MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEA
BAB X
MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY LEARNING
DAN
APLIKASI PEMBELAJARAN DALAM FISIKA
Model Pembelajaran Discovery Learning
Pada kurikulum 2013, model pembelajaran discovery learning merupakan
salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untuk diterapkan. Hal ini
dikarenakan discovery learning mendekati pendekatan saintifik. Pendekatan
saintifik memiliki prinsip-prinsip diantaranya peserta didik difasilitasi mencari
tahu, pesrta didik tidak hanya satu sumber belajar melainkan berbagai sumber
belajar seperti media elektronika dan melakukan eksperimen, pembelajaran
berbasis kompetensi, pembelajaran terpadu, pembelajaran yang menekankan pada
jawaban divergen, dan pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, peningkatan
keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaiatan antara hard-skills dan soft-skills.
Model discovery learning memiliki kesamaan demgan model inquiry dan
model problem solving. Namun, Discovery learning lebih menekankan pada
permasalahan yang telah direkayasa oleh pendidik dan juga permasalahan tersebut
belum diketahui oleh siswa. Tiga ciri utama belajar menemukan (discovery
learning) yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada.
Hipotesis
Eksperimen
Gambar. Penemuan menggambarkan sebagai penemuan pada dua ruang
Berikut ini merupakan baganpendekatan Discovery/Inquiry dalam pembelajaran
(syaiful sagala: 2010).
Guru memiliki tingkah laku/tujuan
Guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa mengemukakan
Siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif)
Siswa mencari informasi
untuk membuktikan praduga
Siswa menarik kesimpulan
Secara spontan siswa
menjelajahi informasi/data
untuk menguji praduga baik
secara individu maupun
kelompok
inquiry
Siswa tidak banyak
Guru membantu
siswa/mendorong melakukan
kegiatan belajar untuk
mencari informasi yang
diperoleh
Peserta didik tidak banyak
berusaha mencari informasi
untuk membuktikan praduga
Pengertian Discovery Learning
Discovery diartikan sebagai penemuan. Dalam hal ini, discovery learnig
merupakan model pembelajaran yang ditujukan kepada peserta didik untuk
menemukan pengetahuan secara mandiri dari permasalahan-permasalahan yang
diajukan oleh pengajar sehingga pada klimaksnya peserta didik memiliki rasa
percaya diri akan temuannya (hasil berpikirnya).
Menurut Sund,”discovery adalah proses mental dimana siswa mamu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah
mengamati. Mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah
N.K,2008:20). Model pembelajaran discovery learning diterapkan agar siswa
dapat menemukan konsep-konsep dan pengetahuan baru serta peserta didk
mengetahui bagaimana ilmuwan dahulu menemukan hukum-hukum baru, teoriteori baru, dan konsep-konsep baru.
Menurut Jerome Bruner model belajar yang dikenal dengan nama belajar
penemuan (discovery learninag) yaitu, siswa berperan lebih aktif dan berusaha
sendiri memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan tertentu. Model
pembelajaran ini mengubh teacher oriental menjadi student oriental, sehingga
peserta didik secara mandiri dalam memperoleh pengetahuan. Namun, Guru tidak
melepaskan kewajibannya sebagai ppembimbing dan mengarah kegiatan belajar
sesuai dengan tujuan.
Menurut Wounter van joolingen, Discovery learning adalah model
pembelajaran dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri
dengan melakukan percobaan dan menyimpulkan sendiri dari hasil percobaan.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan
pentinhnya pemahaman struktur atau ie-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,
melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1997) dalam pembelajaran dengan penemuan
siswa didorong untuk sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
1. Tujuan dan Fungsi Model Discovery Learning
Tujuan dari discovery learning adalah peserta didik dapat merancang
eksperiman mereka sendiri dan menyimpulkan sendiri serta mereka benarbenar membangun pengetahuan sendiri. Oleh karena itu, kegiatan konstruktive,
diasumsikan agar mereka memahami sesuatu lebih dari pengetahuan ysng
diajarkan oleh pendidik.
Adapun fungsi dari model pembelajaran discovery learning adalah sebagai
berikut:
1. Membangun komitmen peserta didik dalam belajar yang diwujudkan dalam
keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan
sesuatu dalam proses pembelajaran.
2. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
3. Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuan.
2. Keunggulan Modek Discovery Learning
Menurut Roestiyah (2008:21), keunggulan Discovery Learning diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Memperbanyak kesiapan siswa; serta penguasaan keterampilan dalam
proses kognitif atau pengenalan siswa.
b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
c) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
d) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
e) Mampu mengarahkan kemampuan siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
f) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
g) Strategi itu berpusat kepada siswa tidak kepada guru. Guru hanya sebagai
teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman,dkk
(2001: 179) sebagai berikut:
a) Siswa aktif dalam kegiatan belajar,sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
b) Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.
c) Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat.
d) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih
mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
e) Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
3. Kelemahan Model Discovery Learning
Menurut Roestiyah (2008:21), kelemahan Discovery Learning adalah sebagai
berikut:
a) Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.
b) Bila kelas terlalu besar, penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
c) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional.
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran discovery learning
Pada
model
pembelajaran
discovery
tahap-tahap
pelaksanaan
proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan Pembelajaran
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi).
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping
itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyadiakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
2.
Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
3. Data Collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan
kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar atau tudaknya hipotesis. Pada tahap
ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
4. Data Processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contohcontoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
c. Generalization (mearik kesimpulan atau generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prrinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirimuskan prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi.
5. Rancangan Pembelajaran Discovery Learning
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan pendidikan
: SMAN 1 Palembang
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/2
Materi Pokok
: Elastisitas
Jumlah Pertemuan
: 4 Pertemuan
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkaan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), Santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai sebagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengatahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humanioradenganwawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai denganbakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret danranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuannya.
B. Kompetensi Dasar
1. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad
raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur,
teliti,cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan percobaan, melaporkan, dan
berdiskusi.
3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan
hasil percobaan.
4. Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan
dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
6. Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisistas suatu
bahan.
C. Pertemuan Pertama : Sifat-sifat Elastisitas Bahan
I.
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menelaah besaran-besaran fisis yang terkait dengan elastisitas bahan.
2. Menyimpulkan definisi elastisitas bahan logam (bendan padat)
3. Mengukur stress dan strain.
4. Mempresentasikan hasil kajian demonstrasi dan eksperimen tentang sifatsifat elastisitas bahan.
5. Membuat laporan tertulis semua hasil kajian demonstrasi dan eksperimen
tentang sifat-sifat elastisitas bahan.
II. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan demonstrasi, eksperimen, dan diskusi diharapkan siswa
dapat menganalisis sifat-sifat elastisitas bahan, melakukan pengukuran
besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat, mengolah
dan menganalisis hasil percobaan sifat elastisitas bahan, menyadari kebesaran
Allah SWT yang menciptakan dan mengatur jagad raya, serta menunjukkan
perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari.
III. Materi Pembelajaran
1. Besaran-besaran fisis pada elastisitas bahan.
2. Pengertian elastisas bahan.
3. Stress, strain dan modulus elastis.
IV. Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)
V. Metode Pembelajaran
1. Model
: Discovery Learning
2. Metode
: Demonstrasi, Eksperimen, Dan Diskusi
3. Pendekatan
: Scientific
VI. Media, alat, dan sumber pembelajaran
1. Media
: Laptop. LCD, Whiteboard
2. Alat dan Bahan
a. Karet
b. Pegas
c. Plastik
d.
Lilin Plastisin
e. Mistar
f. Mikrometer skrupatau jangka Sorong
g. Beban 50 gr, 100 gr,dan150gr.
h. Statif
3. Sumber Pembelajaran
a. Buku Fisika SMA Kelas X karangan Supiyanto
b. Buku Fisika SMA Kelas X karangan Martin Kanginan
c. LKS GLB
VII. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,
memeriksa kehadiran siswa, kemudian mengatur tempat duduk
secara berkelompok
Sebagai apersepsi, siswa diberi kesempatan untuk mengingat
kembali konsep GMB
Stimulasi
Guru memperlihatkan berbagai benda elastis dan plastis misalnya
karet dan lilin plastisin, kemudian guru mengajuka pertanyaan :
1. Diantara benda-benda tersebut benda mana yang termasuk benda
plastis dan elastis ?
2. Bagaimana cara membedakan benda plastis dengan benda elastis ?
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari sifat-sifat
elastisitas bahan.
2. Kegiatan Inti
Pembahasan tugas dan identifikasi masalah
Guru menyampaikaninformasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan yaitu eksperimen mengukur stress, strain dan modulus elastis
beberapa benda.
Observasi
Guru meminta siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengkaji
lks pengukuran stress,strain dan modulus elastis beberapa benda yang
harus diperoleh melalui percobaan.
