UNIVERSITAS ISLAM RIAU FAKILTAS ILMU SOS

1

UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKILTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

TEORI ADMINISTRASI PUBLIK
PERKEMBANGAN ADMINISTRASI NEGARA DI INDONESIA PADA AWAL
REFORMASI SAMPAI 2005
TUGAS KELOMPOK
Diajukan Untuk Memenuhui Salah Satu Syarat Penyusunan Tugas Kelompok Mata
Kuliah Teori Administrasi Publik Semester III (Tiga)
Program Studi Administrasi Publik
Pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Page

1

DOSEN PENGAMPU : Bapak Dr.H.Tarmizi Yussa,MA
DISUSUN OLEH : KELOMPOK III
WALPAJRI ILHAMI PUTRA ( KETUA )

: 157110599
YESI RATNA SARI ( SEKRETARIS )
:157110565
YULIANI ( BENDAHARA )
:157110253
SHILA NINDYA ARIF
:157110274
SILVIA RAHMI
:157110580
SUSRI MURTI
:157110370
SUPRYANDI
:157110005
WISNU MIMBAR MAULANA
:157110479
WIRIDONA
:157110450
ZIKRI ABDILLAH
157110470
YUNITA SARI

:157110514

:

KELAS : Administrasi Publik D/III (2015)
PROGRAM ADMINISTRASI PUBLIK
PEKANBARU 2016
1

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis ucapkan kehadiaran tuhan yang maha esa, atas
limpahan karunianya dan rahmatnya tim penulis dapat menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah teori administrasi public semester tiga , dengan dosen
pengampu Dr.H.Tarmizi Yussa,MA. Makalah ini berisi tentang “ administrasi public
Perkembangan

Pada


Periode

Awal

Reformasi

Sampai

2005”

.Tim

penulis

mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.H.Tarmizi Yussa,MA .Sebagai dosen pengampu mata kuliah teori
administrasi public
2. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan dalam pendidikan
perkuliahan ini

3. Rekan-rekan seperjuangan, administrasi public D 2015 yang turut membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disusun dari beberapa literature yaitu dari buku dan media buku,
berupa karya tulis ilmiah mengenai administrasi public Perkembangan Pada Periode
Awal Reformasi Sampai 2005. Tim penulis menyadari hambatan dan tantangan
yang ditemui dalam menyusun makalah ini, serta keterbatasan pemikiran Tim
penulisan sendiri. Untuk itu kritikan dan saran dari pembaca sangat kami harapkan,

Page

dalam penulisan makalah selanjutnya.

2

guna penyempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini menjadi acuan

Pekanbaru, November
2016

Tim penulis

2

3

DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………………………
…………………………………… i
Daftar

isi

………………………………………………………………………………………………………………
………………………………. ii
Absensi

Kehadiran

Diskusi


Kelompok

………………………………………………………………………………………………….. iii
BAB

I

Pendahuluan

………………………………………………………………………………………………………………
……………… 1
1.1Latar
Belakang………………………………………………………………………………………………
……………………………….. 1
1.2Lokus

dan

Fokus……………………………………………………………………………………………………
……………………….. 1

1.3Rumusan

Page

……………………….... 2

3

Masalah………………………………………………………………………………………………
1.4Tujuan…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………. 2
BAB II Studi kepustakaan
2.1 Konsep Administrasi
2.2 Konsep Administrasi public
2.3 Konsep Paradigma Administrasi Publik
2.4 Konsep Reformasi Administrasi
3

4
BAB II Pembahasan

2.1 Perkembangan Administrasi Negara di Indonesia pada Awal Reformasi Sampai
2005
BAB IV Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

ABSENSI KEHADIRAN DISKUSI KELOMPOK III
MATA KULIAH

: TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

DOSEN PENGAMPU

: Dr.H.Tarmizi Yussa,MA

PROGRAM STUDI

: ADMINISTRASI PUBLIK D (2015)

NAMA


NPM

1.

157110599

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Walpajri Ilhami
Putra
Yesi Ratna Sari
Sufriyandi
Sheila Nindia
Yunita Sari

Susri murti
Silvia Rahmi

8.

Zikri Abdillah

157110470

PERTEMUAN DISKUSI
NOV’1 NOV’1 NOV’
NOV’1
6
6
16
6

KET

Page


4

N
O

157110565
157110055
157110274
157110514
157110370
157110580

4

5
9.

Wiridona Riski

157110450

1
0.
1
1.
1

Yuliyani

157110253

Wisnu Mimbar
M.

157110470

2

Pekanbaru, November 2016
Koodinator Kelompok III

Walpajri ilhami putra

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Administrasi publik atau administrasi negara sebenarnya bukanlah kajian

5

baru di Indonesia, bahkan kajian ini sempat berkembang pesat sejalan dengan
Page

perkembangan praktik tata pemerintahan. Kondisi inilah yang mengidentitikkan
administrasi publik (public administration) dengan administrasi negara yang
sebagian besar perspektifnya berfokus pada negara (state centris). Reformasi
administrasi publik sebagai salah satu bidang kajian administrasi yang selalu
menarik untuk dikritisi. Secara teoritis, lahirnya gejala ini sebagai akibat logis dari
adanya kecenderungan pergeseran perkembangan ilmu administrasi publik yang
beralih dari normative science ke pendekatan behavioral-ekologis.

