Strategi Meningkatkan Hunian Tempat Berjualan Pada Pd Pasar Kota Medan (Studi Kasus Pada Pasar Petisah Medan)

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Tentang Pasar
Pasar mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kegiatan ekonomi
masyarakat, baik produksi, distribusi maupun konsumsi. Dalam hal ini pasar
dapat diartikan

sebagai arena distribusi atau pertukaran barang,

di mana

kepentingan produsen dan konsumen bertemu dan pada gilirannya menentukan
kelangsungan kegiatan

ekonomi

masyarakatnya.

Ginanjar dalam Kiik (2006)


berpendapat bahwa pasar adalah tempat untuk
barang

atau

sebagai

menjual dan memasarkan

bentuk penampungan aktivitas perdagangan. Pada

mulanya pasar merupakan perputaran dan pertemuan antara permintaan dan
penawaran barang dan jasa.
Pasar dapat didefinisikan sebagai institusi atau mekanisme di mana
pembeli

(yang

membutuhkan)


dan

penjual (yang

memproduksi)

bertemu

dan secara bersama-sama mengadakan pertukaran barang dan jasa (Campbell
et.al., 1990). Sedangkan
orang-orang

menurut

Stanton

(1996)

pasar


adalah

sebagai

yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang

untuk dibelanjakan dan kemauan untuk
tempat pembeli bertemu dengan

membelanjakan uang. Pasar merupakan

penjual,

barang-barang

atau

jasa-jasa

ditawarkan untuk dijual dan kemudian terjadi pemindahan hak milik.

Berdasarkan

pola manajemen yang dipakai,

pasar dapat dibedakan

menjadi dua kelompok besar yaitu :
a. Pasar Tradisional, adalah pasar yang masih memakai pola manajemen yang

Universitas Sumatera Utara

sangat sederhana dengan ciri-cirinya setiap pedagang mempunyai satu jenis
usaha, adanya interaksi antara penjual dan pembeli (tawar menawar harga),
penempatan barang dijajar kurang tertata rapi, kenyamanan dan keamanan
kurang diperhatikan.
b. Pasar Modern, adalah pasar yang sudah memakai pola-pola manajemen
modern, dengan ciri-ciri jenis barang dagangan yang dilakukan oleh satu
pedagang, harga fixed (tetap), tata letak barang dagangan teratur dengan baik
dan rapi, kenyamanan dan keamanan sudah menjadi prioritas utama.


Dalam

Keputusan

3/MPP/KEP/1/1998
didefinisikan

Menteri

tentang

sebagai

Perindustrian

Lembaga-Lembaga

tempat

bertemunya


dan Perdagangan Nomor
Usaha

pihak

Perdagangan,

penjual

dan

pasar
pembeli

untuk melaksanakan transaksi di mana proses jual beli terbentuk. Pasar
menurut kelas pelayanannya dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan
pasar

modern, sedangkan


digolongkan

menurut

sifat

pendistribusiannya

dapat

menjadi pasar eceran dan pasar kulakan/grosir. Pasar tradisional

diartikan sebagai pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, koperasi atau
swadaya
tenda

masyarakat dengan tempat

yang


dimiliki/dikelola

usaha

berupa

toko,

kios,

los dan

oleh pedagang kecil dan menengah atau koperasi

dengan usaha skala kecil dan modal kecil dengan proses jual beli melalui tawar
menawar.
Sedangkan pasar modern menurut Hutabarat (2009) adalah pasar yang
penjual dan pembelinya tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli
melihat label harga pada kemasan produk, berada dalam bangunan dan

pelayanannya

dilakukan

secara

mandiri

(swalayan)

atau

dilayani

oleh

Universitas Sumatera Utara

pramuniaga.


Minimarket,

supermarket, hipermarket termasuk dalam kategori

pasar modern.
Pasar merupakan akibat dari pola kegiatan manusia yang terjadi karena
adanya saling membutuhkan, sehingga terjadi pola pertukaran antara barang
dan jasa. Kompleksitas kebutuhan akan mengakibatkan kompleksitas baik orang,
jenis barang,

cara pertukaran dan

Amstrong, 2001). Berdasarkan
No.378/KPTS/1987 tentang

tempat yang semakin luas (Kotler &

Keputusan

Pengesahan


33

Menteri
Standar

Pekerjaan

Umum

Konstruksi Bangunan

Indonesia, fungsi pasar yang ada saat ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Tempat pengumpulan hasil pertanian

Hasil-hasil

pertanian

seperti

ketela,

kol,

kentang,

beras,

bawang

dan sebagainya, penjualannya banyak terjadi di pasar. Proses jual beli di
lokasi penghasil

pertanian

lebih

banyak

dilakukan oleh Pengumpul,

kemudian dilakukan proses jual beli di pasar.
2) Tempat distribusi barang industri

Di samping hasil pertanian, barang-barang industri tertentu (kelontong dan
alat rumah tangga) yaitu peralatan yang diperlukan sebagai pelengkap
dapur dan

kebutuhan sehari-hari, juga disediakan di pasar. Kualitas hasil

industri yang dipasarkan juga tergantung pada tingkat pelayanan pasar.
3) Tempat menukar barang kebutuhan

Sering kali terjadi proses jual beli tidak mempergunakan alat tukar (uang)
tetapi barang (barter).

Proses ini sebagai akibat jual beli terjadi

kontak langsung antara penjual dan pembeli, kuatnya faktor budaya atau
kebiasaan dari penjual.

Universitas Sumatera Utara

4) Tempat jual beli barang dan jasa

Pasar sebagai fungsi ekonomis merupakan tempat jual beli barang dan
jasa. Jasa di sini tidak selalu berupa barang, tetapi lebih merupakan
tenaga keahlian atau pelayanan, misalnya tukang cukur, tukang parut dan
pembawa barang dagangan.
5) Tempat informasi perdagangan

Pasar

merupakan

tempat

informasi perdagangan,

karena di dalam

pasar terjadi proses perputaran jenis barang, uang dan jasa. Melalui
informasi pasar dapat
yang

beredar

diketahui

jumlah

barang

atau

jenis

barang

atau diperlukan, harga yang berlaku hingga pola distribusi

barang.

2.2 Pengertian dan Tingkatan Strategi
Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi bagian
integral

dari

eksistensinya
teknologi,

aktivitas

organisasi

(tantangan

perubahan

konsumen, pemasok,

bisnis

untuk

lingkungan

dapat

ekonomi,

mempertahankan
sosial

budaya,

dan terutama persaingan) sehingga strategi

tidak lagi terbatas bagi keperluan kalangan militer saja.
Menurut Robinson & Pearce (1997), strategi merupakan suatu seni
menggunakan

pertempuran

untuk

memenangkan

suatu

perang.

Strategi

merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan, sehingga strategi
terdiri dari aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Umar (2004) mengatakan bahwa strategi adalah sekumpulan tindakan
atau aktivitas yang berbeda untuk menghantarkan nilai yang unik. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Thompson dan Strikcland (2001) mengatakan strategi terdiri dari aktivitasaktivitas yang penuh daya saing serta pendekatan-pendekatan bisnis untuk
mencapai kinerja yang memuaskan (sesuai target).
Menurut Umar (2004) strategi yang disusun dapat dibedakan menjadi
beberapa tingkatan yakni :
a. Strategi Korporat
Strategi yang dirumuskan untuk mencapai tujuan korporat atau bisnis
secara keseluruhan mencakup bagaimana mengintegrasikan dan mengelola semua
bisnis (New busines, New Devisions, New Subdiareis, Merger, Acquisition ).
Korporat bertanggung jawab membangun “value” dalam bisnisnya. Korporat
bertanggung jawab pada portofolio bisnis, memastikan bahwa bisnis akan
beroprasi dalam jangka panjang, dan memastikan setiap bisnis yang dimilikinya
kompatibel satu sama lain.
Strategi korporat merupakan game plan keseluruhan dari perusahaan
diversifikasi. Strategi ini menjadi payung atau pedoman strategi bagi seluruh unit
bisnis yang dimiliki perusahaan diversifikasi.
b. Strategi Unit Bisnis
Strategi level unit bisnis ini bisa berupa strategi di level anak perusahaan,
divisi, lini produk, atau profit centre lain yang memiliki otonomi pengelolaan
bisnisnya sendiri. Isu dalam strategi bisnis adalah bagaimana mengkoordinasikan
fungsi-fungsi bisnis/manajemen untuk mencapai keunggulan kompetitif. Strategi
pada penelitian ini difokuskan pada strategi unit bisnis karena Pasar Petisah
sebagai salah satu pasar tradisional yang dikelola oleh PD Pasar Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Di level bisnis strategi yang diformulasikan akan berkaitan dengan posisi
bisnis terhadap pesaing, bagaimana mengakomodasi perubahan tren pasar dan
teknologi, dan upaya-upaya mempengaruhi persaingan melalui tindakan-tindakan
strategis sepeti integrasi vertikal, atau tindakan politis seperti lobi. Strategi
generik Mc. Porter adalah contoh strategi bisnis
c. Strategi Fungsional
Strategi yang

diformulasikan dan diimplementasikan di level fungsi

manajemen dari tiap bisnis, seperti fungsi SDM, keuangan, operasional, dan
pemasaran. Level ini menjadi pusat informasi manajemen strategi di level lebih
atas yaitu bisnis dan korporat. Setiap unit fungsional diharuskan mengembangkan
strategi bisnis agar dapat memberikan kontribusi pada kesuksesan strategi bisnis
secara keseluruhan
d. Strategi Operasional
Strategi

yang

diformulasikan

operasional seperti penjualan,

dan

distribusi,

diimplementasikan

penyimpanan,

di

unit-unit

promosi,

persediaan,

penggajian. Keberhasilan manager pada jajaran ini akan menentukan

kelancaran

proses dan kesuksesan organisasi secara keseluruhan.

2.3 Teori Tentang Mutu
Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil
kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang
intangible. Dalam konteks pasar tradisional pengertian mutu, dalam hal ini
mengacu pada kualitas dari bahan bangunan, kualitas desain tempat berjualan dan
transparansi terhadap aturan. Dalam kaitannya dengan pasar sebagai tempat

Universitas Sumatera Utara

berjualan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; ukuran tempat berjualan,
sarana dan prasarana, dukungan administrasi dan sumber daya lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif.
Buntoso (2001) menyatakan bahwa jasa yang ditawarkan perusahaan yang
berada harus memiliki mutu yang mampu bersaing dengan jasa lain yang ada di
pasar selain itu jasa tersebut juga memiliki harga yang kompetitif, sehingga
perusahaan dalam usahanya untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicanangkan
dapat tercapai atau bahkan perusahaan dapat memperluas pangsa pasar yang
dimiliki. Selain perusahaan harus memiliki produk dengan harga dan mutu yang
kompetitif,

perusahaan

mengantisipasi
konsumen

juga

harus

perubahan-perubahan

sehingga

mempengaruhi

melakukan
yang

riset

mungkin

konsumen

dalam

pemasaran

terjadi

pada

mengambil

untuk
perilaku

keputusan

penggunaan terhadap barang dan jasa yang dimiliki perusahaan.

2.4 Teori Tentang Harga
Kotler dan Amstrong (2001) menyatakan bahwa harga adalah sejumlah
kompensasi (uang maupun barang, kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa. Pada saat ini, bagi sebagian
besar anggota masyarakat harga masih menduduki tempat teratas sebagai penentu
dalam keputusan untuk membeli suatu barang dan jasa. Karena itu, penentuan
harga merupakan salah satu keputusan penting bagi manajemen perusahaan.
Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya yang telah
dikeluarkan untuk produksi ditambah besarnya persentase laba yang diinginkan.
Jika harga ditetapkan terlalu tinggi, secara umum akan kurang menguntungkan,

Universitas Sumatera Utara

karena pembeli dan volume penjualan berkurang. Akibatnya semua biaya yang
telah dikeluarkan tidak dapat tertutup, sehingga pada akhirnya perusahaan
menderita rugi.

Maka,

salah satu prinsip

dalam penentuan harga adalah

menitikberatkan pada kemauan pembeli terhadap harga yang telah ditentukan
dengan jumlah yang cukup untuk menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan
beserta orientasi laba yang diinginkan (Kotler dan Amstrong, 2001). Dalam
penelitian ini faktor harga diartikan sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan
pedagang mulai dari biaya sewa hingga biaya lain-lain yang telah ditetapkan
pengelola pasar.

2.5 Teori Tentang Lokasi
Untuk industri manufaktur istilah ”place” berarti saluran distribusi atau
saluran perdagangan. Namun untuk sektor jasa berarti tempat pelayanan atau
lokasi jasa (Wijaya, 2012). Saluran distribusi jasa menurut Davis (2001)
merupakan aktivitas yang terkait dengan dimana lingkungan fisik lokasi jasa
berada. Dalam situasi persaingan, menurut Handoko (2000) faktor lokasi dapat
menjadi faktor kritis yang membuatnya sangat penting. Agar usaha yang
dijalankan dapat bersaing secara efektif, lokasi usaha haruslah strategis dan
mudah untuk dijangkau. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang digunakan
melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan
dimana itu akan berlangsung. Lokasi pasar tempat berjualan berhubungan dengan
keputusan yang dibuat oleh pengelola pasar mengenai dimana interaksi penjual
dan pembeli dilakukan antara pedagang dengan konsumen. Hal yang paling
penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat interaksi yang terlibat. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Lupiyoadi (2001), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
lokasi adalah:
( 1) Akses, misalnya lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi.

(2) Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas ditepi jalan.
(3) Lalu lintas (traffic), yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya orang
yang lalu lalang dapat memberikan peluang besar terjadi kepadatan dan
kemacetan lalu lintas dapat pula menjadi hambatan.
(4) Tempat parkir yang luas dan aman.
(5) Ekspansi tersedia tempat yang cukup untuk perluasan usaha .
(6) Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa ditawarkan.

2.6 Teori Tentang Pelayanan
Para pelanggan atau dalam penelitian ini adalah pedagang semakin kritis
dalam memenuhi permintaannya dan menuntut standar layanan yang lebih tinggi.
Seringkali

kualitas

pelayanan

dilihat

sebagai bagian dari elemen bauran

pemasaran place (tempat) dan dikaitkan dengan komponen distribusi.

Menurut

Payne, (2007) terdapat beberapa argumen yang menyatakan bahwa kualitas
pelayanan sebagai elemen bauran pemasaran yang lebih luas dan terpisah yakni
harapan pelanggan yang berubah, dimana pelanggan menuntut standar layanan
yang lebih tinggi.
Beberapa konsep
dipakai adalah
menunjukkan

yang
bahwa

mengenai dimensi kualitas pelayanan yang sering
berasal

dari

Parasuraman

et. al. (1988)

kualitas pelayanan adalah suatu

yang

pengertian yang

Universitas Sumatera Utara

multidimensi. Beberapa dimensi yang seringkali digunakan oleh para peneliti
adalah :
a. Reliability,

yaitu

sebagaimana
mengenai

kemampuan

yang dijanjikan

pelayanan

untuk

secara

yang

memberikan

tepat.

Hal

ini

pelayanan

meliputi

janji

baik, penanganan terhadap keberatan yang

tepat dan cepat serta penggunaan komunikasi pasca pelayanan (misalnya,
lewat kunjungan, kartu, surat, hubungan telepon, e-mail, atau olahraga
bersama)
b. Responsiveness,

yaitu

kemauan

untuk

pelayanan yang baik pada pelanggan.

membantu

dan

memberikan

Yaitu sejauh mana aktifitas

pelayanan yang sudah diberikan atau dilakukan

untuk memastikan

kepuasan pelanggan. Dimensi ini menekankan pada perilaku personel
yang memberi pelayanan untuk memperhatikan permintaan- permintaan,
pertanyaan dan

keberatan-keberatan dari para pelanggan. Oleh karena

itu maka upaya yang termasuk di dalamnya terdiri dari kebijakankebijakan misalnya; mempekerjakan karyawan untuk lembur.
c. Assurance,

yaitu

dimensi

kualitas

pelayanan

yang

berfokus

pada

kemampuan untuk melahirkan kepercayaan dan keyakinan pada diri
pelanggan. Yaitu pengetahuan dan keramahtamahan
serta

kemampuan

mereka

untuk

para

karyawan

menimbulkan kepercayaan dan

keyakinan.
d. Empathy, yaitu aspek yang menekankan pada perlakuan konsumen
sebagai individu. Salah
pelayanan

terhadap

satu

contoh

diantaranya

adalah

desain

konsumen (pemberian perhatian dengan sentuhan

Universitas Sumatera Utara

pribadi sehingga dapat tepat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
konsumen).
e. Tangibles,

yaitu

dimensi

pelayanan

berfokus

pada

elemen

yang

merepresentasikan pelayanan secara fisik. Yaitu sesuatu yang nampak,
sesuatu yang oleh pelanggan dapat diraba, dicium, dilihat serta dapat
didengar. Oleh karena itu yang termasuk dalam aspek ini adalah fasilitas
(misal arsitektur gedung kantor, warna, dekorasi, tempat parkir), lokasi
(berkenaan dengan jarak yang sulit dijangkau atau
(kandungan teknologi

tinggi

yang

tidak), peralatan

digunakan), personel (bentuk kontak

yang dilakukan oleh karyawan dengan pelanggan), penampilan personel
(misal: pakaian staf atau karyawan perusahaan), fisik material (misalnya
iklan di surat kabar, kartu bisnis, website), merek (simbol atau logo yang
mudah dikenali dan mudah diingat oleh pelanggan).

2.7 Keputusan Penggunaan Jasa
Keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau
lebih kemungkinan. Namun, hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar
dan yang salah, tetapi yang justru sering terjadi ialah pilihan antara yang ”hampir
benar” dan yang ”mungkin salah”. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama
dengan pilihan, ada perbedaan penting di antara keduanya. Keputusan adalah
”pilihan nyata” karena

pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk

pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan
atau pada tingkat kolektif. Keputusan kaitannya dengan proses merupakan
keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan

Universitas Sumatera Utara

keputusan. Keputusan dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri
aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
Selanjutnya

Amirullah

dan

Hardjanto

(2005)

bahwa: “Pengambilan

keputusan adalah suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif
sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan
yang dianggap paling menguntungkan.”
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya
suatu organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan
oleh pengambilan keputusan sekarang. Proses pengambilan keputusan sebagai
aktivitas penting dalam perilaku konsumen perlu dipahami untuk merumuskan
strategi pemasaran yang tepat,

yang mampu mempengaruhi setiap proses

pengambilan keputusan yang berlangsung (Suryani, 2008).

2.8 Penelitian Terdahulu
Sihotang (2013) melakukan penelitian dengan judul ”Strategi Optimalisasi
Operasional

Pasar Tradisional (Studi Kasus Pada Pasar Pusat Pasar Kota

Medan)”. Potensi ruang yang masih tersedia tidak menarik minat para pedagang
untuk membukanya. Jumlah ruang tempat berjualan yang masih banyak tentunya
menjadi beban bagi pengelola pasar. Minat pembeli yang cenderung lebih suka
berbelanja di pasar modern menjadi tantangan yang tidak dapat dielakkan.
Mengoptimalkan

fungsi

pasar

tradisional

merupakan

langkah

yang

harus

dilakukan PD Pasar Kota Medan agar pasar tradisional yang dikelola menarik
minat pedagang dan pembeli. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi optimalisasi operasional Pasar Pusat
Pasar Kota Medan, serta menyusun rekomendasi strategi optimalisasi operasional

Universitas Sumatera Utara

di Pasar Pusat Pasar Kota Medan. Data yang diperoleh berasal dari 7 (tujuh) pihak
yang berkompeten dengan perkembangan operasional pasar tradisional, data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan 4 (empat) alat analisis yakni IFE, EFE,
IE dan SWOT.
Strategi

Penetrasi

Pasar

merupakan

strategi

yang

tepat

dalam

meningkatkan optimalisasi operasional pasar tradisional. Strategi ini mendorong
PD Pasar Kota Medan meningkatkan promosi secara agresif terhadap daya tarik
berjualan kepada pedagang.
Buntoso (2001) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh harga dan
mutu terhadap keputusan pembelian sabun diterjen merek Rinso pada Kecamatan



Tambaksari

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh harga dan mutu

yang dimiliki sabun diterjen merek

Rinso

terhadap

keputusan pembelian

konsumennya. Data-data yang diperoleh dilakukan dengan cara menyebarkan
kuisioner

terhadap

responden,

data

yang

diperoleh

dianalisis

dengan

menggunakan korelasi berganda, koefisien determinasi , regresi berganda, korelasi
parsial. Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis yang diuji melalui uji t dan uji
F, untuk uji F didapat nilai Fhitung = 102,690 ≥ Ftabel = 3,00 sehingga hipotesis
pertama yaitu diduga harga dan mutu yang dimiliki sabun diterjen merk Rinso
bersama-sama berpengaruh terhadap

keputusan pembelian konsumen dapat

diterima, sedangkan untuk uji t didapat hitung = 2,324 ≥ ttabel = 1,960 sehingga
hipotesis kedua yaitu diduga mutu sabun deterjen merek Rinso yang lebih
dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen dapat diterima,
dari hasil uji diatas maka diperoleh dua simpulan. Simpulan penelitian ini bahwa

Universitas Sumatera Utara

harga dan mutu sabun deterjen merek Rinso secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pembelian.
Penelitian
“Analisis

berikutnya

Pengaruh

Lokasi,

yang dilakukan Aditya
Promosi Dan

(2012)

dengan judul

Pelayanan Terhadap

Menggunakan Jasa Warnet”. Penelitian ini bertujuan untuk

Keputusan

mengetahui apakah

lokasi, promosi dan pelayanan berpengaruh terhadap keputusan menggunakan
jasa Warnet Bangjoe dan menganalisis faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi keputusan menggunakan jasa Warnet Bangjoe di Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah para konsumen pengguna jasa Warnet
Bangjoe. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden dengan menggunakan
teknik

Non-Probability

Sampling

dengan

pendekatan

Accidental

sampling.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu analisis regresi
berganda. Dari hasil analisis,
besar

variabel pelayanan

memiliki pengaruh paling

terhadap keputusan pembelian dengan koefisien regresi sebesar 0,302,

lalu lokasi dengan koefisien regresi sebesar

0,282, kemudian diikuti promosi

dengan koefisien regresi sebesar 0,277. Pengujian hipotesis menggunakan Uji t
yang menunjukan bahwa ketiga variabel independen yaitu lokasi (X1), promosi
(X2) dan pelayanan (X3) yang diteliti terbukti secara positif dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen yaitu keputusan pembelian. Angka Adjusted
R

Square

menunjukan bahwa 31,3% variasi keputusan pembelian dapat

dijelaskan oleh ketiga variabel independen.

Universitas Sumatera Utara