Pengumpulan data
Guru meminta siswa melakukan percobaan pengukuran stress,
strain danmodulus elastis beberapa benda.
Guru meminta siswa mengamati percobaan dan mencatat data pada
kolom yang tersedia di LKS.
Pengolahan Data dan Analisis
Guru meminta siswa mengolah dan menganalisis data dari setiap
percobaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS.
Verifikasi
Guru meminta salah satu kelompok siswa untuk mempresentasikan
hasil percobaan.
Guru meminta siswa untuk melakukan diskusi tentang sifat-sifat bahan
berdasarkan hasil data percobaan.
Generalisasi
Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang sifat-sifat
elastisitas bahan.
3. Penutup
Guru mengajak siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa saja yang dapat kita simpulkan dari kegiatan pembelajaran yang
telah kita lakukan ?
2. Siswa mengerjakan beberapa soal uraian sebagai tes formatif.
3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang paling
baik.
VIII. Penilaian
Metode dan Bentuk Instrumen
No
Bentuk Instrumen
1
Sikap
Lembar pengamatan sikap dan rubrik
2
Tes Unjuk Kerja
Tes penilaian kinerja sifat elastisitas bahan
3
Tes Tertulis
Tes uraian
Contoh instrumen
Lembar pengamatan sikap
No
Aspek yang dinilai
1
Rasa ingi tahu (curiosity)
2
Ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan
percobaan
3
Ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar
dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok
4
Keterampilan berkomunikasi pada saat belajar
3
2
1
Keterangan
Rubrik penilaian sikap
No
Aspek yang dinilai
1
Menunjukkan rasa 1. Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias,
ingi tahu
Rubrik
aktif dalam kegiatan kelompok
2. Menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu
antusias, baru terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok ketika disuruh
3. Tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan,
sulit terlibat aktif dalam kegiatan kelompok
walaupun telah didorong untuk terlibat
2
Ketelitian dan hati- 1. Mengamati
hati
hasil
percobaan
sesuai
dengan
prosedur, hati-hati dalam melakukan percobaan
2. Mengamati hasil percobaan sesuai prosedur,
kurang hati-hati dalam melakukan percobaan
3. Mengamati hasil percobaan tidak sesuai prosedur,
tidak hati-hati dalam melakukan percobaan
3
Ketekunan
dan 1. Tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil
tanggung jawab
terbaik yang bisa dilakukan, berupaya tepat waktu
2. Berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas,
namun belum menunjukkan upaya terbaiknya
3. Tidak
berupaya
sungguh-sungguh
dalam
menyelesaikan tugas dan tugasnya tidak selesai
4
Berkomunikasi
1. Aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukakan
gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain
2. Aktif
dalam
tanya
jawab,
tidak
ikut
mengemukakan gagasan atau ide, menghargai
pendapat siswa lain
3. Kurang aktif dalam tanya jawab, tidak ikut
mengemukakan
gagasan
atau
ide,
kurang
menghargai pendapat siswa lain
Lembar pengamatan kinerja eksperimen
No
Keterampilan
Skor
Rubrik penilaian
yang dinilai
1.
Merangkai
3
Rangkaian sesuai dengan gambar pada panduan
peralatan
2
Rangkaian kurang sesuai dengan gambar pada
panduan
1
Rangkaian tidak sesuai dengan gambar pada
panduan
2.
Menggantungi 3
Beban dugantung secara benar dengan benda uji
beban
Benda digantung kurang tepat dengan benda uji
pada 2
benda uji
3.
1
Benda digantung tidak tepat dengan benda uji
Mengukur
3
Pengukuran dilakukan dengan sangat tepat
pertambahan
2
Pengukuran dilakukan dengan kurang tepat
1
Pengukuran dilakukan dengan tidak tepat
panjang benda
uji
Instrumen Tes Tertulis
Soal uraian
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan elastisitas, stress, strain, dan modulus
elastis?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar stress, strain benda?
3. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang 2 x 10 -6 m2.
Modulus elastis baja 2 x 1011 N/m2. Sebuah gaya dikerjakan untuk menarik
kawat itu sehigga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya tarik itu.
Rubrik Penilain Soal Uraian
No.
Uraian
Skor
1.
Jika jawaban benar dan lengkap
20
2.
Jika jawaban benar dan lengkap
30
3.
Jika jawaban benar dan lengkap
50
Total
100
D. Pertemuan Kedua
: Hukum Hooke
E. Pertemuan Ketiga
: Susunan Pegas
Aplikasi Model Discovery Learning dalam pembelajaran Fisika
Mata pelajaran fisika sekolah menengah atas (SMA) sebagai bagian dari
mata pelajaran IPA di SMA merupakan kelanjutan dari pelajaran fisika di sekolah
menengah pertama (SMP) yang mempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena
lain yang ada hubungannya dengan energi selain itu juga mempelajari keterkaitan
konsep-konsep fisika dengan kehidupan nyata dan pengembangan sikap dan
kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta
dampaknya. Mata pelajaran fisika di SMA berfungsi sebagai :
1. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi,
2.
Mengembangkan
dan
menggunakan
ketermpilan
proses
untuk
memperoleh,menghayati, mengembangkan danmenerapkan kosep dan hukumhukum serta asas-asas fisika,
3. Melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya,
4. Meningkatkan kesadaran siswa tentang keteraturan alam dan keindahannya
sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Tuhan Yang
Maha Esa,
5. Memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar,
6. Menunjang pelajaran IPA lain (biologi dan kimia) dan mata pelajaran lainnya
serta membantu siswa memahami gagasan atau informasi dalam teknologi.
Bahan kajian mata pelajaran fisika di SMA dikembangkan dari bahan
kajian fisika di SMP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang
mengandung konsep-konsep yang abstrak dan dibahas secara kuantitatif analitis.
Konsep dan subkonsep fisika tersebut diperoeh dari berbagai kegiatan yang
menggunakan keterampilan proses. Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar
siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling berkaitan serta mampu
menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan
Yang Maha Esa.
Hasil
pengamatan
dilapangan
dalam
proses
pembelajaran
fisika
menunjukkan beberapa kendala,antara lain kurangnya partisipasi guru dalam
merancang dan menerapkan berbagai metode yang relevan dengan situasi kelas,
sistem evaluasi yang tidak berdimensi diagnostik untuk mencari penyebab
sulitnya siswa memahami mata pelajaran fisika, adanya motivasi yang rendah
dalam diri siwa karna metode pembelajaran yang selama ini dikembangkan tidak
membuat siswa itu sendiri tertarik dan merasa takjub bahwa fenomena fisika
disekitarnya begitu mempesona untuk dipelajari, dan masih banyaknya siswa yang
terpaksa menghafal pelajaran karna penjelasan guru tidak membantu siswa
mendeskripsikan fisika secara benar
Aplikasi sains/fisika dalam kehidupan mengandung arti penerapan
komponen teknologi. Berdasarkan pemikiran tersebut berkembanglah upaya untuk
mengintegrasikan pendidikan sains dengan pendidikan teknologi. Pendidikan
teknologi dapat mengandung arti pendidikan keterampilan untuk mengoperasikan
produk teknologi, membuat alat-alat teknologi dan cara pemeliharaan peralatan
teknik. Akan tetapi pendidikan teknologi dapat juga mengandung arti memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh teknologi dalam kehidupan
sehari-hari dan melatih memecahkan masalah yang rumit secara ilmiah dan juga
dengan memperhatikan norma-norma yang ada di masyarakat.
Dengan demikian, melalui pendidikan sains/fisika siswa terlatih untuk
menemukan dan memahami apa yang terjadi di alam sekitarnya, yakni pendekatan
mengajar yang disebut pendekatan lingkungan. Dengan demikian, pada pendekatan lingkungan mengandalkan sarana alam sekitarnya sebagai laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
N.K, Roestiyah.2008.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful.2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Bheta.
Sahara, Cucu dan Nanang Hanafiah.2012. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Wounter Van Joolingen.2007. https://telearn.archives-ouverter.fr/hal-00197349
(diakses pada tanggal 18 November 2014)
https://www.sman1darulaman.com/?p=39 (diakses pada 17 November 2014)
https://dharmawangureefisika.wordpress.com/2014/02/13/rpp-fisika-kurikulum2013-model-discovery-learning/ (diakses pada 18 November 2014)
https://fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com/2011/12/meyode-discovery-dalampembelajaran.html (diakses pada 18 novembber 2014)
https://mujito.wordpress.com/pembelajaran/pendekatan-discovery-inquiry-dansts-dalam-pembelajaran-fisika/
http://edukasi.kompasiana.com/2014/08/06/penerapan-model-pembelajarandiscovery-learning-pada-pembelajaran-struktur-isi-cerpen-smp-kelas-vii667338.html
MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY LEARNING
DAN
APLIKASI PEMBELAJARAN DALAM FISIKA
Model Pembelajaran Discovery Learning
Pada kurikulum 2013, model pembelajaran discovery learning merupakan
salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untuk diterapkan. Hal ini
dikarenakan discovery learning mendekati pendekatan saintifik. Pendekatan
saintifik memiliki prinsip-prinsip diantaranya peserta didik difasilitasi mencari
tahu, pesrta didik tidak hanya satu sumber belajar melainkan berbagai sumber
belajar seperti media elektronika dan melakukan eksperimen, pembelajaran
berbasis kompetensi, pembelajaran terpadu, pembelajaran yang menekankan pada
jawaban divergen, dan pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, peningkatan
keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaiatan antara hard-skills dan soft-skills.
Model discovery learning memiliki kesamaan demgan model inquiry dan
model problem solving. Namun, Discovery learning lebih menekankan pada
permasalahan yang telah direkayasa oleh pendidik dan juga permasalahan tersebut
belum diketahui oleh siswa. Tiga ciri utama belajar menemukan (discovery
learning) yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada.
Hipotesis
Eksperimen
Gambar. Penemuan menggambarkan sebagai penemuan pada dua ruang
Berikut ini merupakan baganpendekatan Discovery/Inquiry dalam pembelajaran
(syaiful sagala: 2010).
Guru memiliki tingkah laku/tujuan
Guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa mengemukakan
Siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif)
Siswa mencari informasi
untuk membuktikan praduga
Siswa menarik kesimpulan
Secara spontan siswa
menjelajahi informasi/data
untuk menguji praduga baik
secara individu maupun
kelompok
inquiry
Siswa tidak banyak
Guru membantu
siswa/mendorong melakukan
kegiatan belajar untuk
mencari informasi yang
diperoleh
Peserta didik tidak banyak
berusaha mencari informasi
untuk membuktikan praduga
Pengertian Discovery Learning
Discovery diartikan sebagai penemuan. Dalam hal ini, discovery learnig
merupakan model pembelajaran yang ditujukan kepada peserta didik untuk
menemukan pengetahuan secara mandiri dari permasalahan-permasalahan yang
diajukan oleh pengajar sehingga pada klimaksnya peserta didik memiliki rasa
percaya diri akan temuannya (hasil berpikirnya).
Menurut Sund,”discovery adalah proses mental dimana siswa mamu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah
mengamati. Mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah
N.K,2008:20). Model pembelajaran discovery learning diterapkan agar siswa
dapat menemukan konsep-konsep dan pengetahuan baru serta peserta didk
mengetahui bagaimana ilmuwan dahulu menemukan hukum-hukum baru, teoriteori baru, dan konsep-konsep baru.
Menurut Jerome Bruner model belajar yang dikenal dengan nama belajar
penemuan (discovery learninag) yaitu, siswa berperan lebih aktif dan berusaha
sendiri memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan tertentu. Model
pembelajaran ini mengubh teacher oriental menjadi student oriental, sehingga
peserta didik secara mandiri dalam memperoleh pengetahuan. Namun, Guru tidak
melepaskan kewajibannya sebagai ppembimbing dan mengarah kegiatan belajar
sesuai dengan tujuan.
Menurut Wounter van joolingen, Discovery learning adalah model
pembelajaran dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri
dengan melakukan percobaan dan menyimpulkan sendiri dari hasil percobaan.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan
pentinhnya pemahaman struktur atau ie-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,
melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1997) dalam pembelajaran dengan penemuan
siswa didorong untuk sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
1. Tujuan dan Fungsi Model Discovery Learning
Tujuan dari discovery learning adalah peserta didik dapat merancang
eksperiman mereka sendiri dan menyimpulkan sendiri serta mereka benarbenar membangun pengetahuan sendiri. Oleh karena itu, kegiatan konstruktive,
diasumsikan agar mereka memahami sesuatu lebih dari pengetahuan ysng
diajarkan oleh pendidik.
Adapun fungsi dari model pembelajaran discovery learning adalah sebagai
berikut:
1. Membangun komitmen peserta didik dalam belajar yang diwujudkan dalam
keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan
sesuatu dalam proses pembelajaran.
2. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
3. Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuan.
2. Keunggulan Modek Discovery Learning
Menurut Roestiyah (2008:21), keunggulan Discovery Learning diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Memperbanyak kesiapan siswa; serta penguasaan keterampilan dalam
proses kognitif atau pengenalan siswa.
b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
c) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
d) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
e) Mampu mengarahkan kemampuan siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
f) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
g) Strategi itu berpusat kepada siswa tidak kepada guru. Guru hanya sebagai
teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman,dkk
(2001: 179) sebagai berikut:
a) Siswa aktif dalam kegiatan belajar,sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
b) Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.
c) Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat.
d) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih
mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
e) Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
3. Kelemahan Model Discovery Learning
Menurut Roestiyah (2008:21), kelemahan Discovery Learning adalah sebagai
berikut:
a) Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.
b) Bila kelas terlalu besar, penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
c) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional.
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran discovery learning
Pada
model
pembelajaran
discovery
tahap-tahap
pelaksanaan
proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan Pembelajaran
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi).
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping
itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyadiakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
2.
Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
3. Data Collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan
kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar atau tudaknya hipotesis. Pada tahap
ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
4. Data Processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contohcontoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
c. Generalization (mearik kesimpulan atau generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prrinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirimuskan prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi.
5. Rancangan Pembelajaran Discovery Learning
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan pendidikan
: SMAN 1 Palembang
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/2
Materi Pokok
: Elastisitas
Jumlah Pertemuan
: 4 Pertemuan
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkaan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), Santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai sebagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengatahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humanioradenganwawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai denganbakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret danranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuannya.
B. Kompetensi Dasar
1. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad
raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur,
teliti,cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan percobaan, melaporkan, dan
berdiskusi.
3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan
hasil percobaan.
4. Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan
dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
6. Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisistas suatu
bahan.
C. Pertemuan Pertama : Sifat-sifat Elastisitas Bahan
I.
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menelaah besaran-besaran fisis yang terkait dengan elastisitas bahan.
2. Menyimpulkan definisi elastisitas bahan logam (bendan padat)
3. Mengukur stress dan strain.
4. Mempresentasikan hasil kajian demonstrasi dan eksperimen tentang sifatsifat elastisitas bahan.
5. Membuat laporan tertulis semua hasil kajian demonstrasi dan eksperimen
tentang sifat-sifat elastisitas bahan.
II. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan demonstrasi, eksperimen, dan diskusi diharapkan siswa
dapat menganalisis sifat-sifat elastisitas bahan, melakukan pengukuran
besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat, mengolah
dan menganalisis hasil percobaan sifat elastisitas bahan, menyadari kebesaran
Allah SWT yang menciptakan dan mengatur jagad raya, serta menunjukkan
perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari.
III. Materi Pembelajaran
1. Besaran-besaran fisis pada elastisitas bahan.
2. Pengertian elastisas bahan.
3. Stress, strain dan modulus elastis.
IV. Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)
V. Metode Pembelajaran
1. Model
: Discovery Learning
2. Metode
: Demonstrasi, Eksperimen, Dan Diskusi
3. Pendekatan
: Scientific
VI. Media, alat, dan sumber pembelajaran
1. Media
: Laptop. LCD, Whiteboard
2. Alat dan Bahan
a. Karet
b. Pegas
c. Plastik
d.
Lilin Plastisin
e. Mistar
f. Mikrometer skrupatau jangka Sorong
g. Beban 50 gr, 100 gr,dan150gr.
h. Statif
3. Sumber Pembelajaran
a. Buku Fisika SMA Kelas X karangan Supiyanto
b. Buku Fisika SMA Kelas X karangan Martin Kanginan
c. LKS GLB
VII. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,
memeriksa kehadiran siswa, kemudian mengatur tempat duduk
secara berkelompok
Sebagai apersepsi, siswa diberi kesempatan untuk mengingat
kembali konsep GMB
Stimulasi
Guru memperlihatkan berbagai benda elastis dan plastis misalnya
karet dan lilin plastisin, kemudian guru mengajuka pertanyaan :
1. Diantara benda-benda tersebut benda mana yang termasuk benda
plastis dan elastis ?
2. Bagaimana cara membedakan benda plastis dengan benda elastis ?
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari sifat-sifat
elastisitas bahan.
2. Kegiatan Inti
Pembahasan tugas dan identifikasi masalah
Guru menyampaikaninformasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan yaitu eksperimen mengukur stress, strain dan modulus elastis
beberapa benda.
Observasi
Guru meminta siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengkaji
lks pengukuran stress,strain dan modulus elastis beberapa benda yang
harus diperoleh melalui percobaan.
Pengumpulan data
Guru meminta siswa melakukan percobaan pengukuran stress,
strain danmodulus elastis beberapa benda.
Guru meminta siswa mengamati percobaan dan mencatat data pada
kolom yang tersedia di LKS.
Pengolahan Data dan Analisis
Guru meminta siswa mengolah dan menganalisis data dari setiap
percobaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS.
Verifikasi
Guru meminta salah satu kelompok siswa untuk mempresentasikan
hasil percobaan.
Guru meminta siswa untuk melakukan diskusi tentang sifat-sifat bahan
berdasarkan hasil data percobaan.
Generalisasi
Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang sifat-sifat
elastisitas bahan.
3. Penutup
Guru mengajak siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa saja yang dapat kita simpulkan dari kegiatan pembelajaran yang
telah kita lakukan ?
2. Siswa mengerjakan beberapa soal uraian sebagai tes formatif.
3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang paling
baik.
VIII. Penilaian
Metode dan Bentuk Instrumen
No
Bentuk Instrumen
1
Sikap
Lembar pengamatan sikap dan rubrik
2
Tes Unjuk Kerja
Tes penilaian kinerja sifat elastisitas bahan
3
Tes Tertulis
Tes uraian
Contoh instrumen
Lembar pengamatan sikap
No
Aspek yang dinilai
1
Rasa ingi tahu (curiosity)
2
Ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan
percobaan
3
Ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar
dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok
4
Keterampilan berkomunikasi pada saat belajar
3
2
1
Keterangan
Rubrik penilaian sikap
No
Aspek yang dinilai
1
Menunjukkan rasa 1. Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias,
ingi tahu
Rubrik
aktif dalam kegiatan kelompok
2. Menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu
antusias, baru terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok ketika disuruh
3. Tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan,
sulit terlibat aktif dalam kegiatan kelompok
walaupun telah didorong untuk terlibat
2
Ketelitian dan hati- 1. Mengamati
hati
hasil
percobaan
sesuai
dengan
prosedur, hati-hati dalam melakukan percobaan
2. Mengamati hasil percobaan sesuai prosedur,
kurang hati-hati dalam melakukan percobaan
3. Mengamati hasil percobaan tidak sesuai prosedur,
tidak hati-hati dalam melakukan percobaan
3
Ketekunan
dan 1. Tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil
tanggung jawab
terbaik yang bisa dilakukan, berupaya tepat waktu
2. Berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas,
namun belum menunjukkan upaya terbaiknya
3. Tidak
berupaya
sungguh-sungguh
dalam
menyelesaikan tugas dan tugasnya tidak selesai
4
Berkomunikasi
1. Aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukakan
gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain
2. Aktif
dalam
tanya
jawab,
tidak
ikut
mengemukakan gagasan atau ide, menghargai
pendapat siswa lain
3. Kurang aktif dalam tanya jawab, tidak ikut
mengemukakan
gagasan
atau
ide,
kurang
menghargai pendapat siswa lain
Lembar pengamatan kinerja eksperimen
No
Keterampilan
Skor
Rubrik penilaian
yang dinilai
1.
Merangkai
3
Rangkaian sesuai dengan gambar pada panduan
peralatan
2
Rangkaian kurang sesuai dengan gambar pada
panduan
1
Rangkaian tidak sesuai dengan gambar pada
panduan
2.
Menggantungi 3
Beban dugantung secara benar dengan benda uji
beban
Benda digantung kurang tepat dengan benda uji
pada 2
benda uji
3.
1
Benda digantung tidak tepat dengan benda uji
Mengukur
3
Pengukuran dilakukan dengan sangat tepat
pertambahan
2
Pengukuran dilakukan dengan kurang tepat
1
Pengukuran dilakukan dengan tidak tepat
panjang benda
uji
Instrumen Tes Tertulis
Soal uraian
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan elastisitas, stress, strain, dan modulus
elastis?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar stress, strain benda?
3. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang 2 x 10 -6 m2.
Modulus elastis baja 2 x 1011 N/m2. Sebuah gaya dikerjakan untuk menarik
kawat itu sehigga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya tarik itu.
Rubrik Penilain Soal Uraian
No.
Uraian
Skor
1.
Jika jawaban benar dan lengkap
20
2.
Jika jawaban benar dan lengkap
30
3.