5

6
Pada awal perkembangannya, kajian administrasi publik sangat erat
kaitannya dengan negara, bahkan administrasi publik diidentikan pula dengan
birokrasi, sebagaimana dikatakan Nicholas Henry dalam “Public Administration and
Public Affairs” (1975), bahwa “For the letter part of the twentieth century, the public
bureaucracy has been the locus of public policy formulation and the major
determinant of where this country is going”. Dalam tulisannya itu Henry
menggunakan istilah “birokrasi publik” untuk menyebut “administrasi publik”.
Gejala perkembangan masyarakat sebagai akibat dari adanya globalisasi, memaksa
semua pihak, terutama birokrasi pemerintah melakukan revisi, perbaikan, dan
mencari alternatif baru tentang sistem administrasi yang lebih cocok dengan
perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman.
Karena itu, dalam membahas mengenai reformasi administrasi publik, maka
kita perlu mengidentifikasi dan memahami terlebih dahulu berbagai kecenderungan
yang berkembang saat ini yang terkait dengan penyelenggaraan administrasi
publik, baru kemudian menguraikan berbagai konsep reformasi administrasi publik
yang

dapat

diterapkan

untuk

mengantisipasi

kecenderungan-kecenderungan

tersebut.
1.2 Locus dan Focus
Administrasi publik locus administrasi publik merupakan bagaimana
pengelolaan pemerintahan terhadap ketepatan dan kecermatan mengutamakan
kepentingan masyarakat publik dan sesegera memutuskan kebijakan publik jika

Page

6

terdpat malah dalam masyarakat

Focus administrasi publik adalah kegiatan pemerintahan yang mampu
menerapkan dan menjalankan kebijaksanaan dan program kegiatan pemerintahan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan mulai dari kegiatan merencanakan,
mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi untuk kepentingan publik .

6

7
Lokus adalah tempat yang menggambarkan dimana ilmu tersebut berada
dalam ini lokus dari ilmu administrasi publik adalah kepentingan publik ( urusan
publik ) dan teori organisasi.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi Adminstrasi publik ?
2. Bagaimana Administrasi publik di indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan administrasi publik di indonesia pada awal
reformasi sampai tahun 2005 ?
1.4 TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi administrasi
2. Untuk mengetahui administrasi ublik di indonesia
3. Untuk mengetahui perkembangan administrasi publik di indonesia pada awal

Page

7

reformasi sampai tahun 2015

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 KONSEP ADMINISTRASI
Secara etimologis, administrasi berasal dari bahasa latin ad dan ministrare,
yang berarti “ membantu, melayani,atau memenuhi” , serta administration yang
berarti



pemberian

bantuan

pemeliharaan,

pelaksanaan,

pimpinan,

dan
7

8
pemerintahan, pengelolahan “. Di italia disebut administrazione, sedangkan prancis,
inggris dan amerika serikat disebut administration. Pengertian tersebut kemudian
berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman.
Di indonesia kita mengenal dan memahami “ administrasi” dari dua bahasa
yang berbeda dengan makna yang berbeda pula. Pertama , administratie dari
bahasa belanda yang kita kenal sejak awal masuknya pengaruh system administrasi
publik klasik ( system administrasi Negara perancis atau system administrasi
Negara eropa barat continental) yang dibawa oleh pemerintahan jajahan belanda.
Istilah administratie dalam bahasa belanda mencakup pengertian stelselmatige
verkrijging, enverwerking van gegevens ( dalam bahasa Indonesia tersebut “ tata
usaha” atau “ administrasi dalam arti sempit” dan bestuur en beheer sekaligus.
Bestuur adalah manajemen akan kegiatan –kegiatan organisasi dan beheer adalah
manajemen akan sumber dayanya ( finansial , personel, materiil, gudang dan
sebagainya).”Prof. DR.H. Wirman Syafri, M.Si ; study tentang administrasi publik; hal
:03”
Pengertian administrasi menurut para ahli :
”Prof.Dr.Sondang P.Siagian.M.P.A”. Administrasi adalah keseluruhan proses
pelaksanaan keputusan keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Prof.Dr.Sondang P.Siagian.M.P.A ;administrasi pembangunan; hal :4”
Menurut Syamsi(1985:10) Administrasi adalah seluruh kegiatan dalam setiap
usaha, kerja sama,yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih orang orang secara
bersama sama dan simultan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .
Dwight waldo(1971) Administrasi adalah suatu bentuk daya upaya yang

Page

8

koopratif yang mempunyai tingkat rasionaliteit yang tinggi.
The liang gie(1980:9) Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu.

2.2 KONSEP ADMINISTRASI PUBLIK
8

9
Terminologi public administration ini berasal dari Amerika serikat dan inggris
yang pada awalnya di ahli bahasakan menjadi ilmu administrasi publik. Jauh
sebelumnya orang mempergunakan istilah ilmu pemerintahan untuk menyebut
subjek ini, namun perlu diketahui bahwa ilmu pemerintahan tidak betul – betul
sama dengan ilmu administrasi publik. Istilah ilmu pemerintahan merupakan
terjemahan yang dipandang ekuivalen ( mengandung pengertian yang sama)
dengan istilah “ bestuurskunde, bestuurswetenschap atau bestuursleer” dalam
bahasa belanda. Istilah ini di impor keindonesia dari eropa barat continental pada
zaman pemerintahan colonial belanda. Apabila di lacak lebih jauh , dilam bahasa
jerman juga ditemukan istilah yang dipergunakaan untuk menujuk subjek yang
sama, yakni verwalttungslehre. Disamping ilmu pemerintahan, berkembang pula
istilah – istilah yang ekuivalen dengan ilmu pemerintahan seperti ilmu tata praja,
ilmu administrasi tata praja, ilmu administrasi tata pemerintahan dan yang
terakhir berkembang adalah istilah kybernologi. Apabila orang mempergunakan
konsep analisi structural fungsional dan konsep kebudayaan, orang tidak akan
dapat memberikan batasan yang tepat tentang public administration. Konsep
analisis structural fungsional memusatkan perhatian kepada pola – pola
pengalamn manusia yang ajek atau rutin ( universal ), sedangkan konsep
kebudayaan menitikberatkan pada keragaman pengalamn manusia ( berbeda
ruang dan waktu).
Sehubungan dengan itu, konsep analisis sruktural fungsional
menyediakan alat untuk membahas gejala – gejala yang ajek, sementara konsep
kebudayaan menyediakan alat untuk mempelajari gejala – gejala yang selalu
berubah – ubah. Namun demikian, kedua konsep tersebut dapat dipergunakan

9

untuk memahami makna dan implikasi pengertian istilah administrasi public. “Prof.
Page

DR.H. Wirman Syafri, M.Si ; study tentang administrasi publik; hal :16-17”

2.3 PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK
9

10
Perkembang suatu bidang ilmu dapat ditelusuri melalu perubahan –
perubahan paradigmanya. Paradigm adalah suatu cara pandang, nilai – nilai,
metode – metode , prinsip dasar, atau pun cara memecahkan suatu masalah, yang
dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada kurun waktu tertentu ( khun, 1970).
Paradigm suatu ilmu akan berubah apabila paradigm tersebut mengalami krisis,
kurang berwibawa, tidak lagi mendapat dukungan, atau pun dipandang tidak
mampu diatasi susatu problema keilmuan ( anumalies) sehingga para digma
tersebut digantikan oleh paradigma baru yang lahir kemudian.
Bercdasarkan kajian yang dilakukan oleh Frederickson (1976), dalam ilmu
administrasi public terdapat enam paradigma dalam pertumbuhannya, yaitu :
1. Paradigma 1 adalah birokrasi klasik
2. Paradigma 2 adalah birokrasi neo – klasik.
3. Paradigma 3 adalah kelembagaan
4. Paradigma 4 adalah hubungan kemanusian
5. Paradigma 5 adalah pilihan pablik
6. Paradigma 6 adalah administrasi Negara baru.
2.3 KONSEP REFORMASI ADMINISTRASI
Dalam buku Reformasi administrasi kajian pemerintahan dan presiden, yang
dimaksud dengan reformasi adalah perbaikan atau perubahan bentuk,
sedangkan

administrasi

berkaitan

dengan

organisasi

dan

manajemen

pemerintahan yang mencangkup seluruh domain kekuasaan negara, yaitu
eksekutif,

legislatif,

dan

yudikatif.

Jadi

reformasi

administrasi

adalah

perbaikan atau perubahan atas organisasi manajemen pemerintahan negara
dari bentuk yang berlaku sebelumnya.

10

memasuki Orde Reformasi, wajarlah kiranya bila istilah adminstrasi
Page

negara di Indonesia diganti menjadi administrasi publik, sesuai dengan
terjemahan harafiah dari sumber aslinya: public administration. Hal ini sudah
seharusnya terjadi karena dengan bergantinya penyelenggaraan negara dari
otoriter menjadi demokratis, maka penyelenggaraan administrasi publik pun
haruslah sesuai dengan semangat dan asas yang terjadi di ranah politik:
bersifat

demokratis.

Dalam

bahasa

yang

lain,

Indonesian

public

administration yang baru merupakan perubahan paradigma dari proses
pemerintahan (government) menjadi proses kepemerintahan (governance).
10

11
Secara ideologis, perubahan ini dapat dikatakan telah mengembalikan
administrasi publik yang selama ini telah hilang dengan mengembalikannya
kepada jati diri aslinya, di mana melayani kepentingan masyarakat tanpar es
er ve merupakan tujuan utamnya.
Maka dari itu, segala praktik penyelenggaraan public administration yang
terjadi pada masa sebelumnya harus dirombak total, karena sudah tidak
sesuai dengan semangat zaman dan tidak kompatibel dengan perspektif baru
penyelenggaraan negara yang bersifat demokratis. Hal ini secara tersirat
juga diamini oleh pemerintahan setelah Orde Baru, di mana jargon
demokratisasi

birokrasi

(pelayanan

publik)

sebagai

fokus

kegiatan

administrasi publik sering disuarakan oleh aktor-aktor pemerintah.
Kini setelah 10 tahun lebih pemerintahan otoriter tumbang, bagaimana
pelaksanaan adminsitrasi publik di Indonesia? Tampaknya, waktu selama itu
masih belum membuat penyelenggaraan administrasi publik beranjak dari
masa transisi. Pemerintah masih sering menyuarakan jargon reformasi
birokrasi dan good governance. Ini artinya, selama ini pemerintah belum
berhasil mereformasi administrasi publik secara total. Miftah Thoha dalam
Administrasi Publik Kontemporer mengemukakan pandangannya terhadap
penyelenggaraan administrasi publik dewasa ini:
Kelembagaan dan sistem administrasi negara kita hingga sekarang ini
masih seperti yang direformasi oleh Presiden Soeharto. Belum ada perubahan
sedikitpun.

Susunan

dan

struktur

organisasi

kelembagaan

birokrasi

pemerintah masih seperti dulu. Sementara itu lingkungan strategis nasional

Page

dahsyat.

11

dan global baik politik maupun ekonomi telah mengalami perubahan yang

Sebagai bukti bahwa reformasi administrasi publik di Indonesia tidak
bergerak maju secara signifikan, selama ini masih banyak terdengar keluhan
dari masyarakat terhadap performa birokrasi. Setiap hari kolom “suara
pembaca” di setiap surat kabar selalu dipenuhi keluhan dari mastarakat yang
tidak puas dengan pelayanan publik. Hasil dari jajak pendapat ini dapat
dijadikan ilustrasi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik:

11

12
Ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang tecermin dari
hasil jajak pendapat tersebut sebaiknya tidak kita telan mentah-mentah,
melainkan seharusnya kita kritisi pula. Indonesia merupakan masyarakat
multikultur. Sebagaimana ciri dominan masyarakat multikultur, seingkali
apriori buruk sangka dan stereotip negatif mengakibatkan kebanyakan warga
masyarakat lebih memosisikan lembaga birokrasi dan personel anggotanya
dalam kesan yang kurang atau tidak baik atau buruk, ketimbang dalam posisi
in between di antara yang baik dan yang buruk. Kebiasaan itu juga
menyebabkan

masyarakat

kehilangan

kemampuan

untuk

tidak

selalu

mengutamakan nilai-nilai dan idealisasi berbasis kultur dominan dalam
menilai segala sesuatunya.
Salah satu contoh konkrit adalah apabila kita bermaksud mengkaji kinerja
birokrasi, kita terbiasa membandingkan dengan kinerja birokrasi di AS atau
negara maju lainnya. Perbandingan ini karena masyarakat mempunyai
keinginan, hasrat, dan tuntutan agar kualitas pengabdian dan pelayanan
birokrasi, sama seperti kualitas pengabdian dan pelayanan publik di negara
maju. (Tapi apa salahnya? Pemerintah sendiri sejak era Soekarno sudah
berusaha

untuk

mengadopsi

sistem

administrasi

AS.) Padahal

dalam

mencoba memotret kinerja birokrasi, sebaiknya yang kita pakai adalah
kondisi dan fakta sebagaimana adanya (das sein) dan juga didasarkan
kepada berbagai pertimbangan yang membedakan secara substansial dan
material antara birokrasi kita dengan birokrasi di negara lain. Apabila
pertimbangan tersebut menjadi acuan bagi masyarakat, maka akan terlihat
bahwa pembandingan antara Indonesia dengan negara maju tersebut
relevan

dan

terlampau

12

tidaklah

jomplang

karena

kondisi

bangunan

Page

administasi publik di Indonesia yang belum mapan dan belum jelas.
Namun yang menjadi catatan, teori mengenai ciri khas masyarakat
multikultur tersebut hanya dapat dijadikan sebagai dalih oleh birokrat pada
masa-masa awal transisi administrasi publik di Indonesia, yaitu pada awal Era
Reformasi. Apabila sampai sekarang, 10 tahun setelah Reformasi berjalan,
masyarakat tetap terlihat tidak puas terhadap birokrasi, maka dalih perihal
kecenderungan masyarakat untuk memandang negatif birokrasi menjadi
tidak berlaku sebab masa 10 tahun kiranya lebih dari cukup untuk
12

13
(seharusnya) dikatakan sudah melewati masa transisi dan pembelajaran dari
yang buruk menjadi ideal.
Ketidakpuasan masyarakat yang tecermin dalam jajak pendapat tersebut
tidak boleh diabaikan dan harus dijadikan bahan refleksi karena salah satu
ciri dari administrasi publik adalah usaha yang dilakukannya sangat
tergantung dari penilaian mata rakyat banyak19. Sementara itu, Gerald E.
Caiden seperti dikutip oleh Suharyanto juga mengungkapkan bahwa salah
satu karakter pokok dari administrasi publik adalah banyak yang diharapkan
darinya20. Oleh karenanya, wajar pula apabila masyarakat mempunyai
standar yang tinggi dalam menilai kinerja birokrasi. Maka apabila didapatkan
kesimpulan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik oleh masyarakat
dinilai tidak memuaskan dan tidak memenuhi standar yang mereka
harapkan, kiranya pemerintah harus menindaklanjutinya dengan tepat dan
bijaksana.
Mengapa perubahan administrasi publik yang diharapkan itu tak kunjung
terjadi? Miftah Thoha dalam Administrasi Publik Kontemporer memberikan
pendapat pribadinya mengenai hal ini:
Mulai pemerintahan reformasi yang dilakukan di awal tahun 1998, saya
mempunyai pandangan bahwa pemerintah kita hingga kini belum pernah
melakukan reformasi dan bahkan pemerintah yang silih berganti itu kurang
perhatiannya terhadap sistem dan tata laksana administrasi negara kita. Apa
visi pemerinah terhadapreformasi atau perubahan sistem administrasi negara

13

sampai sekarang saya belum mengetahui secara jelas.
Ya, memang tampaknya inilah masalah utamanya. Pemerintah tidak
Page

mempunyai komitmen yang serius dalam melakukan reformasi administrasi
(birokrasi). Akibatnya, birokrasi masih terjebak dalam struktur dan sistem
peninggalan Orde Baru. Prof. Yeremias T. Keban dalam pidato pengukuhannya
sebagai

guru

besar

administrasi

publik

UGM

menyatakan

bahwa

pembangunan birokrasi di Indonesia adalah agenda kenegaraan yang
terabaikan.

13

14
Jika

kita

membaca

berita-berita

mengenai

birokrasi

yang

marak

belakangan, memang jelas terlihat bagaimana seseunguhnya kapasitas
birokrasi kita. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membentuk tim khusus
yang menangani rekening liar di sejumlah departemen dan instansi negara,
yang akan mulai bekerja awal Januari 2009. Dilaporkan bahwa ada lebih dari
10 departemen yang dilaporkan melakukan tindak pidana korupsi dengan
menggunakan rekening liar23. Selain itu, BUMN Pertamina sebagai produsen
dan distributor tunggal tabung LPG mengalami kekacauan manajemen
sehingga terjadi kelangkaan LPG di sejumlah daerah.
Dari kejadian tersebut dapat pula disimpulkan, seringkali tidak terjadi
sinkronisasi antara kebijakan pemerintah dengan pengimplementasiannya di
lapangan oleh aparatur publik. Pemerintah telah menerbitkan UU tentang
penertiban rekening liar, namun justru kenyataannya ditengarai ada ribuan
rekening liar yang dimiliki berbagai departemen dan instansi pemerintah.
Dalam konteks kasus kelangkaan LPG, pemerintah memaksa rakyat untuk
melakukan konversi dari minyak tanah ke LPG namun kenyataannya justru
pemerintah

melalui

Pertamina

kedodoran

untuk

menyelenggarakan

pengadaan tabung LPG secara tepat dan lancar. “ L. Misbah Hidayat;
reformasi administrasi: hal 01”

14

BAB III

Page

PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan ilmu administrasi negara di Indonesia pada awal priode
reformasi sampai 2005
Ilmu administrasi negara sebagai suatu kajian yang multidisipliner berada
dalam

kondisi

transisi,

ilmu

ini

senantiasa

berada

dalam

suatu

proses

perkembangan yang tidak menuju ke satu arah saja, melainkan menuju ke
berbagai arah. Perubahan yang terjadi semenjak tahun 1990 an membuat ilmu

14

15
administrasi negara berada dalam proses perubahan yang dinamis. Bahkan
waldo tahun 1968, 35 tahun yang lalu mencatat bahwa perubahan yang sedang
berlangsung

saat itu sebenarnya merefleksi suatu identitas krisis dalam

pembentukan suatu disiplin ilmu pengetahuan termasuk ilmu administrasi negara
ini.
Pada dasa warsa terakhir ini perjuangan untuk menunjukkan keunikan dan
keaslian administrasi negara terus berlangsung bahkan beberapa akademisi
mengatakan semakin intensif. Di Indonesia dilihat dari perspektif akademis
kelihatannya administrasi negara masih banyak mengopi perkembangan yang
terjadi di negara-negara maju. Sementara dilihat dari program kegiatan dari
pemerintahan dan reformasi administrasi pemerintahan sudah ada kemajuan dan
perkembangan semenjak Bung Karno dan Suharto. Adapun sekarang ini
tampaknya masih berada dalam kondisi transisi belum menunjukkan arah yang
jelas kemana reformasi administrasi akan di arahkan. [Buku : Ilmu Administrasi
Publik Kontemporer : 55]
Overview singkat terhadap perkembangan sejarah administrasi negara
modern perlu disinggung disini guna memahami tingkat perkembangannya
hingga saat ini. Ilmu administrasi negar dilahirkan pada akhir abad ke-19, ketika
perhatian

akademisi

mulai

tertarik

mengamati

kegiatan-kegiatan

suatu

negara(the business of the state). Revolusi yang mengubah administrasi negara
menjadi suatu ilmu dan profesi yang independent, aslinya tidak bisa dipisahkan
dari upaya dan visi yang amat berpengaruh dari tokoh Woodrow Wilson (1887)
dan Frank J. Goodnow (1900). Dua tokoh pemikir ini yang pertama kali diantara

15

tokoh-tokoh lain.

Page

Perhatian administrasi negara tradisional sebagaimana yang dikemukakan
oleh para pelopor pendahulu senantiasa tidak bisa dipisahkan (the power of law).
Wakil-wakil rakyat di lembaga perwakilan membuat hukum dan didelegasikan
responsibilitasnya itu kepada birokrat yang profesional untuk melaksanakan
hukum tersebut. Perhatian pemerintah mulai diperlihatkan dengan menciptakan
kinerja pelayanan publik yang semakin baik dan berkualitas perencanaan jangka
panjang, dan kinerja jasa penyampaian barang-barang publik atau public goods
kepada

penduduk

yang

semakin

berkembang.

Menciptakan

kehidupan
15

16
masyarakat

yang

semakin

baik

merupakan

targetnya,

dan

alat

untuk

mewujudkan itu adalah membangun sektor publik yang besar dan produktif.
Disini ilmu administrasi negara memberikan kontribusi dan memainkan peran
yang amat besar .
Secara teoritis, perkembangan ilmu administrasi negara di indonesia tidak
ada yang istimewa, bahkan mengikuti perkembangan di negara maju lainnya.
Apa yang terjadi di Amerika misalnya, di impor oleh para pakar di indonesia di
introduksi sebagai barang baru. Penelitian di bidang ini belum banyak yang
mengenalkan temuan baru.
3.2 Administrasi Negara di Indonesia Pada Masa Reformasi
Munculnya Era Reformasi ini menyusul jatuhnya pemerintah Orde Baru
tahun 1998. Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia
melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia
terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya
demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di
berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada
12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya.
Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah
tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya
memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan
sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era

16

Reformasi". Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di
Page

jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa
orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu
Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde
Baru".

Berakhirnya

pemerintahan

Orde

baru

mendorong

munculnya

pendekatan society-centered public administration dimana administrasi
publik

merupakan

sarana

bagi

pemerintahan

yang

demokratis untuk
16

17
menyelenggarakan kekuasaannya berdasarkan kedaulatan rakyat. Berbeda
dengan masa sebelumnya dimana kedaulatan negara lebih menonjol, sejak
reformasi 1999 kedaulatan rakyat menjadi kata kunci dalam penyelenggaraan
administrasi. Negara bukan lagi dianggap sebagai satu satunya aktor yang
secara ekslusif berperan dalam mencapai tujuan nasional. Dalam era
reformasi,

sistem

demokrasi

menuntut

adanya

kekuasaan

yang

terdesentralisir dimana masing masing komponen memiliki otonomi relatif
terhadap komponen yang lain dengan maksud agar tidak ada satu pun
elemen dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dapat mendominasi
kelompok yang lain. Sebagai konsekuensinya negara merupakan hanya salah
satu mekanisme yang bersandingan dengan mekansime pasar (private
sector) dan mekanisme sosial (civil-society) untuk memecahkan masalah
pelayanan publik. Administrasi merupakan sarana koordinasi dari negara,
masyarakat dan dunia usaha untuk mencapai tujuan nasional.
Hal ini sebagaimana kita lihat dalam praktek administrasi pada era
reformasi. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tahun 1997 menjadi
pendorong perubahan besar dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Melalui
Tap MPR no XV Tentang Pokok Pokok reformasi pemerintah era reformasi
dituntut untuk melakukan penataan untuk mewujudkan pemerintahan yang
demokratis

dan

bersih

dari

KKN.

Perubahan

tersebut

secara

formal

dituangkan dalam empat perubahan (amandemen) UUD 1945. Hasil dari
amandemen tersebut merubah secara mendasar sistem pemerintahan di
Indonesia. perubahan penting yang perlu dicatat dalam hal ini adalah,
Pertama, perubahan kedudukan MPR yang bukan lagi menjadi Lembaga

17

Tertinggi Negara. Sebelumnya MPR merupakan lembaga tertinggi negara
Page

yang mewakil seluruh komponen bangsa baik dari kelompok poliik, daerah
dan fungsional. Berakhirnya kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi
negara diikuti dengan perubahan Presiden yang bukan lagi menjadi
mandataris MPR, tetapi merupakan Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara
yang dipilih langsung oleh rakyat.
Perubahan tersebut dimaksud untuk menciptakan sistem check and
balance. Kedua, perubahan amandemen IV mendorong terciptanya sistem
yang terdesentralisir. Pada desain UUD 1945 naskah asli, disebutkan bahwa
17

18
di

tangan

Presiden

terkonsentrasikan

seluruh

kekeuasaan

dalam

penyelenggaraan pemerintaha “concentration of power upon presiden.
Namun dengan amandemen ke IV, pemerintahan menjadi terdesentralisir. Hal
ini terlihat dari pembatasan kekuasaan presiden..yang harus berbagai
kekuasaan dengan DPR dan berbagai lembaga negara lainnya. Pada tataran
hubungan

pusat

daerah,

amandemen

konstitusi

mengatur

pemberian

otonomi yang luas kepada daerah. Amandemen IV menciptakan konfigurasi
sistem administrasi yang terdesentralisir sebagai sarana untuk menjamin
terselenggaranya

demokrasi.

Upaya

penguatan

sistem

keseimbangan

kekuasaan juga dilkaukan dalam hubungan antara negara dan rakyat. Hal ini
terlihat dari sembilan pasal tambahan yang mengatur khusus tentang
perlindungan hak asasi manusia.
Berbagai perubahan paradigma pemerintahan dalam era reformasi
telah mengakhiri warisan sistem administrasi pada masa lalu yang dibangun
berdasarkan pada model birokrasi monocratique. Namun model alternatif
yang sering disebut dengan model post-weberian itu hingga saat ini masih
mencari bentuk. Keadaan ini sedikit banyak menciptakan berbagai kerancuan
mengenai arah perubahan dan pembangunan sistem administrasi negara di
era reformasi. Ketidakjelasan arah dan fokus dalam membangun sistem
administrasi negara Indonesia di era reformasi ini akan menjadi penghambat
besar

dalam

berhadapan

menciptakan
dengan

sistem

tuntutan

administrasi

perbaikan

negara

kinerja

yang

tangguh

pemerintah

maupun

tantangan persaingan global di tingkat internasional.

18

Setiap perubahan selalu ditandai dengan ketidakpastian. Beberapa
Page

masalah yang muncul dalam perubahan tersebut terutama adalah masalah
korupsi, ancaman integrasi nasional, dan buruknya pelayanan publik.

Reformasi telah berjalan selama lebih dari satu dasawarsa, namun
nampaknya reformasi belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Menurut
riset yang dilakukan oleh World Bank antara tahun 1996 hingga 2007 tentang

18

19
mutu penyelenggaraan pemerintahan (governance), reformasi di Indonesia
menunjukkan hasil yang belum menggembirakan.
 tingkat partisipasi dan akuntabiltas pemerintah Voice & Accountability,


Political Stability and Lack of Violence,

 Efektifitas pemerintahan (Government Effectiveness),
 kualitas regulasi (Regulatory Quality),
 Penegakan hukum (Rule of Law),
 Pengendalian terhadap korupsi (Control of corruption)
Dari keenam indikator tersebut hanya tingkat partisipasi dan akuntabilitas
pemerintah yang menunjukkan perbaikan signifikan. Untuk indikator yang lain, tata
penyelenggaraan pemerintahan menunjukkan hasil dibawah kondisi tahun 1996. Ini
artinya bahwa kinerja pemerintah pada era reformasi adalah masih ada di bawah
masa orde baru yang sering menjadi sasaran kritik oleh para pendukung reformasi.
Tahun 2008 IPK Indonesia berada diurutan ke-126 dengan skors. 2,6, atau
naik sekitar 0,3 dibandingkan IPK 2007 lalu. Tahun lalu bahkan merosot dari 2,4
ditahun 2006, menjadi 2,3 ditahun 2007. Tetapi Indonesia masih merupakan 71
negara yang indeksnya dibawah 3. Demikian halnya dengan hasil survey PERC
tahun 2008 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara nomor tiga terkorup di
Asia.
Masalah yang lain adalah problem integrasi. Sejak pemberlakuan kebijakan
otonomi daerah, ancaman terhadap integrasi semakin menguat. Hal ini terlihat dari
tuntutan untuk melepaskan diri dari NKRI, tuntutan pemekaran darah yang didorong

19

oleh motif primordialisme dan sebagainya. Dalam proses pemekaran tersebut para

Dalam hubungan dengan

Page

pegawai negeri bahkan menjadi salah satu aktor pendukung utamanya.
masyarakat,

reformasi menyisakan masalah

dimana masyarakat belum merasakan adanya manfaat yang jelas terutama dalam
pelayanan publik. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan
lembaga lembaga riset menunjukkan bahwa pemerintah masih belum secara
sungguh sungguh berupaya melakukan perbaikan dalam pelayanan. Penelitian UGM

19

20
(2003) melihat bahwa masalah utama dari buruknya pelayanan publik adalah
disebabkan masih rendahnya profesionalisme pegawai.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:


Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama
UUD 1945



Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua
UUD 1945



Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga
UUD 1945



Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat
UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan terdiri
atas Pembukaan dan pasal-pasal. Tentang sistem pemerintahan negara republik
Indonesia dapat dilihat di dalam pasal-pasal sebagai berikut :
1.

Negara Indonesia adalah negara Hukum.
Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3). Negara hukum yang dimaksud adalah

negara yang menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang
merdeka, menghormati hak asasi mansuia dan prinsip due process of law.
Pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang merdeka diatur dalam bab IX yang

20

berjumlah 5 pasal dan 16 ayat. (Bandingkan dengan UUD 1945 sebelum perubahan
Page

yang hanya 2 pasal dengan 2 ayat). Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan (Pasal 24 ayat 1 UUD 1945). Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha
negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Sedangkan badan-badan lainnya
yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undangundang.
20

21
2.

Sistem Konstitusional
Sistem Konstitusional pada era reformasi (sesudah amandemen UUD 1945)

berdasarkan Check and Balances. Perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan
kekuasaan negara dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang
masing-masing lembaga-lembaga negara, mempertegas batas-batas kekuasaan
setiap

lembaga

negara

dan

menempatkannya

berdasarkan

fungsi-fungsi

penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak
dibangun adalah sistem “check and balances”, yaitu pembatasan kekuasaan setiap
lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada
yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan fungsi-fungsi masing-masing.
Atas dasar semangat itulah perubahan pasal 1 ayat 2, UUD 1945 dilakukan,
yaitu perubahan dari “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR”, menjadi “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar”. Ini berarti bahwa kedaulatan rakyat yang dianut adalah kedaulatan
berdasar undang-undang dasar yang dilaksanakan berdasarkan undang-undang
dasar oleh lembaga-lembaga negara yang diatur dan ditentukan kekuasaan dan
wewenangnya dalam undang-undang dasar. Oleh karena itu kedaulatan rakyat,
dilaksanakan oleh MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan lain-lain sesuai tugas dan wewenangnya yang
diatur

oleh

kedaulatannya

UUD.
untuk

Bahkan

rakyat

menentukan

secara
Presiden

langsung
dan

Wakil

dapat

melaksanakan

Presidennya

melalui

pemilihan umum.
Pada era reformasi diadakan tata urutan terhadap peraturan perundang-

21

undangan sebanyak dua kali, yaitu :

1)

UUD 1945

2)

TAP MPR

3)

UU

4)

PERPU

5)

PP

6)

Keputusan Presiden

7)

Peraturan Daerah

Page

 Menurut TAP MPR III Tahun 2000:

21

22
 Menurut UU No. 10 Tahun 2004:
1)

UUD 1945

2)

UU/PERPU

3)

Peraturan Pemerintah

4)

Peraturan Presiden

5)

Peraturan Daerah

3.

Sistem Pemerintahan
Sistem ini tetap dalam frame sistem pemerintahan presidensial, bahkan

mempertegas sistem presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab
kepada parlemen, akan tetap bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam
pengawasan DPR. Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya
karena melakukan perbuatan melanggar hukum yang jenisnya telah ditentukan
dalam Undang-Undang Dasar atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden.
DPR dapat mengusulkan untuk memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya
manakala ditemukan pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden sebagaimana
yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar.

4.

Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan

Rakyat.

22

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan
wewenang dan tugas sebagai berikut :

Page

anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan Pasal 3, mempunyai

 Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
 Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
 Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD.

22

23
5.

Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi

menurut UUD.
Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).
Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Pada awal
reformasi Presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR (Pada
Pemerintahan BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri untuk
masa jabatan lima tahun. Tetapi, sesuai dengan amandemen ketiga UUD 1945
(2001) presiden dan wakil presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
satu paket.
6.

Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Dengan memperhatikan pasal-pasal tentang kekuasaan pemerintahan negara

(Presiden) dari Pasal 4 s.d. 16, dan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19 s.d. 22B),
maka ketentuan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR masih
relevan. Sistem pemerintahan negara republik Indonesia masih tetap menerapkan
sistem presidensial.
7.

Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak

bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri diangkat dan
diberhentikan oleh presiden yang pembentukan, pengubahan dan pembubarannya
diatur dalam undang-undang (Pasal 17).
Presiden sebagai kepala negara, kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang.
MPR berwenang memberhentikan Presiden dalam masa jabatanya (Pasal 3 ayat 3).
Demikian juga DPR, selain mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan menyatakan

23

pendapat, juga hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat
Page

serta hak imunitas (Pasal 20 A ayat 2 dan ayat 3).

BAB PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
Awal munculnya era reformasi yaitu ketika jatuhnya pemerintah Orde
Baru tahun 1998. Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia
23

24
melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap
pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi
besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai
wilayah Indonesia. Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya reformasi,
akan diikuti pula dengan perubahan besar pada desain kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik yang menyangkut dimensi
kehidupan politik , sosial, ekonomi, maupun kultural.
3.2

SARAN

Untuk terjadinya perubahan administrasi publik ,maka di harapkan agar
pemerintah untuk benar benar memperhatikan dan melakukan reformasi
terhadap system dan tata laksana administrasi Negara kita. Menetapkan visi
pemerintahan terhadap reformasi atau perubahan system administrasi Negara
secara jelas,perlu juga dilakaukan.pemerintah harus mempunyai komitmen yang

Page

24

serius dalam melakukan reformasi administrasi.

DAFTAR PUSTAKA
24

25

Page

25

1. Reformasi Administrasi, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007.
Pengarang BacHarudin Jusuf Habibie
2. Reformsi Administrasi Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.
Pengarang L Misbah Hidayat
3. Reformasi Administrasi Konsep Dimensi dan Strategi.
Pengarang Soesilo Zauhar
Penerbit Bumi Aksara
4. Pokok-Pokok Administrasi dan Implementasinya
Pengarang Dr Hj Amin Ibrahim M.A
Penerbit Reflika Aditama
5. IIlmu Administrasi Publik Kontemporer
Pengarang Miftah Toha
Penerbit Perdana Media Grup
6. Quo Vadis Administrasi Negara Indonesia
Pengarang, Mason C. Hoadley
Penerbit Graha Ilmu
7. Studi tentang Administrasi Publik
Prof. DR. H. Wirman syafri, M,Si
Penerbit Erlangga

25