Tinjaun Yuridis Mengenai Perlindungan Hak Cipta Terhadap Potret di Internet di Tinjau Dari Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

24

BAB II
PENGATURAN HAK CIPTA ATAS KARYA POTRET
DALAMUNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 HAK CIPTA

A. Ruang Lingkup Hak Cipta
Setelah Indonesia merdeka dan memiliki peraturan sendiri di bidang hak
cipta, sejarah pembentukan, dan perkembangan hukum hak cipta di Indonesia
diwarnai dengan beberapa kali penggantian UUHC. Undang-undang mengenai
hak cipta Indonesia yang pertama adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan diganti
kembali denganUndang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 sebelum akhirnya diganti
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 dan akhirnya diganti kembali
dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berlaku
saat ini.29
Ide dasar dari hak cipta adalah untuk melindungi wujud hasil karya
manusia yang lahir karena kemampuan intelektualnya. Perlindungan hukum ini
hanya berlaku kepada ciptaan yang telah mewujud secara khas sehingga dapat
dilihat, didengar, atau dibaca.30
Selain Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 sampai pada pergantianpergantian UUHC yang pada saat ini berlaku yaitu Undang-Undang No. 28 tahun

2014 tentang Hak Cipta, terdapat juga beberapa peraturan lain di bidang hukum
kekayaan intelektual yang berkaitan dengan hak cipta sebagai berikut : 31

29

Elytas Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 48.
Muhammad Djumhana,”Hak Milik Intelektual Sejarah Teori Prakteknya di Indonesia”
( Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003 ), hlm. 55.
31
Elytas Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 51.
30

Universitas Sumatera Utara

25

1. Keputusan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Berne Convention.
2. Keputusan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan
WIPO Copyright Treaty.

3. Keputusan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1988 tentang Pengesahan
persetujuan Perlindungan Hukum Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara
Indonesia dan europe union.
4. Keputusan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1989 tentang
Pengesahanpersetujuan Perlindungan Hukum Timbal Balik Terhadap Hak
Cipta antara Indonesia dan Amerika
5. Keputusan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1993 tentang pengesahan
persetujuan perlindungan hukum timbal balik terhadap hak cipta antara
indonesia dan australia
6. Undang-undang nomor 7 tahun 1994 tentang ratifikasi TRIPs Agrement
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Persetujuan Perlindungan Hukum Timbal Balik Terhadap Hak
Cipta antara Indonesia dan Inggris.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 Tanggal 5
April 1989 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta
9. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 04-PW.07.03
Tahun 1988 Tanggal 27 Mei 1988 tentang Penyidik Hak Cipta.
10. Surat Edaran Menteri Kehakiman Repunlik Indonesia Nomor. M.01PW.07.03 Tahun 1990 Tentang kewenangan Menyidik Tindak Pidana Hak
Cipta

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989 Tentang
Penerjemahan dan atau Perbanyakan Ciptaan Untuk Kepentingan Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, Penelitian, dan Pengembangan.
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2004 Tentang
Pengesahan WIPO Performances and phonograms threati 1996.
13. Peraturan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang sarana
Produksi Berteknologi Tinggi Untuk Cakram Optik (optical disc).
14. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 648/MPP/Kep/10/2004 Tentang Pelaporan dan Pengawasan
Perusahaan Industri Cakram Optik (Optical disc)
15. Peraturan
Menteri
Perindustrian
Republik
Indonesia
Nomor
11/MIND/PER/7/2005 Tentang Ketentuan Teknis Mengenai Mesin Peralatan
Mesin Bahan Baku, dan Cakram Optik (Optical disc)
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 Tentang
Ahli Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Kegiatan Penelitian dan

Pembangunan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan
Pengembangan
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 Tentang
konsultan Hak Kekayaan Intelektual
18. Keputusan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pembentukan
Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual.

Universitas Sumatera Utara

26

Perubahan-perubahan atau revisi yang berulang-ulang terhadap Undangundang mengenai hak cipta dilakukan karena Indonesia mendapat tekanan dari
masyarakat internasional agar Indonesia lebih memerhatikan perlindungan hukum
hak cipta terutama hak cipta negara lain di Indonesia. Demikian pula dalam
rangka memenuhi kewajiban indonesia selaku anggota WTO. Indonesia wajib
menyelaraskan undang-undang mengenai hak cipta dengan konvensi-konvensi
internasional lainnya, terutama dengan ketentuan TRIPs

agreement guna


menciptakan suatu iklim perdagangan yang sehat ( fair competition ) di indonesia.
Penyempurnaan undang-undang hak cipta juga ditujukan untuk memberi
perlindungan bagi karya-karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni
dan budaya yang ada di indonesia sendiri yang masih belum dikembangkan dalam
konteks

bisnis

sekaligus

untuk

meningkatkan

minat

berkarya

dan


mengembangkan kreativitas bangsa indonesia dalam rangka peningkatan sumber
daya manusia.32
Secara umum konsep undang-undang hak cipta tidak begitu jauh berbeda
dengan undang-undang hak cipta yang ada sebelumnya terutama dengan undangundang Nomor 12 Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 hanya
saja standar perlindungan hak cipta yang diatur dalam undang-undang hak cipta
telah di sesuaikan dengan standar internasional yang diatur dalam TRIPs
Agreement. Sedangkan prinsip dasar perlindungan mengacu sepenuhnya pada
Berne Convention.33
Undang-undang Hak cipta

yang baru ini

benar-benar berusaha

menciptakan ketentuan hukum yang lebih efektif dan efisien guna memberikan
32
33

Ibid, hlm. 53.
Ibid, hlm. 54.


