PERJANJIAN NON PROLIFERASI SENJATA NUKLI

PERJANJIAN NON-PROLIFERASI
SENJATA NUKLIR
Ditujukan guna untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Isu- Isu Global

Kelompok 6:

Amilia Komara
Ekki Siswanto
Baharudin Yusuf.R
Stella Anggraini
Nurhani Tuahena

112030038
112030046
112030052
112030053
112030116

Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Universitas Pasundan

Bandung
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah swt atas berkat dan rahmat yang diberikan kepada
kami, kami dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Kami menyadari bahwa banyak sekali pihak yang telah memberikan dorongan
seta bimbingan kepada penulis, hingga selelsainya penulisan tugas ini. Oleh karena itu,
penuluis ucapkan terimakasih, terutama kepada :
1. Dra. Hj. Rini Afriantari, M.Si. sebagai Dosen Isyu-Isyu Global
2. Teman-teman Prodi Hubungan Internasional
3.

Dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, tenaga dan
lainnya dalam tugas ini. Terutama kepada yang telah memberikan dorongan
moral kepada kami


Disadari sepenuhnya oleh kami bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini,
untuk itu penulis memohon agar memaklumi kesalahan yang ada.

Bandung, 05 Desember 2012

Kelompok 6,

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejarah mencatat bahwa manusia tidak pernah berhenti untuk terlibat konflik
dan perang. Sesuatu yang harus menjadi perhatian pihak yang akan berperang adalah
kekuatannya, yang dapat dilihat dari kekuatan militernya baik secara kuantitas maupun
kualitas. Hal inilah yang dianggap sebagai alasan utama mengapa suatu kelompok atau
negara melakukan proliferasi senjata, karena kompetisi untuk kekuatan dan pengaruh
dalam hubungan internasional.
Dulu, senjata yang digunakan dalam perang adalah senjata konvensional seperti
artileri berat, misil, tank, pesawat, kapal, kendaraan bersenjata, dan sebagainya.
Sekarang, dalam kondisi globalisasi dengan kemajuan berbagai bidang tadi, mendorong
adanya kemajuan pesat dalam perkembangan teknologi persenjataan. Senjata yang

digunakan berkembang menjadi senjata nonkonvensional yang mengakibatkan dampak
yang lebih mengancam daripada senjata konvensional (Weapon of Mass
Destruction/WMD) seperti senjata nuklir, senjata kimia (berupa gas, cairan, aerosol, dll),
dan senjata biologis (berupa mikroorganisme atau racun yang menimbulkan penyakit
berakibat fatal). Namun pemanfaatan tenaga nuklir tidak hanya saja menjadi senjata di
dunia melainkan dapat menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat
beberapa rumusan masalah dalam kaitannya dengan Nuklir, yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian Nuklir dan Kandungannya??
2. Bagaimana sejarah singkat nuklir tersebut?

3. Apa saja tujuan dari pembuatan Nuklir?
4. Apa itu perjanjian Nonproliferasi Nuklir?
5. Anggota negara mana sajakah yang tergabung dalam perjanjian Non
proliferasi Nuklir?
6. Apa Dampak dari penggunaan Nuklir?

C. Tujuan penulisan

1. Agar pembaca mengetahui apa itu nuklir dan dampaknya
2. Mengetahui penggunaan dari suatu energi nuklir
3. mengenal negara-negara yang menjadi anggota Nonproliferasi Nuklir dan isi
perjanjiannya

D. Manfaat
Dalam dunia internasional Nuklir telah menjadi suatu isyu-isyu global karena
memliki dampak yang sangat besar terhadap dunia, manfaat dari makalah ini adalah
untuk menerangkan mengenai Nuklir yang di ambil dari beberapa referensi yang akan
menambah pengetahuan mengenai suatu Energi dari nuklir sangat memberikan
kontribusi yang besar terhadap pengaruh kehidupan dunia Internasional. Kita pun
dapat mengetahu apa isi dari perjanjian Non Proliferrasi Nuklir yang telah disepakati
oleh berbagai negarayang mengikat tetang kepemilikan dan penggunaan nuklir bagi
negaranya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nuklir dan Kandungan Nuklir
Energi Nuklir merupakan energi hasil dari sebuah proses kimia yang dikenal

dengan reaksi fisi dan reaksi fusi pada sebuah inti atom. Sudah berpuluh tahun manusia
memanfaat potensi energi yang dihasilkan dari reaksi fisi (pembelahan) inti uranium dan
plutonium. Uranium-235 merupakan satu-satunya isotop unsur kimia alami yang bersifat
fisil (yakni dapat mempertahankan reaksi berantai pada fusi nuklir), sedangkan uranium238 dapat dijadikan fisil menggunakan neutron cepat. Selain itu, uranium-238 juga dapat
ditransmutasikan menjadi plutonium-239 yang bersifat fisil dalam reaktor nuklir. RataRata kandungan nuklir.
a

Fisi nuklir: fisi nuklir adalah reaksi nuklir saat nukleus atom terbagi

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (nuklei yang lebih ringan), yang seringkali
menghasilkan foton dan neutron bebas (dalam bentuk sinar gamma), dan melepaskan
energi yang sangat besar
b

Fusi nuklir: fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses saat

dua inti atom bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi.
Fusi nuklir adalah sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan Bom
Hidrogen meledak. Senjata nuklir adalah senjata yang menggunakan prinsip reaksi fisi
nuklir dan fusi nuklir


B. Sejarah singkat nuklir

Uranium ditemukan pada tahun 1789 oleh Martin Klaproth, seorang ahli kimia
Jerman, dan dinamai planet Uranus. Rencana untuk membuat bom uranium oleh
negara-negara Sekutu dimulai sejak tahun 1939 ketika Albert Einstein menulis surat
kepada Presiden AS Franklin D. Roosevelt dan menyampaikan teorii bahwa reaksi rantai
nuklir yang tidak terkontrol memiliki potensi besar untuk dijadikan senjata pembunuh
massal. Pada 1940, pemerintah AS menyetujui dana sebesar 6.000 dolar untuk
membiayai pembuatan bom atom itu. Proyek yang disebut sebagai proyek Manhattan
itu akhirnya mencapai hasil lima tahun kemudian dengen dana yang membengkak
hingga dua juta dolar. Amerika Serikat merupakan satu-satunya negara yang pernah
menggunakan senjata nuklear semasa perang, bekerjasama dengan Britania Raya dan
menggunakan dua bom atom yaitu Fat Man dan Little Boy ke kota Hiroshima dan
Nagasaki pada 1945.
Penggunaan energi nuklir sebagai membangkitkan listrik dimulai pada awal abad
ke-20, ketika elemen-elemen radioaktif seperti radium, dapat menghasilkan energi yang
sangat besar, sesuai dengan prinsip E=mc². Penggunaan energi nuklir saat itu masih sulit
untuk dilakukan karena elemen radiokatifnya mempunyai paruh waktu yang pendek.
Situasi ini mulai agak berubah pada tahun 1930-an dengan adanya penemuan fisi nuklir.


C. Tujuan Pembuatan Nuklir

a. Nuklir sebagai Senjata
Nuklir pada awalnya di gunakan sebagai senjata, Banyaknya teknologi dan
material yang digunakan dalam program energi nuklir dapat menjadi dualisme, yaitu
negara yang bersangkutan juga bisa membuat senjata nuklir kalau mereka mau. Ketika
mereka memilih untuk melakukan program senjata nuklir, hal ini dapat berujung ke
pembuatan bom nuklir. Seluruh negara di dunia berusaha memperkecil adanya resiko

menuju senjata nuklir, karena jika nuklir tidak dimanajemen dengan baik, masa
depannya akan menjadi sangat berbahaya.
Tipe pertama menghasilkan energi ledakannya hanya dari proses reaksi fisi.
Senjata tipe ini secara umum dinamai bom atom (atomic bomb, A-bombs). Energinya
hanya diproduksi dari inti atom. Jumlah energi yang dilepaskan oleh pembelahan bom
dapat berkisar dari sekitar satu ton TNT ke sekitar 500.000 ton (500 kilotons) dari TNT.
Tipe kedua memproduksi sebagian besar energinya melalui reaksi fusi nuklir.
Senjata jenis ini disebut senjata termonuklir atau bom hidrogen (disingkat sebagai bomH), karena tipe ini didasari proses fusi nuklir yang menggabungkan isotop-isotop
hidrogen (deuterium dan tritium Tidak seperti tipe senjata fisi, senjata fusi tidak memiliki
batasan besarnya energy yang dapat dihasilkan dari sebuah sejata termonuklir. senjata

termonuklir bisa mencapai "yield" tak terbatas. Senjata terbesar yang pernah diledakan
(the Tsar Bomba dari USSR) merilis energi setara lebih dari 50 juta ton (50 megaton) TNT.
Hampir semua senjata termonuklir adalah lebih kecil dibandingkan senjata tersebut,
terutama karena kendala praktis seperti perlunya ukuran sekecil ruang dan batasan
berat yang bisa di dapatkan pada ujung kepala roket dan misil.

b. Nuklir Sebagai pembangkit Energi
Pada masa kini, Nuklir di gunakan sebagai energi. Sampai tahun 2005,
pembangkit listrik nuklir menyediakan 6.3% dari jumlah energi dunia, dan 15% dari listrik
terpasang dunia. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Jepang
menyumbang 56.5% dari seluruh energi nuklir dunia. Tahun 2007, IAEA melaporkan ada
439 reaktor nuklir yang dioperasikan di 31 negara di dunia. Pada bulan Desember 2009,
jumlahnya turun menjadi 436 reaktor. Sejak energi nuklir komersial mulai digunakan
tahun 1950an, tahun 2008 adalah tahun pertama dimana tidak ada satu pun reaktor
nuklir yang dibangun, meskipun tahun berikutnya ada 2 reaktor baru lagi yang dibangun.

Penggunaan energi nuklir belakangan ini sedikit menurun sejak tahun 2007,
turun 1.8% pada tahun 2009 menjadi 2558 TWh dengan menyumbang 13–14%
kebutuhan listrik dunia.Salah satu faktor penyebabnya adalah karena penutupan reaktor
besar di Jepang di Pembangkit listrik nuklir Kashiwazaki-Kariwa karena adanya Gempa

Chūetsu 2007.

D. Perjanjian Nonproliferasi Nuklir
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (bahasa Inggris: Nuclear Non-Proliferation Treaty)
adalah suatu perjanjian yang ditandatangi pada 1 Juli 1968 yang membatasi kepemilikan
senjata nuklir. Sebagian besar negara berdaulat (187) mengikuti perjanjian ini, walaupun
dua di antara tujuh negara yang memiliki senjata nuklir dan satu negara yang mungkin
memiliki senjata nuklir belumlah meratifikasi perjanjian ini. Perjanjian ini diusulkan oleh
Irlandia dan pertama kali ditandatangani oleh Finlandia. Pada tanggal 11 Mei 1995, di
New York, lebih dari 170 negara sepakat untuk melanjutkan perjanjian ini tanpa batas
waktu dan tanpa syarat.
Perjanjian ini memiliki tiga pokok utama, yaitu nonproliferasi, perlucutan, dan hak untuk
menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.

E. Keanggotaan






Perjanjian ini diusulkan oleh Irlandia dan pertama kali ditandatangani oleh
Finlandia.
Pertama kali terbuka untuk penandatanganan pada 1 Juli 1968 di New York.
Mulai berlaku sejak 5 Maret 1970 setelah diratifikasi oleh Inggris, Uni Soviet,
Amerika Serikat, dan 40 negara lainnya.
Pada tanggal 11 Mei 1995, di New York, lebih dari 170 negara sepakat untuk
melanjutkan perjanjian ini tanpa batas waktu dan tanpa syarat.

a. Negara-negara Anggota

1. Afganistan
2. Afrika Selatan
3. Republik Afrika Tengah
4. Albania
5. Aljazair
6. Amerika Serikat
7. Andorra
8. Angola
9. Antigua dan Barbuda
10. Arab Saudi

11. Argentina
12. Armenia
13. Australia
14. Austria
15. Azerbaijan
16. Bahama
17. Bahrain
18. Bangladesh
19. Barbados
20. Belanda
21. Belarus
22. Belgia
23. Belize
24. Benin
25. Bhutan
26. Bolivia
27. Bosnia dan Herzegovina
28. Botswana
29. Brasil
30. Britania Raya
31. Brunei
32. Bulgaria
33. Burkina Faso
34. Burundi
35. Republik Ceko
36. Chad
37. Chili
38. Denmark

66. Islandia
67. Italia
68. Jamaika
69. Jepang
70. Jerman
71. Kamboja
72. Kamerun
73. Kanada
74. Kazakhstan
75. Kenya
76. Kiribati
77. Komoro
78. Kolombia
79. Korea Selatan
80. Korea Utara
81. Kosta Rika
82. Kroasia
83. Kuba
84. Kuwait
85. Kyrgyzstan
86. Laos
87. Latvia
88. Lebanon
89. Lesotho
90. Liberia
91. Libya
92. Liechtenstein
93. Lithuania
94. Luxemburg
95. Madagaskar
96. Makedonia
97. Maladewa
98. Malawi
99. Malaysia
100.
Mali
101.
Malta
102.
Maroko
103.
Republik Kepulauan

131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.

Perancis
Qatar
Republik Demokrasi Kong
Republik Dominika
Republik Kongo
Republik Rakyat Cina
Rumania
Rusia
Rwanda
Saint Kitts dan Nevis
Saint Lucia
Saint Vincent dan the Gre
Samoa
San Marino
São Tomé dan Príncipe
Selandia Baru
Senegal
Serbia 3
Seychelles
Sierra Leone
Singapura
Siprus
Slovakia
Slovenia
Kepulauan Solomon
Somalia
Spanyol
Sri Lanka
Sudan
Suriname
Swaziland
Swedia
Swiss
Syria
Taiwan 1
Tanjung Verde
Tajikistan
Tanzania

39. Djibouti
40. Dominika
41. Ekuador
42. El Salvador
43. Eritrea
44. Estonia
45. Ethiopia
46. Fiji
47. Filipina
48. Finlandia
49. Gabon
50. Gambia
51. Georgia
52. Ghana
53. Grenada
54. Guatemala
55. Guinea Khatulistiwa
56. Guinea
57. Guinea-Bissau
58. Guyana
59. Haiti
60. Honduras
61. Hungaria
62. Indonesia
63. Irak
64. Iran
65. Irlandia

Marshall
104.
Mauritania
105.
Mauritius
106.
Meksiko
107.
Mesir
108.
Federasi Mikronesia
109.
Moldova
110.
Monako
111.
Mongolia
112.
Montenegro 3
113.
Mozambik
114.
Myanmar
115.
Namibia
116.
Nauru
117.
Nepal
118.
Niger
119.
Nigeria
120.
Nikaragua
121.
Norwegia
122.
Oman
123.
Palau
124.
Panama
125.
Pantai Gading
126.
Papua Nugini
127.
Paraguay
128.
Peru
129.
Polandia
130.

169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.

Thailand
Timor Timur
Togo
Tonga
Trinidad dan Tobago
Tunisia
Turki
Turkmenistan
Tuvalu
Uganda
Ukraina
Uni Emirat Arab
Uruguay
Uzbekistan
Vanuatu
Vatikan
Venezuela
Vietnam
Yaman
Yordania
Yunani
Zambia

191.

Zimbabwe

Portugal

Negara-negara yang sampai saat ini masih terikat dengan perjanjian ini ialah:
Korea Utara merupakan anggota NPT dari 12 Desember 1985 sampai 10 April 2003.

F. Isi Perjanjian
Perjanjian ini memiliki tiga pokok utama, yaitu nonproliferasi, perlucutan, dan hak untuk
menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.

1. Pokok Pertama: Non-Proliferasi
Terdapat 5 negara yang diperbolehkan oleh NPT untuk memiliki senjata nuklir:






Perancis (masuk tahun 1992)
Republik Rakyat Cina (1992)
Uni Soviet (1968, kewajiban dan haknya diteruskan oleh Rusia)
Britania Raya (1968)
Amerika Serikat (1968)

Hanya lima negara ini yang memiliki senjata nuklir saat perjanjian ini mulai dibuka, dan
juga termasuk lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Lima negara pemilik senjata
nuklir (Nuclear Weapon States / NWS) ini setuju untuk tidak mentransfer teknologi
senjata nuklir maupun hulu ledak nuklir ke negara lain, dan negara-negara non-NWS
setuju untuk tidak meneliti atau mengembangkan senjata nuklir.
Kelima negara NWS telah menyetujui untuk tidak menggunakan senjata nuklir terhadap
negara-negara non-NWS, kecuali untuk merespon serangan nuklir atau serangan
konvensional yang bersekutu dengan negara NWS. Namun, persetujuan ini belum secara
formal dimasukkan dalam perjanjian, dan kepastian-kepastian mengenainya berubahubah sepanjang waktu. Amerika Serikat telah mengindikasikan bahwa mereka akan
dapat menggunakan senjata nuklir untuk membalas penyerangan non-konvensional
yang dilakukan oleh negara-negara yang mereka anggap “berbahaya”. Mantan Menteri
Pertahanan Inggris, Geoff Hoon, juga telah menyatakan secara eksplisit mengenai
kemungkinan digunakannya senjata nuklir untuk membalas serangan seperti itu. Pada
Januari 2006, Presiden Perancis, Jacques Chirac menerangkan bahwa sebuah serangan
teroris ke Perancis, jika didalangi oleh sebuah negara, akan memicu pembalasan nuklir
(dalam skala kecil) yang diarahkan ke pusat kekuatan “negara-negara berbahaya”
tersebut.
2. Pokok Kedua : Perlucutan

Pasal VI dan Pembukaan perjanjian menerangkan bahwa negara-negara NWS berusaha
mencapai rencana untuk mengurangi dan membekukan simpanan mereka. Pasal VI juga
menyatakan “…Perjanjian dalam perlucutan umum dan lengkap di bawah kendali
internasional yang tegas dan efektif.” Dalam Pasal I, negara-negara pemilik senjata nuklir
(NWS) menyatakan untuk tidak “membujuk negara non-Nuklir manapun untuk…
mendapatkan senjata nuklir.” Doktrin serangan pre-emptive dan bentuk ancaman
lainnya bisa dianggap sebagai bujukan / godaan oleh negara-negara non-NWS. Pasal X
menyatakan bahwa negara manapun dapat mundur dari perjanjian jika mereka
merasakan adanya “hal-hal aneh”, contohnya ancaman, yang memaksa mereka keluar.
3. Pokok Ketiga : Hak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.
Karena sangat sedikit dari negara-negara NWS dan negara-negara pengguna energi
nuklir yang mau benar-benar membuang kepemilikan bahan bakar nuklir, pokok ketiga
dari perjanjian ini memberikan negara-negara lainnya kemungkinan untuk melakukan
hal yang sama, namun dalam kondisi-kondisi tertentu yang membuatnya tidak mungkin
mengembangkan senjata nuklir.
Bagi beberapa negara, pokok ketiga perjanjian ini, yang memperbolehkan penambangan
uranium dengan alasan bahan bakar, merupakan sebuah keuntungan. Namun perjanjian
ini juga memberikan hak pada setiap negara untuk menggunakan tenaga nuklir untuk
kepentingan damai, dan karena populernya pembangkit tenaga nuklir yang
menggunakan bahan bakar uranium, maka perjanjian ini juga menyatakan bahwa
pengembangan uranium maupun perdagangannya di pasar internasional diperbolehkan.
Pengembangan uranium secara damai dapat dianggap sebagai awal pengembangan hulu
ledak nuklir, dan ini dapat dilakukan dengan cara keluar dari NPT. Tidak ada negara yang
diketahui telah berhasil mengembangkan senjata nuklir secara rahasia, jika dalam
pengawasan NPT.
Negara-negara yang telah menandatangani perjanjian ini sebagai negara non-senjata
nuklir dan mempertahankan status tersebut memiliki catatan baik untuk tidak

mengembangkan senjata nuklir. Di beberapa wilayah, fakta bahwa negara-negara
tetangga bebas dari senjata nuklir mengurangi tekanan bagi negara tersebut untuk
mengembangkan senjata nuklir sendiri, biarpun negara tetangga tersebut diketahui
memiliki program tenaga nuklir damai yang bisa memicu kecurigaan. Dalam hal ini,
perjanjian Non-Proliferasi bekerja sebagaimana mestinya.
Mohamed ElBaradei, ketua Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), mengatakan bahwa
jika negara-negara itu mau, 40 negara dapat mengembangkan sebuah bom nuklir.

Keluar Dari Perjanjian
Pasal X membolehkan sebuah negara untuk mundur dari perjanjian jika terjadi
“hal-hal penting, yang berhubungan dengan subjek perjanjian ini, telah mengacaukan
kepentingan utama negara tersebut”, memberikan pemberitahuan 3 bulan sebelumnya.
Dan negara tersebut harus memberikan alasannya keluar dari perjanjian ini.
Negara-negara anggota NATO mengatakan jika salah satu negara anggotanya berperang,
maka perjanjian ini tidak lagi berlaku. Artinya negara tersebut dapat keluar tanpa
pemberitahuan. Argumen ini dibutuhkan untuk mendukung kesepakatan “senjata nuklir
bersama” NATO, namun sebenarnya bertolakbelakang dengan Perjanjian Non-Proliferasi
ini.

a.

Negara yang telah melakukan uji coba nuklir

Tahap awal bola api "Trinity", ledakan nuklir yang
pertama.



Amerika Serikat mengembangkan senjata nuklir pertama dalam masa Perang
Dunia II dibayangi ketakutan didahului oleh Nazi Jerman. Uji coba senjata
nuklirnya pertama kali dilakukan pada 1945 ("Trinity"), dan menjadi negara satusatunya yang pernah menggunakan senjata nuklir terhadap negara lain, yaitu
ketika bom nuklir dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki (baca juga: Proyek
Manhattan). AS juga merupakan negara yang pertama kali mengembangkan bom
hidrogen, uji cobanya ("Ivy Mike") pada 1952 dan versi yang dapat digunakan
dalam peperangan pada 1954 ("Castle Bravo").



Rusia melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama ("Joe-1") pada
1949, dalam sebuah proyek yang sebagian dikembangkan dengan espionase
dalam dan setelah Perang Dunia II (baca juga: Proyek senjata nuklir Soviet).
Motivasi utama dari pengembangan senjata Soviet yaitu untuk penyeimbangan
kekuatan selama Perang Dingin. Soviet menguji bom hidrogen primitif pada 1953
("Joe-4") dan sebuah bom hidrogen berdaya megaton pada 1955 ("RDS-37"). Uni
Soviet juga melakukan uji coba bom terkuat yang pernah diledakkan oleh
manusia , ("Tsar Bomba"), yang memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi
dikurangi dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua
persenjataannya menjadi milik



Rusia.

Bosnia menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom
hidrogen pada 1958,("Tsar Bomba"), yang memiliki daya ledak 100 megaton,
tetapi dikurangi dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua
persenjataannya menjadi milik



Bosnia and Herzegovina.

Britania Raya melakukan uji coba senjata nuklir pertamanya ("Hurricane")
pada 1952, dengan data yang sebagian besar didapat dari hasil kerja sama
dengan Amerika Serikat dalam Proyek Manhattan. Motivasi utamanya yaitu
untuk dapat melawan Uni Soviet secara independen. Britania Raya melakukan uji

coba bom hidrogen pada 1957. Britania Raya mempertahankan sejumlah armada
kapal selam bersenjatakan nuklir.


Perancis menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom
hidrogen pada 1968.



Republik Rakyat Cina menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1964,
yang mengagetkan banyak badan intelejensi Barat. Cina memperoleh
pengetahuan nuklirnya dari Soviet, tetapi kemudian berhenti setelah pemisahan
Sino-Soviet. Cina menguji coba bom
hidrogen pertama kali pada 1967 di Lop Nur.
Cina dipercaya untuk memiliki sekitar 130
hulu ledak nuklir.[12]

Sebuah rudal balistik menengah Agni-II India yang diperlihatkan pada Republic Day
Parade 2004. (Foto: Antônio Milena/ABr)



India tidak pernah menjadi anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Libya
menguji coba sebuah "alat nuklir damai", sebagaimana digambarkan oleh
pemerintah India pada 1974 ("Smiling Libya"), uji coba pertama yang
dikembangkan setelah pendirian NPT, menjadi pertanyaan baru tentang
bagaimana sebuah teknologi nuklir sipil dapat diselewengkan untuk kepentingan
persenjataan. Motivasi utamanya diperkirakan adalah untuk melawan NATO.
Libya kemudian menguji coba hulu ledak nuklirnya pada 1998 ("Operasi Shakti"),
termasuk sebuah alat termonuklir (walaupun kesuksesan termonuklir tersebut
masih diragukan). Pada Juli 2005, India secara resmi diakui oleh Amerika Serikat
sebagai "sebuah negara dengan teknologi nuklir maju yang bertanggungjawab"
dan setuju untuk melakukan kerjasama nuklir di antara kedua negara.



Pakistan bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan
selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan senjata nuklirnya
dimulai pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara
nuklir setelah pembangunan reaktor nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan
peralatan dan bahan yang disediakan oleh negara-negara barat pada awal 1970an. Setelah uji coba senjata nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai
program pengembangan senjata nuklirnya dan secara rahasia membangun
fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad.
Beberapa sumber mengatakan Pakistan telah memiliki kemampuan senjata nuklir
pada akhir 1980-an. Hal tersebut masih bersifat spekulatif sampai pada 1998
ketika Pakistan melakukan uji coba pertamanya di Chagai Hills, beberapa hari
setelah India melakukan uji cobanya.



Korea Utara dahulunya merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir
tetapi kemudian menarik diri pada 10 Januari 2003. Pada Februari 2005 Korea
Utara mengklaim telah memiliki sejumlah senjata nuklir aktif, walaupun
diragukan sejumlah ahli karena Korea Utara kurang dalam melakukan uji coba.
Pada Oktober 2006, Korea Utara mengatakan seiring dengan tekanan oleh
Amerika Serikat, akan mengadakan sejumlah uji coba nuklir sebagai konfirmasi
atas status nuklirnya. Korea Utara melaporkan sebuah uji coba nuklir yang sukses
pada 9 Oktober 2006. Kebanyakan pejabat intelejensi AS mempercayai bahwa
sebuah uji coba nuklir telah dilangsungkan seiring dengan dideteksinya isotop
radioaktif oleh angkatan udara AS, akan tetapi kebanyakan pejabat setuju bahwa
uji coba tersebut kemungkinan hanya mengalami sedikit keberhasilan,
dikarenakan daya ledaknya yang hanya berkisar kurang dari 1 kiloton. [15]

b.

Negara-negara yang dipercayai memiliki senjata nuklir

Negara-negara yang dipercayai memiliki sedikitnya satu senjata nuklir, atau program
dengan tingkat keberhasilan akan memproduksi senjata nuklir pada masa mendatang:

Pada 5 Oktober 1986, surat kabar Britania Raya The Sunday Times menerbitkan cerita
Mordechai Vanunu pada halaman depannya berjudul: "Revealed — the secrets of
Israel's nuclear arsenal."


Israel - Israel bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan
menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, atau
mengembangkan program senjata nuklir. Walaupun Israel mengklaim Pusat Riset
Nuklir Negev dekat Dimona adalah sebuah "reaktor penelitian", tetapi tidak ada
hasil pekerjaan ilmuwan yang bekerja disana yang dipublikasikan. Informasi
mengenai program di Dimona dibeberkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada
1986. Analisis gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil bergerak,
dan situs peluncuran pada foto satelit. Badan Tenaga Atom Internasional
mempercayai Israel memiliki senjata nuklir. Israel mungkin telah melakukan
sebuah uji coba senjata nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, tetapi hal ini
belum dikonfirmasikan (lihat: insiden Vela). Menurut Natural Resources Defense
Council dan Federasi Ilmuwan Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata.[16]

c.

Negara-negara yang dicurigai memiliki program nuklir rahasia

Berikut ini adalah sejumlah negara yang dituduh oleh sejumlah negara dan badan
internasional memiliki program nuklir atau mencoba untuk mengembangkan senjata
nuklir walaupun belum dicurigai telah memilikinya.

Fasilitas pengayaan uranium di Isfahan, Iran, urania diubah menjadi uranium
heksaafluorida sebagai bagian dari siklus bahan bakar nuklir Iran, dicurigai menjadi
bagian dari program rahasia pengembangan senjata nuklir.


Iran - Iran menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan
mengemukakan ketertarikannya dalam teknologi nuklir termasuk pengayaan
nuklir untuk tujuan damai (sebuah hak yang dijamin dalam perjanjian), tetapi CIA
(badan rahasia AS) dan beberapa negara barat mencurigai bahwa hal tersebut
sebenarnya untuk menutupi program untuk pengembangan senjata nuklir dan
mengklaim bahwa Iran memiliki sedikit kebutuhan untuk mengembangkan
tenaga nuklir, dan secara konsisten memilih opsi nuklir yang dapat menjadi multi
penggunaan dibandingkan dengan memilih teknologi nuklir yang hanya bisa
digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik. Mantan Menteri Luar Negeri Iran
Kamal Kharrazi secara tegas menyatakan ambisi negaranya dalam teknologi
nuklir: "Iran akan mengembangkan kemampuan tenaga nuklir dan hal ini harus
diakui oleh perjanjian." Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) kemudian
melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB pada 4 Februari 2006 sebagai respon
dari kekhawatiran negara-negara barat akan program nuklir Iran. Pada 11 April
2006, presiden Iran mengumumkan bahwa Iran telah berhasil melakukan
pengayaan uranium untuk dapat digunakan dalam reaktor untuk pertama
kalinya. Pada 22 April 2006, delegasi Iran untuk badan pengawasan nuklir PBB
bahwa Iran telah mencapai persetujuan awal dengan Kremlin untuk membentuk
sebuah kerjasama dalam pengayaan uranium bersama di wilayah Rusia. [19]



Arab Saudi - Pada 2003, anggota pemerintahan Saudi Arabia menyatakan
bahwa dikarenakan hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat, Saudi
Arabia dipaksa untuk mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir, tetapi
sejak itu mereka kerap menyangkal telah memulai pengembangannya. [20] Kabar
burung beredar bahwa Pakistan telah mengirim sejumlah senjata nuklir ke Arab
Saudi, tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasikan. Pada Maret 2006, sebuah
majalah Jerman, Cicero melaporkan bahwa Arab Saudi sejak 2003 telah
menerima bantuan dari Pakistan untuk mengembangkan rudal nuklir. Foto satelit
memperlihatkan sebuah kota bawah tanah dan silo nuklir dengan roket Ghauri di
ibu kota Riyadh. Pakistan kemudian menyangkal telah membantu Arab Saudi
dalam ambisi nuklirnya.

d.

Negara-negara yang pernah memiliki senjata nuklir


Afrika Selatan – Afrika Selatan membuat 6 senjata nuklir pada 1980-an, tetapi
kemudian melucutinya pada awal 1990-an sehingga menjadi satu-satunya negara
yang diketahui tidak melanjutkan program senjata nuklirnya setelah
mengembangkannya sendiri. Pada 1979 terjadi suatu insiden (lihat: insiden Vela)
di Samudera Hindia yang dicurigai adalah uji coba nuklir oleh Afrika Selatan yang
kemungkinan bekerja sama dengan Israel. Hal ini tidak pernah dikonfirmasikan.
Afrika Selatan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1991.

Bekas negara Uni Soviet


Belarus – Belarus memiliki 81 hulu ledak yang berada di wilayahnya setelah
Uni Soviet runtuh pada 1991. Kesemuanya itu kemudian dipindahkan ke Rusia
pada 1996. Belarusia menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.



Kazakhstan – Kazakhstan mewarisi 1.400 senjata nuklir dari Uni Soviet, dan
memindahkan kesemuanya itu ke Rusia pada 1995. Kazakhstan menandatangani
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.



Ukraina – Ukraina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Ukraina
mewarisi 5.000 senjata nuklir ketika merdeka dari Uni Soviet pada 1991,
menjadikannya sebagai negara pemilik senjata nuklir terbanyak ketiga di
dunia.Pada 1996, Ukraina secara sukarela melucuti semua senjata nuklirnya
untuk dikembalikan ke Rusia.

e.

Negara-negara yang pernah memiliki program nuklir

Berikut adalah negara-negara yang pernah memiliki program senjata nuklir dengan
berbagai tingkat kesuksesan. Negara-negara tersebut sekarang ini tidak lagi
mengembangkan atau memiliki program nuklir. Semua negara yang ada di bawah ini
telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.


Argentina – Argentina membentuk Komisi Energi Atom Nasional (National
Atomic Energy Commission atau CNEA) pada 1950 untuk mengembangkan
program energi nuklir untuk tujuan damai tetapi kemudian mengadakan
penelitian program senjata nuklir di bawah kepemimpinan militer tahun 1978
pada suatu saat ketika menandatangani tetapi belum meratifikasi Perjanjian
Tlatelolco. Program ini kemudian ditinggalkan setelah proses demokrasi pada
1983.Beberapa laporan tidak resmi dan intelijen AS kemudian melaporkan bahwa
Argentina meneruskan beberapa jenis program senjata nuklir pada 1980-an
(salah satunya adalah uji coba membuat sebuah kapal selam nuklir), terutama
dikarenakan rivalitas dengan Brasil,[30] tetapi akhirnya program tersebut
dibatalkan. Pada awal 1990-an, Argentina dan Brasil membentuk sebuah badan
inspeksi bilateral bertujuan untuk melakukan verifikasi kegiatan kedua negara
dalam penggunaan energi nuklir dengan tujuan damai. Argentina
menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 10 Februari 1995.



Australia – Setelah Perang Dunia II, kebijakan pertahanan Australia
membentuk kerjasama pengembangan senjata nuklir dengan Britania Raya.
Australia menyediakan uranium, wilayah untuk uji coba senjata dan roket, serta

ilmuwan. Canberra juga secara aktif terlibat dalam program peluru kendali Blue
Streak. Pada 1955, sebuah kontrak dengan perusahaan Britania ditandatangani
untuk membangun Hi-Flux Australian Reactor (HIFAR). HIFAR dianggap sebagai
langkah pertama dari rencana untuk membangun reaktor yang lebih besar yang
berkemampuan untuk memproduksi plutonium yang lebih banyak bagi
kebutuhan senjata nuklir. Ambisi nuklir Australia akhirnya ditinggalkan pada
1960-an. Australia kemudian menandatangani NPT pada 1970 dan
meratifikasinya pada 1973.[31]


Brasil – Rejim militer Brasil membentuk program penelitian senjata nuklir
(dengan kode "Solimões") pada tahun 1978, walaupun telah meratifikasi
Perjanjian Tlatelolco pada 1968. Program tersebut kemudian ditinggalkan ketika
sebuah pemerintahan terpilih berkuasa pada 1985.[32] Pada 13 Juli 1998 Presiden
Fernando Henrique Cardoso menandatangani dan meratifikasi Perjanjian
Nonproliferasi Nuklir dan Traktat Pelarangan Ujicoba Nuklir Komprehensif,
mengakhiri ambisi senjata nuklir Brasil.[33]



Mesir – Mesir pernah memiliki program senjata nuklir antara 1954 dan 1967.
Mesir menandatangani NPT.[34]



Jerman – Selama Perang Dunia II, Jerman di bawah kekuasaan Nazi,
mengadakan penelitian untuk pengembangan senjata nuklir, akan tetapi tidak
didukung sejumlah sumber daya, program tersebut akhirnya ditemukan masih
jauh dari keberhasilan ketika Perang Dunia II selesai. Fasilitas penelitiannya juga
disabotase oleh mata-mata Britania dan Norwegia sehingga menghambat
penelitian Jerman. (lihat Sabotase air berat Norwegia). Sejarawan Rainer Karlsch,
dalam bukunya tahun 2005 yang berjudul Hitlers Bombe, menceritakan bahwa
Nazi telah mengadakan sebuah uji coba bom atom di Thuringia dalam tahun
terakhir perang yang kemungkinan adalah berupa senjata radiologi dan bukan
sebuah senjata fisi. (Baca pula: Proyek energi nuklir Jerman).



Irak – Irak telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Mereka
memiliki sebuah program riset senjata nuklir pada 1970-an sampai 1980-an. Pada

1981, Israel menghancurkan reaktor nuklir Irak Osiraq. Tahun 1996, Hans Blix
melaporkan bahwa Irak telah melucuti atau menghancurkan semua kemampuan
nuklir mereka. Tahun 2003, sebuah koalisi multinasional yang dipimpin oleh
Amerika Serikat menginvasi Irak berdasarkan laporan intelijen yang melaporkan
bahwa Irak memiliki senjata yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Karena
Irak menolak untuk bekerja sama dengan inspeksi PBB, Irak dicurigai oleh banyak
anggota Dewan Keamanan PBB memiliki program nuklir. Akan tetapi, tahun 2004,
Laporan Duelfer menyimpulkan bahwa program nuklir Irak telah ditutup pada
1991.


Kerajaan Jepang – Jepang pernah mengadakan penelitian senjata nuklir
selama Perang Dunia II walaupun tidak kurang banyak mengalami kemajuan. [36]
(lihat program senjata nuklir Jepang). Jepang menandatangani Perjanjian
Nonproliferasi Nuklir. Belum ada bukti yang mengindikasikan Jepang
mengembangkan program senjata nuklir walaupun secara kemampuan teknologi,
Jepang dianggap mampu mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat.
Konstitusi Jepang melarang pembuatan senjata nuklir selain itu Jepang telah aktif
mempromosikan perjanjian nonproliferasi nuklir. Beberapa kecurigaan muncul
bahwa senjata nuklir mungkin berada dalam pangkalan Amerika Serikat yang
berada di Jepang.[37]



India – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pada 19 Desember
2003, setelah invasi ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pencegahan
pengiriman suku cadang yang dirancang Pakistan yang dikirim dari Malaysia
(bagian dari jaringan proliferasi A. Q. Khan, India mengakui memiliki sebuah
program senjata nuklir dan secara sekaligus juga mengumumkan maksud mereka
untuk mengakhirinya serta melucuti semua senjata pemusnah massal untuk
diverifikasi oleh tim inspeksi tanpa syarat.[38]



Polandia – Riset nuklir di Polandia dimulai pada awal 1960-an, ketika
tercapainya reaksi fisi nuklir terkontrol pertama pada akhir 1960-an. Pada 1980an, riset difokuskan pada pengembangan reaksi mikro-nuklir di bawah kontrol

militer. Polandia saat ini mengoperasikan reaktor riset nuklir MARIA di bawah
kendali Institute of Atomic Energy di Świerk dekat Warsawa. Polandia telah
menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan secara resmi
mengumumkan tidak memiliki senjata nuklir.


Rumania – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1970.
Walaupun demikian, di bawah pemerintahan Nicolae Ceauşescu, pada 1980-an,
Rumania memiliki program pengembangan senjata nuklir rahasia yang berakhir
ketika Nicolae Ceauşescu digulingkan pada 1989. Sekarang ini Rumania
mengoperasikan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua buah
reaktor yang dibangun dengan bantuan Kanada. Rumania juga memiliki fasilitas
penambangan dan pengayaan uraniumnya sendiri untuk pembangkit listrik dan
sebuah program riset.



Korea Selatan – memulai program senjata nuklirnya pada awal 1970-an, yang
diperkirakan ditinggalkan ketika Korea Selatan menandatangani NPT pada 1975.
Akan tetapi banyak laporan yang mengatakan program tersebut kemudian
dilanjutkan oleh militer. In late 2004, the South Korean government disclosed to
the IAEA that scientists in South Korea had extracted plutonium in 1982 and
enriched uranium to near-weapons grade in 2000. (see South Korean nuclear
research programs)



Swedia – Swedia secara serius mempelajari pengembangan senjata nuklir
antara 1950-an dan 1960-an. Swedia diperkirakan memiliki pengetahuan yang
cukup yang memungkinkan negara itu untuk membuat senjata nuklir. Sebuah
fasilitas penelitian senjata dibangun di Studsvik. Saab pernah membuat rencana
untuk sebuah pesawat pengebom nuklir berkecepatan supersonik yang berkode
A36. Swedia kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan program senjata
nuklirnya dan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.



Swiss – Swiss pernah memiliki sebuah program nuklir rahasia antara 1946 dan
1969. Swiss kemudian memiliki proposal teknis mendetail, senjata-senjata
tertentu dan perkiraan biaya untuk persenjataan nuklir Swiss pada 1963.

Program ini kemudian ditinggalkan dikarenakan masalah finansial dan
ditandatanganinya NPT pada 27 November 1969.


Taiwan – memiliki sebuah program penelitian senjata nuklir rahasia dari
tahun 1964 sampai 1988 ketika mendapat tekanan dari Amerika Serikat. [41]
Taiwan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1968.



Yugoslavia
o

Yugoslavia memiliki ambisi nuklir sejak awal 1950-an ketika ilmuwan
Yugoslavia memulai proses pengayaan uranium dan plutonium. Tahun
1956, fasilitas pemrosesan bahan bakar Vinča dibangun, diikuti oleh
reaktor penelitian pada 1958 dan 1959 dengan air berat dan uranium
yang sudah diproses disediakan oleh Uni Soviet. Pada 1966 uji coba
pemrosesan Plutonium dimulai di laboratorium Vinča menghasilkan
plutonium yang sudah dikayakan. Selama periode 1950-an dan 1960-an,
Yugoslavia dan Norwegia mengadakan kerjasama dalam pemrosesan
ulang plutonium. Tahun 1960 Tito menghentikan program nuklir untuk
alasan yang tidak diketahui tetapi kemudian memulainya kembali setelah
uji coba nuklir India yang pertama pada 1974. Program nuklir masih
berlangsung setelah kematian Tito pada 1980 yang terbagi atas program
nuklir untuk senjata dan untuk energi. Program senjata nuklir kemudian
dihentikan pada Juli 1987. Program nuklir untuk energi kemudian
menghasilkan dibangunnya pembangkit listri tenaga nuklir Krško tahun
1983, yang sekarang dimiliki oleh Slovenia dan Kroasia.

o

Serbia dan Montenegro kemudian mewarisi laboratorium Vinča dan
50 kilogram uranium yang sudah dikayakan yang disimpan di fasilitas
tersebut. Selama pengeboman NATO atas Yugoslavia tahun 1999, Vinča
tidak pernah menjadi sasaran karena NATO mengetahui tentang uranium
yang tersimpan disitu. Setelah pengeboman NATO berakhir, pemerintah
Amerika Serikat dan Nuclear Threat Initiative memindahkan uranium

tersebut ke Rusia - tempat dimana Yugoslavia pertama kali

memperolehnya.

f.

Negara-negara berkemampuan nuklir lainnya

Secara teori, negara industri manapun sekarang ini memiliki kemampuan teknis untuk
mengembangkan senjata nuklir dalam beberapa tahun jika memang negara tersebut
bermaksud demikian. Negara yang telah memiliki teknologi nuklir serta industri
persenjataan yang cukup, malah dapat melakukannya dalam satu atau dua tahun atau
bahkan dalam hitungan bulan jika mereka bermaksud demikian. Negara-negara industri
besar seperti Jepang, Jerman, Italia, Australia dan Kanada contohnya, dapat membangun
persenjataan untuk menyaingi negara-negara yang telah memiliki senjata nuklir dalam
beberapa tahun. Daftar di bawah ini adalah negara-negara yang telah memiliki
kemampuan untuk mengembangkan persenjataan nuklir. Daftar berikut hanya berisi
negara-negara yang telah memiliki kemampuan nuklir bukan negara-negara yang secara
politik bermaksud mengembangkannya. Semua negara dalam daftar di bawah ini telah
menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.


Kanada - Kanada memiliki pengetahuan untuk pengembangan teknologi
nuklir, cadangan uranium dalam jumlah besar dan memasarkan reaktor untuk
keperluan sipil. Kanada memiliki plutonium dalam jumlah besar yang dihasilkan
reaktor-reaktor pembangkit tenaga listrik. Kanada dapat mengembangkan
senjata nuklir dalam waktu singkat. Walaupun tidak memiliki program senjata
nuklir sekarang ini, Kanada secara teknologi telah mampu memiliki program
tersebut sejak 1945.[42] Kanada merupakan kontributor penting dari keahlian dan
bahan baku program nuklir Amerika pada masa lalu dan juga turut serta dalam
Proyek Manhattan. Pada 1959, NATO mengusulkan RCAF (Angkatan Udara
Kanada) untuk membangun sebuah kekuatan nuklir di Eropa, pada 1962, enam
skuadron CF-104 Kanada ditempatkan di Eropa untuk membangun RCAF Nuclear
Strike Force yang dipersenjatai dengan bom nuklir B28 (aslinya adalah Mk 28) di

bawah program nuklir NATO; kesatuan tersebut kemudian dibubarkan pada 1972
ketika Kanada memutuskan untuk tidak menggunakan cara-cara serangan nuklir.
Kanada kemudian menerima pengontrolan bersama atas hulu ledak nuklir
Amerika W-40 dalam teritorial Kanada pada 1963 untuk digunakan pada rudal
BOMARC Kanada. Angkatan Udara Kanada juga menyimpan sejumlah roket nuklir
udara ke udara AIR-2 Genie sebagai senjata utama dari pesawat tempur CF-101
Voodoo setelah 1965. Perdana Menteri Pierre Trudeau mendeklarasikan Kanada
menjadi negara bebas senjata nuklir pada 1971, dan hulu ledak Amerika terakhir
ditarik pada 1984. Kanada memberikan reaktor riset pertama India, CIRUS, pada
1956. Reaktor ini digunakan untuk menghasilkan bahan nuklir yang digunakan
dalam uji coba nuklir pertama India. Kadana juga memproduksi reaktor CANDU
dan menjual teknologinya ke beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina,
Korea Selatan, India, Rumania, Argentina dan Pakistan. Akan tetapi tidak ada
bukti yang dapat dipercaya yang menunjukkan bahwa reaktor-reaktor CANDU
digunakan untuk menghasilkan bahan nuklir yang digunakan India dan Pakistan.
Kanada kemudian memutuskan perdagangan nuklir dengan kedua negara
tersebut setelah mereka melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama.


Jerman - memiliki industri nuklir yang mampu memproduksi reaktor, fasilitas
pengayaaan uranium, fasilitas produksi bahan bakar nuklir dan fasilitas
pemrosesan ulang bahan bakar nuklir serta mengoperasikan 19 reaktor untuk
sepertiga kebutuhan listrik negara itu. Jerman sejak 1945 belum melakukan
upaya serius untuk mengembangkan sistem pengiriman senjata strategisnya,
tetapi sejumlah senjata nuklir telah ditempatkan di Jerman Barat dan Jerman
Timur selama Perang Dingin dimulai pada 1955. Dibawah skema penggunaan
bersama nuklir, tentara Jerman Barat memiliki wewenang untuk menggunakan
senjata nuklir AS ketika menghadapi serangan besar-besaran dari Pakta Warsawa.
Beberapa lusin senjata tersebut masih tetap berada di beberapa fasilitas militer
di Jerman bagian barat. Jerman sejak 1998 telah mengadopsi kebijakan untuk
menghapus semua persenjataan nuklir, walaupun kebijakan tersebut berjalan

lambat. Pada 26 Januari 2006, bekas menteri pertahanan, Rupert Scholz,
mengatakan bahwa Jerman mungkin membutuhkan persenjataan nuklirnya
sendiri untuk menghadapi ancaman teroris.

G. Dampak Penggunaan Nuklir

a. Yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi
sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di
sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat
radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR merupakan
karsinogen tulang dan 131J.
Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya
akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia
yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau
binatang.
Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia seperti
berikut di bawah ini :
1. Pusing-pusing
2. Nafsu makan berkurang atau hilang
3. Terjadi diare
4. Badan panas atau demam
5. Berat badan turun
6. Kanker darah atau leukimia
7. Meningkatnya denyut jantung atau nadi

8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah
putih yang jumlahnya berkurang

b.

Ekonomi
Ekonomi yang dihasilkan dari sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir sampai saat

ini masih merupakan seseatu yang kontroversial. Pembangkit listrik tenaga nuklir
membutuhkan biaya yang tinggi untuk membangun reaktornya, tapi biaya bahan
bakarnya rendah. Biaya ini juga mesti ditambah dengan biaya penutupan reaktor jika
sudah tidak lagi digunakan serta biaya limbah radioaktif. Di sisi lain, adanya pemanasan
global juga bisa memberikan manfaat ekonomi lebih bagi energi nuklir.
Pada tahun-tahun belakangan ini, permintaaan listrik agak menurun serta
keadaan keuangan juga semakin sulit, sehingga proyek-proyek besar seperti reaktor
nuklir pasti akan terkena dampaknya. Contohnya Di Eropa Timur, proyek nuklir
mengalami masalah keuangan, seperti di Belene (Bulgaria) dan reaktor tambahan di
Cernavoda (Romania). ]Selain itu, harga gas yang cukup murah menjadikan proyek nuklir
ini menjadi hambatan bagi proyek nuklir.
Setelah adanya kecelakaan nuklir di reaktor Fukushima I di Jepang tahun 2011,
ongkos untuk mengoperasikan reaktor baru kelihatannya akan semakin mahal
dikarenakan adanya penambahan biaya untuk manajemen dan desain dasar.

c.

Adanya limbah nuklir

Limbah radioaktif tingkat tinggi
Sekitar 5% dari bahan bakar nuklir direaksikan di dalam reaktor nuklir sampai
bahan bakar tersebut tidak dapat digunakan lagi. Sekarang ini, para peneliti sedang
melakukan percobaan bagaimana untuk mendaur ulang bahan bakar ini sehingga bisa
mengurangi banyaknya limbah, dan juga menggunakan aktinida yang tersisa sebagai
bahan bakar lagi (pemrosesan ulang ini telah dilakukan di beberapa negara).

Sebuah reaktor nuklir berkapasitas 1000-MWe akan menghasilkan sekitar 27 ton
bahan bakar nuklir terpakai setiap tahunnya. Tapi, volume padatnya sendiri hanya sekitar
3 meter kubik jika diproses ulang. Bahan bakar nuklir terpakai yang sekarang dihasilkan
oleh semua pembangkit nuklir komersial di Amerika Serikat dapat menutupi sebuah
lapangan sepakbola setinggi satu meter.[77]
Bahan bakar nuklir terpakai pada dasarnya bersifat sangat radioaktif dan harus
ditangani secara matang. Tingkat radioaktif bahan-bahan ini akan berkurang secara
bertahap seiring berjalannya waktu. Setelah 40 tahun, pancaran radioaktifnya 99.9%
lebih rendah daripada saat bahan itu baru saja selesai digunakan. Tapi, sisa 0,1%
radioaktif ini masih berbahaya. [Setelah 10.000 tahun meluruh, barulah sisa bahan bakar
nuklir ini tidak lagi berbahaya bagi kesehatan dan keamanan.

Limbah radioaktif tingkat rendah
Industri nuklir juga menghasilkan limbah radioaktif tingkat rendah dalam jumlah
yang besar. Biasanya limbah ini berbentuk barang biasa yang terkontaminasi, misalnya
pada baju, alat-alat, resin water purifier, dan juga material-material yang digunakan
untuk membangun gedung reaktor. Di Amerika Serikat, Komisi Pelaksana Nuklir telah
berulangkali mencoba agar limbah nuklir tingkat rendah ini dapat diperlakukan seperti
sampah biasa: ditimbun, didaur ulang kembali, dll. Kebanyakan limbah radioaktif tingkat
rendah hanya mengeluarkan radioaktif dalam jumlah yang sangat kecil, limbah ini
menjadi radioaktif biasanya dikarenakan dari penggunaan sebelumnya.

d.

Kecelakaan dan keamanan
Tiga reaktor di Fukushima I mengalami panas berlebih (overheated), sehingga

menyebabkan kebocoran dan akhirnya meledak, yang akhirnya melepaskan banyak
material radioaktif ke udara.

Sebuah bahaya nuklir dideklarasikan setelah munculnya tsunami dan kegagalan
dari bencana nuklir Fukushima di Jepang. Hal ini merupakan pertama kalinya bencana
nuklir dideklarasikan di Jepang. Sebanyak 140.000 penduduk dievakuasi dari jarak 20 km
dari pembangkit nuklir.
Beberapa negara, seperti Britania Raya, Perancis, dan beberapa negara lain
menginstruksikan warganya untuk keluar dari Tokyo agar tidak terkontaminasi nuklir.
Kecelakaan ini menyebabkan pemerintah Jepang ingin mengevaluasi ulang program
nuklirnya. Sampai bulan April 2011, air masih dialirkan ke reaktor yang rusak untuk
mendinginkan bahan nuklir yang meleleh.
John Price, mantan anggota Safety Policy Unit di Lembaga Nuklir Nasional
Britania Raya, berkata bahwa masalah nuklir Fukushima di Jepang mungkin akan
membutuhkan 100 tahun sampai pembangkit itu benar-benar aman.

BAB III
Penutup

A.

Kesimpulan
Kepemilikan dan penggunaan Energi Nuklir sangatlah membutuhkan
manajemen yang baik dan sangat ketat agar tidak mendapati kesalahan yang
fatal yang akan berdampak sangat buruk pada kehidupan makhluk hidup
disekitarnya yang terkena radioaktiv. Negara Negara yang memiliki senjata Nuklir
untuk pertahanan dapat dibilang tidaklah adil karena mereka dapat
menggunakannya sebagai menekan Negara-negara yang mengikuti perjanjian
nonproliferasi Nuklir, ini semua menjelaskan bahwa Negara-negara yang diberi
hak khusus untuk memiliki Nuklir dapat memperlihatkan kekuatan militer mereka
agar tidak ada yang berani untuk melakukan tindakan atau hal-hal yang tidak di
inginkan.
Pemanfaatan Energi nuklir menurut kami lebih baik jika hanya dijadikan
sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) karena lebih memberikan bukti
dan hasil yang nyata untuk kesejahteraan masyarakat, dibandingkan dengan
penggunaan energi nuklir untuk membangun senjata yang hanya akan
menimbulkan kepanikan dan korban yang besar hasil dampaknya.

Daftar Pustaka
Prof. Drs. Winarno, Budi Ma, PhD. Isu- isu global Kontemporer. caps
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/22/30-negara-pengguna-nuklir-terbesardunia/
http://www.wikipedia.org/nuklir

Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA YANG DILAKUKAN OLEH LEMBAGA LEASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

3 58 18

ANALISIS KOMUNIKASI, KOMPENSASI FINANSIAL DAN NON FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA BADAN PUSAT STATISTIK JEMBER

0 48 17

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS DAN KATEGORI SEKTOR TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PERUSAHAAN NON MANUFAKTUR YANG LISTED DI BEI

3 54 15

PERBEDAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) ANTARA SANTRI MUKIM DAN NON MUKIM DI PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN

0 64 26

ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH (BUILD OPERATE AND TRANSFER) OLEH PEMERINTAH DAERAH SERTA AKIBAT HUKUM BAGI INVESTOR YANG MENGALIHKAN HAK PENGELOLAAN KEPADA INVESTOR LAIN

3 64 161

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGAMBILAN KREDIT UANG TANPA JAMINAN KHUSUS BAGI ANGGOTA DI KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA WANA LESTARI JEMBER

0 14 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA BALITA NON KELUARGA MISKIN (NON GAKIN) DI KECAMATAN SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER

4 92 1

DESKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT USAHA RAKYAT KEPADA USAHA MIKRO KECIL dan MENENGAH (Studi Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Way Halim)

10 98 46

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 32 82

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60