Penanganan boarding pada PT. Prathita Titian Nusantara Di Bandara Internasional Minangkabau
BAB II
URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN
2.1. Pengertian Pariwisata
Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yakni ; pari dan wisata. Pari artinya dari dan ke, sedangkan wisata artinya perjalanan atau kunjungan. Jadi kata pariwisata dapat didefenisikan yaitu suatu perjalanan atau kunjungan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,pengusaha,dan pemerintah (Dalam Undang-undang RI nomor 10 tahun 2010 tentang kepariwisataan).
Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Sehingga teori yang menyatakan bahwa setiap pendapatan digunakan untuk keperluan asumsi: sandang, pangan, papan, saat ini harus ditambah sandang, pangan, papan,jalan-jalan. Disamping itu para ahli ramal (futurulog), John Naisbaitt telah memperkirakan pula bahwa pariwisata dunia akan menjadi industri terbesar pada abad ke duapuluh satu (21), berdasarkan riset dan penelitian yang dilakukannya terhadap 400 orang pimpinan perusahaan besar di 20 negara besar dunia.
Pariwisata di Indonesia berkembang dengan pesatnya. Ini merupakan suatu bukti keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Ini juga merupakan suatu pertanda bahwa pendapatan masyarakat juga semakin meningkat, sehingga banyak
(2)
diantara mereka menggunakan waktu luangnya untuk melakukan perjalanan wisata dalam negeri atau luar negeri.
Meningkatnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata menuntut pula peningkatan pelayanan Biro Perjalanan Umum, Tour Operator, dan Agen Perjalanan. Dengan kata lain diperlukan peningkatan pelayanan pengatur perjalanan wisata yang lebih baik pula dan semuannya ini akhirnya sangat tergantung pula pada pada sumber daya manusia yang professional yang mengelolanya.
Sampai dengan bulan Oktober tahun 1994 saja jumlah usaha perjalanan wisata sudah meningkat 1.663, yang terdiri dari 968 Biro Perjalanan Wisata, 410 Cabang Biro Perjalanan Wisata, dan 285 Agen Perjalanan yang hanya melayani penjualan tiket saja. Jumlah ini secara kuantitatif relative cukup banyak, tetapi secara kualitatif dirasakan sekali kekurangnya.
(3)
Sebelum mengakaji lebih lanjut mengenai pariwisata dan memperkirakan pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan sosial, maka terlebih dulu dibuat defenisi yang tepat mengenai kepariwisataan. Frechtling (1976 :59) bahwa defenisi-defenisi untuk kepariwisataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Harus diskrit dan tidak meragukan serta harus jelas mendefenisikan tentang suatu
aktivitas atau suatu entity suatu aktivitas atau entity yang berbeda dari suatu aktivitas atau entity lainnya. Yakni harus tidak ada keraguan mengenai apa yang mencakup atau tidak mencakup dalam suatu kategori.
2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.
3. Pembuatan defenisi harus mengacu pada penelitian-penelitian terpenting mengenai
perjalanan wisata dan penggunaan bahasa sehari-hari untuk mempermudah perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan hasil penelitian.
Prinsip-prinsip diatas kurang mendapat perhatian dalam penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan hingga dewasa ini. Dalam kenyataan jumlah defenisi mengenai kepariwisataan yang sekarang ini ada hamper sama banyaknya dengan jumlah pengkajian fenomena kepariwisataan yang telah dilakukan oleh Frechtling, ditemukan empat puluh tiga defenisi yang berbeda untuk tiga istilah yaitu traveler, tourist dan visitor. Penemuan tersebut diatas menunjukkan kurangnya koordinasi dalam penelitian-penelitian mengenai perjalanan dan hal ini menghambat perbandingan-perbandingan antara data penelitian perjalanan.
Hal ini sangat fundamental dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh kepariwisataan adalah unsur utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni tourist (wisatawan). Tourist berasal dari kata tour yang menurut kamus Webster Internasional mengandung arti suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebut akan kembali ketitik start; suatu perjalanan yang melingkar yang biasanya dilakukan untuk bisnis,
(4)
bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tersebut akan dikunjungi beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih dahulu telah dibuat rencana perjalanan.
