Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pemilik Satwa yang Dilindungi Tanpa Izin (Studi Putusan PN Surabaya No. 469 Pid.B 2010 Pn.Sby)

ABSTRAKSI
Aprinsya P. M. Panjaitan*
Alvi Syahrin
Mahmud Mulyadi***

Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sumber daya keanekaragaman
hayati dengan tingkat endemis yang tinggi. Satwa yang ada di habitat wilayah
Indonesia adalah ciri suatu pulau yang didiami satwa tersebut, karena ekosistem di
dalamnya mendukung untuk perkembangan satwa itu sendiri. Berdasarkan
informasi yang dihimpun oleh Tim Cegah Satwa Punah dari ProFauna Indonesia,
sekitar 300.000 jenis satwa liar atau 17% dari jenis satwa di dunia berada di
Indonesia. Hal tersebut merupakan suatu peluang bangsa Indonesia untuk dapat
memanfaatkan kekayaan sumber daya ini untuk meningkatkan pendapatan
ekonomi, terutama yang hidup di sekitar habitat satwa. Namun pemanfaatan ini
harus betul-betul memperhatikan kondisi populasi yang dimanfaatkan untuk
menjaga laju populasinya agar memperoleh manfaat yang berkelanjutan.
Disamping peluang pemanfaatan peningkatan ekonomi cukup besar, Indonesia
juga merupakan salah satu negara dengan tingkat laju kepunahan berbagai jenis
satwanya cukup tinggi. Banyak satwa yang berada diambang kepunahan. Dapat
kita lihat dari semakin jarangnya kita menemui beberapa jenis hewan tersebut
seperti kakak tua jambul kuning, harimau sumatera, orang utan, badak bercula

satu, dan masih banyak lagi hewan lainnya hidup di daratan, perairan dan udara
hidup di daerah aslinya, bahkan ada beberapa diantaranya sudah hidup di
penangkaran untuk mencegah kepunahannya.
Alasan inilah yang menjadikan penulis menulis ini dengan membahas
permasalahan apakah sanksi pidana bagi orang yang memiliki satwa liar yang
dilindungi tanpa
izin. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif atau penelitian hukum kepustakaan atau penelitian
hukum doktrinal yang dapat diartikan sebagai penelitian hukum dengan cara
meneliti bahan primer dan bahan sekunder serta dengan melakukan pengumpulan
data melalui studi kepustakaan.
Penerapan sanksi pidana pada kasus ini kurang tepat karena ada unsur
yang tidak dipakai hakim sebagai dasar dalam penjatuhan sanksi. Pada kasus ini
menunjukan bahwa, setiap orang wajib bertanggungjawab atas kelestarian dan
kelangsungan satwa di alam. Setiap orang yang melanggar ketentuan hukum,
wajib mempertanggungjawabkan perbuatannya, dan orang yang terbukti memiliki
satwa yang dilindungi, dapat dikenakan sanksi pidana.
Kata Kunci : Pertanggungjawaban Pidana, Satwa yang Dilindungi, dan Tanpa Izin

*Mahasiswa Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

**Pembimbing I dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
***Pembimbing I dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara