umumnya berada
dalam kategori berpendidikan, perempuan produktif berusia menengah dan
pendapatan yang tinggi.
Menurut Haryadi (2009), potensi pasar untuk produk apa pun sama dengan
jumlah orang yang menginginkan atau membutuhkannya dan juga memiliki sumber
daya yang diperlukan untuk membelinya. Oleh karena itu, kita perlu mengevaluasi
karakteritik demografik pembeli yang sekarang, maupun yang potensial. Faktor
demografi yang yang digunakan luas, namun dalam penelitian ini yang diambil
adalah usia, penghasilan, dan pendidikan.
Bui (2005) yang mengutip Van Liere dan Dunlap (1981) menemukan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku menggunakan produk
hijau yaitu rata – rata berada pada konsumen yang lebih tua. Namun Bui (2005)
mengutip McEvoy (1972), tidak menemukan hubungan yang signifikan antara usia

Universitas Sumatera Utara

dan perilaku menggunakan produk hijau. Menurut Boztepe (2012), usia 36 – 45
adalah kelompok usia yang paling sering membeli produk hijau dibandingkan
kelompok usia yang lain.
Bui (2005) mengatakan dalam hal pendidikan, pendidikan terkait dengan
sikap dan perilaku konsumen hijau dimana terdapat hubungan yang berkorelasi
positif antara pendidikan dan perilaku konsumen hijau. Menurut Boztepe (2012),
tingkat pendidikan memengaruhi pembelian produk hijau terutama pada sarjana dan
pascasarjana.
Bui (2005) yang mengutip Zimmer (1994) dan Roberts (1996), menemukan
hubungan yang signifikan antara pendapatan dan perilaku peduli terhadap
lingkungan. Menurut Boztepe (2012), untuk konsumen dengan pendapatan yang
rendah, keinginan membeli produk hijau hanya didasarkan pada promosi yang ada,
bukan karena kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan. Namun sebaliknya pada
konsumen dengan pendapatan yang tinggi, pembelian produk hijau lebih didasarkan
pada kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan.

2.8. Pengetahuan
2.8.1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”.Pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba.Pengatahuan atau kognitif

Universitas Sumatera Utara

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior).
Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang
untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban
baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu
stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).
2.8.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2003):
1. Media Masa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media masa
yang dapat pula memengaruhi pengetahuan masyarakat.
2. Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan
paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang.
3. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta
dan masyarakat.
4. Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan seseorang.
5. Penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

juga

dapat

melalui

metode

penyuluhan, dan pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya.
6. Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambah
pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran ibu
hamil terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.
2.8.3. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang
paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Universitas Sumatera Utara

d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Menurut Peter dan Olson (2000), secara umum seseorang memiliki dua jenis
pengetahuan yaitu pengetahuan umum tentang lingkungan dan perilaku yang
mengacu pada interpretasi seseorang terhadap informasi yang relevan dalam
lingkungannya, dan pengetahuan prosedural tentang bagaimana melakukan sesuatu,
yang disimpan dalam ingatan yang sebagai suatu produksi. Kedua jenis pengetahuan
tersebut baik pengetahuan umum maupun prosedural memiliki pengaruh terhadap
perilaku.

Universitas Sumatera Utara

2.9. Sikap
2.9.1. Pengertian Sikap
Menurut Peter dan Olson (2000), sikap adalah evaluasi konsep secara
menyeluruh yang dilakukan seseorang. Secara historis, istilah ‘sikap’ (attitude)
digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu
diartikan sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, & Edgley, 1980).
Pembahasan masalah sikap manusia dalam kaitan ini digunakan untuk menjelaskan
kenapa orang-orang dapat berprilaku berbeda dalam situasi yang sama.(Notoatmojo,
2007).
Menurut Kotler,dkk (2008), sikap merupakan evaluasi, perasaan seseorang,
dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan
bertahan lama pada seseorang terhadap obyek atau gagasan tertentu. Konsumen akan
meyakini informasi yang diterimanya dan memilih merek tertentu untuk dibeli, hal itu
berkaitan dengan sikap yang dikembangkan. Keyakinan-keyakinan dan pilihan
konsumen pada merek tertentu merupakan suatu sikap konsumen. Dalam banyak hal,
sikap terhadap suatu merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen akan
membeli atau tidak.
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Notoatmojo (2010) mengutip
pendapat Purwanto (2010), ciri-ciri sikap adalah:
a.