Menurut Oxford English Dictionary (1933: 190) defenisi dari tourist adalah yang melakukan perjalanan, terutama yang melakukannya untuk rekreasi; orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan dan kebudayaan, orang yang mengunjungi sejumlah tempat untuk melihat-lihat obyek-obyek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal-hal lain dengan tujuan yang sama.
Frechtling (1976: 60) analisisnya mengenai defenisi-defenisi tersebut diatas telah menyusun empat kriteria dasar yang dipergunakan dalam perumusan defenisi, yaitu:
1. Tujuan perjalanan
2. Modal transportasi
3. Lama tinggal di tempat tujuan 4. Jarak perjalanan.
Telah disepakati secara umum bahwa dua kriteria yang disebutkan pertama diatas tidak cukup untuk defenisi-defenisi komtemporer yang praktis. Oleh karena itu perhatian telah di konsentrasikan pada dua criteria yang disebutkan terakhir. Lama tinggal (length of stay) merupakan salah satu unsur utama dalam defenisi tourist yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengharuskan bahwa lamanya tinggal wisatawan ditempat tujuan adalah lebih dari 24 jam dan kurang dari 12 bulan.
2.3. Prasarana dan Sarana Kepariwisataan
Baik prasarana maupun sarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan “tourist supply” yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila kita hendak mengembangkan
(5)
industri pariwisata. Prasarana dalam kepariwisataan sama sperti prasarana dalam perekonomian pada umumnya, karena kegitan kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu sector kegiatan perekonomian juga.
Yang di maksud dengan prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan berjalan lancer sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana adalah:
a. Prasarana Umum (General Infrastruktur).
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk kelompok ini di antaranya ialah:
− System penyediaan air bersih
− Pembangkit tenaga listrik
− Jaringan jalan raya dan jembatan
− Airport, pelabuhan laut,terminal,stasion
− Kapal tambang (ferry), kereta api dan dll
− Telekomunikasi
b. Kebutuhan masyrakat banyak ( Basic Need of Civilized Life). Yaitu prasarana yang
menyangkut kebutuhan masyrakat banyak yang termasuk dalam kelompok ini ialah:
− Rumah sakit
− Apotik
− Bank
− Kantor pos
(6)
− Pemerintahan umum.
Tanpa adanya prasarana tersebut di atas suakrlah bagi sarana-sarana kepariwisataan dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan dan travelers lainnya.
Sarana Kepariwisataan
Kita mengenal ada 3 macam sarana kepariwisataan, dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Dalam hubungan usaha setiap Negara untuk membuat wisatawan lebih banyak dating,lebih lama tinggal,lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya,maka ketiga sarana ini sangat memegang peranan penting. Ketiga sarana yang dimaksud ialah:
a. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Supersructure)
Yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwasataan adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan dan traavellers lainnya. Fungsinya ialah menyediakan fasilits pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Pariwisata sebagai industri mutlak memerlukan sarana pokok kepariwisataan semacam ini.
Adapun perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini ialah:
1. Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan
perjalanan wisatawan. Di dalam literatur kepariwisataan disebut dengan “Receptive Touist Plan”. Yang dimaksud dengan “Receptive Touist Plan” ialah perusahan-perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaran tour, sightseeing bagi wisatawan seperti Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation.
2. Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana
(7)
“Residential Tourist Plan”. Yang di maksud dengan “Residential Tourist Plan” adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan, missal: Hotel,Motel,Youth Hostel,Cottage,Camping Areas,Caravaning Taverns.
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure)
Yang dimaksud dengan sarana pelengkap kepariwisataan, ialah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau di daerah yang di kunjunginya. Dalam literature kepariwisataan dikenal dengan istilah “recreative and sportive plant” dan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah: fasilitas untuk berolahraga, baik di musim dingin atau musim panas, seperti: ski, golf course, tennis court, swimming pool, boating facilities, hunting safari dengan segala perlengkapannya.
c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure)
Yang dimaksud dengan sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan (khususnya business tourist), yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Night Club, Steambath, Casino, Souvenir Shop, BioskopOpera.
(8)
2.4. Ruang Lingkup Kepariwisataan
Sebelum mengkaji lebih lanjut mengenai pariwisata dan memperkirakan pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan social, maka terlebih dulu dibuat defenisi yang tepat mengenai kepariwisataan. Frecthling (1976:59) menyatakan bahwa defenisi-defenisi untuk penelitian kepariwisataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Harus diskrit dan tidak meragukan serta harus secara jelas mendefenisikan tentang suatu aktivitas atau suatu entity sebagai aktivitas atau entity yang berbeda dengan seluruh aktivitas dan entity lainnya. Yakni harus tidak ada keraguan mengenai apa yang mencakup atau tidak mencakup dalam suatu kategori.
2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.
3. Pembuatan defenisi haus mengacu pada penelitian-penelitian terpenting mengenai
perjalanan wisata dan penggunaan bahasa sehari-hari unuk mempermudah perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan hasil penelitian.
Hal ini sangat fundamental dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh kepariwisataan adalah unsur utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni touist (wisatawan). Tourist berasal dari kata tour yang menurut kamus Webster Internasional mengandung arti: suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebut kembali ketitik semula; suatu perjalanan melingkar yang biasanya dilakukan untuk bisnis, bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tersebut akan dikunjungi beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih dahulu telah dibuat rencana perjalanan.
Menurut Oxford English Dictionay (1930:190) defenisi dari tourist adalah orng yang melakukan perjalanan, terutama yang melakukan untuk rekreasi; orang yang
(9)
sejumlah tempat untuk melihat-lihat obyek-obyek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal-hal lain dengan tujuan yang sama.
Dengan meningkatnya jumlah penelitian mengenai kepariwisataan, maka istilah tourist menurut kamus tersebut diatas sekarang ini telah bertambah luas dan bertambah kompleks. Ogilvie (1933) merupakan orang pertama yang melakukan penelitian ilmu sosial. Dia menguraikan bahwa seorang turist setiap orang yang perjalanannya memenuhi 2 kondisi, yaitu sebagai berikut:
1. Orang tersebut sedang tidak berada di tempat kediamannya selama periode waktu
tertentu yang relative singkat.
2. Uang yang di belanjakan selama tidak berada di tempat kediamannya adalah uang
yang di bawa dari tempat kediamannya dan bukan uang di peroleh di tempat tujuan yang di kunjungi nya.
Pada tahun 1963 PBB telah menseponsori suatu konferensi mengenai travel dan pariwisata yang di adakan di Roma. Konferensi ini berhasil merekomendasikan defenisi unutk visitor (pengunjung) dan touris (wisatawan) untuk di pergunakan dalam statistik iternasional. Untuk keperluan statistik, istilah visitor menunjukkan orang yang mengunjungi suatu negara dimana dia bertempat tinggal, untuk berbagai tujuan selain dari memenuhi kesempatan yang diberikan oleh negara yang di kunjungi. Defenisi ini mencakup:
1. Tourist adalah para pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di ngara yang di kunjungi dan tujuan perjalanan dapat di klasifikasikan dibawah salah satu dari beberapa golongan berikut:
− Untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar, keagamaan dan
olahraga).
(10)
2. Excursionist adalah orang yang merupakan pengunjung sementara yang kurang dari 24 jam di Negara atau daerah yang di kunjungi, termasuk para pelaku perjalanan melalui kapal-kapal pesiar (International Union of Official Travel Organizaion)
Menurut defenisi dari PBB tersebut di atas, wisatawan dapat di kelompkkan dalam peristilahan Bound Bovy, menjadi rekreasi akhir pekan dan libur singkat serta menjadi libur panjang. Orang yang melakukan rekreasi akhir pekan dan rekreasi satu hari dapat di masukkan dalam kategori wisatawan ekserkursi (excursionist). Namun demikian pembedaan ini gagal untuk memisahkan dampak-dampak dari bentuk rekreasi lainnya karena kedua kelompok ini dapat sama-sama berpartisipasi dalam aktivitas yang sama di lokasi yang sama.
