HUBUNGAN ANTARA KELENGKAPAN PENGISIAN KUESIONER AUTO PSI VERBAL DENGAN KEAKURATA N PENENTUAN SEBAB DASAR KEMAT IAN DI PUSKESMAS WILAYAH SURAKARTA | Ninawati | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 68 230 1 PB

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

huBuNGaN aNtara KeleNGKaPaN PeNGISIaN KueSIoNer
autoPSI VerBal deNGaN KeaKurataN PeNeNtuaN SeBaB
daSar KeMatIaN dI PuSKeSMaS WIlaYah SuraKarta

Ninawati1, Sri Sugiarsi2
1
Karyawan dinas Kesehatan Surakarta,
2
dosen Prodi dIII rMIK StIKeS Mitra husada Karanganyar
email: 1Na_dira_Kyut@Yahoo.com, 2Sri_Sugiarsi@Yahoo.com
Abstract
Verbal autopsy (AV) is a new technique that is fairly representative and can be trusted to record and determine
the cause of the deaths that occurred outside of health care facilities. This study is aims to get an overview
of the completeness of illing the verbal autopsy questionnaire and the relationship of the determination
accuracy with the main causes of death in Surakarta health centers. Analytic observation with the correlation
study which ind a relationship between the completeness illings of the verbal autopsy questionnaire with the
accuracy of the determination of the main causes of death. The sample size is 65 people taken by multistage
random sampling technique with a 2058 population, of the entire document of 17 health centers in the region
of the city of Surakarta. The researcher collected the data by questionnaires. Analytical analysis is using Chisquare test. The results of the research showed that only found 52% of charging the symptoms of death was

completed by nurses. The highest completeness is in the item description summary cause of death is illed by
a doctor who will determine the cause of death. In summary item complete history of disease progression by
54%, while the percentage of completeness of health care items received by patients is 66%. And there is a
signiicant relationship between the illing completeness of the verbal autopsy with the accuracy determination
of the cause of death.
Keywords: Verbal autopsy, accuracy
abstrak
Autopsi verbal (Av) merupakan teknik baru yang cukup representatif dan dapat dipercaya untuk mencatat
dan menentukan penyebab kematian yang terjadi di luar sarana pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan
mendapatkan gambaran tentang kelengkapan pengisian kuesioner autopsi verbal dan hubungannya dengan
keakuratan penentuan sebab utama kematian di puskesmas Surakarta. observasi analitik dengan studi
korelasi yakni mencari hubungan antara kelengkapan pengisian kuesioner autopsi verbal dengan keakuratan
penentuan sebab utama kematian. Besar sampel adalah 65 orang yang diambil dengan teknik multistage
random sampling dengan jumlah populasi 2058 dokumen dari keseluruhan 17 puskesmas di wilayah kerja
Kota Surakarta. Pengumpulan data melalui kuesioner. Analisis analitik menggunakan uji Chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ditemukan hanya 52% pengisian gejala kematian yang diisi lengkap oleh
perawat. Kelengkapan tertinggi adalah pada item ringkasan keterangan sebab kematian yang diisi oleh dokter
yang nantinya akan menentukan sebab kematian. Pada item ringkasan riwayat perjalanan penyakit lengkap
sebanyak 54%, sedangkan persentase kelengkapan item pelayanan kesehatan yang diterima pasien sebesar
66%. Dan ada hubungan yang signifikan antara kelengkapan pengisian autopsi verbal dengan keakuratan

penentuan sebab dasar kematian.
Kata Kunci : Autopsi verbal, keakuratan

38

38

Ninawati, dkk. Hubungan antara Kelengkapan Pengisian ...

PeNdahuluaN
Angka kematian merupakan data statistik yang dapat
digunakan untuk menentukan masalah-masalah
kesehatan, menentukan prioritas masalah, sehingga
dapat juga digunakan untuk menentukan seberapa
jauh dan bagaimana intervensi dalam bidang
kesehatan masyarakat sebagai penyelesaiannya.
Angka kematian tersebut bersumber dari data
kematian dan penyebab utama kematian (underlying
cause of death). Akan tetapi, pada kenyataannya
masih banyaknya penduduk yang berada di garis

kemiskinan menyebabkan banyaknya kematian yang
terjadi di luar fasilitas kesehatan sehingga pencatatan
kematian menjadi tidak lengkap. Data di Dinas
Kesehatan Kota Surakarta menunjukkan bahwa
selama tahun 2009 ada 2969 kasus kematian dan
2546 kasus diantaranya adalah warga yang tinggal di
Surakarta. Hanya 37% diantaranya yang meninggal
di sarana pelayanan kesehatan, sisanya meninggal
di rumah. Sedangkan menurut laporan kematian
Disdukcapil pada tahun yang sama, terdapat 3724
kasus kematian usia lebih dari 5 tahun, namun
hanya 19% (731 kasus) yang lengkap identitasnya.
Sisanya (81%) terdapat pencatatan identitas yang
tidak lengkap atau ada kasus-kasus kematian usia 5
tahun ke atas yang belum dicatat karena meninggal
di rumah.
Sistem Registrasi Kematian Indonesia (Indonesian
Mortality registration System Strengthening Project)
merupakan sistem pencatatan dan pelaporan data
kematian terpadu yang dilaksanakan oleh pemerintah

untuk mendapatkan angka kematian yang valid.
Sebagai terobosan untuk mendapatkan data kematian
dan sebab kematian di Indonesia, dikembangkan
sistem pencatatan kematian melalui Autopsi verbal
(Av). Teknik Av ini dapat menjadi teknik baru
yang cukup representatif dan dapat dipercaya untuk
mencatat dan menentukan penyebab kematian yang
terjadi di luar sarana pelayanan kesehatan.
Autopsi verbal dalam kenyataannya di Surakarta,
dilakukan oleh paramedis puskesmas dengan
melakukan kunjungan rumah ke kediaman keluarga
dekat almarhum.ah untuk mencari penyebab kematian.
akan tetapi, dalam pelaksanaanya memperlihatkan
masalah tentang kelengkapan pengisian kuesioner
autopsi verbal. Hal ini menyulitkan dokter dalam
menentukan penyebab dasar kematian almarhum/
ah. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran
tentang kelengkapan pengisian kuesioner autopsi
verbal dan hubungannya terhadap keakuratan


penentuan sebab utama kematian di puskesmas
Surakarta.

Metode PeNetIlIaN
Penelitian ini merupakan penelitian observasi
analitik dengan studi korelasi yakni mencari
hubungan antara kelengkapan pengisian kuesioner
autopsi verbal dengan keakuratan penentuan sebab
utama kematian. 65 sampel diambil dengan teknik
multistage random sampling dengan jumlah populasi
2058 dokumen dari keseluruhan 17 puskesmas di
wilayah kerja Kota Surakarta. Pengumpulan data
melalui kuesioner. Analisis analitik menggunakan
uji Chi-square.

haSIl daN PeMBahaSaN
deskripsi Kelengkapan pengisian kuesioner
autopsi verbal
Hasil penelaahan dokumen terhadap kelengkapan
pengisian kuesioner autopsi verbal kematian usia di

atas 5 tahun, yang dilakukan oleh perawat puskesmas
dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
tabel 1. Kelengkapan pengisian lembar kuesioner
autopsi verbal
lengkap

tidak
lengkap

No

observasi dokumen

n

%

n

%


1.

Pelayanan kesehatan
yang diterima

43

66

22

34

2.

Gejala yang menyertai
kematian

34


52

31

48

3.

Ringkasan riwayat
perjalanan penyakit

35

54

30

46


4.

