Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh ( Waterfront Architecture )

(1)

WISATA TEPI AIR ULEE LHEUE KOTA BANDA ACEH

( WATERFRONT ARCHITECTURE )

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

MARZIAN SARTIKA

07 0406 025

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2011


(2)

WISATA TEPI AIR ULEE LHEUE KOTA BANDA ACEH

( WATERFRONT ARCHITECTURE )

Oleh :

MARZIAN SARTIKA

07 04060 025

Medan, 22 Juni 2011

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, MT.

NIP. 196606221997021001 Dosen Pembimbing I

Beny O.Y Marpaung, ST,MT,PhD

NIP. 197110222002122001

Dosen Pembimbing II

Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP.M.Arch


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Marzian Sartika

NIM : 070406025

Judul Proyek Tugas Akhir : Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh

Tema : Waterfront Architecture

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan

Paraf

Pembimbing I

Paraf

Pembimbing II

Koordinator TKA-490 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa

Sidang 4. Perbaikan

Dengan Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, 22 Juni 2011

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, MT.

NIP. 196606221997021001

Koordinator TKA-490

Ir. N. Vinky Rahman, MT.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir ini, sebagai syarat yang diwajibkan setiap mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan judul tugas akhir Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing tugas akhir ibu Beny O.Y

Marpaung, ST,MT,PhD dan kepada bapak Ir. Nelson M. Siahaan,

Dipl.TP.M.Arch sebagai pembimbing tugas akhir, serta ibu Andalucia, ST, M.Sc

selaku dosen penguji, atas kesediaannya membimbing, motivasi , pengarahan dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada :

1. Bapak Ir. Vinky Rahman, MT., Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT., selaku sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Orang tua saya yang tercinta, Bapak Alm. Marzuki Usman dan Ibu Cut Masdarni, serta abang dan kakak saya tersayang, Fasbir Yardi, ST dan Asri Fitria atas segala doa, kesabaran dan segala pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Semua teman - teman angkatan 2007, adik-adik 2008-2010 ,Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini mungkin masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, 22 Juni 2011 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……….. ii

DAFTAR GAMBAR ………. v

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR SKEMATIK ………. x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang ……….……. 1

1.2 Maksud dan Tujuan ………..……… 2

1.3 Masalah Perancangan ……… 3

1.4 Asumsi …….………. 3

1.5 Lingkup dan Batasan ……….. 3

1.6 Pendekatan Masalah ……… 4

1.7 Kerangka Berfikir ………... 4

1.8 Sistematika Laporan ……… 5

BAB II DESKRIPSI PROYEK ………. 7

2.1 Terminologi Judul ………... 7

2.2 Tinjauan Umum Proyek ………. 8

2.2.1 Pengertian Water Park ……… 8

2.2.2 Sejarah Water Park………. 8

2.2.3 Wahana Water Park ……… 9

2.3 Tinjauan Pariwisata ……… 13

2.3.1 Potensi Pariwisata……….. 13

2.3.2 Proyeksi Pengembangan Pariwisata ………. 13

2.4 Tinjauan Khusus Proyek ………. 16

2.4.1 Tinjauan Lokasi ……….. 17

2.4.2 Lokasi ………. . 20

2.4.3 Kondisi Fisik Lokasi……… 20

2.4.4 Peta Lokasi ………. 21


(6)

2.4.6 Kebutuhan Ruang ……… 23

2.5 Studi Banding Proyek Sejenis ………. 25

BAB III ELABORASI TEMA ……… 30

3.1 Pengertian Tema ……….. 30

3.1.1 Struktur Pengembangan ……… 31

3.1.2 Jenis-Jenis Waterfront ……… 34

3.1.3 Kriteria Waterfront ……… 38

3.1.4 Elemen Perancangan Waterfront ……… 38

3.2 Interpretasi Tema ………. 44

3.3 Studi Banding Tema Sejenis……… 44

BAB IV ANALISA ………...……….. 52

4.1 Analisa Site………...…… 52

4.1.1 Batas dan Ukuran Site……… 52

4.1.2 Kondisi Eksisting Site ……… 53

4.1.3 Pencapaian Menuju Site ………. 54

4.1.4 Analisa Sirkulasi ……… 55

4.1.5 Analisa View ……….. 56

4.1.6 Analisa Iklim ……….. 59

4.1.7 Analisa Kebisingan ……… 60

4.1.8 Analisa Vegetasi ……… 61

4.1.9 Analisa Activity Support ……… 62

4.1.10 Analisa Antisipasi Bencana……… 63

4.1.11 Sarana dan Prasarana Site ………. 64

4.2 Analisa Pengunjung ……… 66

4.3Analisa Fungsional ………... 66

4.3.1 Pelaku Aktifitas……… 66

4.3.2 Macam – Macam Aktifitas ………. 67

4.3.3 Kebutuhan dan Besaran Ruang ……… 69


(7)

BAB V KONSEP PERANCANGAN ………...… 78

5.1 Konsep Perancangan Tapak………...……….. 78

5.1.1 Penzoningan ………..………...………... 78

5.1.2 Tata Ruang ………..………...………... 79

5.1.3 Pencapaian dan Sirkulasi………..………...………... 80

5.1.4 Vegetasi ………..………...……….…... 81

5.2 Massa Bangunan.……..………...……….…... 82

5.2.1 Gubahan Massa .……..………...……….…... 82

5.2.2 Fasad Bangunan .……..………...……….…... 83

5.2.3 Perletakkan Massa …..………...……….…... 84

5.3 Struktur …..………...……….…... 85

5.4 Utillitas ……..………...……….…...….. 86

BAB VI HASIL PERANCANGAN………...………... 89


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Water Park ……..…….……...……….………. 9

Gambar 2.2 Kolam Arus ……..…….……...……….…... 10

Gambar 2.3. Kolam Ombak …..……….…...……….…... 10

Gambar 2.4. Kids Slides …..……….…...……….…... . 10

Gambar 2.5. Rider Slides…..……….…...……….…... 11

Gambar 2.6. High Slides…..……….…...……….…... .. 11

Gambar 2.7. Jacuzzi with Bar …….…...……….…... 11

Gambar 2.8. Inner Slides Tube…….…...……….…... 12

Gambar 2.9. Aqua Play/ Rainforestrees..……….…... . 12

Gambar 2.10. Original Pool…………....……….…... 12

Gambar 2.11. Makam Pemimpin……....……….…... 13

Gambar 2.12. Mesjid Raya ……....……….…... 13

Gambar 2.13. Gunongan ……....……….…... 14

Gambar 2.14. Rumoh Aceh……....……….…... 14

Gambar 2.15. Kapal PLTD Apung..……….…... 14

Gambar 2.16. Kuburan Massal..………..………….…... 14

Gambar 2.17. Museum Tsunami ..……….…... 14

Gambar 2.18. Seni Tari Saman ..……….…... 15

Gambar 2.19. Seni Musik Serunai Kale ……….…... 15

Gambar 2.20. Makanan Khas Aceh……….…... 15

Gambar 2.21. Kopi Khas Aceh……….………... 15

Gambar 2.22. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009 .. 18

Gambar 2.23. Peta Lokasi……….………... 21

Gambar 2.24. Kondisi Darling Harbour Sydney ... .. 25

Gambar 2.25. Taman Cina ………... .. 26

Gambar 2.26. Museum Maritim Nasiona... 26

Gambar 2.27. Sydney Aquarium……... 26

Gambar 2.28. Fasilitas TIJA ……... 27

Gambar 2.29. Marina……... 28


(9)

Gambar 2.31. Gelanggang Samudera... 28

Gambar 2.32. Sea World………... 28

Gambar 2.33. Dunia Fantasi……...……... 28

Gambar 2.34. Lapangan Golf …...……... 29

Gambar 2.35. Wisata Kuliner………...……... 29

Gambar 2.36. Pasar Seni Ancol……...……... 29

Gambar 3.1. Mixed Used Waterfront……... 35

Gambar 3.2. Recreational Waterfront……... 35

Gambar 3.3. Residential Waterfront ……... 35

Gambar 3.4. Working Waterfront ……... 36

Gambar 3.5. Kawasan Tepi Air …....…... 39

Gambar 3.6. Promenade …....…... 39

Gambar 3.7. Dermaga …....…... 40

Gambar 3.8. Jembatan …....…... 40

Gambar 3.9. Pulau Buatan...…... 41

Gambar 3.10. Ruang Terbuka...…... 41

Gambar 3.11. Piazza San Marco...…... 41

Gambar 3.12. Toronto Waterfront .…... 44

Gambar 3.13. Spadina Wave Deck.…... 45

Gambar 3.14. Taman HTO.…... 45

Gambar 3.15. Wave Deck Simcoe.…... 46

Gambar 3.16. Wave Deck Rees.…... 46

Gambar 3.17. Broadwalk .…... 46

Gambar 3.18. Docks Ferry.…... 47

Gambar 3.19. Valletta Waterfront ... . 47

Gambar 3.20. View dari Grand Harbour Valletta dari barat... 48

Gambar 3.21. Fasad Kawasan... 48

Gambar 3.22. View dari Marina... 48

Gambar 3.23. View Valletta Malam hari ... 49

Gambar 3.24. Pantai Barceloneta ... 49

Gambar 3.25. Pezy Esfera... 50


(10)

Gambar 3.27. Port Vell………... 51

Gambar 3.28. Jembatan Rambla de Mar………... 51

Gambar 3.29. Laquarium ………... 51

Gambar 3.30. IMAX Port Vell………... 51

Gambar 4.1 Analisa Batas-batas Site ………... 52

Gambar 4.2 Analisa Kondisi Eksisting Site ………... 53

Gambar 4.3 Analisa Pencapaian Menuju Site ………... 54

Gambar 4.4 Analisa Sirkulasi Kenderaan Bermotor ………... 55

Gambar 4.5 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ………... … 56

Gambar 4.6 Analisa View dari Dalam ke Luar ………... 57

Gambar 4.7 Analisa View dari Luar ke Dalam ………... 58

Gambar 4.8 Analisa Iklim ………... 59

Gambar 4.9 Analisa Kebisingan ………... 60

Gambar 4.10 Analisa Vegetasi ………... 61

Gambar 4.11 Analisa Activity Support ………... 62

Gambar 4.12 Analisa Antisipasi Bencana ………... 63

Gambar 4.13. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banda Aceh ... 64

Gambar 4.14. Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana... 64

Gambar 4.15. Pelabuhan Feri Ulee Lheue... 64

Gambar 4.16. Gerbang Pelabuhan Feri Ulee Lheue... 64

Gambar 4.17. Permukiman Deah Glumpang ... 65

Gambar 4.18. Asrama BEKANGDAM IM... 65

Gambar 4.19. Mesjid Baiturrahim... 65

Gambar 4.20. Coffee Shop... 65

Gambar 4.21. Kuburan Massal... 66

Gambar 4.22. SPBU Ulee Lheue... 66

Gambar 4.23. Alarm Peringatan Tsunami... 66

Gambar 5.1. Konsep Bentukan Massa Bangunan ... 82

Gambar 5.2. Konsep Fasad Massa Bangunan ... 83

Gambar 5.3. Dasar Perletakkan Bangunan ... 84

Gambar 5.4. Konsep Perletakkan Bangunan... 84


(11)

Gambar 5.6. Struktur Bangunan Pendukung Rangka Truss... 85

Gambar 5.7. Struktur Bangunan Pendukung Cor Beton... 86

Gambar 6.1 Tampak Site ... 89

Gambar 6.2 Perspektif Mata Burung ... 90

Gambar 6.3 Poster ... 91

Gambar 6.4 Maket ... 92


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Wisatawan Kota Banda Aceh ... 15

Tabel 2.2 Rencana Peruntukan Kawasan Kota Banda Aceh ... 19

Tabel 2.3 Kebutuhan Ruang ... 23

Tabel 4.1 Kebutuhan dan Besaran ... 69

Tabel 4.2. Kriteria bentuk massa tunggal dan bentuk massa majemuk ... 75


(13)

DAFTAR SKEMATIK

Skematik 1.1 Kerangka Berfikir…….……...……….…... 4

Skematik 4.1 Aktifitas Pengunjung .……...……….…... 68

Skematik 4.2 Aktifitas Pengelola.……...………….………….…... 68

Skematik 4.3 Aktifitas Penyewa.……...………….………….…... 68

Skematik 5.1. Zoning.……...……….………….…... 78

Skematik 5.2. Konsep Tata Ruang ……….………….…... 79

Skematik 5.3. Konsep Pencapaian dan Sirkulasi …….…….…... 80

Skematik 5.4. KonsepVegetasi …….…….…... 81

Skematik 5.5. Sistem Air Bersih …….…….…... 86

Skematik 5.6. Sistem Air Kolam …….…….…... 86

Skematik 5.7. Sistem Air Kotor Cair…….…... 87

Skematik 5.8. Sistem Air Kotor Kolam …….…….…... 87

Skematik 5.9. Sistem Air Kotor Padat…….…... 88


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Latar Belakang

Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah dan berbagai bantuan dari luar mancanegara. Hingga saat ini Banda Aceh telah berkembang pesat dari berbagai segi, baik segi ekonomi, pendidikan, dan pariwisata khususnya.

Letak geografis Kota Banda Aceh berada antara 5°30‟ - 5°35‟ LU dan 95°30‟-

99°16‟ BT dengan luas wilayah keseluruhan ± 61,36 km2

memiliki posisi strategis yang berhadapan dengan negara-negara di selatan Benua Asia dan merupakan pintu gerbang Republik Indonesia di Bagian Barat. Kondisi ini merupakan potensi yang besar baik secara alamiah dan ekonomis. Potensi tersebut secara tidak langsung akan menjadi aset bagi Kota Banda Aceh khususnya dan Provinsi Aceh secara umum untuk lebih membuka diri terhadap daerah sekitarnya maupun dunia luar atau lebih mengenalkan dan menumbuhkan citra serta jati diri dalam ajang nasional dan internasional.

Banda Aceh pun kini menjadi kota objek wisata yang lebih dikenal dengan

“Wisata Situs Tsunami”. Pengembangan pariwisata di kota Banda Aceh dilakukan

dalam upaya untuk menyediakan ruang yang melayani kegiatan wisata untuk masyarakat Banda Aceh sendiri maupun wisatawan domestik dan wisatawan asing. Dengan potensi wisata yang ada di kota Banda Aceh, kegiatan wisata dapat dikembangkan meliputi wisata alam, wisata budaya, wisata religius, wisata kuliner, dan wisata lainnya.

Pasca bencana Tsunami, kunjungan wisatawan ke kota Banda Aceh hingga saat ini cukup menggembirakan. Walau tidak signifikan peningkatannya tetapi sudah menunjukkan trend yang baik. Orang-orang dari berbagai pelosok Indonesia, Asia hingga Eropa berduyun-duyun menziarahi bumi yang dikenal dengan Serambi Mekah untuk menyaksikan secara langsung dampak yang ditimbulkan akibat tsunami. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi pariwisata kota Banda Aceh. Dibangunnya berbagai fasilitas yang akan mendukung wisata dan perbaikan objek-objek wisata


(15)

yang rusak akibat bencana, terutama perbenahan kembali kawasan di pesisir pantai Kota Banda Aceh yang terkenal dengan keindahan alamnya, semakin menunjang kegiatan pariwisata saat ini dan untuk ke depannya.

Berdasarkan program Pariwisata kota Banda Aceh yakni “Visit Banda Aceh

Year 2011”, kota Banda Aceh ke depannya akan mengembangkan objek- objek

wisata, salah satunya adalah pengembangan kawasan wisata tepi air yang perencanaannya akan dilakukan di beberapa kawasan pesisir pantai kota Banda Aceh.

Ulee Lheue sebagai lokasi pilihan perencanaan wisata tepi air didasarkan pada beberapa faktor. Selain dekat dengan pusat kota dan karena berada di tepi laut dengan view ke laut lepas yang menarik, adanya pelabuhan kapal Feri Ulee Lheue sebagai jalur transportasi dari Banda Aceh - Sabang mengakibatkan aktivitas wisatawan menjadi tinggi, sehingga sangat menguntungkan pengembangan Wisata Tepi Air Ulee Lheue sendiri. Ulee Lheue merupakan salah satu daerah terbesar yang terkena dampak bencana Tsunami karena berada di pesisir pantai sebelah utara kota. Setelah mengalami Rehabilitas dan Rekonstruksi, kawasan Uee Lheue mulai kembali normal. Berdasarkan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh Tahun 2006-2016, kawasan Ulee Lheue akan difungsikan sebagai Pariwisata Pantai, dengan skala pelayanan regional dan kota.

1.8 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan wisata tepi air Ulee Lheue kota Banda Aceh adalah :

1. Menciptakan kawasan wisata tepi air di kota Banda Aceh sebagai salah satu objek Wisata Situs Tsunami,

2. Menjadi penunjang segi pariwisata dalam program “Visit Banda Aceh

Year 2011”,

3. Menciptakan tempat rekreasi publik bagi masyarakat di kota Banda Aceh dan luar kota Banda Aceh,

4. Meningkatkan perekonomian masyarakat setempat,

5. Mempelajari permasalahan dan perancangan bangunan untuk kawasan tepi air (waterfront).


(16)

1.9 Masalah Perancangan

Dalam perencanaan dan perancangan sarana Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh ini, ada berbagai masalah yang dihadapi diantaranya adalah :

- Permasalahan Umum :

Bagaimana menyediakan fasilitas untuk rekreasi wisata tepi air yang dapat menampung kebutuhan dan menarik minat masyarakat atau wisatawan yang ingin menikmati alam sekitar lokasi perancangan.

- Permasalahan Khusus :

1. Masalah dalam menggunakan tapak yang berupa daratan dan perairan disekitar tapak itu sendiri,

2. Masalah penerapan konstruksi atau penerapan teknologi bangunan terhadap kondisi tanah tapak perencanaan perancangan di tepi perairan, 3. Masalah menentukan bentuk desain bangunan dan ruang luar yang

mencerminkan objek wisata situs tsunami,

4. Masalah mengkombinasikan komplektivitas kegiatan dalam satu wadah wisata tepi air.

1.10 Asumsi

Beberapa asumsi yang mendasari penyelengaraan kasus proyek adalah :

1. Pendirian proyek berasal dari program pemerintah dan dikelola oleh pemerintah sebagai fasilitas yang mewadahi kegiatan komersil yang bersifat wisata rekreatif.

2. Penyelenggaraan proyek berasal dari pemerintah dan tidak terdapat kesulitan dalam penyediaan dana tersebut.

1.11 Lingkup dan Batasan

Lingkup dan batasan digunakan dalam menentukan sejauh mana kajian yang akan dilakukan. Lingkup dan batasan dalam perancangan ini adalah :

1. Pemahaman tentang perencanaan dan perancangan kawasan tepi air,

2. Fasilitas yang dibutuhkan pada kawasan tepi air ini ditentukan berdasarkan studi literatur,


(17)

3. Perancangan kawasan tepi air berkaitan dengan prilaku dan kebutuhan manusia dalam perencanaan arsitektur,

4. Perancangan wisata tepi air Ulee Lheue adalah indoor dan outdoor,

5. Kajian terhadap tapak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh.

1.12 Pendekatan Masalah

Metoda pendekatan masalah yang digunakan adalah : 1. Studi literatur mengenai proyek dan tema sejenis

2. Studi lapangan berupa survey lokasi, pengamatan dan pengenalan langsung ke lokasi yang dipilih dimana proyek akan dibangun, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan lokasi yang sebenarnya, mengenal potensi-potensi dan kendala-kendala yang ada, baik yang dimanfaatkan maupun yang harus dihindari.

3. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk melengkapi data yang diperlukan.

4. Studi analisa yaitu menganalisa data yang diperoleh khususnya yang berkaitan dengan fungsi bangunan dan kawasan yang menampung kegiatan wisata.

1.7 Kerangka Berfikir

Dalam menyusun, merencanakan, dan merancang proyek „Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh‟, dengan tema „Waterfront Architecture‟, dapat dilihat


(18)

Skematik 1.1 Kerangka Berfikir

Tujuan dan Manfaat:

1. Menciptakan kawasan wisata tepi air di kota Banda Aceh sebagai salah satu objek Wisata Situs Tsunami. 2. Menciptakan tempat rekreasi publik

bagi masyarakat di kota Banda Aceh dan luar kota Banda Aceh.

3. Meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Latar Belakang

1. Mendukung program Visit Banda Aceh Year 2011. 2. Pengembangan pariwisata Kota Banda Aceh.

Judul :

Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh Tema Perancangan :

Waterfront Architecture

Perumusan Masalah :

Bagaimana menyediakan fasilitas untuk rekreasi wisata tepi air yang dapat menampung kebutuhan dan menarik minat masyarakat atau wisatawan yang ingin menikmati alam sekitar lokasi perancangan.

Data Perencanaan Data Tapak Studi Literatur Studi Banding Survei Lapangan Wawancara

Analisa Tapak (Analisa Fisik)

View, sirkulasi, vegetasi, dll.

Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik)

Pengguna, alur kegiatan, dll

Programming

Program ruang dalam dan ruang luar Hubungan Antarruang

Konsep Perancangan

Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema, struktur, dan utilitas.


