Pengaruh Pajak Daerah,Retribusi Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2010-2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pajak Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atau PDRD adalah pungutan oleh
daerah yang merupakan salah satu hak daerah dalam menyelenggarakan
otonomi daerah. Hak-hak daerah tersebut sebagaimana dimaksud dalam pasal
21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) ialah “pajak daerah adalah pajak yang di
kelolah oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun
pemerintah daerah TK.II) dan hasil di pergunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”. Menurut Mardiasmo,
(2002:5), “pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di
paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
gunakan untuk membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah”.
Hasil PDRD merupakan sebagian sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Selain dari PDRD, sumber PAD adalah hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. PDRD ditetapkan

dengan Undang-Undang, terbaru dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintahan daerah

8

dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang telah
ditetapkan Undang-Undang.
Pelaksanaan Undang-Undang PDRD di daerah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah (Perda). Penetapan rancangan Perda yang berkaitan dengan
PDRD dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri Keuangan, dalam hal
ini Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Ditjen Perimbangan
Keuangan.
2.1.1.1 Ciri-ciri Pajak Daerah
1.

Dipungut oleh Pemda, berdasarkan kekuatan peraturan perundangundangan.

2.

Dipungut apabila ada suatu keadaan, peristiwa dan perbuatan yang

menurut peraturan

perundang-undangan dapat dikenakan pajak

daerah.
3.

Dapat dipaksakan, yakni apabila wajib pajak tidak memenuhi
kewajiban pembayaran pajak daerah, yang bersangkutan dapat
dikenakan sanksi (pidana dan denda).

4.

Tidak terdapat hubungan langsung antara pembayaran pajak daerah
dengan imbalan/balas jasa secara perseorangan.

5.

Hasil penerimaan pajak daerah disetor ke kas daerah.


2.1.1.2 Jenis Pajak Daerah
Pajak

daerah

terdiri

atas

pajak

provinsi

dan

pajak

kabupaten/kota. Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak

9


yang telah ditentukan, sebagaimana tersebut di bawah. Pajak daerah
dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau
disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi
tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak daerah yang dapat dipungut
merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk
daerah kabupaten/kota.
a.

Pajak Provinsi
Jenis pajak provinsi terdiri atas:

1. Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
4. Pajak Air Permukaan.
5. Pajak Rokok.


b. Pajak Kabupaten/Kota
Jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas:
1. Pajak Hotel.
2. Pajak Restoran.
3. Pajak Hiburan.
4. Pajak Reklame.
5. Pajak Penerangan Jalan.

10

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
7. Pajak Parkir.
8. Pajak Air Tanah.
9. Pajak Sarang Burung Walet.
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2.1.2 Retribusi Daerah
Retribusi Daerah atau Retribusi adalah pungutan daerah (otonom)

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Ciri-ciri:
1.

Dipungut oleh pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan peraturan
perundang-undangan.

2.

Dapat dipungut apabila ada jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dan dinikmati oleh orang atau badan.

3.

Pihak yang membayar retribusi daerah mendapatkan imbalan/balas jasa
secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya.


4.

Wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran retribusi
daerah dapat dikenakan sanksi ekonomis, yaitu jika tidak membayar
retribusi daerah tidak memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.

11

5.

Hasil penerimaan retribusi daerah disetor ke kas daerah.

Objek dan Golongan Retribusi
Objek Retribusi adalah:
1. Jasa Umum.
2. Jasa Usaha dan
3. Perizinan Tertentu.

Dengan demikian, retribusi digolongkan menjadi:

1. Retribusi Jasa Umum.
2. Retribusi Jasa Usaha dan
3. Retribusi Perizinan Tertentu.

2.1.2.1 Jenis-jenis Retribusi
1. Retribusi Jasa Umum
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan
atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
Badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

12

5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

6. Retribusi Pelayanan Pasar
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
13. Retribusi Pelayanan Pendidikan dan
14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Jenis Retribusi di atas dapat tidak dipungut apabila potensi
penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk
memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma.

2. Retribusi Jasa Usaha
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
1. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau
2. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan

secara memadai oleh pihak swasta.

13

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3. Retribusi Tempat Pelelangan
4. Retribusi Terminal
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7. Retribusi Rumah Potong Hewan
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10. Retribusi Penyeberangan di Air dan
11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan
tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang

dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

14

3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek dan
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
2.1.3 Dana Alokasi Umum (DAU)
Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor

33

Tahun

2004

tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, Dana Alokasi Umum,
selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar-daerah unuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Menurut Erlina dkk (2008), “Dana Alokasi Umum adalah
sejumlah

dana

yang

dialokasikan

kepada

setiap

Daerah

Otonom

(provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana
pembangunan”.
Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan
APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk
proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.Transfer merupakan
konsekuensi dari tidak meratanya kemampuan keuangan dan ekonomi daerah.
Selain itu, tujuan transfer adalah mengurangi kesenjangan keuangan
horizontal antar daerah, mengurangi kesenjangan vertikal Pusat-Daerah,
mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah, dan untuk
menciptakan stabilisasi aktifitas perekonomian di daerah. Transfer atau grants
dari Pempus secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yakni matching

