Membentuk khairul umah melalui penguatan ekonomi dan dakwah

Membentuk Khairul Umah Melalui Penguatan
Pendidikan Ekonomi Dan Dakwah1
Faizah Ali Syibromalisi

Email. faizahalis@gmail.com
Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta
Pendahuluan
Angka BPS untuk Maret tahun 2015 menunjukkan 28,59 juta penduduk berada di
bawah garis kemiskinan. Penduduk miskin dalam kurun waktu September 2014 sampaai
Maret 2015 bertambah sebanyak 860 ribu orang. Tambahan ini berasal dari pemutusan
hubungan kerja (PHK) akibat perlambatan ekonomi. Adanya PHK akan membuka
peluang bagi pertambahan jumlah pengangguran (Republika Kamis 17 September
2015)
Pada laporan indeks pembanguna manusia (IPM) 2011 yang dirilis united nation
development program (UNDP), menyatakan Indonesia hanya mendapatkan angka
0,617 dan peringkatnya merosot jauh keposisi 124 dan 187 negara. Padahal, IPM pada
2010 masih menempatkan Indonesia diperingkat 108 dari 169 negara, naik tiga
peringkat dari sebelumnya 111 pada 2009.
IPM merupakan ukuran keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa dengan
melihat tiga indikator utama, yakni pembangunsn ekonomi, kesehatan dan pendidikan
Dengan peringkat seperti diatas, dilingkup Negara-Negara ASEAN, Indonesia hanya

menempati posisi keenam dibawah singapura (26), bruney (33), Malaysia (61), Thailand
(103), dan Filipina (112). Indonesia hanya lebih baik ketimbang Negara-negara
terbelakang diasia Tenggara seperti Vietnam (0,593), laos (0,524) kamboja (0,523) dan
Myanmar (0,483).
Khusus untuk sektor pendidikan, data menunjukkan bahwa rata-rata lama
bersekolah orang Indonesia ditahun 2010 hanya sekitar 5,7 tahun dan tahun 2011 hanya
5,8 tahun. Atau rata-rata hanya „hampir‟ lulus sekolah dasar (SD) . sementara itu, data
BPS 2010 menunjukkan bahwa 52 persen tenaga kerja Indonesia hanya berpendidikan
SD atau tidak tamat SD, dan 20 persen berpendidikan SMP atau tidak tamat. Artinya, 72
persen dari tenaga kerja Indonesia berdaya saing rendah akibat keterbatasan pada akses
pendidikan. Padahal anggarran pendidikan telah mencapai 20 persen atau Rp. 246
trilliun dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang ada.
Dari kenyataan diatas, orang akan gampang menarik kesimpulan bahwa negara
yang lebih banyak umat Islamnya seperti Indonesia, lebih banyak orang yang miskin,
dan negara yang penduduk Muslimnya lebih sedikit seperti negara tetangga
Malaysia,Singapura dan Thailand, penduduk miskinnya lebih sedikit. tidak sulit untuk
1

Makalah di presentasikan pada acara Stadium General semester gasal 2015-2016 Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI) al-Muhajirin Purwakarta pada tanggal 26 September 2015, bertempat di

Aula Ummi Pondok Pesantren AL-Muhajirin Purwakarta.

1

kita mengerti mengapa banyak WNI mencari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga
ataupun menjadi kuli di negara tetangga kita. Karena, kehidupan masyarakat di negara
tetangga kita itu lebih makmur, dan peluang kerja lebih tersedia Itu adalah realitas.
Masalahnya adalah mengapa bangsa Indonesiaa penduduk miskinnya banyak, apakah
benar karena Indonesia lebih banyak umat Islamnya maka lebih banyak penduduk
miskinnya atau dengan kata lain karena umat menganut Islam maka kemiskinan
menghinggapinya
Makalah singkat ini akan memaparkan kaitan Islam sebagai ajaran dan petunjuk
hidup yang akan mengantarkan umat kearah terbentuknya khoiru ummah dengan
kenyataan yang ada ditengah kehidupan kita, yaitu banyaknya jumlah penduduk miskin
di Indonesia. Penguatan pendidikan ekonomi dan dakwah merupakan dua sarana yang
mungkin bisa diterapkan dalam membentuk masyarakat yang di cita-citakan yaitu
khairu ummah.
Umat Islam khairu Ummah
Kenyataan sperti apa yang dipaparkan diatas berbeda dengan ajaran al-Qur‟an
QS Al- Imran 3:.110 “ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah..”
Berdasarkan QS Al-Imran 3: 110 ini kita ketahui bahwa kaum muslimin dahulu
dalam ilmu Allah adalah sebaik-baik ummat yang pernah ada di muka bumi ini.
sebagaimana sebaik-baik umat juga pada masa Rasulullulah. Karena Nabi pernah
bersabda :” sebaik baik generasi adalah generasiku..... namun al-Quran maupun Hadis
ttidak menyebutkan tentang nasib ummat-ummat sesudahnya. Oleh sebab itu surah Ali
Imran ayat 110 ini mengajarkan kepada kita beberapa asas pembangunan umat seperti
berikut. Pertama, bahwa tujuan pembangunan adalah mencapai keunggulan umat khaira
ummah (the best umah). Filosfof Muslim al-Farabi menyebutnya dengan term alMadinah al-fadhilah (negara utama), yaitu masyarakat yang memiliki keunggulan
secara ilmu, pemikiran budaya, dan peradaban atau yang dalam bahasa sekarang
dinamakan masyarakat yang berkeadaban (civilized society). Kedua, pembangunan
dilakukan dengan pengembangan SDM melalui pendidikan dan dakwah atau
humanisasi (al-amr bi al ma‟ruf). Pendidikan tersebut tidak sama dengan persekolahan,
tetapi sebuah proses meningkatkan apa yang oleh sementara pakar dinamakan human
capability. Ketiga, dalam pembangunan ini, yang menjadi panglima bukan uang atau
kekayaan material, melainkan moral atau akhlak bangsa (purifikasi) alias al-nahyu „an
al-munkar yaitu, suatu proses membebaskan masyarakat dari kejahatan dan keburukan,
seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang dan berbagai tindak kejahatan lainnya.
Keempat, pembangunan bangsa harus diletakkan dalam kerangka iman kepada Allah