Jika jawaban benar dan lengkap
50
Total
100
D. Pertemuan Kedua
: Hukum Hooke
E. Pertemuan Ketiga
: Susunan Pegas
Aplikasi Model Discovery Learning dalam pembelajaran Fisika
Mata pelajaran fisika sekolah menengah atas (SMA) sebagai bagian dari
mata pelajaran IPA di SMA merupakan kelanjutan dari pelajaran fisika di sekolah
menengah pertama (SMP) yang mempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena
lain yang ada hubungannya dengan energi selain itu juga mempelajari keterkaitan
konsep-konsep fisika dengan kehidupan nyata dan pengembangan sikap dan
kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta
dampaknya. Mata pelajaran fisika di SMA berfungsi sebagai :
1. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi,
2.
Mengembangkan
dan
menggunakan
ketermpilan
proses
untuk
memperoleh,menghayati, mengembangkan danmenerapkan kosep dan hukumhukum serta asas-asas fisika,
3. Melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya,
4. Meningkatkan kesadaran siswa tentang keteraturan alam dan keindahannya
sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Tuhan Yang
Maha Esa,
5. Memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar,
6. Menunjang pelajaran IPA lain (biologi dan kimia) dan mata pelajaran lainnya
serta membantu siswa memahami gagasan atau informasi dalam teknologi.
Bahan kajian mata pelajaran fisika di SMA dikembangkan dari bahan
kajian fisika di SMP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang
mengandung konsep-konsep yang abstrak dan dibahas secara kuantitatif analitis.
Konsep dan subkonsep fisika tersebut diperoeh dari berbagai kegiatan yang
menggunakan keterampilan proses. Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar
siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling berkaitan serta mampu
menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan
Yang Maha Esa.
Hasil
pengamatan
dilapangan
dalam
proses
pembelajaran
fisika
menunjukkan beberapa kendala,antara lain kurangnya partisipasi guru dalam
merancang dan menerapkan berbagai metode yang relevan dengan situasi kelas,
sistem evaluasi yang tidak berdimensi diagnostik untuk mencari penyebab
sulitnya siswa memahami mata pelajaran fisika, adanya motivasi yang rendah
dalam diri siwa karna metode pembelajaran yang selama ini dikembangkan tidak
membuat siswa itu sendiri tertarik dan merasa takjub bahwa fenomena fisika
disekitarnya begitu mempesona untuk dipelajari, dan masih banyaknya siswa yang
terpaksa menghafal pelajaran karna penjelasan guru tidak membantu siswa
mendeskripsikan fisika secara benar
Aplikasi sains/fisika dalam kehidupan mengandung arti penerapan
komponen teknologi. Berdasarkan pemikiran tersebut berkembanglah upaya untuk
mengintegrasikan pendidikan sains dengan pendidikan teknologi. Pendidikan
teknologi dapat mengandung arti pendidikan keterampilan untuk mengoperasikan
produk teknologi, membuat alat-alat teknologi dan cara pemeliharaan peralatan
teknik. Akan tetapi pendidikan teknologi dapat juga mengandung arti memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh teknologi dalam kehidupan
sehari-hari dan melatih memecahkan masalah yang rumit secara ilmiah dan juga
dengan memperhatikan norma-norma yang ada di masyarakat.
Dengan demikian, melalui pendidikan sains/fisika siswa terlatih untuk
menemukan dan memahami apa yang terjadi di alam sekitarnya, yakni pendekatan
mengajar yang disebut pendekatan lingkungan. Dengan demikian, pada pendekatan lingkungan mengandalkan sarana alam sekitarnya sebagai laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
N.K, Roestiyah.2008.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful.2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Bheta.
Sahara, Cucu dan Nanang Hanafiah.2012. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Wounter Van Joolingen.2007. https://telearn.archives-ouverter.fr/hal-00197349
(diakses pada tanggal 18 November 2014)
https://www.sman1darulaman.com/?p=39 (diakses pada 17 November 2014)
https://dharmawangureefisika.wordpress.com/2014/02/13/rpp-fisika-kurikulum2013-model-discovery-learning/ (diakses pada 18 November 2014)
https://fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com/2011/12/meyode-discovery-dalampembelajaran.html (diakses pada 18 novembber 2014)
https://mujito.wordpress.com/pembelajaran/pendekatan-discovery-inquiry-dansts-dalam-pembelajaran-fisika/
http://edukasi.kompasiana.com/2014/08/06/penerapan-model-pembelajarandiscovery-learning-pada-pembelajaran-struktur-isi-cerpen-smp-kelas-vii667338.html