PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1
KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
(Skripsi)
Oleh SITI JUARIYAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(2)
KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh SITI JUARIYAH
1013104003
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(3)
Pelajaran PKn Di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013 Nama : Siti Juariyah
NPM : 1013104003
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Holilulloh, M.Si Yunischa Nurmalisa, S.Pd, M.Pd NIP. 196107111987031003 NIP. 198706022008122001
Mengetahui
Ketua Jurusan P. IPS Ketua Program Studi PPKn
Drs. Buchori Asyik, M.Si Drs. Holilulloh, M.Si. NIP. 19560108 198503 1 002 NIP 19610711 198703 1 003
(4)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Holilulloh, M.Si ………
Sekretaris : Yunischa Nurmalisa, S.Pd, M.Pd ………
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Irawan Suntoro, M.S ………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
(5)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Skripsi dengan judul “Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Examples non Examples Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013” adalah hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme.
2. Hal intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai hukum yang berlaku.
Bandar Lampung, November 2012 Pembuat pernyataan
Siti Juariah
NPM 1013104003
(6)
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis bernama Siti Juariyah, lahir di Lampung Tengah pada tanggal 04 November 1968. Penulis merupakan anak dari pasangan suami-istri Bapak Masdar dan Ibu Siti Rubaiah (alm)
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis antara lain : 1. 1974 – 1980 SD Negeri 1 Kalirejo
2. 1981 -- 1983 SMP Negeri 1 Kalirejo
3. 1984 – 1986 SMA Muhammadiyah Kalirejo 4. 1987 – 1988 D2 Universitas Lampung. 5. 1999 – 2001 D3 Universitas Terbuka
6. Tahun 2010 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Sarjana Guru Dalam Jabatan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Lampung.
(7)
SANWANCANA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirst Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Examples non Examples Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Skripsi ini di buat untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Kegeruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri penulis sendiri, penulisan tesis ini pun tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
(8)
5. Dr. Holilulloh, M.Si selaku Ketua Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung sekaligus sebagai pembimbing I Skripsi.
6. Yunischa Nurmalisa, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II penulisan skripsi. 7. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku pembahas/ penguji dalam penulisan skripsi. 8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung. 9. Hapipuddin, S.Pd Selaku Kepala SMP Negeri 1 Kedondong yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
10.Rekan kolabolator dan rekan-rekan sejawat guru SMP Negeri 1 Kedondong yang telah banyak membantu penulis.
11.Rekan-rekan angkatan 2010 Program S-1 Guru dalam jabatan Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung.
12.Serta kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik yang Bapak, Ibu, Saudara berikan, akan selalu mendapat pahala dari dari Allah Swt. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, November 2012 Penulis,
SITI JUARIYAH
(9)
x
MOTTO
” Menuntut Ilmu Adalah Kewajiban Manusia Sepanjang
Hayat”
(Siti Juariyah)
” Jangan Sia-siakan Waktu Karena Waktu
Tak Akan Pernah Bisa Terulang”
(10)
xi
PERSEMBAHAN
Dengan Rasa Syukur yang mendalam kepada ALLAH SWT, kupersembahkan karya
kecil ini kepada :
Kedua Orang Tuaku Tercinta
Suami dan Anak-anakku Tersayang
Keluarga Besar Terkasih
Almamater Universitas Lampung
Keluarga Besar Program S1 Guru Dalam Jabatan
Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung
(11)
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ...i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
MOTTO ... viii
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 10
1.3 Rumusan Masalah ... 10
1.4 Tujuan dan Manfaat Penenlitin ... 11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori... 15
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 15
2.1.2 Konsep Model Pembelajaran ... 19
2.1.3 Minat Belajar ... 32
2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan ... 44
III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 51
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ... 52
3.3 Operasional Penelitian... .... 52
3.4 Prosedur Penelitian... .. 53
3.5 Sumber Data... 59
3.6 Teknik Pengumpulan Data... .... 60
3.7 Teknik Analisa Data... .. 63
(12)
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penenlitian ... 65
4.1.1 Siklus I ... 67
4.1.2 Siklus II ... 77
4.1.3 Siklus III... 89
4.2 Rekapitulasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ... 100
4.3 Pembahasan... 105
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 117
5.2 Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Minat Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Kedondong Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 7 Tabel 3.1 Kisi–kisi observasi aktivitas guru ... 61 Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Minat Belajar Siswa ... 62 Tabel 4.1 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Examples Non Examples pada siklus I ... 71 Tabel 4.2 Indikator Pencapaian Minat Belajar Pada Siklus I ... 74 Tabel 4.3 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Examples Non Examples pada siklus II ... 81 Tabel 4.4 Indikator Pencapaian Minat Belajar Pada Siklus II ... 84 Tabel 4.5 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Examples Non Examples pada siklus III .... 94 Tabel 4.6 Indikator Pencapaian Minat Belajar Pada Siklus III ... 96 Tabel 4.7 Minat Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Negeri Kedondong
dengan Menerapkan Model Pembelajaran Examples Non Examples pada Pelajaran PKn Tahun
(14)
PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN
EXAMPLES NON EXAMPLES
PADA MATA
PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1
KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
(Skripsi)
Oleh SITI JUARIAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
(15)
PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN
EXAMPLES NON EXAMPLES
PADA MATA
PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1
KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
(Skripsi)
Oleh SITI JUARIAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Diagram Pelaksanaan PTK Dari Kemmis dan Taggart ... 55 Gambar 4.1 Histogram Minat Belajar Siswa ... 102 Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Dengan Menerapkan model pembelajaran
(17)
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ...i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
MOTTO ... viii
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Focus Penelitian ... 9
1.3 Perumusan Masalah ... 10
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.5.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.5.2 Manfaat Penelitian ... 11
1.5 Ruang lingkup Peneitian ... 12
1.5.1 Ruang Lingkup Ilmu ... 12
1.5.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 13
1.5.3 Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 13
1.5.4 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 13
1.5.5 Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 13
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori ... 14
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 14
2.1.2 Konsep Model Pembelajaran ... 18
2.1.3 Minat Belajar ... 31
2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan ... 43
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 50
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ... 51
3.2.1 Subjek Penelitian ... 51
3.2.2 Objek Penelitian ... 51
3.3 Operasional Penelitian ... 51
(18)
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 64
1. Siklus Kesatu 1.1. Perencanaan Siklus I ... 71
1.2. Pelaksanaan Siklus I ... 71
1.3. Observasi Siklus I ... 73
1.4. Refleksi Siklus I ... 76
1.5. Rekomendasi Siklus I ... 78
2. Siklus Kedua 2.1. Perencanaan Siklus II ... 79
2.2. Pelaksanaan Siklus II ... 80
2.3. Observasi Siklus II ... 81
2.4. Refleksi Siklus II ... 85
2.5. Rekomendasi Siklus II ... 88
3. Siklus Ketiga 3.1. Perencanaan Siklus III... 90
3.2. Pelaksanaan Siklus III ... 90
3.3. Observasi Siklus III ... 92
3.4. Refleksi Siklus III... ... 95
3.5. Rekomendasi Siklus III ... 98 B. Pembahasan ... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...
B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk generasi penerus bangsa
yang cerdas dan handal dalam pelaksanaan pembangunan kehidupan bangsa.
Sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pada pasal 3 menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Memperhatikan isi Undang-undang No. 20 tahun 2003 tersebut maka dapat
dipastikan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan
bangsa itu sendiri. Pendidikan menuntut pada pihak-pihak yang terlibat
(20)
Salah satu diantaranya adalah guru sebagai pihak yang berperan dalam terciptanya
proses pembelajaran yang menarik dan bermutu baik.
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan manusia agar mampu
mandiri, mengembangkan potensi diri, dan dapat menjadi anggota masyarakat
yang berdaya guna dalam pambangunan bangsa. Salah satu tuntutan mendasar
yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Hal
ini timbul karena semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam pendidikan.
Dengan demikian, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas
dalam memenuhi harapan masyarakat untuk selalu meningkatkan mutu
pendidikan.
Mutu pendidikan sebagaian besar ditentukan oleh mutu kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah guru adalah sumber yang menempati
posisi utama dan memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Guru juga
penentu dalam keberhasilan proses belajar dan hasil belajar. Untuk mendapatkan
hasil yang baik, kualitas seorang guru merupakan hal utama yag harus
diperhatikan. Kualitas seorang guru dapat terlihat, salah satunya pada
(21)
gurunya. Siswa yang senang dengan mata pelajaran dikarenakan senang pula
dengan kemampuan gurunya, dan begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu seorang
guru harus mampu mengelola kelasnya dengan baik, dengan cara menyesuaikan
kondisi kelas agar siswa dapat menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru dengan baik.
Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh metode atau cara yang dilakukan oleh
guru dalam proses belajar mengajar. Metode yang baik dapat mengubah sistem
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi sistem
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Proses pembelajaran
dimana siswa sebagai pusatnya akan membuat suasana belajar semakin hidup
sehingga siswa dapat berdikusi dan bekerjasama dengan temannya.
Ketepatan penggunaan metode pembelajaran oleh guru dapat memberikan suasana
belajar yang nyaman dan menarik sehingga dapat membangkitkan motivasi dan
keaktifan belajar siswa. Siswa lebih mudah menerima materi yang diberikan oleh
guru apabila metode pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai. Motivasi dan
keaktifan belajar siswa yang tinggi sangat membantu tercapainya tujuan
(22)
Pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Tanpa
kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala materi/pengetahuan yang
diberikan guru menjadi sia-sia atau artinya kurang memberikan pengaruh atau
dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Kemampuan mengelola kelas
mengandung arti bahwa seorang guru sebagai fasilitator harus mampu mengontrol
atau mengendalikan perilaku para siswanya sehingga mereka terlibat secara aktif
dalam proses belajar mengajar. Tidak ada gunanya seorang guru menguasai bahan
pelajaran namun tidak mampu mengelola kelas sehingga pengetahuan yang
diberikan tidak bermanfaat dapat diterima oleh siswa. Kemampuan menciptakan
kegiatan belajar yang menarik sesuai dengan pokok bahasan ditambah dengan
penguasaan materi yang mumpuni maka hal tersebut yang akan menciptakan
suatu proses pembelajaran yang bermakna.
Guru dituntut untuk memiliki kecerdasan dan kemampuan dalam mengelola kelas,
disamping itu guru harus mampu menempatkan diri sebagai pengajar, pendidik
sekaligus orang tua bagi siswanya. Namun pada kenyatannya masih ada sebagian
kecil guru PKn yang belum mampu mengoptimalkan keterampilan dalam
mengelola kelas, hal ini menyebabkan siswa kurang berminat atau kurang
(23)
Keterampilan guru dalam melakukan variasi juga sangat mempengaruhi minat
belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru
tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap
materi pelajaran. Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam
mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode
mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang menguasai materi-materi
kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan
pelajaran alias monoton, semua ini bisa berpengaruh tidak baik bagi semangat
belajar siswa. Siswa bisa malas belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya siswa
tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran.
Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari.
Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk
mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat
belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk
menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup
senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi
yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang
(24)
Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1
Kedondong Kabupaten Pesawaran ditemukan beberapa permasalahan mengenai
merosotnya minat belajar siswa yang menyebabkan prestasi belajar siswa
terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kurang optimal. Proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas masih sepenuhnya terpusat
pada guru. Dalam hal ini, guru lebih aktif dalam menerangkan materi pelajaran
kepada siswanya. Proses pembelajaran seperti ini menimbulkan suasana
pembelajaran yang kurang kondusif sehingga prestasi belajar siswa kurang
maksimal.
Keadaan ini membuat siswa menjadi pasif, siswa lebih banyak melakukan
aktivitas yang tidak terkait dengan pelajaran, bercanda dengan temannya,
cenderung ramai pada saat pembelajaran berlangsung sehingga konsentrasi siswa
tidak terfokus, siswa banyak melamun bahkan mengantuk, siswa kurang
berminat untuk belajar, siswa tidak mampu menjawab dengan sempurna
pertanyaan guru, dan siswa tidak punya keberanian untuk mengemukakan
pendapat. Kurangnya minat dan gairah siswa dari hasil observasi itu dibuktikan
dengan siswa yang tidak ada catatan, ribut, tugas terlambat. Hal ini dapat kita lihat
(25)
terutama pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1
Kedondong sebagai berikut :
Tabel 1.1 Minat Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Kedondong Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
No . Perilaku siswa Kelas Jml VIII.A (40 Siswa) VIII.B (43 Siswa) VIII.C (39 Siswa) VIII.D (36 Siswa) 1 Tidak ada
catatan
15 14 14 10
53 2 Melamun/
mengantuk
15 10 12 16
53 3 Tugas
terlambat
10 9 13 10
42
Jumlah siswa 40 43 39 36 128
Sumber : Observasi di kelas VIII di SMP Negeri 1 Kedondong
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang tidak ada catatan
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII berjumlah 53 orang,
siswa yang ribut pada mata pelajaran PKn berjumlah 53 orang, sedangkan siswa
yang mengerjakan tugas terlambat berjumlah 42 orang. Dari klasifikasi tingkat
minat siswa dalam pelajaran PKn tersebut diketahui bahwa kelas VIII D adalah
siswa dengan minat belajar paling buruk, sehingga dalam penelitian ini yang
(26)
Menurut asumsi peneliti, hal tersebut disebabkan karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, diantaranya guru sangat minim menguasai metode pembelajaran
sehingga pembelajaran masih dilaksanakan secara konvensional. Jika guru tidak
memperhatikan pola pembelajaran anak didiknya (acuh tak acuh terhadap
pembelajaran siswanya) seperti tidak menggunakan metode pembelajaran yang
menarik minat belajar siswanya, tidak melengkapi alat belajarnya dan tidak
memperhatikan apakah anak didiknya belajar atau tidak, semua ini berpengaruh
pada semangat belajar anaknya, bisa jadi anak didiknya tersebut malas dan tidak
bersemangat belajar. Hasil yang didapatkannya pun tidak memuaskan bahkan
mungkin gagal dalam studinya.
Keterampilan guru dalam melakukan variasi juga sangat mempengaruhi minat
belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru
tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap
materi pelajaran. Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam
mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode
mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang menguasai materi-materi
kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan
(27)
belajar siswa. Siswa bisa malas belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya siswa
tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran.
Pengelolaan kelas seorang guru harus mampu menggunakan beberapa metode
pembelajaran kooperatif yang dalam penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan
minat belajar siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong. Dalam
perkembangan untuk meningkatkan minat belajar siswa, pembelajaran kooperatif
mempunyai beberapa tipe, diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jingsaw, Teams Assisted Individualisation (TAI), Group Investigation (GI), Examples non Examples, dan Think Pair Share (TPS).
Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan model
pembelajaran examples non examples untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1
Kedondong karena peneliti berasumsi bahwa siswa cenderung akan tertarik untuk
mengikuti pembelajaran yang dimulai dengan pemberian contoh riil yang ada
didalam kehidupan mereka yang kemudian nantinya dikaitkan dengan materi
(28)
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penelitian ini difokuskan pada “Penggunaan model pembelajaran examples non examples untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong
1.3. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran examples non examples pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri
1 Kedondong?
2. Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong?
3. Adakah peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan penggunaan model pembelajaran examples non examples?
(29)
1.4. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
a. Menjelaskan pelaksanaan model pembelajaran examples non examples pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP
Negeri 1 Kedondong
b. Menjelaskan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong
c. Menjelaskan peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan penggunaan model pembelajaran
examples non examples?
1.4.2 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis
Mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya Pendidikan
Kewarganegaraan yang mengkaji tentang Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
(30)
b. Kegunaan Praktis
1. Penelitian ini berguna untuk guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan khususnya di SMP Negeri 1 kedondong dalam
meningkatkan kemampuan dan kemauan guru dalam menggunakan
berbagai model pembelajaran seperti dengan menggunakan model
examples non examples, sekaligus sebagai panduan untuk melatih keterampilan dalam melakukan perbaikan pembelajaran.
2. Penelitian ini juga berguna untuk siswa agar lebih meningkatkan kecintaan
terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Siswa mendapat
pengalaman baru dengan diterapkanya model pembelajaran examples non examples sehingga siswa dapat meningkatkan minat untuk belajar.
3. Diterapkanya model pembelajaran examples non examples dalam pembelajaran disekolah dapat meningkatkan suasana belajar di sekolah
sekaligus sebagai bahan pengembangan pembelajaran disekolah dalam
rangka peningkatan sarana dan prasarana disekolah sehingga siswa dapat
(31)
1.5. Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk ruang lingkup pendidikan khususnya Pendidikan
Kewarganegaraan dengan kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang membahas tentang penerapan model pembelajaran examples non examples dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
1.5.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran examples non examples dan minat belajar siswa
1.5.3 Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII D SMP Negeri 1
Kedondong.
1.5.4 Ruang Lingkup Wilayah
(32)
1.5.5 Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkan surat izin penelitian pendahuluan
(33)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Deskripsi Teori
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran
Menurut Skinner dalam Margaret. E B. Gredler (1994 : 120). “Belajar adalah tingkah laku ketika subjek belajar responnya meningkat, dan bila terjadi hal
kebalikannya (Unclearning) maka responnya menurun. Oleh karena itu belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan terjadinya respons”.
Pengertian ini pun senada seperti yang diungkapkan oleh Thursan Hakim (2005 : 1) bahwa, “Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku”. Berdasarkan kedua definisi tersebut, belajar adalah suatu proses perubahan meningkatnya tingkah laku seseorang peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir
(34)
Banyak cara yang dapat individu lakukan untuk dapat merubah tingkah lakunya
menjadi lebih baik, salah satunya melalui interaksi dengan lingkungan individu
dapat mengalami perubahan tingkah laku. Seperti yang di ungkapkan oleh Oemar Hamalik (2004 : 28) bahwa, “ belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”. belajar itu sebagai rangkaian
kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia
seutuhnya, yang berarti menyengkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Belajar adalah suatu perbuatan yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu, dengan
melalui proses latihan yang disengaja unsure latihan merupakan unsur yang
mutlak harus ada dalam kegiatan belajar misalnya Bahasa Indonesia, PPKN,
Fisika, Sejarah, dan lain-lain yang dilakukan secara kontinyu karena latihan yang
kontinyu tersebut akan dicapai suatu hasil belajar yang optimal, dengan kata lain
dalam proses belajar mengajar akan memperoleh prestasi belajar.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut mengenai pengertian belajar, maka
(35)
tingkah laku yang menuju perkembangan seutuhnya jadi, belajar akan membawa
sesuatu perubahan pada individu/siswa yang belajar.
Menumbuhkan kebiasaan belajar dengan baik pada siswa harus mengetahui
prinsip-prinsip belajar yang yang digunakan, menurut Ahmadi prinsip belajar
adalah sebagai berikut:
1)Belajar harus bertujuan dan terarah
2)Belajar memerlukan bimbingan, baik bimbingan dari guru atau buku-buku pelajaran itu sendiri.
3)Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian-pengertian.
4)Belajar banyak memerlukan latihan da pengulangan aga apa-apa yang dipelajari dapat dikuasai.
5)Belajar prosesaktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis anntara siswa dan lingkungannya.
6)Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencari tujuan.
7)Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari.(Ahmadi, 1982:22).
Belajar merupakan proses yang terus terjadi secara berkesinambungan dalam
kehidupan manusia baik dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Belajar menurut Sardiman A.M (2005: 20) adalah ”merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”.
(36)
Pendapat diatas memiliki makna bahwa belajar merupakan suatu proses yang
dapat ditandai dengan perubahan yang terlihat pada diri seseorang. Sejalan dengan pernyataan diatas Ahmad Rohani HM (2004:19) menyatakan bahwa, ” Belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan”.
Menurut Trursan Hakim (2000:1) mengatakan bahwa ” belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut di tempatkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
pengetahuan, sikap, pemahaman, daya pikir dan pengetahuan ”. segala kegiatan
belajar yang dilakukan seseorang yang berupa kegiatan mendengarkan,
merenungkan, menganalisa, berpikir, membandingkan, dan menghubungkan
dengan masa lampau dengan demikian dia akan berubah kedalam kualitas dan
kuantitas yang lebih baik.
Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu
orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar
dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai
starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa
berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara
(37)
“Perubahan sebagai hasil belajar ada di dalam kepribadiaan manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seseorang seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan”.
(Thursan Hakim,2005:1).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijabarkan, maka belajar dapat
disimpulkan sebagai suatu serangkaian proses kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui interaksi dengan
lingkungannya dengan tujuan perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.
2.1.2 Konsep Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode dan tehknik pembelajaran. Menurut Bruce Joyce dan
Marsha Weil dalam Abdul Aziz Wahab (2007: 59) ada 4 modifikasi tingkah laku
(38)
1. Model Interaksi
Model ini menunjukankan pentingnya hubungan yang berkembang pada
proses interaksi social diantara individu. Model interaksi social adalah
dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki masyarakat dengan
memperbaiki-memperbaiki hubungan interpersonal melalui prosedur
demokrasi.
2. Model Pengolahan Informasi
Model-model tersebut menekankan pada cara siswa memperoleh
informasi.Tujuan utama dari model-model kategori ini adalah membantu
siswa mengembangkan metode atau cara-cara memproses informasi yang
diperoleh dari lingkungannya. Model-model ini juga menjelaskan cara
memproses informasi dengan pendekatan yang berbeda.
3. Model Personal Humanistic
Model-model dalam kelompok ini memusatkan perhatiannya pada
individu dan kebutuhannya. Individu dibantu melalui upaya menciptakan
lingkungan yang merangsang agar indivudu tersebut merasa nyaman untuk
melaksanakn tugas-tugasnya dan mengembangkan kemampuannya sampai
(39)
model-model tersebut berusaha memahami sifat-sifat individu guna
meningkatkan pribadi dan kemampuannya serta menghubungkan dengan
hal-hal produktif lainnya.
4. Model Modifikasi Tingkah Laku
Menurut B.F Skinner prilaku itu adalah sesuatu yang dialami dan sah yang
dipengaruhi veriabel-variabel eksternal tersebut. Tugas guru dalam model
ini adalah menetapkan prilaku yang kompleks dan menempatkan prilaku
kelas tersebut di bawah pengendalian gambaran khusus lingkungan.
Menurut Joice dan Weil “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain”. Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran adalah pola
atau strategi dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan kegiaatan belajar
mengajar guna untuk mencapai suatu tujan tertentu yang dibuat oleh guru.
2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif
Perkembangan pembelajaran kooperatif memepunyai beberapa tipe, diantaranya
(40)
Jingsaw, Teams Assisted Individualisation (TAI), Group Investigation (GI),
Example non example dan Think Pair Share (TPS). Setiap tipe mempunyai perbedaan dalam hakekat pembelajaran, bentuk kerja sama, peranan dan
kominikasi antar siswa serta peranan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur
tujuan, dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111)
a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis
kegiatan siswa dalam kelas
b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa
dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan
pekerjaannya. Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:
1) Struktur tujuan individualistik, yaitu tujuan yang dicapai oleh seorang
siswa secara individual tidak memiliki konsekuensi terhadap
pencapaian tujuan siswa lainnya,
2) Struktur tujuan kompetitif, yaitu seorang siswa dapat mencapai tujuan
sedangkan siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut, dan
3) Struktur tujuan kooperatif, yaitu siswa secara bersama-sama mencapai
(41)
c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada
kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan
bersama anggota kelompok.
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif sebagai “sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu”. Oleh
karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.”
Menurut Slavin (1997), “pembelajaran kooperatif, merupakan metode
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen”. Pembelajaran kooperatif atau cooperative
learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama
dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan
Wikandari, 2000:25).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
(42)
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
d. Ciri-ciri Pembelajaran kooperatif
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menyelesaikan materi belajar,
b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah,
c) jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang berbeda-beda,
d) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
e. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai
berikut (Ibrahim, M., dkk., 2000: 10):
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan
pembelajaran.
(43)
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.
Evaluasi atau memberikan umpan balik.
Memberikan penghargaan.
f. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak--tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk
(2000:7-8) sebagai berikut:
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam
tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik. Model struktur penghargaan
kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan
hasil belajar.
Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang
(44)
satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan
struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu
sama lain.
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang
dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
g. Keterampilan Kooperatif
Fungsi keterampilan kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja
dan tugas. Untuk membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru
harus mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang
dibutuhkan. Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk.
(2000:47-55), antara lain:
Keterampilan-keterampilan sosial. Keterampilan sosial melibatkan
perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan
(45)
Keterampilan Berbagi. Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi
waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah
pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Keterampilan Berperan Serta. Sementara ada sejumlah siswa
mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak
dapat berperan serta. Terkadang siswa yang menghindari kerja
kelompok karena malu. Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa
yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan
kelompok.
Keterampilan-keterampilan Komunikasi. Kelompok pembelajaran
kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja
kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi.
Keterampilan-keterampilan Kelompok. Kebanyakan orang telah
mengalami bekerja dalam kelompok di mana anggota-anggota
secara individu merupakan orang yang baik dan memiliki
keterampilan sosial.
h. Pembangunan Tim
(46)
merupakan tugas penting bagi guru yang menggunakan
kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif.
2.1.2.2 Metode Pembelajaran Example Non Example
Examples Non Examples adalah metode pembelajaran menggunakan contoh-contoh
dari gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Kompetensi dasarnya adalah
pemahaman struktur jaringan epithelium, karena itu ditunjukkan berbagai contoh dan
ilustrasi struktur jaringan epithelium. Guru menyiapkan gambar-gambar sesuai
dengan tujuan perkuliahan; menayangkan gambar-gambar melalui LCD; memberi
petunjuk dan kesempatan pada mahasiswa memperhatikan dan menganalisa gambar;
melalui diskusi kelompok 3-5 siswa, hasil analisa gambar dicatat, selanjutnya diminta
untuk membacakan hasil diskusinya; selanjutnya dosen menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai; dan merumuskan kesimpulan.
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and
non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar
anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat
(47)
Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas
rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa
kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis
ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran
Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah
jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat
juga melihat dengan jelas.
Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan
juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah
taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini
bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal
yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan
meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang
ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu
materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan
(48)
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan
KD. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan/ menganalisis gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
Examples Non Examples dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya dari pada sifat
fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap Examples Non Examples diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih
(49)
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Examples Non Examples antara lain:
1. Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan kompleks
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan) yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara prograsif melalui pengalaman
dari Examples Non Examples.
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karateristik
dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian Non Examples yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bangian yang merupakan suatu
karakter dari suatu karakter konsep yang telah dipaparkan pada bagian
example.
Tennyson dan Pork dalam slavin (1994:7) menyarankan bahwa jika guru akan
menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya
diperhatikan yaitu:
1. urutkan contoh dari yang mudah ke yang sulit
2. pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain
(50)
menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa
untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep
penting Joyce and Weil dalam Buehl (1996:25) telah memberikan kerangka konsep
terkait strategi tindakan dan menggunakan model inquiri untuk memperkenalkan
konsep yang baru dengan metode Examples Non Examples.
2.1.3 Minat Belajar
2.1.3.1 Pengertian Minat belajar
Minat memegang peranaan yang sangat penting dalam kemampuan berhasil atau
tidaknya seseorang dalam berbagai bidang terutama dalam bidang pendidikan.
Jadi manfaat minat antara lain untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam
belajar. Besar kecilnya minat seorang anak akan berpengaruh terhadap prestasinya
dalam menempuh pendidikan atau dalam mengikuti kegiatan belajar.
Minat dan perhatian dalam pelajaran mempunyai hubungan erat sekali, seseorang
yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk
memperhatikan mata pelajaran tersebut, sebabnya seseorang menaruh perhatian
secara kontinue baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya
(51)
yang menyatakan bahwa pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan,
sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang
menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan
demikian mereka akan sungguh belajar. (Ibrahim dan Syaodih, 1996:27)
Menurut W.S Winkel minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek
untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung pada bidang itu. (Winkel, 1984:30). Pendapat lain menyatakan
minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga
bagi orang, sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuai dengan
kebutuhannya. Minat juga diartikan kecenderungan untuk mempelajari sesuatu
lebih baik. Minat ini adalah motor yang kuat menerbitkan perhatian. (Djaka,
1965:16)
“Minat adalah suatu landasan yang paling menyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seseorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatkannya” (Singer, 1991:78). Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa minat dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu tanpa
(52)
Sebagaimana menurut Slameto, “minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyongsong belajar selanjutnya” (Slameto, 1985:24).
Beberapa pendapat yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan keinginan, kehendak diri diluar dari individu untuk memberi
rangsangan terhadap sesuatu, rangsangan tersebut berkaitan dengan kebutuhan individu. Sedangkan menurut Crow dan Crow, bahwa “Minat behubungan dengan
gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapai atau beurusan dengan orang, beda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.
(Crow dan Crow, 1989:302-303).
Hilgard memberi rumusan tenang minat adalah sebagai berikut “Interest is
persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. (Hilgard, 2003:57). Dengan pendapat tersebut minat individu ditandai dengan
adanya rasa senang terhadap suatu pekerjaan, benda, situasi, dan sebagainya.
Sehingga setiap individu mempunyai minat tersendiri. Minat itu sendiri timbul
karena adanya informasi atau pengetahuan tentang pekerjaan, benda, dan situasi.
Minat dapat dibagi menjadi:
1. Menurut Kartono (1980:79) minat dibagi menjadi:
a. Minat yang berfluktuasi (berubah-ubah). Dalam hal ini orang bisa sekaligus mengamati objek yang banyak, akan tetapi pengamatan
(53)
tersebut tidak diteliti, sebab minat menggerayangi semua perisiwa dengan sepintas lalu dan hanya segi-segi yang penting saja.
b. Minat yang fixed (tetap), dalam hal ini seseorang hanya mengamati satu atau sedikit saja objek tertentu, hanya pengamatannya teliti dan akurat.
2. Menurut Witherington (1984:136) mengemukakan bahwa minat terbagi menjadi:
a. Minat primitive atau minat biologis, yaitu minat yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan jaringan seperti makan dan minum.
b. Minat cultural atau minat sosial, yaitu minat yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan rohani seperti belajar, berteman, mendengarkan nasehat atau petunjuk-petunjuk lain.
3. Berbeda halnya dengan Andi Mapiere (1983:136) yang menggolongkan minat menjadi dua macam yaitu :
a. Minat pribadi, yaitu minat yang merupakan suatu daya yang mengarah individu untuk memanfaatkan waktu luang dalam melaksanakan hal-hal yang paling disenangi untuk dilakukan.
b. Minat sosial, yaiu minat yang bersangkutan dengan faktor pengarah bagi individu dalam aktivitas-aktivitas sosial dan mobilitas sosial.
Terlihat pembagian minat ini cenderung mengarah kepada subyek dari pelaku
orang yang memiliki minat. Minat terdapat suatu objek dapat timbul dengan beberapa cara. Seperti yang dikemukakan oleh Usman Effendi, bahwa “Suatu kegiatan akan lancar apabila ada minat, sedangkan minat dapat timbul dengan
cara menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah lampau,
membangkitkan suatu kebutuhan untuk menghargai keindahan, mendapat penghargaan, memberi untuk menghasilkan yang lebih baik”. (Effendi, 1985:72).
(54)
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Usman Effendi, minat dapat ditimbulkan dengan berbagai cara meliputi:
a. Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk dapat penghargaan dan sebagainya. b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau. c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga
akan menimbulkan rasa puas. (Effendi, 1985:72).
Minat itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain seperti:
a. Yang bersumber dari diri sendiri : Kesehatan anak
Ketidakmampuan anak mengikuti pelajaran di sekolah
Kemampuan intelektual yang taraf kemampuannya lebih tinggi dari teman-temannya kurang motivasi belajar.
b. Yang bersumber dari luar diri anak : Keadaan keluarga :
Suasana keluarga Bimbingan orang tua Harapan orang tua
Cara orang tua menumbuhkan minat belajar anak Keadaan sekolah :
Hubungan anak dengan anak lain yang menyebabkan anak tidak mau sekolah.
Anak tidak senang sekolah karena tidak senang dengan gurunya. (Gunarsa, 1983:84)
2.1.3.2 Fungsi Minat
Berikut ini adalah beberapa fungsi minat, yaitu :
a. Minat sebagai alat pembangkit motivasi dalam belajar.
(55)
untuk melakukan sesuatu, seperti dalam halnya belajar. Minat sebagai motivasi
dalam belajar dalam arti dapat mendorong seseorang untuk belajar lebih baik.
Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik menyatakan bahwa “Belajar dengan minat akan mendorong anak belajar dengan baik”. (Hamalik, 1983:66).
b. Minat sebagai pusat perhatian
Adanya minat, seseorang memungkinkan lebih berkonsentarsi penuh terhadap
suatu objek yang diminati. Misalnya seseorang tertarik akan sesuatu benda yang
mengandung arti baginya. Dalam situasi yang demikian minat untuk meneliti
benda tersebut sehingga perhatian terhadap benda akan lebih terpusatkan selama
penyelidikan berlangsung.
c. Minat sebagai sumber hasrat belajar
Salah satu fungsi belajar menurut Sofyan Ahmad yaitu “ mempertinggi derajat hidup dengan meninggalkan kebodohan dan meningkatkan kemauan dan kemampuan”. Kelancaran kegiatan belajar sangat tergantung kepada minat yang ada yang menjadi sumber hasrat belajar. (Ahmad, 1982:91).
(56)
d. Minat untuk mengenal kepribadian
Minat salah satu aspek kewajiban yang tidak tampak dari luar untuk mengenal kepribadian seseorang dapat diketahui “arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai”. (Sarwono, 1982:91). Minat bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh
seseorang begitu saja melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan
minat adalah di sekolah. Banyak upaya yang dilakukan oleh guru di sekolah untuk
menumbuhkan minat siswa dalam belajar adalah dengan adanya variasi mengajar
dengan berbagai media dan metode yang dipakai dalam mengajar.
Sebagai uraian di atas penulis akan mengutip pendapat para ahli yang sudah
mengkaji apa itu makna belajar, sekarang banyak sekali batasan-batasan yang
berkaitan dengan belajar, namun menurut hemat penulis perbedaan pendapat itu
hanya terletak pada segi sudut pandang, dari makna istilah belajar itu ditinjau,
sedangkan makna belajar pada dasarnya terdapat persamaan yaitu berkisar pada
masalah aktivitas tersebut. Belajar pada hakikatnya merupakan bentuk tingkah
laku individu dalam usahanya memenuhi kebutuhan pencapaian tujuan. Adanya
kebutuhan merupakan pendorong individu untuk belajar.
2.1.3.3 Minat Dalam Belajar
(57)
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh tingkah laku. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Slameto “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Akan tetapi tidak semua perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. (Slameto, 2003:2).
Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
Perubahan terjadi secara sadar, ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional, sebagai hasil belajar perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, dalam perbuatan belajar perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, perubahan yang
diperoleh melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. (Slameto, 2003:3)
(58)
belajar sebagai berikut : “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. (Ahmadi
1991:121).
Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan
suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan yaitu untuk
memperoleh pengetahuan, pemahaman, penguasaan nilai-nilai atau sikap dan
keterampilan melalui pengalaman-pengalamannya.
Sedangkan tujuan belajar menurut Robert M. Gagne, dalam bukunya Hasibuan dan Moedjiono (2002:5) mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar, sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) untuk pencapaiannya. Kelima macam hasil belajar tersebut adalah :
a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik).
b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti seluasnya-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta kemampuan ini umumnya dikenali dan tidak jarang.
(59)
d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya.
e. Sikap dan menilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.
Menurut EP, Hutabarat (2002:11) menggolongkan hasil belajar sebagai berikut :
a. Pengetahuan, yaitu : dalam bentuk informasi, fakta, gagasan, keyakinan, prosedur hukum, kaidah dan konsep lainnya.
b. Kemampuan, yaitu : dalam bentuk kemampuan untuk menganalisa, memproduksi, mencipta, mengatur, merangkum, membuat generalisasi, berfikiran rasional, dan menyesuaikan diri.
c. Sikap, yaitu : bentuk, apresiasi, minat, pertimbangan, selera.
d. Kebiasaan, yaitu : kebiasaan dan keterampilan dalam menggunakan segala kemampuan.