SWT. atau transendensi (wa tu‟minuna billahi), sehingga pembangunan bangsa yang
kita lakukan bermakna spiritual.
Ayat ini merupakan petunjuk Al-Quran tentang misi hidup seorang mukmin
yang harus membangun diri sendiri dan membangun umat terbaik, memakmurkan bumi,

2

mengabdi kepada Allah dan kepada sesama seperti (QS. Al-Mu‟minun (23):
115).”Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?”
Upaya pembentukan Khairu Ummah melalui Pendidikan
Upaya perubahan sikap ummat menuju pembentukan khairu ummah dapat
dimulai dengan peningkatan kemampuan melalui pendidikan. Ilmu pengetahuan dan
Islam dipandang sebagai suatu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan
merupakan suluh penerang kehidupan sekaligus nafas peradaban. Kemajuan peradaban
Islam pada masa Abbasiyah di Irak hingga Andalusia di Spanyol (abad 7 M – 13 M)
berkat kemajuan ilmu pengetahuan pada masa itu.
Begitu banyak ayat yang membicarakan keutamaan ilmu. Firman Allah:
“katakanlah adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak
mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakallah yang dapta menerima pelajaran”.

(QS Az-Zumar:9). Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa yang pergi untuk menuntut
ilmu, maka ia berada dijalan Allah sampai ia kembali” (HR. Turmudzi).
Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia seutuhnya, pendidikan adalah
praktik yang mencerdaskan, mencerahkan dan membebaskan. Bebas dari penindasan,
pembodohan, dan pemiskinan Dalam konteks ini, pendidikan adalah pintu gerbang yang
melahirkan subyek sosial yang memiliki mandat memimpin dan mengelola sumber daya
alam semesta menjadi bermanfaat bagi kemanusiaan. Semua hal ini dapat dicapai tentu
saja melalui tarbiyah insaniyah, yaitu pendidikan yang menyeluruh. yang didasarkan
pada konsep robbani. Konsep yang tidak hanya terpaku kepada pembangunan aspek
keduniaan dan materi saja, tetapi juga aspek rukhiyah dan akhirat. Karena Islam tidak
pernah memisahkan keduanya.
Pendidikan menjadi faktor yang menentukan dalam mewujudkan perubahan
didalam tubuh umat Islam. Sebab, keberhasilan pendidikan akan memantapkan
pengertian yang benar soal kehidupan dan tugasnya sebagai seorang muslim. Ada tiga
kunci utama yang menentukan keberhasilan pendidikan guna mewujudkan perubahan
dalam tubuh umat Islam.
Pertama, adalah guru. Dalam pendidikan dibutuhkan guru yang memiliki ilmu
luas dan akhlak yang baik. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia, guru dipandang sebagai faktor kunci. Pemerintah pun dalam enam tahun
terakhir ini menaruh perhatian yang serius dalam upaya meningkatkan kualitas guru.

Diantaranya melalui program sertifikasi dan pemberian tunjangan profesi bagi guru.
Melalui UU nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
diperkuat dengan UU nomer 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; guru pun
ditasbihkan sebagai pekerjaan profesional, Hal ini perlu ditekankan karena di pundak
para guru inilah nasib bangsa dan negara ini dibebankan. Jika mereka tak bisa mengajar
dengan sepenuh hati karena tak cukup diberi gaj, wajar jika konsentrasinya buyar
memikirkan perut anak dan istrinya. Wajar jika mereka tak sanggup membeli buku,
membaca koran, atau bahkan membeli televisi untuk menambah wawasannya. Kita tak

3

D

berharap mereka akan mengikuti seminar, workshop, atau mengikuti pendidikan
tambahan. Paling banter mereka akan bertani, mengojek, atau membuka warung untuk
mendapatkan penghasilan tambahan.
Kedua, dibutuhkan murid yang baik pula untuk mewujudkan keberhasilan
pendidikan. Murid yang baik,, akan dapat dengan mudah menyerap pelajaran yang
diberikan gurunya. Disamping itu Kemampuan berdaya saing yang tinggi baik di
lingkup nasional maupun internasional mutlak diperlukan oleh setiap lulusan perguruan

tinggi (PT) dewasa ini. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka tak hanya hard skill,
peningkatan soft skills mahasiswa juga harus menjadi perhatian serius. .Setiap
Mahasiswa hendaknya mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan
kepribadian seperti minat, bakat, etika dan sebagainya. Karena kesempatan untuk maju
di dunia kerja ditentukan lebih 80 persennya dari soft skills ini. Membina mahasiswa
agar memiliki kemampuan soft skills merupakan tugas setiap pengelola perguruan
tinggi. Maka dari itu, ke depan perlu memberikan penilaian atau kredit bagi kegiatankegiatan tersebut Sehingga, bila anak didik dinilai belum punya karakter yang baik,
lebih baik tidak diluluskan dulu, dari pada sudah lulus tapi tidak berguna di masyarakat.
Ketiga, dibutuhkan kurikulum yang baik agar pendidikan berjalan dengan baik.
Penyebab rendahnya daya nalar pendidikan, adalah kurikulum yang kurang baik,
kurangnya guru terlatih, dan kurangnnya penekanan penalaran pada pemecahan
masalah. Pendidikan yang ada selama ini terlalu bertumpu pada hafalan rumus-rumus
bukan pemahaman. Terlalu memuliakan perilaku kepatuhan, bukan mengembangkan
daya pikir dan daya nalar anak yang dididik
Penguatan Pendidikan Ekonomi
Sejarah membuktikan bahwa salah satu faktor yang menjadikan umat islam
mandiri dan berjaya adalah kekuatannya dan kemandiriannya dalam bidang ekonomi
dan perdagangan. Bahkan Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan.
Banyak anjuran agama tentang perdagangan (Tijarah ) di dalam Al-Quran,
bahkan dengan jelas disebutkan bahwa perdagangan atau perniagaan merupakan jalan

yang diperintahkan oleh Allah untuk menghindarkan manusia dari memperoleh sesuatu
dengan jalan yang bathil yaitu memiliki sesuatu yang menjadi milik orang lain kecuali
melalui perdagangan di antara sesama manusia. Seperti yang tercantum dalam Surat AnNisa‟[4]: 29. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu” ( QS. An-Nisa [4]: 29)
Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad saw juga mengatakan:

َ ‫حدَث ا خالد ب ع د‬
: ‫ قا‬، ‫ ع عيم ب ع د ال َ ح‬، ‫ حدَث ا داود ب أبي ه د‬، َ‫ا‬
َ ‫بلغ ي أ َ رسو‬
‫ تسع أعشار ال ق في التجار (روا‬، ‫علي م بالتجار‬: ‫ قا‬، ‫اَ م‬
)‫أح د‬
Musaddad berkata: telah bercerita kepada kami Kholid bin Abdillah, telah
bercerita kepada kami Daud bin Abi Hinda, dari Nu‟im bin Abdir Rahman

4

‫س‬

berkata: bahwa Rasulullah Saw berkata: “Hendaklah kamu berdagang, karena

di dalamnya terdapat 90 % pintu rezeki” (H.R.Ahmad).
Kesadaran umat Islam Indonesia terhadap perlunya penguasaan ekonomi,
menyebabkan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia terus bertumbuh rata-rata 40
persen setiap tahunnya, dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi konvensional yang
hanya sebesar 1,9 persen. Bahkan, hingga saat ini, Indonesia disebut sejumlah kalangan
sebagai Negara dengan industri keuangan syariah terbesar di dunia dengan 22 ribu gerai
koperasi syariah dan Balai Mandiri Terpadu. Sector perbankan syariah Indonesia terus
mengalami peningkatan yang signifikan selama lima tahun terakhir. Asset perbankan
syariah yang terdiri atas bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank
perkreditan rakyat syariah (BPRS) hingga Oktober 2012 meningkat menjadi Rp 179
triliun atau tumbuh sekitar 37 persen dibanding Oktober 2011 sebesar Rp 125,5 triliun.
Fenomena ini menjadikan perbankan syariah Indonesia menjadi keempat
terbesar setelah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi. Namum demikian, pangsa perbankan
syariah terhadap industri perbankan nasional relatif masih kecil, sekitar empat-lima
persen dari total industri, begitu pula pangsa perbankan syariah global hanya sebesar 0,7
persen dari industri perbankan global.
Salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi syariah dan
penguatannya adalah ketersediaan SDM yang qualified dan memenuhi ekpektasi
kalangan industry dan masyarakat secara keseluruhan. Untuk itu, keberadaan institusi
pendidikan ekonomi syariah yang mampu menghasilkan SDM yang berkualitas,

menjadi kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi.
Di antara factor yang mempengaruhi proses pendidikan ekonomi syariah pada
level perguruan tinggi terletak pada desain kurikulum, standar kompetensi, dan pola
pendidikan yang dikembangkan. Karena itu, salah satu agenda besar, baik pada skala
nasional maupun internasional yang perlu mendapat perhatian bersama adalah
standarisasi pendidikan ekonomi syariah, paling tidak pada level sarjana (S1).
Tingginya minat dan pertumbuhan industri keuangan syariah di dunia membuat
sejumlah perguruan tinggi di Negara, seperti Amerika, Inggris, Australia, telah
mengembangkan kurikulum pengajaran ekonomi Islam sebagai bentuk legimitasi dan
pengakuan atas kemajuan ekonomi Islam. Hingga saat ini, sector perbankan dan
lembaga keuangan Islam lainnya telah menyebar ke 75 negara, termasuk ke Negaranegara Barat.
Dengan segenap potensi yang dimiliki Indonesia, kita perlu optimis bahwa
Indonesia mampu menjadi pusat industri keuangan syariah sekaligus pengembangan
ilmu dan metodologi yang terkait di dalamnya .Tentunya terdapat beberapa faktor yang
perlu terus kita lakukan seiring dengan peningkatan mutu pendidikan. Diantara faktorfaktor tersebut adalah: Pertama, kesiapan sumber daya manusia yang andal di sector ini
perlu terus sesuaikan
dan ditingkatkan kualitasnya, industri ini diperkirakan
membutuhkan setidaknya 200 ribu tenaga kerja yang memiliki kompetensi di industri
perbankan dan keuangan syariah. Bahkan, di beberapa Negara telah diterapkan
sertifikasi Islamic Finance Qualification (IFQ) yang dikeluarkan oleh Inggris, Lebanon,


5

Bahrain, Dubai dan Malaysia. Kedua, pemahaman masyarakat terhadap instrument
perbankan dan keuangan syariah juga perlu di intensifkan. Program sosialisasi dan
berbagai skema penyampaian informasi dibutuhkan untuk masyarakat untuk
menjelaskan sistem ekonomi syariah di Indonesia. Ketiga, jumlah perguruan tinggi yang
mengajarkan ekonomi Islam perlu diperbanyak untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli
dalam menopang pertumbuhan industri ekonomi syariah. Keempat, koordinasi
kelembagaan yang mengatur industri perbankan dan keuangan nasional serta stimulus
kebijakan integrasi juga perlu terus ditingkatkan.
Selain factor desain kurikulum, standar kompetensi, dan pola pendidikan yang
terus dikembangkan, masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses
pendidikan ekonomi syariah dan penguatannya pada level perguruan tinggi. Hal ini
menjadi tantangan besar bagi para pendidik dan pemangku jabatan pemerintahan. Ada
berbagai faktor yang perlu ditangani segera dalam usaha pendidikan dan penguatan
ekonomi mahasiswa, yang pada akhirnya akan membentuk khairul umah. Diantara
faktor-faktor tersebut adalah perlunya :
1. Membangun Dan Meningkatkan Etos Kerja
Etos kerja merupakan modal dasar yang sangat dominan bagi peningkatan
kualitas hidup seseorang dalam berbagai aspeknya. Banyak negara yang bila dilihat
kekayaan alamnya kurang menjanjikan, namun karena memiliki etos kerja yang sangat
tinggi, sehingga mereka dapat tampil sebagai negara maju yang sangat diperhitungkan
di dunia internasional.
Dalam sejarah Islam, para Nabi telah memberikan suri-tauladan yang baik
mengenai etos kerja. Selain memiliki tugas utama sebagai penyampai risalah Allah
kepada kaumnya, mereka juga adalah para pekerja keras dalam profesinya masingmasing. Sperti Nabi daud adalah pandai besi, Nabi Musa sebagai penggembala yang
hebat, Nabi Nuh sebagai arsitek perahu, Nabi Muhammad adalah pedagang yang sangat
sukses dan sebagainya.
Dalam hal ini, tepat kiranya jika kita mengatakan bahwa solusi terbaik keluar dari
kemiskinan adalah dengan meningkatkan etos kerja dalam kehidupan umat Islam,
sebagaimana disyariatkan dalam Al-Quran, diantaranya: QS Al-Jumuah [62]: 10 yang
artinya ”Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Al-Quran memandang kemiskinan bukan sebagai suratan takdir yang ditentukan
secara sepihak atas qudrat dan iradat Tuhan. Kemiskinan dan kemakmuran hidup
seseorang akan sangat tergantung dari kualitas hidupnya ketika berhadapan dengan
realitas kehidupan.
Upaya keluar dari kemiskinan dan perbaikan tingkat hidup itu harus timbul dari
dalam diri kita, bukan hanya taqdir Allah “ Allah tidak akan mengubah nasib suatu
kaum, jika mereka tidak mengubah apa yang ada pada dirinya “(QS. Al-Ra‟ad [13]: 11)
Adanya kemauan untuk berubah atau memperbaiki kondisi hidup yang ditunjukkan oleh
tingginya semangat kerja, merupakan dasar pembangunan yang amat dibutuhkan,
terutama untuk pembangunan yang berkelanjutan.

6

Al-Quran selalu memotivasi setiap pemeluknya untuk senantiasa bekerja,
berkreasi dan berinovasi. Tugas manusia sebagai khalifah mengharuskan Manusia
menjadi makhluk pekerja. Dengan bekerja manusia akan mampu memenuhi segala
kebutuhannya agar tetap survive, demi menggapai kesuksesan dan kebahagiaan hakiki,
baik jasmaniah maupun rohaniah. Surat Al-Insyirah [94]: 7-8 yang artinya “Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
Bahkan, Islam memberi nilai yang lebih esensial, yaitu kesadaran bahwa prestasi
kerjanya akan dinilai oleh Allah, Rasul dan umat mukminin. Allah berfirman:
“katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Taubah [16]: 97)
Penumbuhan keinginan untuk mengubah nasib yang terefleksikan dalam konsep
bekerja, sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain, dalam hal ini pemerintah,
sebenarnya juga untuk menjauhkan pengangguran, sebagaimana disebutkan secara jelas
dalam salah satu hadis yang cukup masyhur yaitu ”Kejahatan yang paling bahaya di
muka bumi ialah pengangguran”. (HR. Al-Baihaqi). Dalam hal kemampuan ekonomi
misalnya, Rasulullah SAW memohon perlindungan agar tidak jatuh kepada kefakiran.
Beliau mengatakan: “wahai Allah, sungguh aku berlindung kepada Mu dari kekufuran
dan kefakiran” (HR Abu Daud).
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan penyebab kemiskinan, suatu hal yang
kurang digarap dalam semua upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan selama ini,
adalah solusi yang dikaitkan dengan faktor mental dan budaya, yaitu rendahnya
kemauan untuk merubah kondisi kehidupan dan rendahnya etos kerja. Secara historis,
adanya semangat „bekerja dan perubahan‟ ternyata merupakan salah satu unsur utama
bagi terjadinya revolusi industri di Inggris yang kemudian diikuti oleh Amerika dan
Eropa. Maka perlu mengedepankan penataan mentalitas melalui penguatan
pembangunan spiritual dan mentalitas, demi terwujudnya pembangunan manusia
seutuhnya.
2. Menanamkan Jiwa Wirausaha (Entrepreneurship)
Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki inisiatif, pandai melihat
kesempatan, mempunyai visi untuk melihat kesempatan dalam segala kondisi, dan memiliki inovasi guna mengembangkan segala macam sumber daya alam untuk
menciptakan hasil dari sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mengurangi pengangguran dan
kemiskinan di Indonesia adalah dengan menumbuhkan sikap kewirausahaan pada
masyarakat. mengingat ketersediaan lapangan kerja formal yang semakin menipis,
sementara jumlah penduduk terus bertambah. Pemerintah melalui Kementrian Koperasi
dan UKM telah memprioritaskan pembiayaan kewirausahaan dengan mengalokasikan
dana kredit usaha rakyat (KUR) bagi pelaku UMKM serta memberikan suntikan modal
untuk menarik minat berwirausaha masyarakat melalui Gerakan Kewirausahaan

7

Nasional. UMKM merupakan implikasi dari sikap kewirausahaan yang dimiliki oleh
masyarakat. Sector ini memiliki kontribusi bagi perekonomian Indonesia pada tahun
2012 dengan jumlah sebanyak 99,99 persen dari pangsa unit usaha. Sektor ini mampu
menyerap tenaga kerja sebesar 97,16 persen.
Indonesia membutuhkan entrepreneur karena dia adaiah tipe orang yang dapat
melihat pasar dan ketika gagal akan bangkit lagi. Itu yang membuat neraca perdagangan
Indonesia meningkat, Namun tidak semua orang dapat menjadi seorang entrepreneur,
karena tidak semua sarjana berilmu memilih untuk menciptakan lapangan kerja.
Kebanyakan dari mereka memilih untuk mencari kerja. Padahal, jumlah pengangguran
di tingkat D3, SI. S2. bahkan S3 saat ini telah men-capai 1,1 juta orang. Untuk itu
Perguruan Tinggi harus selalu mendorong semua lulusannya agar memiliki jiwa
enterpreneur. Jadi setelah lulus mereka bisa berusaha sendiri tak hanya mencari
pekerjaan di sektor formal saja. Mahasiswa dilatih agar dalam kehidupan mereka
memiliki jiwa enterpreneur dan memiliki daya saing. Maka , kreatifitas dan inovasi
dapat menjadi senjata andalan dalam menghadapi berbagai tantangan. . Setiap kampus
harus mendorong jiwa kewirausahaan.
Masyarakat Indonesia yang kurang memiliki jiwa kewirausahaan membuat daya
saing Indonesia lemah. Hal itu yang menjadikan tingginya nilai impor. Menteri
Keuangan Agus Martowardojo ketika menjadi pembicara kunci pada Program Pasca
sarjana Manajemen dan Bisnis IPB Sabtu 26/5) mengatakan bahwa Kurangnya jiwa
kewirausahaan membuat impor indonesia lebih besar dari ekspor. .Menurut Agus.
Suatu negara yang maju dan sejahtera dengan nilai neraca perdagangan yang besar dan
ekspor tinggi tidak cukup hanya dengan mengandalkan banyaknya ketersediaan sumber
daya alam. Faktor terpenting adalah sumber daya manusia. Agus mengatakan, SDM
tersebut harus bisa menciptakan pekerjaan atau lapangan usaha sehingga dapat
mengambil peluang dalam kondisi apapun.
Bangsa indonesia membutuhkan banyak wirausaha untuk menjadikan negara ini
pemimpin bagi negara-negaraASEAN. Apalagi, pada 2015 tahun ini ASEAN
Economic Community akan berlaku penuh. kampus harus menjadi pusat enterpreneur.
Jadi mahasiswa harus di dorong agar memiliki jiwa wirausaha
3. Membangun Budaya Produktif
Untuk membangun budaya produktif tentu harus melalui jalur pendidikan, yaitu
menjadikan pendidikan tinggi sebagai motor kebangkitan budaya produktif. Di bidang
pertanian misalnya, program-program pendidikan seharusnya mampu membekali jiwa
mahasiswa dengan orientasi pendidikan yang mengarah pada produktivitas hasil
pertanian.. Pembangunan pertanian akan terwujud secara komprehensif jika semua aset
intelektual berkontribusi di bidang masing-masing. Posisi sebagai negara produsen lebih
kuat dalam menguasai perhelatan dunia, daripada hanya sebagai negara penjual jasa
distribusi, apalagi hanya sebagai negara konsumen. Karena itu, sudah selayaknya
produktivitas dijadikan sebagai budaya bangsa dan dikampanyekan dalam bentuk
gerakan nasional yang dapat dimulai dari lingkungan pendidikan tinggi. Sarjana
pertanian yang produktif akan membawa semangat produktif pada masyarakat. Jika

8

optimisme ini dapat dibangkitkan maka budaya produktif akan tumbuh kembali.
Dengan demikian, tidak ada ironisme bangsa agraris yang menggantungkan kebutuhan
pangan pada impor. Fenomena yang terjadi saat ini sarjana pertanian lebih banyak
bekerja pada sektor sosial sehingga menimbulkan pencitraan yang kurang baik. Menurut
asumsi Dikti. sarjana atau ahli madya pertanian, perikanan, dan peternakan, 85 persen
justru bekerja menjadi sales, guru,bekerja di bank, atau marketing perusahaan.
Perguruan tinggi sesungguhnya mempunyai potensi riset yang dapat diandalkan.
Pertanyaannya, seberapa banyak sarjana pertanian bisa mengoptimalkan fungsi riset
untuk mengembangkan pertanian di Indonesia. Bukti telah merangsang mahasiswa ke
arah yang kreatif dan produktif melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Program ini diharapkan mampu membangkitkan jiwa wirausaha dengan potensi riset
yang telah ada. Produktivitas yang didukung kebijakan perguruan tinggi dan pemerintah
yang visioner akan menempatkan sarjana sebagai sumber daya manusia yang andal dan
mampu bersaing secara global.
4. Memberdayakan Mesjid
Allah telah menciptakan manusia dari tanah dan menjadikan manusia sebagai
pemakmur bumi (QS Hud 61) Hal yang sama berlaku pula dalam kepengurusan masjid,
sehingga kita pun menggunakan kata takmir, untuk pemakmuran mesjid. Masjid harus
dimakmurkan, baik secara spiritual, sosial, ekonomi, bahkan politik. Masjid adalah
tempat ibadah sekaligus pusat interaksi sosial. Masjid adalah tempat berinteraksi antara
para pemimpin dan rakyatnya. Antara Imam masjid dengan jama‟ahnya.
Untuk mencapai tujuan pemakmuran kehidupan itu, Rasulullah SAW
mengajarkan agar kita menyandingkan masjid denngan pasar, secara seimbang baik
fisik mau pun normatif. Keduanya harus dimakmurkan. Rasulullah SAW menegaskan,
"Sunahku di pasar, sama dengan sunahku di masjid." Keduanya saling memakmurkan,
hingga orang yang shalat di masjid tidak melupakan pasar dan orang yang di pasar
selalu mengingat masjid, sebagaimana disitir oleh Allah SWT dalam Surah al-Jumu'ah
62 : 9-10.”Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,
Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[]. yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.. apabila telah ditunaikan shalat,
Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Pusat kota-kota Islam, dimulai dari Madinah Al Munawarrah, Makkah,
Damaskus, lalu Bagdad dan Istambul, sejak masa awal Islam dan masa- masa
sesudahnya, juga berpusat pada masjid yang bersebelahan dengan pasar.
5. Menanamkam karakter Yang Baik
Dalam melaksanakan aktivitas ekonominya, seorang Muslim harus mengikuti
norma dan etika yang perlu diperhatikan,. Imbalan yang di janjikan Allah sangat nyata
bagi mereka yang mampu melaksanakan norma-norma tersebut. Bahkan dalam sebuah
hadis Rasulullah menyatakan bahwa “pedagang yang amanah dan dapat diperacaya,
kelak akan bersama dengan orang-orang yang mati syahid di hari kiamat”. (HR Ibnu
Majah dan al-Hakim).

9

Di masa lampau Rasulullah Saw telah membuktikan nilai-nilai spiritual itu telah
melekat dengan kepemimpianan bisnis beliau. Rasulullah Saw menjadikan bisnis
sebagai salah satu bentuk ibadah, melibatkan ketakwaan dan menerapkan empat
karakter utama yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan),
dan fathanah (cerdas). Dalam hadisnya Rasulullah Saw telah menekankan pentingnya
menghasilkan harta dengan jalan mulia karena di dalamnya terdapat
keberkahan:”sesungguhnya harta itu hijau dan lezat. Dan barang siapa mengambilnya
dengan jiwa yang tamak, dia tidak diberkahi padanya dan bagaikan orang yang makan
tetapi tidak pernah merasa kenyang” (HR Bukhari-Muslim).
Tingkat ketakwaan yang direfleksikan dari aktivitas ibadah wirausahawan;
memungkinkannya memiliki karakter wirausahawan sebagai mana teladan Rasulullah
Saw. Karakter siddiq/kejujuran wirausahawan dicerminkan oleh indikator menjelaskan
kelemahan dan kelebihan produk/jasa dengan proporsional kepada konsumen. Indikator
ini smencerminkan bahwa wirausahawan tidak hanya berorientasi pada keuntangan
jangka pendek semata. Sikap keterbukaan kepada konsumen akan menimbulkan
kepercayaan dan loyalitas konsumen. Hal ini sangat penting bagi keberlanjutan usaha
(suistainability). Karakter amanah direfleksikan oleh indikator responsive terhadap
komplain dari konsumen. Hal ini berkaitan dengan kualitas pelayanan terhadap
konsumen. kualitas pelayanan sepenuh hati membedakan kualitas pelayanan suatu
perusahaan dengan perusahaan lain. Hal ini berlaku secara personal bagi seorang
wirausahawan. Karakter Tabligh juga sejalan dengan indikator melayani konsumen
dengan sopan, sigap, dan bersemangat yang dianggap paling dominan merefleksikan
karakter tabligh. Karakter fathonah dominan direfleksikan oleh indikator mengetahui
permintaan dan penawaran. Hal ini berkaitan dengan kemampuan wirausahawan
membacakebutuhan pasar dan peluangnya.
Indikator yang paling dominan merefleksikan Variabel ketakwaan (god
consciousness) adalah rutin mengeluarkan infak. Bersedekah atau berinfak memiliki
kedudukan yang penting dalam islam, apalagi ibadah ini memiliki dimensi hubungan
vertikal kepada Allah Swt (hablumminalloh) dan hubungan dengan sesam manusia
(hablumminannnas).
Masih maraknya praktik-praktik perdagangan yang a moral seperti penipuan,
pengurangan timbangan, pemalsuan barang dan lain-lain mengindikasikan bahwa
masyarakat masih belum memiliki karakter wirausahawan yang sesuai dengan prinsip
islam. Dalam perspektif islam sendiri unsur karakter dari pengelola usaha merupakan
aspek vital
Membentuk Khairu Ummah Dengan Penguatan Dakwah
Dakwah dipahami sebagai proses transformasi sosial dan kultural menuju
generasi terbaik umat. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari ynag mungkar, dan
beriman kepada Allah” (QS Ali Imran [3]: 110). Dakwah pada mulanya adalah tugas
Rasul untuk menyampaikan pesan-pesan Ilahi kepada umat manusia. Sepeninggal

10

Rasul, tugas dakwah dilimpahkan kepada para ulama sebagai pewaris nabi ‫العل اء ورث‬
‫ اأ ياء‬Oleh sebab itu dakwah dan peran sebagai da‟iah merupakan tugas mulia seorang
muslim. Kalau kita simak firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 104: “ dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. merekalah orangorang yang beruntung.” Maka menurut ayat ini, peran da‟iah dapat diartikan sebagai
penyeru ke jalan kebaikan, pemberi arah kehidupan, pembimbing, pembetul kekeliruan,
pelurus ketimpangan sehingga orang Islam benar-benar khairu ummah yang bisa hidup
bahagia di dunia dan akhirat.
Dakwah sesuai dengan fungsi utamanya diharapkan bisa menjadi penyuluh baik
dalam fungsinya sebagai pengimbang, filter atau sebagai pemberi arah kehidupan.
Sebagai pengimbang, para da‟iah diharapkan dapat membantu menyadarkan umat
bahwa kehidupan yang kian dimeriahkan oleh berbagai nilai yang berbau materialistis
harus diimbangi dengan hal-hal yang bersifat rohaniah keagamaan. Sebagai filter
dakwah diharapkan dapat membantu umat membentengi diri mempertahankan nilainilai Islam yang pernah dimiliki dari pengaruh berbagai perubahan dan nilai-nilai asing.
Sebagai pembimbing atau pengarah kehidupan para da‟iah diharapkan mampu
membimbing umat untuk lebih memahami makna arti hidup yang sesungguhnya,
sehingga umat tidak mengalami kebingungan (disoriented) atau kehilangan jati diri dan
keterasingan di tengah-tengah hiruk pikuk modernisasi peradaban yang penuh dinamika
dan pergolakan serta perubahan nilai-nilai hidup emosional dan spiritual.
Dengan demikian dakwah sebagai proses pembangunan bangsa telah
mengedukasi dan mengarahkan masyarakat untuk berperan besar dalam proses
pembangunan umat, sehingga dengan dakwah, masyarakat di dorong untuk mencapai
visi besarnya sebagai khairu umah.
Penutup
Dengan melihat paparan diatas, bisa kita katakan bahwa kemiskinan penduduk
Indonesia bukan karena akibat mereka beragama Islam, tapi karena faktor-faktor lain,
seperti krisis ekonomi yang berimbas pada PHK, pemahaman agama yang dangkal atau
karena budaya setempat. Justru agama Islam melalui Al-Quran surah Al-Imran 3: 110
memberikan petunjuk tentang misi hidup seorang mukmin yang harus membangun
potensi diri sendiri dan membangun potensi umat (human capability), baik melalui
pendidikan maupun melalui jalan dakwah (al-amr bi al ma‟ruf). Yang menjadi objek
pembangunan adalah moral atau akhlak bangsa (purifikasi) atau al-nahyu „an almunkar yaitu, suatu proses membebaskan masyarakat dari kejahatan dan keburukan,
seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang dan berbagai tindak kejahatan
lainnya.Pembangunan ummat harus diletakkan dalam kerangka iman kepada Allah
SWT. atau transendensi (wa tu‟minuna billahi), sehingga pembangunan bangsa yang
kita lakukan bermakna spiritual. Sedangkan tujuan pembangunan ummat menurut Islam
adalah mencapai keunggulan umat khaira ummah (the best umah) dan masyarakat yang
berkeadaban (civilized society).

11

Penguatan pendidikan ekonomi dan dakwah diperlukan karena kemandirian
ummat tergantung pada kemampuan ekonominya. Penguatan dakwah juga penting
karena dakwah dipahami sebagai proses transformasi sosial dan kultural menuju
generasi terbaik umat. Peran da‟iah dapat diartikan sebagai penyeru ke jalan kebaikan,
pemberi arah kehidupan, pembimbing, pembetul kekeliruan, pelurus ketimpangan
sehingga orang Islam benar-benar khairu ummah yang bisa hidup bahagia di dunia dan
akhirat. Dakwah juga diperlukan untuk upaya sosialisasi instrument perbankan dan
keuangan syariah di masyarakat.
Menjadi kewajiban Perguruan Tinggi bersinergi dengan pemerintah untuk:
menumbuhkan sikap kewirausahaan pada mahasiswa dan masyarakat, dalam rangka
mengurangi pengangguran dan kemiskinan di Indonesia mengingat ketersediaan
lapangan kerja formal yang semakin menipis, sementara jumlah penduduk terus
bertambah, membangun dan meningkatkan etos kerja yang merupakan modal dasar
yang sangat dominan bagi peningkatan kualitas hidup seseorang dalam berbagai
aspeknya, membangun Budaya Produktif, memberdayakan Mesjid dan menanamkam
karakter Yang Baik
Pemerintah dan Perguruan Tinggi hendaknya meningkatkan potensi riset di
Perguruan tinggi, yang diharapkan mampu membangkitkan jiwa wirausaha mahasiswa.
Produktivitas yang didukung kebijakan perguruan tinggi dan pemerintah yang visioner
akan menempatkan sarjana sebagai sumber daya manusia yang andal dan mampu
bersaing secara global.

Wa-Allah al- Muwaffik wa- Hua al- Musta‟an

.

12