Universitas Sumatera Utara

27

perlindungan yang maksimal, baik terhadap suatu ciptaan maupun hak terkait
(nightboring rights) efesiensi peraturan tersebut misalnya terkandung dalam
ketentuan yang mengatur bahwa sengketa hak cipta dapat diselesaikan, baik
melalui jalur litigasi maupun nonlitigasi. Sengketa hak cipta melalui jalur litigasi
diserahkan kepada pengadilan niaga untuk menyelesaikan sengketa dalam waktu
90 hari plus perpanjangan 30 hari kerja terhitung sejak gugatan diajukan. Jangka
waktu menyelesaikan pemeriksaan perkara hak cipta ini berlaku untuk
pemeriksaan, baik di pengadilan niaga maupun Mahkamah Agung. Sedangkan
upaya hukkumnya dipersingkat langsung ke Mahkamah Agung. 34
Undang-Undang Hak Cipta yang terbaru ini juga telah mengadopsi
ketentuan TRIPs Agreement tentang Provisional Measurement, yaitu penetapan
sementara

pengadilan


yang

sifatnya

serta-merta

untuk

menghentikan

berlangsungnya kegiatan pelanggaran atas hak cipta. Penetapan sementara
pengadilan dapat dimintakan oleh pemegang hak cipta sebelum putusan
pengadilan dijatuhkan dengan menunjukkan bukti kepemilikan hak atas suatu
ciptaan. Pengaturan tentang penetapan sementara pengadilan ini dimaksudkan
sebagai salah satu upaya pencegahan berlanjutnya kegiatan pelanggaran hak cipta
di Indonesia serta untuk mencegah timbulnya kerugian yang lebih besar di
kemudian hari. Semua ketentuan dalam TRIPs Agreement sehubungan dengan hak
cipta telah diadopsi dalam undang-undang hak cipta dengan beberapa penyesuaian
dan adaptasi sebagai salah satu sikap indonesia untuk menerapkan prosedur
berperkara yang adil dan seimbang sebagaimana yang diatur pada Pasal 42 TRIPs

Agreement.35
34
35

Ibid, hlm. 55.
Ibid, hlm. 56.

Universitas Sumatera Utara

28

Selain itu, Undang- undang ini yang baru juga telah mengadopsi ketentuan
yang diatur pada Pasal 11 WIPO Treaty yang mengatur perlindungan hukum hak
cipta atas sarana pengaman teknologi. Dengan demikian, tindakan merusak
(circumvent) alat pengaman suatu ciptaan telah dikategorikan sebagai suatu tindak
pidan dan diancam dengan pidana penjara atau denda. Pemegang hak cipta adalah
pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari
pencipta atau pihak lain yang menerima lebih kanjut hak dari pihak yang
menerima hak tersebut. Hak cipta didasarkan pada kriteria keaslian ciptaan harus
benar-benar berasal dari pencipta yang bersangkutan. Persyaratan keaslian ini

tidaklah seketat persyaratan kebaruan dalam paten. Berdasarkan hal tersebut
bahwa ruang lingkup ciptaan yang dilindungi hak cipta adalah ciptaan (works)
dalam bidang ilmu (science), seni dan sastra (literary and artistic works).36
Kepemilikan sebuah hak cipta pada dasarnya merupakn pemegag hak cipta
atau orang yang memiliki hak eksklusif untuk mengeksploitasi karya tersebut,
misalnya untuk menggunakan, memperbanyak, menjual, dan membuat karyakarya turunannya. Secara umum hak cipta pada sebuah karya pada awalnya
merupakan milikdari pembuat karya tersebut yaitu pencipta.37
Menurut Elyas Ras Ginting ada empat konsep terjadinya kepemilikan
dalam Undang-undang hak cipta. Ke empat konsep tersebut selengkapnya akan
diuraikan secara lebih terperinci berikut ini :38

Ridwan Khairandy,”Pengantar Hukum Dagang, Cetakan Pertama”, (Yogyakarta : FH
UII Press, 2006), hlm. 229.
37
Ibid, hlm. 231.
38
Elyas Ras Ginting, Op.Cit, hlm.179.
36

Universitas Sumatera Utara


29

1.

Joint Authorship ( Co-Authorship)
Memuat Pasal ayat 39 ayat (1) undang-undang hak cipta dalam halciptaan

tidak diketahui penciptanya dan ciptaan tersebut belum dilakukan pengumuman,
hak cipta atas ciptaan tersebut dipegang oleh negara untuk kepentingan pencipta.
Sedangkan Pasal 39 ayat (2) undang-undang hak cipta dalam ciptaan telah
dilkukan pengumuman tetapi tidak diketahui penciptanya, atau hanya tertera nama
alias nya atau samaran penciptanya hak cipta atas ciptaan tersebut di pegang oleh
pihak yang melakukan pengumuman untuk kepentingan pencipta. Kemudian
Pasal 39 ayat (3) undang-undang hak cipta dalam hal ciptaan telah di terbitkan
tetapi tidak diketahui pencipta dan pihak yang melakukan pengumuman, hak cipta
atas ciptaan yersebut di pegang oleh negara untuk kepentingan pencipta.
Konsep kepemilikan hak cipta berdasarkan Joint Authorship diterapkan
terhadap ciptaan yang dihasilkan dari kerja sama atau kolaborasi beberapa orang
secara bersama-sama. Misalnya perbuatan atau penggarapan sebuah fotograpi.
Konsep kepemilikan hak cipta berdasarkan Joint Authorship yang diatur dalam
Pasal 39 undang-undang hak cipta menganggap pencipta dari ciptaan hasil
kolaborasi tersebut adalah :
a.

c.

Orang yang memimpin serta mengawasi seluruh ciptaan itu sehingga selesai
dengan sempurna
Jika tidak ada pihak yang ditunjuk untuk mengawasi penyelesaian ciptaan
tersebut, yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang menghimpunnya
tanpa mengurangi hak cipta masing-masing pihak yang memberikan
kontribusinya dalam ciptaan tersebut
Dapat diperjanjikan bahwa hak cipta dimiliki secara bersama-sama.

2.

Commisioned Authorship

b.

Memuat Pasal 33 ayat (1) undang-undang hak cipta dalam hal ciptaan
terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh 2 (dua) orang atau

Universitas Sumatera Utara

30

lebih, yang dianggap sebagai pencipta yaitu orang yang memimpin dan
mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan.sedangkan Pasal 34 Undang-undang hak
cipta dalam hal dirancang oleh seseorang dan diwujudkan serta dikerjakan oleh
orang lain dibawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, yang
dianggap pencipta yaitu orang yang merancang ciptaan
3.

Commisioned Work
Commisioned Work yaitu jenis ciptaan yang diwujudkan oleh orang lain

dibawah pengarahan orang yang telah merancang atau mendesain ciptaan tersebut.
Pencipta berdasarkan Commisioned Work sering juga disebut sebagai pencipta
pinjam tangan karena dalam mengekspresikan ide yang ada padanya, ia
menggunakan orang lain untuk melakukannya dalam ini tercipta hubungan
simbosis mutualisme dimana orang yang mengerjakan mendapat penghargaan
berupa sejumlah uang, sedangkan siperancang mendapatkan hak cipta atas ciptaan
tersebut.
4. Contract of Service dan Contract for Service
Hak cipta yang lahir berdasarkan Contract of Service dan Contract for
Service adalah ciptaan yang dibuat dalam hubungan kerja atau hubungan
kedinasan pada suatu instansi ( work made for hire). Dalam hal ini, pihak
memperkerjakan akan dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta tanpa
mempersoalkan derajat kontribusinya terhadap ciptaan tersebut. Pemberian hak
cipta, baik berdasarkan Contract of Service maupun Contract for Servicebukan
didasarkan pada penghargaan atas kreatifitas pencipta melainkan didasarkan pada
teori simbiosis mutualisme. Berdasarkan teori simbiosis mutualisme, hak cipta
dari sipencipta yang berbakat dianugerahkan kepada pihak lain yang menanggung

Universitas Sumatera Utara

31

resiko ekonomi yang telah dikeluarkannya guna mewujudkan ciptaan tersebut
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Jika semua ciptaan dibuat
dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta
dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan
lain antara kedua belah pihak. Menurut penjelasan Pasal 4 Undang-undang hak
cipta hak eksklusif adalah hak yang hanya dipeuntukkan bagi pencipta, sehingga
tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta.
Pemegang hak cipta yang bukan pencipta hanya memiliki sebagian dari hak
ksklusif berupa hak ekonomi.
Pasal 9 ayat 1 Undang-undang hak cipta bahwa pencipta atau pemegang
hak cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan penerbitan ciptaan,
penggandaan
pengadaptasian,

ciptaan,

dalam

segala

pengaransemenan,

bentunya,
atau

penerjemahan

pentransformasian

ciptaan,
ciptaan,

pendistribusian ciptaan atau salinannya, pertunjukan ciptaan, pengumuman
ciptaan, komunikasi ciptaan, dan penyewaan ciptaan. Pasal 9 ayat (2) bahwa
setiap yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan
penggandaan dan/atau penggunaan secara komersial ciptaa. Berbeda dengan
penguasaan, pemilikan mempunyai susuk hukum yang lebih jelas dan pasti.
Seseorang menunjukkan hubungan antara orang dengan objek yang menjadi
sasaran pemilikan. Namun, berbeda dengan penguasaan yang lebih faktual,
pemilikan terdiri dari suatu komplek hak-hak yang kesemuanya dapat
digolongkan kedalam ius in rem karena yang berlaku terhadap semua orang.

Universitas Sumatera Utara

32

berbeda dengan ius personam yang hanya berlaku terhadap orang-orang tertentu.
Pada umumnya ciri dari hak-hak yang termasuk dalam pemlikan adalah sebagai
berikut:39
1.

Pemilik mempunyai hak untuk memiliki barangnya, ia mungkin tidak
memegang atau menguasai barang tersebut oleh karena barang itu, telah
direbut dari orang lain. Sekalipun demikian, hak atas barang itu tetap ada
pada pemegang hak semula.

2.

Pemilik biasanya mempunyai hak untuk menggunakan dan menikmati barang
yang dimilikinya. Pada dasarnya merupakan kemerdekaan bagi pemilik untuk
berbuat terhadap barangnya.

3.