Ringkasan keterangan
sebab kematian

60

92

5

8

Hasil penelaahan ditemukan hanya 52% pengisian
gejala kematian yang diisi lengkap oleh perawat.
Kelengkapan tertinggi adalah pada item ringkasan
keterangan sebab kematian yang diisi oleh dokter
yang nantinya akan menentukan sebab kematian.
Pada item ringkasan riwayat perjalanan penyakit
lengkap sebanyak 54%, sedangkan persentase

kelengkapan item pelayanan kesehatan yang diterima
pasien sebesar 66%.
Ketidaklengkapan pengisian item gejala yang
menyertai kematian salah satunya dipengaruhi oleh

39

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

kurang telitinya perawat dalam melengkapi setiap
pertanyaan dalam kuesioner Av. Penggalian informasi
yang kurang lengkap juga menjadi penyebab
ketidaklengkapan pengisian kuesioner Av. Sebagai
contoh,almarhum/ah dengan sebab kematian stroke,
tidak menunjukkan gejala kelumpuhan pada anggota
badan. Akan tetapi pada ringkasan riwayat perjalanan
peyakit perawat menuliskan bahwa almarhum/ah
tidak mampu lagi bergerak menjelang kematiannya.
Hal ini menunjukkan ketidakkonsistenan pengisian
kuesioner autopsi verbal. Dalam kuesioner autopsi

verbal juga, terdapat grup pertanyaan yang secara
khusus diperuntukkan pada almarhum/ah wanita usia
10 – 54 tahun, akan tetapi banyak perawat yang tidak
mau mengisi karena terlalu banyak pertanyaan dalam
kuesioner. Perawat jga tidak melakukan pemeriksaan
terhadap kelengkapan pengisian setiap pertanyaan
dalam kuesioner apabila terdapat pertanyaan yang
terlewati.
Perawat juga kurang konsisten didalam menggali
keterangan mengenai pelayanan kesehatan apa
yang pernah diterima oleh almarhum/ah. Sebagai
contoh pada kuesioner terubuka dimana perawat
menceritakan riwayat perjalanan penyakit almarhum/
ah, perawat menyatakan bahwa almarhum/ah
sebelumya berobat ke praktik dokter swasta,
sebelum akhirnya meninggal. Akan tetapi, pada
grup pertanyaan tentang pelayanan kesehatan yang
diterima, tidak terisi.
Tugas pewawancara autopsi verbal salah satunya
adalah menggali keterangan tentang riwayat
perjalanan penyakit almarhum/ah, apakah sudah
pernah berobat sebelumnya ke sarana pelayanan
kesehatan dan menanyakan keterangan penyakit
almarhum/ah lengkap dengan hasil pemeriksaan
penunjang. Beberapa perawat yang “profesional”
dapat menggali informasi lebih jauh mengenai hasil
tersebut. Sebagai contoh almarhum/ah yang menderita
penyakit diabetes mellitus selama ± 8 tahun, ternyata
terdeteksi sakit ginjal dengan hasil kreatinin tinggi
(>4) serta terdapat pembengkakan pada anggota
tubuhnya. Maka dokter dapat menyimpulkan dari
keterangan pendukung lainnya bahwa almarhum/ah
menderita gagal ginjal.
Penelaahan dilakukan terhadap kuesioner autopsi
verbal dimana pada grup pertanyaan tentang riwayat
perjalanan penyakit tidak terisi dengan lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat 46%
keusioner tidak terisi lengkap pada item riwayat
perjalanan penyakit. Pada kuesioner pertanyaan

40

terbuka, diterangkan bahwa almarhum/ah menderita
penyakit maag kronis, tetapi tidak disebutkan pada
rincian jenis penyakit yang pernah menyerang
almarhum/ah serta berapa lama menderita penyakit
tersebut. Ada juga dalam yang menyebutkan bahwa
almarhum/ah menderita komplikasi penyakit
antara hipertensi, diabetes, dan TB paru. Akan
tetapi, pada kuesioner terbuka pewawancara tidak
menuliskannya, serta tidak dijelaskan lebih rinci
pada grup gejala yang menyertai. Sehingga, sekali
lagi kekonsistenan pengisian data dalam kuesioner
autopsi verbal akan menunjukkan juga kelengkapan
autopsi verbal.
Persentase kelengkapan tertinggi adalah pada
grup ringkasan keterangan sebab kematian, yakni
sebesar 92%. Pada item pertanyaan yang merupakan
jenis kuesioner terbuka, dilengkapi dan diisi oleh
dokter yang akan menentukan sebab kematian.
Sehingga pada kenyataannya, tugas membuat resume
perjalanan penyakit dan tanda dan gejala serta
keterangan sebab kematian yang dapat diidentifikasi
dilakukan oleh dokter, bukan pewawancara/perawat.
Hal ini tidak sesuai dengan tupoksi yang ada.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
pelaksanaan autopsi verbal yang dilakukan oleh
perawat yang bekerja di puskesmas wilayah Kota
Surakarta hanya untuk sekedar kelengkapan syarat
administrasi. Mereka hanya ingin menunjukkan bahwa
program telah dikerjakan, akan tetapi pelaksanaannya
masih belum sesuai dengan standar. Pelaksanaan
autopsi verbal hanya bersifat normatif untuk
memenuhi kebijakan yang telah digariskan oleh dinas
kesehatan bahwa setiap kematian rumah di Surakarta
harus terlapor dan dilaksanakan autopsi verbal.
Beban kerja dan beban program yang banyak menjadi
kendala yang umum dialami oleh perawat untuk
melaksanakan autopsi verbal secara serius dan teliti.
Deskripsi keakuratan penentuan penyebab dasar
kematian (underlying cause of death)
Hasil penelaahan terhadap kuesioner autopsi verbal,
didapatkan bahwa dalam menentukan penyebab
dasar kematian almarhum/ah belum dilaksanakan
secara optimal. Hal ini ditunjukka dari persentase
keakuratan penentuan sebab dasar kematian, 54%
diantaranya sudah akurat sesuai dengan peraturan
di dalam ICD-10. Sisanya yakni 46% belum akurat
disebabkan kesalahan dalam memilih sebab kematian
sebagai penyebab dasar atau penyebab antara. Dokter
menentukan sebab kematian berdasarkan kesimpulan
yang memuat tentang sebab kematian.

Ninawati, dkk. Hubungan antara Kelengkapan Pengisian ...

Dari hasil penelaahan kuesioner autposi verbal juga
diperoleh kesimpulan bahwa kematian terbanyak
adalah dikarenakan penyakit degenerasi/senility,
sehingga dokter merasa sulit untuk menentukan sebab
dasar yang paling tepat untuk mewakili keterangan
yang sesuai dengan autopsi verbal. Berikut disajikan
penyebab dasar kematian yang diteliti.

sebab kematian. Semua informasi diramu, dianalisis
sehingga didapatkan sebab kematian yang sesuai.
Hasil penelaahan tentang penentuan sebab dasar
kematian menunjukkan 46% belum akurat sesuai
dengan petunjuk yang terdapat dalam ICD-10
tentang mortality coding. Sebagai contoh, dalam
menentukan penyebab dasar kematian almarhum/
ah dengan riwayat kehilangan nafsu makan selama
beberapa hari, selama itu pula pasien mengalami
diare berat, hingga pasien lemas, tidak mempunyai
energi dan dehidrasi tinggi. Pasien mempunyai
penyakit hipertensi dalam jangka waktu yang lama.
Pada sertifikat medis penyebab kematian dituliskan
penyebab kematia sebagai berikut.
I.

Gambar 1 Penentuan sebab dasar kematian berdasarkan autopsi
verbal

Dari gambar 1 terlihat bahwa penyebab dasar
yang paling banyak diatara penyebab dasar yang
lain adalah kasus stroke, disusul oleh sebab lain
– lain diantaranya hipertensi, fall in some level,
gastroenteritis acute, COPD dan lain – lain. Apabila
penyebab dasar ini dikelompokkan ke dalam masing
– masing sistem tubuh maka dijelaskan dalam grafik
berikut.

