Mohammad Khairul Umam

REPRESENTASI KEKUASAAN ORDE BARU PADA KUMPULAN PUISI
MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL
Mohammad Khairul Umam
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
irulpojur9@gmail.com
Abstrak: Tujuan kajian ini adalah untuk memperoleh deskripsi secara
objektif tentang Representasi Kekuasaan Orde Baru pada Kumpulan
Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia KaryaTaufiq Ismail.Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah memetik dan kualitatif.
Teknik pengumpulan data penelitianini adalah observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah (1) kodifikasi
data (2) klasisfikasi data, (3) deskripsi data, dan (4) analsiskonten, yaitu
menganalis isis teks.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah literatur, kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesiakarya
Taufiq Ismail yang diterbitkan oleh Cakrawala Budaya Indonesia.
Interpretasi menggambarkan bagaimana penyair yang kala itu sebagai
objek (rakyat yang merasa tertindas). Sehingga muncullah bahasa yang
digunakan sarat dengan kritikan, ketakutan dan keserakan penguasa.
Penyair juga menjadi bagian dari sejarah pada kala itu, khususnya
gambaran rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Hasil
dari penelitian ini bisa diimplementasikan dalam pembelajaran sastra

sehingga siswa mampu merepresentasikan aspek kekuasaan dalam
kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesiakarya Taufiq Ismail.
Kata-kata Kunci: representasi,kekuasaan, kumpulan puisi Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia

PENDAHULUAN
Puisi memiliki peranan yang
kuat dalam membangun visi kehidupan
manusia. Karena disadari atau tidak,
puisiselalu berkaitan dengan bagaimana
menghadapi
masa
depan
dan
menciptakan masa depan, sebagai hasil
dari pendalaman terhadap realitas
kontemporer untuk merasakan realitas
kehidupan dan mengetahui kemana arah
tujuannya.
Potret puisi sebenarnya adalah

potret manusia itu sendiri dan alam
semesta sebagai lingkungan tempat
manusia hidup dan tumbuh sebagai
makhluk. Sehingga akan sangat benar

jika diambil suatu manifesto bahwa
nuansa
dan
corak
puisi
akan
menyesuaikan diri dengan kehidupan,
jiwa dan refleksitas penyair secara
subjektif.
Penyair yang hidup dalam
kungkungan penjajahan, akan mengabarkan dan meneriakkan puisinya
dengan tutur kata yang menggebu atau
sebaliknya lemah dan putus asa. Penyair
yang hidup pada masa pembangunan,
akan bertutur tentang pembangunan,

sebagaimana penyair yang berada dalam
romantika kehidupan, maka dia akan
membuat puisi-puisi romantik.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Masalah keadilan dan kekuasaan selalu menjadi topik yang relevan
untuk
dibicarakan,
jika
terjadi
kesenjangan yang semakin jauh antara
lapisan atas dan lapisan bawah. Hal
ini yang memotivasi manusia dan
kelompoknya berusaha untuk melawan
dengan berbagai cara. Ada orang
yang bersedia mempertaruhkan nyawanya atau rela meninggalkan kedudukannya, bahkan mengorbankan harta
bendanya untuk menegakkan keadilan
serta melawan dari kekuasaan itu
sendiri.

Dalam konteks masyarakat di
lndonesia dari zaman pejajahan sampai sekarang, tuntutan keadilan terus
dilakukan. Hal ini menunjukkan
bahwa wujud ketidakadilan masih ada.
Berbagai bentuk penindasan, korupsi,
penyalahgunaan jabatan, penyalahgunaan kekuasaan, dan kecurangan pemilu
adalah wujud ketidakadilan. Menurut
Nurcholis Madjid, bangsa ini sekian
lama terkungkung dalam ketidakadilan
dan memarjinalkan kaum minoritas
(Madjid, 2008:24).
Peran sastrawan tidak bisa
dianggap kecil dalam menyuarakan
keadilan karena para sastrawan pada
setiap peristiwa politik ikut berperan
aktif sebagai kelompok yang membangun kesadaran masyarakat supaya
tidak tinggal diam menyaksikan berbagai ketidakadilan. Kebebasan kreatif
sastrawan diejawantahkan dalam bentuk
karya sastra yang menggambarkan
penidasan, kebobrokan moral, atau

kritik sosial sebagai wujud tanggung
jawab sosial satrawan (Mahayana,
2005:48).
Hubungan manusia masyarakat, kekuasaan dan keadilan banyak
menarik perhatian para penyair untuk
menuangkannya
dalam
puisi
(Pradopo,2007:147).
Pemihakan

terhadap kaum lemah merupakan
aspirasi yang sering menjadi tema
puisi para penyair. Pemberontakan
Chairil Anwar terha-dap ketidakadilan
penjajah diungkap-kan dalam puisinya
yang berjudul "Kerawang Bekasi".
Begitu juga yang dilakukan oleh
Taufiq Ismail dalam puisinya "Tirani
dan

Benteng".
Ia
menulis dan
membacakan
puisi-puisinya
yang
berisi protes dan kritik terhadap
ketidakadilan pada zaman pemerintahan
Soekarno.
Medium karya sastra adalah
bahasa. Membicarakan puisi berarti
membicarakan kebahasaan dalam puisi. Setiap pengarang menulis puisi
berdasarkan ekspresi
perasaannya
sehingga bahasa yang digunakan bisa
dimaknai berbeda. Menurut Riffaterre
puisi dari waktu ke waktu selalu
berubah disebabkan oleh perbedaan
konsep dan evolusi selera
(dalam

