Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Posisi Duduk Saat Bekerja

2.1.1 Posisi Saat Bekerja
Menurut Septiawan (2013) dalam melakukan aktivitas terdapat tiga
macam sikap dalam bekerja, yaitu:
1) Sikap Kerja Duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,
panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta
jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka
(musculoskeletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat
ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso,
2004).
Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding
berdiri atau berbaring. Jika posisi duduk tidak benar maka tekanan pada saat
posisi tidak duduk 100% dan tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap
duduk tegang dan kaku dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat

duduk dilakukan membungkuk ke depan (Santoso, 2004).
2) Sikap Kerja Berdiri
Menurut Astuti (2007) yang dikutip oleh Septiawan (2013) sikap kerja
berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan
sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua
kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada

7
Universitas Sumatera Utara

8

kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi.
Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Kaki yang
sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari
tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota bagian atas dengan
anggota bagian bawah.
Menurut Pudjianto (2001) yang dikutip oleh Septiawan (2013) sikap kerja
berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri

terus menerus menyebabkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada
bagian kaki dan hal ini akan bertambah bila ukuran sepatu yang digunakan tidak
sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga
kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja
duduk. Berdiri dalam watu yang lama menyebabkan nyeri punggung bawah yang
dapat mengganggu aktivitas serta dapat meningkatkan biaya pengobatan.
3) Sikap Kerja Membungkuk
Salah

satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam

pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika
bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah
(low back pain) bila dilakukan secara berulang dalam periode yang cukup lama.
Faktor risiko nyeri punggung bawah menunjukan bahwa sikap kerja membungkuk
memperbesar risiko nyeri punggung bawah sebesar 2,68 kali dibandingkan
dengan pekerja dengan sikap badan tegak (Samara, 2005).

Universitas Sumatera Utara


9

Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh.
Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbal mengalami
penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk justru
mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri
pada punggung bagian bawah. Bila sikap kerja ini dilakukan dengan beban
pengangkatan yang berat dapat menimbulkan slipped disk, yaitu rusaknya bagian
invertebratal disk akibat kelebihan beban pengangkatan (Astuti dan Suhardi,
2007).
2.1.2 Pengertian Mengemudi
Mengemudi didefinisikan sebagai kegiatan mengontrol operasi dari sebuah
kendaraan seperti mobil, truk atau bus. Pekerjaan transportasi jalan meliputi
pekerja yang bertanggung jawab secara teknis dan administratif terhadap
kendaraan (Karuniasih, 2009).
Mengemudi untuk waktu yang lama sangat melelahkan dan tidak nyaman.
Pengemudi harus selalu waspada dengan kondisi kendaraan, terutama lalu lintas
yang padat dan macet atau pada saat cuaca buruk. Pengemudi harus berhati-hati
terhadap kemungkinan kecelakaan atau melakukan manuver lain yang
membahayakan penumpang.

Menurut Pheasant (1991) yang dikutip oleh Karuniasih (2009) ada
beberapa alasan mengapa prevalensi MSDs tinggi pada pengemudi antara lain :
a.

Pengemudi menghabiskan waktu lama berada dalam posisi statik yang hanya
memungkinkan sedikit perubahan posisi.

Universitas Sumatera Utara

10

b.

Posisi mengemudi sangat tidak nyaman bila dibandingkan dengan posisi kerja
lainnya.

c.

Pajanan vibrasi yang berasal dari kendaraan.


d. Mengemudi membutuhkan konsentrasi tinggi dan secara psikologis
menimbulkan stress dan ketegangan pada otot leher.

2.1.3 Tugas Pengemudi dan Prosedur Mengemudi
Tugas administratif pengemudi adalah bertanggung jawab terhadap
kendaraan dan muatannya, mengisi dokumen perjalanan, melakukan tindakan
yang diperlukan bila terjadi kerusakan atau kecelakaan dan melaporkannya
kepada pemilik kendaraan di akhir perjalanan.
Sama halnya dengan yang diterapkan di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 pada
saat memulai kerjanya, pengemudi angkutan kota melapor ke petugas administrasi
yang bertugas atau yang lebih dikenal dengan sebutan mandor. Selain itu
pengemudi angkutan kota juga bertugas memeriksa kelayakan angkutan yang
dikemudikannya bahkan mereka juga melakukan perbaikan ringan pada bagian
mobil yang mengalami kerusakan.

