Pengaruh Penerapan Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) Terhadap Laba Usaha Home Industry Al-Barokah

(1)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Laba

Farland (1985:63) mengatakan bahwa laba merupakan “selisih antara pendapatan yang diperoleh dari kesemua sumber-sumber baik sumber operating maupun non operating suatu perusahaan terhadap kesuluruhan biaya-biaya dan kerugian-kerugian yang terjadi pada suatu periode atau tahun buku”. Jadi dapat disimpulkan bahwa selain kelebihan atas pendapatan dan biaya jika dilihat dari sumber operating, laba bisa juga diartikan sebagai kenaikan aset/ekuitas yang berasal dari transaksi ekuitas sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik jika dilihat dari sisi non operating. Sebagai contoh yaitu laba yang diperoleh atas penjualan aset tetap. Selisih antara harga pasar wajar (fair value) dan nilai buku (book value) merupakan laba apabila harga pasar yang didapatkan lebih tinggi daripada nilai buku yang tersisa dari aset tetap tersebut.

Di dalam akuntansi, akun laba terletak di sisi kredit. Di dalam laporan keuangan, akun laba terletak di dalam laporan laba rugi dimana di dalam laporan laba rugi terdiri atas pendapatan dan biaya. Setiap kenaikan laba akan mempengaruhi ekuitas pemilik. Seperti yang dijelaskan Warren, et al, (2005:67) bahwa “transaksi yang meningkatkan pendapatan akan memperbesar ekuitas


(2)

13 pemilik. Sebagaimana peningkatan pemilik dicatat pada sisi kredit, peningkatan pendapatan dicatat dengan cara yang sama”. Walaupun kutipan tersebut menjelaskan bahwa peningkatan pendapatan yang dapat menaikkan ekuitas pemilik, tetapi peningkatan pendapatan secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan laba, maka peningkatan laba juga dapat menaikkan ekuitas pemilik.

Berdasarkan uraian di atas maka laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, dimana untuk mengukur tingkat profitabilitasnya peneliti memilih untuk menggunakan rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) atau dapat disingkat dengan NPM. David (2011:212) mengatakan bahwa “marjin laba bersih dapat diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan penjualan”. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

NPM =

Rasio marjin laba bersih merupakan salah satu jenis dari rasio profitabilitas. David (2011:209) mengatakan bahwa “rasio profitabilitas (profitability ratio) digunakan untuk mengukur keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan oleh pengembalian (return) yang diperoleh dari penjualan dan investrasi”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen berperan penting dalam mencetak laba dan mengecilkan biaya-biayanya. Semakin besar tingakat rasionya, maka perusahaan semakin dipercaya oleh para investor dalam pengembalian investasi yang mereka tenamkan di dalam perusahaan tersebut.


(3)

14 Besar atau tidaknya suatu rasio profit margin ditentukan oleh beberapa faktor seperti yang diungkapkan Riyanto (1993:37) bahwa

besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expense). Dengan jumlah operating expense tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk memperbesar atau memperkecil rasio profit margin dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu dengan jumlah sales atau dengan operating expense. Apabila ingin memperbesar rasio profit margin, maka jumlah penjualan harus ditingkatkan atau dengan mengecilkan biaya operasional atau dengan menggunakan kedua duanya dengan meningkatkan jumlah penjualan dan mengecilkan biaya operasional secara bersama-sama.

2.1.2. Analisis Rantai Nilai

Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) menurut Blocher dkk (2011:63) merupakan “alat analisis strategi yang digunakan untuk lebih memahami keunggulan kompetitif perusahaan, mengidentifikasi di mana nilai bagi pelanggan dapat ditingkatkan atau biaya dapat diturunkan, dan lebih memahami hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan lainnya dalam industri yang sama”. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis rantai nilai digunakan untuk lebih memahami keunggulan kompetitif perusahaan seperti kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan dan pasar yang berubah-ubah, mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan seperti


(4)

15 strategi yang digunakan dalam mengungguli para pesaingnya, juga dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku hingga ke pelanggan akhir, lebih memahami hubungan antara perusahaan dengan pemasok, pelanggan, bahkan para pesaing dari perusahaan lain dalam industri yang sama maupun yang tidak.

Menurut Wisdaningrum (2013:7) analisis rantai nilai adalah

analisis aktifitas-aktifitas yang menghasilkan nilai, baik yang berada dari dalam dan luar perusahaan. Konsep value chain memberikan perspektif letak perusahaan dalam rantai nilai industri. Analisis value chain membantu perusahaan untuk memahami rantai nilai yang membentuk produk tersebut. Nilai yang berawal dari bahan mentah sampai dengan penanganan produk setelah dijual kepada konsumen.

Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis rantai nilai digunakan sebagai alat dalam membantu memahami rantai perusahaan yang dapat memberikan nilai. Arti nilai di dalam rantai nilai merupakan apa saja yang dapat membentuk suatu produk hingga produk tersebut sampai kepada konsumen akhir. Maka dapat disimpulkan bahwa analisis rantai nilai hanya mengidentifikasi aktifitas perusahaan yang dapat memberikan nilai. Apabila aktifitas tersebut tidak memberikan nilai, maka aktifitas tersebut tidak memiliki nilai dan harus dihapus.

Analisis rantai nilai dilakukan dengan cara mengidentifikasi hubungan eksternal dan internal di sepanjang rantai nilai perusahaan seperti yang dijelaskan oleh Hansen (2000:373) bahwa “analisis rantai nilai mengidentifikasi hubungan internal dan eksternal yang dihasilkan dalam pencapaian perusahaan baik kepemimpinan biaya atau strategi differensiasi (manapun yang ditentukan akan membentuk keunggulan bersaing yang dapat bertahan)”. Tetapi sebelum


(5)

16 perusahaan mengidentifikasi hubungan eksternal dan internalnya untuk melakukan analisis rantai nilainya, maka perusahaan harus memilih terlebih dahulu keunggulan bersaingnya, baik itu strategi kepemimpinan biaya maupun strategi differensiasi. Terlepas dari kompleksitas analisis rantai nilai, David (2011:227) menyatakan bahwa

langkah awal untuk menerapkan prosedur analisis rantai nilai ini adalah dengan membagi operasi suatu perusahaan ke dalam berbagai aktivitas atau proses bisnis yang spesifik. Kemudian analis berusaha untuk mengenakan biaya pada setiap aktivitas, dan biaya tersebut bisa dalam bentuk waktu dan uang. Terakhir analis mengubah data biaya itu menjadi informasi dengan mencari kekuatan dan kelemahan biaya kompetitif yang mungkin akan menghasilkan keunggulan ataupun kelemahan kompetitif.

Langkah awal dalam menerapkan proses rantai nilai adalah perusahaan harus membagi aktivitas perusahaan ke dalam beberapa bagian, kemudian perusahaan memilih proses bisnis yang spesifik. Selanjutnya analis membuat informasi berupa data-data biaya pada proses bisnis yang spesifik tersebut. Kemudian proses bisnis tersebut dianalisis sehingga diperoleh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh proses bisnis. Berikut ini merupakan contoh rantai nilai perusahaan.

Gambar 2.1 Rantai Nilai Perusahaan

Input Proses

Bisnis

Produk atau Jasa

Nilai Pelanggan


(6)

17 Gambar 2.1 menjelaskan bahwa rantai nilai perusahaan dimulai dari input dimana input dari sebuah produk adalah bahan baku, kemudian rantai berikutnya adalah proses bisnis dan produk yang berkaitan dengan bagaimana cara mendesain produk agar dapat mengecilkan biaya, dan yang terakhir yaitu rantai nilai pelanggan dimana rantai nilai tersebut berkaitan dengan penjualan produk. Rantai nilai diklasifikasikan menjadi dua yaitu rantai nilai eksternal dan rantai nilai internal, sehingga analisis rantai nilai tidak terlepas dari hubungan/keterkaitan eksternal maupun internal. Dimana keterkaitan tersebut akan diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dimanfaatkan. Pada keterkaitan internal, Hansen (2000:373) menjelaskan bahwa

manajemen biaya stratejik yang baik mengharuskan pertimbangan bagian hubungan internal dari rantai nilai dimana perusahaan berpartisipasi (disebut rantai nilai internal). Kegiatan sebelum dan sesudah produksi harus diidentifikasi dan hubungannya harus dikenali dan dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan internal berarti bahwa hubungan antara kegiatan dinilai dan digunakan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan nilai

Jadi dapat disimpulkan bahwa rantai nilai internal berkaitan dengan proses produksi baik sebelum produksi maupun setelah produksi diidentifikasi kemudian dimanfaatkan. Adapun pemanfaatan sebelum proses produksi yaitu dengan cara mendesain suatu produk yang kemudian bagaimana cara mendesain produk tersebut akan mempengaruhi biaya produksi. Jika dimisalkan seorang pembuat desain mengetahui bahwa ada komponen yang tidak perlu dipakai setelah ia mendesain ulang produk tersebut, semakin sedikit jumlah komponen maka biaya produksi akan semakin berkurang. Pengurangan komponen akan mempengaruhi biaya dalam proses produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, hingga biaya yang digunakan untuk perakitan. Akibatnya pemanfaatan


(7)

18 setelah proses produksi pun pun akan terjadi seperti dengan lebih sedikit komponen yang digunakan, maka semakin sedikit tingkat kesalahan pada produk sehingga biaya yang berkaitan dengan garansi akan semakin sedikit.

Pada keterkaitan eksternal Hansen (2000:376) menjelaskan bahwa

sistem rantai nilai juga mencakup kegiatan rantai-nilai yang dilakukan oleh pemasok dan pembeli. Perusahaan tidak dapat mengabaikan interaksi antara kegiatan rantai-nilainya dengan rantai nilai dari pemasok dan pembelinya. Hubungan dengan kegiatan eksternal pada perusahaan dapat pula dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan eksternal berarti mengelola hubungan ini sehingga baik perusahaan maupun pihak eksternal menerima peningkatan manfaat.

Analisis keterkaitan eksternal harus menggunakan pemanfaatan hubungan dengan pemasok dan pembeli. Pemasok dan pembeli keduanya memiliki peranan yang penting. Pemanfaatan hubungan kepada pemasok dapat dilakukan dengan cara menetapkan komitmen dengan kontrak jangka panjang dengan syarat bahan baku yang dikirim tidak boleh mengalami kerusakan. Begitu juga dengan pelanggan. Pemanfaatan hubungan dengan pelanggan dapat dilakukan dengan cara mendiferensiasi pelayanan. Sebagai contoh sebuah perusahaan menawarkan jasa antar tidak berbayar kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang besar. Di satu sisi pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan penjual sehingga pelanggan akan mempertimbangkan untuk membeli ke perusahaan yang sama di masa yang akan datang. Di sisi lain meskipun perusahaan perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk mengantar barang, tetapi dengan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan diharapkan dapat meningkatkan penjualan di masa yang akan datang.


(8)

19 2.1.3. Keterkaitan Eksternal (Supplier)

Perusahaan pada umumnya membutuhkan bahan baku untuk melakukan proses produksinya. Untuk memasok bahan baku tersebut perusahaan membutuhkan pihak lain untuk memenuhinya. Pihak yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan akan bahan baku tersebut dinamakan supplier (pemasok bahan baku). Proses produksi tidak akan berjalan apabila pemenuhan kebutuhan akan bahan baku tidak terpenuhi. Oleh karena itu, kinerja perusahaan sebagian bergantung pada kemampuan pemasok untuk mengantarkan bahan baku sesuai jadwal.

Di dalam analisis rantai nilai, supplier merupakan salah satu keterkaitan eksternal dari rantai nilai yang dapat dimanfaatkan seperti yang dijelaskan oleh Hansen (2000:376) bahwa “sistem rantai nilai juga mencakup kegiatan rantai nilai yang dilakukan oleh pemasok dan pembeli. Hubungan dengan kegiatan eksternal pada perusahaan dapat pula dimanfaatkan”. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemanfaatan hubungan eksternal (supplier) dapat dilakukan dengan cara menetapkan komitmen dengan kontrak jangka panjang dengan syarat bahan baku yang dikirim tidak boleh mengalami kerusakan guna memperbaiki mutu produk. Konsekuensinya adalah supplier akan memberikan dampak yang besar bagi perusahaan. Apabila sewaktu waktu supplier tidak melakukan pemasokan bahan baku sesuai kontrak, maka aktivitas produksi akan terganggu.


(9)

20 2.1.4. Keterkaitan Eksternal (Pelanggan)

Selain supplier, pelanggan juga merupakan pihak eksternal yang sangat berperan penting dalam proses bisnis. Di dalam analisis rantai nilai, pelanggan merupakan salah satu keterkaitan eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan selain pemasok. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemanfaatan hubungan dengan pelanggan dapat dilakukan dengan cara mendiferensiasi pelayanan. Dalam penelitian ini, peneliti memberi contoh bahwa perusahaan dimisalkan menawarkan jasa antar tidak berbayar kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang besar. Di satu sisi pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan penjual sehingga pelanggan akan mempertimbangkan untuk membeli ke perusahaan yang sama di masa yang akan datang. Di sisi lain meskipun perusahaan perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk mengantar barang, tetapi dengan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan diharapkan dapat meningkatkan penjualan di masa yang akan datang.

Madura (2007:24) mengatakan bahwa “untuk menarik pelanggan, suatu perusahaan harus menyediakan produk atau jasa yang diinginkan dengan harga yang wajar. Perusahaan juga harus memastikan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan memiliki kualitas yang memadai sehingga pelanggan puas”. Mendiferensiasi pelayanan saja tidaklah cukup, maka untuk dapat menarik pelanggan, harga yang wajar juga memiliki peran penting. Jika perusahaan ingin melakukan pemanfaatan keterkaitan eksternal pada pelanggan, maka kedua poin tersebut harus diperhatikan selama melakukan analisis.


(10)

21 Dalam penelitian ini pelanggan yang dimaksud bukanlah merupakan konsumen akhir, melainkan adalah agen yang nantinya akan menjual produk ke konsumen akhir. Meskipun konsumen akhir dengan agen sama-sama merupakan pelanggan bagi perusahaan, tetapi keduanya juga memiliki perbedaan. Adapaun perbedaaan dari keduanya adalah apabila konsumen akhir membeli produk dalam jumlah yang sedikit dan dengan harga yang relatif lebih mahal, maka sebaliknya agen akan membeli produk dalam jumlah yang besar dan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan konsumen akhir.

2.1.5. Keterkaitan Internal (Proses Produksi)

Proses produksi merupakan proses yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual. Garrison dkk (2013:26) mengatakan bahwa “sebagian besar perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori besar: bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labour), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead)”.

Di dalam analisis rantai nilai, pemanfaatan hubungan internal sangat diperlukan seperti yang dijelaskan oleh Hansen (2000:373) bahwa “kegiatan sebelum dan sesudah produksi harus diidentifikasi dan hubungannya harus dikenali dan dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan internal berarti bahwa hubungan antara kegiatan dinilai dan digunakan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan nilai”. Dimana pemanfaatan internal yang dilakukan adalah dengan mengiidentifikasi proses produksi. Mengidentifikasi proses produksi berarti mengidentifikasi produk guna mengurangi biaya produksi yang terdiri dari bahan


(11)

22 langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, serta meningkatkan nilai produk. Berikut merupakan gambar kegiatan rantai nilai proses produksi.

Gambar 2.2 Rantai Nilai Proses Produksi

Seperti pada penjelasan sebelumnya, contoh pemanfaatan keterkaitan internal di dalam proses produksi dapat dimisalkan yaitu dengan cara mendesain suatu produk. Di dalam suatu produk, biaya yang berkaitan dengan produk adalah biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Bagaimana suatu produk didesain tentu akan mempengaruhi ketiga komponen tersebut. Jika dimisalkan seorang pembuat desain mengetahui bahwa ada komponen yang tidak perlu dipakai setelah ia mendesain ulang produk tersebut, semakin sedikit jumlah komponen maka biaya produksi akan semakin berkurang. Pengurangan komponen akan mempengaruhi biaya dalam proses produksi seperti


(12)

23 biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, hingga biaya yang digunakan untuk perakitan.

2.6. Penelitian Terdahulu

Di penelitian terdahulu akan diuraikan mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel yang mempengaruhi laba usaha.

Pada penelitian Mesriani Haloho (2006) yaitu Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Kualitas terhadap Laba pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Kuala Tanjung Asahan menerangkan bahwa variabel biaya produksi dan biaya kualitas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM). Tetapi secara parsial biaya produksi memiliki pengaruh yang negatif terhadap laba perusahaan. Artinya setiap kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan turunnya laba perusahaan. Biaya kualitas mempunyai pengaruh yang positif terhadap laba yaitu apabila setiap peningkatan biaya kualitas maka laba perusahaan akan meningkat juga. Secara keseluruhan Mesriani Haloho (2006) menyimpulkan bahwa biaya-biaya akan berpengaruh positif pada jangka waktu yang lama, dan akan menunjukkan pengaruh yang negatif pada periode berjalan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data secara skunder dan primer. Data skunder diperoleh dari laporan keuangan yang dimiliki oleh


(13)

24 perusahaan. Data primer diperoleh dari melalui hasil penyebaran kuisioner dan melakukan wawancara.

