Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

(1)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

Identitas Umum Responden

1. Nama :

2. Umur (thn) : 3. Masa kerja (thn) : 4. Lama kerja (jam) :

Penilaian Posisi Duduk dengan Metode REBA Grup A


(2)

Tabel Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1 +1 jika batang tubuh

berputar/bengkok/bungkuk 00-200 (ke depan dan

belakang)

2

< -200 atau 200-600 3

> 600 4

b. Leher (neck)

Tabel. Skor Leher REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

00-200 1 +1 jika leher

berputar/bengkok


(3)

c. Kaki (legs)

Tabel Skor Kaki REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk)

1 +1 jika lutut antara 300-600 +2 jika lutut >600

Bertumpu pada satu kaki lurus 2

Grup B


(4)

Tabel. Skor Lengan Atas REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik

+1 jika lengan berputar atau bengkok

-1 miring menyangga berat lengan

>200 (ke belakang) atau 200 -450

2

450-900 3

>900 4

b. Lengan Bawah (lower arm)

Tabel. Skor

Lengan Bawah REBA

Pergerakan Skor

600-1000 1

<600 atau > 1000 2


(5)

Tabel. Skor Pergelangan Tangan REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

00-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan berputar menjauhi sisi tengah

>150 (ke atas dan bawah) 2

Penilaian keluhan Low Back Pain dengan Nordic Body Map

Pada bagian tubuh manakah saudara merasakan keluhan nyeri/panas/kejang/mati rasa/bengkak/kaku/pegal?


(6)

No Bagian Tubuh

Keluhan Subjektif Ya Tidak 7 Pinggang Belakang

8 Pinggul Belakang 9 Pantat

10 Siku kiri 11 Siku kanan

12 Lengan bawah kiri 13 Lengan bawah kanan 14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan 16 Telapak tangan kiri

17 Telapak tangan kanan 18 Paha kiri

19 Paha kanan 20 Lutut kiri 21 Lutut kanan 22 Betis kiri 23 Betis kanan


(7)

24 Pergelangan kaki kiri 25 Pergelangan kaki kanan 26 Telapak kaki kiri 27 Telapak kaki kanan

1) Jika saudara mengalami keluhan sakit seperti yang anda sebutkan di bagan atas, kapan keluhan tersebut dirasakan?

1. Terasa sakit pada saat melakukan pekerjaan 2. Terasa sakit setelah melakukan pekerjaan 3. Terasa sakit hanya pada akhir minggu

2) Berapa kali saudara mengalami keluhan sakit tersebut? 1. 1 – 2 kali/tahun

2. 1 -2 kali/bulan 3. 1 – 2 kali/minggu 4. Setiap hari

3) Bagaimana tingkat keluhan rasa sakit yang Anda alami ? 1. Ringan (hanya tidak nyaman)

2. Sedang (masih bisa bekerja) 3. Parah (tidak bisa bekerja lagi) 4. Sangat parah (harus libur)


(8)

(9)

(10)

(11)

LAMPIRAN 5

Pengemudi Nama Pengemudi Usia (tahun) Masa Kerja (tahun) Lama Kerja (jam)

1 Boby Ramadhan 23 8 12

2 Mahfud 26 5 15

3 Roby Antadi Ginting 36 15 9

4 Edi 48 26 12

5 Kamarudin 56 10 6

6 Zuliardi 52 20 9

7 Jumiran 68 4 10

8 Muhammad Rizky 21 4 12

9 Muhammad Sadli 38 17 12

10 Rahman 37 1 12

11 Irsan Lubis 44 22 12

12 E.Pardede 49 25 15

13 Simorangkir 42 17 12

14 Iril 28 7 9


(12)

MASTER DATA TABEL DATA PERHITUNGAN SKOR REBA

Pengemu di

Punggung Leher Kaki

Pergerak an

Skor Skor

Tambaha n Tota l Pergeraka n

Skor Skor

Tambaha n Tota l Pergerak an

Skor Skor

Tambaha n

Tota l

1 200 ke

depan

2 2 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

2 Posisi

normal

1 1 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

3 200 ke

depan

2 +1 batang tubuh bungkuk

3 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

4 Posisi

normal

1 1 300 2 +1 leher

berputar

3 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

5 Posisi

normal

1 1 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

6 200

kedepan

2 2 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

7 200

kedepan

2 2 300 2 +1 leher

berputar

3 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2


(13)

normal berputar normal (duduk)

450

9 300 ke

depan

3 3 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

10 200 ke depan

2 2 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

11 200 ke belakang

2 2 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

12 300 ke belakang

3 3 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

13 200 ke depan

2 2 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

14 Posisi

normal

1 1 300 2 +1 leher

berputar

3 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450

2

15 200 ke belakang

2 2 200 1 +1 leher

berputar

2 Posisi

normal (duduk)

1 +1 lutut 450


(14)

N o

Lengan Atas Lengan Bawah Pergelangan Tangan

Pergeraka n

Skor Skor

Tambah an

Total Pergerak an

Skor Skor

Tambah an

Total Pergerak an

Skor Skor

Tambaha n

Total

L R L R L R L R L R L R

1 400 (kiri) 300 (kanan)

3 3 +1 lengan berputar

(kiri & kanan)

4 4 1000 (kiri) 1200 (kanan)

1 2 1 2 150 (kiri)

150 (kanan)

1 1 1 1

2 200 (kiri) 450 (kanan)

1 2 -1 miring menyang

ga berat lengan (kanan)

1 1 700 (kiri) 1000 (kanan)

1 1 1 1 100 (kiri)

100 (kanan)

1 1 1 1

3 200 (kiri) 900 (kanan)

2 3 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

4 5 1300 (kiri) 1100 (kanan)

2 2 2 2 100 (kiri)

100 (kanan)

1 1 1 1

4 400 (kiri) 650 (kanan)

2 3 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

4 5 600 (kiri) 700 (kanan)

1 1 1 1 150 (kiri)

100 (kanan)

1 1 +1

pergelang an tangan

berputar (kiri)


(15)

5 200 (kiri) 450 (kanan)

1 2 -1 miring menyang

ga berat lengan (kanan)

1 1 700 (kiri) 1000 (kanan)

1 1 1 1 100 (kiri)

100 (kanan)

1 1 1 1

6 200 (kiri) 200 (kanan)

1 1 1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

3 3 300 (kiri) 700 (kanan)

2 1 2 1 200 (kiri)

200 (kanan)

2 2 2 2

7 200 (kiri) 200 (kanan)

1 1 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

3 3 600 (kiri) 700 (kanan)

1 1 1 1 150 (kiri)

150 (kanan)

1 1 1 1

8 850 (kiri) 850 (kanan)

3 3 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

5 5 1400 (kiri) 1200 (kanan)

2 2 2 2 150 (kiri)

150 (kanan)


(16)

9 1700 (kiri) 1400 (kanan)

3 4 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

5 6 1500 (kiri) 1100 (kanan)

2 2 2 2 100 (kiri)

200 (kanan)

1 1 +1

pergelang an tangan

berputar (kanan)

1 3

10 800 (kiri) 800 (kanan)

3 3 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

5 5 1450 (kiri) 1200 (kanan)

2 2 2 2 150 (kiri)

150 (kanan)

1 1 1 1

11 400 (kiri) 400 (kanan)

2 2 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

4 4 1200 (kiri) 1100 (kanan)

2 2 2 2 300 (kiri)

200 (kanan)

2 2 2 2

12 400 (kiri) 600 (kanan)

2 3 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan

berputar

4 4 1200 (kiri) 1150 (kanan)

2 2 2 2 150 (kiri)

150 (kanan)


(17)

(kiri & kanan) 13 900 (kiri)

900 (kanan)

3 3 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

5 5 1350 (kiri) 1200 (kanan)

2 2 2 2 100 (kiri)

100 (kanan)

1 1 1 1

14 500 (kiri) 900 (kanan)

3 3 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan)

5 5 1100 (kiri)

900 (kanan)

2 1 2 1 150 (kiri)

100 (kanan)

1 1 1 1

15 800 (kiri) 900 (kanan)

3 3 +1 bahu naik (kiri & kanan) +1 lengan berputar (kiri & kanan) -1 miring menyang ga berat lengan (kanan)

5 4 1400 (kiri)

900 (kanan)

2 1 2 1 100 (kiri)

100 (kanan)


(18)

Pengemudi Skor Tabel A

Skor Tabel B Skor Tabel C Hasil Kategori Posisi

Duduk

Kiri Kanan Kiri Kanan

1 4 4 5 4 5 CTDs sedang Tidak Ergonomis

2 2 1 1 1 1 Masih diterima Ergonomis

3 5 5 7 6 8 CTDs tinggi Tidak Ergonomis

4 5 5 6 4 4 CTDs sedang Tidak Ergonomis

5 2 1 1 1 1 Masih diterima Ergonomis

6 4 5 4 5 4 CTDs sedang Tidak Ergonomis

7 5 3 3 4 4 CTDs sedang Tidak Ergonomis

8 2 7 7 5 5 CTDs sedang Tidak Ergonomis

9 5 7 9 8 9 CTDs tinggi Tidak Ergonomis

10 4 7 7 7 7 CTDs sedang Tidak Ergonomis

11 4 6 6 6 8 CTDs tinggi Tidak Ergonomis

12 5 5 7 6 8 CTDs tinggi Tidak ergonomis

13 5 5 7 6 8 CTDs tinggi Tidak ergonomis

14 5 5 7 6 8 CTDs tinggi Tidak ergonomis


(19)

N o

Keluhan Low Back Pain Berdasarkan Nordic Body Map Pinggan g Belakan g Pinggul Belakan g Panta t Pah a Kiri Paha Kana n Lutu t Kiri Lutut Kana n Beti s Kiri Betis Kana n Pergelanga n Kaki Kiri

Pergelanga n Kaki Kanan Telapa k Kaki Kiri Telapa k Kaki Kanan

1 ya ya ya tidak tidak tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak ya

2 tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak

3 ya ya tidak ya ya tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak tidak

4 ya ya ya ya tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak ya tidak

5 tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak

6 ya ya tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak

7 ya ya ya ya tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak ya tidak

8 ya tidak tidak tidak tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak tidak tidak

9 ya tidak ya tidak tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak tidak tidak

10 ya ya ya tidak tidak tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak tidak

11 ya ya ya ya ya tidak tidak ya ya tidak tidak ya ya

12 ya ya tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak ya ya

13 ya ya ya tidak tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak ya tidak

14 ya ya ya tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak


(20)

Pengemudi Saat Terjadinya Keluhan Frekuensi Keluhan Tingkat Keluhan

1 saat mengemudi 1-2 kali/bulan ringan

2 tidak pernah 1-2 kali/bulan tidak pernah

3 setelah mengemudi setiap hari ringan

4 setelah mengemudi 1-2 kali/minggu sedang

5 tidak pernah 1-2 kali/bulan tidak pernah

6 setelah mengemudi 1-2 kali/bulan ringan

7 setelah mengemudi 1-2 kali/minggu sedang

8 setelah mengemudi setiap hari sedang

9 saat mengemudi setiap hari sedang

10 setelah mengemudi setiap hari ringan

11 setelah mengemudi 1-2 kali/minggu sedang

12 saat mengemudi 1-2 kali/minggu ringan

13 saat mengemudi setiap hari sedang

14 setelah mengemudi 1-2 kali/minggu ringan


(21)

LAMPIRAN 6

OUTPUT HASIL ANALISIS UNIVARIAT DAN BIVARIAT

Frequency Table

Frequency Table

Usia

4 26.7 26.7 26.7

8 53.3 53.3 80.0

3 20.0 20.0 100.0

15 100.0 100.0

< 30 tahun 30-50 tahun > 50 tahun Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e Percent

MasaKerja

4 26.7 26.7 26.7

4 26.7 26.7 53.3

7 46.7 46.7 100.0

15 100.0 100.0

< 5 tahun 5-10 tahun > 10 tahun Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e Percent

LamaKerj a

1 6.7 6.7 6.7

12 80.0 80.0 86.7

2 13.3 13.3 100.0

15 100.0 100.0

< 8 jam 8-12 jam > 12 jam Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Pi nggangBelakang

13 86.7 86.7 86.7

2 13.3 13.3 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(22)

Pi nggulBelakang

10 66.7 66.7 66.7

5 33.3 33.3 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Pantat

8 53.3 53.3 53.3

7 46.7 46.7 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

PahaKiri

4 26.7 26.7 26.7

11 73.3 73.3 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

PahaKanan

2 13.3 13.3 13.3

13 86.7 86.7 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

LututKiri

15 100.0 100.0 100.0

tidak Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

LututKanan

15 100.0 100.0 100.0

tidak Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(23)

BetisKiri

7 46.7 46.7 46.7

8 53.3 53.3 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

BetisKanan

4 26.7 26.7 26.7

11 73.3 73.3 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

PergelanganKakiKiri

15 100.0 100.0 100.0

tidak Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

PergelanganKakiKanan

15 100.0 100.0 100.0

tidak Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

TelapakKakiKiri

6 40.0 40.0 40.0

9 60.0 60.0 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

TelapakKakiKanan

3 20.0 20.0 20.0

12 80.0 80.0 100.0

15 100.0 100.0

y a tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent


(24)

Frequencies

Frequencies

Frequencies

Crosstabs

SaatTerjadi Keluhan

2 13.3 13.3 13.3

4 26.7 26.7 40.0

9 60.0 60.0 100.0

15 100.0 100.0

tidak pernah saat mengemudi setelah mengemudi Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Frekuensi Keluhan

2 13.3 13.3 13.3

2 13.3 13.3 26.7

5 33.3 33.3 60.0

6 40.0 40.0 100.0

15 100.0 100.0

tidak pernah

jarang (1-2 kali/bulan) sering (1-2 kali/minggu) sangat sering (setiap hari)

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e Percent

TingkatKeluhan

2 13.3 13.3 13.3

6 40.0 40.0 53.3

7 46.7 46.7 100.0

15 100.0 100.0

tidak pernah ringan sedang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Case Processing Summary

15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

PosisiDuduk * KeluhanLBP

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(25)

Chi-Square Tests

15.000b 1 .000

7.594 1 .006

11.780 1 .001

.010 .010

14.000 1 .000

15 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only f or a 2x2 table a.

3 cells (75.0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is . 27.

b.

PosisiDuduk * KeluhanLBP Crosstabulati on

0 2 2

1.7 .3 2.0

.0% 100.0% 100.0% .0% 100.0% 13.3% .0% 13.3% 13.3%

13 0 13

11.3 1.7 13.0 100.0% .0% 100.0% 100.0% .0% 86.7% 86.7% .0% 86.7%

13 2 15

13.0 2.0 15.0 86.7% 13.3% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 86.7% 13.3% 100.0% Count

Expected Count % wit hin PosisiDuduk % wit hin KeluhanLBP % of Total

Count

Expected Count % wit hin PosisiDuduk % wit hin KeluhanLBP % of Total

Count

Expected Count % wit hin PosisiDuduk % wit hin KeluhanLBP % of Total

ergonomis (masih dapat diterima)

tidakergonomis (risiko CTDs ringan-t inggi) PosisiDuduk

Total

y a tidak KeluhanLBP

Total

Keterangan : Terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected (E) kurang dari 5 sehingga syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya untuk tabel 2x2 yaitu uji Fisher.


(26)

LAMPIRAN 7

DOKUMENTASI

Kantor Fa.Mekar Jaya Jl. Pinang Baris No.137 Medan


(27)

Pengemudi 2


(28)

Pengemudi 4


(29)

Pengemudi 6


(30)

Pengemudi 8


(31)

Pengemudi 10


(32)

Pengemudi 12


(33)

Pengemudi 14


(34)

(35)

57

DAFTAR PUSTAKA

Armandas, R.T. 2010. Gambaran Faktor Risiko dan Keluhan Cumulative Trauma Disorders Pada Pekerja Pengguna Komputer PT.Coca-Cola Bottling Indonesia, Cibitung. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?...Tri%20Armandas.pdf. Diakses 10 Januari 2016.

Astuti, R.D. 2007. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan Beban Angkat

Terhadap Keluhan Musculosceletal.

http://bahrainmedical.com?association.pdf Diakses 28 Oktober 2015. Bimariotejo. 2009. Low Back Pain (LBP). http://backpainforum.com. Diakses 28

Oktober 2015.

Bridger, R.S. 2005. Introduction to Ergonomics. McGraw-Hill. Singapore. Budiono, S. 2005. Higiene Perusahaan dalam Budiono S. 2005 Bunga Rampai

Hiperkes dan KK. Edisi Kedua (Revisi). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Department for Transport UK. 2007. Vehicle Ergonomics Best Practice Guide. Highway Agency.

Fitriningsih, dan Haryono, W. 2011. Hubungan Umur, Beban Kerja, dan Posisi Duduk saat Bekerja dengan Keluhan Nyeri Punggung pada Pengemui Angkutan Kota di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Jurnal KESMAS UAD. Vol. 5. No. 2, Juni 2011.

Harnoto, H. 2009. Hubungan Posisi Duduk dengan Timbulnya Nyeri Punggung Bawah pada Pengemudi Mobil. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/3940/1/J110070059.pdf. Diakses 25 November 2015.

Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Karuniasih. 2009. Tinjauan Faktor Risiko dan Keluhan Subjektif Terhadap Timbulnya Muskuloskeletal Disorders pada Pengemudi Travel X Trans Tujuan Jakarta-Bandung Tahun 2009. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

http://ib.ui.ac.id/file?file=digital/...S...Tinjauan%20faktor....pdf. Diakses 10 November 2015.


(36)

58

Malcolm Jayson. 2002. Nyeri Punggung. Terjemahan oleh Lisa Budihardjo. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Risyanto. 2008. Pengaruh Lamanya Posisi Kerja Terhadap Keluhan Subyektif Low Back Pain Pada Pengemudi Bus Kota di Terminal Giwangan. http://www.journal .UII .ac.id. Diakses 28 Oktober 2015. S.Rahardjo, H. 2009. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Sawit. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UI. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX.

Semarang, 17-18 November 2009.

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/dahen/publication/d11.pdf. Diakses 15 Desember 2015.

Tanjung, R. 2009. Diagnosis dan Penetalaksanaan Nyeri Punggung Bawah di Puskesmas. http://dokterblog.wordpress.com/diagnosis-dan

penatalaksanaan-nyeri-punggung-bawah-di-puskesmas/.Diakses 28 Oktober 2015..

Samara, Diana. et all. 2007. Duduk Statis Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Perempuan. Jurnal Kedokteran Vol. 24, No.2 Universa Medika. Jakarta: Universitas Indonesia.

Santoso, G. 2004. Ergonomi manusia, peralatan, dan lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher. Sidoarjo.

Septiawan, H. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bangunan di PT. Mikroland Property Development Semarang Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

http://lib.unnes.ac.id/18801/1/6450408106.pdf. Diakses 28 Oktober 2015.

Suma’mur, P.K. 1996. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Penerbit CV. Gunung Agung. Jakarta.

Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Penerbit CV. Sagung Seto. Jakarta

Tarwaka; Bakri S.H.A; Sudiajeng L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Universitas Islam Batik. Surakarta.

Utomo, A. 2012. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi dan Kejadian Keluhan Gangguan Trauma Kumulatif Pada Pekerja Pabrik Rahmat Tempe di


(37)

59

Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2011. Skripsi. Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UI.

http://ib.ui.ac.id/file?file=digital/20285874-S-Arinanda%20Utomo.pdf. Diakses 20 Desember 2015.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian dimana observasi, pengukuran dan pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan posisi duduk saat bekerja dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 dengan alasan :

1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang hubungan hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak Fa.Mekar Jaya untuk melakukan penelitian pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya khususnya pada Trayek 117.


(39)

31

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 yang berjumlah 30 orang pengemudi.

3.3.2 Sampel

Berdasarkan data yang diperoleh dari personalia Fa.Mekar Jaya, tercatat 30 orang supir aktif di Fa.Mekar Jaya Trayek 117. Sampel pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan metode purposive sampling, yakni suatu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti dan sampel tersebut dianggap representatif dari total populasi. Alasan tidak menggunakan total sampling dikarenakan beberapa armada sedang diperbaiki dibengkel dan sebagian lainnya tidak bersedia untuk dijadikan sampel penelitian sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 orang pengemudi.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Selain menggunakan kuesioner peneliti juga menggunakan observasi langsung untuk mengamati postur kerja pengemudi angkutan kota di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 Medan. Pengumpulan data diklasifikasikan menjadi 3 bagian utama yaitu :


(40)

32

1. Penilaian karakteristik individu menggunakan kuesioner meliputi karakteristik umur, masa kerja dan lama kerja.

2. Penilaian posisi duduk menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).

3. Penilaian keluhan Low Back Pain (LBP) menggunakan kuesioner Nordic Body Map.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa gambaran umum Fa.Mekar Jaya yang diperoleh dari bagian personalia Fa.Mekar Jaya.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (Dependent variabel)

Variabel bebas adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah posisi duduk saat mengemudi.

2. Variablel Terikat (Independent variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan nyeri punggung bawah(low back pain).


(41)

33

3.5.2 Defenisi Operasional Variabel Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel

No Variabel Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Posisi

Duduk Sikap duduk pengemudi saat mengemudikan kendaraannya. 1.Checklist REBA 2.Kamera 1.Ergonomis (masih dapat diterima) 2. Tidak ergonomis (risiko CTDs rendah-sangat tinggi) Ordinal

2. Keluhan Subjektif Low Back Pain (LBP)

Keluhan nyeri/panas / kaku pada bagian tubuh tertentu yang dirasakan pengemudi akibat pekerjaannya. Kuesioner Nordic Body Map 1. Ya 2. Tidak Ordinal

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Penentuan Penilaian Posisi Duduk dengan Metode REBA

Penilaian posisi duduk dengan metode REBA didasarkan pada serangkaian tabel-tabel yang memuat postur-postur tubuh. Apabila postur bergerak dari posisi netral maka nilai risiko akan bertambah. Nilai REBA yang sudah ada kemudian dicocokan dengan tabel tingkat aktivitas. Dari penilaian REBA Decision didapat skoring dengan kriteria :

1. Skor 1 masih dapat diterima (ergonomis)

2. Skor 2-3 mempunyai tingkat risiko CTDs rendah (tidak ergonomis)


(42)

34

4. Skor 8-10 mempunyai tingkat risiko CTDs tinggi (tidak ergonomis)

5. Skor 11-15 mempunyai tingkat risiko CTDs sangat tinggi (tidak ergonomis)

3.6.2 Penentuan Keluhan Low Back Pain dengan Nordic Body Map

Metode ini digunakan untuk rasa sakit otot pada pekerja dengan menggunakan checklist ergonomi yang sudah terstandarisasi yang berisi gambar tubuh manusia dengan fokus utama bagian punggung belakang terdiri dari bagian pinggang belakang, pinggul belakang, dan bagian pantat. Penilaian menggunakan skala ordinal dengan hasil ukur sebagai berikut :

1. Ya 2. Tidak

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.

3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk sebelum data dianalisis.


(43)

35

5. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat.

3.7.2 Metode Analisis Data

Data yang telah diolah melalui teknik pengolahan data dengan bantuan komputer menggunakan program pengolahan data statistik sebagai berikut : 1) Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Variabel independen data kategorik dam variabel dependen merupakan data kategorik maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisa data dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dengan α (0,05). Ho diterima jika p>α berarti tidak ada hubungan dan Ho ditolak jika p<α berarti ada hubungan.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada salah satu trayek angkutan kota dibawah naungan Fa.Mekar Jaya. Firma Mekar Jaya merupakan usaha yang bergerak di bidang pengangkutan penumpang umum yang beroperasi di dalam kota Medan. Kantor Fa.Mekar Jaya berlokasi di Jl. Pinang Baris No.137 Medan.

Mekar Jaya merupakan badan usaha berbentuk Firma. Usaha ini tidak memiliki struktur organisasi dikarenakan Mekar Jaya merupakan badan usaha dengan skala kecil. Mekar Jaya hanya dipimpin oleh seorang pimpinan dan wakil pimpinan serta dibantu oleh 3 orang staf administrasi.

Berdasarkan profil usaha yang didapatkan dari personalia Fa.Mekar Jaya didapatkan informasi bahwa Fa.Mekar Jaya telah beroperasi sejak tahun 1993 sampai saat ini. Firma ini memiliki dua trayek yang berbeda, yakni Trayek 117 Pinang Baris-Belawan dan Trayek 118 Marelan-Simpang Tuntungan. Hingga tahun 2015 tercatat 30 armada yang aktif beroperasi pada Trayek 117.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Umur Pengemudi Angkutan Kota

Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :


(45)

37

Tabel 4.1 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Umur di Fa.Mekar Jaya Trayek 117

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 15 orang pengemudi angkutan kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 yang didata, pengemudi terbanyak berada pada kelompok usia 30-50 tahun sebanyak 8 orang (53,3%), kemudian diikuti kelompok usia < 30 tahun sebanyak 4 orang (26,7%) dan pengemudi yang berusia > 50 tahun sebanyak 3 orang (20,0%). Pengemudi tertua berusia 68 tahun dan yang termuda berusia 21 tahun.

4.2.2 Masa Kerja Pengemudi Angkutan Kota

Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Masa Kerja di Fa. Mekar Jaya Trayek 117

Dari di atas dapat dilihat bahwa dari 15 orang pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 yang didata, mayoritas pengemudi telah bekerja

No Usia (tahun) Jumlah %

1. 2. 3.

< 30 30-50 > 50 4 8 3 26,7 53,3 20,0

Jumlah 15 100

No Masa Kerja (tahun) Jumlah %

1. 2. 3. < 5 5-10 > 10 4 4 7 26,7 26,7 46,7


(46)

38

sebagai pengemudi angkutan kota selama > 10 tahun sebanyak 7 orang (46,7%), kemudian diikuti masa kerja < 5 tahun sebanyak 4 orang (26,7%) dan pengemudi dengan masa kerja 5-10 tahun sebanyak 4 orang (26,7%). Masa kerja pengemudi yang paling lama yaitu selama 26 tahun dan yang paling singkat selama 1 tahun.

4.2.3 Lama Kerja Pengemudi Angkutan Kota

Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Lama Kerja di Fa. Mekar Jaya Trayek 117

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 15 orang pengemudi angkutan kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 yang didata, mayoritas pengemudi bekerja selama 8-12 jam dalam sehari sebanyak 12 orang (80,0%), pengemudi yang bekerja > 12 jam dalam sehari sebanyak 2 orang (13,3%) dan pengemudi yang bekerja < 8 jam dalam sehari sebanyak 1 orang (6,7%). Jam kerja paling lama yaitu selama 15 jam dalam sehari dan yang paling singkat selama 6 jam dalam sehari.

No Lama Kerja (jam) Jumlah %

1. 2. 3.

< 8 8-12

>12

1 12

2

6,7 80,0 13,3


(47)

39

4.3 Hasil Penilaian Posisi Duduk dengan Metode REBA (Rappid Entire

Body Assessment)

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Posisi Duduk dengan Menggunakan Tabel Skor REBA

Pengemudi Tabel A Tabel B Tabel C Hasil Kiri Kanan Kiri Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 4 2 5 2 2 4 5 2 5 4 4 5 5 5 5 4 1 5 5 1 5 3 7 7 7 6 5 5 5 5 5 1 7 6 1 4 3 7 9 7 6 7 7 7 7 4 1 6 4 1 5 4 5 8 7 6 6 6 6 6 5 1 8 4 1 4 4 5 9 7 8 8 8 8 8 CTDs sedang Masih diterima CTDs tinggi CTDs sedang Masih diterima CTDs sedang CTDs sedang CTDs sedang CTDs tinggi CTDs sedang CTDs tinggi CTDs tinggi CTDs tinggi CTDs tinggi CTDs tinggi

4.4 Gambaran Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Berdasarkan Nordic Body Map pada Pengemudi Angkutan Kota 4.4.1 Bagian Tubuh Pinggang Belakang, Pinggul Belakang dan Pantat

Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan keluhan pada pinggang belakang, pinggul belakang dan pantat dapat dilihat pada tabel berikut :


(48)

40

Tabel 4.5 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 Berdasarkan Keluhan pada Pinggang Belakang, Pinggul Belakang dan Pantat

Bagian Tubuh Jumlah %

1. Pinggang Belakang Tidak Ya 2 13 13,3 86,7

Jumlah 15 100

2. Pinggul Belakang Tidak Ya 5 10 33,3 66,7

Jumlah 15 100

3. Pantat Tidak Ya 7 8 46,7 53,3

Jumlah 15 100

Dari tabel di atas dapat dilihat sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%) mengalami keluhan (nyeri/panas/pegal) pada bagian pinggang belakang dan sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada pinggul belakang dialami oleh 10 orang pengemudi (66,7%) dan sebanyak 5 orang pengemudi (33,3%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada bagian pantat dialami oleh 8 orang pengemudi (53,3%) dan sebanyak 7 orang pengemudi (46,7%) tidak mengalami keluhan.

4.4.2 Bagian Tubuh Kiri (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki, Telapak Kaki)

Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan keluhan pada bagian tubuh kiri (paha, lutut, betis, pergelangan kaki dan telapak kaki) dapat dilihat pada tabel berikut :


(49)

41

Tabel 4.6 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 Berdasarkan Keluhan pada Bagian Tubuh Kiri (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki dan Telapak Kaki)

Bagian Tubuh Jumlah %

1. Paha Kiri Tidak Ya 11 4 73,3 26,7

Jumlah 15 100

2. Lutut Kiri Tidak Ya

15 -

100

Jumlah 15 100

3. Betis Kiri Tidak Ya 8 7 53,3 46,7

Jumlah 15 100

4. Pergelangan Kaki Kiri Tidak Ya 15 0 100 0

Jumlah 15 100

5. Telapak Kaki Kiri Tidak Ya 9 6 60,0 40,0

Jumlah 15 100

Dari tabel di atas dapat dilihat sebanyak 4 orang pengemudi (26,7%) mengalami keluhan (nyeri/panas/pegal) pada bagian paha kiri dan sebanyak 11 orang pengemudi (73,3%) tidak mengalami keluhan. Pada bagian lutut kiri keseluruhan pengemudi sebanyak 15 orang (100%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada betis kiri dialami oleh 7 orang pengemudi (46,7%) dan sebanyak 8 orang pengemudi (53,3%) tidak mengalami keluhan. Pada bagian pergelangan kaki kiri keseluruhan pengemudi sebanyak 15 orang (100%) tidak mengalami


(50)

42

keluhan. Keluhan pada telapak kaki kiri dialami oleh 6 orang pengemudi (40,0%) dan sebanyak 9 orang pengemudi (60,0%) tidak mengalami keluhan.

4.4.3 Bagian Tubuh Kanan (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki, Telapak Kaki)

Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan keluhan pada bagian tubuh kanan (paha, lutut, betis, pergelangan kaki dan telapak kaki) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 Berdasarkan Keluhan pada Bagian Tubuh Kanan (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki dan Telapak Kaki)

Bagian Tubuh Jumlah %

1. Paha Kanan Tidak Ya 13 2 86,7 13,3

Jumlah 15 100

2. Lutut Kanan Tidak Ya 15 0 100 0

Jumlah 15 100

3. Betis Kanan Tidak Ya 11 4 73,3 26,7

Jumlah 15 100

4. Pergelangan Kaki Kanan Tidak Ya 15 - 100 -

Jumlah 15 100

5. Telapak Kaki Kanan Tidak Ya 12 3 80,0 20,0


(51)

43

Dari tabel di atas dapat dilihat sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) mengalami keluhan (nyeri/panas/pegal) pada bagian paha kanan dan sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%) tidak mengalami keluhan. Pada bagian lutut kanan keseluruhan pengemudi sebanyak 15 orang (100%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada betis kanan dialami oleh 4 orang pengemudi (26,7%) dan sebanyak 11 orang pengemudi (73,3 %) tidak mengalami keluhan. Pada bagian pergelangan kaki kanan keseluruhan pengemudi sebanyak 15 orang (100%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada telapak kaki kanan dialami oleh 3 orang pengemudi (20,0%) dan sebanyak 12 orang pengemudi (80,0%) tidak mengalami keluhan.

4.5 Gambaran Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low

Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota

Distribusi waktu terjadinya keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pengemudi mengalami keluhan low back pain setelah mengemudi sebanyak 9 orang pengemudi (60,0%), sebanyak 4 orang pengemudi (26,7%) mengalami keluhan

No Waktu Terjadinya Keluhan Jumlah % 1.

2. 3.

Tidak Pernah Saat Mengemudi Setelah Mengemudi

2 4 9

13,3 26,7 60,0


(52)

44

low back pain pada saat mengemudi dan hanya 2 orang pengemudi (13,3%) yang tidak pernah mengalami keluhan low back pain.

4.6 Gambaran Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota

Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan frekuensi terjadinya keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Terjadinya Keluhan Low Back Pain pada Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pengemudi mengalami keluhan low back pain dengan frekuensi setiap hari sebanyak 6 orang pengemudi (40,0%), sebanyak 5 orang pengemudi (33,3%) mengalami keluhan low back pain dengan frekuensi 1-2 kali/minggu, sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) mengalami keluhan low back pain dengan frekuensi 1-2 kali/bulan dan sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) tidak pernah mengalami keluhan low back pain.

No Frekuensi Terjadinya Keluhan

Jumlah %

1. 2. 3. 4.

Tidak Pernah 1-2 kali/bulan 1-2 kali/minggu

Setiap hari

2 2 5 6

13,3 13,3 33,3 40,0


(53)

45

4.7 Gambaran Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah ( Low Back

Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 di

Kota Medan

Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan tingkat keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Keluhan Low Back Pain pada Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117

No Tingkat Keluhan Jumlah %

1. 2. 3.

Tidak pernah Ringan Sedang

2 6 7

13,3 40,0 46,7

Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pengemudi mengalami tingkat keluhan low back pain dengan kategori sedang sebanyak 7 orang pengemudi (46,7%), kategori ringan sebanyak 6 orang pengemudi (40%) dan 2 orang pengemudi (13,3%) tidak pernah mengalami keluhan low back pain.

4.8 Hasil Uji Bivariat

Dari hasil pengumpulan data melalui kuesioner pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Terminal Pinang Baris Medan dapat diketahui hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota dapat dilihat pada tabel berikut :


(54)

46

Tabel 4.11 Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117

Posisi Duduk

Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

Jumlah Sig. (p)

Ya Tidak

N % N % N %

Ergonomis

Tidak Ergonomis

0 13

0 86,7

2 0

13,3 0

2 13

13,3

86,7 0,01 Jumlah 13 86,7 2 13,3 15 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengemudi dengan posisi duduk ergonomis dan tidak mengalami keluhan low back pain sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%), kategori posisi duduk tidak ergonomis dan mengalami keluhan low back pain sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%).

Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p = 0,01 hal ini berarti p < 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan.


(55)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 11 orang pengemudi (73,3%) yang berumur di atas 35 tahun. Secara teoritis hal ini meningkatkan risiko keluhan nyeri punggung bawah pada pengemudi. Menurut penelitian S.Rahardjo (2009) pekerja berusia diatas 35 tahun berisiko 2,56 kali lebih besar untuk mengalami CTDs dibandingkan pekerja yang berusia dibawah 35 tahun.

5.1.2 Masa Kerja

Masa kerja para pengemudi rata-rata diatas 10 tahun. Menurut data yang diperoleh dari kuesioner, masa kerja yang paling lama yakni selama 26 tahun sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Pada pekerja yang telah bekerja selama lebih dari 4 tahun akan berisiko 2,755 kali menglami CTDs dibandingkan dengan pekerja yang bekerja kurang dari 4 tahun (S.Rahardjo, 2009).

5.1.3 Lama Kerja

Lama kerja para pengemudi rata-rata 8-12 jam dalam sehari. Menurut data yang diperoleh dari kuesioner jam kerja yang paling lama yaitu selama 15 jam dalam sehari dan yang paling singkat selama 6 jam dalam sehari. Dalam seminggu biasanya seseorang dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan


(56)

48

(Suma’mur P.K, 1996). Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan akan ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja, gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit meningkat yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja (Tarwaka, 2004).

5.2 Analisis Posisi Duduk menggunakan REBA

Berdasarkan hasil observasi pada pengemudi angkutan yang menjadi responden penelitian rata-rata pengemudi bekerja dengan posisi statis. Berdasarkan perhitungan tabel REBA pada 15 orang pengemudi diperoleh hasil dengan kategori sebagai berikut :

1. Posisi Duduk Ergonomis

Skor 1 masih dapat diterima (posisi duduk ergonomis) sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) dengan hasil analisis sebagai berikut (contoh pada pengemudi nomor 5). Posisi punggung pengemudi berada dalam kondisi normal, pergerakan leher membentuk sudut 200 dan terdapat beberapa kali gerakan leher berputar selama mengemudi dan posisi kaki bengkok selama mengemudi membentuk sudut 450. Skor total untuk bagian punggung, leher dan kaki (Tabel A) = 2.

Lengan atas sebelah kiri bergerak sejauh 200 , lengan atas sebelah kanan bergerak membentuk sudut 450 dan pada lengan atas sebelah kanan posisi lengan miring menyangga berat lengan. Lengan bawah sebelah kiri bergerak sejauh 700 dan lengan bawah kanan bergerak 1000. Bagian pergelangan tangan kiri dan kanan bengkok membentuk sudut 100. Skor total untuk bagian lengan atas (kiri & kanan), lengan bawah (kiri & kanan) dan pergelangan tangan (kiri & kanan)


(57)

49

(Tabel B) yakni = 1 (kiri & kanan). Skor tabel C = 1 (kiri & kanan). Berdasarkan skor maka pengemudi dikategorikan tidak berisiko mengalami CTDs (posisi duduk ergonomis) sehingga tidak diperlukan tindakan lebih lanjut.


(58)

50

2. Posisi Duduk Tidak Ergonomis

Risiko CTDs ringan-sangat tinggi (skor 2-15) dikategorikan posisi duduk tidak ergonomis dialami sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%) dengan hasil analisis sebagai berikut (contoh pada pengemudi nomor 9).

Posisi punggung pengemudi berada dalam kondisi condong ke depan sejauh 300, pergerakan leher membentuk sudut 200 dan terdapat beberapa kali gerakan leher berputar selama mengemudi dan posisi kaki bengkok selama mengemudi membentuk sudut 450. Skor total untuk bagian punggung, leher dan kaki (Tabel A) = 5.

Lengan atas sebelah kiri bergerak sejauh 1700 dan lengan atas sebelah kanan bergerak sejauh 1400. Selain itu pada bagian lengan atas kiri dan kanan bahu naik serta lengan berputar. Lengan bawah sebelah kiri bergerak sejauh 1500 dan lengan bawah kanan bergerak 1100 . Bagian pergelangan tangan kiri bengkok membentuk sudut 100 dan kanan bengkok membentuk sudut 200 serta pergelangan tangan kanan berputar. Skor total untuk bagian lengan atas (kiri & kanan), lengan bawah (kiri & kanan) dan pergelangan tangan (kiri & kanan) (Tabel B) yakni = 7 (kiri) dan 9 (kanan). Skor tabel C = 8 (kiri) dan 9( kanan). Berdasarkan skor maka pengemudi dikategorikan berisiko mengalami CTDs tinggi (posisi duduk tidak ergonomis) sehingga diperlukan tindakan secepatnya untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan pengemudi mengalami CTDs.


(59)

51

Gambar 5.3 Pengemudi no. 9

Menurut Kurniawidjaja (2010) yang dikutip oleh Utomo (2012) postur kerja fisik dengan posisi yang sama dan pergerakan otot yang sangat minimal akan menimbulkan peningkatan beban otot dan tendon, menyebabkan aliran darah pada otot terhalang dan menimbulkan kelelahan serta rasa kebas dan nyeri. Pada kondisi ini pekerja akan merasa seperti kesemutan awalnya kemudian akan disusul rasa kebas sehingga akan mengganggu proses kerja, anggota gerak cenderung menjadi kaku sehingga bisa terjadi kekakuan sendi apabila terus berlanjut dan bisa menimbulkan deformitas postur akibat pada saat bekerja selalu dalam posisi yang sama dan otot akan berkontraksi lebih lama sehingga bisa


(60)

52

menimbulkan kondisi otot yang tidak elastis sehingga kekakuan otot bisa berlanjut menjadi kekakuan sendi.

Posisi kaki saat mengemudi juga dapat mempengaruhi keluhan nyeri punggung bawah. Semakin jauh anggota tubuh bergerak menjauhi otot rangka terlebih jika melakukan gerakan dengan teknik yang tidak benar maka risiko terjadinya cedera otot akan semakin besar. Ukuran tubuh yang penting dalam posisi kerja duduk adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki (Santoso, 2004).

5.3 Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

Pada hasil penilaian keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) didapatkan 3 bagian tubuh yang mengalami keluhan nyeri paling banyak, yaitu bagian pinggang belakang dengan keluhan pegal yang dialami sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%), keluhan pada pinggul belakang dialami sebanyak 10 orang pengemudi (66,7%) dan keluhan pada pantat dialami sebanyak 8 orang pengemudi (53,3%).

Keluhan paling banyak pada bagian pinggang, pinggul belakang dan pantat disebabkan oleh posisi duduk statis yang terlalu lama. Rata-rata pengemudi bekerja dengan posisi duduk statis selama 3 jam dalam satu trip perjalan. Hal ini semakin diperberat oleh kondisi bantalan/sandaran kursi yang tidak nyaman sehingga risiko mengalami nyeri punggung bawah semakin besar.

Berdasarkan penelitian NIOSH (1992) yang dikutip oleh Armands (2010) mendapatkan hasil 90% pekerja (tinggi) mengeluhkan ketidaknyamanan pada


(61)

53

daerah tulang belakangnya setelah bekerja. Pegal-pegal disebabkan adanya akumulasi produk sisa berupa asam laktat pada jaringan (Bridger, 2003).

Rasa pegal yang dialami pengemudi adalah cara identifikasi awal bahwa pengemudi mengalami ketidaknyamanan saat bekerja atau mengalami gangguan nyeri punggung bawah (low back pain). Banyaknya aktivitas pekerjaan dengan penanganan secara manual dapat menyebabkan cedera jaringan otot dan persendian jika terjadi salah pergerakan, terlebih jika dilakukan dengan teknik yang tidak benar.


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada pengemudi angkutan kota di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 terhadap tingkat risiko CTDs dengan menggunakan metode REBA serta keluhan nyeri punggung bawah dengan menggunakan Nordic Body Map didapatkan beberapa kesimpulan :

1. Karakteristik individu meliputi ; umur, masa kerja dan lama kerja tidak mempengaruhi keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117. Hal ini dikarenakan keluhan nyeri punggung bawah dialami oleh 13 orang pengemudi yang memiliki umur, masa kerja dan lama kerja yang beragam.

2. Tingkat risiko CTDs yang diperoleh dari hasil skor menggunakan metode REBA, yaitu masih dapat diterima dikategorikan posisi duduk ergonomis dan tidak mengalami keluhan low back pain sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) dan tingkat risiko CTDs ringan-sangat tinggi dikategorikan posisi duduk tidak ergonomis dan mengalami keluhan low back pain sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%).

3. Keluhan low back pain pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 mayoritas mengeluhkan pegal-pegal dan nyeri pada bagian pinggang belakang sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%), pinggul belakang sebanyak 10 orang pengemudi (66,7%) dan bagian pantat sebanyak 8 orang pengemudi (53,3%). Secara rekapitulasi tingkat risiko yang ada, terdapat 2 orang


(63)

55

pengemudi (13,3%) yang bekerja dengan posisi duduk ergonomis dan tidak mengalami keluhan low back pain. Untuk kategori posisi duduk tidak ergonomis dan mengalami keluhan low back pain dialami sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%).

6.2 Saran

1. Sebelum mengemudi sebaiknya posisi anggota tubuh terutama bagian punggung belakang hingga kaki, lengan serta bagian kepala hingga leher diposisikan senyaman mungkin sehingga dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya nyeri punggung bawah (low back pain).

2. Pengemudi juga harus memperbanyak konsumsi air minum minimal 2 liter dalam sehari untuk mengurangi keluhan nyeri pada pinggang akibat posisi duduk selama berjam-jam saat menegemudi.

3. Lakukan stretching sekitar 5-10 menit sebelum bekerja atau pada saat istirahat disela waktu kerja untuk memudahkan kerja otot, untuk menghindari kontraksi otot secara tiba-tiba dan kontraksi berlebihan. 4. Perlu dilakukan perbaikan pada kursi kemudi (adjust maju-mundur) serta

perbaikan pada sandaran kursi agar posisi tubuh selama mengemudi sesuai dengan postur tubuh sehingga pengemudi dapat bekerja dengan nyaman. 5. Bagi pengemudi yang mengalami keluhan nyeri/pegal ringan disarankan

untuk lebih memperhatikan jam kerja dan jam istirahat agar tidak menyebabkan kelelahan otot serta mengurangi risiko terjadinya nyeri pada


(64)

56

punggung bawah. Lakukan gerakan stretching sederhana saat otot terasa pegal.

6. Bagi pengemudi yang mengalami keluhan nyeri/pegal berat disarankan untuk melakukan istirahat (tidak bekerja) agar otot yang kaku dapat kembali rileks. Istirahat dapat dilakukan selama beberapa hari sampai kondisi memungkinkan untuk bekerja. Jika keluhan nyeri tidak berkurang atau semakin parah disarankan untuk melakukan pemeriksaan serta perawatan secara medis.


(65)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posisi Duduk Saat Bekerja 2.1.1 Posisi Saat Bekerja

Menurut Septiawan (2013) dalam melakukan aktivitas terdapat tiga macam sikap dalam bekerja, yaitu:

1) Sikap Kerja Duduk

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka (musculoskeletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso, 2004).

Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring. Jika posisi duduk tidak benar maka tekanan pada saat posisi tidak duduk 100% dan tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan (Santoso, 2004).

2) Sikap Kerja Berdiri

Menurut Astuti (2007) yang dikutip oleh Septiawan (2013) sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada


(66)

8

kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota bagian atas dengan anggota bagian bawah.

Menurut Pudjianto (2001) yang dikutip oleh Septiawan (2013) sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus menyebabkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada bagian kaki dan hal ini akan bertambah bila ukuran sepatu yang digunakan tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk. Berdiri dalam watu yang lama menyebabkan nyeri punggung bawah yang dapat mengganggu aktivitas serta dapat meningkatkan biaya pengobatan.

3) Sikap Kerja Membungkuk

Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dilakukan secara berulang dalam periode yang cukup lama. Faktor risiko nyeri punggung bawah menunjukan bahwa sikap kerja membungkuk memperbesar risiko nyeri punggung bawah sebesar 2,68 kali dibandingkan dengan pekerja dengan sikap badan tegak (Samara, 2005).


(67)

9

Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbal mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Bila sikap kerja ini dilakukan dengan beban pengangkatan yang berat dapat menimbulkan slipped disk, yaitu rusaknya bagian invertebratal disk akibat kelebihan beban pengangkatan (Astuti dan Suhardi, 2007).

2.1.2 Pengertian Mengemudi

Mengemudi didefinisikan sebagai kegiatan mengontrol operasi dari sebuah kendaraan seperti mobil, truk atau bus. Pekerjaan transportasi jalan meliputi pekerja yang bertanggung jawab secara teknis dan administratif terhadap kendaraan (Karuniasih, 2009).

Mengemudi untuk waktu yang lama sangat melelahkan dan tidak nyaman. Pengemudi harus selalu waspada dengan kondisi kendaraan, terutama lalu lintas yang padat dan macet atau pada saat cuaca buruk. Pengemudi harus berhati-hati terhadap kemungkinan kecelakaan atau melakukan manuver lain yang membahayakan penumpang.

Menurut Pheasant (1991) yang dikutip oleh Karuniasih (2009) ada beberapa alasan mengapa prevalensi MSDs tinggi pada pengemudi antara lain : a. Pengemudi menghabiskan waktu lama berada dalam posisi statik yang hanya


(68)

10

b. Posisi mengemudi sangat tidak nyaman bila dibandingkan dengan posisi kerja lainnya.

c. Pajanan vibrasi yang berasal dari kendaraan.

d. Mengemudi membutuhkan konsentrasi tinggi dan secara psikologis menimbulkan stress dan ketegangan pada otot leher.

2.1.3 Tugas Pengemudi dan Prosedur Mengemudi

Tugas administratif pengemudi adalah bertanggung jawab terhadap kendaraan dan muatannya, mengisi dokumen perjalanan, melakukan tindakan yang diperlukan bila terjadi kerusakan atau kecelakaan dan melaporkannya kepada pemilik kendaraan di akhir perjalanan.

Sama halnya dengan yang diterapkan di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 pada saat memulai kerjanya, pengemudi angkutan kota melapor ke petugas administrasi yang bertugas atau yang lebih dikenal dengan sebutan mandor. Selain itu pengemudi angkutan kota juga bertugas memeriksa kelayakan angkutan yang dikemudikannya bahkan mereka juga melakukan perbaikan ringan pada bagian mobil yang mengalami kerusakan.

2.1.4 Fisiologi Duduk

Menurut LaDou yang dikutip Karuniasih (2009) pembagian posisi duduk terdiri atas tiga macam, yaitu :

1) Duduk Tegak (upright sitting)

Duduk dengan posisi tegak dianggap sebagai postur duduk yang baik. Duduk tegak sangat cocok untuk pekerjaan yang menggunakan komputer atau


(69)

11

mengemudi. Studi tentang tekanan pada intradiskus menunjukkan bahwa tekanan di diskus lumbal 40%-50% lebih besar pada posisi ini dibandingkan dengan berdiri. Ini disebabkan pada kursi yang tegak, pelvis berotasi ke belakang (±380) saat duduk dan kurva ke depan dipunggung bawah cenderung lurus. Sandaran punggung yang tepat akan mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 30%.

2) Duduk Condong ke Depan (Forward sitting)

Tekanan pada diskus lumbal meningkat 90% lebih besar dibandingkan saat berdiri pada saat melakukan aktivitas seperti duduk, menulis atau melakukan pekerjaan yang menyebabkan tulang belakang condong ke depan.

3) Duduk ke Belakang (Reclining)

Posisi reclining cocok untuk pekerja yang perlu fokus pada detail kecil atau harus melakukan gerakan motorik halus. Pada posisi ini tumpuan berat badan berada di belakang tempat duduk dan dengan penggunaan lumbal support akan mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 25% dari posisi berdiri. Masalah pada posisi duduk ini timbul bila target visual lebih rendah atau terlalu jauh.

2.1.5 Postur Mengemudi

Melakukan aktivitas mengemudi dalam jangka waktu yang lama disertai postur duduk yang tidak ergonomis dapat menimbulkan keluhan kesehatan jika dilakukan secara terus menerus. Keluhan umum yang sering timbul yakni rasa nyeri pada bagian punggung terutama pada punggung bagian bawah atau yang dikenal dengan istilah low back pain. Untuk menghindari timbulnya keluhan low


(70)

12

back pain pengemudi harus menyesuaikan postur mengemudi yang ergonomis (Vehicle Ergonomics Best Practice Guide UK, 2007) antara lain :

a. Apabila kursi mengemudi dapat disesuaikan naik-turun, atur kesesuaiannya sehingga dapat membuat penglihatan kita terhadap jalan menjadi maksimum.

Gambar 2.1 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust naik-turun

b. Sesuaikan juga posisi maju-mundur tempat duduk kemudi sehingga jaraknya dapat memudahkan kaki dalam menginjak pedal rem, gas dan kopling.


(71)

13

c. Pada mobil tertentu yang dapat diatur kemiringan bantal di tempat duduk kemudi di bagian ujung paha, hendaknya diatur kemiringannya sehingga bagian paha tersupport dengan baik.

Gambar 2.3 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust bantalan ujung paha d. Atur kemiringan backrest sehingga dapat menyediakan topangan terbaik pada

punggung. Pada umumnya kemiringan backrest adalah antara 1100 - 1140.

Gambar 2.4 Posisi backrest

e. Untuk roda kemudi yang dapat diatur panjang dan kemiringannya, atur roda kemudi sesuai dengan jangkauan tangan, pastikan ada ruang untuk paha dan


(72)

14

lutut bergerak pada saat menginjak pedal rem, gas atau kopling, dan pastikan semua display panel terlihat jelas dan tidak terhalangi roda kemudi.

Gambar 2.5 Posisi roda kemudi

f. Atur penyangga kepala, pastikan pada posisi tersebut risiko injury di kepala dapat dikurangi apabila terjadi kecelakaan.


(73)

15

g. Atur kemiringan kaca spion sehingga dapat digunakan untuk melihat kondisi sekitar tanpa menyebabkan ketegangan pada leher dan tubuh bagian atas.

h. Posisi kaki yang baik pada saat mengemudi tepatnya posisi kaki diantara pedal adalah paralel satu sama lain. Posisi kaki pada saat mengemudi mempengaruhi otot adductor pada paha. Pada saat posisi kaki memutar maka adductor paha tidak melakukan mobilitas. Pada keadaan ini ruang abdominal menjadi kendur dan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan beban pada otot punggung sampai ke leher.

i. Posisi tangan yang baik pada saat memegang kemudi adalah berada pada arah jarum jam 2 dan 10, karena pada posisi inilah tangan kita dalam posisi natural dan tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh atas. Cara menggenggam roda kemudi pun harus benar, dengan tidak memberikan tekanan berlebihan pada lengan. Jari-jari pada lengan diusahakan serileks mungkin begitu juga pada bahu dan siku.

2.2 Keluhan Nyeri Punggung Bawah 2.2.1 Pengertian Nyeri Punggung Bawah

Nyeri punggung merupakan sekumpulan gejala yang menandakan bahwa terdapat sesuatu yang salah. Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk atau ditikam.


(74)

16

Menurut Suma’mur P.K (2009) nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf atau struktur lainnya disekitar daerah tersebut. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada pinggang, hernia inguinalis, penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium.

2.2.2 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah

Nyeri punggung bawah mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang merangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanisme, termal, kimiawi. Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasma otot, yang selanjutnya akan menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana


(75)

17

terjadi akumulasi saluram ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Rahajeng Tanjung, 2009).

2.2.3 Mekanisme Nyeri Punggung Bawah

Tulang punggung (spinal column) terdiri dari tulang belakang (vertebrae), yang terpisah dan berbantalkan piringan per-penyerapan yang dibuat dari tulang rawan. Tulang belakang juga dilindungi oleh lapisan tipis tulang rawan dan ditopang oleh persendian dan otot-otot yang berfungsi untuk membantu menyeimbangkan tulang punggung. Otot-otot ini termasuk kedua otot iliopsoas (yang menyusuri kedua sisi tulang punggung), kedua otot penegak tulang punggung (yang menyusuri sepanjang kedua sisi tulang punggung yang ada dibelakangnya) dan otot paraspinal pendek yang banyak (yang menyusur diantara tulang belakang). Otot perut (yang menyusur dari bagian bawah rongga dada menuju panggul) juga membantu menyeimbangkan tulang punggung.

Sepanjang tali tulang belakang, syaraf tulang belakang timbul melalui ruang diantara tulang belakang untuk terhubung dengan syaraf sepanjang tubuh. Pada syaraf tulang belakang didekat tali tulang belakang disebut akar syaraf tulang belakang. Karena letaknya berdekatan, akar syaraf tulang belakang bisa tertekan ketika tulang belakang terluka dan bisa mengakibatkan nyeri (Latif, 2007).


(76)

18

2.2.4 Tanda dan Gejala Nyeri Punggung Bawah

Berdasarkan pemeriksaannya tanda dan gejala nyeri punggung bawah dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu:

1) Nyeri Punggung Bawah Sederhana

Adanya nyeri pada daerah sepanjang tulang belakang tanpa penjalaran atau keterlibatan saraf di bawahnya. Nyeri saat bergerak, derajat nyeri bervariasi setiap waktu dan tergantung dari aktivitas fisik.

2) Nyeri Punggung Bawah dengan Gangguan Persyarafan

Gejalanya nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal di daerah nyeri.

3) Nyeri Punggung Bawah Menurut Kegawatannya

Ada riwayat trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan bermotor, adanya nyeri tanpa pergerakan yang konstan dan progresif, ditemukan nyeri daerah perut dan atau dada. Merasakan nyeri hebatpada malam hari yang tidak membaik dengan posisi telentang, penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atau demam, pergerakan punggung sangat terbatas dan persisten dan adanya gejala kencing tertahan (Latif, 2007).

2.2.5 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah

Menurut Malcom Jayson (2002) nyeri dapat dibedakan menurut waktu terjadinya, antara lain :


(77)

19

1) Nyeri Akut yang tajam, dalam dan langsung maupun tiba-tiba. Seseorang tidak dapat beristirahat dengan tenang dan setiap gerak bagian punggung yang terkena bertambah nyeri yang terjadi selama kurang dari 8 minggu.

2) Nyeri kronis yang terus menerus dan tidak berkurang. Nyeri biasanya dirasakan dalam beberapa hari tetapi kadangkala dapat pula berlangsung selama satu minggu atau lebih.

Berdasarkan perjalanan kliniknya low back pain terbagi menjadi dua jenis (Bimariotejo, 2009), yaitu :

1) Acute Low Back Pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, sehingga menyebabkan rusaknya jaringan, melukai otot, ligamen dan tendon.

2) Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari tiga bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya lebih berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi diskus intervertebralis dan tumor.

Menurut Rahajeng Tanjung (2009) nyeri punggung bawah yang disebabkan kelainan kongenital, dibedakan atas :


(78)

20

1) Nyeri Punggung Bawah Visirogenik

Nyeri punggung bawah yang disebabakan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat.

2) Nyeri Punggung Bawah Vaskulogenik

Pada nyeri ini aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan nyeri punggung bawah dibagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik.

3) Nyeri Punggung Bawah Spondilogenik

Nyeri ini disebabkan oleh berbagai proses patologik di column vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus inveterbralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.

4) Nyeri Punggung Bawah Psikogenik

Nyeri jenis ini jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap, Nyeri punggung bawah jenis ini pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran antar kecemasan dan depresi.


(79)

21

Nyeri punggung bawah neurogenik misalnya pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan tumor-tumor pada spinal durmater dapat menyebabkan nyeri.

2.2.6 Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah

Ada beberapa faktor risiko yang memicu timbulnya keluhan nyeri punggung bawah, antara lain :

1) Faktor Personal a. Usia

Pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga risiko terjadi keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2004).

b. Masa Kerja

Semakain lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan ditempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Lutam (2005) menyatakan bahwa resiko nyeri punggung sangat berhubungan dengan lama kerja. Semakin lama bekerja, semakin tinggi tingkat risiko untuk menderita nyeri punggung. Pekerja yang memiliki masa kerja >5 tahun memiliki tingkat resiko 7,26 kali lebih besar menderita nyeri punggung dibanding dengan yang memilki masa kerja < 5 tahun.


(80)

22

c. Jenis Kelamin

Laki-laki dan wanita bekerja dalam kemampuan fisiknya. Kekuatan fisik tubuh wanita rata-rata 2/3 dari pria. Poltrast menyebutkan wanita mempunyai kekuatan 65% dalam mengangkat dibanding rata-rata pria. Hal tersebut disebabkan karena wanita mengalami siklus biologi seperti haid, kehamilan, nifas, menyusui dan lain-lain. Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas, wanita muda dan laki-laki tua kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang hampir sama (Budiono, 2003).

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria (Tarwaka, 2004).

2) Faktor Pekerjaan a. Beban Kerja

Beban kerja adalah beban pekerjaan yang ditanggung oleh pelakunya baik fisik, mental maupun sosial (Suma’mur PK, 1996). Beban kerja adalah setiap pekerjaan yang memerlukan otot atau pemikiran yang merupakan beban bagi pelakunya, beban tersebut meliputi beban fisik, mental ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaanya.


(81)

23

b. Lama Kerja

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga atau masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu biasanya seseorang dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu terlihat kecenderungan untuk timbulnya hal-hal negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor (Suma’mur P.K, 1996).

Maksimum waktu kerja tambahan yang masih efisien adalah 30 menit. Sedangkan diantara waktu kerja harus disediakan waktu istirahat yang jumlahnya antara 15-30% dari seluruh waktu kerja. Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan tersebut akan ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja, gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit meningkat, yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja (Tarwaka dkk, 2004).

3) Faktor Lingkungan a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh pada saat tangan harus memegang alat maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat dan apabila hal ini


(1)

2.3 Metode Penilaian Risiko Ergonomi ... 24

2.3.1 Posisi Duduk dengan Metode REBA ... 24

2.3.2 Prosedur Penilaian Metode REBA... 25

2.3.3 Penilaian Low Back Pain (LBP) dengan Nordic Body Map ... 28

2.4 Kerangka Konsep ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian ... 30

3.2.1 Lokasi ………….. ... 30

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Data Primer ... 31

3.4.2 Data Sekunder ... 32

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 32

3.5.1 Variabel ... 32

3.5.2 Defenisi Operasional ... 33

3.6 Metode Pengukuran ... 33

3.6.1 Penentuan Penilaian Posisi Duduk dengan Metode REBA …….. ... 33

3.6.2 Penentuan Keluhan Low Back Pain dengan Nordic Body Map ... 34

3.7 Metode Analisis Data ... 34

3.7.1 Teknik Pengolahan Data ... 34

3.7.2 Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 36

4.2.1 Umur Pengemudi Angkutan Kota ... 36

4.2.2 Masa Kerja Pengemudi Angkutan Kota ... 37

4.2.3 Lama KerjaPengemudi Angkutan Kota ... 38

4.3 Hasil Penilaian Posisi Duduk dengan Metode REBA (Rappid Entire Body Assessment) ... 39


(2)

4.4.1 Bagian Pinggang Belakang, Pinggul Belakang dan Pantat …………. 39

4.4.2 Bagian Tubuh Kiri (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki, Telapak Kaki) ………….. ... 40

4.4.3 Bagian Tubuh Kanan (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki, Telapak Kaki) ... 42

4.5 Gambaran Waktu Terjadinya Keluhan Low Back Pain pada Pengemudi Angkutan Kota ... 43

4.6 Gambaran Frekuensi Terjadinya Keluhan Low Back Pain pada Pengemudi Angkutan Kota ... 44

4.7 Gambaran Tingkat Keluhan Low Back Pain pada Pengemudi Angkutan Kota ... 45

4.8 Hasil Uji Bivariat ... 45

BAB V PEMBAHASAN ... 47

5.1 Karakteristik Individu ... 47

5.1.1 Usia ………….. ... 47

5.1.2 Masa Kerja ... 47

5.1.3 Lama Kerja ... 47

5.2 Analisis Risiko Menggunakan REBA ... 48

5.3 Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ….... ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57 DAFTAR LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 33 Tabel 4.1 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Umur

di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 ... 37 Tabel 4.2 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Masa

Kerja di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Lama

Kerja di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 ... 38 Tabel 4.4 Hasil Penilaian Posisi Duduk dengan Menggunakan Tabel

Skor REBA ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Keluhan Pada Pinggang Belakang, Pinggul Belakang dan Pantat ... 40 Tabel 4.6 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Keluhan Pada Bagian Tubuh Kiri (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki dan Telapak Kaki) ... 41 Tabel 4.7 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Keluhan Pada Bagian Tubuh Kanan (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki dan Telapak Kaki) ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 ... 43 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung

Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota

Fa.Mekar Jaya Trayek 117 ... 44 Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low

Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 ... 45 Tabel 4.11 Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust naik-turun ... 12

Gambar 2.2 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust maju-mundur ... 13

Gambar 2.3 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust bantalan ujung paha 13 Gambar 2.4 Posisi backrest ... 14

Gambar 2.5 Posisi roda kemudi... 14

Gambar 2.6 Posisi penyangga kepala ... 15

Gambar 2.7 Nordic Body Map ... 29

Gambar 2.8 Kerangka konsep penelitian ... 30


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian. Lampiran 2. Surat Izin Penelitian.

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian. Lampiran 4. Master Data Penelitian.

Lampiran 5. Output Lampiran 6. Dokumentasi


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ali Syahbana Ritonga

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 06 Maret 1991

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Sofyan Suri Ritonga, SH

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Siti Onggol Harahap, SPdi

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Swasta SABILINA Deli Serdang/2003 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 6 Medan/2006

3. SLTA/Tamat tahun : MAN 2 Medan/2009

4. Akademi/Tamat tahun : Poltekkes Kementerian Kesehatan Jurusan Analis Kesehatan Medan/2012

5. Lama studi di FKM USU : 2013-2016


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL.

0 0 7

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI B KOTA DAMRI DI TERMINAL KARTASURA.

0 0 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI B KOTA DAMRI DI TERMINAL KARTASURA.

0 0 8

HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI TERMINAL UBUNG.

5 23 61

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 6

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 23

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 21 3

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 34