2.1.4 Fisiologi Duduk
Menurut LaDou yang dikutip Karuniasih (2009) pembagian posisi duduk
terdiri atas tiga macam, yaitu :
1) Duduk Tegak (upright sitting)
Duduk dengan posisi tegak dianggap sebagai postur duduk yang baik.

Duduk tegak sangat cocok untuk pekerjaan yang menggunakan komputer atau

Universitas Sumatera Utara

11

mengemudi. Studi tentang tekanan pada intradiskus menunjukkan bahwa tekanan
di diskus lumbal 40%-50% lebih besar pada posisi ini dibandingkan dengan
berdiri. Ini disebabkan pada kursi yang tegak, pelvis berotasi ke belakang (±38 0)
saat duduk dan kurva ke depan dipunggung bawah cenderung lurus. Sandaran
punggung yang tepat akan mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 30%.
2) Duduk Condong ke Depan (Forward sitting)
Tekanan pada diskus lumbal meningkat 90% lebih besar dibandingkan saat
berdiri pada saat melakukan aktivitas seperti duduk, menulis atau melakukan
pekerjaan yang menyebabkan tulang belakang condong ke depan.
3) Duduk ke Belakang (Reclining)
Posisi reclining cocok untuk pekerja yang perlu fokus pada detail kecil
atau harus melakukan gerakan motorik halus. Pada posisi ini tumpuan berat badan
berada di belakang tempat duduk dan dengan penggunaan lumbal support akan
mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 25% dari posisi berdiri. Masalah

pada posisi duduk ini timbul bila target visual lebih rendah atau terlalu jauh.
2.1.5 Postur Mengemudi
Melakukan aktivitas mengemudi dalam jangka waktu yang lama disertai
postur duduk yang tidak ergonomis dapat menimbulkan keluhan kesehatan jika
dilakukan secara terus menerus. Keluhan umum yang sering timbul yakni rasa
nyeri pada bagian punggung terutama pada punggung bagian bawah atau yang
dikenal dengan istilah low back pain. Untuk menghindari timbulnya keluhan low

Universitas Sumatera Utara

12

back pain pengemudi harus menyesuaikan postur mengemudi yang ergonomis
(Vehicle Ergonomics Best Practice Guide UK, 2007) antara lain :
a. Apabila kursi mengemudi dapat disesuaikan naik-turun, atur kesesuaiannya
sehingga dapat membuat penglihatan kita terhadap jalan menjadi maksimum.

Gambar 2.1 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust naik-turun
b. Sesuaikan juga posisi maju-mundur tempat duduk kemudi sehingga jaraknya
dapat memudahkan kaki dalam menginjak pedal rem, gas dan kopling.


Gambar 2.2 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust maju-mundur

Universitas Sumatera Utara

13

c. Pada mobil tertentu yang dapat diatur kemiringan bantal di tempat duduk
kemudi di bagian ujung paha, hendaknya diatur kemiringannya sehingga
bagian paha tersupport dengan baik.

Gambar 2.3 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust bantalan ujung paha
d. Atur kemiringan backrest sehingga dapat menyediakan topangan terbaik pada
punggung. Pada umumnya kemiringan backrest adalah antara 1100 - 1140.

Gambar 2.4 Posisi backrest
e. Untuk roda kemudi yang dapat diatur panjang dan kemiringannya, atur roda
kemudi sesuai dengan jangkauan tangan, pastikan ada ruang untuk paha dan

Universitas Sumatera Utara


14

lutut bergerak pada saat menginjak pedal rem, gas atau kopling, dan pastikan
semua display panel terlihat jelas dan tidak terhalangi roda kemudi.

Gambar 2.5 Posisi roda kemudi
f. Atur penyangga kepala, pastikan pada posisi tersebut risiko injury di kepala
dapat dikurangi apabila terjadi kecelakaan.

Gambar 2.6 Posisi penyangga kepala

Universitas Sumatera Utara

15

g. Atur kemiringan kaca spion sehingga dapat digunakan untuk melihat kondisi
sekitar tanpa menyebabkan ketegangan pada leher dan tubuh bagian atas.
h. Posisi kaki yang baik pada saat mengemudi tepatnya posisi kaki diantara pedal
adalah paralel satu sama lain. Posisi kaki pada saat mengemudi mempengaruhi

otot adductor pada paha. Pada saat posisi kaki memutar maka adductor paha
tidak melakukan mobilitas. Pada keadaan ini ruang abdominal menjadi kendur
dan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan beban pada otot punggung
sampai ke leher.
i. Posisi tangan yang baik pada saat memegang kemudi adalah berada pada arah
jarum jam 2 dan 10, karena pada posisi inilah tangan kita dalam posisi natural
dan tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh atas. Cara menggenggam
roda kemudi pun harus benar, dengan tidak memberikan tekanan berlebihan
pada lengan. Jari-jari pada lengan diusahakan serileks mungkin begitu juga
pada bahu dan siku.
2.2

Keluhan Nyeri Punggung Bawah

2.2.1 Pengertian Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung merupakan sekumpulan gejala yang menandakan bahwa
terdapat sesuatu

yang salah. Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak


menyenangkan yang terjadi bila mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh.
Nyeri dapat terasa panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk atau
ditikam.

Universitas Sumatera Utara

16

Menurut Suma’mur P.K (2009) nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri
yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang
daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf atau struktur lainnya disekitar daerah
tersebut. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan
yang berasal dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada
pinggang, hernia inguinalis, penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium.
2.2.2 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
merangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanisme, termal, kimiawi. Stimulus
ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan

untuk

mencegah

pergerakan

sehingga

proses

penyembuhan

dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasma otot, yang selanjutnya
akan menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf.
Iritasi

neuropatik

pada

serabut

saraf

dapat

menyebabkan

dua

kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf
yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan
mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana

Universitas Sumatera Utara

17

terjadi akumulasi saluram ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan
termal (Rahajeng Tanjung, 2009).

2.2.3 Mekanisme Nyeri Punggung Bawah
Tulang punggung (spinal column) terdiri dari tulang belakang (vertebrae),
yang terpisah dan berbantalkan piringan per-penyerapan yang dibuat dari tulang
rawan. Tulang belakang juga dilindungi oleh lapisan tipis tulang rawan dan
ditopang oleh persendian dan otot-otot yang berfungsi untuk membantu
menyeimbangkan tulang punggung. Otot-otot ini termasuk kedua otot iliopsoas
(yang menyusuri kedua sisi tulang punggung), kedua otot penegak tulang
punggung (yang menyusuri sepanjang kedua sisi tulang punggung yang ada
dibelakangnya) dan otot paraspinal pendek yang banyak (yang menyusur diantara
tulang belakang). Otot perut (yang menyusur dari bagian bawah rongga dada
menuju panggul) juga membantu menyeimbangkan tulang punggung.
Sepanjang tali tulang belakang, syaraf tulang belakang timbul melalui
ruang diantara tulang belakang untuk terhubung dengan syaraf sepanjang tubuh.
Pada syaraf tulang belakang didekat tali tulang belakang disebut akar syaraf
tulang belakang. Karena letaknya berdekatan, akar syaraf tulang belakang bisa
tertekan ketika tulang belakang terluka dan bisa mengakibatkan nyeri (Latif,
2007).

Universitas Sumatera Utara

18

2.2.4 Tanda dan Gejala Nyeri Punggung Bawah
Berdasarkan pemeriksaannya tanda dan gejala nyeri punggung bawah
dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1) Nyeri Punggung Bawah Sederhana
Adanya nyeri pada daerah sepanjang tulang belakang tanpa penjalaran
atau keterlibatan saraf di bawahnya. Nyeri saat bergerak, derajat nyeri bervariasi
setiap waktu dan tergantung dari aktivitas fisik.
2) Nyeri Punggung Bawah dengan Gangguan Persyarafan
Gejalanya nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa
baal di daerah nyeri.

3) Nyeri Punggung Bawah Menurut Kegawatannya
Ada riwayat trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor, adanya nyeri tanpa pergerakan yang konstan dan
progresif, ditemukan nyeri daerah perut dan atau dada. Merasakan nyeri
hebatpada malam hari yang tidak membaik dengan posisi telentang, penurunan
berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atau demam,
pergerakan punggung sangat terbatas dan persisten dan adanya gejala kencing
tertahan (Latif, 2007).
2.2.5 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
Menurut Malcom Jayson (2002) nyeri dapat dibedakan menurut waktu
terjadinya, antara lain :

Universitas Sumatera Utara

19

1) Nyeri Akut yang tajam, dalam dan langsung maupun tiba-tiba. Seseorang tidak
dapat beristirahat dengan tenang dan setiap gerak bagian punggung yang
terkena bertambah nyeri yang terjadi selama kurang dari 8 minggu.
2) Nyeri kronis yang terus menerus dan tidak berkurang. Nyeri biasanya
dirasakan dalam beberapa hari tetapi kadangkala dapat pula berlangsung
selama satu minggu atau lebih.

Berdasarkan perjalanan kliniknya low back pain terbagi menjadi dua jenis
(Bimariotejo, 2009), yaitu :
1) Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain
dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh,
sehingga menyebabkan rusaknya jaringan, melukai otot, ligamen dan tendon.
2) Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari tiga
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya lebih berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back
pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi
diskus intervertebralis dan tumor.
Menurut Rahajeng Tanjung (2009) nyeri punggung bawah yang
disebabkan kelainan kongenital, dibedakan atas :

Universitas Sumatera Utara

20

1) Nyeri Punggung Bawah Visirogenik
Nyeri punggung bawah yang disebabakan oleh adanya proses patologik di
ginjal atau visera di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik
tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang
dengan istirahat.

2) Nyeri Punggung Bawah Vaskulogenik
Pada nyeri ini aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat
menimbulkan nyeri punggung atau menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal
dapat menimbulkan nyeri punggung bawah dibagian dalam dan tidak ada
hubungannya dengan aktivitas fisik.
3) Nyeri Punggung Bawah Spondilogenik
Nyeri ini disebabkan oleh berbagai proses patologik di column vertebralis
yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus inveterbralis (diskogenik) dan
miofasial (miogenik) dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
4) Nyeri Punggung Bawah Psikogenik
Nyeri jenis ini jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah dilakukan
pemeriksaan yang lengkap, Nyeri punggung bawah jenis ini pada umumnya
disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran antar
kecemasan dan depresi.
5) Nyeri Punggung Bawah Neurogenik

Universitas Sumatera Utara

21

Nyeri punggung bawah neurogenik misalnya pada iritasi arachnoid
dengan sebab apapun dan tumor-tumor pada spinal durmater dapat menyebabkan
nyeri.

2.2.6 Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah
Ada beberapa faktor risiko yang memicu timbulnya keluhan nyeri
punggung bawah, antara lain :
1) Faktor Personal
a. Usia
Pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 2565 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi
karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun,
sehingga risiko terjadi keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2004).
b. Masa Kerja
Semakain lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan
ditempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Lutam (2005) menyatakan bahwa resiko
nyeri punggung sangat berhubungan dengan lama kerja. Semakin lama bekerja,
semakin tinggi tingkat risiko untuk menderita nyeri punggung. Pekerja yang
memiliki masa kerja >5 tahun memiliki tingkat resiko 7,26 kali lebih besar
menderita nyeri punggung dibanding dengan yang memilki masa kerja < 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara

22

c. Jenis Kelamin
Laki-laki dan wanita bekerja dalam kemampuan fisiknya. Kekuatan fisik
tubuh wanita rata-rata 2/3 dari pria. Poltrast menyebutkan wanita mempunyai
kekuatan 65% dalam mengangkat dibanding rata-rata pria. Hal tersebut
disebabkan karena wanita mengalami siklus biologi seperti haid, kehamilan, nifas,
menyusui dan lain-lain. Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas,
wanita muda dan laki-laki tua kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang
hampir sama (Budiono, 2003).
Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang
pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal, namun beberapa
hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat
mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis
kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria (Tarwaka, 2004).
2) Faktor Pekerjaan
a. Beban Kerja
Beban kerja adalah beban pekerjaan yang ditanggung oleh pelakunya baik
fisik, mental maupun sosial (Suma’mur PK, 1996). Beban kerja adalah setiap
pekerjaan yang memerlukan otot atau pemikiran yang merupakan beban bagi
pelakunya, beban tersebut meliputi beban fisik, mental ataupun beban sosial
sesuai dengan jenis pekerjaanya.

Universitas Sumatera Utara

23

b. Lama Kerja
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam.
Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga atau
masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya
terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan,
penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu biasanya seseorang dapat bekerja
dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu terlihat kecenderungan untuk
timbulnya hal-hal negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini dapat
dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor (Suma’mur P.K,
1996).
Maksimum waktu kerja tambahan yang masih efisien adalah 30 menit.
Sedangkan diantara waktu kerja harus disediakan waktu istirahat yang jumlahnya
antara 15-30% dari seluruh waktu kerja. Apabila jam kerja melebihi dari
ketentuan tersebut akan ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja,
gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit meningkat, yang dapat
mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja (Tarwaka dkk, 2004).
3) Faktor Lingkungan
a. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh pada saat tangan harus memegang alat maka jaringan otot tangan yang
lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat dan apabila hal ini

Universitas Sumatera Utara

24

sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap (Tarwaka dkk,
2004).
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Tarwaka
dkk, 2004).
2.3

Metode Penilaian Risiko Ergonomi

2.3.1 Posisi Duduk dengan Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Menurut Highnett and McAtamney (2000) yang dikutip oleh Utomo
(2012) Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan untuk mengkaji
postur bekerja yang dapat ditemukan pada industri pelayanan kesehatan dan
industri pelayanan lainnya. REBA digunakan untuk menghitung tingkat risiko
yang dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan CTDs
dengan menampilkan serangkaian tabel-tabel untuk melakukan penilaian
berdasarkan postur-postur yang terjadi dari beberapa bagian tubuh dan melihat
beban atau tenaga aktivitasnya. Data yang dikumpulkan terdiri dari data postur
badan, kekuatan yang digunakan, tipe dari pergerakan, gerakan berulang dan
gerakan berangkai. Skor akhir REBA diberikan untuk memberi sebuah indikasi
pada tingkat risiko mana dan pada bagian mana yang harus dilakukan tindakan
penanggulangan.
Apabila postur bergerak dari posisi netral maka nilai risiko akan
meningkat. Tabel tersedia untuk 144 kombinasi perubahan postur yang dimasukan

Universitas Sumatera Utara

25

kedalam skor tunggal yang mewakili tingkat risiko muskuloskeletal. Skor ini
kemudian dimasukan kedalam lima tingkat tindakan seperti apakah penting untuk
dicegah atau dikurangi untuk mengkaji postur. Perubahan nilai-nilai disediakan
untuk setiap bagian tubuh yang dimaksudkan untuk memodifikasi nilai dasar jika
terjadi perubahan atau penambahan faktor risiko dari setiap pergerakan yang
dilakukan.
Metode ini memiliki keuntungan yaitu dapat mengetahui kegiatan mana
yang paling berisiko untuk dikerjakan terkait dengan keluhan kesehatan yang
muncul. Kelemahan menggunakan metode REBA yaitu belum dapat melihat lebih
dalam mengenai gejala yang melatarbelakangi risiko tersebut. Selain itu survei
REBA tidak dapat mendeteksi adanya pengaruh dari lingkungan kerja (Utomo,
2012).
2.3.2 Prosedur Penilaian Metode REBA
a. Observasi Pekerjaan
Mengobservasi pekerjaan untuk mendapatkan formula yang tepat dalam
pengkajian faktor ergonomi ditempat kerja, termasuk dampak dari desain tempat
kerja dan lingkungan kerja, penggunaan peralatan dan perilaku pekerja yang
mengabaikan risiko. Jika memungkinkan data disimpan dalam bentuk foto atau
video.

Universitas Sumatera Utara

26

b. Memilih Postur yang akan Dikaji
Memutuskan postur yang akan dianalisis dengan menggunakan kriteria,
antara lain postur yang sering dilakukan, postur dimana pekerja lama pada posisi
tersebut, postur yang yang membutuhkan banyak aktivitas otot atau yang banyak
menggunakan tenaga, postur yang diketahui menyebabkan ketidaknyamanan,
postur tidak stabil atau postur janggal, khususnya postur yang menggunakan
kekuatan, postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, kontrol atau
perubahan lainnya. (Utomo, 2012).
c. Memberikan Penilaian pada Postur
Menggunakan kertas penilaian dan penilaian bagian tubuh untuk
menghitung skor postur. Penilaian awal dibagi dua grup :
1. Grup A : punggung, leher dan kaki
2. Grup B : Lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Postur grup B
dinilai terpisah untuk sisi kiri dan kanan. Sebagai catatan poin tambahan dapat
dimasukan atau dikurangi, tergantung dari posisinya. Contoh, dalam grup B,
lengan atas dapat disangga dalam posisi tersebut (terdapat sandaran lengan),
sehingga 1 nilai dikurangi dari poinnya. Skor load/force score, coupling score,
dan activity score disediakan pada tahapan ini. Proses ini dapat diulangi pada
setiap sisi tubuh dan untuk postur lainnya.
d. Proses Penilaian
Gunakan tabel A untuk menghasilkan skor tunggal dari badan, leher, dan
kaki. Kemudian dicatat dalam kotaknya dan dimasukan ke dalam load/force score
untuk menghasilkan skor A. Sama seperti sebelumnya penilaian lengan atas,

Universitas Sumatera Utara

27

lengan bawah dan pergelangan tangan digunakan untuk menghasilkan nilai
tunggal yang menggunakan tabel B. Penilaian ini akan kembali dilakukan apabila
risiko terhadap muskuloskeletal berbeda. Penilaian kemudian dimasukan kedalam
nilai gabungan untuk menghasilkan nilai B. Nilai A dan B dimasukan kedalam
Tabel C dan kemudian nilai tunggal didapatkan. Nilai tunggal ini adalah skor C
atau skor keseluruhan.
e. Menetapkan Tingkatan Tindakan
Nilai REBA yang sudah ada kemudian dicocokan dengan tabel tingkat
aktivitas. Tabel ini merupakan kumpulan dari beberapa tingkatan nilai yang
mengindikasikan apakah posisi tersebut harus dirubah atau tidak.
Hasil Perhitungan REBA Hasil akhir dari penilaian adalah REBA Decision
yaitu tingkat risiko berupa skoring dengan kriteria :
1. Skor 1 masih dapat diterima
2. Skor 2 – 3 mempunyai tingkat risiko CTDs rendah
3. Skor 4 – 7 mempunyai tingkat risiko CTDs sedang
4. Skor 8 – 10 mempunyai tingkat risiko CTDs tinggi
5. Skor 11 – 15 mempunyai tingkat risiko CTDs sangat tinggi

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 2.1 REBA Action Level
Skor REBA

1
2-3
4-7
8-10
11-15

Tingkat Risiko

Tingkat
Tindakan

Tindakan
pengendalian lebih
lanjut

Tidak ada
risiko
Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko tinggi

0

Risiko sangat
tinggi

4

Tidak perlu tindakan
lebih lanjut
Mungkin perlu tindakan
Perlu tindakan
Perlu tindakan
secepatnya
Perlu tindakan sekarang
juga

1
2
3

Sumber : Hignett dan Mc Atamney (2000) dikutip oleh Utomo (2012)
2.3.3 Penilaian Low Back Pain (LBP) dengan Nordic Body Map
Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran
subjektif untuk mengukur rasa sakit otot pada pekerja. Untuk mengetahui letak
rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja dapat digunakan kuesioner
Nordic Body Map sebagai salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi yang
sudah terstandarisasi.
Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi
menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung
bagian bawah, pergelangan tangan/tangan, pinggang/pantat, lutut dan tumit/kaki.
Adapun gambarnya sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

29

0 Leher Bagian Atas
1 Leher Bagian Bawah
2 Bahu Kiri
3 Bahu Kanan
4 Lengan Atas Kiri
5 Punggung
6 Lengan Atas Kanan
7 Pinggang Belakang
8 Pinggul Belakang
9 Pantat
10 Siku kiri
11 Siku kanan
12 Lengan bawah kiri
13 Lengan bawah kanan
14 Pergelangan tangan kiri
15 Pergelangan tangan kanan
16 Telapak tangan kiri
17 Telapak tangan kanan
18 Paha kiri
19 Paha kanan
20 Lutut kiri
21 Lutut kanan
22 Betis kiri
23 Betis kanan
24 Pergelangan kaki kiri
25 Pergelangan kaki kanan
26 Telapak kaki kiri
27 Telapak kaki kanan

Gambar 2.7 Nordic Body Map

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Posisi Duduk saat
Mengemudi

Keluhan Nyeri Punggung
Bawah (Low Back Pain)
pada Pengemudi

Gambar 2.8 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

12 30 111

HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL.

0 0 7

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI B KOTA DAMRI DI TERMINAL KARTASURA.

0 0 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI B KOTA DAMRI DI TERMINAL KARTASURA.

0 0 8

HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI TERMINAL UBUNG.

5 23 61

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 6

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 21 3

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 34