Dukungan Keluarga Bagi Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004:16).Keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan
individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman, 1998).Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah
disebut keluarga batih (Soerjono, 2004:23)
Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih
mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23):
a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi
anggota, dimana ketentraman dan keterlibatan diperoleh dalam wadah tersebut.
b. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaualan hidup.
c. Keluarga batih merupakan unit sosial ekonomis yang secara materil memenuhi
kebutuhan anggotanya.
d. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi
awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu

hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan
keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan
oleh Mac Iver and Page (Khairuddin, 1985: 12), yaitu:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

Universitas Sumatera Utara

b. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja
dibentuk dan dipelihara
c. Suatu sistem tata nama, termasuk perhitungan perkawinan yang sengaja dibentuk
dan dipelihara
d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan sehingga terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak
e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimana pun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok-kelompok
keluarga.
Keluarga sebagai landasan Utama dan pertama bagi anak yang memberikan berbagai
macam bentuk dasar sebagai berikut :
a. Di dalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera seorang anak termasuk

anak dengan kecacatannya akan memperoleh latihan-latihan dalam mengembangkan
sikap social yang baik dan kebiasaan berprilaku misalnya anak melakukan tugastugas tertentu dan mengikuti tatacara keluarganya, belajar disiplin diri dan disiplin
waktu agar kelak kebiasaan disiplin sudah terbentuk dan memudahkan anak dalam
pergaulan dan hubungannya dengan teman-teman, serta mendukung kelancaran
perkembangan daya pikir (kognitif) dan prestasi disekolah.
b. Didalam keluarga dan hubungan-hubungan antar anggota keluarga membentuk pola
penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan social dan interaksi social yang lebih luas.
Anak akan belajar dari latihan-latihan dasar untuk mengembangkan sikap social
yang baik, kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku yang memudahkan terbentuknya
perilaku positif.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian melalui keluarga maka kebutuhan fisik, intelektual, social,
emosional dan kebutuhan moral anak termasuk anak dengan kecacatan dapat terpenuhi
dengan baik oleh keluarganya serta lingkungannya.
2.1.2 Peran Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga.Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008) .Suatu keluarga
terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak merupakan keluarga batin / inti.Dalam keluarga besar
masih ada pribadi-pribadi lain seperti nenek, kakek, paman dll.Oleh karena suatu hal
kehadiran anak dengan kecacatan menyebabkan peran keluarga belum berjalan
sebagaimana mestinya. Adapun peran keluarga bagi anak dengan kecacatannya :

a. Sebagai Pendidik

Keluarga adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya termasuk anak dengan
kecacatan
b. Sebagai Pelindung

Keluarga melindungi anak dari perlakuan dan situasi yang dapat mengancam
keselamatan maupun menimbulkan penderitaannya.
c. Sebagai pemotivasi (motivator)

Anak yang mempunyai masalah, memerlukan dorongan dan dukungan dari
keluarga.Oleh karenanya, keluarga harus mampu memeberikan motivasi, agar anak
memiliki semangat yang baik untuk berkembang dan menjadi lebih sejahtera.


Universitas Sumatera Utara

d. Sebagai Pelayan

Dengan kecacatan pada anak memiliki banyak keterbatasan dan kelemahan,
oleh karenanya keluarga harus memberikan pelayanan yang baik kepada
anak.Pelayanan tersebut berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan anak, baik
yang bersifat fisik, psikis maupun social.
e. Sebagai tempat Curah Hati

Keluarga diharapkan menjadi tempat yang nyaman bagi anak termasuk anak
dengan kecacatan dalam mencurahkan perasaan hatinya atau mengatasi masalahnya
tersebut. (Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat dalam keluarga,
2005)

2.1.3 Fungsi Keluarga
Bila ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 mengenai
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan delapan fungsi keluarga
sebagai jawaban menuju terbentuknya sumber daya pembangunan yang handal dengan

ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri yaitu :
1. Fungsi Keagamaan
Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan agar
kehidupan keluarga sebagai wahana persemian nilai – nilai luhur budaya bangsa
untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotamya untuk
mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam suatu

Universitas Sumatera Utara

kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk dapat mengajar dan
meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya.
3. Fungsi Cinta Kasih
Untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak,
suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan antar
generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang
penuh cinta kasih lahir dan batin.
4. Fungsi Melindungi

Fungsi ini menambah rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga.
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan
dapat menunujang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan
takwa.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa
melakukan penyesusain dengan alam kehidupan dimasa yang akan dating.
7. Fungsi Ekonomi
Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Agar setiap keluarga mampu menempatkan diri secara serasi, selaras, seimbang.
fungsi keluarga tidak saja didalam lingkungan keluarga sendiri tetapi juga didalam
masyarakat. Melihat pendapat tersebut nyata bahwa tugas dan fungsi keluarga bukan
merupakan fungsi yang tunggal tapi jamak. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa
tugas orang tua adalah :
1. Menstabilkan situasi keluarga: dalam arti stabilitasi situasi ekonomi rumah tangga

Universitas Sumatera Utara


2. Mendidik anak
3. Pemeliharaan fisik dan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan religious
(Ahmadi, 2002:246)
Keluarga juga dikenal sebagai dasar umat manusia, karena itu keluarga sebagai
fundamental bagi kehidupan masyarakat.Tidak satupun lembaga masyarakat yang lebih
efektif membentuk anak secara fisik tetapi juga sangat berpengaruhi secara psikologis.Dalam
usaha kesejahteraan anak ada program penting untuk anak yang terdiri dari usaha untuk
meningkatkan ksejahteraan sosial anak termasuk bagi anak didalam keluarga maupun di
dalam keluarga pengganti. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar
memberikan pengaruh baik buruknya pertumbuhan kepribadan anak (Kartono, 1998 : 57).
Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) ada lima yaitu :
1. Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan.
b. Memelihara dan membesarkan anak.
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarganya
d. Memelihara dan merawat anggota keluarganya
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak

Universitas Sumatera Utara

b. Membina norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkah
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai – nilai keluarga
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang anak dating.
Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan minat yang dimiliki.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan arti pentingnya keluarga
dalam perkembangan anak baik secara fisik maupun psikologis.

2.1.4 Reaksi Keluarga terhadap Keberadaan Anak dengan Disabilitas

Ketika orang tua dan atau pihak keluarga menangkap adanya suatu gejala dan kondisi
anak dengan kecacatan yang dinilai tidak sesuai dengan harapan dan tuntunan tugas
perkembangan atau tidak sesuai dengan prilaku anak seusianya, maka sikap awal yang
biasanya berkembang pada orang tua dan keluarga adalah marah, bingung, kecewa dan
merasa bersalah sehingga sering muncul penolakan dan reaksi-reaksi lain seperti berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

a. Isolasi Keluarga

Keluarga cenderung menyembunyikan anaknya yang mengalami kecacatan,
dan menghindarkan anaknya tersebut dari pergaulan. Dengan demikian anak
dengan kecacatan menjadi terkungkung, tidak bisa berkomunikasi secara baik

dengan lingkungannya
b. Stigma Keluarga

Keluarga sering mengalami kesulitan bicara dengan orang lain tentang
anaknya, karena kecacatan sering dikaitkan dengan AIB keluarga. Kecacatan juga
kerapkali dikaitkan dengan perasaan berdosa, rasa tidak layak,kekecewaan dan
kemarahan. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap kecacatan juga menambah
kebingungan dan perasaan tidak berdaya.
c. Gangguan Komunikasi dalam Keluarga

Keberadaan anak dengan kecacatan dapat menimbulkan beban mental bagi
keluarga. Hal ini dapat menimbulkan gangguan komunikasi dalam keluarga,
seperti :

1. Cepat saling menyalahkan
2. Sulit mendengar
3. Penyimpangan makna
4. Irrasional, dan sebagainya
d. Keterlantaran Emosi


Orang tua gagal menyikapi (merespon) kebutuhan perkembangan emosi anak
sesuai kecacatan.

Universitas Sumatera Utara

Pedoman ini menjadi salah satu acuan pelayanan bagi para keluarga anak dengan
kecacatan, untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anak dengan kecacatan dapat terbantu.
Realisasi dari keinginan tersebut tentunya bertitik tolak pada kemampuan keluarga dan
dukungan berbagai pihak agar para keluarga dapat berperan dan berfungsi secara maksimal
dalam melakukan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi anak dengan kecacatan. (Pedoman
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat dalam Keluarga, 2005)
2.2 Dukungan Keluarga
2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya.Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
lingkung keluarga.Anggota keluarga memandang bahwa orang bersifat mendukug selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. (Friedman, 1998) Begitu juga
dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek didalam
lingkungan sosialnya ataupun berupa kehadiran dan hal – hal uang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang
yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan,
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. (Gottlieb dalam Kuncoro,
2002:19)
2.2.2 Jenis Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki 4 jenis dukungan yaitu :
1. Dukungan Informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai kolektor dan
disseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan suatu

masalah. Maaf dan dukungan ini adalah dapat

menekan munculnya suatu stessor karena informasi yang diberikan dapat

Universitas Sumatera Utara

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek – aspek
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi.
2. Dukungan Penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbinan
umpan balik, membimbing dan menengahi masalah serta sumber validator,
identitas keluarga, diantaranya memberikan support, pengkuan, dan
perhatian.
3. Dukungan Instrumental yaitu sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti
materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung
pulihnya energi atas stamina dan semangat yang menurun. Selain itu
individu merasa bahwa dirinya bahwa masih ada perhatian atau kepedulian
dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan
atau penderitaan.
4. Dukungan Emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi, manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional
menjamin nilai – nilai individu (baik pria maupun wanita akan selalu
terjaga keberhasilanya dari keingintahuan orang lain. Aspek – aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
afesi, adanya kepercayaan perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.
(Caplan dan Friedman, 1998)
2.2.3 Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga mencakup 2 hal yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan perssepsi individu terhadap
sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutukan bantuan.
b. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dalam persepsi individu
bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas) (Serason
dalam Kuncoro, 2003)
2.2.4

Sumber Dukungan Keluarga
Ada 2 sumber dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial.Dukungan keluarga yang

natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan
dengan orang – orang yang berada disekitarnya.Sedangkan dukungan keluarga artifisial
adalah dukungan yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang.Sehingga sumber
dukungan keluarga natural mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan
keluarga artifisial. Perbedaan itu terletak pada :
a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat –
buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.
b. Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuaian dengan nama
yang berlaku tentang kapan spontan harus dilakukan.
c. Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah berakar
lama.
d. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian dukungan.
Mulai dari pemberian barang nyata hanya sekedar menemui seseorang dan
menyampaikan salam.
e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan label psikologi
(Root&Dooley dalam Kuncoro 2002).
2.2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi Dukungan Keluarga
Faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Faktor Internal
a. Tahap perkembangan artinya dukungan dapat ditentukaan oleh faktor usia
dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, demikian setiap
rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan yang berbeda.
b. Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan yaitu keyakinan seseorang terhadap
adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan, latar belakang, pendidikan dan pengalaman masa lalu.
Kemampuan untuk memahami tahap – tahap yang berhubungan dengan
penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjada
kesehatan dirinya
c. Faktor emosi juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan
keluarga dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon
stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap
berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan
bahwa penyakit tersebut dapat mengancap kehidupannya. Seseorang
secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon
emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu
melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin
akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau
menjalani pengobatan.
d. Spritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan
keluarga atau teman dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam
hidup.

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor Eksternal
a. Praktik di keluarga
Cara

bagaimana

memberikan

dukungan

biasanya

mempengaruhi

penderitaan dalam melaksanakan kesehatannya.
b. Faktor Sosial ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit dan memperngaruhi cara seseorang mendefenisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya. . (Purnawan, 2008:57)
2.3 Keberfungsian Sosial
2.3.1 Pengertian Keberfungsian Sosial
Keberfungsian sosial dinyatakan bahwa interaksi manusia dengan lingkungan sosial
yaitu sebagai hasil kegiatannya mengadakan hubungan dengan orang lain. Adapun
keberfungsian sosial meliputi:
a. Kemampuan memenuhi kebutuhan, yang meliputi fisik, sosial, mental dan lain -lain.
Sebagai makhluk hidup yang multidimensi, maka kebutuhan seseorang juga
multidimensional. Orang tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan fisik saja
(pangan, sandang, rumah dan kesehatan), tetapi orang juga harus memenuhi
kebutuhan sosialnya, kebutuhan mental, dan lainnya.
b. Kemampuan melakukan peranan sosialnya.
Peranan sosial adalah tindakan/tingkah laku yang harus adalah kedudukan
seseorang didalam lingkungan sosial.
c. Kemampuan memecahkan masalah.
Manusia tidak “steril” dari masalah, artinya setiap orang pasti mempunyai
masalah. Masalah yang dihadapi manusia dapat berupa masalah yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan atau pelaksanaan peran sosial (Profil Pekerja Sosial

Universitas Sumatera Utara

Profesional Keluarga Indonesia Mitra Pembangunan Kesejahteraan Sosial, 2003 :
6).
2.4 Penyandang Disabilitas
2.4.1 Pengertian Penyandang Disabilitas
Disabilitas atau kecacatan adalah suatu kondisi dimana adanya kelainan fisik dan atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi seseorang
untuk melakukan aktivitas secara selayaknya. Mengacu pada Undang-Undang RI No. 23
Tahun 2002 pasal 1 tentang Perlindungan Anak, anak yang menyadang cacat adalah anak
yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya secara wajar.
Teori kecacatan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimana disability merupakan
keterbatasan atau kekurang mampuan untuk melaksanakan kegiatan secara wajar bagi
kemanusiaan yang diakibatkan oleh kondisi impairment.
Menurut NAWS Disability may be defined as a reduction in personal coping and
adaptive function that causes significant limitation in overall daily living.(Kecacatan dapat

didefinisikan sebagai keadaan berkurangnya fungsi pribadi dalam memenuhi kebutuhan dan
daya penyesuaiannya sehingga menyebabkan keterbatasan dalam keseluruhan penampilan
hidup sehari-hari).
2.4.2 Ciri-ciri Penyandang Disabilitas
Adapun ciri-ciri penyandang disabilitas adalah
a. Penyandang cacat fisik, yaitu Individu yang mengalami kelainan kerusakan fungsi
organ tubuh dan kehilanganorgan sehingga mengakibatkan gangguan fungsi tubuh,
misalnya gangguan penglihatan, pendengaran, dan gerak
b. Penyandang Cacat Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan mental dan atau
tingkah laku akibat bawaan atau penyakit. Individu tersebut tidak bisa mempelajari

Universitas Sumatera Utara

dan melakukan perbuatan yang umum dilakukan orang lain (normal), sehingga
menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan fisik
dan mental sekaligus atau cacat ganda seperti gangguan pada fungsi tubuh,
penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan
mental atau tingkah laku, sehingga yang bersangkutan tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari selayaknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Disabilitas diakses
pada tanggal 31 maret pukul 1:09)
2.4.3 Klasifikasi Penyandang Disabilitas
Menurut UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, berbagai faktor penyebab
serta permasalahan kecacatan, maka jenis-jenis kecacatan dapat di kelompokkan sebagai
berikut :
a. Penyandang Cacat Fisik
1. Tuna Netra
Berarti kurang penglihatan. Keluarbiasaan ini menuntut adanya pelayanan
khusus sehingga potensi yang dimiliki oleh para tuna netra dapat berkembang
secara optimal
2.

Tuna Rungu/ Wicara
Tuna Rungu, ialah individu yang mengalami kerusakan alat atau organ
pendengaran yang menyebabkan kehilangan kemampuan menerima atau
menangkap bunyi serta suara.sedangkan Tuna Wicara, ialah individu yang
mengalami kerusakan atau kehilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan
kata-kata, ketepatan dan kecepatan berbicara, serta produksi suara

3. Tuna Daksa

Universitas Sumatera Utara

Secara harfiah berarti cacat fisik.Kelompok tuna daksa antara lain adalah
individu yang menderita penyakit epilepsy (ayan), kelainan tulang belakang,
gangguan pada tulang dan otot,serta yang mengalami amputasi.
b. Penyandang Cacat Mental
1. Tuna Laras
Dikelompokkan dengan anak yang mengalami gangguan emosi.
Gangguan yang muncul pada individu yang berupa gangguan perilaku seperti
suka menyakiti diri sendiri, suka menyerang teman, dan lainnya
2. Tuna Grahita
Sering dikenal dengan cacat mental yaitu kemampuan mental yang
berada di bawah normal.Tolak ukurnya adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Tuna
grahita dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tuna Grahita Ringan (Debil)
Tampang dan fisiknya normal, mempunyai IQ antara kisaran
50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih
bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita
ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD
Umum
b. Tuna Grahita Sedang (Embisil)
Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada
sebagian anak tuna grahita yang mempunyai fisik normal.Kelompok ini
mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan
pendidikan setingkat kelas II SD Umum
c. Tuna Grahita Berat (Idiot)

Universitas Sumatera Utara

Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya
tidak mampu menerima pendidikan secara akademis.Anak tunagrahita
berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah.
Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.
c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental (Ganda)
Kelompok penyandang jenis ini adalah mereka yang menyandang lebih dari
satu jenis keluarbiasaan, misalnya penyandang tuna netra dengan tuna rungu
sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan tuna grahita atau bahkan
sekaligus.
2.4.4 Faktor Penyebab Disabilitas
Faktor – faktor penyebab disabilitas antara lain yaitu :
a. Penyandang Cacat Fisik
1. Tuna Netra
a. Masa Prenatal
1. Akibat penyakit campak Jerman. Jika menyerang ibu yang sedang
hamil 1-3 bulan, besar kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan tuna
netra
2. Akibat

penyakit

Syphilis,

bayi

yang ada

dalam kandungan

kemungkinan terlahir dengan keadaan tuna netra
3. Akibat kecelakaan, keracunan obat2an/zat kimia, sinar laser, minuman
keras yang mengakibatkan kerusakan janin khususnya pada bagian
mata
4. Infeksi virus Rubella, toxoplasmosis
5. Malnutrisi berat pada tahap embrional minggu ke 3 sampai ke 8.
b. Masa Natal :

Universitas Sumatera Utara

1. Kerusakan mata atau syaraf mata pada saat proses kelahiran. Terjadi
karena proses kelahiran yang sulit, sehingga bayi harus keluar dengan
bantuan alat (vakum)
2. Ibu menderita penyakit Gonorrchoe, sehingga kuman gonococcus
(GO) menular pada bayi saat kelahiran
3. Retrolenta Fibroplasia yang disebabkan karena bayi lahir sebelum
waktunya, sehingga diberikan konsentrasi oksigen yang tinggi dalam
inkubator.
c. Masa Perkembangan :
1. Kekurangan vitamin A
2. DM yang menyebabkan kelainan retina
3. Darah tinggi ; pandangan rangkap/kabur
4. Stroke, kerusakan syaraf mata
5. Radang kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata, hemangiona,
retinoblastoma, efek obat/zat kimiawi.
2. Tuna Rungu
a. Masa Prenatal :
1. Salah satu dari orang tua penderita merupakan pembawa sifat
abnormal
2. Ibu yang sedang mengandung mengalami sakit pada masa 3 bulan
pertama kehamilan, yaitu pada masa pembentukan ruang telinga
3. Keracunan obat-obatan.
b. Masa Natal :
1. Kesulitan pada saat melahirkan, sehingga harus dibantu oleh beberapa
alat

Universitas Sumatera Utara

2. Kelahiran premature
c. Masa Perkembangan :
1. Ketulian karena terjadinya infeksi, difteri, dan morbili
2. Karena kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya alat pendengaran
bagian dalam.
3. Tuna Daksa
a. Masa Prenatal :
1. Anoxia prenatal, disebabkan pemisahan bayi dari placenta, penyakit
anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan abosrtus
2. Gangguan metabolisme pada ibu
3. Kromosom, gen yang tidak sempurna
4. Pembelahan sel telur, sperma yang kualitasnya buruk.
b. Masa Natal :
1. Kesulitan saat persalinan karena letak bayi sungsang, atau pinggul ibu
terlalu kecil
2. Pendarahan pada otak saat kelahiran
3. Kelahiran premature
4. Gangguan pada placenta yang dapat mengurangi oksigen sehingga
mengakibatkan terjadinya anorexia.
c. Masa Perkembangan
1. Faktor penyakit ; meningitis, radang otak, diptheri, partusis
2. Faktor kecelakaan
3. Pertumbuhan tubuh/tulang yang tidak sempurna.
b. Penyandang Cacat Mental :
1. Tuna Laras

Universitas Sumatera Utara

a. Masa Prenatal :
1. Disfungsi kelenjar endokrin dapat mempengaruhi gangguan tingkah
laku.
2. Berupa kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang
dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
b. Masa Natal : c. Masa Perkembangan :
1. Setiap memasuki perkembangan baru, individu dihadapkan pada
berbagai tantangan atau krisis emosi.
2. Tuna Grahita
a. Masa Prenatal :
1. Infeksi Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis
sebagai penyebab utama tunagrahita yang disebabkan oleh infeksi
maternal.
2. Penyakit inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita dari
penyakit ini seringkali memiliki klasifikasi serebral, mikrosefali,
atau hidrosefalus.
3. Sifilis, sifilis pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama
berbagai perubahan neuropatologis pada keturunannya, termasuk
tuna grahita.
4. Toxoplasmosis, dapat ditransmisikan dari ibu kepada janinnya.
5. Herpes simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun
cara yang paling sering adalah selama kelahiran.
6. Sindroma AIDS, banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah
cukup bulan karena terjadi lahir mati dan abortus spontan.

Universitas Sumatera Utara

7. Gejala putus zat pada bayi adalah iritabilitas, hipertonia, tremor,
muntah, tangisan dengan nada tinggi, dan kelainan pola tidur.
b. Masa Natal :
1. Disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah lukaluka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir prematur.
c. Masa Perkembangan :
1. Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya; meningitis (peradangan
pada selaput otak) dan problema nutrisi (kekurangan gizi, misalnya
kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak),
cedera kepala yang disebabkan karena kendaraan bermotor yang
dapat menyebabkan kecacatan mental.
C. Penyandang Cacat Fisik dan Mental (Ganda) :
1. Tuna Ganda
a. Masa Prenatal :
1. Ketidaknormalan kromosom komplikasi-komplikasi pada anak
dalam

kandungan

ketidakcocokan

Rh

infeksi

pada

ibu

yangkekurangan gizi pada saat sedang mengadung, serta terlalu
banyak menkonsumsi obat dan alkohol.
b. Masa Natal :
1. Kelahiran prematur dan kekurangan oksigen
2. Terdapat luka pada otak saat kelahiran.
c. Masa Perkembangan :
1. Kepala mengalami kecelakaan kendaraan ,jatuh ,dan mendapat
pukulan atau siksaan.

Universitas Sumatera Utara

2. Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan makanan atau penyakit
tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh tehadap otak
(meningitis

atau

encephalities)

(http://erlinaheria.blogspot.com/2012/10/penyandang-disabilitas.html
diakses pada tanggal 31 maret pukul 1:09)
2.5

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

2.5.1 Sejarah Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara
Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara didirikan pada tahun 1994
melalui bantuan anggaran LOAN / OECF 1994/1995 yang secara bertahap
pembangunannya dilaksanakan sampai dengan tahun 1998 yang bersumber dari dana
APBN Departemen Sosial RI.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 25/HUK/1998 tanggal 15
April 1998 secara resmi dikukuhkan menjadi salah satu Unit Pelaksaan Teknis di
lingkungan Kanwil Depsos Sumut dengan program rujukan regional pelayanan dan
rehabilitasi sosial khusus bagi penyandang cacat tubuh dari daerah Propinsi Daerah
Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Riau.
Setelah pelayanan selama kurang lebih 2 tahun, ternyata pelayanan tidak dapat
berjalan secara oprimal sesuai dengan kebijakan pemerintah berdasarkan Undang –
undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonimi daerah. Dengan kebijakan ini, status
lembaga/UPT ini dialihkan ke Pemda Propinsi Sumatera Utara yang meliputi personil,
sarana dan prasarana serta pembiyaan.
Dalam proses perjalanan sejak diserahkan ke Pemda Sumatera Utara di tahun
2000 sampai dengan pelaksaan fungsi pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
penyandang cacat

tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal yang antara lain

disebabkan oleh : alokasi anggaran yang kurang memadai pada Pemda Sumatera

Universitas Sumatera Utara

Utara. Sehingga diupayakan pengembalian UPT PSBD “Bahagia” ke Departemen
Sosial RI.
Melalui proses yang panjang dari sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 atas
persetujuan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,
Menteri Sosial melalui Keputusan Nomor 163/HUK.2007 tanggal 5 Desember 2007
menetapkan tentang organisasi dan tata kerja PSBD “Bahagia” Sumatera Utara dan
sejak tahun 2008 kelembagaan Balai Bina Daksa Lau Bakeri beralih status
kelembagaan menjadi UPT Kementerian Sosial dibawah pembinaan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial.
Setelah resmi berada di lingkungan Kementerian Sosial RI, atas pertimbangan
dan kebijakan Menteri Sosial RI (Kepmensos Nomor : 09/HUK/2008) PSBD
“Bahagia” Sumatera Utara yang sebelumbanya berlokasi di Desa Lau Bakeri
Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang dipindahkan ke Jalan William
Iskandar No. 377 Medan ( Menempati gedung eks PSPP Insyaf Medan). Sehubungan
dengan status kelembagaan ini, UPT PSBD “Bahagia” Sumatera Utara kembali
kepada fungsi perujukan pelayanan dan rehabilitasi sosia; untuk wilayah Sumatera
Bagian Utara meliputi 5 wilayah propinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau dan Kepulauan Riau.
2.5.2 Program PSBD “Bahagia” Sumatera Utara
Adapun program yang dilaksanakan di dalam Panti Sosial Bina Daksa “ Bahagia”
Sumatera Utara yaitu :
1. Program Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial
Program pelayanandan rehabilitasi sosial pada PSBD “Bahagia” Sumatera Utara
sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial RI nomor : 163/HUK/2007 yang

Universitas Sumatera Utara

menerangkan bahwa PSBD “Bahagia” mempunyai tugas melaksanakan
perlindungan, advokasi, pelayanan dan rehabilitasi sosial, pemberian informasi,
rujukan, koordinasi dan kerjasama dengan instansi bagi penyandang cacat agar
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan khusus unutk
program penjakauan memberikan bimbingan dan pelayanan keterampilan praktis
bagi penyandang cacat memiliki keterampilan sehingga pada gilirannya mereka
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Program Pelayanan Dalam Panti
Program pelayanan dalam panti diperuntukan bagi calon penerima manfaat (klien)
penyandang cacat yang berada di wilayah Sumatera Utara dan direkrut oleh
petugas PSBD bekerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi, Kabupaten/Kota. Calon
klien yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis akan di registrasi dan
diasramakan.
2.6

Pelayanan Sosial

2.6.1 Pengertian Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial adalah sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk dengan
lingkungan sosialnya (Muhidin, 1992:43). Perlu dibedakan dua macam pengertian
pelayanan sosial, yaitu :
1.

Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi
pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan,
perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2.

Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan sosial mencakup
program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung

Universitas Sumatera Utara

seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial
dan sebagainya (Muhidin, 1992:41).
Semakin tersebarnya dan dipraktekkan secara universal pelayanan sosial,
maka pelayanan yang ditujan kepada golongan msyarakat yang membutuhkan
pertolongan khusus.
2.6.2 Fungsi – fungsi pelayanan sosial
Pelayanan sosial telah dan mungkin diklasifikasikan dalam beragai cara,
tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa – bangsa (PBB) mengemukakan
fungsi dari pelayanan sosial adalah sebagai berikut :
1.

Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat

2.

Pengembangan sumber – sumber manusiawi.

3.

Orientasi masyarakat terhadap perubahan – perubahan sosail dan penyesuaian
sosial

4.

Mobilisasi dan pencipta sumber – sumber masyarakat unutk tujuan
pembangunan.

5.

Penyediaan dan penyelenggaran struktur kelembagaan untuk tujuan agar
pelayanan – pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi.
Richard M. Titmuss mengemukakan bahwa pelayanan sosial ditinjau dari

perspekstif masyarakat adalah sebagai berikut :
1.

Pelayanan – pelayanan atau keuntungan – keuntungan yang diciptakan untuk
lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk
masa sekarang dan unutk masa yang akan datang.

2.

Pelayanan – pelayanan atau keuntungan – keuntungan yang diciptakan sebagai
suatu investasi yang diperlukan unutk mencapai tujuan – tujuan sosial.

Universitas Sumatera Utara

3.

Pelayanan – pelayanan atau keuntungan – keuntungan yang diciptakan sebagai
program kompensasi bagi orang – orang yang tidak mendapatkan pelayanan
sosial misalnya kompensasi kecelakaan industry dan sebagainya.
Alfred J. Khan menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah:

1.

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan

2.

Pelayanan sosial unutk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi

3.

Pelayanan akses
Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaskudkan untuk

mengadakan perubahan – perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program –
program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangannya.Tujuannya
yaitu untuk menanamkan nilai – nilai masyarakat dalam usaha pengembangan
kepribadian anak.
Bentuk – bentuk pelayanan sosial tersebut adalah :
1.

Program penitipan anak

2.

Program – program kegiatan remaja/pemuda

3.

Program – program pengisian waktu terluang bagi anak dan remaja dalam
keluarga
Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi

mempunyai tujuan unutk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara
individual maupun didalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu
mengatasi masalah – masalahnya.
Bentuk – bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain :
1.

Bimbingan sosial bagi keluarga

Universitas Sumatera Utara

2.

Program asuhan keluarga dan adopsi anak

3.

Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman

4.

Program – program rehabilitasi bagi penderita cacat

5.

Program – program bagi lanjut usia

6.

Program – program penyembuhan bagi penderita gangguan mental

7.

Program – program bimbingan bagi anak – anak yang mengalami masalah
dalam bidang pendidikan

8.

Program – program, bimbingan bagi anak – anak yang mengalami masalah
dalam bidang pendidikan

9.

Program – program bimbingan bagi para pasien di rumah sakit.
Pelayanan sosial unutk tujuan menyembuhkan, memberika bantuanm

rehabilitasi, perlindungan sosial biasanya melalui kegiatan/program dalam suatu
lembaga, misalnya lembaga panti, lembaga rehabilitasi dan lain – lain. Tujuan dari
pelayanan ini adalah memulihkan kemampuan peranan sosial dan memberikan
bantuan guna penyesuaian yang memadai dengan lingkungan sosialnya.Bentuk
pelayanan panti merupkan salah satu pelayanan kesejahteraan sosial mencakup
program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti
pelayanan sosial bagi anak – anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial, dan
sebagainya.
Romanyshyn (1971) mengemukakan bahwa pelayanan sosial bukan hanya
sebagai usaha memulihkan, memelihara, meningkatkan kemapuan berfungsi sosial
individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya
kolektivitas seperti kelompok – kelompok sosial, organisasi serta masyarakat (Nurdin,
1989:50).

Universitas Sumatera Utara

Tujuan pelayanan kesejahteraan sosial adalah mengaktualkan potensi klien.
Sementara tugas pelayanan sosial adalah memberikan pelayanan (bantuan, santunan,
bekal lain) unutk membangkitkan motivasi klien, dan mengorganisasi lingkungan
yang sesuai atau mungkin disesuaikan (Danim, 1995:39)
Dalam salah satu teori Marxist disebutkan bahwa organisasi atau lembaga
pelayanan sosial cenerung mengutamakan nilai – nilai ekonomi dan menekankan
sistem ekonomi kapitalis, yaitu mengambil keuntungan sehingga seringkali membawa
kerugian pada masyarakat. Pandangan ini banyak dilakukan organisasi atau lembaga
pelayanan sosial
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa lembaga atau organisasi sosial
seringkal tida mencapai tujuan yang sebenarnya.Hal ini disebabkan karena pekerja
sosial sebagai pelaksanaan pelayanan tidak professional dan tidak bersungguh –
sungguh dalam melakukan pelayanannya kepada masyarakat.
2.7 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejateraan sosial sering diidentifikasikan dengan kesejahteraan masyarakat atau
kesejehateraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut diilah, yaitu kesejahteraan dan
sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejahtea artinya aman,
sentosa makmur, selamat. Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan,
ketentraman, kesenangan hidup, dan kemakmuran. Di dalam kamus Ilmu Kesejahteraan
Sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi
keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosail tertentu saja. Istilah kesejahteraan sosial bukanlah
hal yang baru dalam wacana global dan nasional. PBB telah mengatur masalah ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

salah satu bidang kegaiatan masyarakat internasional. Di Indonesia sendiri, kesejahteraan
sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia (Suharto,2009:1)
.
Dalam Undang – undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejateraan Sosial
menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (www.kemensos.go.id) diakses pada tanggal
10 april 2014 pada 17.11 WIB).
PBB mendefiniskan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan yang terorganisir
dengan tujuan membantu penyesuaian timba balik anatara indiviu – individu dengan
lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik – teknik dan
metode – metode dengan maksud supaya memungkinkan individu – individu, kelompok –
kelompok, maupun komunitas – komunitas untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan
memecahkan masalah – masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola – pola
masyarakat serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan
sosial. (www.mediaedukasi.com/pengertian -kesejateraan-sosial/ diakses pada tanggal 6
april pukul 01.13 WIB).
Fahrudin (2012) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial, yang pertama yaitu
untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya standart kehidupan pook seperti
sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan relasi – relasi yang harmonis dengan
lingkungannya. Yang kedua yaitu untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya
dengan masyarakat di lingkungannya, dengan menggali sumber – sumber, meingkatkan dan
mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.

Universitas Sumatera Utara

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep
kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Kesejhateraan sosial
memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun substansinya tetap sama dan
mencakup tiga konserpasi, yaitu :
1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan –
kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.
2. Institusi, bidang kegaiatan yang melibatkan lembaga kesejateraan sosial dan
berbsgai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial
dan pelayanan sosial.
3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan – kegiatan usaha yang menyelenggarakan usaha
kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
Kesejahteraan sosial dapat diukur dari indikator – indikator yang pertama jumlah dan
pemerataan pendapatan. Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha dan
faktor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja mutlak dilakukan oleh semua pihak agar
masyarakat memiliki pendapatan tetap untuk keberlangsungan hidupnya. Adapun yang
menjadi indikator dalam pendapatan adalah, jenis pekerjaan orang tuam jumlah pendapatan
setiap bulan, tabungan, dan kepemilikan rumah. Indikator kedua adalah pendidikan.
Pendidikan yang merata dan dapat diakses dengan mudah oleh setiap lapisan masyarakat
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Indikator ketiga adalah kesehatan.
Menurut WHO, kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Keadaan yang sehat
dari individu adaah hal yang diperlukan untuk mendapatkan pendapatan dan pendidikan.
Mayarakat yang sakit akan sulit memperjuangkan kesejahteraan diri dan keluarganya.
Indikator kesehatan ini dapat diukur dari frekuensi makan setiap hari, kemampuan untuk
berobat ke dokter, dan kemamuan untuk membeli obat – obatan. Ketiga hal tersebutlah yang

Universitas Sumatera Utara

menjadi faktor penentu dalam usaha – usaha yang dilakukan semua pihak dalam mencapai
kesejahteraan (http://kompasiana.com/bisnis/indikator-kesejahteraan/ diakses pada tanggal 6
april 2014 pukul 00.12 WIB).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah
berbagai usaha yan dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik secara
fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi dan kehidupan spiritual agar terwujuw kehidupan
yang layak da bermartabat.
2.8 Kerangka Pemikiran
Penyandang disabilitas merupakan sosok manusia yang diciptakan tuhan yang maha
esa sama dengan manusia lainnya, namum hanya beberapa bagian yang membedakannya
antara normal dan tidak normal. Manusia normal memliki keadaan fisik dan mental yang
dapat bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, sedangkan manusia tidak normal
memilkik keadaan fisik dan mental secara tidak normal yang pada saat ini lebih dikenal
dengan penyandang disabilitas.
Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 pasal 6 ayat 6 tentang penyandang
disabilitas mengatakan secara tegas bahwa penyandang disabilitas berhak diperlakukan sama
dengan manusia normal lainnya dalam segala aspek penghidupan dan kehidupan baik itu
dalam keluarga, lingkungan dan komunitas. Penyandang disabilitas sangat membutuhkan
dukungan utama yaitu berasal dari keluarga.Keluarga merupakan faktor penentu dalam
memberikan pelayanan terpadu, berkesinambungan terhadapa anggota keluarga mereka yang
memiliki status penyandang disabilitas.Namun pada kenyataannya sering kali terlihat adanya
salah satu anggota keluarga sebagai penyandang disabilitas menganggu keberfungsian sosial
keluarga, keluarga merasa malu untuk mengakui, atau kurang nyaman dengan keadaaan
tersebut, anak tidak dimasukkan ke sekolah ataupun tidak diperkenalkan dengan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Dukungan keluarga merupakan hal yang mendasar dari pembentukan kepercayaan
diri seorang individu dimana dengan peran orang tua individu akan tumbuh menjadi individu
yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistis terhadap dirinya,
dengan menilai positif dirinya.
Maka dari itu, dukungan keluarga merupakan sikap atau tindakandan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya.Dalam hal ini anggota yang dimaksud adalah penyandang
disabilitas yang merasa memperoleh dukungan secara emosional dan merasa lega karena
diperhatikan, mendapatkan saran atau kesan yang menyenangkan.Dukungan keluarga
meliputi dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional.
Dukungan informasi berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang
dunia yang dapat digunakan untuk menangkap suatu masalah.Aspek dalam dukungan ini
adalah nasihat, usulan, saran, petunjuka dan pemberian informasi.Dukungan penilaian yaitu
keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menangani
masalah serta validator.Identitas keluarga diantaranya memberikan support, pengakuan, dan
perhatian.Dukungan instrumental yaitu sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya
bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana.Selain itu
invidu merasa bahwa dirinya masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap
seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau kesulitan.Dukungan emosional yaitu
keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk penulisan kemudian aspek
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk aksi adanya
kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.
Di Medan sendiri, Panti Sosial Bina Daksa memberikan perhatian khusus terhadap
penyandang disabilitas. Dalam misinya melakukan perlindungan, peningkatan harkat dan

Universitas Sumatera Utara

martabat, serta kualitas hidup penyandang disabilitas serta mengembangkan prakarsa dan
peran aktif masyarakat dalam pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat Panti Sosial
Bina Daksa menjalankan beberapa program

yang nantinya dapat meningkatkan

keberfungsian sosial bagi penyandang disabilitas itu sendiri dalam keluarga ataupun
masyarakat.
Setelah memperoleh dukungan keluarga penyandang disabilitas tidak hanya sosok
lemah yang dipandang kasihan bahkan sebelah mata tetapi sosok yang dijadikan motivasi diri
bagi masyarakat lainnya. Jika dukungan tersebut dapat dijadikan secara maksimal maka
keberfungsian sosial penyandang disabilitas juga akan terpenuhi. Adapun keberfungsian
sosialnya meliputi : kemampuan memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan lainnya, kemampuan
melakukan peran sosialnya yaitu tingkah laku atau tindakan adalah kedudukan seseorang
didalam lingkungan sosialnya dan mereka mampu memecahkan masalah yang juga terkait
dalam kebutuhan atau pelaksanaan peran sosialnya.

Universitas Sumatera Utara

Bagan Alir Pikir
Penyandang Disabilitas

1. Penyandang Disabilitas Fisik
2. Penyandang Disabilitas Mental
3. Penyandang Disabilitas Ganda

Dukungan Keluarga

Dukungan Informasi
1. Usulan
2. Saran
3. Petunjuk dan
Informasi

Dukungan
Perilaku
1. Support
2. Pengakuan
3. Perilaku

Dukungan Instrumental

Dukungan Emosional

1. Sumber Pertolongan
konkrit
2. Perhatian atau
kepeduluan

1.Kepercayaan
2. Perhatian

3. Mendengarkan dan
didengarkan

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia
Sumatera Utara

Keberfungsian sosial meliputi :
1. Kemampuan memenuhi kebutuhan
fisik, sosial dan mental
2. Kemampuan melakukan peranan
sosialnya yaitu tindakan atau tingkah
laku dalam lingkungan sosial
3. Kemampuan memecahkan masalah

Universitas Sumatera Utara

2.9 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah
pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan opjek penelitian. Dengan kata
lain, Penulis berupaya membawa para pembaca hasil penelitian ini untuk memaknai konsep
sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh Penulis. Jadi, definisi konsep ialah
pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,
2011: 138).
Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :
a. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
penderita yang sakit
b. Keberfungsian Sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan
peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu berupa adanya rintangan
dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinya mencapai kebetuhan hidupnya.
c. Penyandang Disabilitas adalah suatu kondisi dimana adanya kelainana fisik atau
mental yang dapat menggangu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi seorang
untuk melakukan aktivitas secara selayaknya.
d. Pelayanan Sosial adalah kegiatan yang dilakukan pendamppingan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Panti Sosial adalah Lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan
fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan
panyandang masalah kesejahteraan sosial ke ara kehidupan normat