Gambar 2 penentuan sebab dasar kematian berdasarkan kelompok
penyakit

Berdasarkan gambar 2 menunjukkan bahwa
penyebab dasar paling banyak adalah disebabkan
karena penyakit jantung dan pembuluh darah, yakni
sebesar 37%, selanjutnya kasus penyakit terkait
metabolism tubuh sebesar 16%, dan kasus – kasus
yang termasuk ke dalam grup senility and ill-defined
sebesar 15%.
Penentuan sebab dasar kematian dilakukan dengan
mencermati semua keterangan yang terdapat pada
kuesioner autopsy verbal yang meliputi gejala
dan tanda, riwayat perjalanan penyakit, pelayanan
kesehatan yang pernah diterima, sebab kematian
menurut pewawancara dan ringkasan keterangan

Penyebab langsung a) volume depletion
Penyebab antara
b) anorexia
c) GEA
Penyebab dasar
d) hipertensi
II. Kondisi lain yang berkonstribusi : Gastritis acute
Sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam ICD10 vol 2 yang menjadi penyebab dasar adalah yang
tertulis pada Part I (d) yakni hipertensi. Penentuan
penyebab dasar tersebut kurang tepat sesuai dengan
rule of mortality coding. Sebagai contoh dalam
menentukan sebab dasar kematian (underlying
cause of death) apabila terdapat diagnosis volume
depletin (E86) dengan diagnosis yang tersebut lain
berada pada rentang blok A00 – A09, maka yang
seharusnya menjadi penyebab dasar kematian adalah
yang tersebut pada rentang A00 – A09 (code to be).
Sehingga dalam kasus ini yang menjadi underlying
cause of death adalah GEA (A09).
Masih adanya penentuan sebab utama kematian
yang kurang tepat salah satunya disebabkan oleh
dokter yang belum memahami betul peraturan
untuk menentukan diagnosis kematian dalam ICD10. Hal ini disebabkan karena tidak semua dokter
mendapatkan petlatihan bagaimana menentukan
sebab dasar kematian berdasarkan ICD-10.
Begitupula dengan kuesioner autopsi verbal sendiri,
dokter merasa bahwa sulit menentukan sebab
dasar kematian dengan autopsi verbal yang kurang
lengkap informasinya. Sebagai contoh, pasien yang
meninggal tanpa sebab – sebab yang pasti dan tertulis
pada autopsi verbal, pasien yang tidak mempunyai
riwayat penyakit apapun, dalam hal ini dokter
sulit untuk menentukan penyebab dasar kematian
(unknown identifiying cause of death). Maka bagi
dokter, kelengkapan informasi yang terdapat pada
41

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

autopsi verbal sangat membantu dalam mereka
menentukan sebab dasar kematian.

informasi lebih dalam tentang riwayat penyakit serta
keterangan sebab kematian mutlak diperlukan.

hubungan antara kelengkapan pengisian autopsi
verbal dengan penentuan sebab dasar kematian

daftar PuStaKa

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan
uji fisher exact dihasilkan nilai p = 0.001 (< 0.005),
sehingga H0 ditolak. Kesimpulan dari uji statistik
diatas adalah terdapat hubungan yang signifikan
antara kelengkapan pengisian autopsi verbal dengan
keakuratan penentuan sebab dasar kematian. Hal ini
sesuai dengan WHO (2008) dimana kelengkapan
informasi yang diperoleh dalam wawancara autopsi
verbal akan berpengaruh terhadap keakuratan
penentuan sebab utama kematian.
Pelaksanaan autopsi verbal belum sesuai dengan
standar disebabkan salah satunya adalah keterbatasan
dana. Sesuai dengan ketentuan, untuk mendapatkan
keterangan yang lengkap tentang penyebab kematian
dalam autopsi verbal, seharusnya kunjungan
rumah tidak hanya dilakukan sekali saja. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan kematangan data
yang telah diperoleh sebelumnya pada kunjungan
rumah/wawancara pertama dengan keterangan
pada wawancara kedua tentunya dengan situasi
wawancara yang berbeda. Karena situasi wawancara
juga mempengaruhi hasil wawancara.

SIMPulaN
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan kesimpulan
ada hubungan antara kelengkapan pengisian
kuesioner autopsi verbal dengan keauratan penentuan
sebab utama kematian. Hasil penelaahan dokumen
autpsi verbal didapatkan persentase kelengkapan
pengisian terendah adalah pada grup isian tentang
gejala dan tanda yang menyertai kematian. Banyak
pertanyaan yang harus diisi membuat perawat enggan
untuk mengisi dengan lengkap, serta adanya ketidak
konsistenan perawat dalam mengisi kuesioner antara
pertanyaan terbuka dan tertutup. Dalam penentuan
sebab dasar kematian, dokter merasa kesulitan
karena belum pernah mendapat pelatihan tentang
bagaimana mendapatkan diagnosis yang benar untuk
menentukan sebab dasar kematian sesuai dengan
peraturan dalam ICD-10, melalui autopsy verbal.
Bagi mereka, kelengkapan informasi dan penggalian

42

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depkes RI. 2006. Peningkatan Sistem
registerasi Kematian di Indonesia. Pedoman
Pewawancara Autopsi Verbal. Jakarta :
Depkes RI.
Depkes RI. 2010. Peraturan Bersama Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor
15 tahun 2010 dan Nomor 162/Menkes/
PB/I/2010 tentang Pelaporan Kematian dan
Penyebab Kematian.
Depkes RI. 2008. Bekerjasama dengan WHO. Buku
Panduan Penentuan Kode Penyebab Kematian
menurut ICD-10. Jakarta : Direktorat Jendral
Pelayanan Medik Depkes RI.
Naga, M. A. 2001. Pemanfaatan Kodefikasi
Diagnosis Sistem ICD-X bagi Kepentingan
Informasi Medis. Kumpulan Makalah
Lokakarya Nasional Rekam Medis (untuk
kalangan sendiri).
Soleman N, Chandramohan D, Shibuya K. 2006.
Verbal Autopsy : Current Practices and
Challenges. Bulletin WHO 84:239-245.
Tugiyarti U. 2009. Analisis Sistem Monitoring
Terhadap Persepsi Mutu Pelaporan Autopsi
Verbal oleh Bidan pada Kasus Kematian Bayi
di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009. Tesis.
Semarang : Universitas Diponegoro.
WHO. 2004. International Statistical Classiication
of Disease and related health Problems
Tenth revision Volume 2 second edition.
Geneva: World Health Organization.
Wibawa S, Wirawan W, Purnama C, Hasanbasri
M. 2007. Otopsi Verbal Kematian MaternalPerinatal Stufdi Kasus Menindaklanjuti
Temuan-Temuan lapangan di Pesisir Selatan
Sumatera Utara. Jurnal Working Paper
Series No.9 Juli 2007, first draft. Yogyakarta
: KPMK Universitas Gadjah Mada.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI Hubungan Antara Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Miri Sragen.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas kartasura kabupaten sukoharjo.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas kartasura kabupaten sukoharjo.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN AUTOPSI VERBAL DENGAN KEAKURATAN PENENTUAN SEBAB Hubungan Antara Kelengkapan Pengisian Dokumen Autopsi Verbal Dengan Keakuratan Penentuan Sebab Utama Kematian Di Puskesmas Wilayah Surakarta.

0 3 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kelengkapan Pengisian Dokumen Autopsi Verbal Dengan Keakuratan Penentuan Sebab Utama Kematian Di Puskesmas Wilayah Surakarta.

0 3 6

HUBUNGAN ANTARA KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN AUTOPSI VERBAL DENGAN KEAKURATAN PENENTUAN SEBAB Hubungan Antara Kelengkapan Pengisian Dokumen Autopsi Verbal Dengan Keakuratan Penentuan Sebab Utama Kematian Di Puskesmas Wilayah Surakarta.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DOKTER DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR RINGKASAN KELUAR | Maryati | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 20 48 1 PB

0 0 10

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DATA FORMULIR ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK KASUS BEDAH | Febriyanti | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 67 226 1 PB

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG NILAI GUNA REKAM MEDIS DENGAN PERILAKU PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDIS OLEH TENAGA KESEHATAN DI RSUD LARANTUKA | G | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 126 412 1 PB

2 10 10

PDF ini KELENGKAPAN SERTIFIKAT MEDIS PENYEBAB KEMATIAN DAN AKURASI PENYEBAB DASAR KEMATIAN | Wahyuni | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 1 PB

0 1 5