15

grant dan non-matching grant. Kedua grants tersebut digunakan oleh
Pemerintah Daerah untuk memenuhi belanja rutin dan belanja pembangunan.
Belanja rutin adalah belanja yang sifatnya terus menerus untuk setiap
tahun fiskal dan umumnya tidak menghasilkan wujud fisik (contoh: belanja
gaji dan honorarium pegawai), sementara belanja pembangunan umumnya
menghasilkan wujud fisik, seperti jalan, jalan bebas hambatan (highway),
jembatan, gedung, pengadaan jaringan listrik dan air minum, dan sebagainya.
Belanja pembangunan non-fisik diantaranya mencakup pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan pemeliharaan keamanan masyarakat. Yani (2008),
mengungkapkan bahwa “Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber
dari APBN yang dilakoasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan

desentralisasi.

DAU

dialokasikan

untuk

provinsi,

kabupaten/kota”.
Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan
dan potensi daerah Dana Aloksi Umum suatu daerah ditentukan atas besar
kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah yang merupakan selisih antara
kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity).
Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menegaskan
kembali mengenai formula celah fiskal dan penambahan variabel (Dana
Alokasi Umum). Alokasi Dana Alokasi Umum bagi daerah yang potensi
fiskalnya besar, tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi

16

yang relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun
kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi (DAU) relatif besar.
Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi (DAU) sebagai faktor
pemerataan kapasitas fiskal. Panggabean dkk 2001, “berpendapat bahwa
sistem hubungan keuangan pusat adalah bagian dari sistem fiskal”. Sebagai
sebuah instrumen, sistem hubungan keuangan pusat daerah berfungsi sebagai
alat untuk memberikan kepada pemerintah daerah sebagian dari penerimaan
pajak nasional. Hal itu dilakukan dengan cara transfer dari anggaran
pemerintah pusat ke anggaran pemerintah daerah. Dana Alokasi Umum
dengan demikian merupakan bagian dari mekanisme redistribusi yang
karenanya prinsip keadilan harus merupakan komponen terpenting dalam
tujuan alokasi.
Prinsip dasar alokasi Dana Alokasi Umum terdiri dari:
1. Kecukupan (Adequacy)
2. Netral dan efisien (Neutrality and efficiency)
3. Akuntabilitas (Accountability)
4. Relevansi (Relevancy)
5. Keadilan (Equity)
6. Objektivitas dan transparansi ( Objectivity and transparency)

2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika
jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. pertumbuhan ekonomi

17

adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang
bersangkutan

untuk

menyediakan

berbagai

barang

ekonomi

bagi

penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan
oleh

adanya

kemajuan

atau

penyesuaian-penyesuaian

teknologi,

kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Dari definisi di atas berarti terdapat tiga komponen pokok dalam
pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :
1. Kenaikan output secara berkesinambungan merupakan perwujudan dari
pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai
jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi di suatu
negara.
2. Perkembangan

teknologi

merupakan

dasar

atau

prakondisi

bagi

berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.
3. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam
teknologi baru, perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan,
sikap, dan ideologi. Inovasi dalam bidang teknologi harus dibarengi
dengan inovasi dalam bidang sosial.
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang
dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa. Ditinjau dari
sudut ekonomi, perkembangan ekonomi menimbukan dua efek penting, yaitu
kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat dan penciptaan
kesempatan kerja baru karena semakin bertambahnya jumlah penduduk.

18

2.1.4.1 Faktor- Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Mengapa suatu perekonomian dapat berkembang dengan cepat,
tetapi terkadang tidak mengalami perkembangan? Begitu juga dengan
pertumbuhan ekonomi suatu negara, adakalanya bergerak dengan cepat,
namun terkadang bergerak dengan lambat. Hal ini dikarenakan ada
faktor-faktor yang memengaruhinya. Berikut ini faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
1. Barang Modal
Barang-barang modal adalah berbagai jenis barang yang digunakan
untuk memproduksi output (barang dan jasa). Misalnya: mesin-mesin
pabrik, peralatan pertukangan, dan sebagainya.
2. Teknologi
Selain barang-barang modal, teknologi juga berpengaruh dalam
pertumbuhan ekonomi. Kemajuan ekonomi diberbagai negara terutama
ditimbulkan oleh kemajuan teknologi.
3. Tenaga Kerja
Hingga saat ini, khususnya di negara yang sedang berkembang,
tenaga kerja masih merupakan faktor produksi yang dominan.
Penduduk yang banyak akan memperbesar jumlah tenaga kerja.
Penambahan tenaga kerja ini memungkinkan suatu negara itu
menambah jumlah produksi. Dengan demikian akan berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi.

19

4. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam,
seperti tanah, iklim, hasil hutan, hasil tambang, dan lain-lain yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam usahanya mencapai kemakmuran.
Sumber daya alam akan dapat mempermudah usaha untuk membangun
perekonomian suatu negara.
5. Manajemen
Perekonomian dalam suatu negara akan berkembang pesat apabila
dikelola dengan baik. Sistem pengelolaan inilah yang dinamakan
manajemen. Seperti halnya bangsa Indonesia, memiliki potensi sumber
daya alam yang beragam dan melimpah serta jumlah penduduk yang
besar, apabila potensi yang ada dikelola dengan baik maka dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi.
6. Kewirausahaan
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah seseorang yang mampu
dan berani untuk mengambil risiko dalam melakukan suatu usaha guna
memperoleh keuntungan. Peranan wirausahawan dalam memajukan
perekonomian telah terbukti dari masa ke masa. Wirausahawan dalam
melakukan investasi akan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan
output nasional, dan meningkatkan penerimaan negara berupa pajak.
7. Informasi
Salah satu syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi sumber
daya ekonomi yang efisien adalah adanya informasi yang sempurna dan

20

seimbang. Informasi sangat menunjang pertumbuhan ekonomi karena
pelaku-pelaku ekonomi dapat mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang akurat dan cepat.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
NO
1

2

Nama
dan
Tahun
Penelitian
Sihite,
Friska
(2009)

Saragih,
Reza
Maulana
(2015)

Judul Penelitian

Variabel yang
digunakan

Hasil Penelitian

Pengaruh
PAD,
DAU, DAK dan
Belanja
Modal
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah di
Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera
Utara

-PAD
-DAU
-DAK
-Belanja Modal
-Pertumbuhan
Ekonomi

1.
Pendapatan
Asli
Daerah
berpengaruh
berpengaruh
secara
simultan dan parsial
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi. Hasil penelitian
ini
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan
oleh Anita Rokhmawati
namun
tidak
sejalan
dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ismi Rizki
Fitriyanti dan Suryo
Pratolo.,
2. Dana Alokasi Umum
berpengaruh
secara
simultan dan parsial
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi,

Pengaruh Belanja
Modal, Pendapatan
Asli Daerah Dan
Dana
Alokasi
Umum Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Pada
Kabupaten
Dan
Kota Di Sumatera
Utara

-Belanja Modal
-Pendapatan Asli
Daerah
-Dana
Alokasi
Umum
-Pertumbuhan
Ekonomi

1.
Secara
simultan
Belanja
Modal,
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Alokasi
Umum
(DAU)
berpengaruh
signifikan
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi pada Kabupaten
dan Kota di Sumatera
Utara.
2. Secara parsial variabel
Belanja Modal tidak
berpengaruh
terhadap

21

3

Isa,
Filzah
Mar’i
(2010)

Pertumbuhan
Ekonomi
pada Kabupaten dan Kota
di Sumatera Utara.
di Sumatera Utara.
Pengaruh
Dana -Dana
Alokasi 1. Secara parsial diambil
Alokasi
Umum, Umum
kesimpulan bahwa Dana
Dana
Alokasi -Dana
Alokasi Alokasi Umum, Dana
Khusus
dan Khusus
Alokasi Khusus dan
Belanja
Modal -Belanja Modal
Belanja
Modal
terhadap Tingkat -Pertumbuhan
mempunyai
pengaruh
Ekonomi
Pertumbuhan
yang tidak signifikan
Ekonomi
positif
terhadap
Kabupaten
dan
Pertumbuhan Ekonomi,
Kota di Propinsi
2. Angka R square atau
Sumatera Utara
koefisien
determinasi
adalah 0,117. Hal ini
berarti 11,7% variasi atau
perubahan
dalam
Pertumbuhan
Ekonomi
dapat dijelaskan oleh
variasi atau perubahan
dari Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus dan
Belanja
Modal,
sedangkan
sisanya
sebesar 88,3 % dijelaskan
oleh sebab-sebab lain.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka

Konseptual

adalah

suatu

model

yang

menerangkan

bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan dua
variabel bebas yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, serta suatu variabel
terikat yaitu Belanja Daerah. Adapun yang menjadi kerangka konseptual dari
penelitian ini adalah :

22

H4

Pajak Daerah

H1

H2
Retribusi Daerah

Tingkat Pertumbuhan
Ekonomi

H3
Dana Alokasi Umum

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 41) “Hipotesis adalah proporsi
yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”.
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah
yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan
tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Pajak Daerah berpengaruh terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.

23

H2 : Retribusi Daerah berpengaruh terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
H3 : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Tingkat Pertumbuhan
Ekonomi Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
H4 : Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh
terhadap

Tingkat

Pertumbuhan

Ekonomi

Pemerintahan

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.

24

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Upaya Pajak Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 37 110

Pengaruh Pajak Daerah,Retribusi Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2010-2013

0 4 79

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 9 112

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Pajak Daerah,Retribusi Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2010-2013

0 0 11

Pengaruh Pajak Daerah,Retribusi Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2010-2013

0 0 2

Pengaruh Pajak Daerah,Retribusi Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2010-2013

0 0 7

Pengaruh Pajak Daerah,Retribusi Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2010-2013

0 0 2

Pengaruh Pajak Daerah,Retribusi Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2010-2013

0 0 8