ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Manajemen Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan yang diharapkan tidak terlepas dari adanya proses manajemen. Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri atas kegiatan – kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran – sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain. Dalam manajemen perusahaan untuk mengelola keuangan dan membiayai kegiatan operasional perusahaan maka diperlukan adanya manajemen keuangan.

Menurut Sutrisno (2012:3) mengatakan manajemen keuangan adalah:

“Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien”

Menurut Sartono (2008:6) mengemukakan bahwa manajemen keuangan adalah:

“Manajemen dana yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”. Selanjutnya, menurut Horne dan Wachowicz (2012:2) yang diterjemahkan oleh Mubarakah manajemen keuangan adalah :


(2)

“Manajemen Keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset yang didasari beberapa tujuan umum”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh perusahaan agar dapat diketahui bagaimana keadaan keuangan perusahaan, baik mengenai keputusan investasi perusahaan, keputusan pendanaan perusahaan, maupun aktiva perusahaan.

2.1.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi utama manajemen keuangan terdiri dari tiga komponen utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan. Menurut Sutrisno (2012:5) tiga komponen tersebut adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen.

1. Keputusan Investasi

Masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan dating. Keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut didapatkan secara tidak pasti maka dari itu mengandung risiko.

2. Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisa pasiva perusahaan, dengan melihat pinjaman jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan perbandingannya disebut struktur modal. Dalam keputusan pendanaan baik struktri modal maupun struktur financial.

3. Keputusan Dividen

Dividen bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan


(3)

dalam menentukan proporsi yang akan disimpan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perusahaan.

2.1.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam melakukan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Untuk dapat mengambil keputusan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang dapat membantu tercapainya tujuan tersebut . Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (Pemegang saham).

Menurut Horne dan Wachowicz (2012:4) mengenai tujuan keuangan adalah sama dengan tujuan perusahaa , yaitu:

“Memaksimalkan kesejahteraan para pemilik perusahaan yang ada saat ini”.

Menurut Sutrisno (2009:4) mengatakan bahwa:

“Tujuan dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham.”

Menurut Martono & Agus (2010:13) ada beberapa tujuan manajemen keuangan, diantaranya:

1. Manajemen keuangan merupakan manajemen fungsi keuangan yang terdiri atas keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan keputusan pengelolaan aset.

2. Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan.


(4)

3. Harga saham perusahaan merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset.

Jadi , dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan manager keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan dan guna memaksimalkan nilai perusahaan.

2.1.2 Laporan Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada hakikatnya merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu yang menggambarkan kinerja perusahaan berisi data keuangan yang digunakan oleh pihak manajemen, investor, kreditur dan pihak luar perusahaan yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Kasmir (2012:7) laporan keuangan adalah

“Laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”.

Menurut Sutrisno (2009:9) menyatakan laporan keuangan adalah:

“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni laporan neraca dan laporan rugi laba.”

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2012:22) laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan informasi mengenai kondisi keuangan pada periode tertentu yang menjadi gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan. Dengan melihat laporan keuangan


(5)

akan diketahui suatu informasi yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2.1.2.2 Tujuan dan kegunaan Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi atau gambaran tentang perusahaan secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan.

Menurut Irham Fahmi (2012:5) tujuan laporan keuangan adalah:

“Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi pada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalah satuan moneter.

Menurut Sumarsan (2013:36) mengemukakan bahwa:

“Secara umum, penyajian laporan keuangan oleh manajemen perusahaan bertujuan untuk memberikan informasi kuantitatif mengenai kondisi dan posisi keuangan perusahaan yang bersangkutan pada suatu periode”.

Sedangkan menurut Standard Akuntansi Keungan (Ikatan Akuntan Indonesia,1994) dalam Fahmi (2011:6) bahwa “ Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.”Adapun tujuan laporan keuangan menurut PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia),” Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”


(6)

Dengan diperolehnya laporan keuangan, maka diharapkan laporan keuangan bisa membantu dalam tujuan untuk menghindari analisis yang keliru dalam melihat kondisi keuangan. Berdasarkan bahwa tujuan dan kegunaan laporan keuangan adalah dibuat untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan suatu perusahaan kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi perusahaan yang dijadikan sebagai alat perdiksi untuk kondisi di masa yang akan datang.

2.1.2.3Jenis Laporan Keuangan

Jenis-jenis laporan keuangan menurut Kasmir (2012:28) adalah sebagai berikut:

1. Neraca

Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam sutu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

3. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.


(7)

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Lapooran arus kas terdiri dari arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu.

5. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.