(19)

1.9 Sistematika Laporan

Berikut adalah proses dari penyusunan laporan proyek „Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh, yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, maksud dan perancangan, masalah perancangan, lingkup dan batasan perancangan, pendekatan terhadap masalah, asumsi-asumsi yang mendasari penyelenggaraan proyek, kerangka berfikir, dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Menguraikan terminologi dari judul ataupun kasus proyek, , tinjauan umum proyek, tinjauan khusus berupa proyek tinjauan lokasi mencakup kriteria pemilihan lokasi dan eksisting, program kegiatan dan kebutuhan ruang, disertakan juga tinjauan pariwisata dan studi banding mengenai proyek sejenis.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi latar belakang pemilihan tema, pengertian tema, interpretasi/kedekatan tema, dan studi banding mengenai tema sejenis.

BAB IV ANALISA

Berisi tentang analisa fisik/tapak, analisa fungsional ruang berdasarkan kegiatan yang ditampung pada lokasi proyek dan jumlah pengunjung.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi tentang ilustrasi dan penjelasan konsep-konsep perancangan yang direncanakan untuk diterapkan ke dalam proyek.

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Berisi gambar hasil perancangan berupa foto maket maupun gambar kerja.


(20)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul

Judul royek ini adalah : Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh, secara terminologi, judul ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

Pengertian Wisata :

- Pergerakan orang sementara menuju suatu tempat tujuan yang berada diluar tempat tingal atau tempat mereka biasa bekerja, aktivitas yang dilakukan selama di tempat tujuan dan fasilitas yang diciptakan untuk melayanni kebutuhan mereka (Gunn, 1994).

- Bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya (Poerwodarminto, W. J. S, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1980).

- Perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain (Oka A. Yoeti, Drs, Pengantar Ilmu Pariwisata, 1985).

Berdasarkan BAB I, Pasal 1, UU No.9 Tahun 1990, tentang Kepariwisataan:

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Tepi Air, dengan kata lain “Waterfront”

- Dalam Bahasa Indonesia secara Harfiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003).

- Lahan area yang terletak berbatasan dengan air, terutama merupakan bagian kota yang menghadap ke laut, sungai atau danau (Ann Bren and Dick Rigby, Waterfront, 1994)

- Kawasan yang dapat meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak harus secara langsung berada di atas air, akan tetapi secara visual dan historis


(21)

atau fisik yang terikat dengan air sebagai sebagian dari „scheme‟. (Ir. Iwan Suprijanto, MT, Ars).

Ulee Lheue : Nama suatu desa berada di kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.

Kota Banda Aceh : Ibu kota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia

Jadi dari terminologi di atas, “Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh”

dapat diartikan sebagai suatu tempat atau bangunan yang berfungsi sebagai objek wisata yang melayani dan mewadahi kebutuhan publik, baik untuk masyarakat setempat maupun wisatawan domestik dan mancanegara yang terletak di tepi laut kawasan Ulee Lheue Kota Banda Aceh.

2.3 Tinjauan Umum Proyek

Tinjauan umum membahas tentang water park secara keseluruhan dan secara umum.

2.3.1 Pengertian Water Park

Definisi Objek Water Park merupakan tempat bermain dan rekreasi outdor yang luas untuk anak dan juga orang dewasa, dimana sarana utamanya adalah air, sebuah taman hiburan dimana atraksi-atraksinya meliputi seluncuran/slides, air mancur, dan fasilitas rekreasi lainnya yang berkaitan dengan air.

Waterpark adalah sebuah taman hiburan yang menampilkan wilayah waterplay, seperti slide air, bantalan splash, spraygrounds (bermain air), sungai malas, atau mandi rekreasi lainnya, berenang, dan lingkungan barefooting. Waterparks juga dapat dilengkapi dengan beberapa jenis area selancar buatan atau Bodyboarding seperti kolam gelombang atau FlowRider (Wikipedia).

2.2.2 Sejarah Water Park

Waterparks diperkenalkan sejak akhir 1940-an. Amerika Serikat memiliki pasar waterpark terbesar dan paling terkonsentrasi, dengan lebih dari seribu waterparks dan puluhan taman baru setiap tahunnya dibuka. Organisasi utama dari Waterpark adalah IAAPA (International Association of Amusement Parks dan Atraksi) dan WWA (World WaterparkAssociation).


(22)

Waterparks muncul dari spa dan resort pada pegunungan yang ditujukan akan digunakan pada empat-musim di Amerika, misalnya Universe Splash Water Park Resort, yang merupakan anggota WPA (World Water Park Association), adalah bertujuan untuk menyesuaikan masyarakat berdasarkan tempat tinggal dan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat. Oleh karena itu seluruh dan industri hiburan Waterpark menggabungkan wahana air musim panas - musim dingin dalam satu waktu dan ruang. Beberapa waterparks lebih berorientasi ke fungsional spa, misalnya

Schwaben Quellen, merupakan salah satu Asosiasi Waterparks Eropa (EWA), dimana tidak memiliki slide air, tetapi memiliki banyak ruang sauna, ruang uap, dan area relaksasi air.

Namun pada tahun 2000-an, waterparks lebih dikenal sebagi tempat atraksi dengan menggunakan elemen air sebagai area bermain seperti seluncuran/slides, air mancur, dan fasilitas rekreasi lainnya yang berkaitan dengan air.

2.2.3 Wahana Water Park

Water Park menawarkan beragam permainan yang dibuat berdasarkan tingkat usia mulai dari balita, anak-anak sampai dengan remaja/orang dewasa. Tema dalam ragam permainan ini berbeda-beda Menikmati petualangan air di water boom tidak hanya seru dan tegang tetapi juga sangat mengasyikkan. Semua ketegangan ini akan berakhir dengan perasaan yang menyenangkan, sehingga dapat menghilangkan stress.

Terdapat berbagai macam fasilitas wahana air di Water Park. Tak hanya berupa kolam renang yang tentu saja ada yang dikhususkan untuk anak-anak dengan kedalamam maksimal +/- 30cm lengkap dengan berbagai hiasan menariknya. Sungai buatan juga akan siap memberikan sensasi tersendiri bagi pengunjung water boom


(23)

yang dapat dinikmati dengan cara duduk santai diatas pelampung dan membiarkan arus sungai buatan tersebut bergerak perlahan mengitari sungai. Sinar matahari yang menerobos diantara rindangnya pepohonan sepanjang water atau aliran sungai serta berbagai warna bunga kamboja yang bermekaran akan memberikan rasa nyaman saat berbaring rileks diatas pelampung tersebut.

Papan luncur utama, nampaknya bisa menjadi maskot utama wahana Water Park yang biasanya terbagi dalam beberapa ketinggian. Untuk menikmati papan luncur dengan ketinggian yang cukup maksimal (16 meter) pengunjung biasanya diharuskan menggunakan pelampung yang di sediakan oleh pihak water boom. Tak perlu khawatir dengan keselamatan, terutama untuk putra-putri anda, karena disetiap sudut petugas jaga Water Park selalu siap mengawasi aktivitas pengunjung, bahkan petugas diatas menara akan melarang setiap pengunjung yang akan coba-coba meluncur tanpa menggunakan pelampung, tentu saja ini semua demi keselamatan dan keamanan.

Adapun fasilitas – fasilitas yang disediakan pada umumnya terbagi atas : Fasilitas Khusus

A. Wet Actifities :

1. LEISURE/ zona bebas :

~ Kolam arus/ Flow River/ Lazy River. ~ Family Wave Pool.

~ Kids Mini Slides.


(24)

2. COMPETITION/ perlombaan : ~ Multi lane slides/ Rider Slides.

3. THRILL / tantangan :

~ High Thrill Slides/ Dropdown slides

4. THERAPY :

~ Hot Tub/ Jacuzzi with Bar, hanya untuk dewasa.

5. ADVENTURE / petualangan : ~ Family Rafting

~ Inner Giant Tube Slides untuk seluruh anggota keluarga. ~ Kids Kingdom

~ Aqua Play Features tipe Rainforestrees ~ Inner Slides Tubes / Original Slides

Gambar 2.5. Rider Slides

Gambar 2.6. High Slides


(25)

6. EXERCISE/ olahraga : ~ Voli Air

~ Berenang (original pool)

B. Dry Actifities :

~ Sun bath  berjemur dengan pemandangan pantai. ~ Spa and Sauna massage and relaxation

~ Games : Basket Ball

Fasilitas Umum ~ Lobby

~ Kamar Ganti dan penitipan barang ~ Restaurant

~ Outdoor Café ~ ATM Kiosks ~ Souvenirs Shop

~ Medical Clinic ~ Rest Room

Gambar 2.8. Inner Slides Tube

Gambar 2.9. Aqua Play


(26)

2.3 Tinjauan Pariwisata

Tujuan pengembangan pariwisata bagi Kota Banda Aceh adalah mensuksekan Banda Aceh sebagai Bandar Wisata dengan konsep wisata dikembangkan secara konprehensif mengacu pada nilai-nilai dasar keislaman sebagai pegangan hidup masyarakat daerah itu.

2.3.1 Potensi Pariwisata

Potensi Wisata yang ada di Kota Banda Aceh sangat beragam, meliputi : a. Potensi Objek Wisata Alam

b. Potensi Rekreasi / Budaya c. Potensi Legenda / Sejarah d. Potensi Agrowisata

Adapun klasifikasi objek dan daya tarik wisata yang termuat pada program

pariwisata “Visit Banda Aceh Year 2011” adalah sebagai berikut :

a. Spritual Tourism

- Menziarahi makam para pemimpin Muslim dan Ulama - Masjid Agung Baturrahman

b. Banda Aceh Herritage

Mengunjungi berbagai peninggalan sejarah yang menjadi warisan sejarah Kota Banda Aceh, meliputi ;

- Gunongan - Taman Sari

- Kherkhof (Makam Belanda) - Rumoh Aceh

- Tower Air Eks. Belanda

-Gambar 2.11. Makam Pemimpin Muslim

Gambar 2.12. Mesjid Raya Baiturrahman


(27)

c. Tsunami Heritage

Beberapa rute wisata situs Tsunami yang bisa dikunjungi wisatawan. Objek wisata tersebut antara lain :

- Kapal PLTD Apung Punge Blang Cut - Boat di atas rumah Lampulo

- Taman Memorial Thanks The World - Kuburan Massal Ulee Lheue

- Pantai Ulee Lheue - Museum Tsunami

Gambar 2.13. Gunongan Gambar 2.14. Rumoh Aceh

Gambar 2.15. Kapal PLTD Apung


(28)

d. Waterfront City

Pengembangan wisata pada kawasan tepi air.

e. Art and Culture

Berbagai pertunjukan seni khas Nanggoe Aceh Darussalam, yakni seni musik dan tari.

f. Cullinary Tourism

Mencicipi segala hidangan makanan dan minuman khas Aceh.

2.3.2 Proyeksi Pengembangan Pariwisata

No Wisatawan Tahun

2007 2008 2009

1. Wisatawan Nusantara 91.442 131.303 23.148

2. Wisatawan Mancanegara 9.481 6.960 1.237

TOTAL 100.923 138.263 24.385

Gambar 2.18. Seni Tari Saman Gambar 2.19. Seni Musik Serunai Kale

Gambar 2.20. Makanan Khas Aceh

Gambar 2.21. Kopi Khas Aceh

Tabel 2.1 Jumlah Wisatawan Kota Banda Aceh Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh


(29)

Proyeksi perkembangan pariwisata bertujuan mengantisipasi kebutuhan sarana-prasarana dan juga keperluan perencanaan pengembangan kawasan proyek ini. Dengan mengetahui perkembangan permintaan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, maka arahan pengembangan dan perencanaan kebutuhan sarana-prasarana proyek dapat dilakukan.

2.4 Tinjauan Khusus Proyek

Perlunya sarana wisata yang beragam sebagai daya tarik baru disertai dengan peningkatan kebutuhan akan wisata, menuntut adanya perluasan area wisata di Kota Banda Aceh. Dalam menunjang wisata khususnya wisata tepi air di kota Banda Aceh yang semakin berkembang, maka diperlukan sarana dan fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan pariwisata di kota Banda Aceh sebagaimana semestinya.

Pola Penataan Zona, Massa, dan Ruang Terbuka pada kawasan tepi air :

Pola susunan massa dan ruang pada zona-zona yang berada di area waterfront

harus mengacu dan berorientasi ke arah perairan. Apabila hal ini tidak diterapkan maka area tersebut akan kehilangan ciri khas dan karakternya sebagai area waterfront. Zona-zona yang ada di area waterfront tercipta karena area waterfront merupakan suatu area yang menjadi tempat bertemu dan berintegrasinya beberapa fungsi kegiatan menjadi satu. Pada umumnya, zona yang berada langsung berbatasan dengan daerah perairan utama mempunyai fungsi-fungsi kegiatan utama yang bersifat publik sehingga dapat diakses dari segala arah oleh semua orang. Setelah zona utama terbentuk barulah kemudian di sekitarnya dibangun zona-zona ruang yang lebih kecil yang berisi fungsi-fungsi penunjang kawasan utama tersebut atau berisi daerah permukiman penduduk.

Sirkulasi atau jaringan jalan merupakan elemen kawasan yang penting. Sirkulasi adalah lahan yang digunakan sebagai prasarana penghubung antara zona-zona di dalam kawasan dan akses dengan kawasan lainnya. Sirkulasi pada area

waterfront ada dua jenis, yaitu sirkulasi darat dan sirkulasi air. Idealnya kedua sirkulasi tersebut mempunyai jumlah dan luas yang sama besarnya. Selain itu, penataan sirkulasi pada area waterfront dikatakan baik apabila jaringan jalannya


(30)

semua orang untuk menikmati view ke arah perairan. Sedangkan penataan sirkulasi darat yang tidak berdekatan dengan area perairan mengakibatkan salah orientasi dan hilangnya citra dari waterfront itu sendiri.

Ruang-ruang utama yang terbentuk dengan ukuran yang besar umumnya merupakan suatu area publik yang diletakkan berbatasan langsung dengan perairan.

Karakteristik Waterfront

Secara garis besar, karakteristik waterfront adalah sebagai berikut :

- Memiliki pola penataan tersendiri baik secara arsitektural maupun teknologi pada situasi pantai yang direncanakan. Pola penataan pada air dengan menggunakan teknologi harus memiliki satu kesatuan.

- Memiliki pola pengembangan massa yang dinamis sesuai dengan karakter air.

- Memiliki unik visual karakter yang di pandang secara keseluruhan. Karakter yang unik diciptakan secara keseluruhan meliputi perairan sebagai latar depan, sebagai penghubung aktifitas yang menyertai.

- Orientasi bangunan, kegiatan pada air sebagai elemen utama kawasan. Air dengan aktifitas didalamnya merupakan orientasi bangunan tepi air, sebagai salah satu cara penyatuan karakter kawasan.

Tinjauan khusus proyek lainnya tertera dalam tinjauan lokasi, program dan kebutuhan kegiatan yang ada dalam proyek.

2.4.1 Tinjauan Lokasi

Berikut hal-hal yang diperhatikan dalam pemilihan lokasi dari proyek „Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh sebagai berikut :

Tinjauan terhadap struktur kota

Berada di kawasan wisata daerah, lokasi yang strategis dan memiliki potensi alam yang cukup untuk memberikan kenyamanan dan pemandangan yang terbaik, baik kedalam maupun keluar.


(31)

Pencapaian

Lokasi mudah dicapai bagi berbagai macam kendaraan seperti kendaraan umum, dan kendaraan pribadi. Dekat pusat kota dan salah satu tranportasi laut, sehingga orang akan mudah untuk mencapai lokasi ini.

Area pelayanan

Lingkungan sekitar merupakan fungsi yang dapat saling mendukung dengan kawasan wisata yang direncanakan.

Peraturan

Fungsi kawasan perancangan sesuai dengan RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2006-2016, lokasi yang akan dirancang sesuai dengan pengembangan wilayah kota ke depannya.

Berikut dasar pemilihan kawasan Ulee Lheue sebagai lokasi proyek antara lain:

Dilihat dari gambar dibawah ini, kawasan Ulee Lheue dijadikan kawasan pariwisata.

Gambar 2.22. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009 Kawasan


(32)

Berdasarkan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh Tahun 2006-2016, kawasan Ulee Lheue akan dufungsikan sebagai Pariwisata Pantai, dengan skala pelayanan regional dan kota. Berikut tabel rencana sistem pusat pelayanan Kota Banda Aceh.

Sumber : Analisis


(33)

2.4.2 Lokasi

Wilayah proyek berada di Kecamatan Meuraxa, kota Banda Aceh dengan luas wilayah 7,258 km2 dan berada dengan ketinggian 0.8 m dpl (di atas permukaan laut). Dengan batas-batas sebagai berikut :

Batas Utara : Selat Malaka

Batas Timur : Kec. Baiturrahman dan Kec. Kuta Alam Batas Selatan : Kec. Jaya Baru

Batas Barat : Kab. Aceh Besar

Sementara lokasi proyek khususnya berada di Desa Ulee Lheue dengan luasan 2,8 Ha dan batas-batas sebagai berikut :

Batas Utara : Selat Malaka

Batas Timur : Perairan Ulee Lheue dan Permukiman Deah Glumpang Batas Selatan : Perairan Ulee Lheue

Batas Barat : Jl. Pelabuhan Lama Ulee Lheue

2.4.3 Kondisi Fisik Lokasi

a. Iklim

Lokasi beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun 1.065 mm, suhu udara rata-rata 26,4 C°, tekanan udara antara 1008-1012 (minibar), dan kelembaban udara rata-rata per bulan dalam satu tahun yaitu 74,6 %.

b. Topografi

Bentuk permukaan lahannya (fisiografi) relatif datar dengan kemiringan 5%. Bentuk permukaan lokasi demikian menandakan bahwa tingkat erosi lebih rendah.

c. Hidrologi dan Kualitas Air

Memiliki air tanah yang asin. Merupakan daerah pasang surut. d. Demografi

Jumlah penduduk Desa Ulee Lheue adalah ± 230 orang. e. Deskripsi Proyek

Kasus proyek : Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh

Tema : Waterfront Architecture

Luas Site : 2,8 Ha KDB : 30 % , KLB : 0.9 (3-5 lt)


(34)

2.4.4 Peta Lokasi

Lokasi tempat perencanaan „Wisata tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh‟,

secara makro hingga mikro.

Gambar 2.23. Peta Lokasi

Provinsi Nanggroe Aceh Darusslam

Banda Aceh


(35)

2.4.5 Program Kegiatan

Akan ada kegiatan berupa area rekreasi seperti taman, area bermain, boating, jets ski dan tempat pemancingan, serta didirikan fasilitas-fasilitas seperti restoran, kafe, toko-toko souvenir, dermaga, dan pedestrian tepi pantai.

Ada beberapa jenis kebutuhan ruang yang di dasarkan pada kegiatan yang akan berlangsung pada Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh, yaitu:

1. Kegiatan Utama, berupa :

- Rekreasi  Taman, area bermain air (Waterboom, boating, jets ski, tempat pemancingan)

- Restoran, Outdoor Café - Kedai Kupi (Coffee Shop) - Galeri Mini / took-toko souvenir - Dermaga

- Promenade  juga difungiskan juga sebagai jogging track 2. Kegiatan Pengelola

- Perkantoran / Ruang Pengelola 3. Kegiatan Penginapan

- Cottage-cottage 4. Kegitan Pelayanan Umum

- Toilet / Ruang Ganti - Parkir

5. Kegiatan Service - Dapur

- Loading dock 6. Kegiatan Utilitas

- Ruang Mekanikal dan Elektrikal

Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh ini dibuka untuk umum, jadi pemakai/pengunjung bervariasi, baik dari tingkatan umur, jenis pekerjaan, suku bangsa dan tujuannya.


(36)

Pengguna fasilitas ini dapat dikategorikan menjadi, yaitu : a. Pengunjung

Kegiatan pengunjung meliputi kegiatan rekreasi, berolahraga, wisata air, menikmati panorama alam, menikmati makanan dan minuman di restoran dan kafe-kafe tepi air dan bagi pengunjung yang ingin menginap, disediakan tempat penginapan berupa cottage-cottage.

b. Penyewa

Pihak yang mengelola fungsi-fungsi tertentu pada fasilitas yang ada pada kawasan ini, seperti toko-toko souvenir.

c. Pengelola

Pemilik atau pihak yang diberi kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan yang menyangkut pengelolaan, pemeliharaan, dan pengawasan failitas-fasilitas yang ada di dalam kawasan. Sebagai pemilik, mereka memiliki hak dan kewajiban penuh dengan fasilitas yang dikelolanya.

2.4.6 Kebutuhan Ruang

Berikut adalah tabel yang menunjukan fasilitas yang direncanakan pada proyek beserta dengan kebutuhan ruangnya.

No. FASILITAS KEBUTUHAN RUANG

1. Fasilitas Rekreasi - Lobby

- Loket - R. Informasi

- ATM dan Money Changer - Plaza

- Loker/Penitipan barang - Play Ground/ Taman bermain - R. Ganti

- R. Sewa alat - R. Medical - Toilet

- Promenade (Pedestrian Tepi Air) - Menara pengawas


(37)

- Area bermain air (Waterboom) 2. Fasilitas Kuliner dan Penunjang - Restoran Indoor dan Outdoor

- Kedai Kupi (Coffee Shop) - Toko-toko Souvenir - Dapur

3. Fasilitas Penginapan - Lobby

- R.Informasi

- Kantor Pengelola Cottage - Cottage-cottage

- Gudang dan R. Servis - Toilet

4. Fasilitas Pengelola - Lobby

- Kantor Pengelola a) R. Manager b) R. Sekretaris c) R. Keuangan d) R. Arsip e) R. Rapat - R. Karyawan

- R.Keamanan (Security) - Toilet Karyawan 5. Failitas Pelayanan / Servis - Parkir

- Gudang - Toilet Umum - R. ME

a) R. Panel b) R. Genset c) R. Pompa Tabel 2.3 Kebutuhan Ruang


(38)

2.5 Studi Banding Proyek Sejenis Darling Harbour Sydney

Darling Harbour Sydney adalah salah satu tempat wisata yang tidak boleh terlewatkan ketika mengunjungi Kota Harbour. Terdapat satwa liar Australia hampir tepat di jantung kota dan kompleks pelabuhan pusat-pusat perbelanjaan, restoran, tempat hiburan, kapal, taman dan kebun dalam satu kawasan.

Darling Harbour Sydney merupakan daerah pejalan kaki (pedestrian) skala besar yang dirancang untuk kegiatan rekreasi dan merupakan kawasan suci bagi pengunjung dan penduduk setempat.

Darling Harbour Sydney dinamai setelah Letnan Ralph Darling yang adalah gubernur ketujuh dari New South Wales dari tahun 1825-1831. Darling Harbour awalnya bernama Cockle Bay. Hal ini disebabkan karena penemuan kerang oleh pemukim awal.

Darling Harbour Sydney telah selesai dan dibuka pada 1988. Sebelumnya hanyalah kumpulan gudang tak terpakai dan bangunan pelabuhan.

Kompleks pelabuhan sekarang merupakan salah satu daya tarik terbaik kota Sydney dan menarik ribuan pengunjung setiap minggu. Adanya fungsi hotel, museum, restoran, kafe dan toko-toko di dalam pelabuhan dengan kualitas terbaik dan patut untuk dikunjungi. Terdapat banyak hotel yang memiliki pemandangan ke pelabuhan Sydney dan membuat pengunjung menyukai semua fasilitas yang ditawarkan.

Atraksi wisata utama di Darling Harbour adalah Museum Maritim Nasional, Sydney Aquarium, Sydney satwa liar Dunia, Cina Gardens. Ada juga banyak kegiatan


(39)

di luar ruang dan berbagai pertunjukan bagi wisatawan dan penduduk lokal untuk dinikmati.

Taman Cina merupakan atraksi yang menakjubkan di kompleks Darling Harbour. Taman dibangun sebagai Chinese Garden of Friendship. Taman dirancang menyerupai taman khas di Cina dan terutama Ming Gardens. Taman ini menampilkan budaya dan warisan Cina dan dibuka pada tahun 1988 sebagai bagian dari perayaan Bicentennial dan digunakan untuk mewakili ikatan Australia dengan China.

Museum Maritim Nasional di Darling Harbour Sydney adalah tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi dan dieksplorasi. Ada beberapa tampilan menakjubkan dan pameran. Dinding kedatangan adalah yang paling menonjol dari tampilan. Dinding terbuat dari perunggu dan menampilkan semua nama imigran yang datang dari luar negeri dan telah menetap di Australia. Museum menggambarkan sejarah Sydney dan semua sejarah maritim Australia. Ada juga sejumlah pameran seni di museum bagi pengunjung untuk dieksplorasi.

Gambar 2.25. Taman Cina Gambar 2.26. Museum Maritim Nasional


(40)

Bangunan lainnya berupa Sydney Aquarium yang menakjubkan. Saat memasuki gedung utama, terdapat berbagai kuantitas hewan yang terdiri dari 11.500 hewan dan lebih dari 650 spesies yang berbeda. Yang paling menarik adalah oceanarium terapung sepanjang 145 meter. Pengunjung dapat berjalan melalui oceanarium terapung dan merasa seperti menyatu dengan hewan. Ada juga sebuah wadah dimana dapat melihat bawah air, melihat hiu dan pari berenang di atas kepala pengunjung. Melalui panel akrilik, pengunjung bisa lebih dekat dengan hiu. Aquarium senidiri memiliki kandang dengan segel fantastis sehingga pengunjung dapat hiu-hiu bermain secara alami dan tanpa rasa takut.

Taman Impian Jaya Ancol (TIJA)

Tempat rekreasi yang merupakan pintu gerbang Jakarta sebagai wadah rekreasi pantai, di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dibangun pada tahun 1962 dengan luas kurang lebih 522 Ha.

Pengolahan TIJA selain bertujuan sebagai komersil, juga menyediakan fasilitas social. Fungsi wadah rekreasi ini selain tempat hiburan juga memasukkan unsur pendidikan.

Adapun fasilitas yang dikembangan berdasarkan aktifitas yang ada pada TIJA dibagi dalam tiga bagian, yaitu :

1. Pantai

Digunakan untuk aktifitas yang memerlukan hubungan langsung dengan laut. Terdiri dari :


(41)

- Pantai rekreasi yang menghadap ke laut : Marina, berenang, surfing, dan kapal boat.

- Pantai rekreasi yang menghadap ke laguna : sepeda air. - Pantai di sekitar pulau, khususnya untuk pengunjung cottage.

2. Aktifitas yang tidak berhubungan langsung dengan lautm tetapi tetap menggunakan air sebagai elemen. Terdiri dari :

- Gelanggang Samudera - Sea World

- Dunia Fantasi

Gambar 2.29. Marina Gambar 2.30. Pantai Ancol

Gambar 2.31. Gelanggang Samudera Gambar 2.32. Sea World


(42)

3. Aktifitas Lainnya, terdiri dari : - Bowling Centre

- Golf

- Wisata Kuliner dan Pasar Seni

Pola sirkulasi pada TIJA yang digunakan untuk keseluruhan tapak adalah pola grid. Skala ruang disesuaikan dengan fungsinya, namun hubungan ruang antar kegiatan secara keseluruhan tidak terlihat jelas, sebagai tiap kegiatan berada dalam bangunan dan berorientasi ke dalam.

Bentuk massa bangunan yang ada menerapkan kondisi kehidupan alam laut serta adanya penyesuaian dengan fungsi dan kegiatan di dalamnya. Misalnya, gelanggang samudera dan gelanggang renang yang berbentuk bintang laut.

Gambar 2.34. Lapangan Golf


(43)

BAB III

ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema

Tema yang diangkat untuk menyelesaikan proses desain Wisata Tepi Air Ulee

Lheue Kota Banda Aceh adalah “Waterfront Architecture”.

Pengertian Waterfront yaitu bagian dari suatu area hunian atau kota yang berbatasan dengan air, khususnya daerah dermaga dimana kapal-kapal berlabuh (Dictionary of the English Language, 2000).

Menurut breen dan rigby (1994) Fenomena perkembangan waterfront dimulai tahun 1960 dan memuncak tahun 1970an sampai dengan 1980 an. Sedangkan faktor pemicu perkembangan waterfront dimulai dengan adanya kesadaran akan lingkungan air yang bersih dan secara global sangat berguna untuk menambah daya tarik kota sebagai aset wisata yang bisa menambah pendapatan.

Selanjutnya Breen dan Rigby mengklasifikasikan tema-tema waterfront yaitu sebagai berikut :

1. The Cultural Waterfront

yaitu waterfront yang berlatar belakang budaya. 2. The Environmental Waterfront

yaitu waterfront yang dimanfaatkan apa adanya. 3. The Historic (Educational) Waterfront

yaitu merupakan pelestarian karakteristik asli yang unik pada tempat tersebut.

4. The Mix Use Waterfront

yaitu dicirikan dengan adanya percampuran kegunaan yang saling mendukung, tidak saling merugikan dan dapat diterima oleh lingkungannya.

5. The Recreational Waterfront

yaitu lebih bersifat rekreatif dan cenderung dipertahankan kealamiahan alamnya.

6. The Residental Waterfront


(44)

7. The Working Waterfront

yaitu lebih merupakan area kerja, industri dan perkantoran yang berbatasan dan berkaitan dengan air.

3.1.1 Struktur Pengembangan

Struktur peruntukkan kawasan waterfront dapat diarahkan pada 7 (tujuh) pengembangan, yaitu :

1. Kawasan Komersial (Commercial Waterfront) :

Adapun kriteria pokok pengembangan kawasan komersial di kota pantai adalah :

a. Harus mampu menarik pengunjung yang akan memanfaatkan potensi kawasan pantai sebagai tempat bekerja, belanja maupun rekreasi (wisata); b. Kegiatan diciptakan tetap menarik dan nyaman untuk dikunjungi (dinamis); c. Bangunan harus mencirikan keunikan budaya setempat dan merupakan

sarana bersosialisasi dan berusaha (komersial);

d. Mempertahankan keberadaan golongan ekonomi lemah melalui pemberian subsidi.

e. Keindahan bentuk fisik (profil tepi pantai) kawasan pantai diangkat sebagai faktor penarik bagi kegiatan ekonomi, sosial-budaya, dll.

2. Kawasan Budaya, Pendidikan dan Lingkungan Hidup (Cultural, Education, dan Environmental Waterfront) :.

Kriteria pokok pengembangannya adalah :

a. Memanfaatkan potensi alam pantai untuk kegiatan penelitian, budaya dan konservasi;

b. Menekankan pada kebersihan badan air dan suplai air bersih yang tidak hanya untuk kepentingan kesehatan saja tetapi juga untuk menarik investor; c. Diarahkan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat tentang kekayaan

alam tepi pantai yang perlu dilestarikan dan diteliti.

d. Keberadaan budaya masyarakat harus dilestarikan dan dipadukan dengan pengelolaan lingkungan didukung kesadaran melindungi/mempertahankan keutuhan fisik badan air untuk dinikmati dan dijadikan sebagai wahana


(45)

pendidikan (keberadaan keragaman biota laut, profil pantai, dasar laut, mangrove, dll).

e. Perlu ditunjang oleh program-program pemanfaatan ruang kawasan, seperti penyediaan sarana untuk upacara ritual keagaman, sarana pusat-pusat penelitian yang berhubungan dengan spesifikasi kawasan tersebut, dll. f. Perlu upaya pengaturan/pengendalian fungsi dan kemanfaatan air/badan air.

3. Kawasan Peninggalan Bersejarah (Historical/Herritage Waterfront) : Kriteria pokok pengembangannya adalah :

a. Pelestarian peninggalan-peninggalan bersejarah (landscape, situs, bangunan dll) dan/atau merehabilitasinya untuk penggunaan berbeda (modern);

b. Pengendalian pengembangan baru yang kontradiktif dengan pembangunan yang sudah ada guna mempertahankan karakter (ciri) kota;

c. Program-program pemanfaatan ruang kawasan ini dapat berupa pengamanan pantai dengan pemecah gelombang untuk mencegah terjadinya abrasi (melindungi bangunan bersejarah di tepi pantai), pembangunan tanggul, polder dan pompanisasi untuk menghindari terjadinya genangan pada bangunan bersejarah, dll.

4. Kawasan Wisata/Rekreasi (Recreational Waterfront) :

Kriteria pokok pengembangan kawasan rekreasi/wisata di kota pantai adalah : a. Memanfaatkan kondisi fisik pantai untuk kegiatan rekreasi (indoor atau

outdoor);

b. Pembangunan diarahkan di sepanjang badan air dengan tetap mempertahankan keberadaan ruang terbuka;

c. Perbedaan budaya dan geografi diarahkan untuk menunjang kegiatan pariwisata, terutama pariwisata perairan;

d. Kekhasan arsitektur lokal dapat dimanfaatkan secara komersial guna menarik pengunjung.


(46)

5. Kawasan Permukiman (Residential Waterfront) :

Kriteria pokok pengembangan kawasan permukiman di kota pantai adalah : a. Perlu keselarasan pembangunan untuk kepentingan pribadi (privat) dan umum;

b. Perlu memperhatikan tata air, budaya lokal serta kepentingan umum.

c. Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan atas kawasan permukiman penduduk asli dan kawasan permukiman baru.

d. Pada permukiman/perumahan nelayan harus dilakukan upaya penataan dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kawasan. Penempatan perumahan nelayan baru hendaknya disesuaikan dengan potensi sumber daya

sekitar dan “market” hasil budidaya perikanan.

e. Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman penduduk asli (lama) antara lain: revitalisasi/penataan bangunan, penyediaan utilitas, penanganan sarana air bersih, air limbah dan persampahan, penyediaan dermaga perahu, serta pemeliharaan drainase. f. Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan

permukiman baru antara lain : penataan bangunan dengan memberi ruang untuk public access ke badan air, pengaturan pengambilan air tanah, reklamasi, pengaturan batas sempadan dari badan air, program penghijauan sempadan, dll.

6. Kawasan Pelabuhan dan Transportasi (Working and Transportation Waterfront)

Kriteria pokok pengembangannya adalah :

a. Pemanfaatan potensi pantai untuk kegiatan transportasi, pergudangan dan industri;

b. Pengembangan kawasan diutamakan untuk menunjang program ekonomi kota (negara) dengan memanfaatkan kemudahan transportasi air dan darat;

c. Pembangunan kegiatan industri harus tetap mempertahankan kelestarian lingkungan hidup;

d. Program pemanfaatan ruang yang dapat diterapkan : pembangunan dermaga, sarana penunjang pelabuhan (pergudangan), pengadaan fasilitas transportasi, dll.


(47)

7. Kawasan Pertahanan dan Keamanan (Defence Waterfront) :

Kriteria pokok pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan di kota pantai adalah :

a. Dipersiapkan khusus untuk kepentingan pertahanan dan keamanan bangsa-negara;

b. Perlu dikendalikan untuk alasan hankam dengan dasar peraturan khusus; c. Pengaturan tata guna lahan (land-use) untuk kebutuhan dan misi hankam negara.

3.1.2 Jenis-Jenis Waterfront

Berdasarkan tipe proyeknya, waterfront dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu konservasi, pembangunan kembali (redevelopment), dan pengembangan (development).

Konservasi

Adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat.

Redevelopment

Adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas - fasilitas yang ada.

Development

Adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.

Berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

1. Mixed Used Waterfront

Adalah waterfront yang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan/atau tempat-tempat kebudayaan.


(48)

2. Recreational Waterfront

Adalah adalah semua kawasan waterfront yang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar.

3. Residential Waterfront

Adalah perumahan, apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir perairan.

Gambar 3.1. Mixed Used Waterfront

Gambar 3.2. Recreational Waterfront


(49)

4. Working Waterfront

Adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan.

Fungsi-fungsi yang diberikan pada proyek-proyek waterfront juga mencerminkan kebutuhan perkotaan pada masa kini. Meski bisa dibedakan adanya berbagai fungsi, namun pada suatu kawasan tepian air bisa dihadirkan beberapa fungsi sekaligus. Sedangkan fungsi-fungsi dimaksud antara lain adalah:

a. Hunian

Salah satu kelebihan hunian di kawasan tepian air adalah dimungkinkannya untuk menambatkan kapal-kapal pribadi (boat/yacht) di sekitar rumah. Bentuk hunian dapat berupa rumah-rumah tunggal atau berupa kondominium. Jenis waterfront housing ini diperkenalkan di Port Grimaud, Prancis (1966), kemudian di contoh diberbagai tempat, antara lain Port Louis, Lousiana AS (1986) dan Pantai Mutiara, Jakarta (1987). Keberhasilan proyek perumahan tepi air Pantai Mutiara telah mendorong pengembangan proyek serupa di Pantai Indah Kaapuk dan perluasan Ancol.

b. Bisnis

Pembangunan kawasan bisnis berskala besar di kawasan tepian air, dipelopori oleh proyek Battery City Park di New York, telah melambungkan citra waterfront development sebagai urban project yaang menggejala di kota-kota besar dunia sejak awal tahun 80-an.


(50)

menara kantor dan hotel merupakan unsur yang dominan dalam membentuk wajah kawasan tepian air. Wajah seperti inilah yang kemudian bisa disaksikan antara lain di Canary Wharf - salah satu bagian kawasanLondon Docklands atau CBD (Central Business District) dikawasan Olympic Village, Barcelona. Sedangkan yang masih dalamtahap konstruksi adalah kompleks Watertad di Rotterdam sertaDowtown Core Portview di Marina Bay, Singapura.

c. Komersial dan hiburan

Sejak akhir tahun 60-an kawasan bekas pelabuhan lama di kota-kota pantai Amerika telah berhasil dikembangkan menjadi sarana komersial dan hiburan/ rekreasi. Bekas bangunan dermaga atau gudang dimanfaatkan menjadi pusat-pusat perbelanjaan. selain itu juga dibuat ruang terbuka (Plaza) yang secara berkala diisi dengan kegiatan pertunjukan atau keramaian lainnya. Solusi gaya Amerika ini banyak mewarnai penataan kawasan tepian air kota-kota besar lain diseluruh dunia.

Berdasarkan pertemuannya dengan badan air,

Breen (1994) membedakan waterfront berdasarkan pertemuannya dengan badan air sebagai berikut :

Waterfront Tepian Sungai

Merupakan waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan langsung daratan dengan badan air yang berupa tepian sungai, secara umum memiliki ciri sebagai berikut :

- Umumnya sebagai jalur transportasi

- Digunakan sebagai irigasi lahan pertanian dan perkebunan - Pengembangannya sangat tergantung pada kondisi

lingkungan sekitar dan musim Waterfront Tepi Laut

Merupakan waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan langsung daratan dengan badan air yang berupa tepian laut, secara umum memiliki ciri sebagai berikut :


(51)

- Sebagai area pemukiman nelayan

- Sebagai muara dari berbagai aliran sungai

- Pengembangannya dapat didominasi oleh karakteristik laut itu sendiri

Waterfront Tepi Danau

Merupakan waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan langsung daratan dengan badan air yang berupa tepian danau, pada umumnya pengembangannya sebagai fungsi khusus.

3.1.3 Kriteria Waterfront

Dalam menentukan suatu lokasi terebut waterfront atau tidak maka ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai lokasi suatu tempat apakah masuk dalam waterfront atau tidak. Berikut kriteria yang ditetapkan :

Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dan sebagainya).

Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata.

Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau pelabuhan.

Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan. Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horizontal.

3.1.4 Elemen Perancangan Waterfront

Dalam mengolah kawasan tepian air, beberapa elemen dapat diberikan penekanan dengan memberikan solusi disain yang spesifik, yang membedakan dengan olahan kawasan lainnya atau yang dapat memberikan kesan mendalam sehingga selalu dikenang oleh pengunjungnya. Di antara elemen-elemen penting dalam waterfront adalah:

a. Pesisir

Kawasan tanah atau pesisir yang landai/datar dan langsung berbatasan dengan air. Merupakan tempat berjemur atau duduk-duduk dibawah


(52)

keteduhan pohon (kelapa atau jenis pohon pantai lainnya) sambil menikmati pemandangan perairan.

b. Promenade/Esplanade

Perkerasan di Kawasan tepian air untuk berjalan-jalan atau berkendara (sepeda atau kendaraan tidak bermotor lainnya) sambil menikmati pemandangan perairan. Bila permukaan perkerasan hanya sedikit di atas permukaan air disebut promenade, sedangkan perkerasan yang diangkat jauh lebih tinggi dari permukaan (seperti balkon) disebut esplanade. Pada beberapa tempat dari promenade dapat dibuat tangga turun ke air, yang disebut "tangga pemandian" (baptismal steps).

c. Dermaga

Tempat bersandar kapal/perahu yang sekaligus berfungsi sebagai jalan di atas air untuk menghubungkan daratan dengan kapal atau perahu. Pada

Gambar 3.5. Kawasan Tepi Air


(53)

masa kini dermaga dapat diolah sebagai elemen arsitektural dalam penataan kawasan tepian air, dan diperluas fungsinya antara lain sebagai tempat berjemur.

d. Jembatan

Penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh sungai atau kanal. Jembatan adalah elemen yang sangat populer guna mengekspresikan misi arsitektural tertentu, misalnya tradisional atau hightech, sehingga sering tampil sebagai sebuah scuilpture. Banyak jembatan yang kemudian menjadi Lengaran (landmark) bagi kawasannya, misalnya Golden Gate di San Francisco atau Tower Bridge di London.

e. Pulau buatan/bangunan air

Bangunan atau pulau yang dibuat/dibangun di atas air di sekitar daratan, untuk menguatkan kehadiran unsur air di kawasan tersebut. Bangunan atau pulau ini bisa terpisah sama sekali dari daratan, bisa juga dihubungkan dengan jembatan yang merupakan satu kesatuan perancangan.

Gambar 3.7. Dermaga


(54)

f. Ruang terbuka (urban space)

Berupa taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan ruang dengan kawasan tepian air. Contoh klasik dari rangkaian urban space di kawasan tepian air adalah Piazza de La Signoria yang dihubungkan dengan Ponte Veccnio, di Firenze, serta Piazza San Marco dengan Grand Canal, di Venezia.

g. Aktivitas

Guna mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang kegiatan untuk meramaikan atau memberi ciri khas pada kawasan pertemuan antara daratan dan perairan. "Floating market" misalnya, adalah kegiatan tradisional yang dapat ditampilkan untuk menambah daya tarik suatu kawasan waterfront, sedang festival market place adalah contoh paduan

Gambar 3.9. Pulau Buatan

Gambar 3.11. Piazza San Marco Gambar 3.10. Ruang Terbuka


(55)

aktivitas (hiburan dan perbelanjaan) dengan tata ruang waterfront (plaza atau urban space). Selain itu juga terdapat jenis kegiatan yang bisa ditampilkan secara berkala, misalnya festival perahu/gondola atau layang-layang.

Aspek- aspek yang Menjadi Dasar Perancangan Konsep Waterfront:

Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang mendasari keputusan - keputusan rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan (Wren, 1983 dan Toree, 1989).

a. Faktor Geografis

Merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta pola penggunaannya. Termasuk di dalam hal ini adalah:

- Kondisi perairan, yaitu dari segi jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan konfigurasi, pasang-surut, serta kualitas airnya.

- Kondisi lahan, yaitu ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta kepemilikannya.

- Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperatur, angin, serta curah hujan.

b. Konteks perkotaan (Urban Context)

Adalah merupakan faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang dikembangkan dengan bagian kota yang terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah:

Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai sarana publik.

Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang perlu ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi,


(56)

renovasi atau penggunaan adaptif) serta bagian tradisi yang perlu dilestarikan.

Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta pengaturan sirkulasi didalamnya.

Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan satu kawasan waterfront dengan lainnya.

Aspek – aspek Dalam Pengembangan Kawasan Tepi Air :

Dalam pengembangan kawasan waterfront perlu memperhatikan aspek – aspek yang mempengaruhinya, hal tersebut merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dalam upaya mendekati konsep penataan kawsan tepi air yang baik. Menurut Ann Breen dan Dick Rigby (1994), aspek – aspek tersebut antara lain :

Aspek Ekonomi

 Aspek ini mencakup besaran nilai lahan serta potensi perekonomian yang dapat dikembangkan oleh suatu kota.

Aspek Sosial

 Meliputi penyediaan fasilitas sosial sepanjang badan air sebagai tempat berkumpul, bersenang – senang serta untuk menikmati fasilitas yang tersedia.

Aspek Lingkungan

 Meliputi pengaruh perkembangan tepi air terhadap perbaikan perbaikan kualitas lingkungan secara keseluruhan.

Aspek Preservasi

 Pengembangan kawasan tepi air yang mempunyai kekhasan yang spesifik juga akan bersifat melindungi adanya bangunan atau kawasan lain yang memiliki nilai – nilai historis.

Walaupun sebenarnya aspek tersebut juga harusnya didukung oleh aspek lain yang menunjang keberhasilan pengembangan kawasan waterfront seperti ; tema, citra yang dimunculkan, keaslian fungsi, pendapat masyarakat, penilaian lingkungan, teknologi, pembiayaan dan manajemen.


(57)

3.2 Interpretasi Tema

Judul perancangan “Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh” sangat berkaitan dengan tema “Waterfront Architecture” sendiri. Dari pembahasan tema yang

diuraikan diatas, maka jenis perancangan ini termasuk jenis kawasan tepi air berupa

The Recreational Waterfront, yakni kawasan waterfront yang menyediakan sarana-sarana dan prasarana-sarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan, dermaga, serta tempat penginapan dan fasilitas seperti restoran dan cafe-cafe.

3.3 Studi Banding Tema Sejenis

Toronto Waterfront - Queens Quay

Waterfront Toronto adalah salah satu wisata favorit untuk dikunjungi selama musim panas. Waterfront ini telah mengalami perubahan yang signifikan selama bertahun-tahun karena Waterfront Proyek Revitalisasi oleh Waterfront Toronto.

Berada di daerah Fort York, menyenangkan untuk berjalan mulai dari Bathurst Street ke Bay Street. Pada peta, mungkin pengunjung berpikir akan melewati jalan yang panjang, tapi percaya atau tidak pengunjung tidak akan menyadarinya jarak yang jauh karena ada begitu banyak yang bisa untuk dilihat.

Bagian Timur dari Bathurst, pertama kali akan ditemukan Garden Music. Taman Musik ini terinspirasi oleh Bach, diciptakan oleh perancang lanskap Julie Moir Messervy dengan luas 3Ha.

Kemudian terdapat Spadina Wave Deck. Ini adalah 1 dari 3 deck bergelombang yang dikerjakan selama beberapa tahun terakhir. Berfungsi menjadi


(58)

tempat berkumpulnya bagi orang yang menikmati Waterfront. Duduk di bangku yang panjang membentang menghadap air, rasanya seolah-olah waktu berhenti dan semua stress hilang.

Adanya Taman HTO sebagai taman menuju ke pantai. Dengan kotak pasir buatan manusia yang membentang sepanjang pantai, dan cerahnya payung logam kuning dengan kursi Muskoka, menciptakan "Toronto Urban Pantai" seperti yang direncanakan. Pada malam hari, lampu LED warna-warni dinyalakan sampai menerangi bukit dan jalan, sehingga menjadi lokasi yang ideal untuk berjalan-jalan di malam hari.

Dek bergelombang 2 adalah Wavedeck Simcoe dimaksudkan untuk "memberikan penduduk kota merasakan kehidupan di danau." Sedangkan deck bergelombang 3, memiliki lintasan yang paling menarik di antara ketiga deck gelombang. Umumnya anak-anak suka bagian gelombangnya karena dapat meluncur di sepanjang sisi deck gelombang.

Gambar 3.14. Taman HTO Gambar 3.13. Spadina Wave Deck

Gambar 3.15. Wave Deck Simcoe Gambar 3.16. Wave Deck Rees


(59)

Dek gelombang Rees adalah tambahan terbaru untuk pantai, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan lebih banyak ruang publik sepanjang Waterfront.

Tidak jauh dari dek gelombang Rees, terdapat Harbourfront Centre. Merupakan sebuah organisasi non profit yang inovatif budaya yang menciptakan peristiwa dan kegiatan meramaikan, mendidik dan menghibur publik.

Boardwalk, berjalan sepanjang pantai adalah lokasi yang ideal. Dari sini pengunjung dapat menikmati perahu dan kapal yang merapat di marina.

Melewati Pusat Harbourfront terdapat Docks Ferry. Ini adalah lokasi yang sangat populer setiap musim panas karena dapat menggunakan feri menuju Pulau Centre atau Point Hanlan's Ward's Island yang juga merupakan salah satu tempat untuk harus dikunjungi.

Gambar 3.17. Broadwalk


(60)

Valletta Waterfront

Terdapat dermaga, marina baru, dermaga historis, toko dan, terminal penumpang kapal pesiar dan kompleks Formi, dan benteng Floriana.

Selama abad ketujuh belas dan kedelapan belas kota militer berbenteng di Valletta, mengalami perubahan tanpa henti dan menjadi identitas salah satu pusat komersial terkemuka di Mediterania. Transformasi ini tidak kebetulan. The Order of St John dari Yerusalem mengidentifikasi potensi Valletta sebagai tempat yang aman bagi kapal melintasi Mediterania yang bisa menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk penyebaran dan pemeliharaan kapal pelayaran, serta memberikan struktur medis dan karantina efisien untuk kapal yang tiba dari Negara timur.

Dilihat dari Waterfront dan Grand Harbour Valletta dari pintu barat, di sebelah kiri adalah marina baru.

Gambar 3.19. Valletta Waterfront


(61)

Adanya Terminal penumpang baru , Cruise Valletta menambahkan stratifikasi bersejarah Grand Harbour yang kaya. Hal ini sangat berdampak pada kegiatan komersial di kota, dan telah berkontribusi untuk menciptakan citra baru dan kontemporer dari pintu masuk ke pelabuhan.

Proyek ini sendiri terdiri dari pemulihan toko Baroque dan revetment kuno (yang telah hilang dengan perpanjangan secara bertahap dari dermaga sepanjang tahun), penciptaan marina untuk kerajinan pelayaran kecil yang memisahkan kawasan pejalan kaki dari zona aman yang didedikasikan untuk pengunjung kapal pesiar, dan pembangunan terminal itu sendiri. Yang terakhir adalah bangunan dataran rendah di tepi air bawah, atap yang membentuk bagian dari lansekap dan berbaur atas dasar untuk bangunan bersejarah yang ada.

Gambar 3.22. View dari Marina Gambar 3.21. Fasad Kawasan


(62)

Rehabilitasi Waterfront telah meningkatkan citra gateway pada arah laut untuk Valletta. Seluruh situs menjadi tujuan penting di mana kegiatan komersial dan rekreasi bertempat di gedung-gedung baru dan bersejarah menghasilkan hidup baru.

Barceloneta Waterfront

Tahun 1992 Olimpiade diadakan di Barcelona dan regenerasi daerah tersebut untuk acara khusus ini membawanya kembali ke abad ke-20 dengan keras. Ini, pantai Barcelona modern trendi ini penuh dengan toko-toko, restoran, bar dan klub. Barceloneta pantai penuh dengan pohon-pohon palem dan restoran makanan laut dan di belakang pantai adalah jalan abad 18 yang Felipe V dibangun setelah menaklukkan Barcelona. Bagian dari Ribera dibuat menjadi sebuah benteng militer yang sejak itu telah menjadi taman yang indah.

Port Olimpic

Seperti halnya patung tembaga ikan indah oleh Frank Gehry (Pez y Esfera - ikan dan bola), menara Mapfre dan Hotel Seni adalah dua tempat terkenal.

Gambar 3.24. Pantai Barceloneta


(63)

Restoran Beachside mengabadikan marina cantik dan pada malam hari daerah ini penuh dengan hiburan malam trendi.

Tidak jauh adalah Museu d'Historia de Catalunya (Catalan Sejarah Museum) yang disimpan di Palau de Mar (istana laut). Dulu sebuah gudang tua dan sekarang menjadi bangunan yang sangat modern penuh sejarah kota ini Catalan indah. Museum ini dikelilingi oleh berbagai restoran lezat membentang sepanjang Passeig Joan de Borbo. Ini adalah tempat yang ideal untuk datang dan menikmati masakan lezat Katalan dengan pemandangan pelabuhan.

Port Vell

Pelabuhan tua dari Barcelona berubah selama program regenerasi untuk Olimpiade 1992 dan Port Vell sekarang menjadi sangat modern dan trendi kompleks penuh dengan kapal pesiar dan kapal berlayar.

Tepat di seberang pelabuhan akhir La Rambla adalah sebuah jembatan kayu yang menakjubkan disebut Rambla de Mar yang mengarah ke kompleks Maremagnum di Moll de Espanya.

Gambar 3.26. Restoran sepanjang Passeig Joan de Borbo

Gambar 3.28. Jembatan Rambla de Mar Gambar 3.27. Port Vell


(64)

Selain sebagai salah satu Akuarium terbesar di Eropa, ada juga bioskop IMAX dan banyak restoran, kafe dan bar. Di dekatnya adalah World Trade Center yang menakjubkan serta menjadi pusat komersial, termasuk hotel bintang 5.

Gambar 3.30. IMAX Port Vell Gambar 3.29. Laquarium


(65)

BAB IV ANALISA

4.1 Analisa Site

4.1.1 Batas dan Ukuran Site


(66)

4.1.2 Kondisi Eksisting Site


(67)

4.1.3 Pencapaian Menuju Site


(68)

4.1.4 Analisa Sirkulasi

a. Kenderaan Bermotor


(69)

b. Pejalan Kaki


(70)

4.1.5 Analisa View

a. View dari Dalam ke Luar


(71)

b. View Luar ke Dalam


(72)

4.1.6 Analisa Iklim


(73)

4.1.7 Analisa Kebisingan


(74)

4.1.8 Analisa Vegetasi


(75)

4.1.8 Analisa Activity Support


(76)

4.1.9 Analisa Antisipasi Bencana


(77)

4.1.10 Sarana dan Prasarana Site e. Prasarana

Prasarana site yang tersedia saat ini pada lokasi adalah jalan menuju lokasi dalam kondisi yang baik, fasilitas saluran air bersih, fasilitas saluran air kotor, fasilitas listrik, fasilitas telpon, dan fasilitas gas.

f. Sarana

Sarana site yang tersedia meliputi :

- Perkantoran, terdapat perkantoran yakni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana.

- Pelabuhan , terdapat Pelabuhan Feri Ulee Lheue yang berjarak 1 km dari site.

Gambar 4.15. Pelabuhan Feri Ulee Lheue

Gambar 4.14. Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana

Gambar 4.16. Gerbang Pelabuhan Feri Ulee Lheue

Gambar 4.13. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banda Aceh


(78)

- Permukiman, disekitar site banyak terdapat permukiman penduduk, termasuk Asrama tentara BEKANGDAM IM.

- Rumah ibadah, Mesjid Baiturrahim menjadi juga salah satu objek wisata, satu-satunya bangunan yang bertahan di Ulee Lheue saat dilanda bencana gempa dan Tsunami 2004.

- Café, terdapat Coffee Shop di tepi Jl. Iskandar Muda.

- Alarm, terdapat alarm peringatan akan datangnya bencana Tsunami bagi masyarakat.

- Makam, terdapat Kuburan Massal korban Tsunami. - Terdapat SPBU Ulee Lheue milik Pertamina.

Gambar 4.17. Permukiman Deah Glumpang

Gambar 4.18. Asrama BEKANGDAM IM


(79)

4.2 Analisa Pengunjung

Analisa pengunjung pada proyek ini adalah sebagai berikut : 1. Jumlah Wisatawan yang datang ke Kota Banda Aceh

Berdasarkan kunjungan wisatawan rata-rata dari tahun 2007-2009 adalah sejumlah ± 41.815 orang.

2. Jumlah Penduduk Kota Banda Aceh yang tersebar di 9 kecamatannya adalah sejumlah ± 21.354 orang.

3. Asumsi kedatangan : 1 tahun sekali tiap orang

Asumsi jumlah pengunjung = Jumlah Wisatawan + Jumlah penduduk = 63.169 orang / tahun

Jumlah pengunjung = 173 orang / hari

Jumlah pengunjung yang dapat dilayani : 173 orang / hari

Jumlah optimis pengunjung yang dilayani : 200 orang / hari

4.3 Analisa Fungsional

Berupa analisa aktifitas pelaku, kebutuhan dan besaran ruang yang dibutuhkan untuk melayani pengunjung.

4.3.1 Pelaku Aktifitas

Pengunjung

Berdasarkan tujuan kedatangan :

1. Pengunjung yang datang untuk berlibur, rekreasi, dll Gambar 4.21. Kuburan

Massal

Gambar 4.22. SPBU Ulee Lheue Gambar 4.23. Alarm Peringatan Tsunami


(80)

a. Menginap

 Datang dalam jumlah perorangan/grup

 Memanfaatkan fasilitas rekreasi yang ada

 Memanfaatkan fasilitas cottage

 Lama waktu tinggal 1 s/d 2 hari

 Berasal dari luar kota Banda Aceh maupun Luar Negeri b. Tidak menginap

Datang dalam jumlah perorangan / grup Memanfaatkan fasilitas rekreasi

Lama kunjungan 2 s/d 6 jam

Berasal dari masyarakat luar dan kota Banda Aceh sendiri

Pengelola

Berdasarkan tugas / pekerjaan dibagi menjadi:

1. Mengelola  mengelola dan mengatur segala yang kegiatan yang ada. 2. Memelihara  menjaga dan merawat fasilitas yang terdapat dalam wisata

tepi air ini.

3. Mengawas menjaga dan mengawasi berbagai kegiatan rekreasi air.

Penyewa

 Pihak yang mengelola fungsi-fungsi tertentu pada fasilitas yang ada pada kawasan ini, seperti toko-toko souvenir.

4.3.2 Macam – Macam Aktifitas


(81)

1. Pengunjung

2. Pengelola

3. Penyewa

4.3.3 Kebutuhan dan Besaran Ruang

Berdasarkan kebutuhan dan fungsi ruang yang dibutuhkan sesuai dengan target pengunjung, maka didaptkannya besaran luas ruangan. Terlihat pada tabel di bawah ini :

Datang

Entrance (in)

Area Bermain Air Wisata Kuliner Galeri Mini/Souv enir Taman Bermain Entrance (out) Parkir Pengunjung gng Cottage Mengina p Datang Parkir Kantor Pengelola R. Karyawan Toilet Toilet Pulang R. Istirahat/ Makan

Datang Parkir Galei Mini / Toko

Souvenir

Toilet

Pulang Skematik 4.1 Aktifitas Pengunjung

Skematik 4.2 Aktifitas Pengelola


(82)

1. Fasilitas Rekreasi

RUANG FUNGSI KAPASI

TAS

STANDART SUM BER

LUAS (m2)

- Lobby

- Loket/Karcis - Pusat Informasi

- ATM dan Money Changer

- Loker/Penitipan barang

-menerima pengunjung - membeli tiket - memberi informasi

- penukaran mata uang -pengambilan uang tunai - tempat penyimpanan barang sementara 100 org 4 unit 2 unit - 20 row

0,6 m2/org

- -

4m x 6 m

0,3/row NAD ASS ASS ASS NAD 60 20 12 24 6

- Plaza dan Amphitheatre - Play Ground/

Taman bermain - Promenade

(Pedestrian Tepi Air)

- Menara pengawas

Area bermain Air a. Kolam Renang Dewasa

b. Kolam Renang Anak

- ruang terbuka

- tempat bermain bagi anak - jogging track - menikmati pemandangan sepanjang lokasi - mengawasi kegiatan di lokasi 200 org 200 org 150 org 2 org -

0,6 m2/org

0,6 m2/org

1,2 m2/org

1,5 m x 1,5 m

- NAD NAD NAD ASS ASS 120 120 180 4,5 300 450


(83)

c. Kolam Ombak d. Kolam Arus

400 250

- R. Ganti a.Pria -R.ganti/ Shower - Toilet - Sirkulasi b. Wanita -R.ganti/ Shower - Toilet - Sirkulasi 5 unit 3 WC 5 urinoir 3 Wstfel - 7 unit 3 WC 4 Wstfel

0,96 m2/unit 0,96 m2/unit 0,4 m2/unit 0,4 m2/unit 20% ruangan

0,96 m2/unit 0,96 m2/unit 0,96 m2/unit 20% ruangan NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD 4,8 2,88 2 1,2 2,2 6,72 2,88 3,84 2,7

- R. Sewa alat a.Tempat Penyewaan

b.Gudang Alat - Menyimpan peralatan

-

-

-

20 m2

ASS

ISD

40

64

- R. Medical -pengobatan sementara

- 4,95 m x 5,2 m

ASS 28

- Dermaga dan Area bermain air lepas

- tempat pemancingan - jets ski

- boating ( perahu tradisional)

-

20 unit 10 unit

2,5 m x 1,5 m 2,5 m x 4,75 m

ASS 50

75 118,75


(84)

TOTAL 3060 m2

2. Fasilitas Penunjang

RUANG FUNGSI KAPASI

TAS

STANDART SUM BER

LUAS (m2)

- Restoran - Indoor - Outdoor - Dapur - Gudang 200 org 150 org - -

1,5 m2 / kursi 1,5 m2 / kursi 20% r.makan 50% Dapur NAD NAD NAD ASS 300 225 105 50 - Kedai Kupi

(coffee shop) - Indoor - Dapur - Gudang 200 org - -

1,3 m2 / kursi 20% r.makan 50% Dapur NAD NAD ASS 260 52 25 - Toko-toko Souvenir -menjual berbagai souvenir khas Aceh, baik makanan maupun kerajinan tangan

20 unit 5 m x 5 m ASS 500

- Sirkulasi 30% 455

TOTAL 1972 m2

3. Fasilitas Pengelola

RUANG FUNGSI KAPASI

TAS

STANDART SUM BER

LUAS (m2)

- Kantor Pengelola - R. Manager - R. Sekretaris - R. Keuangan - R.Arsip - R. Rapat

1 org 1 org 1 org

- 10

9,5 – 18,5 m2 11,5 – 18,5

m2 9,5 – 11m2

- 1,5-2,0 m2

/org NAD NAD NAD ASS NAD 18 12 9 12 20


(1)

BAB VI

HASIL PERANCANGAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Brenn, Ann & Rigby, Dick. Waterfront Cities Reclaim Their Edges. New York: Van Nostrand Reinhold Company, 1993.

Budiharsono, Sugeng. Teknik Analisa Pembangunan WIlayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001.

Ching, Francis DK. Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Susunannya, Jakarta: Erlangga, 1999.

Hakim, Rustam & Hadi Utomo. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Lynch, Kevin. The Image of The City. Cambridge, Massachusetts, and London, England: The M.I.T. Press, 1977.

Neufert, Ernst, terjemahan, Data Arsitek Jilid 2, Oleh Sunarto Tjahjadi, Jakarta: Erlangga, 2002.

Revisi Rencana Tata Ruang Kota Banda Aceh Tahun 2006-2016.

www.blogspot.com/strategidanrekayasatataruangpesisirpascatsunami www.wordpress.com/waterfront