Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

BAB II
GAMBARAN UMUM AKTIVITAS DUKUN SUWUK
2.1. Makna Suwuk Menurut Dukun dan Masyarakat Desa Aek Loba Pekan
Dalam kamus bahasa sansekerta suwuk diartikan berhenti 23. Arti berhenti
dalam pengobatan suwuk dapat dimaknai sebagai berhentinya suatu penyakit yang
diderita seseorang. Sedangkan menurut keterangan dukun dan masyarakat Desa
Aek Loba Pekan suwuk memiliki penjelasan yang berbeda-beda. Menurut mbah
Sujirah dan mbah Mutijah serta beberapa masyarakat, suwuk diartikan sebagai
jampi-jampi atau mantra. Landasan dasar mereka mengatakan hal tersebut adalah
karena kata suwuk diambil dari metode yang digunakan yaitu menggunakan
jampi-jampi atau mantra.

Mbah Kalim dan mbah Timin mengatakan suwuk

sebagai pengobatan alternatif gaib yang menggunakan metode menghembus,
penyakit sembuh. Menurut Mbah Ompong suwuk diartikan sebagai metode atau
cara pengobatan tradisional.
Mantra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu ‘man’ yang memiliki arti
‘pikiran’ dan ‘tra’ yang artinya ‘pembebasan’. Jadi Mantra adalah kegiatan
membebaskan pikiran. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2001), Mantra bisa diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti

rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan
oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Mantra jika ditinjau dari segi istilah bisa memiliki arti bunyi, kata, atau
kalimat yang diucapkan, dibisikkan, atau dilantunkan dengan cara tertentu untuk
23

Purwadi dkk, ( Kamus Sansekerta Indonesia )

Universitas Sumatera Utara

tujuan tertentu pula. Mantra diyakini mempunyai kekuatan, sebagai sarana
permohonan kepada Tuhan, dan bermanfaat untuk bermacam-macam tujuan
tertentu dari para perapalnya. Dari segi bentuk, mantra sebenarnya bisa
digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terikat pada aspek rima,
baris, dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, sebagian mantra ada
yang menggunakan bahasa yang kadang sulit untuk dipahami. Bahkan
adakalanya, perapal sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang ia baca.
Dia hanya memahami kapan dan bagaimana mantra tersebut dibaca dan untuk apa
tujuannya. Dari segi penggunaan, mantra tidak boleh diucapkan sembarangan,
karena bacaannya dianggap keramat dan memiliki arti khusus 24.

2.2. Biografi Dukun Suwuk Desa Aek Loba Pekan
Dalam penelitian ini ada enam dukun yang menjadi informan, sebenarnya
ada banyak dukun di Desa Aek Loba Pekan. Mengenai jumlah banyaknya dukun
tidak diketahui secara pasti. Alasan memilih enam dukun sebagai informan karena
keenam dukun ini merupakan dukun yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat
sekitar. Hampir semua penduduk desa mengenal keenam dukun ini, hal ini terlihat
dari penuturan beberapa penduduk yang ditanyai tetang dukun suwuk. Selain itu,
jarak rumah keenam dukun ini, masih terbilang dekat dan memudahkan untuk
melakukan pengamatan dan wawancara. Dalam segi bahasa juga mudah untuk
dipahami, karena mereka hanya menggunakan bahasa Jawa kasar 25 bahkan ada
yang menggunakan bahasa Indonesia meskipun dicampur-campur. Adapun
keenam dukun ini akan dijelaskan dan dipaparkan sebagai berikut.

24

http://indomantra.blogspot.com/2011_02_01_archive.html, 5 Juni 2013
Jadi di desa tersebut ada bahasa jawa halus dan ada bahasa jawa kasar. Bahasa Jawa halus
biasanya digunakan untuk berbicara pada orang yang lebih tua darinya. Sedangkan bahasa Jawa
kasar biasanya digunakan pada orang yang sebaya atau seumur.
25


Universitas Sumatera Utara

2.2.1. Mbah Kalim
Mbah Kalem merupakan sosok laki-laki yang memiliki tinggi badan
sekitar 167 cm dan berat badan sekitar 60 kg. Dari postur tubuhnya ia memiliki
tubuh yang tinggi dan tegap. Rambut mbah Kalim sudah putih semua kalaupun
ada yang hitam biasanya ada di dasar atau bawah rambut. Mbah Kalim memiliki
jenggot dan kumis yang tipis serta sudah memutih. Bagian wajah terlihat guratanguratan keriput hal ini yang menunjukkan bahwa mbah Kalim sudah lanjut usia.
Dari mimik wajahnya terlihat bahwa mbah Kalim adalah kriteria orang yang
ramah. Hal ini terbukti pada saat berkunjung kerumahnya, ia langsung akrab dan
tidak sungkan-sungkan menceritakan semua keahliannya dalam mengobati orang.
Dari gaya bicara mbah Kalim juga merupakan orang yang mudah bersosialisasi
dengan lingkungan. Hampir setiap pagi ia pergi berkunjung kerumah-rumah orang
yang ia kenal. Sikap ramah dan mudah bergaulnya menjadi poin yang penting
dalam memudahkan mengorek setiap informasi.

Foto 1
Mbah Kalim
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013


Universitas Sumatera Utara

Mbah Kalim lahir pada tahun 1935 di Madura Jawa Timur. Semasa kecil
ia tinggal bersama kedua orang tuanya yang sekarang sudah meninggal. Pada
tahun 1954 Mbah Kalim bertransmigrasi ke Desa Aek Loba Pekan bersama
keluarganya. Ketika sekitar tahun 1960 ia dan ketiga temannya pergi merantau
ke Pematang Siantar. Alasan mbah Kalim pergi merantau karena pada saat itu ia
belum memiliki pekerjaan. Saat di Siantar ia dan ketiga temannya membuka
sebuah warung makan. Mulai disanalah mbah Kalim belajar memasak dan
menekuni profesinya sebagai wirausaha. Namun membuka rumah makan hanya
berlangsung lima tahun, sekitar tahun 1965 ia kembali lagi ke Desa Aek Loba.
Tidak lama setelah kepulanganya ke Desa Aek Loba Pekan ia pun menikah
dengan seorang gadis bernama Ngatemi. Ngatemi merupakan salah satu gadis
Desa Aek Loba Pekan yang juga transmigrasi dari Jawa.
Mereka membina rumah tangga sekitar tahun 1965, dari pernikahannya
mbah Kalim dikaruniain 8 (delapan) orang anak yaitu 1 (satu) orang laki-laki dan
7 (tujuh) orang perempuan. Pada saat ini anaknya sudah menikah semua dan
tinggal terpisah dari mbah Kalim. 3 (tiga) orang anaknya setelah menikah tinggal
di daerah Kandis, 4 (empat) anaknya lagi setelah menikah tinggal di daerah Bagan

Siapi, serta 1 (satu) orang anakya tinggal di km 5 tepatnya di Desa Kampung
Petani. Anaknya yang tinggal di Desa Kampung Petani seminggu sekali datang
untuk menjenguk mbah Kalim sedangkan yang lainnya datang ketika lebaran Idul
Fitri tiba.
Pada tahun 1987 istri mbah Kalim meninggal karena sakit, ketika itu ia
merasa terpukul dengan kepergian istrinya. Ia pun tinggal hanya dengan ketiga
anaknya, karena yang lainnya sudah menikah dan tinggal di rumah mereka

Universitas Sumatera Utara

masing-masing. Ketika semua anaknya menikah maka iapun tinggal sendiri di
rumah peninggalan kedua orang tuanya. Tinggal di rumah yang lumayan besar,
mbah kalim harus menjalani aktifitasnya sendiri. Rumah yang memiliki 2 (dua)
ruang kamar tidur, 2 (dua) ruang tamu dan 1 (satu) ruang dapur yang cukup luas.
Keseluruhan bangunan depan berdindingkan batu, sedangkan bagian belakangnya
berdindingkan separuh batu dan separuh papan. Ruang tamu depan yang sedikit
lebih kecil di bandingkan ruang tamu tengah terletak berjajar sofa berwarna biru.
Di bagian ruang tengah hanya terletak 1 (satu) unit TV, bagian belakang TV ada 1
lemari hias dan terletak 1 (satu) kasur, yang sepertinya biasa digunakan mbah
Kalim untuk bersantai sambil menonton.


Foto 2
Rumah mbah Kalim
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
Dalam hal memasak mbah Kalim tidak khawatir karena memang dari
mudanya beliau sudah pandai memasak. Sehingga untuk makannya sehari-hari
mbah Kalim lebih memilih untuk memasak sendiri ketimbang menyuruh orang.

Universitas Sumatera Utara

Semua pekerjaan rumah hampir seluruh ditangani oleh mbah Kalim seperti
menyampu rumah, menyapu halaman dan mencuci piring. Namun ada satu
pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain yaitu mencuci pakaian. Biasanya tukang
cuci mbah Kalim datang kerumah seminggu dua kali. Tukang cuci mbah Kalim
beretniskan cina dan tukang cucinya juga merupakan salah satu yang pernah
menjadi pasiennya. Tukang cuci mbah Kalim tinggal di daerah wetan 26 desa,
karena lumayan jauh sehingga ia hanya datang mencuci seminggu dua kali dengan
bayaran Rp 80.000 perbulan.
Seperti layaknya orang biasa beraktifitas, mbah Kalim juga menjalani
aktifitas yang tak jauh beda. Aktifitas mbah Kalim dirumah yaitu paling sering

menonton TV dengan chanel ANTV acara sepak bola dan acara berita Indonesia.
Selain menonton TV, aktifitas yang dilakukan mbah Kalim di rumah adalah
mengerjakan pekerjaan rumah dan tidur siang. Biasanya jam 09.00 wib mbah
Kalim sudah pergi keluar rumah menggunakan sepedanya, ia akan pergi jalanjalan. Sesekali mbah Kalim akan singgah kerumah penduduk untuk sekedar
mengobrol dengan topik yang tak tentu. Sekitar jam 11.00 wib ia akan pulang ke
rumah untuk istirahat dan menonton TV. Sekitar jam 14.00 wib ia akan bergegas
untuk pergi kewarung pak Sahril. Warung yang berdidingkan setengah gedek ini,
dengan ruang yang disekat-sekat dan memiliki tempat lesehan menjadi warung
favorit mbah Kalim. Mbah Kalim biasanya selalu memesan segelas kopi dan
beberapa biji gorengan. Sebenarnya mbah Kalim bisa minum kopi di rumah,
namun menurutnya tidak enak jika minum kopi sendirian tidak ada temannya
mengobrol. Bahkan jika mbah Kalim minum kopi di rumah selalu tidak habis.
26

Timur

Universitas Sumatera Utara

Jika mbah Kalim minum kopi di warung pak Sahril ia bisa mengobrol baik
dengan penjual maupun pembeli yang datang kewarung tersebut. Setelah jam

15.00 wib ia akan pulang kerumah untuk menonton acara sepak bola ataupun tidur
siang.
Sumber ekonomi mbah Kalim selain menjadi dukun suwuk yaitu mbah
Kalim memiliki beberapa rante kebun sawit yang terletak di belakang rumahnya.
Untuk merawat dan memanen kebunnya mbah Kalim lebih memilih membayar
orang ketimbang mengerjakan sendiri. Menjadi seorang dukun, bukanlah
memiliki penghasilan yang tetap karena memang mbah Kalim tidak pernah
mematokkan harga pengobatan. Sehingga mbah Kalim harus memiliki sumber
ekonomi lain .
2.2.2. Mbah Janem atau Mbah Ompong
Mbah Ompong nama yang dikenal oleh masyarakat Desa Aek Loba Pekan
memiliki nama asli Mbah Janem. Wanita kelahiran tahun 1925 merupakan salah
satu dukun suwuk yang memiliki umur paling tua. Mbah Ompong selain
berprofesi sebagai dukun suwuk juga berprofesi sebagai dukun bayi. Menjadi
dukun bukanlah karena keinginanya semata saja, namun karena suruhan orang
tua mbah Ompong.
Raut wajah mbah Ompong sudah menunjukkan bahwa usianya sudah
sangat tua. Raut wajahnya yang sudah keriput dan rambut yang memutih,
membuat ia terlihat sangat lemah. Namun sebenarnya tenaga mbah Ompong
sangat kuat, karen jika mengusuk orang, orang yang dikusuk akan meringis

kesakitan. Mbah Ompong yang memiliki tinggi badan sekitar 147 cm, dengan

Universitas Sumatera Utara

berat badan sekitar 45 kg tampak terlihat kurus. Mbah Ompong yang memiliki
kulit lumayan putih ini,paling suka menyanggul rambutnya dari pada
mengucirnya. Mbah Ompong memiliki karakter yang sangat polos, hal ini dapat
dilihat dari cara menjawab semua pertanyaan. Mbah ini juga memiliki sifat yang
ramah dan terbuka pada orang yang baru dikenalnya sehingga tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk menjadi akrab.

Foto 3
Mbah Ompong difoto ketika sedang berkumpul bersama cucu dan
anaknya. Sebelah kanan mbah Ompong adalah salah satu cucu yang
tinggal dengan mbah Ompong.
Sumber Foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
Mbah Ompong bertrasmigrasi ke Desa Aek Loba Pekan pada tahun 1940
bersama dengan orang tuanya. Pertama kali datang ke Desa Aek Loba Pekan,
rumah orang tua mbah Ompong berada tepat di belakang rumahnya sekarang. Ibu
mbah Ompong bernama Cikra dan ayahnya bernama Joyle Romo, yang sekarang

keduanya sudah meninggal. Ibu mbah Ompong juga merupakan salah satu dukun
suwuk, yang kemudian ilmunya diturunkan kepada mbah Ompong.

Universitas Sumatera Utara

Wanita asal Wonogiri Jawa Tengah ini memiliki 8 (delapan) orang anak
yang hidup dan 6 (enam) orang anak yang sudah meninggal karena keguguran.
Kedelapan anaknya yang hidup terdiri dari 4 (empat) laki-laki dan 4 (empat)
perempuan, sedangkan yang sudah meninggal 3 (tiga) laki-laki dan 3 (tiga)
perempuan. Keenam anaknya yang meninggal dengan cara berturut dan
berselang-seling, maksudnya tahun pertama hamil dan melahirkan anak laki-laki
maka yang meninggal perempuan dan sebaliknya berturut sampai 6 (enam) orang
yang meninggal. Kedelapan anaknya sudah menikah semua., bahkan mbah
Ompong sudah mempunyai cicit. Masing-masing anaknya yang sudah menikah,
hanya 3 (tiga) anak perempuannya yang tinggal di Desa Aek Loba Pekan,
tepatnya rumah anaknya berada di samping kanan, kiri, dan belakang rumah mbah
Ompong. Sedangkan selebihnya anaknya tinggal luar daerah yaitu Pujud, Bagan
Batu, Pekan Baru, Jakarta, Kampung Mesjid dan Muda.
Jika ditanya mengenai cucu, tak diragukan lagi cucunya mbah Ompong
merupakan cucu terbanyak diantara dukun suwuk yang menjadi informan. Jumlah

cucu mbah Ompong sebanyak 34 orang, lain cucu lain lagi buyut yang sudah
dimiliki mbah Ompong sebanyak 23 orang.
Profesi mbah Ompong selain sebagai dukun suwuk, mbah Ompong juga
memiliki keahlian sebagai dukun bayi. Mengenai masalah harga upah pengobatan
mbah Ompong tidak pernah mematokkan. Biasanya harga upah menjadi dukun
bayi lebih banyak dibandingkan menjadi dukun suwuk. Meskipun demikian mbah
Ompong tetap menjalankan kedua kegiatan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Mbah Ompong saat ini tinggal bersama salah satu cucu perempuannya
yang bernama Dea yang saat ini sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Cucunya
yang merupakan anak dari anaknya yang tinggal di Jakarta disuruh untuk
menemani neneknya. Mereka tinggal di sebuah rumah yang sudah tampak tua
dan sedikit rapuh. Bagaian lantai depan rumahnya sudah terlihat retak dan ada
sedikit pecah-pecah. Di dalam terlihat ada dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu
yang hanya diisi dengan kursi yang bermotif lama. Sedangkan dapurnya sudah
tampak akan roboh karena berdindingkan papan yang sudah rapuh
.

Foto 4
Keadaan rumah mbah Ompong
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
Kegiatan mbah Ompong jika berada di rumah adalah sama seperti
pekerjaan wanita biasa yaitu memasak, dan mencuci pakaiannya sendiri.
Sedangkan pekerjaan yang lainnya seperti mencuci piring, menyapu halaman dan
rumah biasanya yang mengerjakan cucunya. Beberapa hari ini sejak mengamati
kegiatan mbah Ompong, mbah Ompong sedang sakit, ia mengalami kenaikan
tensi darah atau yang sering disebut darah tinggi. Mbah Ompong paling suka

Universitas Sumatera Utara

duduk-duduk di bale-bale 27 belakang rumahnya. Biasanya mbah Ompong duduk
di belakang bersama anak-anak dan cucu-cucunya sambil mengobrol. Topik
obrolannya pun berganti-ganti, seperti terkadang mengobrol tentang penyakit
yang diderita tetangganya, kenaikan BBM, kenakalan cucu-cucunya dan lain-lain.
Mbah Ompong terkadang juga sering berkunjung ketetangganya, hanya
untuk sekedar mengobrol sambil merokok. Mbah Ompong merupakan dukun
suwuk wanita yang suka merokok. Selain itu, biasanya mbah Ompong hobi
mencabuti rambut putih milik tetangganya, meskipun sudah tua namun mata
mbah Ompong masih bagus.
2.2.3. Mbah Sujirah

Foto 5
mbah Sujirah sedang berbelanja di Pekan Minggu. Jadi setiap hari minggu ada
pekan yang menjual berbagai jenis sayuran. Pekan ini dekat dengan rumah mbah
Sujirah.
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
Mbah Sujirah adalah wanita yang memiliki tinggi 160 cm, dengan bentuk
tubuh yang sedikit tegap. Ia memiliki warna kulit sawo matang, sehingga jika
tersenyum terlihat raut mimik wajah yang manis. Rambutnya yang panjangnya
sebahu dan sedikit lebih ikal selalu diikatnya kemanapun ia pergi. Dari raut
27

Tempat duduk yang terbuat dari kayu dan berbentu datar seperti tempat tidur

Universitas Sumatera Utara

wajahnya masih terlihat bahwa usia mbah ini masih muda,meski sudah memiliki
cucu. Dari postur tubuh yang tinggi dan tegap, nampak bahwa mbah ini
merupakan wanita pekerja keras.
Mbah Sujira merupakan informan yang sulit dijumpai karena seringnya
dijemput orang untuk melakukan pengobatan. Menurut suaminya sendiri ia ada di
rumah jika pagi sekitar jam 07.00 - 08.00 wib dan malam jam 20.00 wib. Untuk
mengikutinya pergi pun sulit karena keterbatasan kendara sedangkan mbah
Sujirah selalu mengobati di tempat yang jauh dari rumahnya. Mbah Sujirah
memiliki karakter yang mudah mengerti pertanyaan yang diajukan, hal ini terlihat
dari semua jawaban yang diberikan mudah dijawab dan jawabannya lebih padat
serta mudah dimengerti.
Wanita kelahiran tahun 1964 ini memiliki 3 orang anak dari suaminya
yang bernama pak Kancel. Pak Kancel merupakan suami mbah Sujirah yang
kedua suami pertamanya sudah meninggal sejak lama. Mbah Sujirah menikah
dengan pak Kancel pada tahun 2004, dari pernikahan ini mbah Sujirah memiliki 3
(tiga) anak perempuan. Masih dari mereka membawa anak dari pernikahannya
yang pertama. Mbah Sujirah membawa 5 (lima) orang anak dan pak Kancel
membawa 7 (tujuh) orang anak. Dari keseluruhan anaknya berjumlah 15 (lima
belas) orang, yang terdiri 10 (sepuluh) perempuan dan 5 (lima) laki-laki. Anak
bawaan mbah Sujirah sudah menikah 3 (tiga) orang dan anak pak Kancel yang
sudah menikah berjumlah 3 (tiga) orang. Anak mbah Sujirah dan pak kancel yang
sudah menikah hanya 1 orang yang tinggal di Aek Loba Pekan selebihnya tinggal
di daerah yang lumayan jauh yaitu di Tebing, di Batam, di Kerinci, di Kandis, dan
di Batu Empat. Sedangkan anak yang belum menikah baik bawaan dari mbah

Universitas Sumatera Utara

Sujirah maupun pak Kancel tinggal bersama kakak atau abang mereka yang sudah
menikah. Sekarang mbah Sujirah dan pak Kancel tinggal bersaa ketiga anaknya
dari hasil pernikahan mereka.
Sebelum menikah dengan pak Kancel, mbah Sujirah merantau dari tempat
asalnya Blora Jawa Tengah. Ia pergi dari desanya sejak suaminya meninggal dan
ia harus mengurus semua anak dari peninggalan suaminya yang pertama. Awal
mula ia merantau ke daerah Gradura Bagan Batu, ia bekerja sebagai buruh di
sebuah PT perkebunan sawit. Saat bekerja disitulah mbah Sujirah bertemu dengan
pak Kancel dan kemudian menikah. Setelah menikah Iapun menetap di Desa Aek
Loba Pekan, karena suaminya pak kancel merupakan orang Desa Aek Loba
Pekan.
Aktifitas sehari-hari mbah Sujirah selain menjadi seorang dukun suwuk, ia
juga menekuni sebagai dukun urut dan pembuat ramuan jamu. Pagi hari ia harus
memulai aktifitas dengan mengurus anak-anaknya terlebih dahulu. Setelah selesai
melakukan pekerjaan rumah, iapun langsung memulai membuat ramuan jamu
yang akan dijualnya sore hari. Menjelang siang ia harus membantu suaminya yang
berprofesi sebagai tukang butut (pembeli dan penjual barang bekas). Namun jika
ada pasien yang datang maupun untuk menjemput, ia langsung bersiap untuk
memenuhi permintaan pasiennya.
Wanita yang masih terlihat aura mudanya, maskipun sudah memiliki 4
(empat) cucu tinggal disebuah rumah yang terlihat sangat sederhana. Dinding
bangunan rumah yang masih berdindingkan gedek (anyaman dari kulit pelepah
sawit). Rumah yang berukuran kecil ini hanya memiliki 1 (satu) ruang kamar tidur

Universitas Sumatera Utara

dan satu ruang dapur. Rumah yang masih berlantaikan tanah, dibagian ruang tamu
telihat ada satu buah tempat tidur dengan kasur yang sudah tipis. Di depan tempat
tidur ada satu unit TV dan ada dua buah kursi atom. Di bagian luar samping
rumah terlihat banyak rongsokan barang bekas yang merupakan barang-barang
pekerjaan milik suaminya.

Foto 6
Keadaan rumah Mbah Sujirah
Sumber Foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
2.2.4. Mbah Mutijah
Mbah mutijah seorang wanita yang memiliki tinggi sekitar 156 cm dan
berat badan 50 kg. Wanita yang memiliki rambut panjang sebahu dan sebagian
sudah memutih paling suka menyanggul rambutnya dalam setiap kegiatannya.
Mbah Mutijah sangat suka mengenakan baju kaos oblong dan celana ponggol di
rumah. Namun jika ia pergi ke ladang atau mengembala sapinya ia biasa
menggunakan topi, baju kaos dan dilapisi baju kemeja panjang serta
menggunakan celana panjang yang berbahan kain. Mbah Mutijah adalah seorang

Universitas Sumatera Utara

yang memiliki kepribadian terbuka pada orang yang baru dikenalnya. Bahkan ia
salah satu informan yang mau dihubungi menggunakan telepon seluler jika ada
suatu pertanyaan yang mendesak. Meskipun demikian mbah Mutijah salah satu
dukun yang sulit dijumpai, karena setiap harinya ia harus pergi mengembala
sapinya. Biasanya jika ada tamu atau pasien yang datang ia akan dijemput oleh
anaknya.

Foto 7
Mbah Mutijah
Sumber : Yayuk Yusdiawati, 2013
Wanita kelahiran tahun 1958

ini memiliki 7 orang anak dari

pernikahannya bersama suaminya yang bernama bapak Sukadi. Bapak Sukadi
bekerja sebagai kuli bangunan, mereka menikah sekitar 35 tahun yang lalu. Dari
ketujuh anaknya yang terdiri dari 6 laki-laki dan 1 perempuan, hanya 1 orang
yang belum menikah. Anak perempuannya yang hanya satu-satunya sudah
menikah namun sekarang sudah bercerai dan ia saat ini tinggal bersama mbah
Mutijah. Sedangkan kelima anaknya yang laki-laki yang sudah menikah semua
hanya satu orang yang tinggal bersama mbah Mutijah dan satu orang tinggal di
daerah yang sama. Keempat anaknya tinggal terpisah yaitu di Aer Joman satu

Universitas Sumatera Utara

orang, di Tanjung Pasir satu orang, di Aek Naul satu orang. Mbah Mutijah
sekarang sudah memiliki 8 orang cucu dari pernikahan anaknya.
Orang tuanya tinggal di Pematang siantar, mbah Mutijah ke Desa Aek
Loba Pekan karena ikut dengan suaminya. Ibunya bernama Ngadirah dan ayahnya
bernama Zainab. Ayahnya merupakan salah satu dukun suwuk yang ada di daerah
tempat mereka tinggal. Namun ibunya sekarang sudah meninggal, sedangkan
ayahnya yang sudah tua tinggal dengan adik perempuan mbah Mutijah. Setiap
tahun sekali biasanya mbah Mutijah akan berkunjung untuk melihat ayahnya.
Tepatnya saat lebaran idul Fitri, biasanya mbah Mutijah akan menyempatkan diri
untuk datang kekampung halamannya. Namun sebenarnya orang tua mbah Sujirah
berasal dari Jawa dan di pematang Siantar sebagai pendatang.
Aktifitas sehari-harinya selain menjadi dukun adalah berternak sapi.
Mengenai pekerjaan rumah mbah Mutijah sudah tidak lagi ikut campur, karena
semua yang mengerjakannya adalah anak dan menantunya. Jika pagi sebelum
berangkat menggembala sapi biasanya ia menonton acara televisi. Sekitar jam
12.00 wib mbah Mutijah akan pergi untuk menggembala sapi di perkebunan PTP
Afdeling 13. Mbah Mutijah akan pulang mengembala sapi jika sudah pukul 18.00
wib. Selepasnya pulang ia akan membersihkan diri dan makan malam. Setiap
malam mbah Mutijah paling suka menonton televisi, ia paling hobi melihat acara
sinetron yang biasanya ditayangkan di Indosiar. Namun ketika ada pasien datang
untuk berobat atau hanya sekedar menjemput mbah Mutijah, mbah Mutijahpun
akan datang memenuhi permintaan pasiennya dengan diantar oleh salah satu anak
laki-lakinya.

Universitas Sumatera Utara

Ia tinggal disebuah rumah yang terlihat belum sepenuhnya selesai
dibangun. Hal ini terlihat dari dinding bangunan rumah yang belum diplester
semen. Terlihat juga lantai yang masih berlantai kasar, dan jendela yang masih
belum dicat. Di dalam rumah ada dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu dan satu
ruang dapur yang terlihat sedikit luas namun belum berlantai semen. Di ruang
tamu terlihat satu unit TV, satu buah lemari dan satu pasang kursi atom.

Foto 8
Keadaan rumah mbah Mutijah
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

2.2.5. Mbah Satimah
Mbah Mah yang memiliki nama lengkap Satimah merupakan sosok wanita
paruh baya yang mempunyai tenaga cukup kuat dalam mengusuk. Menjadi dukun
suwuk dan kusuk membuat wanita ini lebih kuat dibandingkan dengan wanita
biasa yang seusiannya. Rambut yang putih dan pipi yang keriput menandakan ia
sudah lanjut usia. Mbah Mah yang hobi menggunakan kain sebagai rok

Universitas Sumatera Utara

merupakan dukun suwuk yang sedikit pemalu jika ditanya mengenai
kemampuannya. Ia lebih banyak tersenyum dan tertawa jika menjelaskan apa
yang mejadi pertanyaan. Namun terkadang terlihat mimik wajah yang bingung
jika diajukan sebuah pertanyaan, mungkin tidak mengerti dengan pertanyaan atau
bahkan memang seperti itulah karakte mbah Mah. Wanita yang memiliki warna
kulit sawo matang ini sering sekali tidak di rumah,karena harus memenuhi
permintaan pasien ketika dijemput. Memiliki berat badan sekitar 45 kg dan tinggi
sekitar 145 cm membuat ia lebih terlihat ideal,meskipun bagian pundak sudah
terlihat bungkuk.

Foto 9
Mbah Satimah
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
Mbah Mah lahir pada tahun 1935 di Magelang Jawa Tengah. Mbah Mah
merupakan salah satu penduduk Desa Aek Loba Pekan hasil program
transmigrasi. Ia bertransmigrasi bersama kedua orang tuanya. Orang tua mbah
Mah sudah meninggal sejak sekitar 20 tahun yang lalu. Rumah orang tunya dulu

Universitas Sumatera Utara

tepat berada di belakang rumah mbah Mah. Namun sekarang rumahnya sudah
tidak dapat dilihat karena sudah dirobohkan.
Mbah Mah memiliki tujuh orang anak yaitu 4 orang laki-laki dan 3 orang
perempuan. Ketujuh anaknya sudah menikah dan beberapa orang tinggal ditempat
yang berbeda. Dua orang anaknya tinggal di Desa Aek Loba Pekan, dan rumahnya
berada di sekitar belakang rumah mbah Mah. Kemudian satunya lagi tinggal
bersama mbah Mah. Adapun anaknya yang tinggal dilain daerah yaitu 3 orang
tinggal di Teluk Dalam, 1 orang tinggal di Bangun, dan 1 orang tinggal di
Kisaran. Anaknya yang berada di luar Desa akan datang berkunjung setiap lebaran
dan hari-hari penting seperti pesta dan lain-lain.
Mbah Mah tinggal di sebuah rumah yang sudah permanen. Bagian depan
rumah ada dua ruang kamar tidur, dan satu ruang tamu yang terletak satu unit
lemari hias dekat pintu ke ruang tengah. Depan lemari hias ada berjajar sofa
berwarna coklat. Masuk di ruang tengah ada satu unit TV dan dekat pintu keluar
ruang ruang ada tiga kursi atom. Di Ruang dapur terdapat satu buah meja makan
dan dekat dinding antara ruang dapur dan ruang tengah terdapat dua kursi atom
yang warnahnya sudah mulai pudar.

Universitas Sumatera Utara

Foto 10
Keadaan rumah Mbah Satimah
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
Mbah Mah hanya memiliki pekerjaan sebagai seorang dukun suwuk.
Sebelum ia menjalani profesi sebagai dukun, mbah Mah pernah bekerja di PT
Afdeling 13 dan berhenti karena sudah pensiun. Setelah ibunya meninggal dan
kemudian ibunya menurunkan ilmunya, maka saat itu juga ia menjadi seorang
dukun.
Aktifitas mbah Mah sehari-hari adalah membantu anak perempuannya
mengurus pekerjaan rumah seperti menyapu halaman, mencuci piring, memasak
dan lain-lain. Mbah Mah juga paling sering duduk di bangku belakang rumahnya
dan berkumpul bersama cucunya.
2.2.6.Mbah Timin
Mbah Timin nama yang kerap disebut penduduk sekitar jika ditanya
mengenai pengobatan suwuk. Lelaki yang memiliki tinggi sekitar 160 cm dan
berat badan 45 kg ini, memang tampak kurus. selain itu, pipi dan mata nya yang
sudah terlihat cekung menambah bukti kekurusan mbah Timin. Mbah Timin
memiliki rambut yang sudah memutih semua, terlihat jelas bahwa ia sudah
memiliki cucu dan lanjut usia. Meskipun terlihat kurus mbah Timin memiliki
tenaga yang masih baik diusiannya, hal ini ditunjukkan karen ia memiliki hobi
memcangkul dan berladang. Pria kelahiran tahun 1937 ini sudah memiliki
masalah dalam indra pendengaranya, sehingga jika berbicara padanya harus lebih
kuat. Hal ini juga yang membuat mbah Timin memiliki suara yang cukup keras
sehingga jika orang yang baru kenal terkesan ia sedang marah. Mbah Timin

Universitas Sumatera Utara

memiliki karakter orang yang sulit terbuka dengan orang yang baru, sehingga
butuh waktu untuk mengorek informasi tentang kemampuannya. Meskipun
demikian mbah Timin tetap bersikap ramah dan menyempatkan diri untuk
berdialog.

Foto 11
Mbah Timin saat momong cucunya ke tempat tetangganya.
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
Mbah Timin merupakan asli orang Desa Aek Loba Pekan karena beliau
memang lahir di Desa tersebut. kedua orang tuanya bertrasmigrasi saat mbah
Timin belum ada. Rumah orang tua Mbah Timin adalah rumah yang sekarang
ditempati oleh mbah Timin. Mbah Timin adalah anak ke empat dari 9 bersaudara,
kakak dan adiknya sudah tinggal terpisah.
Mbah Timin tinggal bersama istrinya yang bernama ibu Ngatemi dan dua
orang anaknya yang sudah menikah. Kedua anaknya semua berjenis kelamin
wanita, sebenarnya mbah Timin juga memiliki satu orang anak laki namun sudah
meninggal. Jika ditanya mengenai anaknya yang laki-laki mbah Timin terlihat

Universitas Sumatera Utara

sedih. Apalagi meninggal anaknya karena sebuah kecelakaan sepeda motor. Saat
itu anak mbah Timin yang baru tamat SMA pergi untuk mencari kerja, namun
naasnya dijalan ia mengalami tabrakan dengan mobil. Hingga saat ini mbah Timin
dan istrinya masih sangat terpukul dengan kehilangan anaknya. Sebenarnya anak
mbah Timin ada enam orang, yang hidup hanya dua orang. Sedangkan yang
meninggal ada empat orang, satu perempuan dan dua laki-laki. Sebenarnya
keluarga mbah Timin juga bingung karena setiap anak laki-lakinya selalu
meninggal. Meskipun memang karena takdir, namun mereka merasa kenapa tidak
ada satupun anak laki-laki yang bisa bertahan hidup. Kedua anaknya yang
perempuan sekarang tinggal di Desa Aek Loba Pekan juga. Satu anaknya tinggal
bersama mbah Timin dan sekarang sudah memiliki satu orang anak, sedangkan
yang satunya tinggal di depan rumah mbah timin dan sudah memiliki dua orang
anak.
Aktifitas mbah Timin selain mengobati orang mbah Timin juga sering
pergi keladang sawitnya. Ia memiliki dua tempat kebun sawit, tempat yang
pertama kebunnya berada di samping rumahnya sedangkan yang satu lagi berada
di Bargot. Jika di kebun yang di Bargot ia datang hanya setiap panen, biasanya
jika hari minggu. sedangkan di samping rumahnya hampir setiap hari ia datang
untuk membersihkannya. Mbah Timin juga sering membersihkan perkarangan
rumahnya. Namun mbah Timin tidak ada pekerjaan, ia akan pergi untuk momong
(menjaga) cucunya yang berusia empat tahun.
Mbah Timin dan keluarganya tinggal disebuah rumah yang lumayan besar
dan sudah permanen. Ia memiliki dua ruang kamar tidur, bagian ruang tamunya
terlihat memanjang. Di bagian ujung ruangan ada satu unit TV dekat pintu dapur,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan bagian depat pintu terdapat sofa bercorak bunga dan berwarnah hijau.
Dindin dalam rumah banyak tergantung foto-foto pernikahan anaknya dan foto
anaknya yang sudah meninggal. Ruang dapur cukup luas, di pintu mau ke ruang
tamu ada lemari makan. Mbah Timin memiliki halaman yang luas sehingga
banyak tanaman-tanaman di sekitar rumahnya seperti rambutan, pohon coklat dan
lain-lain.

Foto 12
Keadaan rumah mbah Timin
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
Lokasi tempat tinggal semua dukun terletak di Desa Aek Loba Pekan
Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan. Desa Aek Loba Pekan merupakan
salah satu desa dari 7 (tujuh) desa yang termasuk wilayah Kecamatan Aek
Kuasan. Desa ini terletak pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut, beriklim
dingin dengan curah hujan rata-rata 005 mm per tahunnya. Luas seluruh
wilayahnya 590 hektar dengan jumlah penduduknya 5916 orang dan suhu udara
rata-rata 20,28°c. Topograpi wilayahnya dataran rendah, sedang dan tinggi, pada
lahan yang dataran rendah ditumbuhi perkebunan sawit penduduk dan aliran
sungai kecil asahan, sedangkan pada lahan yang sedang merupakan pemukiman

Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Pada lahan yang agak tinggi di tumbuhi perkumbunan sawit milik PT
Afdeling 13.
Desa Aek Loba Pekan berbatasan PTP VI Pulau Raja pada bagian Utara.
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Aek Loba Afdling I. Sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Lobu Jiur dan Sengonsari. Sebelah Timur berbatasan
dengan desa Alang Bombon dan Bangun.
Desa Aek Loba mempunyai topograpi wilayah rendah, sedang dan tinggi.
Ketinggian Desa Aek Loba Pekan mencapai 20 meter di atas permukaan laut
dengan suhu udara rata-rata 20,28°c dan banyak curah hujan mencapai 005
mm/tahun.
Pola perkampungan di desa ini sebagaian berbanjar, dengan posisi rumah
berhadap-hadapan satu dengan lainnya. Namun tidak semua posisi rumah saling
berhadapan, ada juga posisi rumah yang tidak beraturan. Biasanya rumah yang
posisinya tidak beraturan terdapat di bagian belakang rumah yang posisi
rumahnya saling berhadapan. Untuk lebih jelas akan digambarkan denah
mengenai lokasi tempat tinggal para dukun suwuk.
Jarak ibukota kecamatan ke Desa Aek Loba Pekan kira-kira 0,5 km, dapat
ditempuh melalui kendaraan pribadi dan angkutan umum. Sedangkan jarak antara
Aek Kuasan (ibukota kecamatan) ke Kisaran (ibukota kabupaten Asahan) kirakira 51 km sedang jarak dari ibukota kabupaten Asahan ke Medan sekitar 208 km.
Desa Aek Loba Pekan memiliki 3 simpang yaitu simpang Aek Kuasan,
simpang Pandu, dan simpang Rambutan. Perumahan Desa Aek Loba Pekan

Universitas Sumatera Utara

sebagian ada yang dekat dengan jalan raya, namun untuk mencapai lokasi
penelitiannya harus masuk ke dalam kira-kira berjarak 0,5 km dari simpang.
Simpang pertama yang sering di lewati orang adalah simpang Aek
Kuasan. Simpang ini memiliki jalan yang sedikit berbatu, namun masih terlihat
lebih mulus. Simpang ke dua yaitu simpang Pandu, simpang ini jalannya lebih
berbatu namun tidak berlubang. Jalan dari simpang Pandu merupakan jalan tengah
di Desa Aek loba Pekan. Simpang ke tiga adalah simpang Rambutan, jalan
simpang ini setengah berbatu namun setengah lebih sudah diaspal. Jalan ini adalah
jalan lebih dekat menunju ke kantor Kepala Desa Aek Loba Pekan.

Universitas Sumatera Utara

Kantor

Kepala

Desa Aek Loba

Medan
Simp. Aek Kuasan

Simp. Pandu

Simp. Rambutan

Rumah
1 km
Ompong

Rumah
Sujirah

400 m

Rumah
Timin

600 m
Rumah
Kalem

300 m

Rumah
Satimah

3300 m
Gambar

13.

Dena

Penelitian

Rumah
Tumijah

900 m

Universitas Sumatera Utara

Keterangan gambar 13 : Jarak yang dibuat dalam dena adalah jarak antara rumah
satu dukun dengan rumah dukun yang lainnya. Seperti terlihat jarak simpang dari
rumah mbah Ompong adalah sekitar 1 km, jarak rumah mbah Ompong ke rumah
mbah Sujirah sekitar 300 m dan seterusnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

21 352 107

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

10 116 137

LPSE Kabupaten Asahan BA.HP AEK LOBA TU

0 0 4

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 0 11

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 0 1

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 1 18

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 0 3

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 0 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Sosial - Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

0 0 10