Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

BAB II
KAJIAN BAHAN PUSTAKA
2.1. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus merupakan salah satu dari jenis perpustakaan yang
ada, perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh
instansi atau lembaga, baik negeri maupun swasta yang diperntukkan secara
terbatas kepada pengguna yang berada dilingkungan instansi/lembaga tersebut.
Untuk lebih rinci, penulis akan menjabar beberapa pengertian perpustakaan
khusus menurut beberapa ahli.
2.1.1. Pengertian Perpustakaan Khusus
Perpustakaan sebagai salah satu unit kerja yang merupakan tempat
mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan melestarikan bahan pustaka. Dalam
Undang-Undang No. 43 tahun 2007 pasal I tentang perpustakaan dinyatakan
bahwa perpustakaan adalah“institusi pengelola karya tulis, karya cetak, dan karya
rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi para pustaka”.
Sedangkan pengertian perpustakaan khusus menurut Sutarno NS (2006,
39), adalah “tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang
pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia atau pegawai”.
Pendapat


lain

dikemukakan

oleh

Hasugian

(2009,

81),

bahwa

perpustakaan khusus adalah:
“perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga atau instansi
Negara, pemerintah, pemerintah daerah ataupun lembaga atau
instansi swasta yang layanannya diperuntukan pengguna
dilingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan”.


7

Universitas Sumatera Utara

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan
adalah institusi pengelola bahan pustaka dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi
para pustaka, sedangkan Perpustakaan Khusus adalah Perpustakaan yang
didirikan

oleh

lembaga/instansi

(pemerintah/swasta)

yang

berperan


menyimpanmengelola serta menyebarkan informasi guna memenuhi kebutuhan
informasi pengguna dilingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan.
2.1.2. Tujuan Perpustakaan Khusus
Setiap perpustakaan pasti memiliki tujuan dalam mendirikan suatu
perpustakaan. Tujuan pepustakaan secara umum menurut Sutarno (2006, 53)
adalah:
“menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara, dan
mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka, menyediakan
sarana pemanfaatannnya, dan melayani masyarakat pengguna,
yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan”.
Sedangkan tujuan perpustakaan khusus menurut Hasugian (2009, 82)
adalah:
“ perpustakaan yang hanya menyediakan koleksi khusus yang
berkaitan dengan misi dan tujuan dari organisasi atau lembaga
yang memilikinya dan biasanya hanya memberikan pelayanan
yang khusus hanya kepada staf organisasi atau lembaganya saja”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan perpustakaan khusus
adalah sebagai sarana untuk menghimpun, menyedikan, mengolah, memelihara,
serta mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka kepada pengguna yang
membutuhkan informasi dan bahan bacaan untuk dimanfaatkan, tetapi


8

Universitas Sumatera Utara

perpustakaan khusus melayani penggunanya hanya kepada staf organisasi atau
lembaganya saja.
2.1.3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Khusus
Peran perpustakaan sangat penting untuk menunjang pelaksanaan suatu
instansi, maka tidak terlepas dari tugas tugas baik dalam dalam pengelolaan
informasi maupun penyebaran informasi. Ada beberapa tugas perpustakaan
khusus instansi pemerintah dalam Buku Panduan Badan Standarisasi (2009, 2-3)
adalah:
1. Menunjang terselenggaranya pelaksanaan tugas lembaga
induknyadalam bentuk penyediaan materi perpustakaan dan
akses informasi.
2. Mengumpulkan terbitan dari dan tentang lembaga induknya.
3. Memberikan jasa perpustakaan dan informasi.
4. Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
menunjang tugas perpustakaan.

5. Meningkatkan literasi informasi.
Seangkan menurut Yusuf dan Subekti (2010, 24) tugas perpsutakaan
khusus adalah:
“mengelola sumber informasi khusus yang sesuai dengan
program-program lembaga induknya. Segala informasi dari jenis
media apa pun, berupa cetakan maupun bahan dari bukan hasil
cetakan, termasuk di dalamnya media elektronik, khususnya yang
mendukung kebutuhan-kebutuhan khusus lembaga, selalu
diupayakan pengadaannya untuk kemudian diolah dan
dimanfaatkan (dilayankan) kepada para peneliti di lingkungan
lembaga yang bersangkutan”.
Fungsi perpustakaan merupakan tempat mengolah, menyimpan dan
menyebarkan informasi kepada pengguna. Hasugian (2009, 86) mengemukakan
bahwa fungsi perpustakaan secara umum adalah :
1. Fungsi penyimpanan

9

Universitas Sumatera Utara


Bertugas menyimpan koleksi (informasi) karena tidak
mungkin semuakoleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan.
2. Fungsi pendidikan
Perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk
belajar baik dilingkungan formal maupun non formal.
3. Fungsi Penelitian
Perpustakaan bertugas menyediakan bahan perpustakaan
(penyedia materi) untuk keperluan penelitian.
4. Fungsi informasi
Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai informasi untuk
masyarakat.
5. Fungsi kultural
Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengembangkan
apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas seperti
pameran, pertunjukkan, bedah buku, mendongeng, seminar,
dan sebagainya.
6. Fungsi rekreasi
Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan
membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan
seperti Novel, cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.

Fungsi perpustakaan khusus menurut Sutarno NS (2003, 58) adalah
“tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia / pegawai”. Dalam Panduan Badan
Standarisasi Nasional tahun (2009, 3) Fungsi perpustakaan khusus instansi
pemerintah adalah:
1. Mengembangkan
koleksi
yang
menunjang
kinerja
lembagainduknya.
2. Menyimpan semua terbitan dari dan tentang lembaga
induknya.
3. Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga
induknya.
4. Menjadi pusat referal dalam bidang yang sesuai dengan
lembagainduknya, baik cetak maupun elektronik.
5. Mengorganisasi materi perpustakaan.
6. Mendayagunakan koleksi.
7. Menerbitkan literatur sekunder dan tersier dalam bidang

lembaga induknya baik cetak maupun elektronik.
8. Menyelenggarakan pendidikan pengguna.

10

Universitas Sumatera Utara

9. Menyelenggarakan kegiatan literasi informasi untuk
pengembangan kompetensi sumber daya manusia lembaga
induknya.
10. Melestarikan materi perpustakaan, baik preventif maupun
kuratif.
11. Ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan
informasi.
12. Menyelenggarakan otomasi perpustakaan.
13. Melaksanakan digitalisasi materi perpustakaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa tugas
Perpustakaan khusus adalah mengumpulkan, mengelola sumber daya informasi
khusus yang sesuai dengan lembaga induknya dalam bentuk elektronik maupun
tercetak. Sedangkan fungsi perpustakaan khusus adalah tempat menyimpan,

mengolah, melestarikan dan mendayagunakan sumber informasi yang hanya
dikelola dan diterbitkan hanya pada lembaga induknya untuk sarana prasarana
bagi kebutuhan pengguna.
2.2. Pemanfaatan Koleksi
Menurut Kamus Besar Indonesia Kontemporer (2002: 928) yang
menyebutkan bahwa “pemanfaatan mengandung arti proses, cara, perbuatan
pemanfaatan”. Pengertian sama juga dikemukakan pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia

(2005,

711)

“pemanfaatan

berarti

proses,

cara,


perbuatan

memanfaatkan”. Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan
Nasional RI edisi keempat (2005, 873) mendefinisikan bahwa, ”Pemanfaatan
mengandung arti sebagai proses, cara, perbuatan memanfaatkan”. Maka dapat
disimpulkan bahwa pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti
guna, faedah. Adapun memanfaatkan berarti membuat sesuatu menjadi berguna.
Jadi, pemanfaatan adalah hal, cara, hasil kerja memanfaatkan. Sebuah

11

Universitas Sumatera Utara

perpustakaan dapat dikatakan bermanfaat atau tidak bagi penggunanya berkaitan
dengan upaya pembinaan koleksi serta layanannya agar dapat dikenal dan
dimanfaatkan oleh penggunanya.
Menurut Lasa (2005, 3117), bahwa “pemanfaatkan koleksi seperti
banyaknya peminjam dan jumlah koleksi yang dipinjam biasanya digunakan
sebagai salah satu unsur untuk mengetahui efektifitas suatu perpustakaan”. Setiap

perpustakaan tentunya mempunyai visi yang berbeda, namun sebuah perpustakaan
dikatakan berhasil bila dimanfaatkan oleh penggunanya.
Ada beberapa teori cara pengguna memanfaatkan koleksi perpustakaan
yaitu meliputi:
1. Membaca
Membaca adalah melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta
memahaminya (dengan melisankan atau dalam hati) (Salim 2002,
114). Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia (2005, 196),
“membaca bermakana melihat, serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau membaca dalam hati.
2. Mencatat
Makna mencatat adalah menulis atau memasukan sesuatu dalam buku
sebagai peringatan (Salim 2002,263). Sedangkan pengertain mencatat
dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2005,196) adalah “menuliskan
sesuatu yang telah ditulis (menyalin)”.
3. Menfotokopi

12

Universitas Sumatera Utara

Mefotokopi membuat salinan barang lainnya dengan menggunakan
mesin fotokopi (Salim 2002, 425). Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2005, 321) menfotokopi bermakana membuat
repoduksi dengan fotokopi.
4. Meminjam
Meminjam adalah memakai barang (dalam hal ini buku) orang untuk
sementara waktu

(Salim 2002, 165), sedangkan menurut dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 876) “meminjam bermakna
memakai barang orang lain untuk sementara waktu tertentu (kalau
sudah sampai waktunya dikembalikan)”.
Zulkarnaen (2007, 45), juga berpendapat ada beberapa cara memanfaatkan
koleksi buku pada perpustakaan sebagai berikut:
1. Meminjam
Biasanya pengguna melakukan peminjaman melalui meja
sirkulasi perpustakaan setelah mendapatkan buku yang
diinginkan. Denganmelakukan peminjaman, pengguna memiliki
waktu yang lebih banyak untuk membaca buku yang dipinjam.
Buku tersebut dapat diperpanjang masa peminjamannya dan
kemudian dikembalikan lagi ke meja sirkulasi.
2. Membaca di tempat
Bagi pengguna yang memiliki waktu luang yang cenderung
membaca di ruang baca perpustakaan. Pengguna dapat memilih
beberapa buku untuk dibaca dan menghabiskan waktunya di
perpustakaan.
3. Mencatat informasi dari buku
Terkadang pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang
diperoleh dari koleksi. Dengan cara seperti ini, pengguna
mendapatkan informasi ringkas tentang berbagai masalah dari
berbagai buku yang berbeda.
4. Memperbanyak (menggunakan jasa Foto copy)
Dengan memanfaatkan fasilitas mesin Foto copy, pengguna dapat
memiliki sendiri informasi-informasi yang diinginkan. Cara
seperti ini biasanya dilakukan oleh pengguna yang memiliki
waktu terbatas untuk ke perpustakaan.

13

Universitas Sumatera Utara

Dari pendapat pendapat diatas dapat disimpulkan pemanfaatan adalah
proses, cara, perbuatan pemanfaatan. Sedangkan pemanfaatan lansung yaitu
dengan dengan membaca pengguna telah melihat isi dari koleksi tersebut,
mencatat yaitu menyalin dari isi yang telah dibaca, menfotokopi yaitu
mereproduksi dari koleksi sebelumnya

dan meminjam yaitu memakai bahan

pustaka dengan jangka waktu yang telah ditentukan, maka dengan membaca,
menyalin/mencatat informasi dari buku, memfotokopi dan meminjam, maka
pengguna sudah bisa dikatakan memanfaatkan koleksi tersebut.
Menurut Handoko yang dikutip Handayani (2007: 28), bahwa dari segi
pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal.
1. Faktor internal meliputi:
a. Kebutuhan
Yang dimaksud dengan kebutuhan disini adalahkebutuhan
akan informasi
b. Motif
Motif merupakan sesuatu yang melingkupi semua
penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia
berbuat sesuatu
c. Minat
Minat adalah kecendurungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu
2. Faktor eksternal meliputi:
a. Kelengkapan koleksi Banyaknya koleksi referensi yang
dapatdimanfaatkan informasinya oleh mahasiswa.
b. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna
Keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa
dapat dilihat melalui kecepatan dan ketepatan mereka
memberi layanan.
c. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali
Maksud dari uraian diatas yaitu pemanfaatan bahan pustaka di
perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana faktor internal

14

Universitas Sumatera Utara

yang meliputi kebutuhan, motif dan minat dan faktor eksternal yang meliputi
kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna dan
keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali. Berdasarkan pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa indikator dalam pemanfaatan koleksi memiliki dua
faktor yaitu eksternal dan internal yang diuraiankan sebagai berikut:
2.2.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri pengguna yang
mempengaruhi pengguna untuk memanfaatkan koleksi yang tersedia atau untuk
mencari informasi yang diinginkan di perpustakaan. Misalnya karena kebutuhan,
motif dan minat yang diuraikan sebagai berikut:
1. Kebutuhan
Adapun yang dimaksud kebutuhan disini adalah kebutuhan akan
informasi, setiapindividu pasti berbeda akan kebutuhan infomasinya sesuai
dengan kebutuhanmasing-masing.
Menurut McLeod yang dikutip Sutopo (2012, 900) bahwa:
“Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga dapat
dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat”.
Sedangkan Yusup (2012, 188-189)juga menambahkan bahwa:
“informasi
itubermacam
jugamanfaatnya,
karena
tidakmembutuhkaninformasi
kebutuhantersebut”.

ragam
hampir
walau

jenisnya,
fungsinya,
tidakseorangpun
yang
sekecil
apa
pun

Identivikasi kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan current
approach, yaitu memperhatikan kebutuhan pengguna akan informasi mutakhir,
every day approach yaitu kebutuhan pengguna akan informasi yang diperlukan

15

Universitas Sumatera Utara

sehari-hari, exhaustive approachyaitu kebutuhan pengguna akan informasi secara
menyeluruh, dan catching up approach yaitu kebutuhan pengguna akan informasi
singkat dan cepat (Prawati, 2002, 43).Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa sekecil apapun kebutuhan seseorang pasti membutuhkan
informasi, karena informasi merupakan dasar untuk mengambil keputusan yang
tepat.
2. Motif
Motif atau motivasi berasal dari kata “moreve” Yang berarti dorongan
dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku. Motivasi tidak terlepas
dari kata kebutuhan atau “needs” atau “want”. Kebutuhan adalah suatu potensi
dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon. Tanggapan terhadap
kebutuhan tersebut dan hasilnya orang akan puas. Apabila kebutuhan tersebut
belum direspon atau dipenuhi, maka akan berpotensi untuk muncul kembali
sampai kebutuhan yang diinginkan (motoadmodjo, 2007). Maka motif adalah
sesuatu

yang

mendasari

perbuatan

atau

tindakan

seseorang

sehingga

menyebabkan ia berbuat sesuatu. Dalam dunia perpustakaan motif atau alasan
pengguna dalam menggunakan perpustakaan berbeda-beda sesuai dengan
keperluan masing-masing.
Menurut Handoko dalam Desriyeni (2006, 82) menyatakan bahwa:
“motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri
manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan seseorang untuk berbuat sesuatu atau
melakukan suatu tindakan tertentu”.

16

Universitas Sumatera Utara

Ernawati (2007,7) juga berpendapat bahwa:
“jika ditelusuri lebih dalam motif timbul bukan hanya dari
kebutuhan yang ada, tetapi ditentukan pula adanya faktor harapan
akan dapat dipenuhinya suatu kebutuhan”.
Setelah dipenuhinya kebutuhan pengguna dengan menggunakan media
buku yang merupakan koleksi di perpustakaan, maka munculah media gratifikasi
yang terbagi dalam beberapa motif, yaitu pengawasan (Surveillance), pengalihan
(Diversion), identitas pribadi (Personal identity), dan hubungan personal atau
integrasi dan interaksi social (Social Relationship) (Istiawan 2015, 7). Maka dapat
diketahui bahwa seseorang melakukan sesuatu yaitu memanfaatkan koleksi
berdasarkan motifatau alasan berbeda-beda, sesuai keinginan maupun kebutuhan
masing-masing.
3. Minat
Minat merupakan keinginan hati seseorang terhadap sesuatu, sehingga
menjadi kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian
terhadap objek maupun aktifitas teresebut.
Menurut Soufia dan Zuchdi (2004, 116)menjelaskan bahwa:
“minat

merupakan

kekuatan

pendorong

yangmenyebabkan

seseorang menaruh perhatian pada orang lain, pada aktivitasatau
objek lain”.
Sedangkan Slameto (2003, 57) menjelaskan bahwa:
“minatadalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenangbeberapa kegiatan”.

17

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sudirman (2003, 76) menyatakan bahwa:
“minat seseorang terhadap suatu objekakan lebih kelihatan apabila
objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitandengan keinginan dan
kebutuhan seseorang yang bersangkutan”.
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Jika pengguna
merasa bahwa memanfaatkan koleksi adalah sesuatu yang menguntungkan,
mereka merasa berminat, hal ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila
kepuasan berkurang maka minat juga menjadi berkurang. Jadi untuk mengetahui
faktor minat dalam penelitian ini terdapat empat item pertanyaan yang mewakili
yaitu; rata-rata kunjungan, lama waktu penggunaan yang diperlukan, rata-rata
koleksi buku yang dipinjam.
2.2.2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar pengguna
yangmempengaruhi pengguna untuk memanfaatkan koleksi yang tersedia atau
untuk mencari informasi yang diinginkan di perpustakaan. Misalnya karena
kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna dan
tersedianya fasilitas penelusuran informasi yang diuraikan sebagai berikut:
1. Kelengkapan koleksi
Koleksi merupakan media utama yang harus dimiliki setiap perpustakan,
sebuah perpustakaan tidak akan berjalan tanpa adanya koleksi. Sebagai salah satu
pusat informasi tugas perpustakaan antara lain “menghumpun, mengelola, dan
memberdayakan informasi. Menurut Sutarno (2005, 61) “informasi yang

18

Universitas Sumatera Utara

dibutuhkan pemustaka terdapat pada koleksi yang dimiliki perpustakaan”. Sebagai
pusat informasi, sebuah perpustakaan memiliki nilai informasi pengertian dalam
arti luas, informasi diperpustakaan adalah semua materi yang terkandung di dalam
konteks. Jadi informasi adalah ilmu pengengetahuan (sutarno 2005, 135).
Informasi yang dibutuhkan pemustaka terdapat pada koleksi , maka
ketersedian koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka menjadi suatu hal
yang perlu diperhatikan oleh sebuah perpustakaan. Sulistyo-basuki menyatakan
bahwa “berapapun besar koleksi sebuah perpustakaan, keunggulan koleksi
tersebut akan sia-sia belaka bila tidak digunakan ( Enitia dkk 2012: 1).Oleh
karena itu setiap perpustakaan tentu harus melakukan kegiatan pengadaan koleksi
untuk menambah kelengkapan koleksi yang dimilikinya, kegiatan pengadaan
koleksi bisa dilakukan dengan membeli, tukar-menukar, serta hadiah dari
perorangan maupun lembaga. Pertumbuhan dan perkembangan koleksi sering kali
tidak diimbangi dengan perluasan ruangan perpustakaan, akibatnya rak-rak yang
tersedia untuk menampung koleksi tahun demi tahun semakin penuh sesak,
sehingga membuat ruangan perpustakaan menjadi tidak nyaman lagi.
2. Keterampilan pustakawan
Keterampilan pustakawan yang dimaksud adalah keterampilan

dalam

melayani pengguna, sebagai institusi yang telah mendapat ISO 9001: 2008
tentang layanan publik, kepuasan pengguna merupakan tujuan yang harus
dipenuhi. Berkaitan dengan hal tersebut, pustakawan sebagai ujung tombak dalam
layanan informasi mempunyai peran yang penting.
Menurut Murphy dalam Andriani (2011, 79) menyatakan:

19

Universitas Sumatera Utara

“pustakawan di perpustakaan khusus mempunyai kompetensi khusus yang
bersifat unik dan saling memengaruhi satu sama lain, yaitu pengetahuan
(knowledge), pemahaman (understanding), keahlian (skill), dan perilaku
(attitudes)”.
Kompetensi khusus dan unik tersebut termasuk pula penguasaan terhadap
informasi khusus secara mendalam sesuai subjek spesialisasinya, informasi
tercetak maupun elektronis, serta teknik penelusuran.Salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan kegiatan perpustakaan adalah komunikasi antara
pustakawan dan pengguna dalam memberikan layanan. Menurut Hubeis (2011),
komunikasi adalah “cara membuat orang lain tahu tentang gagasan dan perasaan
kita”. Komunikasi mencakup apa yang dikatakan dan apa yang tidak dikatakan,
siapa yang menyampaikan, mengapa disampaikan, di mana dan kapan
disampaikan, dan bagaimana cara menyampaikannya. Komunikasi jugamencakup
gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, tutur kata, dan nada suara serta segala sesuatu
yang tidak terucapkan tetapi disimbolkan.
Menurut Fandy dan Diana (2002), secara deskriptif layanan adalah “suatu
kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang
lain”. dalam menyediakan produk atau jasa, sedangkan melayani adalah
membantu menyiapkan sesuatu yang diperlukan oleh seseorang. Berkaitan dengan
konseplayanan prima, kegiatan layanan dapat diartikan sebagai upaya maksimal
yang diberikan oleh pustakawan kepada pengguna untuk memenuhi harapan dan
kebutuhannya hingga tercapai kepuasan. Pendekatan kepada pengguna menjadi
hal penting bagi pustakawan agar dapat terjalin komunikasi yang efektif sehingga

20

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan informasi pengguna dapat terpenuhi sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk itu, pustakawan perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang
karaktertik pengguna agar dapat mengantisipasi jenis dan tingkat informasi yang
dibutuhkan. Pengkajian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas pustakawan
dan pengguna dalam proses penelusuran informasi secara elektronis yang
bersumber dari pangkalan data ScienceDirect di perpustakaan.
3. Fasilitas
Untuk menunjang aktivitas dan pekerjaan didalamnya maka dperlukan
fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Moenir (2001,119) menyatakan bahwa:
“Fasilitas adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan
pelayanan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu
dalam melaksanakan pekerjaan atau segala sesuatu yang digunakan,
dipakai, ditempati, dan dinikmati oleh orang pengguna”.
Penjelasan lain mengenai fasilitas menurut Prastowo (2012:297) :
“Prasarana perpustakaan adalah fasilitas penunjang utama bagi
terselenggaranya kegiatan pelayanan perpustakaan”.
Supriyanto (2006, 143) menyatakan bahwa:
“Perpustakaan merupakan wadah yang tepat sebagai tempat
berkumpulnya masyarakat dalam upayanya memenuhi kebutuhan
bahan bacaan mereka, sehingga perpustakaan merupakan tempat
strategis yang menyediakan bahan pustaka yang digunakan sebagai
sarana belajar mandiri”
Dengan adanya fasilitas yang memenuhi di perpustakaan memudahkan
pengguna memaksimalkan fungsi dari perpustakaan tersebut.

21

Universitas Sumatera Utara

Pendapat lain yangmenyatakan oleh Sutarno (2006, 11-12) bahwa:
“Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan,
atau gedung tersendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun
dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan
dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca”.

Berdasarkan beberapa pengertian dari fasilitas dan perpustakaan tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas perpustakaan merupakan segala sesuatu
yang dipergunakan dan dinikmati guna menunjang pengorganisasian koleksi buku
pustaka dan terbitan lain yang diatur sesuai dengan perlengakpan dan peralatan
yang ada serta tata susunan dalam suatu ruangan yang nyaman sehingga koleksi
dengan mudah didapatkan.
2.3. Koleksi Buku Langka
Koleksi buku langka merupakanwarisan dan ide-ide para terdahulu untuk
itu dalam mensosialisasikan sebagai pemilik koleksi buku langka kita perlu
memanfaatkan keunikan koleksi itu sehingga Perpustakaan perlu menggali lagi
koleksi buku langka dipakai sebagai andalan informasi pustaka menuju
Perpustakaanuntuk mengumpulkan dokumen yang mempunyai nilai sejarah yang
dipakai menjadiwahana penelitian dan pendidikan. Menurut Muchyidin dan Iwa
(2008, 20) menyatakan bahwa “koleksi perpustakaan merupakan modal dasar
perpustakaan yang akan menentukan dan menunjang terhadap kelancaran
penyelenggaraan dan pelayanan masyarakat”.
Perpustakaan

tidak

terlepas

dari

koleksi-koleksi,

karena

koleksi

merupakan modal utama dalam kelancaran dalam menyampaikan berbagai ilmu
dan informasi, berbagai koleksi yang dimiliki perpustakaan salah satunya yaitu

22

Universitas Sumatera Utara

koleksi buku langka. Koleksi buku langka merupakan koleksi yang susah
didapatkan dan usianya sudah tua.
Didalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan,
koleksi adalah “semua informasi dalam bentuk karya tulis , karya cetak, dan atau
karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan yang
dihimpun, diolah dan dilayankan”. (Suwarno 2010, 260). Sedangkan Pengertian
buku langka Menurut Sutarno (2008, 21), “ merupakan buku-buku yang sudah
tua, tidak diterbitkan lagi dan jumlahnya sangat terbatas”.Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa koleksi merupakan semua informasi dalam
bentuk karya tulis maupun karya cetak, sedangkan koleksi buku langka
merupakan koleksi buku tua yang tidak diterbitkan lagi, jadi koleksi buku langka
adalah koleksi yang berbentuk karya tulis atau karya

cetak yang merupkan

koleksi tua, yang jumlahnya terbatas dan tidak diterbitkan lagi.
Sedangkan yang dikutip oleh Maryono dalam kamus ODLIS (2015, 1),
menyatakan bahwa:
“Buku langka (rare book) sebagai buku yang sukar didapatkan dan
hanya sedikit yang beredar di perdagangan buku. Buku langka pada
umumnya sangat bernilai, sebagian perpustakaan menyimpannya
diruangan yang aman dan biasanya diruangan koleksi khusus”.

BPAD yang dikutip Supriono (2013, 3), juga mendefinisikan langka atau
rare book, antique book adalah:
“jenis koleksi yang memiliki ciri-ciri tidak diterbitkan lagi, sudah tak
beredar dipasaran, susah untuk mendapatkannya, memiliki nilai informasi
kesejarahan, informasinya tetap”.

23

Universitas Sumatera Utara

Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa buku langka
merupakan buku yang sudah tua, usianya lebih dari 50 tahun yang tidak
diterbitkan lagi, memiliki nilai informasi kesejarahan serta jumlah koleksinya
terbatas sehingga sulit menemukannya dipasaran.
2.3.1. Karakteristik Koleksi Buku Langka
Setiap jenis koleksi memiliki karakteristik yang membedakan masingmasing koleksi, karakteristik koleksi tersebut melekat pada tiap jenis koleksi baik
fisik maupun informasi yang terkandung dalam koleksi buku langka dan
keberadaannya seringkali diperlakukan sebagai kategori khusus. Seperti yang
dikemukakan maryono (2015, 1) adalah:
“Buku langka pada umumnya sangat bernilai, sebagaian
perpustakaan menyimpannya diruangan khusus, dan biasanya
diruangan yang aman”.
Menurut Ruth Lilly Special Collection and Archives IUPUI University
Library, karakteristik koleksi buku langka tersebut terdiri dari:
a. Pentingnya Nilai Intrinsik, faktor yang mendasari sebuah
kelangkaan terhadap buku adalah nilai intrinsik dari buku
tersebut. Hanya buku-buku yang dikenal penting bagi
kebutuhan pengguna yang akan meningkatkan nilai suatu buku
dan memunculkan arti langka itu sendiri.
b. Usia, bagi buku langka usia merupakan bagian kecil dari nilai
sebuah buku itu sendiri.
c. Kelangkaan, maksudnya adalah buku-buku yang ada hanya
tersedia dalam jumlah cetak sedikit dan memiliki nilai yang
penting bagi pengguna. Edisi sebuah buku yang dicetak
sebanyak 25.000 kopi atau lebih tentu tidak dapat
dikategorikan sebagai sebuah koleksi buku langka.
d. Kondisi, kondisi juga merupakan faktor penting yang menjadi
karakteristik buku langka. Kondisi merupakan suatu gabungan
dari kondisi fisik buku itu sendiri dan kelengkapan dari isi
buku. Sebuah buku dengan kondisi yang baik secara fisik yaitu

24

Universitas Sumatera Utara

tidak terdapat sobekan pada setiap kertasnya dan tanda apapun
sebagai bentuk penyalahgunaan di dalamnya, merupakan buku
orisinil dan terjilid secara lengkap. Selain kondisi fisik, isi
buku merupakan bagian penting dalam sebuah buku langka.
Dari isi sebuah buku, dapat dilihat bahwa apakah buku tersebut
dapat benar-benar dikategorikan sebagai buku langka atau
tidak.
e. Edisi Pertama, edisi pertama dapat diartikan sebagai buku yang
dicetak dan dipublikasikan untuk yang pertama kalinya. Ketika
buku tersebut direvisi atau dicetak ulang pada waktu
berikutnya, tidak lagi dapat dikategorikan sebagai buku baru,
tapi tidak pula langka. Jadi, salah satu karakteristik sebuah
buku dapat disebut koleksi buku langka adalah karena edisinya
yang merupakan edisi pertama. Meski edisi pertama
merupakan salah satu karakteristik koleksi buku langka,
namun alasan lain harus pula tetap diperhatikan, diantaranya
adalah pentingnya revisi dari buku tersebut atau edisi
terjemahan pertama ke dalam bahasa Inggris, karena
kebanyakan buku langka terdiri dari bahasa Belanda, Jerman,
Italia, dll.
f. Penjilidan yang Benar dan Ilustrasi, sebuah buku dapat
memiliki karakteristik fisik yang dapat menjadikannya koleksi
yang penting seperti penjilidan khusus, koleksi pertama yang
menggunakan proses pencetakan terbaru, desain yang inovatif,
atau tulisan tangan seorang pengarang.
Sedangkan menurut Menurut Rahardjo (2010) adapun kelompokkelompokkoleksi langka diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kumpulan buku dari berbagai disiplin ilmu, terbitan mulai abad 16
b. Kumpulan foto tempo dulu
c. Kumpulan ilustrasi tentang Indonesia : kesenian, kebudayaan,
kegiatanekonomi, tempat bersejarah dan pemandangan alam
d. Koleksi buku Ster : disebut Ster karena mempunyai keunikan
(spesifikasi)tertentu, misalnya dari ukuran buku yang besar dan
memiliki ilustrasiyang menarik
e. Koleksi Varia : terdiri beberapa jenis, seperti naskah, litografi,
poster,lukisan, foto, sertifikat, leaflet, peta dan dokumen
f. Kelompok disertasi bahasa Belanda
g. Buku-buku tentang Soekarno (Presiden RI yang pertama)

25

Universitas Sumatera Utara

h. Buku-buku berdasarkan TAP MPR No.XXV/MPRS/1996.
Menurut Muhammad (2010) seorang penulis beberapa buku best seller
yangjuga

alumnus

Magister

Manajemen

Institut

Pertanian

Bogor

(IPB),menyebutkan adapun beberapa kriteria buku langka yaitu :
a. Buku baru, tapi dicetak dengan jumlah terbatas
b. Buku terbitan lama yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun
bernilai

sejarah,

terkait

tokoh

penting

di

zamannya,

atau

peristiwapenting masa lalu.
c. Buku yang menjadi favorit di masa penerbitannya dan sudah
tidakditerbitkan lagi.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa karakteristik koleksi
buku langka adalah koleksi yang pada umumnya sangat bernilai, sebagaian
perpustakaan menyimpannya diruangan khusus, dan biasanya diruangan yang
aman dan koleksi yang memiliki usia, kelangkaan, kondisi, edisi pertama dan
penjilidan yang benar serta ilustrasi yang berbeda dari koleksi yang lain. Serta
terdiri dari kumpulan buku dari berbagai disiplin ilmu, terbitan mulai abad 16
yang merupakan tempo zaman dahulu dan memiliki keunikan tersendiri misalnya
dari ukuran buku yang dan ilustrasi yang menarik.
2.3.2. Nilai Informasi Koleksi Buku Langka
Koleksi buku langka merupakan koleksi langka dan susah didapatkan yang
memiliki nilai informasi yang berharga, karena memiliki nilai sejarah yang tinggi
sehingga perlu di informasikan kepadapengguna untuk pemanfaatannya, agar
dapat menarik perhatian pemustaka perlu dilakukan penataan yang lebihbaik,
seperti halnya koleksi buku langka. Koleksi buku langka merupakan salah satu
koleksi yang sebagian perpustakaan memiliki, karena tidak semua perpustakaan

26

Universitas Sumatera Utara

menyediakan koleksi-koleksi langka, tua, dan memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Seperti yang kemukakan Supriyono (2013, 1):
”Koleksi langka merupakan koleksi memiliki nilai informasi
tinggi biladilihat dari perspektif sejarah koleksi itu sendiri
maupun yang tertulis di koleksitersebut.Selain dari kandungan
yang ada dalam informasi koleksi langka adalah unik
bisadijadikan ikon daripemilik koleksi langka, oleh karena itu
Perpustakaan perlumelestarikan koleksi langka ini sebagai
sumber informasi utama untuk bisamerekrontuksi suatu nilai
sejarah. Hal ini perlu didasarkan adanya suatu konektivitas
datadan kebutuhan yang dicari peneliti khusus bidang
sejarah.Konektivitas data yang berasaldarimasa lalu masih dalam
bentuk kumpulan tulisan. Namun penggunaanya juga
perludiperluas konektivitasnya tidak harus berhubungan dengan
rekrontruksi nilaisejarahnya saja namun juga bisa digunakan
kepentingan ilmu yang lainnya”.
Dilihat dari koleksi langka yang memiliki nilai informasi tinggi, langka
dan unik, maka seharusnya penggunaannya juga harus tinggi, baik untuk
pengetahuan dalam bidang sejarah maupun kepentingan ilmu yang lainnya.
Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Jogiyanto

(2005, 31)

menyatakan bahwa “Nilai informasi secara nyata memiliki karakteristik khusus
terhadap tingkat ukuran, kebutuhan, dinamika, kemanfaatan dan keterpakaian
informasi itu sendiri. Tetapi nilai tersebut tidak dapat diukur secara nyata”.
Selain nilai informasi koleksi yang bernilai tinggi, Koleksi cetak buku
langka juga merupakan bukti fisik aslinya, dilihat dari tingkat usia yang sudah tua
dan mudah rapuh, sehingga perlu penanganan khusus supaya koleksi bisa
diamanfaatkan pengguna secara terus menerus, upaya yang dilakukan yaitu
pengolahan bahan pustaka yang baik dengan melakukan pelestarian terhadap
koleksi, baik pelestarian fisik maupun informasinya. Menurut Martoatmodjo yang

27

Universitas Sumatera Utara

dikutip Handoyo (2012, 2),mengemukakan bahwa tujuan dilakukan pelestarian
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Menyelamatkan nilai informasi dokumen
Menyelamatkan fisik dokumen
Mengatasi kendala kekurangan ruang
Mempercepat perolehan informasi, dokumen yang tersimpan
dalam CD (Compact Disk) sangat mudah untuk diakses, baik
dari jarak dekat maupun jarak jauh. Sehingga pemakaian
dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal.

Koleksi

langka

sebagai

koleksi

andalan

Perpustakaan

perlu

mendapatkanperhatian yangserius karena didalamnya terdapat kandungan
informasi utama yang dianggap sebagairekontruksi sejarah yang mana
penggunaannya bisa dimanfaatkan untuk kalangan akademisimaupun di bidang
praktisi. Berbicara koleksi langka berarti koleksi yang memiliki informasiyang
berharga baik di tinjau dari sejarah naskah yang tertulis di naskah tersebut,
karenakandungan informasi di dalam naskah itu sangat unik disamping itu juga
perpustakaan harusdapat membuka akses dalam menyampaikan informasi yang
dimiliki kepadakalanganmasyarakat khususnya masyarakat peneliti maupun
masyarakatinternasional dan bekerja samadengan badan internasional (Suproyono
2013, 16).
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa koleksi buku langka adalah koleksi
yang unik dan langka, memiliki nilai informasi tinggi biladilihat dari perspektif
sejarah koleksi itu sendiri maupun yang tertulis di koleksitersebut. Nilai informasi
secara nyata memiliki karakteristik khusus terhadap tingkat ukuran, kebutuhan,
dinamika, kemanfaatan dan keterpakaian informasi itu sendiri. Tetapi nilai
tersebut tidak dapat diukur secara nyata. Namun untuk meningkatkan

28

Universitas Sumatera Utara

pemanfaatan terhadap koleksi buku langka, perpustakaan harus mengelola koleksi
dengan baik, terutama koleksi tercetaknya, dilihat dari koleksi yang sudah tua dan
mudah rapuh, maka perlu dilakukan pelestarian untuk menjaga fisik koleksi agar
bisa dimanfaatkan terus menerus.
Berdasarkan teori-teori yang dijelaskan diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa indikator pemanfaatan koleksi buku langka yaitu terdiri












Kebutuhan akan informasi
Motif pengguna memanfaatkan koleksi
Minat pengguna
Kelengkapan koleksi di Perpustakaan
Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna
Keterbasan Failitas dalam pencarian kembali

29

Universitas Sumatera Utara