Pemilik mempunyai hak untuk menghabiskan, merusak, atau mengalihkan
barangnya. Pada orang yang menguasai suatu barang hak untuk mengalihkan
itu tidak ada padanya karena adanya asas dad quot non habet oleh karena itu,
sipenguasa tidak mempunyai hak dan tidak juga dapat melakukan pengalihan
hak kepada orang lain.

4.

Pemilikan mempunyai ciri yang tidak mengenal pembatasan jangka waktu,
pemilikan bersifat terbuka untuk penentuan lebih lanjut dikemudian hari,
sedangkan pada pemilikan secara teoritis berlaku selamanya.
Indonesia berperan aktif dalam percaturan ekonomi global. Hak cipta

menjadi komoditi yang sangat berharga, dan transaksi yang berhubungan dengan
hak cipta ini diatur dalam konvensi-konvensi Internasional.
Usaha untuk mengatur perlindungan hak cipta hanya dalam satu negara
dirasa sangat sulit, apalagi dalam skala Internasional. Contohnya di thailand,
Adrian Hartanto, “Perlindungan Hukum Terhadap Penggunaan Foto Selfie oleh Pihak
Lain dalam Jejaring Sosial” Medan : 2015 (diakses pada tanggal 24 Juli 2017).
39

Universitas Sumatera Utara

33

terjadi kasus pembajakan film james bond terbaru dalam bentuk VCD yang dijual
sebelum film aslinya diputar atau diumumkan di bioskop-bioskop Amerika
Serikat. Mesin fotokopi, scanner, CD writer dan perangkat teknologi baru lainnya
memungkinkan penggandaan yang merupakan pelanggaran hak cipta dilakukan
dengan mudah dan cepat. Kerja sama internasional dan langkah harmonisasi
hukum sangatlah diperlukan untuk mencegah pelanggaran hak cipta meluas secara
global dengan menggunakan teknologi mutakhir ini. Ada sejumlah perjanjian
internasional/traktat yang berkaitan dengan perlindungan hak cipta. Diantaranya
adalah:40
1. Konvensi Bern ( The Berne Convention) untuk perlindungan karya sastra dan
seni . sekitar 133 negara adalah peserta Konvensi ini.
2. Perjanjian umum mengenai tarif dan perdagangan ( The General Agreement on
tariffs and trade (GATT) yang mencakup perjanjian internasional mengenai
aspek-aspek yang dikaitkan dengan perdangan dari HAKI ( TRIPs). Sekitar
132 negara menjadi peserta konvensi ini.
3. Konvensi Hak Cipta Universal ( The Universal Copyright Convention ( UCC).
Sekitar 5 negara mejadi peserta konvensi ini.
4. Konvensi Internasional untuk perlindungan para pelaku (Performe), produser
rekaman suara dan lembaga penyiaran ( The Rome Convention ). Sekitar 57
negara menjadi peserta konvensi ini.
5. Traktak Hak Cipta WIPO ( WIPO Copyright Treaty/WCT), telah diratifikasi
Indonesia dengan Keputusan Presiden No.19 tahu 1997.
6. Traktat pertunjukan dan rekaman suara WIPO (WIPOPerformances and
Phonograms treaty/ WPPT), telah diratifikasi Indonesia dengan Keputusan
Presiden No.74 tahun 2004.
Beberapa bentuk perjanjian internasional yang berkaitan dengan
perlindungan hak cipta salah satunya adalah Konvensi Bern yang diadakan pada
Tahun 1886 dan diselenggarakan oleh Organisasi Kekayaaan Intelektual Dunia

40

Tim Lindsey, dkk,”Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar” (Bandung : PT.
Alumni, 2013), hlm. 98.

Universitas Sumatera Utara

34

(WIPO). Indonesia menjadi anggota Konvensi Bern melindungi ciptaan-ciptaan
para pencipta dari negara-negara anggota termasuk diantaranya : 41
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Karya tertulis seperti buku dan laporan.
Musik.
Karya-karya drama seperti sandiwara dan koreografi.
Karya seni seperti lukisan, gambar dan foto.
Karya-karya arsitektur dan
Karya sinematografi seperti film dan video.

Konvensi Bern juga mengatur perlindungan atas :
a. Karya-karya adaptasi, seperti terjemahan karya tulis dari satu bahasa
kebahasa lai, karya adaptasi dan aransemen musik, dan
b. Kumpulan/koleksi, seperti ensiklopedia dan antologi.

Dengan adanya perjanjian internasional tentang aspek-aspek yang
dikaitkan dengan perdagangan kekayaan intelektual (TRIPs), materi yang harus
dilindungi diperluas dengan ciptaan ciptaan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Karya-karya yang harus dilindungi menurut konvensi Bern.
Program komputer.
Kumpulan data/informasi.
Pertunjukan-pertunjukan (berupa pertunjukan langsung, disiarkan atau
perekeman gambar pertunjukan)
e. Rekaman suara, dan
f. Penyiaran
Indonesia turut menandatangani TRIPs pada tahun 1997 dan setuju untuk
memenuhi kewajibannya berdasarkan

TRIPs pada tahun 2000 upaya untuk

melindungi HAKI berdasarkan pendekatan dari sudut perdagangan telah
dilakukan sejak tahun 1979 melalui negosiasi perdagangan internasional. Alasan
kuat yang mendasari upaya tesebut. Yaitu, maraknya pembajakan dan pemalsuan
barang-barang yang dilindungi oleh HAKI seperti kasus pembajakan foto Ahmad

41

Ibid, hlm.75.

Universitas Sumatera Utara

35

Subaidi yang dilakukan oleh Instansi Plat Merah di Mataram tepatnya pada
tanggal 11 september 2015.42

B. Jangka Waktu Hak Cipta
Jangka waktu suatu hak cipta berbeda-beda dalam yurisdiksi yang berbeda
untuk jenis ciptaan yang berbeda. Masa berlaku tersebut juga dapat bergantung
pada apakah ciptaan tersebut diterbitkan atau tidak diterbitkan. Ide mengenai
pembatasan jangka waktu hak cipta, sebenarnya didasarkan atas landasan filosofis
tiap-tiap hak kebendaan termasuk hak cipta fungsi sosial. Sehingga dengan
diberinya pembatasan jangka waktu pemilikan hak cipta maka diharapkan hak
cipta itu tidak dikuasai dalam jangka waktu yang panjang di tangan si pencipta
yang sekaligus sebagai pemiliknya. Dengan berakhirnya jangka waktu pemilikan
tersebut maka jadilah karya cipta itu sebagai milik umum, suatu kuasa umum
(public domein). Pembatasan jangka waktu hak cipta yang tercantum dalam
UUHC Indonesia bukanlah satu-satunya peraturan hak cipta yang memberikan
batasan. Sebenarnya mengenai pembatasan jangka waktu hak cipta adalah
merupakan penjelmaan dari pandangan tentang hakikat pemilikan, dikaitkan
dengan kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk
bermasyarakat, dimana hak milik itu dianggap mempunyai fungsi sosial. Oleh
karena itu, dapatlah dimengerti bahwa pembatasan jangka waktu hak cipta itu
adalah merupakan atas milik umum dan milik individu (perseorangan). 43
Pembatasan jangka waktu hak cipta menurut ketentuan Konvensi Bern dan
TRIPs, sebagian besar ciptaan tertentu harus dilindungi selama hidup pencipta dan
42
43

Ibid, hlm.76.
OK. Saidin, Op.Cit, hlm. 108.

Universitas Sumatera Utara

36

terus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, selanjutnya
dalam upaya menggantikan atau merevisi undang-undang hak cipta, pembatasan
jangka waktu perlindungan hak cipta menjadi 70 tahun setelah meninggalnya
sipencipta dengan demikian keseimbangan antara kepentingan masyarakat yang
disebut sebagai hak milik dapat lebih terwujud. 44 Perlindungan hak cipta atas
ciptaan potret berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman. 45 Hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui yang
dipegang oleh negara berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut
pertama kali dilakukan pengumuman.46 Hak cipta atas ciptaan yang dilaksanakan
oleh pihak yang melakukan pengumuman berlaku selama 50 (lima puluh) tahun
sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.47
Oleh karena itu si pencipta resmi memiliki hak untuk menerbitkan
ciptaannya, menggandakan ciptaannya, mengumumkan ciptaannya, dan melarang
pihak lain untuk melipatgandakan dan/atau menggunakan secara komersial
ciptaannya. Di Indonesia berdasarkan UUHC, jangka waktu berlakunya suatu hak
cipta adalah sebagai berikut :48
1.

Masa Berlaku Hak Moral
a. Hak Moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 merupakan hak yang
melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:
1) Tetap mencantumkan atau tidak mencntumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaanya untu umum.
2) Menggunakan nama aslinya atau samarannya.
3) Mengubah Cipptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat
4) Mengubah judul dan anak judul Ciptaan, dan
44

Tim Lindsey, Op.cit, hlm. 122.
Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 59
46
Ibid, Pasal 60 ayat (2).
47
Ibid, Pasal 60 ayat (3).
48
Ibid, Pasal 5.
45

Universitas Sumatera Utara

37

5) Mempertahanan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi
Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan
kehormatan diri atau reputasinya.
b. Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan
selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat
dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan setelah Pencipta meninggal dunia.
c.

Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak
pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan
hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

2.

Masa Berlaku Hak Ekonomi
Pasal 58 UUHC menyatakan bahwa:

a.

Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan
1) buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya.
2) ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya.
3) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
4) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
5) drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim.
6) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase.
7) karya arsitektur.
8) Peta, dan
9) karya seni batik atau seni motif lain.
berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh
puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.

b. Dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, perlindungan hak
cipta berlaku selama hidup penciptanya yang meninggal dunia paling akhir
dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya.

Universitas Sumatera Utara

38

c. Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan
hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman.49
Sementara itu, untuk jenis ciptaan yang berupa :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Karya fotografi.
Potret.
Karya sinematografi.
Permainan vidio.
Program komputer.
Perwajahan karya tulis.
Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi.
8) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional.
9) Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan program komputer atau media lainnya, dan
10) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli.
Sesuai dengan Pasal 59 ayat (1), perlindungannya diberikan selama 50
tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.50

C. Pendaftaran Hak Cipta
Pendaftaran hak cipta berbeda dengan merek dagang, di indonesia tidak
ada ketentuan yang mewajibkan pendaftaran ciptaan untuk mendapatkan hak
cipta. Meskipun demikian, pendaftaran dapat dilakukan secara sukarela. Bagi
pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya, dapat
menjadikan surat pendaftarannya sebagai alat bukti awal dipengadilan bila
dikemudian hari timbul sengketa mengenai ciptaan tersebut. Anggota TRIPs dan
negara-negara

peserta Konvensi Bern harus secara otomatis memberikan

perlindungan terhadap Ciptaan yang dilindungi hak cipta. Sejumlah negara seperti
49
50

Ibid, Pasal 58.
Ibid, Pasal. 59.

Universitas Sumatera Utara

39

Amerika Serikat memiliki sistem pendaftaran untuk hak cipta. Akan tetapi, guna
memenuhi ketentuan TRIPs ditetapkan bahwa untuk memperoleh perlindungan
atas hak cipta, pendaftaran tersebut haruslah bersifat sukarela dan tidak dinggap
sebagai suatu kewajiban. Pada dasarnya keuntungan-keuntungan yang diperoleh
dari pendaftaran dimaksudkan untuk membantu membuktikan kepemilikan.
Adalah bijak mendaftarkan ciptaan bernilai komersial atau penting dalam situasi
tertentu karena sering kali muncul kesulitan untuk membuktikan kepemilikan di
pengadilan.51
Prinsip ini tercantum dalam Undang-Undang Hak Cipta Indonesia. Jika
melihat pada prinsip dasar lahirnya hak cipta, maka rujuknya bukanlah pada
pendaftaran, yang saat ini dalam UUHC istilahnya disebut dengan pencatatan,
akan tetapi hak cipta telah lahir secara otomatis pada saat suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata, diumumkan, dan dapat diperbanyak, pencatatan
ciptaan pada direktur jenderal Hak Kekayaan Intelektual bukan merupakan
banyak syarat untuk mendapatkan hak cipta. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 64
UUHC. Akan tetapi, pencatatan perlu dilakukan oleh pencipta ketika
komersialisasi ciptaan dilakukan secara maksimal sebagai alat bukti atau
pengukuhan apabila terjadi sengketa.52
Pencatatan ciptaan atau produk hak terkait dalam daftar umum ciptaan
bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud atau bentuk dari ciptaan atau
produk hak terkait yang dicatat. Dalam hal Menteri menerima permohonan,
menteri menerbitkan surat pencatatan ciptaan dan mencatat dalam daftar umum
ciptaan. Daftar umum ciptaan memuat nama pencipta dan pemegang hak cipta
51

Tim Lindsey, Op.Cit. hlm.107-108.
Risa Amriksa, Pelanggaran Hukum Hak Cipta Pada Saat Proses Pendaftaran melalui
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/It54b5f403a7a3/(diakses tanggal 09 Juli 2017).
52

Universitas Sumatera Utara

40

atau nama pemilik produk hak terkait, tanggal penerimaan surat permohonan,
tanggal lengkapnya persyaratan. Menteri menyelenggarakan pencatatan dan
penghapusan ciptaan dan produk hak terkait.53
Pencatatan ciptaan dan produk terkait bukan merupakan syarat untuk
mendapatkan hak cipta dan hak terkait. Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait
bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta, pemegang hak cipta atau
pemilik hak terkait. Perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau
terwujud karena pencatatan. Hal ini berarti suatu ciptaan baik yang tercatat
maupun tidak tercatat tetap dilindungi.54 Pencatatan ciptaan tidak dapat dilakukan
terhadap seni lukis yang berupa logo atau tanda pembeda yang digunakan sebagai
merek dalam perdagangan barang/jasa atau digunakan sebagai lambing organisasi,
badan usaha, atau badan hukum.55
Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diajukan dengan Permohonan
secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pencipta, pemegang hak cipta, pemilik
hak terkait, atau kuasanya kepada Menteri. 56 Kecuali terbukti sebaliknya, surat
pencatatan penciptaan merupakan bukti awal kepemilikan suatu ciptaan atau
produk hak terkait. 57 Pencatatan ciptaan atau produk hak terkait dalam daftar
umum ciptaan bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk
dari ciptaan atau produk hak terkait yang dicatat.58 Kekuatan hukum pencatatan
ciptaan dan produk Hak Terkait hapus karena: permintaan orang atau badan
hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik

53

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 64 ayat (1).
Ibid, Penjelasan Pasal 64 ayat (2).
55
Pasal 65 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
56
Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
57
Pasal 69 ayat (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
58
Pasal 72 Undang-Undang No.28 Tahun 2014.
54

Universitas Sumatera Utara

41

hak terkait, lampaunya waktu, putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap mengenai pembatalan pencatatan ciptaan atau produk hak
terkait; atau melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan
dan keamanan negara, atau peraturan perundang-undangan yang penghapusannya
dilakukan oleh Menteri.59 Penghapusan pencatatan ciptaan atas permintaan orang
atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta,
atau pemilik hak terkait dikenai biaya. 60 Ketentuan lebih lanjut mengenai
hapusnya kekuatan hukum pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diatur
dengan peraturan pemerintah. 61 Pengalihan Hak atas pencatatan ciptaan dan
produk hak terkait dapat dilakukan jika seluruh hak cipta atas ciptaan tercatat
dialihkan haknya kepada penerima hak.62

D. Penyelesaian Sengketa dan Ketentuan Pidana
Setiap terjadi sengketa, para pihak yang bersangkutan tentunya sengketa
tersebut. Berbagai cara dapat digunakan untuk menyelesaikannya, baik melalui
pengadilan maupun di luar pengadilan, bahkan saat ini marak adanya
kecenderungan masyarakat untuk menggunakan kekerasan sebagai penyelesaian
sengketa. Masyarakat memandang bahwa dengan melakukan kekerasan, sengketa
yang terjadi akan dapat diselesaikan. Penyelesaian sengketa dengaan cara
kekerasan tidak akan pernah dapat di selesaikan karena masing-masing pihak akan
berusaha untuk membalas kekalahan kepada pihak lainnya. 63

59

Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
61
Pasal 75 Undang-Undang N0. 28 Tahun 2014
62
Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
63
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi,
Mediasi, Konsiliasi & Arbitrase) (Jakarta : Penerbit Visimedia, 2011), hlm. 7.
60

Universitas Sumatera Utara

42

Pelanggaran hak cipta dan hak terkait selain dapat dituntut secara pidana
juga secara perdata ke Pengadilan Niaga di wilayah domisili hukum pelaku
pelanggaran. Keleluasaan yang diberikan oleh UUHC untuk dapat menyelesaikan
sengketa hak cipta secara keperdataan ataupun melalui jalur nonlitigasi tidak
mengakibatkan gugurnya hak penuntut umum untuk mengajukan tuntutan pidana
atas pelaku pelanggaran hak cipta. Undang-undang hak cipta menegaskan bahwa
penyelesaian sengketa keperdataan di bidang hak cipta tidak menghapuskan hak
jaksa penuntut umum untuk melakukan penuntutan pidana.

64

Penyelesaian

sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa,
arbitrase atau pengadilan. Yang dimaksud dengan arbitrase adalah salah satu jenis
alternatif penyelesaian sengketa dengan menyerahkan wewenang kepada pihak
netral yang di sebut arbiter untuk memberikan putusan sedangkan alternatif
penyelesaian sengketa adalah proses penyelesaian sengketa melalui mediasi,
negosiasi atau konsiliasi.

65

Pengadilan yang berwenang adalah Pengadilan

Niaga.66Pengadilan lainnya selain Pengadilan Niaga tidak berwenang menangani
penyelesaian sengketa hak cipta. 67 Selain pelanggaran hak cipta dan/atau hak
terkait dalam bentuk pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa
diketahui keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Indonesia Republik
Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa melalui mediasi
sebelum melakukan tuntutan pidana. 68 Pencipta, pemegang hak cipta dan/atau
pemegang hak terkait atau ahli warisnya yang mengalami kerugian hak ekonomi

64

Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 252.
Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Penjelasan Pasal 95 ayat (1).
66
Pasal 95 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
67
Pasal 95 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
68
Pasal 95 ayat (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

65

Universitas Sumatera Utara

43

berhak memperoleh ganti rugi.

69

Pembayaran ganti rugi kepada pencipta,

pemegang hak cipta dan/atau pemilik hak terkait dibayarkan paling lama 6 (enam)
bulan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.70 Jenis-jenis perbuatan
yang dikategorikan oleh UUHC sebagai pelanggaran hak cipta berikut ancaman
hukuman telah ditentukan secara tegas dalam Undang-undang hak cipta. Pada
dasarnya setiap bentuk perbuatan yang melanggar hak eksklusif pemegang hak
cipta dan hak terkait dan hak moral (moral rights) akan dijatuhi dengan hukuman
yang bersifat kumulatif yaitu pidana penjara dan/atau denda.71
Pelanggaran hak eksklusif pencipta ataupun hak moral pencipta dapat
dituntut secara pidana dan perdata sekaligus karena UUHC dalam Pasal 66 telah
menetapkan bahwa penuntutan perdata tidak menghilangkan sifat pidana, baik
dari pelanggaran hak cipta, hak terkait, maupun hak moral. Karena itu, meskipun
telah ada suatu putusan perdata terhadap pelanggaran hak cipta, penuntut umum
tidak menghilangkan haknya untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap
pelanggaran hak cipta, hak terkait, ataupun hak moral tersebut. Gugatan ganti rugi
dapat berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan
yang diperoleh dari penyelengaraan pertunjukan dan pamerankarya fotografi yang
merupakan hasil pelanggaran hak cipta atau produk hak terkait. 72 Dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan, pendaftaran niaga
menetapkan hari sidang. Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan

69

Pasal 96 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 95 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
71
Elyas Ras Ginting, Op.Cit, hlm.249.
72
Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 99 ayat (2).
70

Universitas Sumatera Utara

44

oleh juru sita dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak gugatan
didaftarkan.73
Penggunaan secara komersial adalah pemanfaatan Ciptaan dan/atau
produkhak terkait dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari
berbagai sumber atau berbayar. 74 Adapun ketentuan pidana penggunaan secara
komersial Pasal 112 UUHC 2014 yang berbunyi: “Setiap orang yang dengan
tanpa hak melakukan perbuatan untuk penggunaan secara komersial, dipidanakan
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).75
Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. 76 Pencipta atau pemegang
hakcipta

memiliki

penggandaan

hak

ciptaan

pengadaptasian,

ekonomi

dalam

untuk

segala

pengarangsemenan,

melakukan

bentuknya,
atau

penerbitan ciptaan,

penerjemahan

pentransformasian

ciptaan,
ciptaan

pendistribusian ciptaan atau salinannya, pertunjukan ciptaan, pengumuman
ciptaan, komunikasi ciptaan dan penyewaan ciptaan.

77

Setiap orang yang

melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang hak
cipta.78 Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang
menggandakan dan/atau melakukan penggunaan ciptaan secara komersial.79 Hak
ekonomi untuk melakukan pendistribusian ciptaan atau salinannya tidak berlaku
terhadap ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan
73
74
75
76
77
78
79

Pasal 100 ayat (5) dan (6)
Pasal 1 angka 24.
Pasal 112.
Pasal 8 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

45

kepemilikan ciptaan kepada siapapun. 80 Ketentuan Pasal 12 UUHC untuk
meminta izin ini berlaku bagi hak ekonomi atas potret yang dibuat atas
permintaan (atau atas nama) orang yang dipotret atau untuk kepentingan orang
yang dipotret. Setiap orang dapat menggunakan ciptaan secara komersial dalam
suatu pertunjukan tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pencipta dengan
membayar imbalan kepada pencipta melalui Lembaga Manajemen Kolektif. 81
Adapun ketentuan pidana tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang
hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta untuk penggunaan secara
komersial yaitu Pasal 113 ayat (2) UUHC 2014 bahwa “Setiap orang yang dengan
tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi pencipta untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah. 82 Setiap orang yang dengan
tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi pencipta untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).83
Pembajakan adalah penggandaan hak cipta dan/atau produk hak terkait
secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara
luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi.84 Pembajakan terhadap karya orang
lain seperti buku dan rekaman adalah salah satu bentuk dari tindak pidana hak
cipta yang dilarang dalam Undang-Undang Hak Cipta. Adapun ketentuan pidana
80
81
82
83
84

Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang N0. 28 Tahun 2014.
Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang No. 24 Tahun 2014.
Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang No. 24 Tahun 2014.
Pasal 113 ayat (3) Undang-Undang No. 24 Tahun 2014.
Pasal 1 angka 23 Undang-Undang No. 24 Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

46

UUHC 2014 yang berbunyi: “Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). 85 Setiap orang yang
memenuhui unsur yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).86
Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu
salinan ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk
apapun, secara permanen atau sementara. 87 Penggandaan sebanyak 1 (satu)
salinan atau adaptasi program komputer yang dilakukan oleh pengguna yang sah
dapat dilakukan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta. 88 Penggandaan
untuk kepentingan pribadi atas ciptaan yang telah dilakukan pengumuman hanya
dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan dan dapat dilakukan tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta.89

Aktivitas mengunggah foto atau potret orang lain, yang disertai dengan
penjelasan di bawah foto/potret tersebut sekarang semakin marak, apalagi dengan
semakin seringnya publik menggunakan fasilitas media sosial. Pada saat ini, rezim
hak cipta diatur dalam UUHC baru yang mencabut UUHC lama. Berdasarkan
UUHC baru, potret adalah karya fotografi dengan objek manusia, dan ini adalah
salah satu ciptaan yang dilindungi dalam rezim hak cipta sebelumnya, UUHC

85
86
87
88
89

Pasal 113 ayat (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 116 ayat (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

47

lama memang mengatur bahwa pencipta atau pemegang hak cipta atas potret
seseorang harus mendapatkan izin dari orang yang dipotret, atau izin ahli
warisnya ketika ingin melakukan publikasi atas potret yang dimaksud. Namun,
ketentuan seperti ini tidak lagi tercantum dalam UUHC 2014. Sebagai gantinya,
melarang

penggunaan

secara

komersial,

penggandaan,

pengumuman,

pendistribusian, dan/atau komunikasi atas potret yang dibuatnya guna kepentingan
reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang
yang dipotret atau ahli warisnya. Adapun ketentuan pidana UUHC 2014 yang
berbunyi: “Setiap orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli
warisnya melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman,
Pendistribusian, atau Komunikasi atas Potret untuk kepentingan reklame atau
periklanan untuk Penggunaan Secara Komersial baik dalam media elektonik
maupun non elektronik, dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).90
Ketika seseorang melakukan publikasi atas potret orang lain bukan untuk
tujuan komersial, maka kegiatannya ini tidak dapat dihukum berdasarkan UUHC.
Adapun ketentuan pidana UUHC 2014 yang berbunyi: “Setiap orang yang dengan
tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).91 Setiap Orang
yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun

90
91

Pasal 115 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

48

dan/atau pidana dendapaling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).92
Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk
penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).93
Dengan melihat ketentuan dan penjelasan di atas, setiap orang harus hatihati ketika mempublikasikan foto/potret orang lain.Setiap orang yang dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk penggunaan
secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 94
Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi untuk penggunaan secara komersial, dipidana dengan pidana penjara
paling lama

4 (empat) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).95 Setiap Oorang yang memenuhi unsur
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling
lama

10

(sepuluh)

tahun

dan/atau

pidana

denda

paling

banyak

Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). 96 Setiap orang yang dengan sengaja
dan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan/atau huruf d untuk penggunaan

92
93
94
95
96

Pasal 116 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 116 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 117 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 117 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pasal 117 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

49

secara komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).97
Pengaturan mengenai suatu hak cipta yang diatur oleh Undang-undang hak
cipta No.28 Tahun 2014 menurut penulis sudah di atur secara terperinci baik itu
dalam batas jangka waktu perlindungan suatu karya cipta, pencatatan suatu karya
cipta, bagaimana cara penyelesaian sengketa apabila terjadi permasalahan
mengenai hak cipta, dan sampai pada aturan dan sanksi-sanksi yang diatur dalam
undang-undang hak cipta.

97

Pasal 118 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara