video

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI
TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH DI INDONESIA

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
EDY SALEH
NIM 1311080032

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2014

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI

TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH DI INDONESIA

Oleh :
EDY SALEH
NIM 1311080032

ABFI INSTITUTE
PERBANAS

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2014

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI
TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN

NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH DI INDONESIA

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
EDY SALEH
NIM 1311080032

ABFI INSTITUTE
PERBANAS

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2014


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)

PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI
TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH DI INDONESIA
Oleh
Nama

: Edy Saleh


NIM

: 1311080032

Program Studi

: S-1 Akuntansi

Telah disetujui untuk diujikan

Jakarta,

Oktober 2014

Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Akuntansi

Dosen Pembimbing Skripsi,

Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak.


Drs. Shaufa, S.E., M.M.

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)

PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI
TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH DI INDONESIA
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi
pada
Hari
Tanggal

Waktu

: Jum’at
: 21 November 2014
: 10.30 WIB
Oleh

Nama

: Edy Saleh

NIM

: 1311080032
Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang :

Drs. Shaufa, S.E., M.M.


Anggota

Drs. Baihaqi Arsyad L, Ak., M.M.

:

Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Akuntansi,

Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak.

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)

PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN


Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.

Jakarta, Oktober 2014
Penyusun,

Edy Saleh
1311080032

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama

:

Edy Saleh

NIM

:


1311080032

Program Studi

:

Akuntansi

Judul Skripsi

:

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN TINGKAT
INFLASI TERHADAP
REALISASI
PENERIMAAN
PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA

DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH DI INDONESIA

Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di ABFI Institute
Perbanas.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
unsur paksaan.

Jakarta, Oktober 2014
Penulis

(Edy Saleh)
1311080032

ABSTRAK
Edy Saleh, 1311080032. “PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

TINGKAT INFLASI TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK
PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI INDONESIA”. Skripsi. Jakarta:
Asian Banking Finance and Informatics Institute Perbanas. Oktober2014.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi terhadap realisasi penerimaan
PPN dan PPnBM di Indonesia. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan realisasi
penerimaan PPN dan PPnBM.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pertumbuhan
ekonomi berpengaruh siginifikan terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM
sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap realisasi
penerimaan PPN dan PPnBM. Selain itu berdasarkan analisis koefisien
determinasi diperoleh hasil bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel
independen (pertumbuhan ekonomi dan inflasi) terhadap variabel dependen
(realisasi PPN dan PPnBM) sebesar 63,3%. sisanya sebesar 36,7% dipengaruhi
atau dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini.

Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi,PPN, PPnBM.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilal’amin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas seluruh nikmat dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi
yang berjudul “PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT
INFLASI

TERHADAP

PERTAMBAHAN
PENJUALAN

NILAI

ATAS

REALISASI
BARANG

BARANG

PENERIMAAN
DAN

MEWAH

JASA
DI

DAN

PAJAK
PAJAK

INDONESIA”

dapat

diselesaikan dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar strata
satu (S-1) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi ABFII Perbanas.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Drs. Shaufa, M.M. selaku dosen pembimbing yang
telah dengan sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang berharga kepada
penulis selama menyusun skripsi. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis
sampaikan pula kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo selaku Rektor ABFII Perbanas
Jakarta.

i

2. Ibu Dr. Dra. Wiwiek Prihandini, Ak., M.M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis ABFII Perbanas Jakarta.
3. Ibu Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Akt. selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi ABFII Perbanas Jakarta.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar di ABFII Perbanas Jakarta, khususnya
Program Studi Akuntansi, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan
skripsi ini..
5. Kedua orang tua penulis atas doa dan semangat yang sangat mendukung
penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.
6. Saudara-Saudaraku tercinta atas doa dan semangatnya yang diberikan
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
7. Sahabat-sahabat penulis atas doa dan semangat yang sangat mendukung
penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.
8. Rekan-rekan kantor Direktorat Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan,
Kementerian Keuangan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih
banyak atas dukungan dan bantuannya.
9. Rekan di Subdit Kepatuhan WP dan Pemantauan, terima kasih atas
semangatnya yang diberikan selama ini.
10. Teman-teman di kelas intensif

Program Studi Akuntansi angkatan 2013,

terima kasih atas semua kebersamaan dan bantuannya.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

ii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, baik
dari segi teknis maupun substansi, sehingga penulis mengharapkan adanya saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta,

Oktober 2014

Edy Saleh

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..........
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...…
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….......
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………...... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………………………………... 1
1.2 Perumusan Masalah.........………………………...……………………….... 4
1.3 Tujuan Penelitian......................…………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Penelitian........ ……………………………………………………. 4
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS..........………………………………………… 6
2.1 Kajian Teori………………………………………………………………… 6
2.2 Penelitian Sebelumnya.. …….............……………………………………... 27
2.3 Kerangka Pemikiran...…….……..…………………………………………. 28
2.4 Perumusan Hipotesis..........………………………………………………… 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………... 31
3.1 Desain Penelitian………………………………………………………........ 31
3.2 Operasionalisasi Variabel………………………...………………………....31
3.3 Populasi dan Sampel. ……………………………………………………… 32
3.4 Jenis dan Sumber Data. ...........……………………………………………..33
3.5 Metode Pengumpulan Data........ …………………………………………...34
3.6 Pengujian Asumsi-asumsi Model Regresi. … ……………………………... 34
3.7 Metode Analisis Data. .................…………………………………………. 37
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ………………………40
4.1 Deskripsi Objek Penelitian…………………………………………………..40
4.2 Analisis Data………………………...………………………....…………… 44
4.3 Interpretasi Hasil. ………………………………………………………… 45
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian..…………………………………………….. 56

ii

BAB IV KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN
REKOMENDASI …………………………………………………………60
4.1 Simpulan……………………………………………………..……..……….60
4.2 Keterbatasan Penelitian ………...………………………..…………………61
4.3 Rekomendasi………...………………………..………...………...………...62
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1

Pokok-pokok Perubahan Undang-Undang PPN ……………………. . 14

Tabel 4. 1

Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ………………………... 41

Tabel 4. 2

Persentase Inflasi di Indonesia ……………………………………….42

Tabel 4. 3

Realisasi Penerimaan PPN dan PPnBM ……………………………....43

Tabel 4. 4

Analisis Statistik Deskriptif …………………………………………...44

Tabel 4. 5

Hasil Uji Multikolinearitas ……………………………………………46

Tabel 4. 6

Hasil Uji Autokorelasi………………………………………………... 48

Tabel 4. 7

Hasil Uji Normalitas Data ………………………………………….....50

Tabel 4. 8

Hasil Uji T …………………………………………………………….52

Tabel 4. 9

Hasil Uji R …………………………………………………………….54

Tabel 4. 10 Hasil Uji F ……………………………………………………………56

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1

Desain Penelitian…………………………………………………… 31

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas ……………………………………….. 47

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas Data……………………………………………49

v

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
KATA PENGANTAR...................................................................

i

DAFTAR ISI..................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR.....................................................................

vi

DAFTAR TABEL..........................................................................

vii

Bab I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang......................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah.................................................................

4

1.3

Batasan Masalah.................................................................

4

1.4

Tujuan Penelitian...................................................................

5

1.5

Manfaat Penelitian.................................................................

5

Bab II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1

Kajian Teori………………………………………………..

6

2.1.1

Pajak …………………………...............................

6

2.1.1.1 Sejarah Pemungutan Pajak ...............................

6

2.1.1.2 Definisi dan Jenis Pajak....................................

9

2.1.1.3 PPN dan PPnBM…………………...................

11

2.1.2

Pertumbuhan Ekonomi…………............................

22

2.1.3

Inflasi………………..…………............................

24

2.2

Penelitian Sebelumnya.........................................................

27

2.3

Kerangka Pemikiran............................................................

29

2.4

Perumusan Hipotesis............................................................

29

Bab III METODE PENELITIAN
3.1

Desain Penelitian..................................................................

32

3.2

Operasional Variabel.........................................................

33

3.3

Populasi dan Sampel……....................................................

34

iv

3.4

Jenis dan Sumber Data..........................................................

35

3.5

Metode Pengumpulan Data...................................................

35

3.6

Pengujian Asumsi Model Regresi.........................................

35

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ..........
4.1 Deskripsi Objek Penelitian…………………….....................

41

4.2

Analisis Data…………………………………………….....

45

4.3

Interprestasi Data………….................................................

46

4.3.1

Uji Asumsi Klasik…………………………….........

46

4.3.2

Analisis Regresi Linear Berganda.............................

51

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian..................................................

57

Bab

V

KESIMPULAN,

KETERBATASAN,

DAN

REKOMENDASI .........................................................................
5.1 Kesimpulan ............................................................................

60

5.2 Keterbatasan Penelitian .........................................................

61

5.3 Rekomendasi .........................................................................

62

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….

63

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1

Desain Penelitian…………..................................

31

Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas……………..............

48

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Data.........................................

50

vi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1

Pokok-pokok Perubahan Undang-Undang

14

PPN………………………………..............................
Tabel 4.1

Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia……….

42

Tabel 4.2

Persentase Inflasi di Indonesia……………………...

43

Tabel 4.3

Realisasi Penerimaan PPN dan PPnBM………..........

44

Tabel 4.4

Analisis Statistik Deskriptif…………………………

45

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas…………………………..

47

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi……………………………….

49

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data……………………………

51

Tabel 4.8 Hasil Uji T……………………………………………

53

Tabel 4.9 Hasil Uji R……………………………………………

55

Tabel 4.10 Hasil Uji F…………………………………………

57

vii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Pajak

merupakan

sumber

utama

penerimaan

negara

disamping

penerimaan dari sumber migas dan non migas. Dengan posisi yang demikian itu,
pajak merupakan sumber penerimaan strategis yang harus dikelola dengan baik
agar keuangan negara dapat berjalan sesuai dengan perencanaannya. Dalam
struktur keuangan negara, tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh
Direktorat Jenderal Pajak dibawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Jenis-jenis pajak yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPN dan PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selain sektor
perkotaan dan pedesaan serta Pajak Tidak Langsung Lainnya.
Dari tahun ke tahun telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan untuk
meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara. Kebijakan
tersebut dilakukan melalui penyempurnaan perundang-undangan, penerbitan

1

2

peraturan-peraturan baru dibidang perpajakan, meningkatkan tingkat kepatuhan
wajib pajak maupun menggali sumber-sumber pajak lain.
Pada umumnya di negara berkembang, sebagian besar penerimaan pajaknya
berasal dari jenis pajak tidak langsung. Hal ini disebabkan pada negara
berkembang golongan berpenghasilan tinggi lebih rendah persentasenya. Pajak
tidak langsung biasanya dikenakan terhadap aneka komoditas; bentuknya bisa
berupa bea impor, pajak ekspor, dan cukai penjualan. Pajak-pajak tersebut dibayar
secara tidak langsung oleh individu dan atau perusahaan yang membeli
komoditas-komoditas yang bersangkutan.
Direktorat Jenderal Pajak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) tahun 2014 mendapat target sebesar Rp 1.110 triliun. Target itu
kemudian direvisi lagi dalam APBN-Perubahan 2014 menjadi sebesar Rp 1.072
triliun. Untuk mencapai target tersebut segenap jajaran Direktorat Jenderal Pajak
berupaya untuk bisa meningkatkan penerimaan pajak melalui ekstensifikasi
maupun intensifikasi pajak semaksimal mungkin.
Berdasarkan data yang penulis peroleh, diketahui bahwa pertumbuhan
penerimaan pajak selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, akan tetapi sejak
tahun 2009 penerimaan dari sektor perpajakan tidak pernah mencapai target yang
telah ditetapkan. Pada tahun 2013, realisasi penerimaan Pajak hanya mencapai
Rp. 961 T dari target yang telah ditetapkan sebesar 995 T (capaian aatas target
sebesar 92,56%). Dalam periode penelitian (tahun 2003 sampai dengan tahun
2012), khusus untuk penerimaan PPN dan PPnBM mengalami pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2008 yang mencapai 35,67%. Pertumbuhan penerimaan PPN

3

dan PPnBM terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 2,33%. Sedangkan rata-rata
pertumbuhan penerimaan PPN dan PPnBM selama periode penelitian adalah
18,20% setiap tahunnya. Pertumbuhan ini masih di bawah pertumbuhan dan ratarata penerimaan dari Pajak Penghasilan (Migas dan Non Migas) sebesar 18,25%
dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.
Mengingat jumlah penduduk yang semakin besar dan pertumbuhan ekonomi
di Indonesia selalu menunjukkan trend positif, maka diperkirakan penerimaan
pajak masih bisa diharapkan dapat meningkat atau dengan kata lain potensi
penerimaan pajak yang belum tergali masih cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi
adalah perkembangan kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah
makro ekonomi dalam jangka panjang.
Akan tetapi, peningkatan pertumbuhan ekonomi tanpa adanya pengendalian
tingkat inflasi menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang akan
berdampak terhadap penurunan konsumsi atas barang dan jasa. Jenis penerimaan
perpajakan yang sangat tergantung dengan tingkat konsumsi masyarakat adalah
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM). PPN dan PPnBM merupakan pajak objektif yang dikenakan atas
konsumsi atas barang dan jasa sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi dan inflasi berdampak terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM.
Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi Terhadap Realisasi

4

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah di Indonesia” .

1.2 Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi
dan tingkat inflasi terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM di Indonesia.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.

Apakah ada pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap realisasi penerimaan
PPN dan PPnBM?

2.

Apakah ada pengaruh tingkat inflasi terhadap realisasi penerimaan PPN dan
PPnBM?

3.

Apakah ada pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi secara
bersama-sama terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM?

1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah penelitian dilakukan agar penelitian ini terhindar dari
cakupan pembahsan yang terlampau luas. Adapun batasan yang dilakukan ialah
penelitian ini hanya melihat apakah ada pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi
dan tingkat inflasi tahunan terhadap total penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Indonesia.

Penelitian ini tidak

berusaha untuk mencari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain itu, peneliti

5

membatasi cakupan waktu penelitian

yakni hanya pada tahun 2003 sampai

dengan 2012.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

memberikan

gambaran

tentang

pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi terhadap realisasi penerimaan
PPN dan PPnBM di Indonesia periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi objek
yang diteliti maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan antara lain adalah:
1.

Direktorat Jenderal Pajak
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan masukan penetapan
target perencanaan penerimaan PPN dan PPnBM berdasarkan pengaruh
pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi terhadap realisasi penerimaan PPN
dan PPnBM dalam sepuluh tahun terakhir.

2.

Penulis
Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis
mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi terhadap
realisasi penerimaan PPN dan PPnBM dalam sepuluh tahun terakhir.

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori
2.1.1. Pajak
2.1.1.1.Sejarah Pemungutan Pajak
Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan negara. Hal ini terjadi baik di bidang
kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum
merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh
rakyat kepada raja. Pemberian ini digunakan raja dalam memelihara kepentingan
negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar
gaji pegawai, dan lain sebagainya. Bagi penduduk yang tidak melakukan
penyetoran dalam bentuk natura, ia diwajibkan melakukan semua pekerjaan untuk
kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Orang-orang
yang memiliki status sosial yang tinggi termasuk orang-orang yang kaya, dapat

6

7

membebaskan diri dari kewajiban melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum
tadi, dengan cara membayar uang ganti rugi. Besarnya ganti rugi ini ditetapkan
sesuai dengan jumlah uang yang diperlukan untuk membayar orang lain yang
menggantikan melakukan pekerjaan itu, yang seharusnya dilakukan sendiri oleh
orang kaya yang memiliki status sosial yang tinggi dan orang kaya tadi.
Setelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan
antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad
pertengahan, pajak mendapat tempat yang lebih mantap diantara berbagai
pendapatan negara. Dengan bertambah luasnya tugas-tugas negara, maka dengan
sendirinya negara memerlukan biaya yang cukup besar. Sehubungan dengan itu
pembayaran pajak yang tadinya bersifat sukarela berubah menjadi pembayaran
yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang-undang dan
dapat dipaksakan.
1.

Prinsip Pengenaan Pajak
Sehubungan dengan

kondisi bahwa penerimaan perpajakan membiayai

sebagian besar kegiatan pemerintah, maka terdapat prinsip-prinsip pengenaan
pajak yang perlu diperhatikan seperti yang disampaikan oleh Adam Smith.
Prinsip-prinsip tersebut meliputi prinsip kesamaan atau keadilan (equity), prinsip
kepastian (certainty), prinsip kecocokan atau kelayakan (convenience), dan
prinsip ekonomi (economy). Selain itu terdapat prinsip lain dari sistem perpajakan
yang baik, yaitu benefit approach, ability to pay approach, dan equal sacrifice.
Penjelasan dari masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a.

Prinsip kesamaan atau keadilan (equity): beban pajak harus disesuaikan

8

dengan kemampuan relatif dari wajib pajak, sehingga menimbulkan
kehilangan kepuasan pada tingkat yang sama.
b.

Prinsip kepastian: pajak yang baik harus tegas, jelas dan pasti, sehingga
mudah dimengerti.

c.

Prinsip kecocokan atau kelayakan (convenience): pajak hendaknya tidak
terlalu menekan wajib pajak, sehingga seminimal mungkin menimbulkan
rasa ketidaksenangan wajib pajak untuk membayar pajak.

d.

Prinsip ekonomi: pajak hendaknya meminimisasi kerugian, dalam arti
jangan sampai biaya pemungutannya lebih tinggi dari penerimaannya.

e.

Benefit approach: penerimaan pajak yang didasarkan pada benefit yang

diperoleh wajib pajak dari negara. Semakin tinggi benefit yang diperoleh,
semakin tinggi pajak yang harus dibayar.
f.

Ability to pay approach : pengenaan pajak yang disesuaikan dengan daya

pikul wajib pajak. Wajib pajak yang mempunyai daya pikul yang sama akan
dikenai beban pajak yang sama (horizontal equity), sementara wajib pajak
yang mempunyai daya pikul yang berbeda dikenai beban pajak yang
berbeda (vertical equity). Dalam hal ini, daya pikul wajib pajak antara lain
diukur dari pendapatannya.
g.

Equal sacrifice: pengenaan pajak yang didasarkan pada beban riil (real
burden), yaitu besarnya kepuasan yang hilang sebagai akibat dari pengenaan

pajak. Prinsip ini dibedakan menjadi tiga hal, yaitu kesamaan pengorbanan
secara absolut (equal absolute sacrifice) yang tolok ukurnya adalah
kesamaan

kehilangan

kepuasan

absolut

(total

utility),

kesamaan

9

pengorbanan secara proporsional (equal proportional sacrifice) yang tolok
ukurnya adalah kesamaan kehilangan kepuasan secara proporsional
(proportional utility), dan kesamaan pengorbanan secara marginal (equal
marginal sacrifice) yang tolok ukurnya kesamaan kehilangan kepuasan

marginal (marginal utility).
2.1.1.2. Definisi dan Jenis Pajak
1. Definisi Pajak
Terdapat banyak definisi tentang pajak yang telah dikemukakan oleh para
pakar, yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu merumuskan kata
pajak agar mudah dipahami. Perbedaan tersebut terletak pada sudut pandang
yang digunakan masing-masing pakar dalam mendefinisikan pengertian pajak.
Rochmat Soemitro mendefinisikan pajak sebagai berikut: “Pajak adalah iuran
masyarakat atau rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.”
Definisi yang diberikan oleh Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (RAO-1919)
mengatakan bahwa: “Pajak adalah bantuan uang secara insidental atau secara
periodik (dengan tidak ada kontra prestasinya), yang dipungut oleh Badan yang
bersifat umum (Negara), untuk memeroleh pendapatan, dimana terjadi suatu
“ tatbestand”

(sasaran

pemajakan),

yang

karena

undang-undang

telah

menimbulkan utang pajak.”
Mengenai pengertian pajak, Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan

10

Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat”.
Sedangkan rumusan pajak yang membuka ide baru diuraikan oleh
Soeparman Soemahamidjaja

dalam

disertasinya

yang

berjudul

“Pajak

Berdasarkan Asas Gotong Royong”, Universitas Padjajaran, Bandung, 1964
seperti dikutip Erly Suandy sebagai berikut: “Pajak adalah iuran wajib, berupa
uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib
kepada negara yang dipungut berdasarkan peraturan undang-undangan, dapat
dipaksakan, tanpa mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk
membiayai kepentingan umum serta dapat dijadikan alat kontrol untuk mencapai
tujuan diluar bidang keuangan.
2.

Jenis-Jenis Pajak
Sistem perpajakan nasional saat ini menganut self assessment system, yaitu

suatu sistem penetapan pajak oleh wajib pajak sendiri. Artinya wajib pajak harus
aktif melakukan penentuan kewajiban perpajakan. Dalam sistem ini aparatur pajak
bertugas untuk membimbing, membina dan mengawasi pelaksanaan pemenuhan
kewajiban oleh wajib pajak.

11

Jenis-jenis pajak negara yang menetapkan sistem self assessment adalah:
a. Pajak Penghasilan ( PPh).
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), termasuk Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM).
c. Bea Materai.
Sistem penetapan pajak lainnya adalah official assessment, yaitu suatu
sistem penetapan pajak yang menuntut agar aparatur perpajakan berperan secara
aktif. Di sini yang berwenang menetapkan besarnya pajak terutang adalah aparatur
perpajakan, sedangkan wajib pajak bersikap pasif. Selama belum menerima
penetapan pajak, pada diri wajib pajak belum timbul utang pajak, atau belum
timbul kewajiban membayar pajak.
Satu-satunya jenis pajak yang termasuk pajak negara yang masih menetapkan
official assessment (penetapan pajak oleh aparatur perpajakan) adalah Pajak Bumi

dan Bangunan PBB)

2.1.1.3. PPN dan PPn BM
1. Pendahuluan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau
Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung,

maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan
penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir)

12

tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Mekanisme pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga
muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan
PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak
masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual
produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP
membeli, memperoleh, atau membuat produknya.
Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen.
Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah
Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang
No. 11 Tahun 1994, Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang-Undang
No. 42 Tahun 2009 yang mengatur juga mengenai pengenaan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM).
2. Fungsi PPN
Sebagai pajak tidak langsung dan pajak yang dikenakan atas konsumsi
dalam negeri, PPN memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1)

Penerimaan Negara.
Salah satu pemungutan pajak yang umum adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi budgeter.
Begitu pula Pajak Pertambahan Nilai, sebagai pajak negara, penghasilan
yang diperoleh dari pemungutan pajak dipergunakan sebagai sumber
pembiayaan Negara sebagaimana tercantum dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.

13

2)

Pemerataan Beban Pajak.
PPN sering dikatakan sebagai tambahan atau koreksi untuk Pajak
Penghasilan (PPh). Dengan diterapkannya PPN, subjek pajak yang
terbebaskan pada PPh, secara tidak langsung menjadi penanggung pajak
melalui konsumsi yang dilakukannya. Dengan demikian, beban pajak akan
terbebani pada setiap orang, tanpa pengecualian. PPN dalam hal ini berperan
sebagai alat untuk meratakan beban pajak.

3)

Mengatur Pola Konsumsi.
PPN sering juga disebut sebagai pajak atas konsumsi. Yang menjadi
pemikul beban pajak ini adalah konsumen. Oleh karena itu PPN dapat
dijadikan alat untuk membentuk pola konsumsi dengan mengenakan pajak
atas barang-barang tertentu dan tidak mengenakan pajak atas barang lainnya
sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian, pola konsumsi
masyarakat diharapkan dapat dipengaruhi dan diarahkan.

4)

Mendorong Ekspor.
Untuk mendorong dan meningkatkan daya saing barang ekspor di pasaran
luar negeri, tarif atas penyerahan ekspor ditetapkan sebesar 0%.

5)

Mendorong Investasi.
Dengan sistem Pajak Pertambahan Nilai, pajak yang dibayarkan atas
perolehan atau impor barang modal, dibebaskan/dapat diminta kembali.
Pembebasan/pengembalian PPN Barang Modal diharapkan akan mendorong
investasi.

6)

Membantu Pengusaha Kecil.

14

Dengan mengecualikan Pengusaha Kecil dari kewajiban memungut PPN,
diharapkan akan lebih membantu pengusaha kecil mengembangkan
usahanya.
3. Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang PPN
Dikarenakan skripsi penulis yang berjudul pengaruh pertumbuhan ekonomi
dan tingkat inflasi terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM dengan
mengambil periode penelitian dari

tahun 2004 sampai dengan tahun 2013,

dirasa perlu untuk menjabarkan pokok-pokok perubahan Undang-Undang PPN
Nomor 42 Tahun 2009 dibandingkan dengan Undang-Undang PPN Nomor 18
Tahun 2000.
Pokok-pokok Perubahan Undang-Undang PPN dibawah ini hanya mencakup
perubahan tentang objek PPN, Pajak Masukan, penyerahan BKP dan JKP,
kriteria PPnBM, serta perubahan tarif PPnBM yang penulis anggap cukup
berpengaruh terhadap realisasi penerimaan. Perubahan mengenai definisi, faktur
pajak, waktu pelaporan SPT, dan saat terutang pajak tidak dilampirkan dalam
skripsi ini.
Berikut Pokok-pokok Perubahan Undang-Undang PPN yang telah dirangkum
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Pokok-pokok Perubahan Undang-Undang PPN
Perihal Perubahan

Ekspor BKP Tidak

Undang-Undang PPN

Undang-Undang PPN

No. 18 Tahun 2000

No. 42 Tahun 2009

Tidak diatur

Dikenakan PPN sebesar 0% atas:

15

Berwujud & Ekspor

1. Ekspor BKP tidak berwujud; (Psl 4

JKP

(1) g)
2. Ekspor JKP. (Psl 4 (1) h)
Batasan dan jenis BKP tidak berwujud
yang atas ekspornya dikenakan PPN
diatur di penjelasan Pasal 4 ayat (1)
huruf g.
Batasan dan jenis jasa yang atas
ekspornya dikenakan PPN diatur di
PMK. (Psl 4 (2))

Penyerahan aktiva

PPN dikenakan terbatas

PPN dikenakan atas penyerahan

yang tujuan semula

pada penyerahan aktiva

seluruh aktiva, kecuali atas

tidak untuk

yang PPN terutang pada

penyerahan aktiva yang tidak

diperjualbelikan

saat perolehannya telah

berhubungan langsung dengan

(Pasal 16D)

dibayar dan dapat

kegiatan usaha, serta penyerahan

dikreditkan.

aktiva berupa sedan dan station
wagon.

Penyerahan BKP

Dikenakan PPN pada

Dikenakan PPN, namun

dalam rangka

setiap transaksi

penyerahannya dianggap langsung dari

pembiayaan syariah

penyerahan

supplier kepada konsumen (Psl 1A (1)
huruf h)

Barang Kena Pajak
yang dialihkan

Dikenakan PPN

Tidak dikenakan PPN, dengan syarat
semua perusahaan yang terlibat telah

16

dalam rangka

terdaftar sebagai PKP (Psl 1A (2)

restrukturisasi usaha

huruf d)

Persediaan BKP &

Persediaan BKP dan

Persediaan BKP dan seluruh aktiva

aktiva yang tersisa

aktiva yang masih tersisa

yang masih tersisa pada saat

pada saat

pada saat pembubaran,

pembubaran, termasuk dalam

pembubaran

termasuk dalam pengertian pengertian penyerahan (Pasal 1A ayat

perusahaan

penyerahan, namun

(1) huruf e), kecuali atas aktiva yang

terbatas pada aktiva yang

tidak berhubungan langsung dengan

PPN pada saat

kegiatan usaha, serta penyerahan

perolehannya telah dibayar aktiva berupa sedan dan station
dan dapat dikreditkan.

wagon. (Pasal 1A ayat (2) huruf e)

(Pasal 1A ayat (1) huruf e)
Daging, telur, susu,

Dibebaskan dari

Tidak dikenakan PPN (Psl 4A (2)

sayuran, dan

pengenaan PPN, melalui

huruf b)

buah-buahan

Peraturan Pemerintah
tentang BKP Strategis

Barang hasil

Dikenakan PPN, kecuali

Tidak dikenakan PPN (disesuaikan

pertambangan

pasir dan kerikil (Psl 4A

dengan Undang-Undang PDRD), yaitu

(yang telah

(2) huruf a)

asbes, batu tulis, batu setengah

dikenakan pajak

permata, batu kapur, batu apung, batu

daerah)

permata, bentonit, dolomit, felspar
(feldspar), garam batu (halite), grafit,
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin,

17

leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat,
opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir
kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk,
tanah serap (fullers earth), tanah
diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit. (Psl
4A (2) huruf a)
Jasa keuangan

PPN tidak dikenakan atas

PPN tidak dikenakan atas jasa

jasa perbankan. (Psl 4A

keuangan, berupa:

(3) huruf d)

1. jasa menghimpun dana dari
masyarakat berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito,
tabungan, dan/atau bentuk lain
yang dipersamakan dengan itu;
2. jasa menempatkan dana,
meminjam dana, atau
meminjamkan dana kepada pihak
lain dengan menggunakan surat,
sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau
sarana lainnya;
3. jasa pembiayaan, termasuk
pembiayaan berdasarkan prinsip

18

syariah;
4. sewa guna usaha dengan hak jasa
penyaluran pinjaman atas dasar
hukum gadai, termasuk gadai
syariah dan fidusia; dan
5. jasa penjaminan.(Psl 4A (3) huruf
d)
Jasa-Jasa Tertentu

PPN dikenakan atas:

Menjadi tidak dikenakan PPN.

1. Jasa di bidang

(Psl 4A (3) huruf n – q)

penyediaan tempat
parkir;
2. Jasa telepon umum
dengan menggunakan
uang logam;
3. Jasa pengiriman uang
dengan wesel pos;
4. Jasa boga/katering.
Barang dan jasa

Jenis barang dan jasa yang

Jenis barang dan jasa yang tidak

yang tidak

tidak dikenakan PPN

dikenakan PPN ditetapkan langsung di

dikenakan PPN

ditetapkan berdasarkan

dalam penjelasan Undang-Undang

sebelumnya

Peraturan Pemerintah (PP

(Pasal 4A)

ditetapkan dalam

144 Tahun 2000)

Peraturan

19

Pemerintah
Retur atas

Tidak diatur.

PPN atas penyerahan JKP yang

Penyerahan JKP

dibatalkan dapat dikurangkan dari

(Pasal 5a)

PPN yang terutang. (Psl 5A (2))

Kriteria BKP mewah

Yang dimaksud dengan

Kriteria nomor 5 dihapus. (Penjelasan

”Barang Kena Pajak yang

Psl 5 (1))

tergolong
mewah” adalah:
1. barang yang bukan
merupakan barang
kebutuhan pokok;
2. barang yang
dikonsumsi oleh
masyarakat tertentu;
3. barang yang pada
umumnya dikonsumsi
oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi;
4. barang yang
dikonsumsi untuk
menunjukkan status;
dan/atau
5. barang yang apabila

20

dikonsumsi dapat
merusak kesehatan dan
moral masyarakat, serta
mengganggu ketertiban
masyarakat, seperti
minuman beralkohol.
(Penjelasan Psl 5 (1))
Tarif PPnBM

Paling rendah 10% dan

Paling rendah 10% dan Paling Tinggi

Paling Tinggi 75%(Psl 8

200%. (Psl 8 (1))

(1)).

(Penetapan tarif tertinggi akan sangat
selektif)

Deemed Pajak

1. Hanya mengatur untuk

Deemed PM berlaku bagi PKP baik

Masukan

PKP yang

orang pribadi maupun badan yang:

(Pasal 9 (7) & (7a))

menggunakan norma

1. Memiliki omzet tertentu (Psl 9

PPh (omzet tertentu)
(Psl 9 (7))
2. Sedangkan untuk
Deemed PM bagi PKP
kegiatan tertentu belum
diatur (selama ini
menggunakan Dasar
Hukum DPP Nilai
Lain)

(7)); dan
2. Melakukan kegiatan tertentu (Psl 9
(7a)).

21

Pajak masukan yang

Seluruh Pajak Masukan

Terbatas Pajak Masukan yang berasal

boleh dikreditkan

(Psl 9 (2a))

dari perolehan dan/atau impor barang

oleh PKP yang

modal. (Psl 9 (2a)).

belum berproduksi

Dalam hal ternyata PKP gagal
berproduksi, maka Pajak Masukan
yang telah dikreditkan dan telah
direstitusi harus dibayar kembali. (Psl
9 (6a))

Pengkreditan PM

Tidak diatur (pada

Menghidupkan kembali rumusan Pasal

atas BKP yang

perubahan kedua UU PPN, 9 ayat (14) yaitu dalam hal terjadi

dialihkan dalam

ketentuan ini dihapus).

restrukturisasi usaha, maka Pajak

rangka

Masukan atas BKP yang dialihkan

restrukturisasi usaha

yang belum dikreditkan oleh PKP
yang mengalihkan, dapat dikreditkan
oleh PKP yang menerima pengalihan
sepanjang Faktur Pajaknya diterima
setelah terjadinya pengalihan dan
Pajak Masukan tersebut belum
dibebankan sebagai biaya atau
dikapitalisasi.
(Psl 9 (14))

22

2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi
Boediono (1988:1) secara

singkat

mendefinisikan

pertumbuhan

ekonomi sebagai berikut: “Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output
per kapita dalam jangka panjang.”
Simon Kuznets, salah satu ekonom besar yang pernah memenangkan
Hadiah Nobel dibidang ekonomi pada tahun 1971 atas usahanya memelopori
pengukuran dan analisis sejarah pertumbuhan pendapatan nasional negara-negara
maju, telah memberikan suatu definisi
pertumbuhan

ekonomi

(economic

yang

cukup

rinci

mengenai

suatu negara. Mengenai

growth)

pertumbuhan ekonomi, Kuznets mengemukakan sebagai berikut:
“Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh
adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional
(kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.”
Dari definisi yang diberikan oleh Simon Kuznets, terdapat tiga komponen
pokok yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.

Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau
perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan
kemampuan menyediakan berbagai jenis

barang merupakan tanda

kematangan ekonomi (economic maturity) dari suatu negara.
2.

Perkembangan

teknologi

merupakan

dasar

atau

prakondisi

bagi

berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan; ini
adalah suatu kondisi yang sangat diperlukan, tetapi tidak cukup itu saja (jadi,
disamping perkembangan atau kemajuan teknologi, masih dibutuhkan

23

faktor-faktor lain).
3.

Guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam
teknologi baru maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan,
sikap, dan ideologi. Inovasi dibidang teknologi tanpa dibarengi dengan
inovasi sosial sama halnya dengan lampu pijar tanpa listrik (potensi ada,
akan tetapi tanpa input komplementernya maka hal itu tidak bisa
membuahkan hasil apapun).
Selanjutnya Kuznets mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses

pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara-negara yang
sekarang maju sebagai berikut:
1.

Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang
tinggi.

2.

Tingkat kenaikan produktivitas faktor total yang tinggi.

3.

Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi.

4.

Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.

5.

Adanya kecenderungan negera-negara yang memulai atau yang sudah maju
perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya
daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.

6.

Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai
sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.
Dua faktor yang pertama (nomor satu dan dua) lazim disebut sebagai

variabel-variabel ekonomi agregat (agregat economic variables). Sedangkan
nomor tiga dan empat biasa disebut variabel-variabel transformasi-struktural.

24

Adapun dua faktor terakhir disebut sebagai variabel-variabel yang memengaruhi
penyebaran pertumbuhan ekonomi secara internasional.
2.1.3. Inflasi
Menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004:38) inflasi adalah suatu kondisi,
ketika tingkat harga (agregat) meningkat secara terus menerus, dan memengaruhi
individu, dunia usaha dan pemerintah.
Sedangkan T. Guritno mengartikan inflasi sebagai suatu kenaikan tingkat
harga umum suatu negara, yang berarti juga penurunan nilai uang.
Inflasi menurut Kamus Uang dan Bank adalah jumlah uang yang relatif
lebih besar dari jumlah barang dan jasa yang tersedia, keadaan menunjukkan
bahwa daya beli uang berkurang dalam masa tertentu.
Soelistiyo dan Insukendro (2001:62) mendefinisikan inflasi sebagai berikut:
“Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan terus
menerus. Dari definisi ini dapat dikatakan bahwa kenaikan satu atau beberapa
barang pada saat tertentu dan hanya “sementara” belum tentu menimbulkan
inflasi.
Faktor-faktor yang dapat mendorong kenaikan harga dan menimbulkan
inflasi antara lain:
1.

Pemerintah yang terlalu berambisi untuk menyerap sumber-sumber ekonomi
lebih besar daripada sumber-sumber ekonomi yang dapat dilepaskan oleh
pihak bukan pemerintah pada tingkat harga yang berlaku.

2.

Berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha memeroleh
tambahan pendapatan relatif lebih besar daripada kenaikan produktivitas

25

mereka.
3.

Adanya harapan yang berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan
barang-barang dan jasa naik lebih cepat daripada tambahan keluaran yang
mungkin dicapai oleh perekonomian yang bersangkutan.

4.

Adanya kebijaksanaan pemerintah baik yang bersifat ekonomi atau non
ekonomi yang mendorong kenaikan harga-harga.

5.

Pengaruh alam (musim kemarau yang panjang, banjir, bencana alam dan
lain-lain) yang dapat memengaruhi produksi dan kenaikan harga.

6.

Pengaruh inflasi luar negeri, khususnya bila negara yang bersangkutan
mempunyai sistem perekonomian terbuka.
Menurut Foster Pinondang Hutagaol ada beberapa macam inflasi apabila

ditinjau berdasarkan parah tidaknya kenaikan inflasi, asal inflasi, sebab-sebab
terjadinya inflasi dan intensitasnya.
1.

Berdasarkan parah tidaknya inflasi.
Dalam pengelompokan ini yang diperhatikan adalah berapa besarnya inflasi
dalam suatu periode. Pada umumnya dapat dibedakan menjadi:
a. Inflasi ringan, yaitu inflasi yang lajunya lebih kecil dari 10% pertahun.
b. Inflasi sedang, yaitu inflasi yang lajunya antara 10% sampai 30%
pertahun.
c. Inflasi berat, yaitu inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%
pertahun.
d. Hiper inflasi, yaitu inflasi yang lajunya lebih dari 100% pertahun.

2.

Sumber atau sebab-sebab inflasi

26

Berdasarkan penyebab atau sumbernya, maka inflasi dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Inflasi dari segi permintaan (demand full inflation).
Inflasi ini timbul karena permintaan dalam negeri (baik masyarakat
maupun pemerintah) akan berbagai barang sangat kuat dan besar dan
melebihi keluaran (output) yang ada dalam perekonomian tersebut.
Keadaan ini terjadi misalnya pengeluaran pemerintah meningkat dan
dibiayai dengan pencetakan uang. Kebijakan

tersebut

akan

mengakibatkan naiknya harga barang-barang dan dengan sendirinya
akan mengakibatkan laju inflasi.
b. Inflasi dari segi penawaran.
Pada kasus ini kenaikan harga terjadi karena adanya kenaikan ongkos
produksi (cost push inflation), baik karena buruh menuntut kenaikan
upah (wage push inflation), maupun karena perusahaan menghendaki
kenaikan keuntungan yang melebihi kemampuannya berproduksi (profit
push inflation).

c. Inflasi kombinasi.
Inflasi ini timbul karena pengaruh pergeseran permintaan dan penawaran
masyarakat. Dengan demikian kenaikan harga yang timbul disebabkan
oleh permintaan masyarakat yang kuat dan besar serta adanya dari buruh
atau pengusaha yang mengakibatkan kenaikan ongkos.
3.

Asal Inflasi
Apabila ditinjau dari asalnya, maka inflasi dapat dibedakan menjadi dua

27

macam, yaitu:
a. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation).
Kenaikan harga terjadi karena adanya shock (kejutan) dari dalam negeri
baik karena perilaku masyarakat non pemerintah maupun pemerintah
yang mengakibatkan kenaikan harga.
b. Inflasi dari luar negeri (imported inflation).
Kenaikan harga umum luar negeri dapat memengaruhi tidak saja oleh
harga dalam negeri tetapi juga oleh harga-harga luar negeri yang
tercermin pada harga barang-barang impor. Dengan demikian kenaikan
indeks harga umum (IHU) dengan sendirinya akan memengaruhi laju
inflasi.
4.

Tingkat Intensitas Inflasi
Pengelompokan ini ditekankan pada bagaimana kecepatan kenaikan laju
inflasi yang terjadi pada satu periode. Apabila ditinjau dari segi kecepatan
kenaikan laju inflasi, maka inflasi dapat dibedakan menjadi:
a. Inflasi merayap (creeping inflation), yaitu apabila kenaikan harga terjadi
secara perlahan-lahan.
b. Inflasi hiper (hyper inflation), bila laju inflasi terjadi dengan cepat.

2.2. Penelitian Sebelumnya
Dewa Made Arta Wijaya (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap peneriman Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dengan periode penelitian April 2010 sampai dengan

28

September 2012 di regional Bali dengan kesimpulan bahwa pertumbuhan
ekonomi regional Provinsi Bali berpengaruh positif dan signifikan secara parsial
terhadap realisasi Penerimaan PPN dalam negeri di Bali pada periode April 2010
sampai dengan September 2012 dan tingkat inflasi regional Provinsi Bali tidak
berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PPN dalam negeri di Bali pada periode
April 2010 sampai dengan September 2012.
Penelitian tentang pengaruh inflasi yang dikaitkan dengan penerimaan
Pajak Penghasilan (PPh) pernah dilakukan oleh Ardiansyah (2007) dengan judul
penelitian “Pen