Pelestarian Bahan Pustaka Langka Melalui Proses Alih Media Digital Di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Ppks)

(1)

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA LANGKA MELALUI PROSES

ALIH MEDIA DIGITAL DI PERPUSTAKAAN KHUSUS

PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

O L E H

DARARI SURYA NIM : 122201056

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

JudulKertas Karya : PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA LANGKA MELALUI PROSES ALIH MEDIA DIGITAL DI PERPUSTAKAAN KHUSUS

PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

Oleh : Darari Surya

NIM : 122201056

DosenPembimbing : Ishak, S.S, M.Hum NIP : 19670424200112 1 001 TandaTangan : ________________ Tanggal : ________________

Dosen Pembaca : Laila Hadri Nasution, S.Sos, M.P NIP : 19720825200604 2 001

TandaTangan : ________________ Tanggal : ________________


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA LANGKA MELALUI PROSES ALIH MEDIA DIGITAL DI PERPUSTAKAAN KHUSUS

PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

Oleh : Darari Surya

NIM : 122201056

PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN

Ketua Jurusan : Dra. ZaslinaZainuddin, M.Pd NIP : 19570407 198603 2 001

TandaTangan :_________________


(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 4

1.3 Ruang Lingkup ... 5

1.4 Metode Pengumpulan Data ... 5

1.5 Batasan Istilah ... 6

BAB II Tinjauan Pustaka... 8

2.1 Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka... 8

2.2 Pelestarian Koleksi Langka... 10

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Bahan Pustaka Langka... 11

2.4 Cara Pelestarian dan Penanganan Koleksi Buku langka... 23

2.5 Proses Alih Media Digital ... 25

2.6 Teknologi Media ... 27

BAB III Gambaran Umum Pelestarian Bahan Pustaka Melalui Alih Media Digital di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)... 38

3.1 Sejarah Perpustakaan Khusus PPKS ... 38

3.2 Visi dan Misi ... 40

3.3 Struktur Organisasi... 41

3.4 Sumber Daya Manusia dan Rencana Kerja... 43

3.5 Koleksi Langka di Perpustakaan PPKS ... 46


(5)

3.7 Peralatan digunakan dan Panduan Proses Alih Media Digital Bahan

Pustaka Langka Menggunakan Atiz BookDrive Mini... 48

3.8 Kendala yang dihadapi dalam pelesatarian bahan pustaka langka melalui proses alih media digital di Perpustakaan Khusus PPKS... 61

BAB IV KESIMPULAN ... 64

4.1 Kesimpulan ... 64

4.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66

LAMPIRAN... 67

1. Foto Atiz BookDrive Mini... 67

2. Foto Ruang Koleksi Bahan Pustaka Langka... 68


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan

ridhonya penulis dapat menyelesaikan rangkain penelitian dan penyusunan kertas karya ini.

Kertas karya ini berjudul "Pelestarian Bahan Pustaka Langka Melalui Alih Media Digital

di Perpustakaaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)", disusun untuk menyelesaikan

Pendidikan D3 Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumateta Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajiannya Kertas Karya ini masih terdapat

kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian mudah-mudahan Kertas Karya

ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dalam membuka wawasan secara lebih luas dalam

bidang yang penulis teliti. Harapan penulis semoga kajian yang sama dalam bidang ini, kelak

jika ada, akan lebih menyempurnakan hasil penelitian ini.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih atas bantuan yang

telah diberikan baik langsung maupun tidak langsung hingga terlaksannanya Kertas Karya ini,

kepada:

1. Bapak Ishak, S.S, M.Hum selaku Dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian kertas karya ini.

2. Bapak M. Arvano A., S.Sos selaku Pustakawan di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian


(7)

3. Orang tua yang selalu memberikan bimbingan, Ayah Suriadi, S.Sos., M.Si. dan Ibu Delina

Sari, S.Sos serta Adik Delilah Mentari yang senantiasa memberikan dorongan dan ikut

membantu selama penulis menyelesaikan perkuliahan dan penulisan kertas karya ini.

Akhirnya semoga kertas karya yang sederhana ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis

doakan semoga Allah SWT selalu memberikan Taufik dan Rahmatnya serta lindungannya

kepada kita semua.Amin.

Medan, Juni 2015


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang bertugas

mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan merawat koleksi untuk dapat dimanfaatkan

oleh pengguna dalam jangka waktu yang cukup lama secara efektif dan efisien.

Pengoleksian ini perlu dirawat dan dilestarikan agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang

terkandung di dalamnya dapat diwariskan ke generasi yang akan datang.

Salah satu fungsi perpustakaan adalah melestarikan bahan pustaka yang menjadi

koleksinya.Pelestarian bahan pustaka merupakan kegiatan yang paling penting dalam

upaya menunjang layanan informasi.Oleh karena itu, para pengelola dan pustakawan

dituntut untuk dapat melaksanakan kegiatan perawatan khusus, untuk menjaga kelestarian

bahan pustaka dari kerusakan.

Secara umum, pelestarian merupakan upaya pemeliharaan, perawatan,

pengawetan, perbaikan dan reproduksi agar koleksi bahan perpustakaan berdaya guna

secara maksimal atau lebih luasnya melesatarikan bahan perpustakaan selama mungkin

untuk kepentingan generasi yang akandatang. Kegiatan ini mencakup pelestarian bentuk

fisik maupun pelesatarian kandunagan informasi yang ada.

Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagian besar

koleksinya merupakan koleksi yang sudah tua dan langka.Oleh karena itu, dokumen yang

mempunyai nilai budaya bangsa yang tak ternilai itu perlu dilestarikan dan dipelihara

sehingga kandungan informasi ilmiah dokumen asli tersebut berlanjut dan tersedia untuk


(9)

Bahan pustaka langka yang ada di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS) berjumlah lebih dari 5000 judul, yang sudah di alihmediakan berjumlah lebih

dari 650 judul dan setiap harinya kegiatan alih media di lakukan sehingga judul yang di alih

mediakan bertambah terus.

Pelesatarian bahan pustaka langka melalui proses alih media digital merupakan

salah satu strategi perpustakaan dalam melesatarikan koleksinya, terutama koleksi naskah,

majalah, peta dan buku langka. Koleksi bahan perpustakaan dalam bentuk teks atau gambar

dapat direproduksi menjadi bentuk digital.

Alih media digital pada saat ini menjadi suatu fenomena baru yang mulai banyak

diperhatikan dan di butuhkan untuk menunjang aktivitas berbasis elektronik.

Perkembangan internet yang ditunjang dengan kemajuan teknologi yang makin pesat

menyebabkan kebutuhan akan berkas digital pun semakin bertambah. Berkas digital

mempermudah penyebaran informasi maupun pelestarian informasi itu sendiri, sehingga

akses informasi menjadi cepat dan efisien.

Alih media digital,terutama bahan dokumen tercetak, merupakan dasar dalam membangun suatu koleksi digital yang nantinya dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan akses informasi maupun penyebaran informasi.

Alih media melalui proses reprodukasi digital merupakan strategi yang banyak

dipilih oleh perpustakaan, arsip maupun museum di seluruh dunia, karena memberikan

sejumlah pendekatan alternatif untuk keperluan yang berbeda, antara lain sebagai contoh:

gambar yang ada pada bahan pustaka langka yang sudah rapuh yang tidak bisa dipegang

lagi tetap bisa dilihat dalam bentuk lain, yaitu digital (elektronik).

Jenis bahan pustaka langka memiliki resiko kerusakan yang cukup tinggi baik


(10)

manusia). Kenyataannya memang kita jarang memperhatikan bagimana cara pemeliharaan

bahan pustaka agar terhidar dari resiko kerusakan yang cukup fatal dan dalam

pelaksanaanya kita banyak menjumpai beberapa bahan pustaka yang berdebu, robek, kena

bercakan air, dan berjamur. Akibatnya banyak bahan pustaka yang mengalami kerusakan.

Dari beberapa jenis kerusakan yang berbeda-beda juga menyebabkan pelestarian

bahan pustaka langka harus direncanakan dengan baik dengan memperhatikan nilai

kegunaan dan resiko kerusakan pada bahan pustaka.Untuk dapat melaksanakan kegiatan

pelestarian secara terpadu perlu adanya perencanaan yang baik melalui analisis kebutuhan

yang disertai survai bahan putaka dan survai fasilitas sehingga diperoleh skala prioritas

dalam pelaksanaannya.

Pelestarian dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk melindungi dan memelihara

bahan pustaka sebaik mungkin melalui proses alih media digital agar informasi yang

terkandung di dalam bahan pustaka langka dapat dimanfaatkan secara optimal.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Proses Alih

Media bahan pustaka dengan membahas tentang Pelesatarian Bahan Pustaka Langka

Melalui Proses Alih Media Digitaldi Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit

(PPKS).

1.2 . Tujuan Penulisan

Penulisan Kertas Karya ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran mengenai pelesatarian bahan pustaka langka melalui proses alih


(11)

2. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelesatarian bahan pustaka langka

melalui proses alih media digital di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit

(PPKS) dalam upaya pemeliharaan dan perlindungan koleksi yang sudah di cetak

ataupun koleksi dalam bentuk digital.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan Kertas Karya ini adalah pelestarian bahan pustaka langka melalui proses alih media digital sedangkan lokasi penelitian di Perpustakaan

Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang terletak di Jalan Brigjen Katamso No.

51, Kampung Baru, Medan - 20158 Sumatera Utara.

Pemilihan Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai

lokasi penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan, Pertama Perpustakaan Khusus

PPKS memiliki banyak koleksi langka dan sudah banyak melakukan proses alih media

digital dalam pelestarian koleksi tersebut. Kedua penulis tertarik untuk mengetahui tatacara

proses alih media digital yang dilakukan, sarana dan prasana apasaja yang dibutuhkan

untuk pelestarian bahan pustaka langka serta perlengkapan apa yang harus disiapkan

setelah proses alih media digital.

Koleksi bahan pustaka langka di Perpustakaan PPKS berjumlah lebih dari 5000

judul dan yang sudah di alihmediakan berjumlah lebih dari 650 judul.


(12)

1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membaca, mempelajari

dan menganalisa bahan-bahan berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan tertulis

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Observasi langsung yaitu melakukan pengamatan dan penelitian langsung ke objek yang

diteliti.

3. Data skunder, sumber datanya diambil dari instansi dan lembaga terkait yang

menyangkut struktur organisasi Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit

(PPKS).

1.5. Batasan Istilah

Untuk mempermudah memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka

penulis memberikan beberapa pengertian istilah yang sering digunakan dalam setiap bab

penelitian, diantaranya:

1. Pelestarian (Preservasi) adalah :

Semua kegiatan yang bertujuan untuk memperpanjang umur (daya pakai) bahan

pustaka dan informasi yang ada di dalamnya.Kegiatan tersebut terdiri dari dua aspek,

yaitu aspek pelestarian fisik dokumen, serta aspek pelestarian terhadap informasi yang

dikandungnya (Sulistyo-Basuki. 1991: 271).

2. Bahan Pustaka Langka adalah :

Bahan pustaka yang tidak terbit lagi dalam hal ini bahan pustaka yang memiliki nilai

sejarah, memiliki nilai riset yang tinggi, kondisi fisik yang sudah jelek atau buruk,

penggunaannya yang tinggi, unik dan bahan langka.


(13)

Salah satu kegiatan melestarikan khasanah budaya bangsa dengan mengalih bentuk

dari bentuk asli ke bentuk/media digital. Alih media merupakan proses digitasi yaitu

proses alih media dari media cetak seperti buku, majalah, koran, foto dan gambar ke

dalam bentuk data digital yang dapat direkam, disimpan dan diakses melalui komputer


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka

Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara

efektif dan efisien.Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam

jangka waktu yang relatif lama, perlu suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari

kerusakan, atau setidaknya diperlambat kerusakannya, dan mempertahankan kandungan

informasi disebut sebagai pelestarian bahan pustaka.

Tujuan Pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan kandungan informasi yang

direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialihkan pada media lain, agar dapat dimanfaatkan

oleh pengguna perpustakaan.

Pendapat (Dureau dan Clement, 1990 : 1), yang telah disebutkan sebelumnya

mengandung pengertian bahwa preservasi bahan pustaka ini menyangkut usaha yang

bersifat preventif, kuratif dan juga mempermasalahkan faktor-faktor yang mempengaruhi

pelestarian bahan pustaka tersebut.

Unsur pengelolaan dan keuangan meliputi kegiatan bagaimana mengelola bahan

pustaka agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna dengan baik tanpa mengabaikan pelestarian

bahan pustaka tersebut.Sedangkan dalam hal keuangan dibahas mengenai seberapa besar

anggaran tang dibutuhkan untuk kegiatan pelestarian bahan pustaka, sehingga jelas dalam

mengalokasikan biaya untuk kegiatan tersebut. Kebutuhan untuk keperluan pelestarian harus


(15)

Unsur cara penyimpanan meliputi kegiatan bagaimana memperlakukan

bahan-bahan pustaka dalam pengaturan di tempat penyimpanan. Hal ini penting dan perlu

diperhatikan agar bahan pustaka yang dimiliki tidak cepat rusak, sebab sering kita jumpai

jilidan buku rusak sebelum buku itu digunakan. Lalu harus diperhatikan di mana bahan

pustaka itu harus disimpan dan dipertimbangkan, oleh siapa yang menyimpan, alat-alat

bantu apa yang dibutuhkan untuk penyimpanan dan untuk kegiatan pelestarian pada

umumnya. Alat-alat tersebut misalnya alat-alat untuk keperluan penjilidan, alat angkut

berupa kereta dorong dan lain-lain.

Tarap tenaga kerja yang diperlukan dalam rangka kegiatan pelestarian bahan

pustaka ini menyangkut kuantitas dan kualitas, maksudnya berapa banyak tenaga yang

dibutuhkan dan dengan kualifikasi bidang apa serta tingkat kemampuannya. Oleh karena

kegiatan preservasi bahan pustaka ini bersifat preventif disamping juga kuratif, diperlukan

kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihak, baik oleh pustakawan, tenaga administrasi,

dan pengguna perpustakaan.

Setiap perpustakaan perlu menyusun kebijakan pemeliharaan bahan pustaka,

karena kebijakan ini berkaitan dengan perencanaan keuangan perpustakaan. Dalam hal ini

perlu dicermati, apabila Perpustakaan Khusus PPKS telah menetapkan untuk

mempertahankan koleksi buku langka, maka perlu ditetapkan pula kebijakan pelestarian

jangka panjang karena hal tersebut memerlukan biaya besar, tempat penyimpanan dan pada

akhirnya biaya pemeliharaan dan perbaikan. Dengan adanya kebijakan pelestarian ini,

semua hal yang disebutkan tadi dapat diatasi dengan baik dan benar.


(16)

Buku adalah salah satu bahan pustaka yang merupakan sumber ilmu pengetahuan

dan sumber informasi.Buku yang sudah tua umurnya, langka dan jarang ditemukan di

pasaran disebut buku langka seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Buku langka ini salah satunya terdapat di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS).Seiring dengan berjalannya waktu buku-buku tersebut banyak yang

mengalami kerusakan, sehingga buku tersebut tidak layak untuk digunakan.Bahan pustaka

tersebut perlu dilestarikan keberadaannya.Pelestarian bahan pustaka pada dasarnya meliputi

pelestarian bentuk fisik aslinya dan kandungan informasi di dalamnya.

Kegiatan pelestarian bahan pustaka dalam bentuk fisik aslinya yaitu kegiatan

pelestarian kondisi fisik koleksi buku langka.Kegiatan ini dilakukan dengan kegiatan

pencegahan (preventif) dan kegiatan perbaikan (kuratif).Kegiatan tersebut bertujuan untuk

mempertahankan dan memperbaiki fisik bahan pustaka sehingga dapat digunakan sesuai

bentuk aslinya. Hal ini sesuai dengan pribahasa mencegah lebih baik dari pada mengobati,

maka kegiatan preventif harus mendapatkan perhatian yang lebih serius karena dilihat dari

sumber daya dan dana. Kegiatan ini akan lebih efektif dan efisien daripada mencoba

melestarikan bahan pustaka yang terlanjur rusak.

Pelestarian bahan pustaka jenis lainnya adalah pelestarian kandungan

informasinya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara mengalihmediakannya ke dalam

format lain yang lebih durable. Bentuk alih media yang dapat dilakukan meliputi fotokopi,

pembuatan mikrofilm, digitalisasi data (magnetic disk seperti disket, optical disk seperti

CD-ROM, dll. (Dureau dan Clement, 1990 : 4). Alasan untuk melakukan pelestarian


(17)

tidak dapat dipertahankan lagi, sedangkan informasinya yang dikandungnya masih

dibutuhkan oleh para pengguna, dan bahan pustaka tersebut tidak tersedia lagi di pasaran.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Bahan Pustaka Langka

Untuk dapat memberikan perlakukan terhadap bahan pusta yang tepat, agar

terhindar dari kerusakan, perlu memahami faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut.

Adapun faktor penyebab kerusakan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor internal

Faktor internal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor buku

itu sendiri, yaitu bahan kertas, tinta cetak, perekat dan lain-lain. Kertas tersusun dari

senyawa-senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai. Penguraian tersebut dapat

disebabkan oleh tinggi rendahnya suhu dan kuat lemahnya cahaya. Kandungan asam pada

kertas akan mempercepat kerapuhannya.

Ada dua penyebab utama kerusakan kimiawi pada kertas yaitu terjadinya oksidasi

dan hidrolisis selulosa (Dureau dan Clement, 1990 : 26). Terjadinya reaksi oksidasi dan

hidrolisis ini menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa kimia ini akan

terurai. Oksidasi pada kertas terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan

jumlah gugusan karbonil dan karboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya

warnah kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi

Hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga

mengurangi kekuatan serat (Martaatmodjo, 1993 : 46).

Kandungan asam di dalam kertas mempercepat reaksi hidrolisis, sehingga


(18)

berbahaya bagi kertas yang harus dihilangkan. Asam yang terbentuk di dalam kertas dapat

terjadi dari bermacam-macam sumber dan cara, baik dari dalam kertas maupun dari udara

sekitar tempat penyimpanan, serta tinta. Disamping itu sifat asam yang lebih mudah

berpindah tempat, menyebabkan keasaman kertas dapat diperoleh dari kotak karton dan

kertas sampul atau pembungkus yang mengandung asam, apabila terjadi kontak langsung

di antara bahan-bahan tersebut (Razak, 1992 : 17)

Harvey (1993 : 60) juga menjelaskan bahwa keasaman pada kertas akan

meningkat dengan ditambahnya bahan pemutih pada kertas, penggunaan tinta tertentu,

polusi udara dan perpindahan asam. Penggunaan bahan tersebut dapat ditemukan pada

buku yang diterbitkan saat ini. Buku tersebut telah mengalami penurunan mutu kertas

karena meningkatnya penggunaan alum-rosing sizing dan penggunaan pembuatan pulp

secara mekanik yang akan menghasilkan tingkat keasaman yang tinggi pada kertas.

Bahan-bahan tersebut akan meninggalkan residu yang bersifat asam, yang akan

mengakibatkan kertas menjadi rapuh. Untuk menetralkan asam pada bahan pustaka

menurut Boone harus menggunakan larutan alkali dalam pelarut organik (non aqueous

solution) dan tidak direkomendasikan menggunakan larutan alkali dalam air karena dapat

menyebabkan (melunturkan) tinta ke seluruh permukaan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor luar

dari buku, dapat dibagi dalam faktor lingkungan, faktor manusia dan bencana alam.

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi yang


(19)

a. Suhu dan Kelembaban Udara

Faktor iklim seperti suhu dan kelembaban merupakan penyebab kerusakan

bahan pustaka.Tingkat suhu dan kelembaban nisbi selama penyimpanan jangka

panjang bahan pustaka diketahui berdampak nyata pada pelestarian. Oleh karena

itu, kedua variabel tadi harus berada pada suatu tingkat yang harus tetap di

pertahankan di ruang penyimpanan dan ruang baca. Semakin rendah suhu

penyimpanan dan kelembaban udara, makin lama bahan kertas dapat

mempertahankan kekuatan fisiknya (Dureau dan Clement, 1990 : 8).

Sebaliknya apabila suhu udara tinggi dapat mengakibatkan kertas menjadi

rapuh, warnah kertas menjadi kuning.Apabila kelembaban nisbi juga tinggi, maka

dapat mengakibatkan buku menjadi lembab. Hal ini dapat menyebabkan buku

mudah diserang jamur, rayap, kecoa, kutu buku dan ikan perak sehingga

mengakibatkan buku menjadi rapuh dan mudah robek (Martoatmodjo, 1993 : 44).

Jadi suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

bahan pustaka.Hal ini juga dikatakan oleh Ross Harvey (1993:42), bahwa suhu dan

kelembaban dapat meningkatkan reaksi kimia dan secara langsung berdampak pada

struktur fisik koleksi perpustakaan.

b. Serangga dan Binatang Pengerat

Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka, seperti kecoa, rayap,

kutu buku dan lain-lain.Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak

buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap.


(20)

Kecoa seringkali ditemui di salah satu sudut di dalam maupun di luar

rumah atau perpustakaan.Sudut ini merupakan tujuan utama mereka, karena

biasanaya di tempat ini banyak terdapat makanan yang dapat dinikmati sekaligus

dapat dijadikan tempat bersarang yang baru.

Kecoa kebanyakan hidup di daerah tropis yang kemudian menyebar ke

daerah subtropis, bahkan sampai ke daerah dingin. Serangga yang hidupnya

mengalami metamorposis tidak sempurna ini memang sangat menyukai

tempat-tempat yang kotor dan bau.Bergelut dengan kotoran dan bau tidak menjadikan

kecoa rentan terhadap penyakit.Sebaliknya, serangga ini justru termasuk serangga

yang mampu bertahan hidup dalam kondisi ekstrim.Kemampuan beradaptasi tidak

perlu diragukan lagi.

Buku merupakan salah satu bahan yang menjadi makanan kecoa. Bagian

buku yang menjadi makanan utama kecoa adalah kanji dan perekat sampul buku

yang dimakannya sampai habis, serta kain-kain pada punggung buku, tetapi

jarang menembus ke dalam buku. Ciri-ciri buku yang terserang kecoa dapat

dilihat dari noda hitam yang berasal dari cairan pekat berwarna hitam, yang

dikeluarkan oleh kecoa dan noda tersebut sulit untuk dihilangkan (Razak, 1992 :

21).

2. Rayap

Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi, yang selalu

dikaitkan dengan "si perusak" .Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan

gerakan komunitinya dapat meruntuhkan bagian rumah atau gedung.Serangga ini


(21)

berkembang sempurna. Pada dasarnya rayap merupakan bagian dari komponen

lingkungan biotik yang memainkan peranan penting, seperti dapat membantu

manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu untuk

mengembalikannya sebagai unsur hara dalam tanah. Namun karena perubahan

kondisi habitat akibat aktivitas manusia, sangat potensial mengubah status rayap

menjadi serangga hama yang merugikan.

Serangga ini memang tidak mengenal kompromi dan melihat kepentingan

manusia, dengan merusak mebel, buku-buku, kabel-kabel listrik, telepon, serta

barang-barang yang disimpan.Di Perpustakaan rayap masuk ke dalam rak-rak

kayu, memakannya samapai habis dan masuk ke dalam buku-bukunya. Kehadiran

pada buku rayap dapat terlihat dari bekas tanah yang tertinggal di kertas hingga

jilidannya (Razak, 1992 : 23). Hal ini disebababkan karena semua rayap makan

kayu dan bahan berselulosa (salah satunya buku) dan itu adalah menu

utamanya.Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang

tebalnya beberapa sentimeter Dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis

rayap terdapat protozoa flagellata, yang ternyata berperan sebagai simbion untuk

melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap

selulosa.

3. Kutu Buku

Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1-2 mm dan tidak

berwarna sehingga tidak kelihatan.Hama ini sangat kecil sehingga terkadang


(22)

besar dan memiliki rahang bawah yang cukup kuat.Kutu buku betina dapat

bertelur 20 sampai 100 butir terletak secara tersebar atau secara berkelompok.

Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian punggung buku dan

pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas sehingga huruf-hurufnya dapat

hilang (Martoatmodjo, 1993 : 38). Makanan utama yang paling disukai oleh kutu

buku adalah perekat, glue, dan kertas-kertas yang ditumbuhi jamur. Biasanya

kehadiran kutu buku dapat diketahui dari telur yang ditinggalkan atau sisa

bangkai yang menempel di dekat jilidan atau bagian pada kertas (Razak, 1992 :

23).

4. Tikus

Hewan jenis ini banyak terdapat di Indonesia.Hewan yang terkenal sangat

rakus ini tidak hanya berbahaya bagi para petani di ladang dan sawah, tetapi juga

bagi penghuni rumah dan juga perpustakaan.Ada berbagai jenis tikus, tetapi tidak

semua jenis tikus dikenal sebagai perusak buku.

Binatang ini biasanya memakan buku-buku yang disimpan dalam gudang

dan kadang-kadang kertas disobek-sobek dan dikumpulkan untuk dijadikan

sarang (Razak, 1992: 24).

c. Cahaya

Sumber cahaya digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua,

yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik.Cahaya dapat berakibat buruk pada


(23)

kimiawi bahan-bahan organik, terutama cahaya ultraviolet (UV) dengan gelombang

yang lebih tinggi yang bersifat sangat merusak.Dalam ruang baca bahan langka

tingkat cahaya yang menyinari bahan pustaka harus rendah tetapi masih tetap

nyaman untuk kegiatan membaca.Selain itu cahaya matahari langsung juga harus

dihindarkan. Cahaya ini biasanya masuk lewat jendela atau celah-celah kecil yang

dapat dilalui sinar matahari (Dureau dan Clement, 1990 : 10).

Sinar matahari yang terdiri dari sinar ultraviolet, mempunyai panjang

gelombang yang kecil, sehingga dapat berbahaya bagi buku. Kertas yang terkena

panas akan mengalami kerusakan dan warnanya berubah menjadi kuning dan rapuh.

Jenis-jenis kerusakan lain yang diakibatkan karena pengaruh sinar ultraviolet adalah

memudarnya tulisan, sampul buku, dan bahan cetak (Martoatmodjo, 1993 : 45).

d. Debu

Debu merupakan salah satu partikel-partikel kecil yang terdapat dalam

udara.Partikel-partikel debu yang ada di udara ini dapat menyebabkan polusi udara

dan juga membahayakan kehidupan manusia.Selain dampak tersebut debu juga

berdampak negatif terhadap buku.Debu-debu tersebut dapat masuk ke ruang

perpustakaan melalui jendela, pintu, lubang angin perpustakaan maupun celah-celah

kecil. Debu yang masuk ke perpustakaan dapat mengakibatkan kerusakan fisik, juga

mengandung pencemaaran udara bentuk gas yang menimbulkan keasaman pada

kertas (Dureau dan Clement, 1990 : 8).

Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang

meningkatkan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan


(24)

tercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku dan

merupakan makanan bagi serangga-serangga (Martoatmodjo, 1993 : 44)

e. Jamur

Kehadiran jamur pada buku dapat terjadi bila keadaan buku berdebu, kotor

dan lembab.Jamur dikenal sebagai tumbuhan saprofit atau parasit. Jamur

berkembang biak dengan spora, biasanya spora ini dapat menyebar di udara dan

apabila menemukan lingkungan yang cocok, maka spora tersebut akan berkembang

biak. Oleh karena itu, pada tempat-tempat yang terdapat banyak makanan, jamur

akan berkembang biak dengan sangat subur apalagi bila cuaca pada tempat itu

lembab. Pada buku, bagian yang cepat terserang jamur adalah pinggir atas buku,

kemudian kulit dan punggung buku. Bagian ini merupakan yang biasa

menyarangkan debu dan mudah lembab (Martoatmodjo, 1993 : 45). Secara umum

dalam pertumbuhannya jamur membutuhkan suhu yang hangat yaitu berkisar antara

25 C atau lebih, kelembaban berkisar antara 70 % RH atau lebih, dan penerangan

yang kurang serta sirkulasi udara yang buruk (Harvey, 1993 : 45)

2) Faktor Manusia

Dalam hal-hal tertentu, manusia dapat juga digolongkan sebagai musuh

buku.Sadar atau tidak sadar, sengaja tidak sengaja, kenyataan telah membuktikan bahwa

telah banyak terjadi kerusakan buku karena perbuatan manusia. Perilaku perusakan buku

baik disengaja maupun tidak disengaja disebut vandalisme (Harvey, 1993 : 47)

Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia ini disebabkan oleh

pemakai perpustakaan maupun petugas perpustakaan itu sendiri. Pemakai perpustakaan


(25)

tidak sengaja mereka membuat lipatan tanda batas baca, atau membaca dengan melipat

buku ke belakang yang mengakibatkan perekat buku dapat terlepas, sehingga

lembaran-lembaran buku mudah lepas dari jilidannya. Kerusakan bahan pustaka dalam ruangan baca

disebabkan oleh para pemakai ceroboh dan oleh perlengkapan yang rusak (Dureau dan

Clement, 1990 : 20).

Di lain pihak petugas perpustakaan sendiri secara tidak sadar dapat menimbulkan

kerusakan-kerusakan, misalnya penempatan buku yang terlalu padat di dalam rak

menyebabkan punggung buku dan kulit buku mudah rusak, buku-buku berukuran besar

yang dipaksakan masuk dalam rak yang bukan ukurannya membuat buku cepat koyak

pada tepi atas atau bawahnya. Petugas perpustakaan yang tidak memiliki rasa sayang

kepada buku, dan tidak pernah belajar bagaimana cara memelihara dan merawat buku

dapat membuat kesalahan fatal, sehingga menimbulkan kerusakan pada buku

(Martoatmodjo, 1993 : 46).

3. Faktor Bencana Alam a. Api

Api bagi manusia mempunyai dua sifat yaitu menguntungkan dan merugikan.

Misalnya dalam kegiatan sehari-hari ibu rumah tangga api sangat berguna untuk aktifitas

memasak. Api juga dapat merugikan manusia hal ini terjadi bila adanya kelalaian dalam

penggunaannya, salah satu akibatnya adalah dapat menimbulkan terjadinya kebakaran.

Dalam dunia perpustakaan, api juga merupakan bahaya utama. Banyak koleksi

bahan pustaka berharga yang mengalami kerusakan berat bahkan dapat musnah.

Perlindungan terhadap bahaya ini dapat dimulai dengan desain arsitek dan memperbaiki


(26)

dapat menjadi cerobong penyebaran api perlu dihindari (Dureau dan Clement, 1990 :

14).

b. Air

Bahaya yang disebabkan oleh air bukanlah merupakan satu hal yang baru. Selain

menimbulkan kerusakan secara langsung pada buku, air juga dapat meningkatkan

prosentase kelembaban di dalam ruangan perpustakaan, sehingga buku dan bahan

pustaka lainnya dapat menjadi lembab dan mudah terserang jamur atau hama lainnya.

Air dapat ditimbulkan dari berbagai faktor seperti air laut pasang, sungai meluap

atau banjir dan hujan terus menerus, kerusakan saluran persediaan air minum, air

buangan pipa pemasan Sentral, alat pendingin udara rembesan dinding, jendela terbuka

dan sebagainya. Usaha melawan api dengan air seringkali justru memberi dampak lebih

besar dan luas dari pada apinya itu sendiri. Perawatan dan pemeliharaan gedung secara

teratur dan penyusunan arsitektur yang memadai merupakan hal-hal yang dapat

menghindarkan koleksi dari air (Razak, 1992 : 29).

2.4 Cara-cara Pelestarian dan Penanganan Koleksi Buku Langka

Pelestarian adalah kegiatan untuk merawat, menjaga dan melestarikan bahan pustaka

baik kondisi fisiknya maupun informasi yang dikandungnya agar terjaga dalam keadaan

baik.Kegiatan pelestarian buku langka adalah kegiatan yang meliputi usaha-usaha mencegah

dan memperbaiki koleksi buku langka yang mengalami kerusakan.

Koleksi ini sering mengalami kerusakan dengan sendirinya karena bahan pembuat

kertas buku langka itu sendiri bersifat asam yang merupakan bahan organik yang mudah


(27)

disebutkan di atas, antara lain kelembaban karena pengaruh uap air, atau kekeringan karena

pengaruh panas terhadap ruangan koleksi, polusi udara, manusia, serangga, binatang

pengerat dan lain-lain.

Koleksi buku langka yang belum rusak agar tidak terkontaminasi perusak koleksi

tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan. Sedangkan untuk

bahan pustaka yang sudah mengalami kerusakan perlu dilakukan perbaikan agar kerusakan

tidak menjadi lebih parah, sehingga proses kerusakan terhenti. Kegiatan-kegiatan ini sangat

penting untuk dilakukan mengingat pentinya koleksi ini bagi perpustakaan dalam

pemenuhan kebutuhan informasi pengguna.Jadi ketersediaan koleksi buku langka harus

dalam keadaan yang memenuhi, baik kondisi fisiknya maupun kandungan informasinya.

Dalam bukunya Karmidi Martoatmodjo (1997 : 68) menyebutkan bahwa kegiatan

pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan untuk :

1. Menghindarkan dan menyelamatkan koleksi agar tidak dimakan oleh serangga atau

dirusak binatang pengerat.

2. Memperbaikikerusakan dan mengobati koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena

jamur.

3. Menghindarkan koleksi dari penyakit maupun kerusakan lainnya.

4. Menjaga kelestarian fisik bahan pustaka

5. Menjaga kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka

6. Menyadarkan pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan bahwa bahan

pustaka bersifat rawan kerusakan

7. Mendidik para pemakai untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga


(28)

8. Menghimbau semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan

untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan

Usaha-usaha melakukan pencegahan kerusakan koleksi buku langka harus dilakukan

sejak dini, kegiatan ini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat dari pada

melakukan perbaikan koleksi buku langka yang sudah para keadaannya.Dengan melakukan

kegiatan pencegahan kerusakan koleksi buku langka sejak dini, biaya pelestarian koleksi

buku langka dapat lebih ditekan.

2.5Proses Alih Media Digital

Salah satu kegiatan melestarikan khasanah budaya bangsa dengan mengalih bentuk

dari bentuk asli ke bentuk media digital. Alih media merupakan proses digitasi yaitu proses

alih media dari media cetak seperti buku, majalah, koran, foto dan gambar ke dalam bentuk

data digital yang dapat direkam, disimpan dan diakses melalui komputer atau media digital

lainnya.

Beberapa hal yang melatar belakangi perlunya dilakukan kegiatan alih media yaitu :

1. Mengatasi kendala kekurangan ruangan

Setiap perpustakaan tentu melakukan kegiatan pengadaan koleksi untuk

menambahkelengkapan koleksi yang dimilikinya.Biasanya pertumbuhan dan

perkembangan koleksiini tidak diimbangi oleh perluasan ruangan perpustakaan.Akibatnya

rak-rak yang tersediauntuk menampung koleksi tahun demi tahun semakin penuh sesak,

sehingga membuatruangan perpustakaan tidak nyaman lagi.Salah satu upaya mengatasi

masalah ini adalahdengan melakukan kegiatan alih media dari bentuk asli ke bentuk

digital (CD).


(29)

Kebanyakan bahan pustaka yang dikoleksi perpustakaan adalah bahan pustaka

dalambentuk tercetak yang terbuat dari kertas seperti buku, majalah, jurnal, surat kabar,

skripsi,tesis, desertasi, arsip-arsip penting dan dokumen-dokumen lainnya yang bernilai

historis.Tentunya bahan pustaka tersebut tidaklah dapat bertahan terlalu lama, seiring

denganbertambahnya usia fisik dokumen tersebut ada banyak hal yang menyebabkan

kerusakandari segi fisiknya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam

upayamenyelamatkan informasi yang terdapat dalam bahan pustaka tersebut maka

perludilakukan kegiatan alih media.

3. Kelangkaan

Salah satu fungsi perpustakaan adalah mengumpulkan dan melestarikan khazanah

karyamanusia terutama yang menjadi ruang lingkup koleksi dari jenis perpustakaan

tersebut.Dari sekian banyak bahan pustaka yang di koleksi perpustakaan tentu terdapat

jugakoleksi-koleksi yang bernilai historis dan langka.Koleksi yang bernilai historis

danlangka harus dilestarikan baik dari segi fisiknya maupun segi isi

informasinya.Upayapelestarian koleksi yang bernilai historis dan langka ini salah satunya

adalah denganmelakukan kegiatan alih bentuk dari fisik ke bentuk digital atau disk.

4. Perkembangan teknologi informasi

Perkembangan teknologi informasi terutama komputer dan perangkat terkait

lainnyamembawa dampak yang sangat positif dalam kegiatan di

perpustakaan.Kehadiranteknologi informasi harus diterima dan dimanfaatkan di

perpustakaan, karena :

a. Tuntutan terhadap mutu dan jumlah layanan,


(30)

c. Kebutuhan untuk mengefektifkan SDM,

d. Tuntutan terhadap efisiensi waktu,

e. Keragaman informasi yang dikelola,

f. Kebutuhan akan ketepatan dan kecepatan layanan informasi.

2.6 Teknologi Media 1. Teknologi

Menurut Sharon E. Smaldino dan James D. Russel (2008), teknologi berasal dari Yunani,

Teckne berarti kerajinan dan logia berarti keterampilan. Teknologi adalah istilah yang

berhubungan dengan penggunaan dan pengetahuan tentang alat dan keterampilan

(Instructional Technology and Media for Learning, 4)

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, definisi Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi

dari alat, mesin, material, dan proses menolong manusia menyelesaikan masalahnya.

Teknologi dikenal sebelum sains dan teknik.

Definisi lainnya, teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam

bagaimana menggabungnya sumberdaya untuk memproduksi produk yang diinginkan.

Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan.

Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah pengetahuan teoritis pada masalah

praktis.Jadi pemahaman tentang Teknologi tidak dapat dipisahnya dari Ilmu Pengetahuan

Alam dan rekayasa. Ilmu pengetahuan akan memperoleh ilmu rekayasa, sedangkan teknologi

adalah hasil dari proses rekayasa.


(31)

Dalam Buku Instructional Technology and Media for Learning (Sharon E. Smaldino dan

James D. Russel, 6) Media merupakan bentuk jamak dari medium yang artinya sarana

komunikasi.istilah ini mengacu pada sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan

penerima. Enam kategori dasar media adalah teks, audio, visual, video, manipulatif (objek),

dan orang-orang (teknisi).Tujuan media adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan belajar.

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk kedua dari medium.

Secara harfiah berarti perantara atau pengantar.Pengertian umumnya adalah segala sesuatu

yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan

pesan.Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk

memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana penyalur pesan agar

dapat dirangsang oleh otak, perasaan dan kemauan kita.

3. Alat Teknologi Media Perangkat Keras

Untuk melakukan proses pemindaian (Scanning) diperlukan perangkat keras (hardware)

komputer dan juga pemindai (Scanner).Sebelum memulai proses pemindaian (Scanning)

perlu diketahui terlebih dahulu kebutuhan pemindai (Scanner) yang sesuai.

Berikut beberapa rincian perangkat yang diperlukan beserta tips yang berhubungan

dengan masing-masing komponen alat yang dimaksud ;

a.Komputer

Beberapa komponen yang berhubungan dengan perangkat komputer adalah:


(32)

Saat ini terdapat system opersi yang popular dan banyak digunakan yaitu Microsoft windows

dan Macintosh.(Khususnya di Negara Indonesia pemakaian terbanyak menggunakan system

operasi Microsoft windows).Walau demikian keputusan untuk menggunakan jenis system

operasi tergantung dari program yang sedang berjalan dan mendukung kinerja

institusi.Khusus untuk sistem operasi yang berfungsi menjalankan server dan jaringan

komputer saat ini terdapat pilihan untuk menggunakan sistem LINUX/ Unix.Sistem operasi

ini banyak digunakan karena kehendaknya dan tanpa biaya lisensi yang mahal untuk

mendapatkannya.

2).Processor

Dalam melakukan proses pengolahan gambar dan multimedia diperlukan kualitas processor

yang memadai.Saat ini perkembangan Processor sudah berkembang pesat.Istilah Pentium

QuadCore yang merupakan istilah tingkatan kelas Processor tertinggi untuk saat

ini.Sebelumnya kita telah mengenal istilah Pentium II, III, IV,DualCore.Artinya bila kita

menggunakan kelas Processor yang lebih tinggi maka kenyamanan dan kehandalan dalam

melakukan tugas alih media digital akan lebih dirasakan.

3).Memori

Begitu juga dengan kapasitas memori atau RAM (Random Akses Memori) diperlukan

kapasitas yang cukup memadai untuk menampilkan dan menampilkan proses manipulasi

gambar dan multimedia.Disarankan kapasitas RAM yang dimiliki sekurang-kurangnya

sebesar 500 MB hingga GB atau lebih besar lagi.

4).Kapasitas Hard Disk

Diperlukan tidak hanya untuk sekedar menjalankan sistem apliksi,namun berfungsi juga


(33)

kapasitas hard disk tergantung dari kebutuhan seberapa banyak sumber materi yang

dikerjakan.

5).Layar Monitor

Memilki peran penting dalam menampilkan gambar dan multimedia secara visual.Terdapat

beberapa pilihan jenis dan ukuran layar monitor.Pilihlah layar monitor yang sesuai dengan

kebutuhan dan kenyamanan untuk bekerja.Disarankan menggunakan layar monitor minimal

ukuran 17inch dengan tampilan 24bit warna (16.8 juta warna),atau bisa memilih hingga

ukuran 19inch.Saat ini bentuk layar monitor sudah berbentuk layar datar (flat) dengan tingkat

radiasi cahaya yang rendah sehingga aman untuk kesehatan mata.Untuk kelas konsumen kini

terdapat pula layar monitor dengan bentuk tipis/LCD.Namun untuk kebutuhan pekerjaan

grafis dan multimedia tidak begitu disaran karena terdapat beberapa kekurangan dalam hasil

tampilan digital.Kecuali untuk jenis dan merk LCD tertentu seperti produk apple,QUATO,dan

vendor lainnya yang khusus untuk kualifikasi pekerjaan digitalisasi dan grafis secara

profesional.

6) Media Penyimpanan Data/Back Up

Diperlukan untuk menyimpan data master yang dihasilkan dari proses alih media. Biasanya

media ini berupa hard disk eksternal dengan kapasitas beragam, mulai dari 80

GB,120GB,hingga 1 terabyte.Sesuaikan pilihan dengan kebutuhan dan kemampuan biaya

yang tersedia.

b.Scanner

1).Flatbed Scanner

Merupakan perangkat yang popular digunakan untuk proses pengambilan gambar


(34)

fotokopy,yaitu terdapat lampu sensor yang berjalan didaerah permukaan kaca tempat sumber

dokumen atau naskah yang akan di alih mediakan tersebut disimpan.Terdapat berbagai

kemampuan untuk melakukan alih media dari berbagai bentuk dokumenseperti kerta

cetak,transparan .dan film slide 35mm.Untuk ukuran fisik pemindai (scanner) harus

disesuaikan juga dengan ukuran dokumen yang akan dialih mediakan,misalnya berukuran A4

atau A3.

Beberapa spefikasi yang berhubungan dengan flatbed scanner adalah :

a).Nilai Resolusi

Minimal 600 dpi hingga 2000-3000dpi.Untuk melakukan proses pemindaian (scanning)

dengan sumber dokumen transparasi dan film negative,direkomendasi kan menggunakan

resolusi yang cukup tinggi.

b).Kedalaman Warna (bit depth)

Minimal 36 bits, hingga 48 bits direkomendasikan memiliki nilai yang lebih tinggi atau yang

lebih umum tersedia.

c).Penghubung USB

Untuk menghubungkan computer dan perangkat pemindai (scanner) pada umumnya

menggunakan penghubung USB yang saat ini sudah lazim tersedia di setiap komputer.

d).Media Transparan (transparan adapter)

Bila bermaksud mengalih mediakan dokumen dalam bentuk transparan pemindai (scanner)

yang digunakan harus menyediakan fungsi tambahan berupa media transparan (transparent

adapter).Pemindai (scanner) biasa secara standar tidak menyediakan fasilitas tersebut,artinya

harus dipastikan pada saat membeli alat tersebut.


(35)

Selain flatbed scanner,untuk melakukan proses pengambilan gambar dari media transparan

atau film slide dalam kapasitas yang cukup banyak disarankan untuk menggunakan pemindai

scanner film secara khusus karena dapat menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik,

walaupun dari sisi harga jauh lebih mahal dibandingkan dengan flatbed scanner. Spesifikasi

untuk film scanner ini minimal memiliki resolusi 2000 dpi (dot per inch) dengan kedalaman

warna (bit depth) minimal 48 bit atau yang lebih besar lagi.Menggunakan penghubung USB

atau firewire sehingga dapat dioperasikan oleh komputer.

3)Scanner Ukuran Besar (A0)

Untuk melakukan proses alih media dari sumber dokumen yang berukuran besar (A0) seperti

gambar peta atau dokumen lainnya, perlu digunakan pemindai (scanner) khusus yang sesuai

dengan ukurannya. Karena menghasilkan ukuran gambar yang besar maka resolusi yang

dimilikinya cukup tinggi antara 3000-4000 dpi.Dari sisi harga, pemindai (scanner) jenis ini

cukup mahal tergantung dari jenis merk dan tipe yang tersedia.Umumnya alat penghubung

yang digunakan adalah USB atau firewire.

4).Microfilm Scanner

Untuk proses alih media gambar dari microfilm atau mikrofis terdapat alat pemindai (scanner)

khusus untuk melakukannya. Saat ini beberapa perpustakaan yang pada proses awalnya

mengalihmediakan sumber bahan perpustakaan dalam bentuk microfilm kini beralih kedalam

bentuk digital, mengingat alat untuk membaca microfilm bagi pemustaka kurang praktis dan


(36)

ini memiliki ukuran resolusi yang cukup tinggi minimal 2000 dpi dan menggunakan alat

penghubung USB.

5).Scanner Otomatis

Cara kerja flatbed scanner biasa dilakukan secara manual dengan menyimpan setiap lembar

dokumen satu persatu untuk menghasilkan beberapa file digital. Tentunya hal ini akan cukup

melelahkan jika anda melakukan scan judul satu judul buku yang terdiri dari ratusan halaman.

Terdapat pemindai (scanner) otomatis untuk memudahkan proses tersebut, salah satunya

adalah pemindai (scanner) BooksDrive. Melalui pemindai (scanner) ini cukup disimpan buku

yang dimaksud dengan tekan tombol satu kali saja maka proses alih media akan dilakukan

secara otomatis. Pemindai (scanner) ini digunakan hanya untuk koleksi buku yang secara fisik

masih bagus dan terjilid, bukan untuk lembaran naskah yang kondisinya sudah rusak dan

dalam bentuk lembaran saja.

6).Pemnindai (scanner)

Pemindai (scanner) ini memiliki multi fungsi, yaitu selain untuk menghasilkan file digital,

juga dapat digunakan untuk menghasilkan microfilm sekaligus. Format ukuran dokumen yang

dialihmediakan pun bisa diatur, mulai dari ukuran besar seperti surat kabar dan majalah,

hingga ukuran tertentu.

Alat yang ditawarkan terdiri dari dua tipe, yaitu yang bisa menghasilkanformat file digital

berwarna (true-colour) dan hitam putih (black and white).

c.Kamera Digital

Teknologi kamera digital saat ini sudah menggantikan kamera yang sebelumnya

menggunakan film.Hasil pemotretan kamera digital bisa langsung dilihatmelalui layar LCD


(37)

gambar.Juga dalam hal media penyimpanan gambar sudah tidak lagi menggunakan rol film

namun menggunakan kartu memori dengan kapasitas penyimpanan yang cukupbesar bahkan

bisa memuat ratusan gambar foto (tergantung dari ukuran kapasitas kartu memori).

Berikut beberapa spesifikasi khusus yang berhubungan dengan kamera digital, di antaranya

adalah:

1.Resolusi

Untuk menghasilkan file master gambar yang berkualitas diperlukan resolusi kamera yang

cukup tinggi. Minimal resolusi yang diperlukan adalah 8 mega pixel atau lebih tinggi lagi.

2.Lensa

Mampu menangkap sumber gambar dengan cepat (f/3.5) dengan fungsi lensa zoom untuk

pengambilan gambar jarak dekat (makro) dengan ukuran equivalen 35mm hingga 105mm.

3.Kepekaan (sensitivity)

Pengaturan ISO pada kamera digital dapat disesuaikan hingga ukuran tingkat kepekaan

50/100/200/400.

4.Mode White Balance

Dapat difungsikan secara manual.

5.Layar LCD Berwarna

Fasilitas ini disediakan untuk melihat hasil pemotretan gambar yang telah dilakukan.

6.Fasilitas Penghubung USB

Diperlukan untuk menghubungkan kamera dengan komputer buntuk memindahkan hasil

gambar yang akan diolah atau diedit.


(38)

Perangkat ini memiliki kegunaan untuk mengatur penyimpanan kamera pada posisi tertentu

pada saat pengambilan gambar. Tripod digunakan pada saat pemotretan dengan posisi berdiri,

sedangkan penjepit kamera dipasang pada media datar , misalnya sebuah meja dengan sasaran

objek dokumen di bagian bawah.

8.Lampu

Untuk menghasilkan gambar yang baik pada saat dilakukan pemotretan diperlukan

pencahayaanyang menerangi objek dokumen yang (pencahayaan pada saat pemotretan tidak

menggunakan lampu flash).Lampu yang digunakan tidak harus lampu khusus studio yang

tentu harganya cukup mahal.Namun anda bisa memanfaatkan lampu meja biasa dengan lampu

neon (bukan pijar) yang cukup terang.

9).Ligh Meter

Alat ini berguna untuk mengukur keserasian pencahayaan yang berada dilingkungan studio

pada saat pemotretan.Alat ini dapat menentukan satuan ukuran yang bisa disesuaikan dengan

perangkat kamera digital yang digunakan dengan cukup akurat, sehingga menghasilkan

tingkat penerangan cahaya yang memadai.

d.Video Handycam

Kamera video digital diperlukan untuk melakukan proses alih media bahan perpustakaan

dalam bentuk rekaman dokumentasi melalui media video kaset. Untuk media kaset dengan

tipe DV/ mini DV diperlukan sebuah handycam digital yang berfungsi untuk memutar dan

mentrasfernya kedalam komputer yang selanjutnya dilakukan proses pengeditan dan

pengemasan. Terdapat berbagai tipe dan merk handycam yang bisa menjadi pilihan anda

sesuai dengan kebutuhan.


(39)

Melakukan proses alih media bahan perpustakaan rekaman suara yang berasal dari media

kaset pita diperlukan perangkat tape player (alat untuk memutar kaset pita) Untuk

menghubungkan dengan perangkat komputer agar dapat melakukan proses konservasi dan

pengeditan file audio digital diperlukan perangkat sound csrd dan kabel audio stereo.

4. Alat Teknologi Media Perangkat Lunak (software)

Untuk mengoperasikan perangkat keras dan mejalankan proses alih media digital diperlukan

system aplikasi perangkat lunak (software) yang sesuai dengan fungsinya.

BAB III

GAMBARAN UMUM PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA LANGKA MELALUI PROSES ALIH MEDIA DIGITAL DI PERPUSTAKAAN KHUSUS PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

3.1 Sejarah Perpustakaan Khusus PPKS

Keberadaan Perpustakaan PPKS tidak lepas dari keberadaan PPKS itu sendiri, sejalan

dengan sejarah PPKS maka sejalan pula dengan sejarah Perpustakaan PPKS. Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) telah berdiri semenjak tahun 1916 dan dikenal dengan namaAlgemeen

Proefstation der A.V.R.O.S. (A.P.A.) yang didirikan oleh Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra (A.V.R.O.S.).Bersamaan dengan berdirinya A.P.A.


(40)

turut serta di sediakan satu ruangan khusus yang berfungsi sebagai perpustakaan yaitu

Bibliotheek van het A.P.A.

Adapun untuk saat ini kedua ruangan Bibliotheek van het A.P.A. tetap masih dapat dilihat

di keberadaannya.ruangan ini merupakan bagian dari ruangan yang terdapat di gedung induk di

komplek perkantoran PPKS. Seiring dengan perkembangan, Bibliotheek van het A.P.A.juga

mengalami perubahan baik dari segi nama maupun ruangan. ssaat ini dikenal dengan nama

perpustakaan PPKS yang merupakan jenis perpustakaan khusus. massuknya Perpustakaan PPKS

sebagai perpustakaan khusus dikarenakan keberadaan perpus PPKS sebagai penunjang utama

dalam memenuhi kebutuhan literatur dan informasi para peneliti, dan sesuai dengan keberadaan

PPKS itu sendiri sebagaipusat penelitian di bidang perkebunan kelapa sawit. Tetapi dalam

pelaksanaannya, perpustakaan PPKS tetap memberikan layanan kepada masyarakat umum yang

memerlukan informasi tentang pertanian khususnya kelapa sawit.

Pada tanggal 26 Oktober 2010 Perpustakaan PPKS telah diresmikan untuk penempatan

ruangan baru terdiri dari 2 lantai.pada lantai 1 akan di temui bagian sirkulasi dan koleksi yang

dapat dipinjam, sedangkan pada lantai 2 diperuntukkan kepada koleksi-koleksi tua (langka) yang

di antaranya terbitan abad 19. Koleksi-koleksi tua ini merupakan warisan tidak ternilai yang

menjadikan Perpustakaan PPKS memiliki nilai lebih sebagai pemilik warisan dalam bentuk

cetak. Bahkan melalui koleksi-koleksi tua ini dapat dijadikan sebagai sumber dalam penulisan

sejarah Indonesia Khususnya perkebunan kelapa sawit di Pantai Timur Sumatera

Sejalan dengan penempatan gedung baru maka Perpustakaan PPKS juga melakukan

pembenahan manajemen koleksi yaang telah memanfaatkan perkembangan teknologi

informasi.Secara perlahan Perpustakaan PPKS telah menyediakan layanan OPAC yang telah


(41)

terbatas, dan sirkulasi yang terintegrasi dengan koleksi. Perpustakaan PPKS juga dalam tahap

melakukan penyelamatan koleksi-koleksi tua dengan melakukan proses alih media. untuk tingkat

Provinsi Sumatra Utara, Perpustakaan PPKS telah mendapat gelar sebagai Perpustakaan Khusus

Terbaik pada tahun 2013.

3.2 Visi dan Misi

Untuk memberikan arah dan tujuan maka Perpustakaan Khusus PPKS mempunyai visi

dan misi sebagai berikut :

1. Visi : Mewujudkan visi PPKS untuk menjadi lembaga penelitian bertaraf

internasional yang mampu menjadi acuan perkelapa sawitan Nasional

2. Misi : Mewujudkan misi PPKS dengan terus melakukan pembaharuan koleksi,

informasi, sarana Prasarana, dan sumber daya manusia (SDM).

3.3 Struktur Organisasi

Perpustakaan PPKS merupakan bagian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit atau dikenal

dengan Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI). Perpustakaan PPKS dikepalai oleh

seorang Penanggung Jawab (Penjab)yaitu Penjab Pustaka. Penjab Pustaka berada di bawah

Kepala Urusan Penelitian dan Kerjasama, yang merupakan bagian dari Bidang Penelitian.

Keberadaan Perpustakaan PPKS dapat dilihat dari gambar Struktur Organisasi Makro pada

halaman berikut ini.

Dalam menjalankan tugas kesehariannya, Penjab Pustaka dibantu oleh 5 orang tenaga


(42)

perpustakaan melayani pengguna yang dapat menelusuri koleksi pada dua ruang koleksi di lantai


(43)

(44)

3.4 Sumber Daya Manusia dan Rencana Kerja

Sumber Daya Manusia (SDM) Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit

berjumlah 6 orang dengan rincihan sebagai berikut :

1. Frisda R. Panjaitan, ST, MT. (Penanggung Jawab/Peneliti PAHAM)

2. M. Harvano A, S.Sos. (Pustakawan)

3. Ernawati. (Tenaga teknis pustakawan/Karyawan tetap)

4. Friyandi Syaputra. (Tenaga teknis pustakawan/PKWT)

5. Endra Lesmana. (Tenaga teknis pustakawan/PKWT)

6. Abdurrahman. (Tenaga teknis pustakawan/KHL)

Kegiatan pengembangan SDM dan Perpustakaan yang telah diikuti pada tahun 2013 :

1. Pertemuan Ikatan Pustakawan Indonesia Provinsi Sumatera Utara, IPI Sumut.

2. Seminar National Open Access: The Future of Repositories and Scholarly Publishing,

USU

3. Pendidikan dan Pelatihan Pengelolaan Jurnal, LIPI.

4. Desiminasi MInat Baca Masyarakat Tahun 2013,BPAD Sumut.

5. Pembinaan SDM Perpustakaan Khusus Sumatera Utara Tahun 2013, BPAD Sumut.

6. In-house Traning Manajemen Arsip, PPKS

7. Rapat Kordinasi Realisasi UU Deposit No.4 Tahun 1990, BPAD Sumut

8. Pemilihan Perpustakaan Khusus Terbaik Tingkat Provinsi Sumater Utara (Terbaik I),


(45)

9. Studi Banding ke Sumatera Barat Bersama BPAD Sumut dan Perwakilan dari

Perpustakaan Se-Sumatera Utara, BPAD Sumut.

10.Pemasyarakatan Informasi Jabatan Fungsional Pustakawan Tahun 2013, BPAD Sumut

dan PNRI.

11.Penyusulan Kurikulum, Bahan Ajar, dan Pedoman Penyelenggaraan Diklat Perpustakaan,

BPAD Sumut dan PNRI.

12.Akreditasi Perpustakaan Khusus oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).

13.Kunjungan BPAD Pemkab Labuhanbatu Selatan.

14.Kerjasama PPKS-UNPRI dalam pemanfaatan fasilitas Perpustakaan Khusus PPKS.

Rencana kegiatan Perpustakaan Khusus PPKS medan yang belum dapat

terlaksana pada tahun 2013 :

1. Kuliah bersama, dengan rencana mengundang pembicara Dr. Ir. Chairul Muluk.

2. Seminar perpustakaan, dengan rencana mengundang pembicara Andi F. Noya atau Taufik

Ismail

3. Diskusi pojok petani, yang di rencanakan mengundang Gapoktan Serikat Petani

Indonesia

4. Pengumpulan koleksi grey literature berupa tesis dan disertasi dengan melakukan

kunjungan langsung ke perguruan tinggi.

5. Mengikuti seminar springer

6. Mingikuti diklat mikro TIK

7. Mengikuti diklat/magang perpustakaan dan pengelolaan koleksi tua (antiquariat) di PNRI


(46)

8. Pengadaan alat alih media berupa Atiz Bookdrive Mini

Rencana kegiatan perpustakaan khusus PPKS medan pada tahun 2014

1. Pengadaan buku sesuai dengan kebutuhan.

2. Berlangganan online journal Ebsco dan Science Direct.

3. Pengadaan alat alih media Atiz Bookdrive Mini.

4. Menyelenggaakan seminar perpustakaan atau bedah buku

5. Mengikuti kegiatan pengembangan SDM Seperti diklat mikro dan pengolahan koleksi tua

di PNRI dan ANRI.

6. Pelaksanaan alih media koleksi antiquariat.

7. Pengumpulan koleksi grey literature berupa tesis dan disertaasi dengan melakukan

kunjungan langsung ke perguruan tinggi

3.5 Koleksi Langka di Perpustakaan PPKS

Jumlah koleksi Langka (antiquariat) berikut ini merupakan angka sementara yang didapat

berdasarkan koleksi di area buku tua yang telah di bagi berdasarkan tahun :

Tabel Bahan Pustaka Langka Perpustakaan PPKS

Tahun 1848 : 1 Eks Tahun 1907 : 13 Eks Tahun 1933 : 39 Eks Tahun 1862 : 1 Eks Tahun 1908 : 16 Eks Tahun 1934 : 53 Eks Tahun 1875 : 1 Eks Tahun 1909 : 16 Eks Tahun 1935 : 25 Eks Tahun 1878 : 2 Eks Tahun 1910 : 23 Eks Tahun 1936 : 47 Eks Tahun 1879 : 1 Eks Tahun 1911 : 22 Eks Tahun 1937 : 25 Eks Tahun 1880 : 2 Eks Tahun 1912 : 25 Eks Tahun 1938 : 27 Eks


(47)

Tahun 1881 : 2 Eks Tahun 1913 : 37 Eks Tahun 1939 : 33 Eks Tahun 1884 : 1 Eks Tahun 1914 : 29 Eks Tahun 1940 : 22 Eks Tahun 1887 : 2 Eks Tahun 1915 : 28 Eks Tahun 1941 : 21 Eks Tahun 1889 : 2 Eks Tahun 1916 : 33 Eks Tahun 1942 : 8 Eks Tahun 1890 : 2 Eks Tahun 1917 : 42 Eks Tahun 1943 : 16 Eks Tahun 1891 : 1 Eks Tahun 1918 : 26 Eks Tahun 1944 : 13 Eks Tahun 1892 : 3 Eks Tahun 1919 : 47 Eks Tahun 1945 : 16 Eks Tahun 1894 : 2 Eks Tahun 1920 : 41 Eks Tahun 1946 : 21 Eks Tahun 1895 : 2 Eks Tahun 1921 : 36 Eks Tahun 1947 : 50 Eks Tahun 1896 : 1 Eks Tahun 1922 : 41 Eks Tahun 1948 : 58 Eks Tahun 1897 : 5 Eks Tahun 1923 : 42 Eks Tahun 1949 : 94 Eks Tahun 1898 : 2 Eks Tahun 1924 : 46 Eks Tahun 1950 : 82 Eks Tahun 1899 : 1 Eks Tahun 1925 : 51 Eks Tahun 1951 : 103 Eks Tahun 1900 : 5 Eks Tahun 1926 : 61 Eks Tahun 1952 : 106 Eks Tahun 1901 : 4 Eks Tahun 1927 : 42 Eks Tahun 1953 : 120 Eks Tahun 1902 : 3 Eks Tahun 1928 : 49 Eks Tahun 1954 : 106 Eks Tahun 1903 : 6 Eks Tahun 1929 : 43 Eks Tahun 1946 : 83 Eks Tahun 1904 : 3 Eks Tahun 1930 : 31 Eks TOTAL : 2163

Tahun 1905 : 11 Eks Tahun 1931 : 44 Eks Tahun 1906 : 6 Eks Tahun 1932 : 39 Eks Data Tahun 2013-2014

3.6 Persiapan Alih Media Digital Bahan Pustaka Langka

Sejauh ini alih media Digital Bahan Pustaka Langka di Perpustakaan Khusus PPKS

dilakukan melalui alur sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan seleksi bahan pustaka

Bahan pustaka yang akan dialihmediakan diambil dari Ruangan Koleksi Bahan Pustaka

Langka di Lantai II Perpustakaan Khusus PPKS

2. Pengecekan kondisi fisik bahan pustaka

Sebelum bahan pustaka akan dialih mediakan maka dilakukan pengecekan kondisi fisik.Bila


(48)

kerusakannya sudah tinggi, (jika kondisi memungkinkan) dilakukan konservasiterlebih dahulu

sebelum dialihmediakan.

3. Scanning / capturing file

Proses scanning dokumen asli menggunakan Atiz BookDrive Mini direkomendasikan untuk

menggunakan resolusi minimum300 dpi (dot per inch) dan disimpan dalam bentuk dokumen

elektronik dalam formattertentu (TIFF, GIF, JPEG dll. untuk file gambar). Dokumen

elektronik tersebut memilikiinformasi yang sama dengan dokumen aslinya dalam rangka

memberikan versi digitalyang berumur panjang dan berkualitas tinggi.

4. Editing & compiling

Proses ini mencakup pengeditan dokumen yang sudah discan atau dicapture dan

pembuatan file-file turunan (File JPEG 300 dpi atau File JPEG 100 dpi untuk

pengemasan dan penerbitan ke Web). Dilanjutkan dengan proses penyatuan file-file

yangsebelumnya terpisah pada saat pengeditan. Proses compilling ini biasanya disatukan

kedalam format PDF.

5. Pengemasan akhir

Pengemasan dokumen ke dalam bentuk multi media sehingga dokumen itu bisadibaca seperti

layaknya dokumen aslinya.

3.7 Peralatan yang digunakan dan Panduan Proses Alih Media Digital Bahan Pustaka Langka menggunakan Atiz BookDrive Mini

I. Mempersiapkan BookDrive Mini


(49)

Gambar 1 Power supply dalam Posisi Hidup

Langkah 2 : Lepaskan penutup debu dari Pelat

Gambar 2 : Pelat dengan Penutup debu


(50)

Gambar 3 : Pelat diangkat dan kunci

Langkah 4 : Bersihkan plat menggunakan sebuah sikat kain serat halus dan kompresi tabung usara, bersihkan atas dan bawah dari debu dan sampah lainnya. Pastikan untuk memegang pegangan plat ketika membersihkannya karena plat dapat terlepas dari kunci magnet dan jatuh ke posisi yang lebih rendah

Langkah 5 : Hidupkan Laser Fokus


(51)

Lamgkah 6 : Hidupkan alat Penangkap otomatis (hanya digunakan ketika lembar dari buku akan discan)

Gambar 5 : Tombol otomatis dalam posisi hidup

Langkah 7 : Siapkan Kamera

7.1 Perlahan lepaskan tutup lensa kamera


(52)

7.2 Hidupkan kamera, pastikan untuk tidak sengaja menyenggol tombol bulat dari on atau 0ff

Gambar 7 : Pastikan Kamera dalam posisi hidup

Langkah 8 : Persiapkan Pembatas Magnet

8.1. Sesuaikan batas magnet untuk mengkondisikan panjang buku

Gambar 8 : Magnet Pembatas


(53)

Gambar 9 : Batas bawah buku diletakkan

8.3 Perlahan turunkan pelat, rebahkan pada posisi buku

Gambar 10 : Pelat menjepit buku

Selanjutnya persipan menyesuaikan kamera

II.Menyesuaian Kamera


(54)

Langkah 1 : Buka program EOS Utility

Gambar 11 : Ikon EOS Utility

Langkah 2 : Pilih Kamera dan Klik OK : di List menu, opsi pertama adalah Kamera sebelah kiri,

yang kedua kamera sebelah kanan

Gambar 12 : Pemilihan Kamera Merk Canon


(55)

Gambar 13 : Menu Utama EOS Utility

Langkah 4 : Pada jendela pengaturan kamera klik “Live View Shoot”

Gambar 14 : Pengaturan Kamera

Langkah 5 : Sesuaikan Zoom atau bidang pandang : setelah mngklik Live View Shoot pada


(56)

muncul. Perlahan putar lensa kamera (berbentuk selender hitam, berstektur) kemudian zoon in

atau zoom out yaitu memperlebar atau mempersempit bidang pandang. Payesuaikan ujung

pastikan untuk tidak menyesuaikan ujung dari lensa, karena itu adalah fokus bukan untuk zoom

dan diatur otomatis

Gambar 15 : Sebelah kiri gambar dekar, sebelah kanan gambar jauh

Tujuannya adalah untuk meminimalkan jumlah dari ruang hitam atau bukan bagian dari

buku.Ketika masih menangkap informasi dari setiap lembar.Menguji tingkat yang berbeda dari

beberapa halaman, sehingga teks bisa berpindah dari halaman ke halaman lainnya.

Ketika mengambil gambar buku langka atau barang antik lainnya, jangan fokus terlalu dekat


(57)

Ketika sudah cocok, tutup program dan buka kembali, ulangi langkah sebelumnya untuk kamera

kedua

III.Mempersiapkan Gambar (Capture)

Kebanyakan bahan akan membutuhkan susunan yang sama tetapi tesis dan desertasi

unik, sehingga bagian tertentu dari buku ini ditujuakan untuk kebahan-bahan tersebut.

Langkah 1 : Buka program Bookdrive Capture

Gambar 16 : Ikon BookDrive Capture

Kerja utama dari BookDrive Capture akan menunjukkan pengaturan kamera. Jika ada nilai-nilai


(58)

Gambar 17 : Pengaturan Kamera

Langkah 2 : Mempersiapkan buku kerja

2.1 Pada bagian book name masukkan judul buku

2.2 Pastikan semua pengaturan lainnya sama seperti gambar di bawah ini

Gambar 18 : Pengaturan Projek

2.3 Klik Start

Langkah 3 : Membalikkan kamera : pada menu pengaturan pilih invert Camera


(59)

Langkah 4 : Mengaktifkan laser fokus : pada menu laser fokus pilih menu enable laser focus (ketika memungkinkan tanda centang akan muncul disamping pilihan). Pada menu yang sama pilih laser line auto appears during scan.

Gambar 20 : Laser Fokus Aktif

IV. Menangkap Gambar (Capturing)

Ada banyak variabel untuk menangkap gambar yang tidak dapat secara rinci dicetak dalam

buku, sehingga banyak yang anda pelajari akan diperoleh melalui pengalaman (Ingatlah

ketika anda akan mengambil gambar, mengedit gambar dan bekerjadengan sofware, ada

sedikit hal yang dapat mengacaukan anda.

Capture menggunakan keypad

Masing-masing halaman dapat dicapture menggunakan tombol capture kiri dan kanan pada


(60)

Gambar 21 : Keypad numeric

Langkah 1: angkat plat

Langkah 2: posisikan cover buku

Langkah 3: tutup plat

Langkah 4: Gunakan USB numeric keypad, tekan tombol bintang(*) untuk halaman kanan,

kemudian garis miring (/) untuk halaman kiri, dan enter untuk memotret kedua sisi halaman.

Langkah 5: ulangi proses sampai semua halaman di potret

Langkah 6: tutup BookDrive Capture

Masalah yang sering muncul :


(61)

1) Masalah: muncul garis laser di halaman gambar

• Solusi: sebelum memotret halaman selanjutnya, klik kanan pada thumbnail di galeri sebelah kiri dan pilih “replace”, kemudian potret kembali halaman yang tersebut.

2) Masalah: tidak sengaja memotret halaman dua kali atau memotret halaman yang tidak di

perlukan

• Solusi: pada galeri thumbnail sebelah kiri, klik kanan pada halaman yang bermasalah kemudian klik delete. Kemudian letakkan tombol Re-index dan klik. Lanjutkan memotret.

3) Masalah: muncul sebuah pesan mengatakan “Error Writing to Card”

• Solusi: sekarang(7/9/2013) tidak ada solusi untuk kesalahan ini dan satu-satunya hal yang dapat anda lakukan adalah untuk terus mencoba untuk memotret halaman yang bermasalah.

3.8 Kendala yang dihadapi dalam pelesatarian bahan pustaka langka melalui Proses alih media digital di Perpustakaan Khusus PPKS

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan alih media :

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Tidak semua staf perpustakaan merespon positif terhadap perubahan.Apalagi perubahanini

menyangkut kemampuan staf untuk beradaptasi dengan teknologi baru yang masihasing bagi

mereka.Terutama staf yang sudah tua dan mereka yang malas untuk selalumaju dan berubah.

Mereka menganggap dengan perubahan tersebut keadaan mereka akanterganggu, mereka

sudah terbiasa dan enjoy dengan keadaan pekerjaan mereka yanglama, dengan perubahan ini

mereka meresa dipojokkan dan disingkirkan. Hal demikianmerupakan sesuatu yang lumrah

terjadi bila ada perubahan. Di sinilah dituntut kepiawaianpemimpin untuk bisa memberikan

pengertian dan pemahaman akan makna dan manfaatperubahan tersebut, dan mencarikan jalan


(62)

sampai pada tahap komitmen. Bila sudahpada tahap komitmen, tentu perubahan dianggap

sebagai sesuatu yang menyenangkankarena mereka sudah komitmen untuk berubah, bersedia

bekerja untuk mencapaikemajuan.

2. Dana

Untuk membangun koleksi dalam bentuk digital, tentunya membutuhkan dana awal yangtidak

sedikit, terutama untuk menyiapkan infrastrukturnya seperti : pembelian komputerdan

perangkat terkait lainnya, scanner, jaringan listrik, pelatihan staf dan sebagainya.Semua ini

memerlukan anggaran yang besar. Untuk mensiasati kendala dana ini,perpustakaan harus

membuat skala prioritas tentang kegiatan-kegiatan yang akandilaksanakannya. Disamping itu

perlunya tahapan-tahapan sedikit demi sedikit untukmengalihkan dokumennya ke dalam

berntuk digital, maksudnya tidak sekaligus tetapidengan jalan bertahap, sesuai dengan jenis

koleksi mana yang diprioritaskan.

3. Kepemimpinan

Kurangnya perhatian dari pemimpin seperti menunda-nunda, mengabaikan, menghindari,bisa

menjadi kendala yang sangat berpengaruh dalam upaya pelaksanaan alih media. Halini akan

berimplikasi pada kebijakan selanjutnya dan akan mempengaruhi bawahan ataustaf. Oleh

karena itu komitmen dan dukungan dari pemimpim sangatlah diperlukan untukkelancaran dan

kesuksesan kegiatan alih media ini.

4. Konsistensi

Kendala ini muncul apabila terdapat banyak staf bahkan pemimpin yang tidak konsistendan

komitmen untuk perubahan ke arah sesuatu yang baru dan maju.Maka dari itusebelum

melangkah harus direncanakan dengan matang, agar tidak terjadi sesuatu yangmembuat


(63)

5. Waktu

Setiap perubahan termasuk manfaat yang menyertainya akan membutuhkan waktu yangcukup

lama untuk mewujudkannya sesuai dengan harapan yang diinginkan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

1. Alih media ke format digital merupakan suatu alternative pilihan untuk melestarikan

kandungan informasi pada bahan perpustakaan,karena format ini dapat disimpan pada media

penyimpanan yang relative besar kapasitasnya dan tahan lama.Selain itu untuk melihat atau

membacanya tidak diperlukan alat yang khusus,hanya memerlukan perangkat komputer.

2. Pilihan untuk mengalih mediakan,ke format digital sepenuhnyamemerlukan perencanaan yang

seksama dalam penentuan prioritas bahan perpustakaan yang akan di alih media,pengadaan

perangkat penunjang seperti pemindai (scanner) dan program aplikasi yang dibutuhkan dalam


(64)

dipersiapkan dengan memberipendidikan dan pelatihan yang akan memberikan pengetahuan

dasar hingga tingkat lanjut.

3. Kemajuan teknologi yang pesat membawa kemudahan bagi kehidupan manusia, tetapi pada

sisi yang lain kemajuan tadi harus dimaknai secara arif dan bijaksana agar kita tidak terjebak

ke dalam pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk hal-hal yang merugikan bagi orang lain.

4. Alih media hanyalah sebuah proses dengan teknologi maju, namun yang perlu diwaspadai

adalah falsafah moral dalam teknologi yang maju agar dapat berjalan seiring dengan

peradaban dan kebudayaan manusia.

4.2 Saran

1. Mengingat pentingnya kegiatan pelestarian bahan pustaka langka melalui melalui Alih Media

Digital harus tetap dilaksanakan secara teratur.

2. Agar Koleksi yang sudah selesai dialihmediakan dalam bentuk file dapat diproses dalam

bentuk CD Rom dan dapat di promosikan melalui internet (dimasukkan dalam website

Perpustakaan khusus PPKS).


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan dkk.2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

.Jakarta : Balai Pustaka

Anne R.kenney,oya Y Rieger and Richard Entlich.2000. Moving theory into practice :digital

imaging tutorial.

Dureau dan Clement. 1990.

Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan

Pustaka

. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Feather, John. 1991.

Preservasi dan Pengelolaan Koleksi Perpustakaan

. Library

Asociation, Terjemahan Rusina Sjahrial. Proyek Pengembangan SistemNasional

Perpustakaan 1994-1995.

Harvey, Ross.1992.

Preservation in Libraries : Principles, strategies, and practices

for librarians

. London : Bowker Saur.

Harvey, Ross. 1993.

Upaya Penyelamatan Koleksi-koleksi Langka

.Jakarta :

http://taayulita.wordpress.com/komputer-media-pembelajaran/teknologi-media/

Martoatmodjo, Karmidi.1993.

Pelestarian Bahan Pustaka

. Jakarta : Universitas

Terbuka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(66)

Rajak.1992.

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip

.Jakarta : PDII-LIPI.

Perpustakaan Nasional RI. 1995.

Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka

.

Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Sulistyo-Basuki.1991.

Pengantar Ilmu Perpustakaan

. Jakarta : Gramedia Utama.

LAMPIRAN

Alat Alih Media Digital


(67)

ATIZ BookDrive Mini


(1)

sampai pada tahap komitmen. Bila sudahpada tahap komitmen, tentu perubahan dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkankarena mereka sudah komitmen untuk berubah, bersedia bekerja untuk mencapaikemajuan.

2. Dana

Untuk membangun koleksi dalam bentuk digital, tentunya membutuhkan dana awal yangtidak sedikit, terutama untuk menyiapkan infrastrukturnya seperti : pembelian komputerdan perangkat terkait lainnya, scanner, jaringan listrik, pelatihan staf dan sebagainya.Semua ini memerlukan anggaran yang besar. Untuk mensiasati kendala dana ini,perpustakaan harus membuat skala prioritas tentang kegiatan-kegiatan yang akandilaksanakannya. Disamping itu perlunya tahapan-tahapan sedikit demi sedikit untukmengalihkan dokumennya ke dalam berntuk digital, maksudnya tidak sekaligus tetapidengan jalan bertahap, sesuai dengan jenis koleksi mana yang diprioritaskan.

3. Kepemimpinan

Kurangnya perhatian dari pemimpin seperti menunda-nunda, mengabaikan, menghindari,bisa menjadi kendala yang sangat berpengaruh dalam upaya pelaksanaan alih media. Halini akan berimplikasi pada kebijakan selanjutnya dan akan mempengaruhi bawahan ataustaf. Oleh karena itu komitmen dan dukungan dari pemimpim sangatlah diperlukan untukkelancaran dan kesuksesan kegiatan alih media ini.

4. Konsistensi

Kendala ini muncul apabila terdapat banyak staf bahkan pemimpin yang tidak konsistendan komitmen untuk perubahan ke arah sesuatu yang baru dan maju.Maka dari itusebelum melangkah harus direncanakan dengan matang, agar tidak terjadi sesuatu yangmembuat 'kendur' dikemudian hari.


(2)

5. Waktu

Setiap perubahan termasuk manfaat yang menyertainya akan membutuhkan waktu yangcukup lama untuk mewujudkannya sesuai dengan harapan yang diinginkan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Alih media ke format digital merupakan suatu alternative pilihan untuk melestarikan kandungan informasi pada bahan perpustakaan,karena format ini dapat disimpan pada media penyimpanan yang relative besar kapasitasnya dan tahan lama.Selain itu untuk melihat atau membacanya tidak diperlukan alat yang khusus,hanya memerlukan perangkat komputer. 2. Pilihan untuk mengalih mediakan,ke format digital sepenuhnyamemerlukan perencanaan yang

seksama dalam penentuan prioritas bahan perpustakaan yang akan di alih media,pengadaan perangkat penunjang seperti pemindai (scanner) dan program aplikasi yang dibutuhkan dalam proses pengeditan.Tentunya sumber daya manusia yang akan mengerjakannya perlu


(3)

dipersiapkan dengan memberipendidikan dan pelatihan yang akan memberikan pengetahuan dasar hingga tingkat lanjut.

3. Kemajuan teknologi yang pesat membawa kemudahan bagi kehidupan manusia, tetapi pada sisi yang lain kemajuan tadi harus dimaknai secara arif dan bijaksana agar kita tidak terjebak ke dalam pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk hal-hal yang merugikan bagi orang lain. 4. Alih media hanyalah sebuah proses dengan teknologi maju, namun yang perlu diwaspadai

adalah falsafah moral dalam teknologi yang maju agar dapat berjalan seiring dengan peradaban dan kebudayaan manusia.

4.2 Saran

1. Mengingat pentingnya kegiatan pelestarian bahan pustaka langka melalui melalui Alih Media Digital harus tetap dilaksanakan secara teratur.

2. Agar Koleksi yang sudah selesai dialihmediakan dalam bentuk file dapat diproses dalam bentuk CD Rom dan dapat di promosikan melalui internet (dimasukkan dalam website Perpustakaan khusus PPKS).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan dkk.2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

.Jakarta : Balai Pustaka

Anne R.kenney,oya Y Rieger and Richard Entlich.2000. Moving theory into practice :digital

imaging tutorial.

Dureau dan Clement. 1990.

Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan

Pustaka

. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Feather, John. 1991.

Preservasi dan Pengelolaan Koleksi Perpustakaan

. Library

Asociation, Terjemahan Rusina Sjahrial. Proyek Pengembangan SistemNasional

Perpustakaan 1994-1995.

Harvey, Ross.1992.

Preservation in Libraries : Principles, strategies, and practices

for librarians

. London : Bowker Saur.

Harvey, Ross. 1993.

Upaya Penyelamatan Koleksi-koleksi Langka

.Jakarta :

http://taayulita.wordpress.com/komputer-media-pembelajaran/teknologi-media/

Martoatmodjo, Karmidi.1993.

Pelestarian Bahan Pustaka

. Jakarta : Universitas

Terbuka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(5)

Rajak.1992.

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip

.Jakarta : PDII-LIPI.

Perpustakaan Nasional RI. 1995.

Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka

.

Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Sulistyo-Basuki.1991.

Pengantar Ilmu Perpustakaan

. Jakarta : Gramedia Utama.

LAMPIRAN

Alat Alih Media Digital


(6)

ATIZ BookDrive Mini