Pradopo, 2009:1). Puisi sebagai salah
satu karya sastra dapat dianalisis dari
bermacam-macam aspeknya. Dianalisis
diantaranya
dengan
menggunakan
pendekatan semiotik dengan tujuan
memahami makna yang terkandung
dalam puisi. Menganalisis puisi adalah
usaha menangkap dan memberi makna
kepada teks puisi.
Bahasa puisi memiliki konvensi tambahan, yang merupakan arti
bahasa di luar konvensi bahasa itu
sendiri. Arti tambahan dalam karya
sastra (puisi) berupa kiasan bahasa,
persajakan, pembagian bait, enjambemen, dan tifografi (Pradopo, 2009:209210). Bahasa kiasan sebagai konvensi
tambahan
adalah
bahasa
yang

ditimbulkan arti lain, dan bisa
ditafsirkan berbeda sesuai dengan
pemahaman pembacanya. Ada satu
hal yang tidak berubah pada puisi,
yaitu bahwa puisi menyatakan sesuatu

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

hal dengan arti lain, yang disebut
ketidaklangsungan ekspresi menurut
Riffaterre (Pradopo, 2009:12).
Puisi dikatakan analogi dengan
menggunakan
konvensi-konvensi
kesusastraan yang dianalogikan dengan
bahasa lain dalam puisinya. Akan tetapi
struktur, alur cerita, teknik penyajian,
dan karakter memiliki kesamaan dengan
bahasa lain. Sebagaimana anggapan
intertekstual bahwa memahami puisi

yang baik adalah memahami semua
konvensinya, maka dalam analisis puisi
yang
utama dicari tanda-tanda
kebahasaan sesudah itu dianalisis tandatanda tambahan yang lain yang
merupakan konvensi tambahan dalam
puisi.
Puisi merupakan salah satu
genre sastra yang makin lama makin
berkembang dari waktu ke waktu, baik
dari segi bentuk maupun jumlah
peminatnya. Sebagai sebuah karya
sastra, puisi tentunya memiliki hakikat
dan fungsi yang disebut dulce et utile.
Dulce artinya menyenangkan, sedangkan
utile artinya bermanfaat. Jika menyoroti
hakikat dulce, penyair berusaha sebisa
mungkin menggunakan berbagai cara
untuk membuat puisinya memiliki kesan
yang menyenangkan.

Salah satu cara yang digunakan
penyair untuk menimbulkan kesan
menyenangkan pada puisinya adalah
dengan
menggunakan
ketidak
langsungan ekspresi puisi. Ketidak
langsungan ekspresi puisi ini menurut
Riffaterre (dalam Pradopo,1997:210)
merupakan konvensi tambahan puisi
bahwa puisi itu menyatakan pengertianpengertian atau hal-hal secara tidak
langsung, yaitu menyatakan sesuatu hal
yang berarti lain.
Taufiq Ismail adalah penyair
yang sangat peka dengan sejarah,
karena riwayat
hidup
pribadinya

memang sarat dengan pengalaman

sejarah dan menunjukkan keterlibatan
penuh di dalamnya. Beliau ikut
menandatangani Manifes Kebudayaan
pada tahun 1963, dan sesudah Manifes
dilarang pada tahun1964, izin untuk
melanjutkan sekolahnya ke Amerika
Serikat
dibatalkan.
Lalu
beliau
dikeluarkan dari
pekerjaannya di
Institut Pertanian Bogor. Karena beliau
tumbuh sebagai sosok yang menentang
segala bentuk penindasan. Kumpulan
puisinya Tirani dan Benteng yang ditulis
pada tahun1966 adalah protes terhadap
Orde Lama, gugatan pada keangkuhan
kekuasaan politik. Adapun dalam
kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia adalah salah satu
protes kepada Orde Baru, gugagatan
kepada kebobrokan akhlak yang lebih
luas dari sekedar kekuasaan politik.
Katanya, Langit akhlak rubuh, di atas
negeriku berserak-serak/ Hukum tak
tegak,
doyong
berderak-derak
(2004:19).
Orde Baru adalah sebutan bagi
masa pemerintahan Presiden Soeharto di
Indonesia. Orde Baru menggantikan
Orde Lama yang merujuk kepada era
pemerintahan
Soekarno
(Wayan,
Badrika,2006:35).
Orde Baru berlangsung dari
tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka
waktu
tersebut,ekonomi Indonesia
berkembang pesat meski hal ini
dibarengi
praktik
korupsi
yang
merajalela di negara ini. Selain itu,
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan
miskin juga semakin melebar.
Pada
1968,
Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) secara
resmi melantik Soeharto untuk masa
jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia
kemudian dilantik kembali secara
berturut-turut pada tahun 1973, 1978,
1983, 1988, 1993, dan 1998.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Melalui Surat Perintah Sebelas
Maret (Supersemar), Soeharto mulai
berkuasa danmemperkenalkan sistem
politik barunya yang disebut dengan
Demokrasi Pancasila. Pemerintahan
yang sering disebut dengan Orde Baru
ini,
secara
formil
berlandaskan
padaPancasila, UUD 1945, dan Tap
MPRS. Orde Baru berencana merubah
kehidupan sosial dan politik dengan
landasan ideal Pancasila dan UUD 1945.
Jadi secara tidak langsung, Sukarno dan
Soeharto sama-sama berpedoman pada
UUD 1945. Rancangan Pembangunan
Lima Tahun(Pelita) adalah salah satu
program besarnya untuk mewujudkan
itu. Tahapan yang dijalani orde baru
adalah merumuskan dan menjadikan
Pancasila sebagai ideologi Negara,
sehingga pancasila membudaya di
masyarakat. Ideologi Pancasila bersumber pada cara pandang integralistik yang
mengutamakan gagasan tentang negara
yang bersifat persatuan. Sehingga
Pancasila diformalkan menjadi satusatunya asas bagi organisasi kekuatan
politik dan organisasi keagamaankemasyarakatan lainnya. Dan kesetiaan
kepada
ideologi-ideologi
selain
Pancasila disamakan dengan tindakan
subversi. Di era ini, kekuatan politik
bergeser pada militer, teknokrasi
dan birokrasi. Gagasan dan ide membutuhkan langkah praktis untuk menyeimbangkan dan keseimbangan. Dan ini
tidak terjadi pada masa demokrasi
Pancasila. Ia hanya menjadi sebatas
konsep besar yang tidak diterapkan
dengan utuh. Buktinya masih banyak
penyelewengan yangironisnya berkedok
demokrasi di dalam pemerintah. Bisa
diuraikan, masa-masa ini adalah dimana
negara dan rakyat berhadap-hadapan dan
pemerintah sangat mendominasi. Selama
rezim Orde Baru berkuasa, demokrasi
pancasila yang dicanangkan dalam

pengertian normatif dan empirik tidak
pernah sejalan. Ia hanya menjadi slogan
kosong. Ia tidak lebih baik dari dua
model demokrasi sebelumnya karena
penerapannya yang jauh dari kenyataan
berlawanan dengan tujuan demokrasi
sendiri. Orde Baru justru menghambat
dan membelenggu kebebasan rakyat. Ia
tidak sejalan dengan esensi dan substansi
demokrasi. Kekuasaan menjadi sentralistis pada kepemimpinan Soeharto.
Demokrasi baginya hanyalah alat untuk
mengkristalisasikan
kekuasaannya.
Soeharto kembali menghadirkan ‘demokrasi terpimpin kostitusional’ model
barudengan
melandaskan
ideologi
pancasila sebagai dasar dan falsafah
demokrasi.Selama
tiga
dasawarsa,
pemerintahannya menjadi rezim yang
sangat kuat. Pemilihan umum tidak lagi
menjadi sentral demokratisasi di negara.
Meski telah diadakan selama enam kali
dimasa Soeharto, pemilu sama sekali
tidak
mencerminkan
nilai-nilai
demokratis. Masih terjadi dominasi satu
partai yang sebenarnya dikontrol dan
dikelola
oleh
Soeharto
yang
kekuasaannya didukung penuh oleh
militer. Tidak ubahnya yang terjadi
adalah ‘demokrasi’ yang membunuh
demokrasi.
Kumpulan puisi Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia mengungkapkan
topik utang lndonesia, korupsi, suap,
keserakahan penguasa indoktrinasi,
kecurangan
pemilu, pengingkaran
terhadap Undang-Undang Dasar dan
lain sebagainya (Ismail,2004: 23).
Masalah-masalah yang diungkapkan
dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia berkaitan dengan
masalah kekuasaan, keadilan dan
mengupas kebijakan dan politik yang
ada di Indonesia.
Kekuasaan adalah kepemilikan
yang dimiliki oleh suatu kelompok atau

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

anggotanya
(Eriyanto,
2011:272).
Kekuasaan ini umunya didasarka kepada
kepemilikan atau sumber-sumber yang
bernilai seperti uang, status dan
pengetahuan. Dalam kekuasaan, ada
pihak yang dominan dan ada pihak yang
tidak dominan. Pihak yang tidak
dominan disebut pula pihak yang
didominasi atau subordinat. Kekuasaan
tidak
hanya
berkenaan
dengan
kekuasaan politik seperti tampak pada
dominasi pemerintah dan rakyatnya,
tetapi juga “kekuasaan personal”, seperti
tampak
pada
dominasi
individu
tertentu.Atas dasar itulah maka peneliti
tertarik
dengan
judul“Representasi
Kekuasaan Orde Baru pada Kumpulan
Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Karya Taufiq Ismail”.
METODE
Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah memetik.
Pendekatan memetik adalah selalu
mengkaji karya sastra dengan realitas
dan kenyataan atau tinjauan yang terjadi
di masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, karena dalam
analisis
data
penelitian,
tidak
menggunakan teknik statistik melainkan
analisis dalam bentuk kata-kata atau
simbol (Arikunto, 2010:282). Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian
analisis teks puisi menggunakan
paradigma kritis, yaitu melihat puisi
bukanlah saluran yang netral, dan
menjadi ruang publik dari berbagai
pandangan yang bersebrangan dalam
masyarakat.
Analisis pada paradigma kritis
mendasarkan diri pada penafsiran
peneliti pada teks sehingga tidak dapat
menghindari
subyektivitas.
Ketika
menafsirkan suatu teks, pengalaman,
latar
belakang
budaya
peneliti,

pendidikan, afiliasi politik bahkan
keberpihakan akan mempengaruhi hasil
interpretasi (Eriyanto, 2011:62).
Dalam pandangan kritis, bukan
dengan reabilitas dan validitas mutu
sebuah
penelitian
harus
diukur.
Penelitian dalam pandangan kritis
dipandang bagus jikalau peneliti mampu
memperhatikan konteks sosial, ekonomi,
politik, dan analisis komprehensif yang
lain. Dengan demikian, penafsiran
subyektif yang dilakukan oleh peneliti
bisa kuat, karena interpretasi yang
dilakukan mampu menutup kemungkinan adanya interpretasi lain (Eriyanto,
2011:64).
Kehadiran
peneliti
dalam
penelitian ini adalah sebagai alat
penelitian utamayang berperan sebagai
pengamat penuh atas “Representasi
Kekuasaan Orde Baru pada Kumpulan
Puisi Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesiakarya Taufiq Ismail”.
Spesifikasi data merupakan hal
yang urgen bagi peneliti, untuk
memeroleh data yang spesifik peneliti
membaca buku kumpulan puisi Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesiasecara
berulang-ulang.
Setting penelitian adalah tempat
dan waktu dilaksanakannya penelitian.Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan Maret sampai dengan bulan Juni
2017. Penelitian ini memfokuskan pada
representasi kekuasaan orde baru pada
kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesia. Khususnya pada kata tentang
kekuasaan, metafora dan kalimat.
Ratna (2007:47) mengemukakan sumber data adalah karya atau
naskah. Sumber data dalam penelitian
ini adalah subjek darimana data dapat
diperoleh (Arikunto,2006:129). Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah literatur, kumpulan puisi Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesiakarya Taufiq

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Ismail.
Data adalah fakta emperik yang
dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau
menjawab pertanyaan penelitian. Data
kualitatif adalah data yang berbentuk
kata-kata, bukan bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai
teknik pengumpulan data misalanya
wawancara, analisis dokumen atau
observasi yang yang telah ditungakan
dalam catatatan lapangan (transkip).
Pengumpulan
data
adalah
proses yang dilakukan sesuai dengan
metode penelitian yang digunakan.
Teknik pengumpulan data penelitianini
adalah observasi dan dokumentasi.
Teknik observasi adalah berupa
pengamatan secara mendalam terhadap
kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesia karya Taufiq Ismail. Alasan
digunakanny ateknik dokumentasi dalam
penelitian ini karena data yang akan
dianalisis berupa kumpulan puisi Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesia karya
Taufiq Ismail.
Teknik dokumentasi adalah
penulisan data temuan dalam table
pengumpulan data sesuaidengan klasifikasi data penelitian. Adapun data
dalam penelitian ini berupa kata dan
kalimat dalam teks yang mengandung
representasi kekuasaan Orde Baru pada
kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesia karyaTaufiq Ismail.
Adapun teknik yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi tahap:(1)
Memakai kode terhadap teks.(2)
Klasisfikasi data, yaitu menggolongkan
data sesuai dengan jenisnya. (3)
Deskripsi data, yaitumemaparkan atau
menguraikan data dengan kata kata
secaraterperinci. (4) Analsis konten,
yaitu menganalis isis teks.Selanjutnya
dari hasil pengolahan tadi disajikan ke

dalam bentuk table analisis kumpulan
puisi Malu (Aku ) Jadi Orang Indonesia.
Data yang telah dianalisis perlu
dicek kembali untuk mepertanggungjawabkan keabsahannya. Pengecekan
keabsahan temuan data dilakukan
dengan cara (1) membaca berulangulang data temuan, (2) melakukan
komparasi dengan kajian pustaka,dan (3)
trianggulasi. Membaca berulang-ulang
data temuan sebagai upaya untuk
mememperoleh korpus data yang benar
atau valid sesuai dengan representasi
kekuasaan yang dicari. Data yang
diperoleh senantiasa dianalisis secara
terus menerus sampai diperoleh data
jenuh dan disimpulkan.
Pada tahap ini yang dilakukan
oleh peneliti adalah mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan
penelitian,diantaranya: (1) penetapan
judul penelitian yang kemudiandikonsultasikan kepada dosen pembimbing,
(2) melakukan studi pustaka atau
mencari referensi yang sesuai dengan
objek dan masalah penelitian, (3)
pembuatan rancangan penelitian.
Pada tahap ini langkah-langkah
yang dilakukan oleh peneliti antara lain:
(1) mengumpulkan data, (2) analisis
data, (3) konsultasi hasil analisis data
penelitian kepada dosen pembimbing
untuk mendapatkan masukan.
Tahap pelapora nmeliputi (1)
penulisan laporan penelitian secara utuh,
(2) perbaikan dan penyempurnaan
laporan, (3) penggandaaan laporan
penelitian, (4) penyerahan laporan hasil
penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Kata Kekuasaan pada
Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia
Kekuasaan adalah kemampuan
seseorang atau sekelompok manusia

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

untuk mempengaruhi tingkah-lakunya
seseorang
atau
kelompok
lain
sedemikian rupa sehingga tingkahlaku
itu menjadi sesuai dengan keinginan dan
tujuan dari orang yang mempunyai
kekuasaan itu. Kekuasaan Politik adalah
“kemampuan untuk mempengaruhi
kebijaksanaan umum (pemerintah) baik
terbentuknya maupun akibatnya sesuai
dengan
tujuan-tujuan
pemegang
kekuasaan sendiri”.
Unsur-unsur kekuasaan, ada
tiga komponen dalam rangkaian
kekuasaan yang akan mempengaruhi
penguasa
atau
pemimpin
dalam
menjalankan kekuasaannya (Hidayat,
2009:32-33). Komponen ini harus
diikuti, dipelajari, karena saling terkait
didalam roda kehidupan penguasa.Tiga
komponen ini adalah pemimpin (pemilik
atau pengendali kekuasaan), pengikut
dan situasi.
Berdasar pada pendapat ini
penulis tertarik untuk melakukan kajian
terhadap
puisi-puisi
Taufiq
Ismail.Pilihan pada karya-karya Taufiq
Ismail karena Taufiq Ismail adalah sosok
penyair yang produktif mencipta dengan
tema-tema tentang kekuasaan dan
kemanusiaan.
Pada analisis penggunaan bahasa tentang kekuasaan ini mengangkat 16
puisi yang mempresentasikan bagaimana
kekuasan
itu
sarat
dengan
korupsi,penindasan, kecurangan pemilu,
kesera-kahan, intimidasi, utang negara,
kritik sosial, kepentingan kelompok,
kebijak-an, pemerintahan dan, rakyat.
”Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesia” sangat erat hubungannya
dengan kritik sosial, perlawanan dan
masalah kejatahan yang dilakukan oleh
penguasa kala itu, yakni pada masa Orde
Baru.
Kejahatan merupakan perbuatan
melawan atau menentang norma-norma

yang berlaku. Menurut Soekanto
(2007:321), perilaku jahat merupakan
suatu hasil interaksi yang dilakukan
dengan orang-orang yang berperilaku
dengan kecenderungan melawan atau
menentang norma hukum yang ada.
Kejahatan bisa saja terjadi dimana dan
kapan saja, karena peluang terjadinya
kejahatan tersebut sangat berhubungan
erat dengan bentuk-bentuk organisasi
sosial, seperti gerakan sosial, persaingan
serta
pertentangnan
kebudayaan,
ideologi, politik, agama dan ekonomi.
Kejahatan yang menimpa rakyat
Indonesia pada masa Orde Baru sampai
sekarang merupakan bentuk kejahatan
yang dilakukan oleh para penguasa atau
kelompok, terutama kejahatan yang
terjadi pada pejabat negara, penguasa,
seperti pelanggaran hukum, normanorma, korupsi, kecurangan sehingga
menimbulkan kekacauan di tengahtengah masyarakat. Peluang terjadinya
kejahatan berhubungan erat dengan
bentuk-bentuk organisasi sosial seperti
gerakan sosial, persaingan, pertentangan
kebudayaan, ideologi, politik, agama,
ekonomi, dan lain-lain. Kondisi ini oleh
pengarang puisi seperti digambarkan
pada Romawi III baris pertama, kelima,
dan sepuluh.
Birokrasi merupakan sebuah
sistem yang mengatur jalanya roda
pemerintahan.
Menurut
Santoso
(1997:21), birokrasi adalah keseluruhan
organisasi pemerintah yang menjalankan
tugas-tugas negara dan berbagai unit
organisasi
pemerintah
di
bawah
departemen, baik pusat maupun daerah,
seperti provinsi, kabupaten, kecamatan,
desa/kelurahan. Adapun ruang lingkup
birokrasi tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Birokrasi pemerintahan umum, yaitu
rangkaian organisasi pemerintahan yang
menjalankan tugas-tugas pemerintahan
umum termasuk memelihara ketertiban

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

dan keamanan dari tingkat pusat sampai
ke daerah, yaitu provinsi, kabupaten,
kecamatan, dan desa/kelurahan. (2)
Birokrasi pembangunan, yaitu organisasi
pemerintahan yang menjalankan satu
bidang sektor yang khusus, guna
mencapai tujuan pembangunan, seperti
pertanian, kesehatan, pendidikan, dan
industri. (3) Birokrasi pelayanan,
organisasi pemerintahan yang pada
hakikatnya merupakan bagian atau
berhubungan dengan masyarakat. Fungsi
utamanya adalah service (pelayan)
langsung pada masyarakat.
Penyalahgunaan
wewenang
aparat kepolisian terhadap pembunuhan
warga sipil dengan menghadang ribuan
aksi mahasiswa dalam menuntut
keadilan dengan tembakan peluruh tajam
sehingga empat orang mahasiswa tewas
dalam aksi tersebut. Peristiwa tersebut
juga digambarkan dalam puisi “12 Mei
‘98”, “13 November” 1998, “ Seratus
Juta”,“Mana Aku Kenal Rakyat Itu”,
“Kotak Suara”, Puisi tersebut merupakan
tragedi yang sangat mengerihkan
sehingga disebut tragedi berdarah akibat
penyelewengan wewenang oleh aparat
pemerintahan.
Sementara pada puisi ini pada
Romawi III baris ke lima belas penyair
dengan secara tegas mengungkapkan
kondisi pada saat rezim Orde Baru,
dimana pada saat itu pembunuhan,
penculikan dan penyiksaan rakyat
terang-terangan. Sehingga kondisi itu
memetik
reaksi
penyair
untuk
mengkritik terhadap rezim Orde Baru
yang penuh dengan tekanan, intimidasi,
kecurangan dan pembunuhan itu.
Bentuk-bentuk kritik sosial yang
terdapat dalam puisi ini, sesuai yang
telah dikemukan oleh Soekanto tersebut,
maka masalah sosial yang terdapat puisi
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya
Taufiq Ismail hanyalah masalah sosial

yang erat kaitanya dengan kritik sosial,
yaitu a) masalah kemiskinan dan
lapangan
pekerjaan;
b)
masalah
kejahatan dan penangananya; dan c)
masalah birokrasi, politik dan keamanan.
Bentuk-bentuk kritik sosial mengenai
masalah kemiskinan dan lapangan
pekerjaan, sedangkan kritik sosial
terhadap masalah kejahatan dan
penangananya dan kritik sosial terhadap
masalah birokrasi, politik dan keamanan.
Majas Metafora yang Merepresentasikan Kekuasaan Orde Baru pada
Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia
Metafora adalah majas yang
mengungkapkan
ungkapan
secara
langsung
berupa
perbandingan
analogis.Pemakaian kata atau kelompok
kata bukan dengan arti yang sebenarnya,
melainkan sebagai
lukisan
yang
berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Metafora
adalah
ungkapan
kebahasaan yang maknanya tidak dapat
di jangkau secara langsung dari lambang
yang di pakai karena makna yang di
maksud
terdapat
pada
predikasi
ungkapan kebahasaan itu (Wahab, 1990;
142).Metafora juga mengandung makna
tentang pemahaman dan pengalaman
atas sejenis hal yang di maksudkan
dengan perihal yang lain. Hal ini snada
dengan pendapat Richards, Platt, & Platt
(1992; 139) bahwa dalam metafora yang
dideskripsikan diganti dengan uraian
lain yang dapat di bandingkan.
Pada
analisis
puisi
yang
mempresentasikan majas metafora ini
sesuai indikatornya sarat dengan
simbolis, analogi, makna tidak langsung,
menggambarkan
tentang
kondisi
kesengsaraan rakyat, kejamnya rezim
Orde Baru.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Pada pusi yang berjudul”Cek
kosong”jika dikaitkan dengan kekuasaan
menganalogikan jika rakyat hanya ditipu
baik dari segi pelayanan maupun
pembangunan. Sementara faktanya
pembangunan yang selama ini dilakukan
hanya polesan belaka.Pada penggelan
bait di puisi ini mengungkapkan
penghargaan Taufiq Ismail terhadap
pada mahasiswa yang gugur saat
menggelar demonstrasi atau perjuangan
tulus dan keberanian mereka. “12 Mei
1998”Pusi ini mengambarkan tragedi
yang terjadi pada tahun 1998, dan
tempat yang menjadi saksi sejarah dalam
nama Tragedi Simanggi, banyaknya
korban pembunuhan dan penculikan
yang dilakukan oleh aparat Kepolisian
dan ABRI pada waktu itu, adanya
pembunuhan ini menyebabkan trauma
yang mendalam, dalam kajian puisi ini,
penyair mencoba memposisikan bahwa
para demonstran pada waktu itu ibarat
pejuang yang mati secara terhormat.
Dikaitkan
dengan
indikator
kekuasaan dalam cakupan metafora,
puisi
ini
menganalogikan
para
demonstran yang menjadi lawan atau
melawan pengusa dan menuntut
penguasaa pada masa itu mundur
laksanan pahlawan yang mati syahid.
Dengan analogi mereka dicatat amal
baiknya oleh malaikat dan mereka akan
dikenang
selamanya.
Berbanding
terbalik dengan pihak penguasa yang
didemo oleh mahasiswa karena dinilai
gagal mempimpin bangsa. Penguasa
juga dikutuk sebagai penguasa dholim
karena bertindak tidak manusiawi
dengan membunuh putra bangsa yang
hanya menuntut keadilan di negerinya
sendiri.
Puisi ungkapan keprihatinan
Taufiq Ismail mengenai nasib dan
keadaan rakyat yang semakin mengkha-

watirkan.
Diungkapkan
rakyat
sepertinya tinggal menunggu waktu
untuk tidak sanggup lagi bertahan hidup
dengan hanya dijanjikan angan-angan
kesejahteraan palsu oleh penguasa.
Dikaitkan
dengan
indikator
kekuasaan kategori metafora, puisi ini
menggambarkan dan meramalkan hal
buruk yang akan terjadi setelah rakyat
kian hari semakin mananggung derita
dan sengsara. Hanya kematian sia-sia
yang ada di depan mereka (Di halaman
depan menanti keranda ke kuburan).
Metafora pada puisi ini sangat
kental.
Penyair
sering
sekali
mempersamakan atau membandingkan
satu hal dengan hal lain. Bait pertama
pada
baris
pertama.
Penyair
menggunakan
kata
Kakekmu
dipersamakan untuk menggantikan arti
dari nenek moyang atau orang-orang
yang hidup di zaman penjajahan Jepang.
Selanjutnya ada penyimpangan arti
berupa ambiguitas pada baris kedua:
Bengkak di kaki, kelaparan dan mati.
Bengkak di kaki dapat diartikan kaki
bengkak karena penyakit atau kaki
bengkak yang disebabkan kerja paksa
yang dialami.
Bait kedua menggambarkan
bagaimana kondisi rakyat yang hidupnya
sengsara bahkan ada yang menjadi
pengemis. Mengais juga mewakili arti
sebenarnya yaitu sesuatu yang sangat
dibutuhkan (bisa jadi sandang, pangan
dan papan) yang tidak dapat dimiliki
karena jumlahnya terbatas, sehingga
kami harus seolah-olah mengais untuk
dapat memilikinya. Selain mengais
yang ada, kami juga mengemis untuk
mendapatkan
apa
yang
mereka
inginkan. Arti mengemis di sini dapat
disejajarkan dengan meminta-minta.
Bait ketiga :Keluarga kita di
zaman PKI makan bulgur kuda/Panen
sedesa dilindas cuaca dan hama/Bu-

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

likmu, misanmu, semuanya mati muda.
Penyair
lagi-lagi
menyelipkan
penggantian arti di dalam puisi ini.
Keluarga menjadi kiasan dari orangorang atau penduduk Indonesia yang
hidup di zaman penjajahan Jepang.
Bulgur kuda dalam arti sebenarnya
adalah makanan kuda yang berupa
rumput. Bulgur kuda mewakili arti
begitu parahnya keadaan saat dulu
sehingga rakyat Indonesia hanya bisa
makan makanan yang tidak layak.
Keadaan seperti itu diperparah lagi
dengan kegagalan panen sedesa akibat
dilindas atau disebabkan oleh cuaca
buruk dan merebaknya hama.
Penyair begitu sering menggunakan penggantian arti dalam ini. Baris
pertama misalnya Tahun ini lagi kita
ditebas kesengsaraan.Maksud ditebas
adalah
dilanda.
Negeri
rubuh
menganalogikan keadaan negeri yang
sangat buruk akibat penjajahan.Pada
kasau-jeriau
dan
pagu
dapur
berantakan, dapur berarti bahwa
keadaan segala yang berhubungan
dengan logistik pada waktu itu benarbenar kacau. Makan angan-angan
berarti orang-orang pada zaman itu tidak
bisa memakan makanan yang layak,
karena makanan yang layak tidak
tersedia bagi mereka.Mereka hanya
berkhayal untuk bisa memakan makanan
yang layak.
Syair Empat Kartu di Tangan
merupakan puisi bernada ironi yang
menceritakan tentang keserakahan.
Dalam puisi ini banyak sekali ditemukan
ketidaklangsungan ekspresi. Hal ini
sudah nampak hanya ketika membaca
judul. Empat kartu merupakan simbol
yang menggantikan arti sebenarnya yaitu
empat hal rahasia yang menjadi dasar
acuan atau kunci si aku (lirik) dalam
menjalani hidup.

Penyair mempermainkan struktur
kalimat dan menggunakan penggantian
arti pada basi dan basa. Basi dan basa
menggantikan arti dari segala sesuatu
yang dilakukan dengan bertele-tele atau
tidak langsung merujuk pada perbuatan
yang dituju. Kemudian pada baris
keempat: Sila kami Keuangan yang
Maha Esa. Jika diperhatikan, penyair
mengadopsi kalimat dari salah satu isi
pancasila
(sila
pertama)
dengan
mengganti kata ketuhanan menjadi
keuangan.
Oleh karena penyair menggunakan kata rupiah yang menjadi mata uang
Indonesia, maka dapat disimpulkan
bahwa si aku merupakan orang Indonesia. Jadi apabila disatukan, maka
pengantian arti yang digunakan penyair
dalam puisi ini memiliki makna bahwa
tes-tes psikologi yang dilakukan selama
ini dalam menerima siswa ataupun
pekerja hanya merupakan prosedur demi
formalitas belaka. Sedangkan yang
menjadi
pertimbangan
sebenarnya
hanyalah uang atau materi. Istilahnya
adalah siapa yang punya uang maka ia
berkuasa. Seseorang yang memiliki
harta lebih bisa masuk sekolah atau kerja
dengan uang tanpa harus bersusah payah
memenuhi persyaratan.
Puisi ini juga mengandung empat
bait yang masing-masing bait mengandung empat baris. Jumlah ini sesuai
dengan judulnya Syair Empat Kartu di
Tangan. Hal ini dapat menciptakan arti
baru berupa penguatan bahwa si penyair
benar-benar memiliki empat kartu
(rahasia) yang menjadi pegangan atau
pandangan dalam hidupnya. Selain itu
dapat pula dilihat dari segi tipografinya.
Keseimbangan tadi berpengaruh pada
keselarasan tipografi yang tampak datar
namun menciptakan arti bahwa antara
empat kartu yang semuanya merujuk
pada uang (materi) dan semua itu berada

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

pada tataran yang sama dalam dasar
pemikiran subjek dalam puisi.
Penggunaan Kalimat untuk Mempresentasikan Kekuasaan Orde Baru
pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia
Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal
kalimat. Struktur internal kalimat yang
dibahas adalah frasa, klausa, dan
kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian
sintaksis terkecil dan kalimat adalah
objek kajian sintaksis terbesar.
Fairclough (Badara, 2012:26)
mengemukakan
bahwa
wacana
merupakan sebuah praktik sosial dan
membagi analisis wacana ke dalam tiga
dimensi yaitu text, discourse practice,
dan sosial practice. Text berhubungan
dengan linguistik, misalnya dengan
melihat kosakata, semantik, dan tata
kalimat,juga koherensi dan kohesivitas,
serta bagaimana antarsatuan tersebut
membentuk suatu pengetian. Discourse
practice merupakan dimensi yang
berhubungan dengan proses produksi
dan konsumsi teks; misalnya, pola kerja,
bagan kerja, dan rutinitas saat
menghasilkan berita. Social practice,
dimensi yang berhubungan dengan
konteks di luar teks; misalnya konteks
situasi atau konteks dari media dalam
hubungannya dengan masyarakat atau
budaya politik tertentu.
Hubungan dengan kekuasan pada
interpretasi ini untuk menggambarkan
bagaimana penyair yang kala itu sebagai
objek (rakyat yang merasa tertindas).
Sehingga muncullah bahasa yang digunakan sarat dengan kritikan, ketakutan
dan keserakan penguasa. Penyair juga
menjadi bagian dari sejarah pada kala
itu, khususnya kekejamam rezim Orde

Baru yang dipimpin oleh Presiden
Soeharto.
Sesuai indikator dalam puisi
Taufik Ismail ini mengungkapkan
lemahnya hukum bagi mereka yang
berkuasa. Dengan kekuasaan hukum
dapat diperdaya dan dipermainkan.
“Yang Selalu Terapung Di Atas
Gelombang” struktur sintaksis yang
digunakan dalam puisi ini lebih
menekankan kepada frasa dan latar
belakang puisi. Penyair memberikan
kritikan kepada pemerintahan yang kala
itu hukum tebang pilih, yakni tajam ke
bawah tumpul keatas. Dalam kata kalau
kulit tak dapat dijamah merujuk kepada
penguasa yang akan kebal hukum. Pada
dasarnya kulit merupakan bagian dari
anggota tubuh yang mudah luka.
Penyair dalam puisi ini menggambarkan bagaimana kondisi pada
rezim Orde Baru bertindak otoriter,
menindas, dan mengintimidasi. Pada bait
pertama sampai bait terakhir kata yang
selalu digunakan adalah “takut”. Kata
takut ini sengaja digunakan oleh penyair
bertujuan sebagai bentuk kritikan
maupun ungkapan jika pada masa itu
keamanan tidak lagi menjadi prioritas
pemerintah. Kelompok satu dengan
lainnya saling menerkam (menekan).
Akan tetapi pada puncaknya jika
kekuatan sejati tetap berada di tangan
mahasiswa (rakyat).Terbukti tumbangnya rezim Orde Baru pada tahun 1998
yang kala itu dimotori oleh perlawanan
dan gerakan mahasiswa.
“Ketika burung merpati sore
melayang” mempresentasikan akan
lemahnya penegak hukum (penguasa)
dalam meminimalisir kejahatan dan
kriminal. Terbukti dalam puisi tersebut
digambarkan
sekelompok
pelaku
kejahatan seperti maling, perampok,
pencopet, pemeras dan penipu begitu
merajalela.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Bait perbait penyair menegaskan jika kondisi di masyarakat tidak ada
lagi jaminan kemanan. Kritikan pedas
yang
dilontarkan
penyair
yakni
kejahatan begitu dibiarkan tanpa adanya
penegakan hukum yang tegas.
Pada kalimat ‘kebentur aku,
ketabrak aku, kesandung aku, kesandung
aku, ketanggor aku, tergilas aku’ sangat
tampak
sekali
pengarang
puisi
melakukan
pembalikan
kalimat
sekaligus pengulangan kata. Dan hal itu
sangat tepat sekali, karena untuk
ketepatan
irama
dan
intensitas,
disesuaikan dengan irama, tidak disusun
seperti susunan biasa.
Selain itu ada juga bentuk
pengulangan kata yang terus menerus.
Demikian juga untuk alasan nilai
kepuitisan dari seorang penulis puisi
untuk lebih menekankan apa yang ingin
disampaikan, tekanan yang paling kuat,
bahkan yang paling penting.
Pada bait ‘Dadaku busung’
sangat tampak sekali pengarang puisi
melakukan
penghilangan
imbuhan
awalan me-. Dan hal itu sangat tepat
sekali, karena dengan penghilangan
imbuhan –an akan mendapatkan
kepadatan dan ekspresivitas sehingga
membuat kalimat tersebut tidak biasa
dan lebih bisa dirasakan bagaimana
bentuk emosionalnya.
Teks Dadaku busung jadi anak
Indonesia adalah akibat dari pernyataan
kalimat di atasnya yang menjadikan
perasaan tokoh Ku sangat bangga. Dan
hal itu merupakan salah satu sifat yang
manusiawi sekali terjadi apabila
seseorang ada dalam posisinya.
Kata busung merupakan kata
yang
mengarah
kepada
suatu
kebanggaan sebagai anak Indonesia.
Namun hal ini hanya sebuah pengalaman
yang hanya di rasakan di masa waktu

masa kecil seorang penyair. Sesuai judul
dan isi kesuluran jika sebenarnya
penyair merasa malu sebagai anak
Indonesia.Apalagi pada masa Orde Baru
penculikan, pembunuhan penisdasan dan
kemiskinan
dibiarkan
begitu
saja.Sehingga arti yang sebenarnya
penyair tidaklah bangga bahkan malu
sebagai anak Indonesia.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggunaan kata tentang kekuasaan yang terdapat dalam kumpulan
puisi Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesiapada masa Orde Baru meliputi,
indikasi
korupsi,
penindasan,
kemiskinan, kecurangan pemilu, suapmenyuap, keserakahan, intimidasi, kritik
sosial.
Pada puisi ”Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia” sangat erat hubungannya dengan kritik sosial, perlawanan dan masalah kejatahan yang dilakukan oleh penguasa kala itu, yakni pada
masa Orde Baru.
Penyalahgunaan
wewenang
aparat kepolisian terhadap pembunuhan
warga sipil dengan menghadang ribuan
aksi mahasiswa dalam menuntut
keadilan dengan tembakan peluruh tajam
sehingga empat orang mahasiswa tewas
dalam aksi tersebut.
Metafora
adalah
ungkapan
kebahasaan yang maknanya tidak dapat
di jangkau secara langsung dari lambang
yang dipakai karena makna yang
dimaksud terdapat pada predikasi
ungkapan kebahasaan. Metafora juga
mengandung makna tentang pemahaman dan pengalaman atas sejenis hal yang
dimaksudkan dengan perihal yang lain.
Pada analisis puisi yang mempresentasikan majas metafora ini sesuai
indikatornya sarat dengan simbolis,

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

analogi, makna tidak langsung, menggambarkan tentang kondisi kesengsaraan rakyat, kejamnya rezim Orde Baru.
Ungkapan dan simbol-simbol
yang digunakan pada majas metafora
berupa perbandingan analogis, serta
ungkapan tentang kondisi pemerintahan
yang semena-mena. Kritikan secara
terang-terangan tentang pembunuhan,
penculikan, dan penipuan.
Hubungan dengan kekuasan pada
interpretasi ini untuk menggambarkan
bagaimana penyair yang kala itu sebagai
objek (rakyat yang merasa tertindas).
Sehingga muncullah bahasa yang
digunakan sarat dengan kritikan,
ketakutan dan keserakan penguasa.
Penyair juga menjadi bagian dari sejarah
pada kala itu, khususnya kekejamam
rezim Orde Baru yang dipimpin oleh
Soeharto.
Kata busung merupakan kata
yang mengarah kepada suatu kebanggaan sebagai anak Indonesia. Namun hal
ini hanya sebuah pengalaman yang
hanya di rasakan di masa waktu masa
kecil seorang penyair. Sesuai judul dan
isi kesuluran jika sebenarnya penyair
merasa
malu
sebagai
anak
Indonesia.Apalagi pada masa Orde Baru
penculikan, pembu-nuhan penisdasan
dan kemiskinan dibiarkan begitu saja.
Sehingga arti yang sebenarnya penyair
tidaklah bangga bahkan malu sebagai
anak Indonesia.
Saran
Semoga hasil penelitian ini bisa
dijadikan sebagai:
1) Sebagai bahan acuan pembelajaran
untuk mengalisis karya sastra dan
representasi kekuasaan pada kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesia karya Taufiq Ismail

2) Sebagai referensi untuk menemukan
representasi
kekuasaanpada
kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi
Orang
Indonesiakarya
Taufiq
Ismail.
3) Alternatif dalam mengimplementasikan pembelajaran sastra agar
tujuan pembelajaran tercapai secara
maksimal.
4) Penambah wawasan peneliti terutama
terkait
dengan
dalam
representasi
kekuasaankumpulan
puisi Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesiakarya Taufiq Ismail
5) Bahan apresiasi dalam dunia sastra,
dan dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN
Eriyanto. 2011. Analisis wacana.
Yogyakarta: LkiS Printing
Cemerlang.
Kosasih. 2008. Apresiasi Sastra
Indonesia. Jakarta. Nobel
Edumedia.
Kosasih.2014. Dasar-Dasar
Keterampilan Bersastra.
Bandung. Yrama Widya.
Liye, Tere. 2016. Hujan. Jakarta.
Gramedia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2014.
Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Gadjah Mada
University Press.
Ratna, Kutha Nyoman. 2013. Stilistika:
Kajian Puitika Bahasa, Sastra,
dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca
sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.Bandung: Angkasa.
Tarigan,
Henry
Guntur.
2013.
Pengajaran
Gaya
Bahasa.
Bandung: Angkasa.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________