T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Self Efficacy Karir Siswa Kelas X MIPA.2 SMA Negeri ertek Kabupaten Wonosobo T1 BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Self efficacy karir
2.1.1 Pengertian Self efficacy karir
Bandura (1997) menyatakan bahwa self efficacy merupakan salah satu
potensi yang ada pada faktor kognitif manusia, self efficacy ini berpengaruh
besar terhadap perilaku manusia. Masing-masing individu memiliki self
efficacy yang berbeda-beda.
Feist & Feist (2009) mendefinisikan bahwaself efficacy sebagai
“keyakinan individu bahwa mereka mampu untuk melakukan suatu tindakan
yang akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.”. Menurut Schunk
(2008:210) self efficacy sangat terkait dengan keyakinan untuk menyelesaikan
tugas yang sedang dikerjakan.
Self efficacy yang dimiliki individu akan mempengaruhi tindakan apa yang
akan dilakukan individu tersebut guna mencapai suatu tujuan. Self efficacy
pada individu dapat dilihat dari bagaimana individu tersebut berjuang dengan
kegigihan untuk mendapatkan atau mengejar sesuatu yang tentunya baik untuk
individu itu sendiri.
Individu dengan self-efficacy tinggi akan berusaha lebih keras dan
mempunyai daya yang kuat dalam mengerjakan sesuatu dibandingkan dengan
individu yang memiliki self efficacy rendah (Schunk, 2008). Self efficacy
cenderung
mengarahkan
pada
penilaian
individu
untuk
melihat
kemampuannya. Sebebrapa besar usaha individu dipengaruhi oleh selfefficacy
9
yang nantinya dapat dilihat darihasil akhir kerja. Individu yang memiliki self
efficacy yang tinggi jauh lebih gigih dan tidak mudah menyerah dalam
menghadapisituasi di depannya.
Teori self efficacy karir dengan menerapkan konsep self efficacy untuk
perilaku yang berhubungan dengan karir dikembangkan oleh Hacket dan Betz
(1981) (dalam Bandura, 1997). Karir dapat didefinisikan sebagai kombinasi
dan urutan peran pekerjaan yang seseorang alami selama seumur hidup (Super,
1980). Sehingga jika dilihat dari uraian diatas para ahli tidak memiliki makna
utuh self efficacy karir.
Dengan demikian penulis merangkum definisi dari self efficacy karir yang
merupakan keyakinan individu akan kemampuannya dalam mencapai tugas
karir yang mesti dilalui sesuai dengan rentang usia perkembangan karir yang
dihadapi. Bertambahnya usia individu berarti tugas perkembangan karir pada
setiap rentang usia tertentu akan berubah pula. Melakukan perubahan dengan
mengembangkan beragam kemampuan dalam diri merupakan hal yang
dilakukan oleh individu yang memiliki self efficacy karir tinggi, misalnya
mengembangkan pola baru dalam berinteraksi dan berperilaku.Usaha yang
dilakukan individu dengan self efficacy karir tinggi tak kenal lelah, namun
individu dengan self efficacy karir rendah cenderung menghindari usaha
sehingga hal tersebut akan menghambat dan memperlambat pengembangan
kemampuan diri mereka.
2.1.2 Dimensi Self Efficacy Karir
Taylor and Betz (1983) (dalam Bandura 1997) membuat skala yang
digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan individu berkenaan dengan lima
10
dimensi karir pengambilan keputusan, dimana skala tersebut diberi nama
Career Decision Making Sef-Efficacy Scale (CDMSE). Jiang and Park (2012)
mengatakan Skala CDMSE dibagi menjadi 5 dimensi. Kelima dimensi self
efficacy karir antara lain:
a. Dimensi self-appraisal (penilaian diri)
Dimensi ini menjelaskan bagaimana self efficacy peserta didik melalui
penilaian terhadap diri sendiri. Artinya penilaian individu terhadap
dirinya sendiri ditentukan dari apakah self efficacy individu tinggi atau
rendah.
b. Dimensi gathering occupational information (pengumpulan informasi
bidang karir)
Dimensi kedua self efficacy disini menggambarkan tinggi rendahnya
self efficay pesera didik dilihat dari usaha mencari informasi tentang
bidang karir yang sesuai dengannya. Dimensi ini melihat seberapa jauh
peserta didik yakin akan kemampuannya mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan untuk bidang karir tertentu.
c. Dimensi goal selection (seleksi tujuan)
Dimensi ini menjelaskan tinggi rendahnya self efficacy peserta didik
diukur dari seberapa yakin individu terhadap tujuan yang akan dicapai
pada bidang karir yang diinginkan. Peserta didik yang memiliki self
efficacy tinggi memiliki keyakinan bahwa tujuan pada bidang karir
tertentu pasti dapat diwujudkannya.
11
d. Dimensi planning for the future (rencana masa depan)
Dimensi ini menggambarkan bagaimana peserta didik memiliki tingkat
keyakinan yang kuat terhadap perencanaan pemilihan bidang karir
tertentu untuk masa depan. Peserta didik dengans elf efficacy tinggi
mempunyai keyakinan bahawa rencana masa depan yang dibuat mampu
untuk diwujudkan.
e. Dimensi problem solving (pemecahan masalah)
Dimensi yang terkahir menjelaskan kepercayaan peserta didik akan
mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Peserta didik yang
memiliki self efficacy tinggi merasa dapat memecahkan masalah yang
dihadapi dengan tenang. Sebaliknya peserta didik dengan self efficacy
rendah merasa kurang mampu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
2.2 Bimbingan Kelompok
2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Winkel & Sri Hastuti, (2004) bimbingan kelompok dilakukan
apabila peserta didik yang dilayani lebih dari satu orang. Layanan bimbingan
kelompok diberikan untuk memberikan fasilitas berupa sarana informasi dan
wadah untuk saling bertukar ide atau gagasan oleh anggota kelompok.
Menurut Prayitno (1995), bimbingan kelmpok adalah memanfaatkan
dinamika untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan
kelompok lebih menekankan upaya bimbingan yang diberikan kepada
kelompok.
12
Sedangkan menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses
pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam situasi kelompok.
Untuk mengembangkan potensi dan mencegah timbulnya masalah pada peserta
didik maka dilakukanlah bimbingan kelompok.
2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok mempunyai tujuan. Adapun tujuan bimbingan
kelompok menurut Bennett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar hal-hal
yang penting dan dapat berguna bagi pengarahan dirinya yang
berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan pribadi dan sosial.
b. Memberikan layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.
c. Pencapaian tujuan secara ekonomis dan efektif daripada melalui
kegiatan bimbingan individual.
d. Untuk melaksanakan layanan bimbingan secara efektif. Yaitu
dengan mempelajari masalah-masalah umum yang dialami oleh
individu dengan merendahkan hambatan emosisonal melalui
kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap individu akan lebih
mudah.
Tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) ialah:
a. Melatih supaya peserata didik yang dilayani mampu
mengatur kehidupannya sendiri.
b. Mempunyai prinsip dan tidak mudah terhasut orang lain
c. Berani bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
d. Belajar untuk menghargai pendapat orang lain
13
e. Mampu kontrol diri dan tidak mudah emosi
f. Mampu menjalin hubungan yang baik antar anggota
kelompok
g. Dapat berpartisipasi dalam dalam kelompok sehingga
pembahasan terasa menjadi sebuah kepentingan bersama.
Dari pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan
bimbingan kelompok adalah untuk memahami individu atas potensi yang ada
dalam dirinya, agar individu itu mampu mengembangkannya secara optimal
serta membangun pribadi menjadi lebih efektif.
2.2.2 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dibagi menjadi empat tahapan. Menurut Prayitno
(1995), tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
a. Tahap pembentukan
Tahap ini disebut juga sebagai tahap pengenalan, tahap pelibatan diri
atau tahap memasukan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada
tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan dir dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing
anggota. Fasilitator menjelaskan kepada anggota tentang teknik dan hal
apa saja yang perlu dilakukan ketika bimbingan berlangsung.
Menjelaskan asas-asas bimbingan kelompok kepada anggota agar
kegiatan berjalan dengan sesuai. Tidak lupa fasilitator menjelaskan
kepada anggota makan atau arti dari bimbingan kelompok itu sendiri.
b. Tahap peralihan
14
Langkah berikutnya adalah tahap untuk mengalihkan kegiatan awal
kelompok ke kegiatan inti yang lebih terarah pada pencapaian tujuan
kelompok. Tahap ini fasilitator menjelaskan bahwa kelompok akan
segera masuk ke tahap berikutnya dan meminta agar anggota
mempersiapkan diri dengan baik. Apabila ada anggota kelompok yang
masih memerlukan penjelasan aspek pada tahap sebelumnya maka
fasilitator kelompok akan mengulangi penjelasan dan “membawa”
kembali anggota ke tahap selanjutnya.
c. Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan kegiatan inti untuk membahas topik-topik
tertentu yang sedang hangat dibicarakan atau apabila ada anggota yang
mengalami permasalahan maka kegiatan ini digunakan untuk
membantu anggota kelompok untuk mengentaskan masalah pribadinya.
Keberhasilan tahap ini bergantung pada duatahap sebelumnya, apabila
tahap-tahap sebelumnya berjalan dengan baik maka pada tahap ini akan
berjalan dengan baik pula. Fasilitator harus dapat mengontrol arus
kegiatan dengan sabar dan terbuka akan tetapi tidak banyak bicara
karena tugas fasilitator adalah sebagai moderator anggota kelompok.
Anggota bebas mengekspresikan apa yang ingin disampaikan dengan
santun dan dipersilahkan untuk saling menanggapi satu dengan yang
lainnya.
d. Tahap pengakhiran
Tahap ini dilakukan untuk mengealuasi jalanannya kegiatan,
melihat apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok serta
15
merencanakan kegiatan selanjutnya. Waktu kegiatan selanjutnya
anggota kelompok sendiri yang menentukan untuk mendorong rasa
tanggung jawab ketika jadwal yang ditentukan datang. Yang dilakukan
pada tahap ini antara lain:
1) Fasilitator menyampaikan bahwa kegiatan bimbingan kelompok
telah berakhir
2) Ungkapan kesan dan pesan oleh fasilitator dan juga anggota
kelompok
3) Membahas kegiatan lanjutan
4) Penutup
2.3 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Hilda Mardiati Rahmah Sari (2014) dengan judul
Efektivitas Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Self Efficacy Karir Siswa
membuktikan
bahwa
bimbingan
kelompok
teknik
modeling
dapat
meningkatkan self efficacy karir siswa.
Selain itu penelitian dari Darkonah (2015) dengan judul Bimbingan
Kelompok Untuk Meningkatkan Self Efficacy Diri Siswa SMPN 5 Satu Atap
Tanjung
Brebes
membuktikan
bahwa
bimbingan
kelompok
dapat
meningkatkan self efficacy diri siswa.
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang
akan dilakukan. Dari uraian diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
16
Adanya peningkatan signifikan self efficacy karir pada siswa kelas X
MIPA.2di SMA Negeri 1 Kertek Kabupaten Wonosobo melalui layanan
bimbingan kelompok teknik diskusi.
17
LANDASAN TEORI
2.1 Self efficacy karir
2.1.1 Pengertian Self efficacy karir
Bandura (1997) menyatakan bahwa self efficacy merupakan salah satu
potensi yang ada pada faktor kognitif manusia, self efficacy ini berpengaruh
besar terhadap perilaku manusia. Masing-masing individu memiliki self
efficacy yang berbeda-beda.
Feist & Feist (2009) mendefinisikan bahwaself efficacy sebagai
“keyakinan individu bahwa mereka mampu untuk melakukan suatu tindakan
yang akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.”. Menurut Schunk
(2008:210) self efficacy sangat terkait dengan keyakinan untuk menyelesaikan
tugas yang sedang dikerjakan.
Self efficacy yang dimiliki individu akan mempengaruhi tindakan apa yang
akan dilakukan individu tersebut guna mencapai suatu tujuan. Self efficacy
pada individu dapat dilihat dari bagaimana individu tersebut berjuang dengan
kegigihan untuk mendapatkan atau mengejar sesuatu yang tentunya baik untuk
individu itu sendiri.
Individu dengan self-efficacy tinggi akan berusaha lebih keras dan
mempunyai daya yang kuat dalam mengerjakan sesuatu dibandingkan dengan
individu yang memiliki self efficacy rendah (Schunk, 2008). Self efficacy
cenderung
mengarahkan
pada
penilaian
individu
untuk
melihat
kemampuannya. Sebebrapa besar usaha individu dipengaruhi oleh selfefficacy
9
yang nantinya dapat dilihat darihasil akhir kerja. Individu yang memiliki self
efficacy yang tinggi jauh lebih gigih dan tidak mudah menyerah dalam
menghadapisituasi di depannya.
Teori self efficacy karir dengan menerapkan konsep self efficacy untuk
perilaku yang berhubungan dengan karir dikembangkan oleh Hacket dan Betz
(1981) (dalam Bandura, 1997). Karir dapat didefinisikan sebagai kombinasi
dan urutan peran pekerjaan yang seseorang alami selama seumur hidup (Super,
1980). Sehingga jika dilihat dari uraian diatas para ahli tidak memiliki makna
utuh self efficacy karir.
Dengan demikian penulis merangkum definisi dari self efficacy karir yang
merupakan keyakinan individu akan kemampuannya dalam mencapai tugas
karir yang mesti dilalui sesuai dengan rentang usia perkembangan karir yang
dihadapi. Bertambahnya usia individu berarti tugas perkembangan karir pada
setiap rentang usia tertentu akan berubah pula. Melakukan perubahan dengan
mengembangkan beragam kemampuan dalam diri merupakan hal yang
dilakukan oleh individu yang memiliki self efficacy karir tinggi, misalnya
mengembangkan pola baru dalam berinteraksi dan berperilaku.Usaha yang
dilakukan individu dengan self efficacy karir tinggi tak kenal lelah, namun
individu dengan self efficacy karir rendah cenderung menghindari usaha
sehingga hal tersebut akan menghambat dan memperlambat pengembangan
kemampuan diri mereka.
2.1.2 Dimensi Self Efficacy Karir
Taylor and Betz (1983) (dalam Bandura 1997) membuat skala yang
digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan individu berkenaan dengan lima
10
dimensi karir pengambilan keputusan, dimana skala tersebut diberi nama
Career Decision Making Sef-Efficacy Scale (CDMSE). Jiang and Park (2012)
mengatakan Skala CDMSE dibagi menjadi 5 dimensi. Kelima dimensi self
efficacy karir antara lain:
a. Dimensi self-appraisal (penilaian diri)
Dimensi ini menjelaskan bagaimana self efficacy peserta didik melalui
penilaian terhadap diri sendiri. Artinya penilaian individu terhadap
dirinya sendiri ditentukan dari apakah self efficacy individu tinggi atau
rendah.
b. Dimensi gathering occupational information (pengumpulan informasi
bidang karir)
Dimensi kedua self efficacy disini menggambarkan tinggi rendahnya
self efficay pesera didik dilihat dari usaha mencari informasi tentang
bidang karir yang sesuai dengannya. Dimensi ini melihat seberapa jauh
peserta didik yakin akan kemampuannya mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan untuk bidang karir tertentu.
c. Dimensi goal selection (seleksi tujuan)
Dimensi ini menjelaskan tinggi rendahnya self efficacy peserta didik
diukur dari seberapa yakin individu terhadap tujuan yang akan dicapai
pada bidang karir yang diinginkan. Peserta didik yang memiliki self
efficacy tinggi memiliki keyakinan bahwa tujuan pada bidang karir
tertentu pasti dapat diwujudkannya.
11
d. Dimensi planning for the future (rencana masa depan)
Dimensi ini menggambarkan bagaimana peserta didik memiliki tingkat
keyakinan yang kuat terhadap perencanaan pemilihan bidang karir
tertentu untuk masa depan. Peserta didik dengans elf efficacy tinggi
mempunyai keyakinan bahawa rencana masa depan yang dibuat mampu
untuk diwujudkan.
e. Dimensi problem solving (pemecahan masalah)
Dimensi yang terkahir menjelaskan kepercayaan peserta didik akan
mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Peserta didik yang
memiliki self efficacy tinggi merasa dapat memecahkan masalah yang
dihadapi dengan tenang. Sebaliknya peserta didik dengan self efficacy
rendah merasa kurang mampu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
2.2 Bimbingan Kelompok
2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Winkel & Sri Hastuti, (2004) bimbingan kelompok dilakukan
apabila peserta didik yang dilayani lebih dari satu orang. Layanan bimbingan
kelompok diberikan untuk memberikan fasilitas berupa sarana informasi dan
wadah untuk saling bertukar ide atau gagasan oleh anggota kelompok.
Menurut Prayitno (1995), bimbingan kelmpok adalah memanfaatkan
dinamika untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan
kelompok lebih menekankan upaya bimbingan yang diberikan kepada
kelompok.
12
Sedangkan menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses
pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam situasi kelompok.
Untuk mengembangkan potensi dan mencegah timbulnya masalah pada peserta
didik maka dilakukanlah bimbingan kelompok.
2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok mempunyai tujuan. Adapun tujuan bimbingan
kelompok menurut Bennett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar hal-hal
yang penting dan dapat berguna bagi pengarahan dirinya yang
berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan pribadi dan sosial.
b. Memberikan layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.
c. Pencapaian tujuan secara ekonomis dan efektif daripada melalui
kegiatan bimbingan individual.
d. Untuk melaksanakan layanan bimbingan secara efektif. Yaitu
dengan mempelajari masalah-masalah umum yang dialami oleh
individu dengan merendahkan hambatan emosisonal melalui
kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap individu akan lebih
mudah.
Tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) ialah:
a. Melatih supaya peserata didik yang dilayani mampu
mengatur kehidupannya sendiri.
b. Mempunyai prinsip dan tidak mudah terhasut orang lain
c. Berani bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
d. Belajar untuk menghargai pendapat orang lain
13
e. Mampu kontrol diri dan tidak mudah emosi
f. Mampu menjalin hubungan yang baik antar anggota
kelompok
g. Dapat berpartisipasi dalam dalam kelompok sehingga
pembahasan terasa menjadi sebuah kepentingan bersama.
Dari pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan
bimbingan kelompok adalah untuk memahami individu atas potensi yang ada
dalam dirinya, agar individu itu mampu mengembangkannya secara optimal
serta membangun pribadi menjadi lebih efektif.
2.2.2 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dibagi menjadi empat tahapan. Menurut Prayitno
(1995), tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
a. Tahap pembentukan
Tahap ini disebut juga sebagai tahap pengenalan, tahap pelibatan diri
atau tahap memasukan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada
tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan dir dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing
anggota. Fasilitator menjelaskan kepada anggota tentang teknik dan hal
apa saja yang perlu dilakukan ketika bimbingan berlangsung.
Menjelaskan asas-asas bimbingan kelompok kepada anggota agar
kegiatan berjalan dengan sesuai. Tidak lupa fasilitator menjelaskan
kepada anggota makan atau arti dari bimbingan kelompok itu sendiri.
b. Tahap peralihan
14
Langkah berikutnya adalah tahap untuk mengalihkan kegiatan awal
kelompok ke kegiatan inti yang lebih terarah pada pencapaian tujuan
kelompok. Tahap ini fasilitator menjelaskan bahwa kelompok akan
segera masuk ke tahap berikutnya dan meminta agar anggota
mempersiapkan diri dengan baik. Apabila ada anggota kelompok yang
masih memerlukan penjelasan aspek pada tahap sebelumnya maka
fasilitator kelompok akan mengulangi penjelasan dan “membawa”
kembali anggota ke tahap selanjutnya.
c. Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan kegiatan inti untuk membahas topik-topik
tertentu yang sedang hangat dibicarakan atau apabila ada anggota yang
mengalami permasalahan maka kegiatan ini digunakan untuk
membantu anggota kelompok untuk mengentaskan masalah pribadinya.
Keberhasilan tahap ini bergantung pada duatahap sebelumnya, apabila
tahap-tahap sebelumnya berjalan dengan baik maka pada tahap ini akan
berjalan dengan baik pula. Fasilitator harus dapat mengontrol arus
kegiatan dengan sabar dan terbuka akan tetapi tidak banyak bicara
karena tugas fasilitator adalah sebagai moderator anggota kelompok.
Anggota bebas mengekspresikan apa yang ingin disampaikan dengan
santun dan dipersilahkan untuk saling menanggapi satu dengan yang
lainnya.
d. Tahap pengakhiran
Tahap ini dilakukan untuk mengealuasi jalanannya kegiatan,
melihat apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok serta
15
merencanakan kegiatan selanjutnya. Waktu kegiatan selanjutnya
anggota kelompok sendiri yang menentukan untuk mendorong rasa
tanggung jawab ketika jadwal yang ditentukan datang. Yang dilakukan
pada tahap ini antara lain:
1) Fasilitator menyampaikan bahwa kegiatan bimbingan kelompok
telah berakhir
2) Ungkapan kesan dan pesan oleh fasilitator dan juga anggota
kelompok
3) Membahas kegiatan lanjutan
4) Penutup
2.3 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Hilda Mardiati Rahmah Sari (2014) dengan judul
Efektivitas Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Self Efficacy Karir Siswa
membuktikan
bahwa
bimbingan
kelompok
teknik
modeling
dapat
meningkatkan self efficacy karir siswa.
Selain itu penelitian dari Darkonah (2015) dengan judul Bimbingan
Kelompok Untuk Meningkatkan Self Efficacy Diri Siswa SMPN 5 Satu Atap
Tanjung
Brebes
membuktikan
bahwa
bimbingan
kelompok
dapat
meningkatkan self efficacy diri siswa.
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang
akan dilakukan. Dari uraian diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
16
Adanya peningkatan signifikan self efficacy karir pada siswa kelas X
MIPA.2di SMA Negeri 1 Kertek Kabupaten Wonosobo melalui layanan
bimbingan kelompok teknik diskusi.
17