2.1.2.4Pihak-Pihak yang berkepentingan terhadap laporan Keuangan

Laporan keuangan diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan semua pihak. Adapun beberapa pihak yang selama ini dianggap memiliki kepentingan terhadap keuanga perusahaan menurut Irham Fahmi (2012:15) yaitu:

1. Kreditur

Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang (money), barang (goods) maupun dalam bentuk jasa (service). Pada saat debitur mengajukan permohonan untuk meminjam sejumlah dana kepada kreditur, maka sudah menjadi kewajiban bagi pihak kreditur untuk melakukan pengecekan terhadap laporan keuangan pihak debitur. Karena ini menyangkut kemampuan dari pihak debitur untuk mampu mengembalikan pinjaman tersebut tepat pada waktunya.

2. Investor

Investor adalah mereka yang membeli saham tersebut atau bahkan komisaris perusahaan.dengan memahami laporan keuangan perusahaan artinya ia mengetahui berbagai informasi keuangan perusahaan. Investor menginginkan dana yang di investasikannya itu selalu berada dalam keadaan aman dan terus


(8)

berkembang. Karena jika kondisinya sebaliknya yaitu perusahaan sudah menunjukkan tanda bermasalah maka investor akan memindahkan dana atau menjual saham yang dimilikinya.

3. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit pada sebuah perusahaan dan yang menjadi bahan audit adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil audit ia akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk rekomendasi.

4. Karyawan Perusahaan

Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di dalam perusahaan. Dan secara ekonomi memiliki ketergantunga yang besar yaitu pekerjaan dan penghasilan yang diterima dari perusahaan tempat bekerja telah berperan dalam hidupnya. Dengan begitu posisi perusahaan dalam laporan keuangan menjadi bahan kajian bagi para karyawan dalam memosisikan keputusan ke depan nantinya.

5. Bapepam

Bapepam adalah Badan Pengawas Pasar Modal. Bagi sutau perusahaan yang akan go public maka perusahaan tersebut berkewajiban untuk memperlihatkan laporan keuangan pada Bapepam dalam hal ini PT. Bursa Efek Indonesia. Bapepam bertugas untuk mengamati dan mengawasi setiap kondisi perusahaan yang go public tersebut, termasuk berkewajiban untuk tidak menerima atau mengeluarkan perusahaan yang dianggap sudah tidak layak lagi untuk go public.

6. Underwiriter

Underwiriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal. Salah satu penilaian under writer pada sebuah perusahaan adalah kondisi laporan keuangan, sehingga dengan kata lain reputasi sebuah under writer menjadi penting dalam menyatakan sebuah perusahaan tersebut layak atau tidak untuk dijamin go public.


(9)

7. Konsumen

Konsumen adalah pihak yang menikmati produk dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Konsumen atau public yang menjadi loyal atau berpotensi loyal terhadap perusahaan adalah memiliki ketergantungan yang tinggi pada perusahaan tersebut.

8. Pemasok

Pemasok (supplier) merupakan mereka yang menerima order untuk memasok setiap kebutuhan perusahaan mulai dari hal-hal yang dianggap kecil sampai besar dan semua itu dihitumg dengan skala finansial. Dari setiap barang yang dipasok ada yang dibayar di muka dan pelunasannya dalam kurun waktu tertentu, maka pihak supplier berkepentingan terhadap laporan kondisi keuangan perusahaan tersebut guna memprediksi akan kelancaran pembayaran yang akan dilakukan di kemudian hari.

9. Lembaga Penilai

Lembaga penilai disini berasal dari berbagai latar belakang seperti GCG (Good Corporate Governance), WALHI (Wahana Lingkungan Hidup), majalah, televisi, tabloid, dan lainnya yang secara berkala membuat rangking perusahaan berdasarkan klasifikasi masing-masing dimana data yang berasal dari laporan keuangan tersebut dijadikan tujukan penilaian.

10.Asosiasi Perdagangan

Asosiasi perdagangan mencakup mulai dari KADIN (Kamar Dagang dan Industri), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), asosiasi pertekstilan Indonesia, dan lainnya. Dimana lembaga tersebut menaungi berbagai perusahaan yang menjadi anggotanya serta mengadakan rapat atau pertemuan yang membahas berbagai hal yang menjadi hambatan dalam aktivitas bisnis yang dijalankan.


(10)

11.Pengadilan

Laporan keuangan yang dihasilkan dan disahkan oleh pihak perusahaan adalah dapat menjadi barang bukti pertanggungjawaban kinerja keuangan dan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan tersebut akan menjadi subjek pertanyaan dalam peradilan.

12.Akademis dan Peneliti

Pihak akademis dan peneliti adalah mereka yang melakukan research

terhadap sebuah perusahaan. Sehingga dengan begitu kebutuhan akan informasi sebuah laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawablkan adalah mutlak, apalagi jika nanti penelitian tersebut dipublikasikan ke berbagai jurnal dan media massa baik nasional maupun internasional.

13.Pemda

Pemerintah Daerah adalah mereka yang mempunyai hubungan kuat dengan kajian seperti akan lahirnya suatu perda (peraturan daerah) yang berkaitan dengan berbagai aspek. Dengan keberadaan suatu perusahan di sebuah daerah akan menambah pendapatan dari hasil pajak, tertampungnya tenaga kerja atau berkurangnya pengangguran, dan naiknya income perkapita masyarakat sekeliling perusahaan. Dengan melakukan berbagai analisis maka akan ditentukan kebijakan yang akan dipatuhi oleh perusahaan

14.Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat adalah dengan segala perangkat yang dimilikinya telah menjadikan laporan keuangan perusahaan sebagai data fundamental acuan untuk melihat perkembangan pada berbagai sektor bisnis.

15.Pemerintah Asing

Pemerintah asing merupakan pihak yang mengamati perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara, dimana misalnya di negara tersebut saling memiliki keterkaitan perjanjian dagang yang mencakup dalam berbagai bidang usaha.


(11)

16.Organisasi Internasional

Mereka ini adalah yang turut andil dalam usaha menciptakan terbentuknya tatanan dunia baru. Dukungan baik financial dan non financial yang diberikan adalah ukuran kinerja dari lembaga tersebut, seperti kucuran dana dimana dana tersebut akan dikelola guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

2.1.2.5Keterbatasan Laporan Keuangan

Pada kenyataannya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan masih terdapat kelemahan, dan kelemahan tersebut dianggap sebagai keterbatasan informasi yang tersaji dari laporan keuangann tersebut. Adapun bentuk kelemahan atau keterbatasan dari laporan keuangan menurut PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) dalam Fahmi (2012:10) adalah:

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan keuangan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

2. Proses penyusunan laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.


(12)

6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas) (substance over form).

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan varisai dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

2.1.2.6Analisis Laporan Keuangan

2.1.2.6.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Rasio keuangan dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan jumlah lainnya dan dapat dilihat perbandingannya dengan harapan yang telah disesuaikan untuk selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.

Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Prastowo dan Rifka (2010:55) yaitu : merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya. Penelaahan mendalam terhadap masing-masing komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri.

Menurut Bernstein (1983:3):

Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis untuk laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan”


(13)

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:190) analisis laporan keuangan adalah :

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”

Sedangkan menurut Hery (2015:161) mengemukakan bahwa:

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan memiliki peran penting dalam menganalisa kinerja keuangan untuk mengetahui suatu kondisi perusahaan dengan menghitung perbandingan antara suatu laporan keuangan dengan lainnya sehingga dapat dilihat hubungan yang relevan dan signifikan.

2.1.2.6.2 Tujuan dan Kegunaan Analisis Laporan Keuangan

Dilakukannya analisis laporan keuangan, bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam seputar perusahaan melalui kinerja keuangan yang tercermin dalam laporan keuangannya. Adapun analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:195) sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)

dari suatu laporan keuangan atau yang berada diballik laporan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang tergantung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik diakitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.


(14)

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain :

1) Dapat menilai prestasi perusahaan

2) Dapat memproyeksi keuangan perusahaan

3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu :

1. Posisi keuangan (Asset,Neraca,dan Modal) 2. Hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya) 3. Likuiditas

4. Solvabilitas 5. Aktivitas

6. Rentabilitas atau Profitabilitas 7. Indikator Pasar Modal

4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu 5) Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. 10.Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di


(15)

2.1.2.6.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Teknik Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap (2013:215) adalah sebagai berikut:

1. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun) 2. Seri trend atau angka indeks

3. Laporan keuangan Common size (bentuk awam), merupakan analisis struktur laporan keuangan

4. Analisis rasio

5. Analisis khusus : ramalan kas, analisis perubahan posisi keuangan,laporan variasi gross margin, analisis break event, analisis dupon.

2.1.2.6.4 Tahapan dalam Analisis Laporan Keuangan

Menurut Murhadi (2013:8) Tahapan dalam analisis laporan keuangan terdiri atas 6 (enam) tahap yaitu :

1. Menetukan tujuan dan konteks analisis, pada tahap ini kita harus membuat pertanyaan apa yang akan dijawab melalui analisis ini, bentuk informasi yang dibutuhkan, dan sumber daya yang ada serta berapa banyak waktu yang tersedia untuk melakukan analisis.

2. Mengumpulkan data, pada tahap ini kita harus mendapatkan laporan keuangan beserta informasi lain seperti data industri dan perekonomian. Selain itu, kita juga diharapkan dapat menanyakan pertanyaan pada manajemen perusahaan yang dianalisis, pemasok dan pelanggannya, serta melakukan kunjungan langsung ke perusahaan.

3. Mengolah data, pada saat mengolah data maka mungkin saja diperlukan suatu penyesuaian terhadap laporan keuangan, menghitung rasio termasuk common size.

4. Analisis dan interprestasi data, pada tahap ini kita menggunakan data untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada saat penentuan tujuan.


(16)

Menjelaskan apakah konklusi atau rekomendasi telah didukung dengan berbagai informasi factual dan relevan.

5. Membuat laporan rekomendasi, pada tahap ini kita mempersiapkan laporan dan mengomunikasikannya pada audiens yang dituju. Pastikan bahwa laporan yang dibuat sesuai dengan standar dan etika yang berhubungan dengan analisis investasi dari rekomendasi.

6. Meng-update analisis, lakukan tahap ini secara tahap ini secara periodik dan buatlah perubahan rekomendasi bila memang dirasakan perlu.

2.1.2.6.5 Kelemahan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:203) kelemahan analisis laporan keuangan adalah :

1. Analisis Laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.

2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat.

3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.

4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka misalnya:

a. Prisnip Akuntansi b. Size Perusahaan c. Jenis Industri d. Periode Laporan


(17)

e. Laporan Individual atau laporan Konsolidasi

f. Jenis perusahaan aspek profit motiv atau non profit motiv

5. Laporan keuangan hasil konsilidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu mendapatkan perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kus atau konversi metode konsolidasi.

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2013:297) rasio keuangan adalah:

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

2.1.3.1Jenis-jenis Rasio Keuangan

Terdapat lima jenis rasio keuangan menurut Hanafi (2012:36) diantaranya:

1. Rasio Likuiditas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek.


(18)

2. Rasio Aktivitas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menggunakan asetnya dengan efisien.

3. Rasio Utang/Leverage

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi total kewajibannya. 4. Rasio Keuntunga/Profitabilitas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan profitabilitas. 5. Rasio Pasar

Rasio yang mengukur prestasi pasar relatif terhadap nilai buku, pendapatan, atau dividen.

Sedangkan menurut Kasmir, (2013:110) 1. Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2013:110) rasio likuiditas adalah untuk menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Atau dengan kata lain rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo atau rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Jenis-jenis rasio likuiditas yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan yaitu :

a. Current Ratio (Rasio Lancar) b. Quick Ratio (Rasio Cepat) c. Cash Ratio (Rasio Kas) 2. Leverage Ratio (Rasio Solvabilitas)

Menurut Kasmir (2013:151) rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk


(19)

membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Dengan kata lain, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuiditas (dibubarkan). Jenis-jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan yaitu :

a. Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva) b. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)

c. Times Interest Earned (Rasio Berapa kali Bunga yang Dihasilkan) d. Fixed Charge Coverage (Rasio Lingkup Biaya Tetap)

3. Activity Ratio (Rasio Aktivitas)

Menurut Kasmir (2013:172) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya). Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran rasio aktivitas akan terlihat apakah lebih efisien dan efektif dalam mengelolah aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Jenis-jenis rasio aktivitas yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu :

a. Inventory Turn Over (Rasio Perputaran Persediaan) b. Receivable Turn Over (Rasio Perptaran Piutang) c. Total Aseet Turn Over (Rasio Perputaran Total Asset) d. Fixed Asset Turn Over

e. Working Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja) 4. Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2013:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini


(20)

juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jenis-jenis rasio profitabilitas yang umum digunakan oelh perusahaan yaitu :

a. Profit Margin Ratio (Profit Margin On Sales)

b. Net Profit Margin Ratio (Margin Laba Bersih) c. Return On Invesment (Pengembalian atas Investasi)

d. Return On Invesment (Pengembalian atas Investasi) dengan pendekatan Du Pont

e. Return On Equity (Pengembalian atas Ekuitas) 5. Rasio Nilai Pasar

Menurut Fahmi (2012:70) rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi dipasar. Rasio ini juga sering dipakai untuk melihat bagaimana kondisi perolehan keuntungan yang potensial dari suatu perusahaan, jika keputusan menempatkan dana di perusahaan tersebut terutama untuk masa yang akan datang.

Menurut Kasmir (2013:115) rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi.


(21)

Menurut Fahmi (2012:138) jenis-jenis rasio nilai pasar yang umum digunakan oelh perusahaan yaitu :

a. Earning Per Share (Pendapatan per Saham) b. Price Earning Ratio (Rasio Harga Laba)

2.1.4 Financial Distress

Pengertian financial distress menurut Almilia dan Kristijadi dalam Rodoni dan Ali (2010:174) adalah:

“Pada perusahaan yang dalam beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operating income negative) dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen."

Menurut Rudianto (2013:251) ;

Kebangkrutan adalah ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan”.

Menurut Altman dalam Rodoni dan Ali (2010:172) menyatakan:

“Ketidakmampuan membayar hutang (insolvency), kondisi dari asset atau milik dan kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang.”

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, bahwa kebangkrutan merupakan kondisi perusahaan yang tidak sehat dalam melanjutkan usahanya dikarenakan ketidakmampuan dalam bersaing sehingga mengakibatkan penurunan profitabilitas. Emiten atau perusahaan public yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan Bunga, jangka waktu pinjam, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam dan Bursa Efek. Emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin paling lambat akhir hari kedua sejak


(22)

emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan dimaksud (Yani dkk,2004:14). 2.1.4.1 Penyebab Financial Distress

Kebangkrutan atau kegagalan kelangsungan usaha merupakan hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan manapun, oleh karena itu perlu diketahui juga apa penyebab kebangkrutan agar manajemen dapat melihat segmen mana yang perlu diperbaiki guna mempertahankan kelangsungan usaha. Semakin cepat diketahui penyebab kebangkrutan maka akan semakin cepat dalam pengambilan keputusan manajer untuk mempertahannkan kelangsungan usahanya.

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan secara garis besar dibagi menjadi tiga (Jauch and Glueck dalam Karina, 2014:22) yaitu :

1. Faktor umum

a. Sektor Ekonomi, pada gejala inflasi dan deflasi.

b. Sektor Sosial, pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa.

c. Sektor Teknologi, pada biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. d. Sektor Pemerintahan, pada pengenaan tarif ekspor dan impor

barang yang berubah, kebjakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal Perusahaan a. Sektor Pelanggan

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen dengan menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindar menurunnya hasil penjualan.


(23)

a. Sektor Pemasok

Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerja sama dengan baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini berhubungan dengan pedagang bebas.

b. Sektor Pesaing

Perusahaan jangan melupakan pesaing, karena kalua produk pesaing lebih diterima oleh masyarakat maka perusahaan tidak akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.

3. Faktor Internal Perusahaan

a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan. Hal ini pada akhirnya tidak dibayar oleh para pelanggan pada waktunya.

b. Manajemen yang tidak Efisien. Ketidakefisien manajemen tercermin pada ketidakmampuan manajemen mengahadapi situasi yang terjadi, diantaranya ialah : hasil penjualan yang tidak memadai, kesalahan dalam penetapan harga jual, pengelolahan hutang-piutang yang kurang memadai, struktur biaya, tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang melampaui batas, kekurangan modal kerja, ketidakseimbangan dalam struktur permodalan, dan sistem serta prosedur akuntansi yang kurang memadai.

c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan. Hal ini banyak dilakukan oleh karyawan, kadang oleh manajer puncak dan hal ini sangat merugikan, apalai kalua kecurangan itu berhubungan dengan keuangan perusahaan.


(24)

2.1.4.2 Analisis Kebangkrutan Model Springate

Model Springate ditemukan oleh Gordon L.V. Springate pada tahun 1978 sebagai pengembangan dari model Altman dalam memprediksi kebangkrutan. Menurut Rudianto dalam Norita (2015) Springate Score merupakan metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan dengan memberikan bobot yang berbeda diantara rasio tersebut. Rumus dari metode ini adalah sebagai berikut :

Dimana:

X1 =

X2 =

X3 =

X4 =

Selanjutnya akan diuraikan masing-masing rasio yang terdapat dalam metode Springate, sebagai berikut:

Rasio working capital to total a sset (X1) adalah rasio perbandingan antara modal kerja yang didapat dari asset lancar dikurangi kewajiban lancar dengan total asset. Apabila nilai WCTA perusahaan positif, itu berarti perusahaan sanggup menutupi kewajiban lancarnya dan menggunakan aktiva untuk kegiatan operasional perusahaan. Perhitungan WCTA sebagai berikut:

S = 1,03 X1 + 3,07 X2 + 0,66 X3 + 0,40 X4


(25)

Earning before interest and ta x to total asset (X2) adalah rasio dimana yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga dengan menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan. EBITTA dirumuskan sebagai berikut:

Earning before tax to current liabilities (X3) merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur antara laba sebelum pajak yang telah dipotong dengan bunga terhadap hutang lancar. Rasio ini dihitung agar manajemen perusahaan dapat mengetahui berapa laba yang telah dipotong dengan beban bunga dapat menutupi hutang lancar yang ada, dengan kata lain rasio ini mengukur apakah laba sebelum pajak yang telah dikurangi dengan bunga dapat mengurangi hutang lancar. Berikut adalah rumus mencari EBTCL:

Sales to total asset (X4) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan dan kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Berikut adalah rumus mencari nilai STA:

Setelah mendapatkan hasil nilai Z pada metode springate selanjutnya kita bandingkan nilai Z dengan nilai kriteria pada model Springate dimana jika Z ≥ 0,862 maka perusahaaan berpotensi tidak bangkrut tapi jika nila Z ≤ 0,862 maka perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan.

Earning Before Interest and Tax to Total Asset =

Earnings Before Tax to Current Liabilities =

Sales to Total Asset =


(26)

2.1.4.3 Analisis Kebangkrutan Model Grover

Pada tahun 1968 Jeffrey S. Grover melakukan penelitian dengan menggunakan sampel pada penelitian Altman. Hasil penelitian yang dilakukan pada 70 perusahaan menunjukkan bahwa 35 perusahaan mengalami kebangkrutan dan 35 perusahaan lainnya tidak mengalami kebangkrutan pada tahun 1982-1996. Berdasarkan penelitiannya tersebut Grover dalam Prihantini dan Ratnasari (2013) menghasilkan fungsi sebagai berikut:

Dimana :

X1 =

X3 =

ROA=

Selanjutnya akan diuraikan masing-masing rasio yang terdapat dalam metode Grover, sebagai berikut:

Rasio working capital to total a sset (X1) adalah rasio perbandingan antara modal kerja yang didapat dari asset lancar dikurangi kewajiban lancar dengan total asset. Apabila nilai WCTA perusahaan positif, itu berarti perusahaan sanggup menutupi kewajiban lancarnya dan menggunakan sisa aktiva untuk kegiatan operasional perusahaan. Perhitungan WCTA sebagai berikut:

Earning before interest and ta x to total asset (X3) adalah rasio dimana yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

G = 1,650X1 + 3,404X3 – 0,016ROA + 0,057


(27)

sebelum pajak dan bunga dengan menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan. EBITTA dirumuskan sebagai berikut:

Return on assset to total asset merupakan salah satu rasio probabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan berdasarkan seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Apabila hasil negatif maka perusahaan tidak mampu menghasilkan laba terhadap asetnya, artinya mengalami kerugian. Berikut adalah rumus mencari nilai ROA (Return of Assets):

Setelah mendapatkan hasil nilai Z pada metode Grover , kategori perusahaan dalam keadaan bangkrut dengan skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z ≤ -0,02). Sedangkan nilai untuk perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut adalah lebih atau sama dengan 0,01 (Z ≥ 0,01).

2.1.4.4 Analisis Kebangkrutan Model Zmijewski

Menurut Peter dan Yoseph (2011:7) metode kebangkrutan Zmijewski rasio keuangan yang dipilih adalah rasio-rasio keuangan terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 73 perusahaan yang sehat selama tahun 1972 sampai dengan 1978, indikator F-test terhadap rasio-rasio kelompok rate of return, liquidity, leverage, turnover, fixed payment coverage, trends, firm size, dan

stock return volatility menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang sehat dan yang tidak sehat. Rumus yang dikembangkan oleh Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra dalam Etta dan Made (2014:7) pada penelitian ini sebagai berikut:

Earning Before Interest and Tax to Total Asset =


(28)

Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Zmijewski yaitu:

Dimana:

X1 = Return On Assets atau Return On Investment X2 = Debt Ratio

X3 = Current Ratio

Selanjutnya akan diuraikan masing-masing rasio yang terdapat dalam metode Grover, sebagai berikut:

Return on assset to total asset (X1) merupakan salah satu rasio probabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan berdasarkan seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Apabila hasil negatif maka perusahaan tidak mampu menghasilkan laba terhadap asetnya, artinya mengalami kerugian. Berikut adalah rumus mencari nilai ROA (Return of Assets):

Debt ratio (X2) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Hutang bisa berarti buruk bisa juga berarti baik bagi suatu perusahaan. Selama kondisi perekonomian sulit dan tingkat suku bunga tinggi,

Z = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 + 0,004X3


(29)

perusahaan yang memiliki debt ratio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan. Sebaliknya, selama kondisi perekonomian baik dan tingkat suku bunga rendah, maka hutang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.Berikut ini adalah rumus mencari nilai debt ratio:

Current Ratio (X3) adalah rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi aset saat ini (current a ssets) dengan hutang saat ini (current liability). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawabnya terhadap hutang saat ini (current debt). Semakin tinggi rasionya, maka akan semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Rumus untuk menghitung current ratio sebagai berikut:

Setelah mendapatkan hasil nilai Z pada metode Zmijewski, dapat dilihat dari kriteria skor yang diperoleh sebuah perusahaan dari metode prediksi Zmijewski ini melebihi 0 maka perusahaan diprediksi berpotensi mengalami kebangkrutan. Sebaliknya, jika sebuah perusahaan memiliki skor yang kurang dari 0 maka perusahaan diprediksi tidak berpotensi untuk mengalami kebangkrutan.


(30)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Judul Sumber Hasil

1. Elvinna Wiwit dan Firma Meita

2014 Analisis penggunaan metode Altman, Springate dan Zmijewski dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan pertamabangan batubara periode 2012-2014. Jurusan S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

Model Altman Z-Score dan model Springate merupakan model prediksi

kebangkrutan yang

memberikan nilai yang sama tingginya dalam

memprediksi kebangkrutan pada perusahaan

pertambangan batubara dengan nilai prediksi kebangkrutan sebesar 88,888% dibandingkan Zmijewski hanya 66,666% 2. Lili dan Trisnadi 2014 Analisis komparatif dalam

memprediksi

kebangkrutan pada PT. Indofood Sukses Makmur menggunakanmodel Altman, model Springate, model Zmijewski, model Foster dan model Grover.

Jurusan Manajemen Keuangan, STIE MDP, Palembang

Dari kelima model analisis kebangkrutan (Altman Z-score, Springate, Zmijewski, Foster dan Grover), yang memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi adalah model Zmijewski, Foster dan Grover dimana tingkat akurasinya adalah 100%.


(31)

3. Ni Made Evi Dwi Prihathini dan Maria M.Ratna Sari

2013 Prediksi Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z-Score,

Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2

Terdapat perbedaan antara model Grover dengan model Altman Z-Score,

model Grover dengan model Springate, dan model

Grover dengan model Zmijewski.

Model Grover merupakan model prediksi yang paling sesuai diterapkan

pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) karena model ini memiliki tingkat keakuratan yang paling tinggi dibandingkan dengan model prediksi lainnya yaitu sebesar 100%.

Sedangkan model Altman Z-Score memiliki tingkat akurasi sebesar 80%, model Springate 90% dan model Zmijewski sebesar 90%.

4. Mila Fatmawati 2012 Penggunaan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan The

Jurnal Keuangan dan

Dari ketiga model prediktor

delisting, model Zmijewksi lebih akurat dibandingkan


(32)

Springate Model sebagai Prediktor Delisting

Perbankan, Vol. 16, No. 1

model Altman dan model Springate karena Zmijewski lebih menekankan besarnya utang dalam memprediksi

delisting. Semakin besar jumlah hutang maka semakin akurat diprediksi sebagai perusahaan

delisting. Sedangkan model Altman dan model Springate lebih menekankan pada ukuran profitabilitas. Semakin kecil profitabilitas yang dihasilkan maka akan semakin tepat diprediksi sebagai perusahaan

delisting.

5. M. Fakhri Husein1, Galuh Tri Pambekti

2014 Precision of the models of Altman, Springate,

Zmijewski, and Grover for predicting the financial distress Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura Vol. 17, No. 3, December 2014, pages 405 – 416

Model Zmijewski

memiliki makna yang lebih kuat

dibandingkan model lainnya. Untuk alasan itu, dapat dikatakan bahwa model yang paling tepat

digunakan untuk

keuangan distress model

prediksi adalah


(33)

Zmijewski menekankan besarnya utang dalam memprediksi

kondisi kesulitan keuangan perusahaan.

6.

Md. Qamruzzaman dan WEI Jianguo

2016 Analysis of financial distress on micro finance institutions (MFIS) in Bangladesh; A case study of Grameen Bank.

Commonweal th Journal of Commerce & Management Research, Vol.3, Issue 12 (December 2016)

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari keempat model yaitu Altman, Springate, Zmijewski dan Grover hanya 3 dari 4 model

yang memastikan

kebangkrutan untuk Grameen Bank di Bangladesh selama periode penelitian.

7.

Abolfazl Aminian ,Hedayat Mousazade dan Omid Imani Khoshkho

2016 Investigate the Ability of Bankruptcy Prediction Models of Altman and Springate and Zmijewski and Grover in Tehran Stock Exchange

Mediterranean Journal of Social

Sciences MCSER Publishing, Rome-Italy, Vol 7 No 4 S1

Hasil penelitian menunjukan bahwa model Grover lebih baik

daripada model

Springate, Zmijewski dan Altman


(34)

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini terdapat 3 metode yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan pertambangan batubara yaitu Springate, Grover dan Zmijewski. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat disajikan dalam gambar 2.1 berikut:


(35)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran. Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan

Metode Kebangkrutan

Metode Springate

Metode Grover

ROA

Metode Zmijewski

Nilai Z-Score


(36)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara, yaitu suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat proporsi atau dalil.

H1 : Masing-masing metode pengukuran financial distress yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil perhitungan (metode Spingate, Grover dan Zmijewski) yang berbeda.

H2 : Masing-masing metode pengukuran financial distress memiliki tingkat keakuratan (metode Spingate, Grover dan Zmijewski) yang berbeda.


(1)

3. Ni Made Evi Dwi Prihathini dan Maria M.Ratna Sari

2013 Prediksi Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z-Score,

Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2

Terdapat perbedaan antara model Grover dengan model Altman Z-Score,

model Grover dengan model Springate, dan model

Grover dengan model Zmijewski.

Model Grover merupakan model prediksi yang paling sesuai diterapkan

pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) karena model ini memiliki tingkat keakuratan yang paling tinggi dibandingkan dengan model prediksi lainnya yaitu sebesar 100%.

Sedangkan model Altman Z-Score memiliki tingkat akurasi sebesar 80%, model Springate 90% dan model Zmijewski sebesar 90%.

4. Mila Fatmawati 2012 Penggunaan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan The

Jurnal Keuangan dan

Dari ketiga model prediktor delisting, model Zmijewksi lebih akurat dibandingkan


(2)

Springate Model sebagai Prediktor Delisting

Perbankan, Vol. 16, No. 1

model Altman dan model Springate karena Zmijewski lebih menekankan besarnya utang dalam memprediksi delisting. Semakin besar jumlah hutang maka semakin akurat diprediksi sebagai perusahaan

delisting. Sedangkan model Altman dan model Springate lebih menekankan pada ukuran profitabilitas. Semakin kecil profitabilitas yang dihasilkan maka akan semakin tepat diprediksi sebagai perusahaan delisting.

5. M. Fakhri Husein1, Galuh Tri Pambekti

2014 Precision of the models of Altman, Springate,

Zmijewski, and Grover for predicting the financial distress

Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura Vol. 17, No. 3, December 2014, pages 405 – 416

Model Zmijewski memiliki makna yang lebih kuat

dibandingkan model lainnya. Untuk alasan itu, dapat dikatakan bahwa model yang paling tepat digunakan untuk keuangan distress model prediksi adalah Zmijewski. Karena


(3)

Zmijewski menekankan besarnya utang dalam memprediksi

kondisi kesulitan keuangan perusahaan.

6.

Md. Qamruzzaman dan WEI Jianguo

2016 Analysis of financial distress on micro finance institutions (MFIS) in Bangladesh; A case study of Grameen Bank.

Commonweal th Journal of Commerce & Management Research, Vol.3, Issue 12 (December 2016)

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari keempat model yaitu Altman, Springate, Zmijewski dan Grover hanya 3 dari 4 model yang memastikan kebangkrutan untuk Grameen Bank di Bangladesh selama periode penelitian.

7.

Abolfazl Aminian ,Hedayat Mousazade dan Omid Imani Khoshkho

2016 Investigate the Ability of Bankruptcy Prediction Models of Altman and Springate and Zmijewski and Grover in Tehran Stock Exchange

Mediterranean Journal of Social

Sciences MCSER Publishing, Rome-Italy, Vol 7 No 4 S1

Hasil penelitian menunjukan bahwa model Grover lebih baik daripada model Springate, Zmijewski dan Altman


(4)

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini terdapat 3 metode yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan pertambangan batubara yaitu Springate, Grover dan Zmijewski. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat disajikan dalam gambar 2.1 berikut:


(5)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran. Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan

Metode Kebangkrutan

Metode Springate

Metode Grover

ROA

Metode Zmijewski

Nilai Z-Score


(6)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara, yaitu suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat proporsi atau dalil.

H1 : Masing-masing metode pengukuran financial distress yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil perhitungan (metode Spingate, Grover dan Zmijewski) yang berbeda.

H2 : Masing-masing metode pengukuran financial distress memiliki tingkat keakuratan (metode Spingate, Grover dan Zmijewski) yang berbeda.


Dokumen yang terkait

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 3 5

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 0 2

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 0 10

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 0 1

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 0 1

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 0 2

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 1 4

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 1 1

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 0 2

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE, GROVER DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2015

0 0 2