Melalui penggolongan hasil belajar diatas dapat kita lihat bahwa hasil belajar akan
bisa terlihat melalui pengetahuan, sikap, dan kebiasaan seseorang yang melakukan
belajar tersebut. Dalam mencapai suatu tujan sebagai hasil dari kegiatan belajar
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri orang
yang belajar dan yang berasal dari luar dirinya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut : Faktor dari dalam diri :
a. Kesehatan
b. Intelegensi, faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
(60)
c. Minat dan motivasi, minat yang besar (keinginan yang kuat terhadap sesuatu) merupakan modal besar untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan dorongan diri sendiri, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu.
d. Cara belajar, perlu diperhatikan teknik belajar, pengaturan waktu belajar, ketersediaan tempat serta fasilitas belajar.
Faktor dari luar :
a. Keluarga, situasi keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan orang tua, mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
b. Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instrument pendidikan, lingkungan sekolah, dan rasio guru dan murid perkelas mempengaruhi kegiatan belajar anak.
c. Masyarakat, apabila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anak yang rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.
d. Lingkungan sekitar, bangunan runah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim yang sejuk dapat menunjang proses belajar. (Djaali, 2007:99).
Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini
dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah, yaitu:
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran
PKn misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan
(61)
bidang tersebut.
b. Perhatian dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian
merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan,
pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu.
Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya
dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh
minat terhadap pelajaran pendidikan kewarganegaraan, maka ia berusaha
untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.
c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor
minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang
pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan
pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa
mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya
ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang
(62)
2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Istilah civics atau civics education di Indonesia muncul pada tahun 1957 yang berarti kewarganegaraan. Civics mulai berkembang pada tahun 1962 dan pendidikan kewargaan negara pada tahun 1968 (Civicus, 2005:320). Mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan masuk dalam kurikulum sekolah pada
tahun 1968. Pada tahun 1975, Pendidikan Kewarganegaraan berubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pada tahun 1994, PMP berubah kembali
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
(63)
perilaku kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu, anggota masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman,
serta Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, serta Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk
menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik atau to be good citizenship, yakni warga negara yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial
maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa
kebangsaan dan cinta tanah air. (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004)
Menurut Bunyamin Maftuh dan Sapriya (2005:321) bahwa Pendidikan
(64)
a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang memberikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup
sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political
literacy), kesadaran politik (political awareness), serta kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi
b. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan hukum yang diarahkan untuk
membina siswa sebagai warga negara yng memiliki kesadaran hukum yang
tinggi, menyadari akan hak dan kewajibannya, dan memiliki kepatuhan
terhadap hukum yang tinggi
c. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai (value education) yang
diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral, dan norma yang
dianggap baik oleh bangsa dan negara kepada diri siswa.
2.1.4.2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah sebagai berikut ini.
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu
kewarganegaraan
b. Berpartisipasi dan bertanggungjawab serta bertindak secara cerdas dalam
(65)
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa
lainnya
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Adapun tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan
oleh Kosasih Djahiri (1994, 1995:10) dalam Anomin (2011) bahwa secara umum
tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan
Nasional yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu menusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat
jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara khusus bertujuan untuk membina moral
yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku yang
memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Esa dalam masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan agama, prilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil
dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dan masyarakat yang
(66)
kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat
kepentingan dapat diatasi melalui musyawarah mufakat serta prilaku yang
mendukung upaya untuk mewujudkan upaya untuk mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk membentuk masyarakat
yang memiliki budi pekerti dan selalu berpikir kritis dalam menanggapi isu
kewarganegaraan, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak
secara cerdas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan
demikian akan tercipta karakter masyarakat Indonesia yang baik dan aktif dalam
kehidupan antar bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan
keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan
(67)
2.1.4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Standar nasional dalam ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas Nomor
22 tahun 2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan kesatuan bangsa yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan
negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan, dan jaminan keadilan
b. Norma, hukum dan peraturan yang meliputi tertib dalam kehidupan keluarga,
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan
daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem
hukum dan peradilan nasional, serta hukum dan peradilan internasional
c. Hak asasi manusia yang meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, serta
penghormatan dan perlindungan HAM
d. Kebutuhan warganegara yang meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai
(68)
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan
warga negara
e. Konstitusi negara yang meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan
dasar negara dengan kostitusi
f. Kekuasaan dan politik yang meliputi pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, serta pers dalam masyarakat demokarasi
g. Pancasila yang meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, serta pancasila sebagai
ideologi terbuka
h. Globalisasi yang meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan
(69)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas karena dalam penelitian ini akan
mengujicobakan suatu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran Examples Non
Examples dapat rangka meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII D di SMP Negeri 1 Kedondong. Penelitian
akan di awali dengan observasi tentang gambaran minat belajar siswa, setelah itu
dilaksanakan uji coba pemakaian model pembelajaran Examples Non Examples, dengan
harapan akan ada peningkatan minat belajar siswa. Apabila minat belajar siswa tersebut
belum mengalami kenaikan secara signifikan, maka akan dilaksanakan siklus
berikutnya., peneliti hanya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
sedangkan yang melaksanakan perlakuan atau action ialah guru bidang studi. Peneliti hanya mengamati minat belajar siswa kemudian menganalisisnya.
(70)
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian 3.2.1 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong tahun
pelajaran 2012/2013 sebanyak 40 peserta didik terdiri dari 25 perempuan dan 15
laki-laki. Dengan latar belakang berasal dari ekonomi keluarga hampir 99% menengah
kebawah dan berada di daerah pedesaan. Dan sebagian besar peserta didik yang masuk
ke SMP Negeri 1 Kedondong prestasinya rendah.
3.2.2 Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan penggunaan model pembelajaran Examples
Non Example.
3.3 Operasional Penelitian
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran tipe Examples Non Examples merupakan bagian dari
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen yakni dalam satu
kelompok terdiri dari 3-5 siswa. Proses pembelajaran tipe ini diawali
(71)
melalui Penenempelan gambar di papan tulis. Guru memberi petunjuk
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/
menganalisis gambar. Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok
diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Dan yang terakhir
mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
2. Minat belajar merupakan kecenderungan keinginan, kehendak diri dari
luar individu untuk memberi rangsangan belajar, hal tersebut
berkaitan dengan kebutuhan individu untuk memenuhi rasa keingin
tahuannya melalui proses pembelajaran.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat siklus dan terdiri dari
empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Menurut Stephen
Kemmis dan Robbin Mc.Taggart dalam Arikunto (2006:16) yang ada pada setiap siklus,
yaitu
(a) planing,
(72)
(c) observasing
(d) reflecting
Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 3 siklus, setiap siklus terdiri dari suatu
kompetensi dasar yang terdiri dari 3 kali pertemuan, dan setiap satu kompetensi dasar
selesai akan diadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada
materi pokok tersebut serta dilakukan observasi untuk melihat minat belajar siswa
dalam pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran type Examples Non Examples Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedondong.
Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam pebelitian ini dapat digambarkan sebagai
(73)
Gambar 3.1 Diagram Pelaksanaan PTK Dari Kemmis dan Taggart
Penjabaran bagan adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
SIKLUS II
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS III
Pengamatan Refleksi
(74)
a. Identifikasi permasalahan pada kondisi awal melalui pengamatan,
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan identifikasi permasalahan tindakan
pada setiap siklusnya menggunakan lembar pengamatan minat belajar siswa
serta lembar penilaian rencana dan pelaksanaan pembelajaran.
b. Membuat rencana pembelajaran yang akan diterapkan di kelas
c. Membuat skenario pembelajaran dengan model pembelajaran Examples Non
Examples
d. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
e. Mempersiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui peningkatan minat
belajar siswa.
f. Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan a. Persiapan Pembelajaran
1) Identifikasi materi pembelajaran
2) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP
4) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.
(75)
orang siswa (ideal pembagian kelompok adalah 2-3 siswa/ kelompok,
namun dalam penelitian ini dibuat 5 siswa/ kelompok mengingat jumlah
siswa yang banyak dan waktu pelaksanaan yang tebatas).
b. Kegiatan inti pembelajaran
1) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan/ menganalisis gambar.
2) Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
3) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
4) Guru memperhatikan kemampuan pemahaman siswa terhadap masalah
yang akan didiskusikan.
5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau
mengemukakan pendapat.
6) Setelah masing-masing kelompok menemukan suatu kesimpulan, maka
guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan dan
selanjutnya secara bergiliran..
7) Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi atau bertanya.
(1)
proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklusnya, untuk mengetahui minat belajar belajar siswa tidak sesuai pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan mengamati hasil tes dan observasi serta menetukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data yang bersumber dari guru berupa pelaksanaan penerapan model Examples Non Examples Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
(2)
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
2. Data yang bersumber dari siswa berupa penilaian minat belajar siswa. Adapun penilaian minat belajar siswa bersumber pada Pengkatagorian minat belajar siswa:
1. Perhatian terhadap penjelasan guru. 2. Keantusiasan mengerjakan tugas. 3. Mengajukan pertanyaan
4. Menjawab pertanyaan/mengemukakan pendapat 5. Hubungan kerjasama antar siswa.dalam diskusi 6. Memperhatikan penjelasan kelompok lain 7. Mencatat hal-hal penting
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Salah satu cara untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang
(3)
nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi
Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan skenario model pembelajaran yang telah dipersiapkan. Untuk lembar pengamatan pelaksanaan model pembelajaran Examples Non Examples adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kisi–kisi observasi aktivitas guru
NO Jenis Aktifitas Skor
1 2 3 4 5
A. Pendahuluan 1 Membuka Pelajaran
2 Menumbuhkan motivasi belajar B. Kegiatan Inti
3 Penguasaan materi
4 kesesuaian gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/ materi
5 Membimbing siswa dalam
memperhatikan/ menganalisis gambar 6 Membimbing siswa dalam
Menyampaikan hasil analisisnya
7 Membimbing siswa dalam tanya jawab 8 Membimbing siswa untuk
menyampaikan ide-ide
9 Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan hasil diskusi
10 kesesuaian materi dengan tujuan yang ingin dicapai
C. Penutup
11 Bersama siswa membuat rangkuman 12 Melaksanakan Pos tes/unpan balik 13 Mengakhiri Pelajaran
JUMLAH
Presentasi kerja guru Kategori kerja guru
(4)
Keterangan :
1. Sangat tidak aktif 2. Tidak aktif 3. Kurang aktif
4. Aktif 5. Sangat aktif
Data minat belajar siswa yang sesuai dengan pembelajaran adalah data primer (data yang berasal dari subyek) yang digunakan untuk menilai minat belajar yang sesuai dengan pembelajaran. Kisi-kisi observasi minat siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Minat Belajar Siswa NO NAMA PESERTA
DIDIK
Aspek yang Diamati Skor
A B C D E F G
Keterangan:
Pengkatagorian minat belajar siswa: A. Perhatian terhadap penjelasan guru. B. Keantusiasan mengerjakan tugas. C. Mengajukan pertanyaan
D. Menjawab pertanyaan/mengemukakan pendapat E. Hubungan kerjasama antar siswa.dalam diskusi F. Memperhatikan penjelasan kelompok lain G. Mencatat hal-hal penting
Skor:
5 adalah minat belajar siswa sangat baik 4 adalah minat belajar siswa baik
(5)
2 adalah minat belajar siswa kurang 1 adalah minat belajar siswa kurang sekali
2. Dokumentasi
Teknik dekomentasi digunakan untuk mendapatkan data-data primer yang berupa data jumlah siswa, foto aktifitas pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar penilaian.
3.7 Teknik Analisa Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh maka peneliti akan menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari data aktivitas siswa, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam hal ini, data kualitatif menggunakan metode focus group discussion, dimana setiap kelompok diberi pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diberikan.
Setiap siswa diamati minatnya secara klaksikal dalam setiap pertemuan dangan memberi skor pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator siswa dikatakan aktif jika lebih dari atau sama dengan 75% frekuensi yang ditetapkan per-indikator dilakukan siswa. Setelah selesai diobservasi dihitung minat yang dimiliki siswa, lalu dipresentasikan.
(6)
Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan siswa dengan menggunakan rumus
F
P = --- X 100% N
Keterangan: P : Angka persentase F Frekuensi minat siswa
N : Jumlah individu (Sudijono: 1996)
1. 81 - 100% adalah minat siswa sangat baik 2. 61 - 80% adalah minat siswa baik
3. 41 - 60% adalah minat siswa cukup 4. 21 - 40% adalah minat siswa kurang 5. 0 - 20% adalah minat siswa kurang sekali
3.8 Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan minat belajar siswa (on task) dimana 75% dari seluruh siswa mencapai indikator yang ditentukan.