Oleh karena itu, fenomena kepariwisataan sekarang ini telah menjadi suatu fenomena massa dan sangat terkonsentrasi di daerah tujuan wisata tertentu, maka dampak yang ditimbulkan akan lebih nyata di bandingkan dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh para pelaku perjalanan wisata ekserkusi, walaupun dampak tersebut hampir sama dengan dampak yang di sebutkan terlebih dahulu.
2.5. Mitologi Kepariwisataan
Dalam perusahaan masa, satu ketetapan pada dekade belakangan ini terus-menerus dikembangkan kedua hal dari kepariwisataan, yaitu aktivitas dan industri. Pada tahun 1990 kepariwisataan merupakan industri yang sangat vital dalam pendapatan ekspor selain minyak dan otomotif. Kepariwisataan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan ekonomi yang merugikan dan perkembangnnya tidak dapat diletakkan sebagai pasar yang menarik.
Organisasi internasional pun mendukung lajunya perkembngan kepariwisataan, manfaat dan pencampuran manusia dan kebudayaannya, mendatangkan keuntungan
(11)
ekonomi dan kepariwisataansecara relatife disebut clean industry atau industry bersih/bebas dari pencemaran lingkungan, di lain pihak kepariwisataan tidak jarang dijadikan kambing hitam penyebab menurunnnya nilai-nilai sosial dalam masyrakat, dan seringkali pekerjaan dan perolehan keuangan dari kepariwisataan tampaknya terselubung dalam berbagai tujuan.
Jelasnya kesan yang menarik dari kepariwisataan menjadi sedikit pudar dengan adanya persepsi umum yang salah dalam menafsirkan kepariwisataan. Kondisi ini perlu di ansipasi dengan solusu sebagi berikut:
1. Kepariwisataan di dominasi oleh wisatawan domestic (melakukan perjalanannya
di negerinya sendiri) dan bukan wisatawaan mancanegara.
2. Perjalanan kepariwisataan di dunia di lakukan dengan transportai melalui darat,
bukan melalui udara.
3. Pariwisata bukan semata-mata mengisi waktu luang, tetapi dapat juga merupakan
urusan bisnis, pemeliharaan dan perawatan kesehatan, pendidikan, dll.
Dalam sejarahnya, banyak kegiatan wisata yang relatif baru dalam perkembangnya dan dewasa ini layak di pertimbangkan urusan bisnis dan studi akademik yang lebih serius. Bagaimanapun juga, industri pariwisata merupakan nilai ekonomi yang cukup penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dari segi ekonomi, lingkungan dan satu lembaga yang cukup berpengaruh terhadap kepariwisataan serta layak untuk di kembangkan.
Pariwisata sudah sepantasnya untuk di jadikan suatu bentuk kajian ilmu pengetahuan yang akan terus mengalami perkembangan menjadi bidang studi dan kemudian mengarah pada suatu disiplin ilmu. Peningkatan dan pengembangan studi kepariwisataan ini menemui beberapa permasalahan, di antaranya:
(1)
− Pemerintahan umum.
Tanpa adanya prasarana tersebut di atas suakrlah bagi sarana-sarana kepariwisataan dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan dan travelers lainnya.
Sarana Kepariwisataan
Kita mengenal ada 3 macam sarana kepariwisataan, dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Dalam hubungan usaha setiap Negara untuk membuat wisatawan lebih banyak dating,lebih lama tinggal,lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya,maka ketiga sarana ini sangat memegang peranan penting. Ketiga sarana yang dimaksud ialah:
a. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Supersructure)
Yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwasataan adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan dan traavellers lainnya. Fungsinya ialah menyediakan fasilits pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Pariwisata sebagai industri mutlak memerlukan sarana pokok kepariwisataan semacam ini.
Adapun perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini ialah:
1. Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan. Di dalam literatur kepariwisataan disebut dengan “Receptive Touist Plan”. Yang dimaksud dengan “Receptive Touist Plan” ialah perusahan-perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaran tour, sightseeing bagi wisatawan seperti Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation.
2. Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana wisatawan pergi. Dalam istilah kepariwisataan perusahaan ini biasa disebut dengan
(2)
“Residential Tourist Plan”. Yang di maksud dengan “Residential Tourist Plan” adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan, missal: Hotel,Motel,Youth Hostel,Cottage,Camping Areas,Caravaning Taverns.
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure)
Yang dimaksud dengan sarana pelengkap kepariwisataan, ialah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau di daerah yang di kunjunginya. Dalam literature kepariwisataan dikenal dengan istilah “recreative and sportive plant” dan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah: fasilitas untuk berolahraga, baik di musim dingin atau musim panas, seperti: ski, golf course, tennis court, swimming pool, boating facilities, hunting safari dengan segala perlengkapannya.
c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure)
Yang dimaksud dengan sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan (khususnya business tourist), yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Night Club, Steambath, Casino, Souvenir Shop, BioskopOpera.
(3)
2.4. Ruang Lingkup Kepariwisataan
Sebelum mengkaji lebih lanjut mengenai pariwisata dan memperkirakan pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan social, maka terlebih dulu dibuat defenisi yang tepat mengenai kepariwisataan. Frecthling (1976:59) menyatakan bahwa defenisi-defenisi untuk penelitian kepariwisataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Harus diskrit dan tidak meragukan serta harus secara jelas mendefenisikan tentang suatu aktivitas atau suatu entity sebagai aktivitas atau entity yang berbeda dengan seluruh aktivitas dan entity lainnya. Yakni harus tidak ada keraguan mengenai apa yang mencakup atau tidak mencakup dalam suatu kategori.
2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.
3. Pembuatan defenisi haus mengacu pada penelitian-penelitian terpenting mengenai perjalanan wisata dan penggunaan bahasa sehari-hari unuk mempermudah perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan hasil penelitian.
Hal ini sangat fundamental dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh kepariwisataan adalah unsur utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni touist (wisatawan). Tourist berasal dari kata tour yang menurut kamus Webster Internasional mengandung arti: suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebut kembali ketitik semula; suatu perjalanan melingkar yang biasanya dilakukan untuk bisnis, bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tersebut akan dikunjungi beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih dahulu telah dibuat rencana perjalanan.
Menurut Oxford English Dictionay (1930:190) defenisi dari tourist adalah orng yang melakukan perjalanan, terutama yang melakukan untuk rekreasi; orang yang
(4)
sejumlah tempat untuk melihat-lihat obyek-obyek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal-hal lain dengan tujuan yang sama.
Dengan meningkatnya jumlah penelitian mengenai kepariwisataan, maka istilah tourist menurut kamus tersebut diatas sekarang ini telah bertambah luas dan bertambah kompleks. Ogilvie (1933) merupakan orang pertama yang melakukan penelitian ilmu sosial. Dia menguraikan bahwa seorang turist setiap orang yang perjalanannya memenuhi 2 kondisi, yaitu sebagai berikut:
1. Orang tersebut sedang tidak berada di tempat kediamannya selama periode waktu tertentu yang relative singkat.
2. Uang yang di belanjakan selama tidak berada di tempat kediamannya adalah uang yang di bawa dari tempat kediamannya dan bukan uang di peroleh di tempat tujuan yang di kunjungi nya.
Pada tahun 1963 PBB telah menseponsori suatu konferensi mengenai travel dan pariwisata yang di adakan di Roma. Konferensi ini berhasil merekomendasikan defenisi unutk visitor (pengunjung) dan touris (wisatawan) untuk di pergunakan dalam statistik iternasional. Untuk keperluan statistik, istilah visitor menunjukkan orang yang mengunjungi suatu negara dimana dia bertempat tinggal, untuk berbagai tujuan selain dari memenuhi kesempatan yang diberikan oleh negara yang di kunjungi. Defenisi ini mencakup:
1. Tourist adalah para pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di ngara yang di kunjungi dan tujuan perjalanan dapat di klasifikasikan dibawah salah satu dari beberapa golongan berikut:
− Untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar, keagamaan dan olahraga).
(5)
2. Excursionist adalah orang yang merupakan pengunjung sementara yang kurang dari 24 jam di Negara atau daerah yang di kunjungi, termasuk para pelaku perjalanan melalui kapal-kapal pesiar (International Union of Official Travel Organizaion)
Menurut defenisi dari PBB tersebut di atas, wisatawan dapat di kelompkkan dalam peristilahan Bound Bovy, menjadi rekreasi akhir pekan dan libur singkat serta menjadi libur panjang. Orang yang melakukan rekreasi akhir pekan dan rekreasi satu hari dapat di masukkan dalam kategori wisatawan ekserkursi (excursionist). Namun demikian pembedaan ini gagal untuk memisahkan dampak-dampak dari bentuk rekreasi lainnya karena kedua kelompok ini dapat sama-sama berpartisipasi dalam aktivitas yang sama di lokasi yang sama.
Oleh karena itu, fenomena kepariwisataan sekarang ini telah menjadi suatu fenomena massa dan sangat terkonsentrasi di daerah tujuan wisata tertentu, maka dampak yang ditimbulkan akan lebih nyata di bandingkan dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh para pelaku perjalanan wisata ekserkusi, walaupun dampak tersebut hampir sama dengan dampak yang di sebutkan terlebih dahulu.
2.5. Mitologi Kepariwisataan
Dalam perusahaan masa, satu ketetapan pada dekade belakangan ini terus-menerus dikembangkan kedua hal dari kepariwisataan, yaitu aktivitas dan industri. Pada tahun 1990 kepariwisataan merupakan industri yang sangat vital dalam pendapatan ekspor selain minyak dan otomotif. Kepariwisataan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan ekonomi yang merugikan dan perkembangnnya tidak dapat diletakkan sebagai pasar yang menarik.
Organisasi internasional pun mendukung lajunya perkembngan kepariwisataan, manfaat dan pencampuran manusia dan kebudayaannya, mendatangkan keuntungan
(6)
ekonomi dan kepariwisataansecara relatife disebut clean industry atau industry bersih/bebas dari pencemaran lingkungan, di lain pihak kepariwisataan tidak jarang dijadikan kambing hitam penyebab menurunnnya nilai-nilai sosial dalam masyrakat, dan seringkali pekerjaan dan perolehan keuangan dari kepariwisataan tampaknya terselubung dalam berbagai tujuan.
Jelasnya kesan yang menarik dari kepariwisataan menjadi sedikit pudar dengan adanya persepsi umum yang salah dalam menafsirkan kepariwisataan. Kondisi ini perlu di ansipasi dengan solusu sebagi berikut:
1. Kepariwisataan di dominasi oleh wisatawan domestic (melakukan perjalanannya di negerinya sendiri) dan bukan wisatawaan mancanegara.
2. Perjalanan kepariwisataan di dunia di lakukan dengan transportai melalui darat, bukan melalui udara.
3. Pariwisata bukan semata-mata mengisi waktu luang, tetapi dapat juga merupakan urusan bisnis, pemeliharaan dan perawatan kesehatan, pendidikan, dll.
Dalam sejarahnya, banyak kegiatan wisata yang relatif baru dalam perkembangnya dan dewasa ini layak di pertimbangkan urusan bisnis dan studi akademik yang lebih serius. Bagaimanapun juga, industri pariwisata merupakan nilai ekonomi yang cukup penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dari segi ekonomi, lingkungan dan satu lembaga yang cukup berpengaruh terhadap kepariwisataan serta layak untuk di kembangkan.
Pariwisata sudah sepantasnya untuk di jadikan suatu bentuk kajian ilmu pengetahuan yang akan terus mengalami perkembangan menjadi bidang studi dan kemudian mengarah pada suatu disiplin ilmu. Peningkatan dan pengembangan studi kepariwisataan ini menemui beberapa permasalahan, di antaranya: