Pengaruh Corporate Governance dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi menjelaskan hubungan antara pemilik modal
dengan agen (manajemen). Dalam rangka memahami konsep
Corporate Governance, maka digunakanlah dasar perspektif
hubungan
keagenan.
Prinsip-prinsip
pokok
Corporate
Governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya
praktik Good Corporate Governance adalah transparansi,
akuntabilitas, keadilan dan responsibilitas. Corporate governance
diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal
dan agen yang pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan
tindakan manajemen laba. Pengungkapan tanggung jawab sosial
merupakan salah satu komitmen manajemen untuk meningkatkan
kinerjanya terutama dalam kinerja sosial. Dengan demikian,
manajemen akan mendapatkan penilaian positif dari pemilik
modal.
Eisenhard dikutip dalam Isnanta (2008) menggunakan tiga
asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi
yaitu : (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
Universitas Sumatera Utara
(self interst), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia
selalu menghindari resiko ( risk averse). Berdasarkan asumsi
sifat
dasar
kemungkinan
manusia
besar
tersebut,
akan
manajer
bertindak
sebagai
manusia
berdasarkan
sifat
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.
Selain itu teori Agensi juga menjelaskan mengenai
masalah asimetri
informasi
Manajer sebagai pengelola
(information
asymmetric).
perusahaan lebih
banyak
mengetahui informasi internal dan prosfek perusahaan dimasa
yang akan datang dibandingkanpemilik (pemegang saham).
Oleh
karena
itu
sebagai
pengelola, manajer berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini
dikenal sebagai informasi yang tidak simetris informasi
(Hendriksen dan Van Breda, 2000 : 145).
Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan
pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada
manajer
manajemen
untuk melakukan
laba
tindikan
opotunis
seperti
(earnings management) mengenai kinerja
ekonomi perusahaan sehingga dapat merugikan
pemilik
(pemegang saham). Manajer akan berusahaa melakukan Hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa
persetujuan pemilik atau pemegang saham.
Dengan adanya masalah agensi yang disebabkan
karena konflik kepentingan dan asimetri informasi ini, maka
perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost).
Jensen dan Meckling (1976 : 315) menjelaskan biaya keagenan
dalam tiga jenis yaitu:
1. Biaya Monitoring (monitoring cost), merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh agen.
2. Biaya Bonding (bonding cost),
menjamin
merupakan biaya untuk
bahwa agen tidak akan bertindak
merugikan
principal, atau dengan kata lain untuk meyakinkan agen,
bahwa principal akan memberikan kompensasi jika agen
benar-benar melakukan tindakan tersebut.
3. Biaya kerugian residul (residul loss), merupakan nilai uang
yang
ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran
yang
dialami oleh principal akibat dari perbedaan kepentingan.
Konsep GCG berkaitan
dengan bagaimana para pemilik
(pemegang saham) yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan
melakukan kecurangan-kecurangan yang akan
merugikan
para pemegang saham. Dengan kata lain dengan penerapan
Universitas Sumatera Utara
Good Corporate Govenance diharapkan dapat berfungsi
untuk menekankan atau menurunkan biaya keagenan (agency
cost).
2.1.2 Definisi Corporate Social Responsibility
Definisi
mengenai
Corporate
Social
Responsibility
sekarang ini sangatlah beragam. Seperti definisi menurut Kotler
dan Nancy (2005:3) Corporate Social Responsibility (CSR)
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan
mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.
Menurut CSR Forum (Wibisono, 2007:7) Corporate Social
Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan
secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai
moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan,
komunitas dan lingkungan.
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)adalah
suatu
tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai
kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab
mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada. Contoh bentuktanggungjawab itu bermacam-macam, mulai
dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk
anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas
Universitas Sumatera Utara
umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat
sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena
strategi
perusahaan
yang
mengakomodasi
kebutuhan
dan
kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana
kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah
lebih penting daripada sekedar profitability.
Terdapat
beberapa
definisi
lain
mengenai
CSR
sebagaimana dipaparkan oleh Hemingway& Maclagan dalam
Journal of Business Ethics (2004,33-44).
a. Corporate
Social
Responsibility
requires
companies
to
knowledge that they should be publicy accountable not only for
their financial performance but also for their social and
environmental record. More widely, CSR encompasses the
extent to which companies should promote human rights,
democracy,
community
improvement
and
sustainable
development objectives throught the world. (The Confederation
of British Industry.)
b. Identifies four components that need to be present in order for a
business to claim it is socially responsible; economic, legal,
ethical, philatrophic responsibilities (Caroll).
Universitas Sumatera Utara
c. Corporate
social
responsibility
refers
to
managements
inligation to set policies, make decisions and follow courses of
action beyond the requirements of the law that desirable in
terms of the values and objectives of society (Moseley).
d. Corporate social responsibility may be viewed as a process in
which managers take responsibility for identifying and
accomodating the interest of those affected by the organizations
actions (Maclagan).
e. Socially responsible actions by a corporation are actions that;
when judged by society in the future, are seen to have been of
maximum help in providing necesssary amounts of desired
goods and services at minimum financial and social cost,
distributed as equability as possible (Farmer).
Dari sekian banyak definisi CSR, salah satu yang
menggambarkan CSR di Indonesia adalah definisi Suharto
(2006:101) yang menyatakan bahwa CSR adalah operasi bisnis
yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk membangun
sosial-ekonomi
kawasan
secara
holistik,
melembaga
dan
berkelanjutan. Dari definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa salah
satu aspek yang dalam pelaksanaan CSR adalah komitmen
berkelanjutan dalam mensejahterakan komunitas lokal masyarakat
sekitar.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut
sebagaiCorporatesocialreportingadalahprosespengkomunikasian
efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi
perusahaanpadakelompok-kelompoktertentudalammasyarakatdan
pada masyarakat secara
keseluruhan (Gray et.al.,dalam
Rosmasita2007).Kontribusinegatifperusahaanterhadaplingkungan
sekitarnyatelahmenyebabkanhilangnya
kepercayaanmasyarakat,
olehkarenaitudenganmengungkapkaninformasi-informasi
mengenaioperasiperusahaansehubungan
sebagaitanggungjawab
denganlingkungan
perusahaandiharapkandapat
mengembalikankepercayaanmasyarakat.Jadiagarbentuktanggung
jawabsosialyangtelahdilakukanolehperusahaandapat
diketahui
olehberbagaipihakyangberkepentingan,makahalitudiungkapkan
dalamlaporantahunanperusahaan.
Darwin(2004)mengatakanbahwaCorporateSustainability
Reportingterbagimenjadi3kategoriyaitukinerjaekonomi,kinerja
lingkungandankinerja
iniakan
dibagi
sosial.
dalam
Selanjutnyatiga
beberapa
subkategori.
kinerjautama
Pembagian
CorporateSustainabilityReportingmenurutDarwindapatdilihatpad
aTabel 2.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
KategoridalamCorporateSustainabilityReportingmenurutDarwin
Kategori
Aspek
nerjaEkonomi
ngaruhekonomi
langgan,pemasok,karyawan,penyedia
caralangsung
odaldan sektorpublik
nerjaLingkungan
alhalyangterkaitdengan
ahanbaku,energy, air,keanekaragaman
yati
lingkungan
(biodiversity), emisi,
sungai,sampah,
pemasok,
produk
dan
inerjaSosial
aktekkerja
eamanan
dan
keselamatan
tenaga
kerja,pendidikandantraining,kesempatank
erja
akmanusia
rategimanajemen,nondiskriminasi,
kebebasanberserikatdanberkumpul,tenaga
kerjadibawahumur,kedisiplinan,keamanan
, dan lain-lain.
sial
omunitas,korupsi,kompetisidanpenetapan
harga
Universitas Sumatera Utara
anggungjawab
esehatan
dan
keamanan
pelanggan,
iklanyangpeduli
rhadapproduk
Tujuan pengungkapan menurut
Commision
(SEC)
dikategorikan
Securities
Exchange
menjadi
dua yaitu
propective disclosure, yang dimaksudkan sebagai perlindungan
terhadap investor dan informative disclosure, yang bertujuan
memberikan informasi yang layak kepada pengguna laporan.
(Wolk, Francis, dan Tearayn dalam Utomo 2000 ). Berbeda
dengan SEC, Belkaoui (2004:225-226) mengemukakan ada enam
tujuan pengungkapan, yaitu:
1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk
menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut,
selain ukuran dalam laporan keuangan,
2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan
untuk menyediakan ukur an yang bermanfaat bagi item-item
tersebut,
3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor
kreditor dalam menentukan resiko dan item-item yang
potensial untuk diakui dan yang belum diakui,
4. Untuk menyediakan informasi yang penting yang dapat
digunakan
oleh
pengguna
aporan
keuangan
untukmembandingkan antar perusahaan dan antar tahun,
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk
dan kas keluar dimasa mendatang,
6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan
investasinya.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Corporate Social
Responsibility
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial
diproksikan
dalam
corporate governance dan profitabilitas.
2.1.4.1
Corporate Governance
Corporate
governance
adalah
kunci dalam meningkatkan efisiensi
meliputi
serangkaian
perusahaan,
dewan
hubungan
direksinya
suatu
elemen
ekonomis yang
antara
(dewan
manajemen
direksi
dan
komisaris, untuk Negara-negara yang menganut sistem
hukum two-tier, termasuk Indonesia), para pemegang
sahamnya
dan
stakeholders
lainnya.
Hal
serupa
dikemukakan oleh Calbury Commite (2003 : 23) :A set of
rules that
define a relationship between shareholders,
manager, creditor the goverment, employees and other
internal and external stakeholder in respect to their and
renshibilities. Good corporate governance pada dasarnya
merupakan suatu system (input, proses, output) dan
Universitas Sumatera Utara
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai
pihak
yang berkepentingan
(stakeholders)
terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang
saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan. Good corporate governance
dimasukkan unruk mengatur hubungan- hubungan ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam
strategi
perusahaan
dan
untuk
memastikan
bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan
segera.
Menurut Sidharta dan Cynthia dalam Oktapiyani
(2009 : 12) istilah Good Corporate Governance secara
umum dikenal sebagai suatu sistem dan struktur yang baik
untuk
mengelola
perusahaan
meningkatkan
mengakomodasi
nilai
berbagai
dengan perusahaan
pemegang
dengan
tujuan
saham
serta
pihak yang berkepentingan
(stakeholders),
seperti
kreditur,
pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah,
dan masyarakat luas.
Prinsip good corporate governance ini dapat
digunakan untuk melindungi pihak-pihak minoritas dari
pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer
dan
pemegang saham dengan mekanisme legal. Untuk lebih
Universitas Sumatera Utara
jelas, berikut adalah beberapa
kutipan dari pengertian
corporate governance :
......., mekanisme administratif yang mengatur hubunganhubungan antara manajemen perusahaan, komisaris,
direksi, pemegang saham dan kelompok- kelompok
kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan –
hubungan ini di
manifestasikan
berbagai
permainan
aturan
dan
dalam
bentuk
sistem intnsif
sebagai kerangka kerja yang diperlukan
untuk
menentukan tujuan- tujuan perusahaan dan cara-cara
pencapaian tujuan-tujuan serta pemantauan kinerja
yang dihasilkan. (Wahyudi Prakarsa, 2006:159).
Corporate
merupakan
governance
mekanisme
dalam
penelitian
ini
corporategovernance.Faktor-
faktormekanismecorporategovernancejugadikorelasikan
dengantingkatpengungkapanCSRdalamlaporantahunanperu
sahaan.
Ukurandewankomisaris,ukurankomiteaudit,kualitasauditore
ksternal,danstrukturkepemilikan berkorelasi positif dengan
pengungkapan CSR menghubungkan kepemilikan asing
dan kepemilikan institusionalterhadappengungkapan CSR.
2.1.4.2
Profitabilitas Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana
margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan
penjualan, modal rata-rata dan ekuitas saham biasa ratarata (Greuning, 2005:29). Dengan demikian, profitabilitas
merupakan
kemampuan
suatu
perusahaan
dalam
memperoleh laba atas aktivitasnya dalam hubungan dengan
penjualan aktiva ataupun modal sendiri. Apabila suatu
perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi, maka
perusahaan
tersebut
dapat
dikatakan
sukses
dalam
melakukan aktivitasnya. Selain itu, profitabilitas juga erat
kaitannya sebagai alat pengendalian bagi manajemen yang
mana melalui tingkat profitabilitas, maka manajemen dapat
melakukan penyusunan target, budget, evaluasi hasil
pelaksanaan operasi perusahaan dan juga sebagai dasar
pengambilan keputusan.. Menurut Sembiring (2005):
Penelitian ilmiah terhadap hubungan profitabilitas dan
pengungkapan
tanggung
jawab
memperhatikan hasil yang sangat
sosial
beragam.
perusahaan
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai
hubungan yang negatif terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial.
Penelitian ini menggunakan proksi ROE untuk
mengukur profitabilitas.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hartati (2012) melakukan penelitian mengenai apakah good
corporate governance, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaanperusahaan perkebunan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Variabel
Independen : kepemilikan institusional, dewan komisaris independen,
kepemilikan manajerial, komite audit, profitabilitas dan ukuran
perusahaan. Variabel dependen : pengungkapan tanggung jawab sosial.
kepemilikan institusional memberikan pengaruh
negatif yang tidak
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial,
dewan
komisaris independen memberikan pengaruh positif yang tidak
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, kepemilikan
manajerial memberikan pengaruh negatif yang
signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial, ko mite audit berpengaruh
negatif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial,
profitabilitas memberikan pengaruh positif yang
tidak
signifikan
tehadap pengungkapan tanggung jawab sosial, ukuran perusahaan
memberikan
pengaruh
pengungkapan
kepemilikan
negatif
yang
tidak
signifikan
terhadap
tanggung jawab sosial, secara simultan dari,
institusional,
dewan
komisaris
independen,
kepemilikan manajerial, komite audit, profitabilitas dan ukuran
perusahaan memberikan pengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial.
Universitas Sumatera Utara
Sitepu (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan
Tahunan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ melakukan
penelitian CSR menggunakan Variabel Independen: Ukuran dewan
komisaris, Tingkat leverage,
Variabel
Dependen:
Ukuran
perusahaan,
Profitabilitas
Jumlah informasi sosial yang
diungkapkan.
variabel ukuran dewan komisaris, danprofitabilitas, memiliki pengaruh
signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh
perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan, tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
jumlah informasi yang
diungkapkan.
Sembiring
(2005)
melakukan
penelitian
Karakteristik
Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan
yang tercatat di BEJ.
Melakukan
penelitian CSR menggunakan
Variabel Independen yang terdiri dari Size, Profitabilitas, Profile,
Ukuran dewan komisaris, Variabel Dependen CSR. Secara parsial tiga
variable, yaitu size, profile, dan ukuran dewan komisaris ditemukan
berpengaruh
signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial.
Nurkhin (2009) melakukan penelitian mengenai Corporate
Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap
Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia) menjelaskan pengaruh dari
Universitas Sumatera Utara
corporate governance (dengan mekanisme kepemilikan intitusional
dan
komposisi dewan
terhadap
komisaris
independen)
dan
profitabilitas
pengungkapan tanggung jawab sosial dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel kontrol. Komposisi dewan komisaris dan
profitabilitas
berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan
tanggung jawab sosial kepemilikan institusional, ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
2
maPenelitia
n
VariabelPenelitian
HasilPenelitian
tati (2012)
ariabel
Independen
: pemilikaninstitusional,kepemil
ikanmanajerial,komite audit
kepemilikan institusional,
dan
ukuran
dewan
komisaris
perusahaanmemberikanpenga
independen , kepemilikan
ruhnegatifyangsignifikanterh
manajerial,komite audit,
adappengungkapantanggung
profitabilitas dan ukuran
jawab sosial sedangkan dewan
perusahaan
komisaris independen dan
profitabilitasmemberikan
ariabel
dependen
:
pengaruh positif yang tidak
pengungkapan tanggung
signifikanterhadappengungka
jawab social
pantanggungjawabsosial.
epu (2009)
riabelIndependen:
kurandewan
komisaris,Tingkat
leverage,Ukuranperusahaa
n,Profitabilitas
ariabelDependen:
Jumlah
informasisosial
yangdiungkapkan.
riabelukurandewankomisaris,d
anprofitabilitas,
memilikipengaruh signifikan
terhadapjumlahinformasi
sosialyangdiungkapkan oleh
perusahaan,sedangkan tingkat
leveragedan
ukuranperusaha
an,tidak
memilikipengaruhsignifikant
erhadap jumlahinformasiyang
diungkapkan
Universitas Sumatera Utara
3
No
4
mbiring
(2005)
riabelIndependen:
cara
parsialtigavariabel,
itu
size,
profile,
dan
ze,Profitabilitas,
ukurandewankomisarisditem
Profile,Ukurandewankomi
ukanberpengaruhsignifikante
saris,
rhadap
pengungkapantanggungjawab
ariabelDependen: CSR
sosialperusahaan.
Nama
Penelitian
Variabel Penelitian
Nurkhin
(2009)
VariabelIndependen:
Kepemilikan
Institusional, Komposisi
dewankomisaris,
Profitabilitas,Ukuran
Perusahaandantipe
industri.
Variabeldependen:
Pengungkapantanggung
jawabsosial
Hasil Penelitian
Komposisidewankomisari
sdan
Profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap pengungkapan
tanggungjawab
sosial
kepemilikan
institusional,ukuran
perusahaantidak
berpengaruhsignifikan
terhadap pengungkapan
tanggungjawab sosial.
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008 : 38) ”kerangka teoritis adalah suatu
model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan
faktor- faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu”. Kerangka
konseptual akan
menghubungkan
variabel
independen dengan variabel dependen. Begitu juga apabila ada variabel
lain yang menyertai, maka peran variabel tersebut harus dijelaskan.
Corporate Governance
Pengungkapan
Corporate
Universitas Sumatera Utara
Social
H1
epemilikan
Institusional (X1)
H1
ewan
H2 Komisaris Independen
rofitabilitas
H3
(X2)
(X3)
H4
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen
adalah
kepemilikan
institusional,
dewan
komisaris
independen,
profitabilitas, dan variabel dependennya adalah pengungkapan corporate
social responsibility.
Kepemilikan institusional pada dasarnya bertindak sebagai
pihak
yang
memonitor
perusahaan. Contoh kontrol yang dapat
diberikan adalah memberikan arahan dan masukan kepada manajemen
ketika
manajemen
pengungkapan
CSR
tidak
untuk
melakukan aktivitas
positif
seperti
mendaptkan legitimasi dari masyarakat.
Hal ini penting untuk dilakukan karena akan berdampak positif bagi
keberlanjutan
perusahaan
di
masa mendatang. Kepemilikan
institusional dapat memberikan monitoring terhadap manajemen untuk
melakukan aktivitas positif tersebut. Dengan demikian pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dapat dipengaruhi oleh tingkat
kepemilikan institusional.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Coller dan Gregory dalam Sembiring (2005) ada
hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan jumlah
pengungkapan tanggung jawab sosial. Tekanan terhadap manajemen
untuk mengungkapkan informasi sosial akan bertambah besar dengan
semakin banyaknya anggota dewan komisaris, akan semakin muda
untuk mengendalikan CEO dan monitoring
yang dilakukan akan
semakin efektif.
Profitabilitas memberikan keyakinan kepada perusahaan untuk
melakukan pengungkapan sukarela tersebut. Tingkat profitabilitas
yang semakin tinggi akan semakin memotivasi perusahaan untuk
mengungkapkan CSR untuk mendapatkan legitimasi dan nilai positif
dari stakeholders. Sehingga, Heinze dalam Hackston dan Milne
(1996) mengungkapkan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang
membuat
manajemen
menjadi
bebas
mengungkapkan Pertanggung jawaban sosial
dan
fleksibel
kepada
untuk
pemegang
saham. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan
memberikan keluwesan kepada manajemen untuk melaksanakan dan
mengungkapkan CSR. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah
akan sangat mempertimbangkan pelaksanaan dan pengungkapan CSR,
karena khawatir akan mengganggu operasional perusahaan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008 :20) Hipotesis adalah preposisi yang
dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi
Universitas Sumatera Utara
merupakan ungkapan
atau
pernyataan
yang
dapat
dipercaya,
disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan
atau
memprediksi norma-norma. Berdasarkan uraian teoritis dan
kerangka konseptual diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1
: Kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
H2
: Dewan Komisaris Independen berpengaruh secara
parsial
terhadap
pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility.
H3
: Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility.
H4
:
Kepemilikan
Institusional,
Dewan
Komisaris
Independen, dan Profitabilitas berpengaruh secara parsial
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi menjelaskan hubungan antara pemilik modal
dengan agen (manajemen). Dalam rangka memahami konsep
Corporate Governance, maka digunakanlah dasar perspektif
hubungan
keagenan.
Prinsip-prinsip
pokok
Corporate
Governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya
praktik Good Corporate Governance adalah transparansi,
akuntabilitas, keadilan dan responsibilitas. Corporate governance
diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal
dan agen yang pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan
tindakan manajemen laba. Pengungkapan tanggung jawab sosial
merupakan salah satu komitmen manajemen untuk meningkatkan
kinerjanya terutama dalam kinerja sosial. Dengan demikian,
manajemen akan mendapatkan penilaian positif dari pemilik
modal.
Eisenhard dikutip dalam Isnanta (2008) menggunakan tiga
asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi
yaitu : (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
Universitas Sumatera Utara
(self interst), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia
selalu menghindari resiko ( risk averse). Berdasarkan asumsi
sifat
dasar
kemungkinan
manusia
besar
tersebut,
akan
manajer
bertindak
sebagai
manusia
berdasarkan
sifat
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.
Selain itu teori Agensi juga menjelaskan mengenai
masalah asimetri
informasi
Manajer sebagai pengelola
(information
asymmetric).
perusahaan lebih
banyak
mengetahui informasi internal dan prosfek perusahaan dimasa
yang akan datang dibandingkanpemilik (pemegang saham).
Oleh
karena
itu
sebagai
pengelola, manajer berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini
dikenal sebagai informasi yang tidak simetris informasi
(Hendriksen dan Van Breda, 2000 : 145).
Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan
pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada
manajer
manajemen
untuk melakukan
laba
tindikan
opotunis
seperti
(earnings management) mengenai kinerja
ekonomi perusahaan sehingga dapat merugikan
pemilik
(pemegang saham). Manajer akan berusahaa melakukan Hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa
persetujuan pemilik atau pemegang saham.
Dengan adanya masalah agensi yang disebabkan
karena konflik kepentingan dan asimetri informasi ini, maka
perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost).
Jensen dan Meckling (1976 : 315) menjelaskan biaya keagenan
dalam tiga jenis yaitu:
1. Biaya Monitoring (monitoring cost), merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh agen.
2. Biaya Bonding (bonding cost),
menjamin
merupakan biaya untuk
bahwa agen tidak akan bertindak
merugikan
principal, atau dengan kata lain untuk meyakinkan agen,
bahwa principal akan memberikan kompensasi jika agen
benar-benar melakukan tindakan tersebut.
3. Biaya kerugian residul (residul loss), merupakan nilai uang
yang
ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran
yang
dialami oleh principal akibat dari perbedaan kepentingan.
Konsep GCG berkaitan
dengan bagaimana para pemilik
(pemegang saham) yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan
melakukan kecurangan-kecurangan yang akan
merugikan
para pemegang saham. Dengan kata lain dengan penerapan
Universitas Sumatera Utara
Good Corporate Govenance diharapkan dapat berfungsi
untuk menekankan atau menurunkan biaya keagenan (agency
cost).
2.1.2 Definisi Corporate Social Responsibility
Definisi
mengenai
Corporate
Social
Responsibility
sekarang ini sangatlah beragam. Seperti definisi menurut Kotler
dan Nancy (2005:3) Corporate Social Responsibility (CSR)
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan
mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.
Menurut CSR Forum (Wibisono, 2007:7) Corporate Social
Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan
secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai
moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan,
komunitas dan lingkungan.
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)adalah
suatu
tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai
kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab
mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada. Contoh bentuktanggungjawab itu bermacam-macam, mulai
dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk
anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas
Universitas Sumatera Utara
umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat
sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena
strategi
perusahaan
yang
mengakomodasi
kebutuhan
dan
kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana
kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah
lebih penting daripada sekedar profitability.
Terdapat
beberapa
definisi
lain
mengenai
CSR
sebagaimana dipaparkan oleh Hemingway& Maclagan dalam
Journal of Business Ethics (2004,33-44).
a. Corporate
Social
Responsibility
requires
companies
to
knowledge that they should be publicy accountable not only for
their financial performance but also for their social and
environmental record. More widely, CSR encompasses the
extent to which companies should promote human rights,
democracy,
community
improvement
and
sustainable
development objectives throught the world. (The Confederation
of British Industry.)
b. Identifies four components that need to be present in order for a
business to claim it is socially responsible; economic, legal,
ethical, philatrophic responsibilities (Caroll).
Universitas Sumatera Utara
c. Corporate
social
responsibility
refers
to
managements
inligation to set policies, make decisions and follow courses of
action beyond the requirements of the law that desirable in
terms of the values and objectives of society (Moseley).
d. Corporate social responsibility may be viewed as a process in
which managers take responsibility for identifying and
accomodating the interest of those affected by the organizations
actions (Maclagan).
e. Socially responsible actions by a corporation are actions that;
when judged by society in the future, are seen to have been of
maximum help in providing necesssary amounts of desired
goods and services at minimum financial and social cost,
distributed as equability as possible (Farmer).
Dari sekian banyak definisi CSR, salah satu yang
menggambarkan CSR di Indonesia adalah definisi Suharto
(2006:101) yang menyatakan bahwa CSR adalah operasi bisnis
yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk membangun
sosial-ekonomi
kawasan
secara
holistik,
melembaga
dan
berkelanjutan. Dari definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa salah
satu aspek yang dalam pelaksanaan CSR adalah komitmen
berkelanjutan dalam mensejahterakan komunitas lokal masyarakat
sekitar.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut
sebagaiCorporatesocialreportingadalahprosespengkomunikasian
efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi
perusahaanpadakelompok-kelompoktertentudalammasyarakatdan
pada masyarakat secara
keseluruhan (Gray et.al.,dalam
Rosmasita2007).Kontribusinegatifperusahaanterhadaplingkungan
sekitarnyatelahmenyebabkanhilangnya
kepercayaanmasyarakat,
olehkarenaitudenganmengungkapkaninformasi-informasi
mengenaioperasiperusahaansehubungan
sebagaitanggungjawab
denganlingkungan
perusahaandiharapkandapat
mengembalikankepercayaanmasyarakat.Jadiagarbentuktanggung
jawabsosialyangtelahdilakukanolehperusahaandapat
diketahui
olehberbagaipihakyangberkepentingan,makahalitudiungkapkan
dalamlaporantahunanperusahaan.
Darwin(2004)mengatakanbahwaCorporateSustainability
Reportingterbagimenjadi3kategoriyaitukinerjaekonomi,kinerja
lingkungandankinerja
iniakan
dibagi
sosial.
dalam
Selanjutnyatiga
beberapa
subkategori.
kinerjautama
Pembagian
CorporateSustainabilityReportingmenurutDarwindapatdilihatpad
aTabel 2.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
KategoridalamCorporateSustainabilityReportingmenurutDarwin
Kategori
Aspek
nerjaEkonomi
ngaruhekonomi
langgan,pemasok,karyawan,penyedia
caralangsung
odaldan sektorpublik
nerjaLingkungan
alhalyangterkaitdengan
ahanbaku,energy, air,keanekaragaman
yati
lingkungan
(biodiversity), emisi,
sungai,sampah,
pemasok,
produk
dan
inerjaSosial
aktekkerja
eamanan
dan
keselamatan
tenaga
kerja,pendidikandantraining,kesempatank
erja
akmanusia
rategimanajemen,nondiskriminasi,
kebebasanberserikatdanberkumpul,tenaga
kerjadibawahumur,kedisiplinan,keamanan
, dan lain-lain.
sial
omunitas,korupsi,kompetisidanpenetapan
harga
Universitas Sumatera Utara
anggungjawab
esehatan
dan
keamanan
pelanggan,
iklanyangpeduli
rhadapproduk
Tujuan pengungkapan menurut
Commision
(SEC)
dikategorikan
Securities
Exchange
menjadi
dua yaitu
propective disclosure, yang dimaksudkan sebagai perlindungan
terhadap investor dan informative disclosure, yang bertujuan
memberikan informasi yang layak kepada pengguna laporan.
(Wolk, Francis, dan Tearayn dalam Utomo 2000 ). Berbeda
dengan SEC, Belkaoui (2004:225-226) mengemukakan ada enam
tujuan pengungkapan, yaitu:
1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk
menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut,
selain ukuran dalam laporan keuangan,
2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan
untuk menyediakan ukur an yang bermanfaat bagi item-item
tersebut,
3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor
kreditor dalam menentukan resiko dan item-item yang
potensial untuk diakui dan yang belum diakui,
4. Untuk menyediakan informasi yang penting yang dapat
digunakan
oleh
pengguna
aporan
keuangan
untukmembandingkan antar perusahaan dan antar tahun,
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk
dan kas keluar dimasa mendatang,
6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan
investasinya.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Corporate Social
Responsibility
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial
diproksikan
dalam
corporate governance dan profitabilitas.
2.1.4.1
Corporate Governance
Corporate
governance
adalah
kunci dalam meningkatkan efisiensi
meliputi
serangkaian
perusahaan,
dewan
hubungan
direksinya
suatu
elemen
ekonomis yang
antara
(dewan
manajemen
direksi
dan
komisaris, untuk Negara-negara yang menganut sistem
hukum two-tier, termasuk Indonesia), para pemegang
sahamnya
dan
stakeholders
lainnya.
Hal
serupa
dikemukakan oleh Calbury Commite (2003 : 23) :A set of
rules that
define a relationship between shareholders,
manager, creditor the goverment, employees and other
internal and external stakeholder in respect to their and
renshibilities. Good corporate governance pada dasarnya
merupakan suatu system (input, proses, output) dan
Universitas Sumatera Utara
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai
pihak
yang berkepentingan
(stakeholders)
terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang
saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan. Good corporate governance
dimasukkan unruk mengatur hubungan- hubungan ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam
strategi
perusahaan
dan
untuk
memastikan
bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan
segera.
Menurut Sidharta dan Cynthia dalam Oktapiyani
(2009 : 12) istilah Good Corporate Governance secara
umum dikenal sebagai suatu sistem dan struktur yang baik
untuk
mengelola
perusahaan
meningkatkan
mengakomodasi
nilai
berbagai
dengan perusahaan
pemegang
dengan
tujuan
saham
serta
pihak yang berkepentingan
(stakeholders),
seperti
kreditur,
pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah,
dan masyarakat luas.
Prinsip good corporate governance ini dapat
digunakan untuk melindungi pihak-pihak minoritas dari
pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer
dan
pemegang saham dengan mekanisme legal. Untuk lebih
Universitas Sumatera Utara
jelas, berikut adalah beberapa
kutipan dari pengertian
corporate governance :
......., mekanisme administratif yang mengatur hubunganhubungan antara manajemen perusahaan, komisaris,
direksi, pemegang saham dan kelompok- kelompok
kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan –
hubungan ini di
manifestasikan
berbagai
permainan
aturan
dan
dalam
bentuk
sistem intnsif
sebagai kerangka kerja yang diperlukan
untuk
menentukan tujuan- tujuan perusahaan dan cara-cara
pencapaian tujuan-tujuan serta pemantauan kinerja
yang dihasilkan. (Wahyudi Prakarsa, 2006:159).
Corporate
merupakan
governance
mekanisme
dalam
penelitian
ini
corporategovernance.Faktor-
faktormekanismecorporategovernancejugadikorelasikan
dengantingkatpengungkapanCSRdalamlaporantahunanperu
sahaan.
Ukurandewankomisaris,ukurankomiteaudit,kualitasauditore
ksternal,danstrukturkepemilikan berkorelasi positif dengan
pengungkapan CSR menghubungkan kepemilikan asing
dan kepemilikan institusionalterhadappengungkapan CSR.
2.1.4.2
Profitabilitas Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana
margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan
penjualan, modal rata-rata dan ekuitas saham biasa ratarata (Greuning, 2005:29). Dengan demikian, profitabilitas
merupakan
kemampuan
suatu
perusahaan
dalam
memperoleh laba atas aktivitasnya dalam hubungan dengan
penjualan aktiva ataupun modal sendiri. Apabila suatu
perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi, maka
perusahaan
tersebut
dapat
dikatakan
sukses
dalam
melakukan aktivitasnya. Selain itu, profitabilitas juga erat
kaitannya sebagai alat pengendalian bagi manajemen yang
mana melalui tingkat profitabilitas, maka manajemen dapat
melakukan penyusunan target, budget, evaluasi hasil
pelaksanaan operasi perusahaan dan juga sebagai dasar
pengambilan keputusan.. Menurut Sembiring (2005):
Penelitian ilmiah terhadap hubungan profitabilitas dan
pengungkapan
tanggung
jawab
memperhatikan hasil yang sangat
sosial
beragam.
perusahaan
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai
hubungan yang negatif terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial.
Penelitian ini menggunakan proksi ROE untuk
mengukur profitabilitas.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hartati (2012) melakukan penelitian mengenai apakah good
corporate governance, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaanperusahaan perkebunan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Variabel
Independen : kepemilikan institusional, dewan komisaris independen,
kepemilikan manajerial, komite audit, profitabilitas dan ukuran
perusahaan. Variabel dependen : pengungkapan tanggung jawab sosial.
kepemilikan institusional memberikan pengaruh
negatif yang tidak
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial,
dewan
komisaris independen memberikan pengaruh positif yang tidak
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, kepemilikan
manajerial memberikan pengaruh negatif yang
signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial, ko mite audit berpengaruh
negatif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial,
profitabilitas memberikan pengaruh positif yang
tidak
signifikan
tehadap pengungkapan tanggung jawab sosial, ukuran perusahaan
memberikan
pengaruh
pengungkapan
kepemilikan
negatif
yang
tidak
signifikan
terhadap
tanggung jawab sosial, secara simultan dari,
institusional,
dewan
komisaris
independen,
kepemilikan manajerial, komite audit, profitabilitas dan ukuran
perusahaan memberikan pengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial.
Universitas Sumatera Utara
Sitepu (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan
Tahunan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ melakukan
penelitian CSR menggunakan Variabel Independen: Ukuran dewan
komisaris, Tingkat leverage,
Variabel
Dependen:
Ukuran
perusahaan,
Profitabilitas
Jumlah informasi sosial yang
diungkapkan.
variabel ukuran dewan komisaris, danprofitabilitas, memiliki pengaruh
signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh
perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan, tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
jumlah informasi yang
diungkapkan.
Sembiring
(2005)
melakukan
penelitian
Karakteristik
Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan
yang tercatat di BEJ.
Melakukan
penelitian CSR menggunakan
Variabel Independen yang terdiri dari Size, Profitabilitas, Profile,
Ukuran dewan komisaris, Variabel Dependen CSR. Secara parsial tiga
variable, yaitu size, profile, dan ukuran dewan komisaris ditemukan
berpengaruh
signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial.
Nurkhin (2009) melakukan penelitian mengenai Corporate
Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap
Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia) menjelaskan pengaruh dari
Universitas Sumatera Utara
corporate governance (dengan mekanisme kepemilikan intitusional
dan
komposisi dewan
terhadap
komisaris
independen)
dan
profitabilitas
pengungkapan tanggung jawab sosial dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel kontrol. Komposisi dewan komisaris dan
profitabilitas
berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan
tanggung jawab sosial kepemilikan institusional, ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
2
maPenelitia
n
VariabelPenelitian
HasilPenelitian
tati (2012)
ariabel
Independen
: pemilikaninstitusional,kepemil
ikanmanajerial,komite audit
kepemilikan institusional,
dan
ukuran
dewan
komisaris
perusahaanmemberikanpenga
independen , kepemilikan
ruhnegatifyangsignifikanterh
manajerial,komite audit,
adappengungkapantanggung
profitabilitas dan ukuran
jawab sosial sedangkan dewan
perusahaan
komisaris independen dan
profitabilitasmemberikan
ariabel
dependen
:
pengaruh positif yang tidak
pengungkapan tanggung
signifikanterhadappengungka
jawab social
pantanggungjawabsosial.
epu (2009)
riabelIndependen:
kurandewan
komisaris,Tingkat
leverage,Ukuranperusahaa
n,Profitabilitas
ariabelDependen:
Jumlah
informasisosial
yangdiungkapkan.
riabelukurandewankomisaris,d
anprofitabilitas,
memilikipengaruh signifikan
terhadapjumlahinformasi
sosialyangdiungkapkan oleh
perusahaan,sedangkan tingkat
leveragedan
ukuranperusaha
an,tidak
memilikipengaruhsignifikant
erhadap jumlahinformasiyang
diungkapkan
Universitas Sumatera Utara
3
No
4
mbiring
(2005)
riabelIndependen:
cara
parsialtigavariabel,
itu
size,
profile,
dan
ze,Profitabilitas,
ukurandewankomisarisditem
Profile,Ukurandewankomi
ukanberpengaruhsignifikante
saris,
rhadap
pengungkapantanggungjawab
ariabelDependen: CSR
sosialperusahaan.
Nama
Penelitian
Variabel Penelitian
Nurkhin
(2009)
VariabelIndependen:
Kepemilikan
Institusional, Komposisi
dewankomisaris,
Profitabilitas,Ukuran
Perusahaandantipe
industri.
Variabeldependen:
Pengungkapantanggung
jawabsosial
Hasil Penelitian
Komposisidewankomisari
sdan
Profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap pengungkapan
tanggungjawab
sosial
kepemilikan
institusional,ukuran
perusahaantidak
berpengaruhsignifikan
terhadap pengungkapan
tanggungjawab sosial.
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008 : 38) ”kerangka teoritis adalah suatu
model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan
faktor- faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu”. Kerangka
konseptual akan
menghubungkan
variabel
independen dengan variabel dependen. Begitu juga apabila ada variabel
lain yang menyertai, maka peran variabel tersebut harus dijelaskan.
Corporate Governance
Pengungkapan
Corporate
Universitas Sumatera Utara
Social
H1
epemilikan
Institusional (X1)
H1
ewan
H2 Komisaris Independen
rofitabilitas
H3
(X2)
(X3)
H4
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen
adalah
kepemilikan
institusional,
dewan
komisaris
independen,
profitabilitas, dan variabel dependennya adalah pengungkapan corporate
social responsibility.
Kepemilikan institusional pada dasarnya bertindak sebagai
pihak
yang
memonitor
perusahaan. Contoh kontrol yang dapat
diberikan adalah memberikan arahan dan masukan kepada manajemen
ketika
manajemen
pengungkapan
CSR
tidak
untuk
melakukan aktivitas
positif
seperti
mendaptkan legitimasi dari masyarakat.
Hal ini penting untuk dilakukan karena akan berdampak positif bagi
keberlanjutan
perusahaan
di
masa mendatang. Kepemilikan
institusional dapat memberikan monitoring terhadap manajemen untuk
melakukan aktivitas positif tersebut. Dengan demikian pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dapat dipengaruhi oleh tingkat
kepemilikan institusional.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Coller dan Gregory dalam Sembiring (2005) ada
hubungan positif antara dewan komisaris independen dengan jumlah
pengungkapan tanggung jawab sosial. Tekanan terhadap manajemen
untuk mengungkapkan informasi sosial akan bertambah besar dengan
semakin banyaknya anggota dewan komisaris, akan semakin muda
untuk mengendalikan CEO dan monitoring
yang dilakukan akan
semakin efektif.
Profitabilitas memberikan keyakinan kepada perusahaan untuk
melakukan pengungkapan sukarela tersebut. Tingkat profitabilitas
yang semakin tinggi akan semakin memotivasi perusahaan untuk
mengungkapkan CSR untuk mendapatkan legitimasi dan nilai positif
dari stakeholders. Sehingga, Heinze dalam Hackston dan Milne
(1996) mengungkapkan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang
membuat
manajemen
menjadi
bebas
mengungkapkan Pertanggung jawaban sosial
dan
fleksibel
kepada
untuk
pemegang
saham. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan
memberikan keluwesan kepada manajemen untuk melaksanakan dan
mengungkapkan CSR. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah
akan sangat mempertimbangkan pelaksanaan dan pengungkapan CSR,
karena khawatir akan mengganggu operasional perusahaan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008 :20) Hipotesis adalah preposisi yang
dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi
Universitas Sumatera Utara
merupakan ungkapan
atau
pernyataan
yang
dapat
dipercaya,
disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan
atau
memprediksi norma-norma. Berdasarkan uraian teoritis dan
kerangka konseptual diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1
: Kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
H2
: Dewan Komisaris Independen berpengaruh secara
parsial
terhadap
pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility.
H3
: Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility.
H4
:
Kepemilikan
Institusional,
Dewan
Komisaris
Independen, dan Profitabilitas berpengaruh secara parsial
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Universitas Sumatera Utara