Pada penelitian Surya Wulan Dani (2006) yaitu tentang Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih Terhadap Laba Kotor pada PDAM Tirtanadi menjelaskan bahwa variabel biaya sumber air bersih dan biaya pengolahan air bersih berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba kotor PDAM Tirtanadi. Artinya setiap kenaikan biaya sumber air bersih dan biaya pengolahan air bersih akan mengakibatkan turunnya laba kotor perusahaan. Sedangkan penjualan air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor. Artinya setiap peningkatan Penjualan air bersih maka laba kotor perusahaan akan meningkat juga. Secara kesuluruhan pengujian hipotesis pada penelitian menolak H0 yang berarti menerima Ha dimana variabel biaya sumber air bersih,

variabel biaya pengolahan air bersih dan variabel penjualan air bersih secara bersama-sama berpegaruh signifikan terhadap laba kotor. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data skunder yaitu berupa laporan keuangan dari perusahaan tersebut.

Pada penelitian Kumala Vera Dewi (2010) yaitu tentang Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan menjelaskan bahwa secara simultan variabel biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba. Secara parsial biaya produksi yang terdiri dari efisiensi tenaga kerja langsung dan biaya


(14)

25 pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Dimana Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kebun yang menghasilkan komoditas kelapa sawit dan yang memiliki laporan biaya produksi yang lengkap pada PTPN III (Persero) Medan. Sampel pada penelitian ini menggunakan metode sensus dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Pada penelitian Pinasih (2005), yaitu tentang Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung terhadap Rasio Profit Margin (Studi Kasus PT. Jaya Indah Furniture) secara simultan efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi tenaga kerja langsung secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin. Secara parsial, variabel efisiensi biaya bahan baku berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin dan variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung juga berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin. Jenis data yang dipakai dalam penelitian Pinasih (2005) ini menggunakan data sekunder. Adapun jumlah populasi yang digunakan oleh penelitian Pinasih (2005) ini adalah jumlah pesanan yaitu sejumlah 100 pesanan pada PT. Jaya Indah Furniture Kabupaten Jepara yaitu pada rentang tahun 2002-2004. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian Pinasih (2005) ini adalah dengan menggunakan rumus slovin yaitu dengan membagi populasi dengan konstanta ditambah dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian.


(15)

26 Tabel 2.1 Review Penelitian terdahulu

Peneliti

Terdahulu Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Mesriani Haloho (2006) Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Kualitas terhadap Laba pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Kuala Tanjung Asahan Variabel Independen: Biaya Produksi, Biaya Kualitas Variabel Dependen: Laba Biaya Produksi memiliki pengaruh yang negatif terhadap laba perusahaan atau dengan kata lain mengakibatkan turunnya laba perusahaan. Biaya kualitas mempunyai pengaruh yang positif atau dengan kata lain mengakibatkan meningkatnya laba perusahaan. Surya Wulan Dani(2006) Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih Terhadap Laba Kotor pada PDAM Tirtanadi

Variabel Independen: Biaya Sumber Air Bersih, Biaya Pengolahan Air Bersih, Penjualan Air Bersih Variabel Dependen: Laba Kotor

Variabel biaya sumber air bersih dan biaya pengolahan air bersih berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba kotor. Variabel penjualan air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor.


(16)

27 Peneliti

Terdahulu Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Kumala Vera Dewi (2010) Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Variabel Independen: Biaya Tenaga Kerja

Langsung, biaya overhead

Variabel Dependen: Laba Bersih

Secara simultan

variabel biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba. Secara parsial biaya produksi yang terdiri dari efisiensi tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba. Pinasih (2005) Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Rasio Profit Margin. (Studi Kasus PT. Jaya Indah Furniture)

Variabel Independen: Efisiensi Biaya Bahan

Baku, Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Variabel Dependen: Rasio Profit Margin

Secara parsial, efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin.


(17)

28 2.7. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan pustaka dan rumusan masalah pada penelitian ini, peneliti mengidentifikasi tiga variabel independen yaitu keterkaitan eksternal (supplier) (X1), keterkaitan eksternal (pelanggan) (X2), dan keterkaitan internal (proses produksi) (X3) yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap laba usaha pada variabel dependen (Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Pada gambar 2.3 secara parsial variabel keterkaitan eksternal (supplier) (X1) berpengaruh terhadap laba usaha (Y). Perusahaan melakukan analisis rantai nilai supplier dengan melakukan pemanfaatan hubungan perusahaan dengan

Keterkaitan Eksternal (Supplier) (X1)

Keterkaitan Eksternal (Pelanggan) (X2)

Keterkaitan Internal (Proses Produksi) (X3)


(18)

29

supplier dalam perolehan biaya bahan baku sehingga diharapkan dapat

meningkatkan laba. Gambar di atas juga menggambarkan bahwa secara parsial variabel keterkaitan eksternal (pelanggan) (X2) berpengaruh terhadap laba usaha (Y). Adapun yang menyebabkan variabel keterkaitan eksternal (pelanggan) (X2) berpengaruh terhadap laba usaha (Y) adalah dengan melakukan pemanfaatan hubungan perusahaan dengan pelanggan dalam perolehan harga jual produk sehingga diharapkan dapat meningkatkan laba. Kemudian pada gambar di atas juga menggambarkan bahwa secara parsial variabel keterkaitan internal (proses produksi) (X3) berpengaruh terhadap laba usaha (Y). Adapun yang menyebabkan variabel tersebut berpengaruh terhadap laba adalah bagaimana cara produk didesain. Semakin sedikit komponen produk yang didesain, maka biaya produksi akan semakin rendah, sehingga peningkatan laba akan terjadi.

Secara simultan, gambar kerangka konseptual menggambarkan bahwa variabel keterkaitan eksternal (supplier) (X1), variabel keterkaitan eksternal (pelanggan) (X2), dan variabel keterkaitan internal (proses produksi) (X3) secara bersama-sama mempengaruhi laba usaha (Y).

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dari hasil penelitian terdahulu, serta kerangka konseptual tentang pengaruh Penerapan Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) terhadap Laba Usaha Home Industry Al-Barokah maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:


(19)

30 1. Penerapan analisis rantai nilai (value chain analysis) pada keterkaitan

eksternal (supplier) berpengaruh terhadap laba usaha.

2. Penerapan analisis rantai nilai (value chain Analysis) pada keterkaitan eksternal (pelanggan) berpengaruh terhadap laba usaha.

3. Penerapan analisis rantai nilai (value chain analysis) pada keterkaitan internal (proses produksi) berpengaruh terhadap laba usaha.

4. Penerapan analisis rantai nilai (value chain analysis) pada keterkaitan eksternal (supplier), keterkaitan eksternal (pelanggan), dan keterkaitan internal (proses produksi) berpengaruh terhadap laba usaha.


(1)

25 pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Dimana Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kebun yang menghasilkan komoditas kelapa sawit dan yang memiliki laporan biaya produksi yang lengkap pada PTPN III (Persero) Medan. Sampel pada penelitian ini menggunakan metode sensus dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Pada penelitian Pinasih (2005), yaitu tentang Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung terhadap Rasio Profit Margin (Studi Kasus PT. Jaya Indah Furniture) secara simultan efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi tenaga kerja langsung secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin. Secara parsial, variabel efisiensi biaya bahan baku berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin dan variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung juga berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin. Jenis data yang dipakai dalam penelitian Pinasih (2005) ini menggunakan data sekunder. Adapun jumlah populasi yang digunakan oleh penelitian Pinasih (2005) ini adalah jumlah pesanan yaitu sejumlah 100 pesanan pada PT. Jaya Indah Furniture Kabupaten Jepara yaitu pada rentang tahun 2002-2004. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian Pinasih (2005) ini adalah dengan menggunakan rumus slovin yaitu dengan membagi populasi dengan konstanta ditambah dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian.


(2)

26 Tabel 2.1 Review Penelitian terdahulu

Peneliti

Terdahulu Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Mesriani Haloho (2006) Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Kualitas terhadap Laba pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Kuala Tanjung Asahan Variabel Independen: Biaya Produksi, Biaya Kualitas Variabel Dependen: Laba Biaya Produksi memiliki pengaruh yang negatif terhadap laba perusahaan atau dengan kata lain mengakibatkan turunnya laba perusahaan. Biaya kualitas mempunyai pengaruh yang positif atau dengan kata lain mengakibatkan meningkatnya laba perusahaan. Surya Wulan Dani(2006) Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih Terhadap Laba Kotor pada PDAM Tirtanadi

Variabel Independen: Biaya Sumber Air Bersih, Biaya Pengolahan Air Bersih, Penjualan Air Bersih Variabel Dependen: Laba Kotor

Variabel biaya sumber air bersih dan biaya pengolahan air bersih berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba kotor. Variabel penjualan air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor.


(3)

27 Peneliti

Terdahulu Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Kumala Vera Dewi (2010) Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Variabel Independen: Biaya Tenaga Kerja

Langsung, biaya overhead

Variabel Dependen: Laba Bersih

Secara simultan

variabel biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba. Secara parsial biaya produksi yang terdiri dari efisiensi tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba. Pinasih (2005) Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Rasio Profit Margin. (Studi Kasus PT. Jaya Indah Furniture)

Variabel Independen: Efisiensi Biaya Bahan

Baku, Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Variabel Dependen: Rasio Profit Margin

Secara parsial, efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin.


(4)

28

2.7. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan pustaka dan rumusan masalah pada penelitian ini, peneliti mengidentifikasi tiga variabel independen yaitu keterkaitan eksternal (supplier) (X1), keterkaitan eksternal (pelanggan) (X2), dan keterkaitan internal (proses produksi) (X3) yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap laba usaha pada variabel dependen (Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Pada gambar 2.3 secara parsial variabel keterkaitan eksternal (supplier) (X1) berpengaruh terhadap laba usaha (Y). Perusahaan melakukan analisis rantai nilai supplier dengan melakukan pemanfaatan hubungan perusahaan dengan

Keterkaitan Eksternal (Supplier) (X1)

Keterkaitan Eksternal (Pelanggan) (X2)

Keterkaitan Internal (Proses Produksi) (X3)


(5)

29 supplier dalam perolehan biaya bahan baku sehingga diharapkan dapat meningkatkan laba. Gambar di atas juga menggambarkan bahwa secara parsial variabel keterkaitan eksternal (pelanggan) (X2) berpengaruh terhadap laba usaha (Y). Adapun yang menyebabkan variabel keterkaitan eksternal (pelanggan) (X2) berpengaruh terhadap laba usaha (Y) adalah dengan melakukan pemanfaatan hubungan perusahaan dengan pelanggan dalam perolehan harga jual produk sehingga diharapkan dapat meningkatkan laba. Kemudian pada gambar di atas juga menggambarkan bahwa secara parsial variabel keterkaitan internal (proses produksi) (X3) berpengaruh terhadap laba usaha (Y). Adapun yang menyebabkan variabel tersebut berpengaruh terhadap laba adalah bagaimana cara produk didesain. Semakin sedikit komponen produk yang didesain, maka biaya produksi akan semakin rendah, sehingga peningkatan laba akan terjadi.

Secara simultan, gambar kerangka konseptual menggambarkan bahwa variabel keterkaitan eksternal (supplier) (X1), variabel keterkaitan eksternal (pelanggan) (X2), dan variabel keterkaitan internal (proses produksi) (X3) secara bersama-sama mempengaruhi laba usaha (Y).

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dari hasil penelitian terdahulu, serta kerangka konseptual tentang pengaruh Penerapan Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) terhadap Laba Usaha Home Industry Al-Barokah maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:


(6)

30 1. Penerapan analisis rantai nilai (value chain analysis) pada keterkaitan

eksternal (supplier) berpengaruh terhadap laba usaha.

2. Penerapan analisis rantai nilai (value chain Analysis) pada keterkaitan eksternal (pelanggan) berpengaruh terhadap laba usaha.

3. Penerapan analisis rantai nilai (value chain analysis) pada keterkaitan internal (proses produksi) berpengaruh terhadap laba usaha.

4. Penerapan analisis rantai nilai (value chain analysis) pada keterkaitan eksternal (supplier), keterkaitan eksternal (pelanggan), dan keterkaitan internal (proses produksi) berpengaruh terhadap laba usaha.