Sikap bukan dibawa sejak lahir, tapi dibentuk atau dipelajari sepanjamg
perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya.

Universitas Sumatera Utara

b.

Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap
suatu kelompok.

c.

Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat pula juga berupa kumpulan dari
hal-hal tersebut.

d.

Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar

rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra
terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan,
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Sikap
relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi
merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Dalam
psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan dari
cara-cara berbuat. Pada umumnya sikap seseorang akan positif apabila pengetahuan
tentang sesuatu hal positif pula, begitu pula sebaliknya. Namun selain pengetahuan,
sikap juga dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, pengalaman masa lalu,
keadaan sosial budaya termasuk norma atau nilai di lingkungan keluarga maupun
masyarakat (Notoatmodjo, 2012).
2.9.2. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif
(conative). (Azwar, 2011)

Universitas Sumatera Utara

a. Komponen Kognitif
Berisi tentang kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang
benar menurut objek sikap. Kepercayaan dari apa yang telah kita lihat atau kita
ketahui. Sekali kepercayaan terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.
b. Komponen Afektif
Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek
sikap.Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu.
c. Komponen Prilaku (Konatif)
Dalam struktur sikap komponen konatif menunjukkan bagaimana prilaku atau
kecenderungan prilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek
sikap yang dihadapinya.Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan
perasaan banyak mempengaruhi prilaku. Maksudnya, bagaimana orang berprilaku
dalam situasi tertentu dan stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh
bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
2.9.3. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yakni (Notoatmodjo, 2012):
a. Menerima (Receiving)
b.

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap gizi.

Universitas Sumatera Utara

c.

Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari
pekerjaan itu benar atau salah berarti orang tersebut menerima ide tersebut.

d. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu
indikasi tingkat tiga.
e. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.10. Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. (Uno, 2006).
Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut
memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya. Ada yang
mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi
sama dengan semangat (Maslow, 1954) dalam Uno (2009).
Schiffman dan Kanuk (2008) menyatakan bahwa motivasi digambarkan
sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk

Universitas Sumatera Utara

bertindak. Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul
sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Teori motivasi yang sangat fundamental adalah teori motivasi dari Abraham
Maslow.(Uno, 2009)
a.

Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk
piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah yang dikenal dengan
sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar
sampai motif psikologis yang lebih kompleks.
Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan
Faali
Gambar 2.10 Hirarki Kebutuhan Maslow
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)

• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)

Universitas Sumatera Utara

• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya).
b. Teori Motivasi Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor
itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi
lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator
memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb
(faktor intrinsik).
Menurut Haryadi (2009), mayoritas konsumen menyadari bahwa perilaku
pembelian mereka secara langsung berpengaruh pada berbagai masalah lingkungan.
Konsumen beradaptasi dengan situasi ini dengan mempertimbangkan isu lingkungan
ketika berbelanja dan melalui perilaku beli mereka. Bukti yang mendukung
peningkatan lingkungan ekologi ini adalah meningkatnya individu yang rela
membayar lebih untuk produk produk yang ramah lingkungan. Selain itu, seringkali
label sertifikasi lingkungan (misalnya ISO 14000) dan lambang-lambang yang

Universitas Sumatera Utara

menandakan bahwa produk tersebut ramah lingkungan memberikan dukungan
terhadap keputusan mereka dalam pembelian produk.

2.11. Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka landasan teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah gabungan dari beberapa teori yaitu teori Lawrence Green dalam
Notoatmodjo (2007) yaitu Predisposing factor

(faktor yang mempermudah)

mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang ada
dalam diri individu; Enabling Factor (faktor pendukung) antara lain umur, status
ekonomi, pendidikan dan sumber daya manusia ; Reinforcing Factor (faktor
pendorong) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku karena adanya sikap
baik dari diri sendiri, keluarga, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat.
Untuk motivasi menggunakan Teori Menurut Herzberg (1966), dimana ada
dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan
menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor
ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan
antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan
tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

Universitas Sumatera Utara

2.12. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori tersebut, maka kerangka konsep penelitian dapat
dijelaskan pada Gambar 2.12 berikut :
Variabel Independen
Karakteristik :
• Umur
• Pendidikan
• Pendapatan
Pengetahuan
Sikap
Motivasi

Variabel Dependen

Pemilihan
Kosmetika Ramah
Lingkungan

Gambar 2.12 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara