Analisis dan Persepsi Petani Terhadap Pemakaian Pestisida dan Pupuk Pada Tanaman Cabai di Kabupaten Karo

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Cabai, Pestisida dan Pupuk
2.1.1. Cabai
Menurut Samadi (1997) tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan
salah satu komoditi hortikultura yang tergolong pada tanaman semusim. Adapun
klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut
Kingdom

= Plantae

Divisi

= Spermatophyta

Subdivisi

= Angiospermae

Kelas


= Dicotyledoneae

Upakelas

= Sympetalae

Ordo

= Tubiflorae (Solanales)

Famili

= Solanaceae

Genus

= Capsicum

Spesies


= Capsicum annum L
Tanaman cabai merupakan tanaman holtikultura yang tumbuh tegak

dengan batang berkayu, banyak cabang, serta ukuran mencapai 120 cm dan lebar
tajuk hingga 90 cm. Umumnya daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau
gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun
oval dengan ujung yang meruncip, tergantung varietasnya. Dan tanaman cabai
merupakan tanaman asli dari Amerika tengah, tepatnya berasal dari Bolivia.

8
Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Pestisida
Pestisida secara umum berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide:
membunuh). Pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik
dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut :
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,
bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
(tetapi tidak termasuk dalam golongan pupuk).
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak.
6. Memberantas hama-hama air.
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan, dan alat-alat angkutan.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang bisa menyebabkan
penyakit pada manusia.
Pestisida berdasarkan hama sasaran dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
1. Insektisida
Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi hewan serangga,
seperti ulat, semut, belalang, lalat, kecoa, nyamuk, wereng dan sebagainya.
Contohnya adalah basmion, basudin, diazinon, tiodan, timbel arsenat, dan
propoksur.

9
Universitas Sumatera Utara


2. Nematisida
Nematisida adalah jenis pestisida untuk membasmi hama cacing. Hama ini
sering merusak bagian umbi tanaman atau akar. Contohnya adalah oksamil dan
natrium metam.
3. Rodentisida
Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas binatang
pengerat, contohnya adalah tikus. Contoh rodentisida adalah warangan
(senyawa arsen) dan thalium sulfat.
4. Herbisida
Herbisida adalah pestisida untuk membasmi tumbuhan liar atau gulma
pengganggu tanaman. Contohnya adalah amonium sulfonat, pentaklorefenol,
gramoxone dan totacol.
5. Fungisida
Fungisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas fungi
atau jamur. Contohnya adalah natrium dikromat, timbel (I) oksida, tembaga
oksiklorida dan carbendazim.
Selama 20 tahun (1973-1993) penggunaan pestisida di Indonesia terus
meningkat dan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran per satuan luas lebih
tinggi daripada tanaman pangan (Sastrosiswojo, 1990). Meskipun sistem
perlindungan tanaman telah menganut konsep Pengendalian Hama Terpadu

(PHT), namun dalam prakteknya banyak petani menggunakan pestisida terutama
insektisida secara tidak benar. Bahkan banyak petani yang masih menggunakan
insektisida yang telah dilarang (Suyatno, et al.,1994; Kartaatmadja et al., 1997).

10
Universitas Sumatera Utara

Dalam pengendalian OPT secara kimiawi, sebaiknya dipilih pestisida yang
memiliki sifat selektif, selektivitas pestisida adalah pengaruh maksimum suatu
jenis pestisida terhadap organisme sasaran, dengan pengaruh minimum terhadap
manusia, hewan, serangga berguna dan kualitas lingkungan hidup. Selektivitas
pestisida dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) selektivitas fisiologi dan
(2) selektivitas ekologi, yaitu selektivitas penggunaan pestisida yang berdasarkan
pada pengetahuan ekologi OPT. Contoh selektivitas ekologi: aplikasi pestisida
berdasarkan Ambang Ekonomi (Ambang Pengendalian) hama, penggunaan
pestisida sistemik, perlakuan benih dan sebagainya. Dengan demikian, pestisida
yang berspektrum lebar dapat digunakan secara selektif (selektivitas ekologi).
Namun demikian, dalam kaitan dengan Konsepsi PHT, yang diinginkan adalah
penggabungan keduanya, yaitu penggunaan pestisida selektif (fisiologi) dan
secara ekologi juga selektif.

Berdasarkan konsepsi PHT, pestisida hanya digunakan kalau memang
benar-benar diperlukan (sesuai dengan hasil pengamatan egroekosistem). Selain
itu, penggunaannya harus berhati-hati dan sekecil mungkin gangguannya terhadap
lingkungan. Secara umum, penggunaan pestisida harus mengikuti lima kaidah,
yaitu:
1. Tepat Sasaran
Tepat sasaran artinya OPT sasaran harus diketahui jenis (species) nya secara
cepat. Dengan demikian dapat ditentukan jenis pestisida yang tepat yang perlu
digunakan. Contoh: Apabila OPT yang menyerang adalah serangga, maka
dipilih insektisida. Apabila yang menyerang adalah tungau, maka dipilih
akarisida.

11
Universitas Sumatera Utara

2. Tepat Jenis
Setelah diketahui OPT sasaran yang akan dikendalikan dan jenis pestisida yang
sesuai, maka perlu dilakukan pemilihan jenis pestisida yang tepat. Contoh:
Untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura), digunakan insektisida
Lufenuron, Sihalotrin, dsb.

3. Tepat Waktu
Penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT harus dilakukan berdasarkan
hasil pemantauan/pengamatan rutin, yaitu jika populasi hama atau kerusakan
yang

ditimbulkannya

telah

mencapai

Ambang

Ekonomi

(Ambang

Pengendalian). Hal ini disebabkan karena keberadaan hama atau penyakit pada
pertanaman belum tentu secara ekonomis akan menimbulkan kerugian.
Penyemprotan pestisida dilakukan pada pagi hari tetapi sebaiknya dilakukan

pada sore hari, karena pada umumnya OPT (Khususnya serangga hama) pada
tanaman cabai aktif pada sore/malam hari.
4. Tepat Dosis/Konsentrasi
Dosis pestisida adalah banyaknya pestisida atau larutan semprot yang
digunakan dalam setiap satuan luas, sedangkan konsentrasi pestisida adalah
takaran pestisida yang harus dilarutkan dalam setiap liter air (bahan pelarut).
Daya bunuh pestisida terhadap OPT ditentukan oleh dosis atau konsentrasi
pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi yang lebih rendah atau lebih
tinggi daripada yang dianjurkan akan memacu timbulnya OPT yang resisten
terhadap pestisida yang digunakan.

12
Universitas Sumatera Utara

5. Tepat cara penggunaan
Keberhasilan pengendalian OPT ditentukan pula oleh cara penggunaan atau
penyemprotan pestisida. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan
penyemprotan pestisida adalah sebagai berikut :
a. Peralatan Semprot
Yang dimaksud dengan peralatan semprot adalah : sprayer, alat semprot, dan

alat pelindung keamanan penyemprotan. Sprayer yang baik adalah ukuran
butiran semprot berdiameter antara 100-150 mikron, sedangkan alat semprot
minimal memiliki tekanan sebesar 3 atmosfir, dan tidak bocor.
b. Keadaan Cuaca
Yang dimaksud dengan keadaan cuaca adalah intensitas sinar matahari,
kecepatan angin dan kelembaban udara. Penyemprotan sebaiknya dilakukan
jika keadaan cuaca cerah, kelembaban udara di bawah 70% dengan
kecepatan angin sekitar 4-6 km/jam.
c. Cara Penyemprotan
Cara penyemprotan yang baik dilakukan dengan cara tidak melawan arah
angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak sprayer
dengan bidang semprot atau tanaman sekitar 30 cm.
Pada umumnya OPT yang menyerang tanaman cabai adalah dari golongan
serangga, tungau dan cendawan. Dengan demikian, pestisida yang digunakan
adalah insektisida, akarisida dan fungisida. Insektisida dan akarisida selektif yang
digunakan hendaknya memiliki sifat selektivitas fisiologi. Sampai saat ini belum
banyak diketahui fungisida yang memiliki sifat selektivitas fisiologi. Oleh karena
itu penggunaannya dapat dilakukan dengan cara yang bersifat selektivitas ekologi.

13

Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Pupuk
Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman
seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila
jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu
filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency
level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun
rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally
friendliness) yang tinggi. Dampak negatif aplikasi pemupukan terhadap tanaman,
terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi
filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.
Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk
anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan
mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering
digunakan petani sayuran antara lain seperti :
1. ZA ( Zwavelzure ammoniak)
a. ZA mengandung + 21 % zat lemas
b. Mudah hancur dalam air
c. Agak mudah hanyut

d. Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan
e. Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan.
f. Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam

14
Universitas Sumatera Utara

2. Ureum atau Urea
a. Mengandung zat lemas 45%-46%
b. Mudah hancur dalam air
c. Agak mudah hanyut
d. Cepat pengaruhnya terhadap tanaman
e. Mudah menarik air dari dalam udara
f. Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah
g. Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran.
3. Sendawa Chili ( Chilisalpeter)
a. Mengandung zat lemas + 15%
b. Mudah hancur dalam air
c. Mudah hanyut akibat air hujan
d. Cepat pengaruhnya terhadap tanaman
e. Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah
menjadi padat.
f. Baik untuk tanaman sayuran.
4. DS ( Dubbel Super- Posphat)
a. Mengandung 34%- 38% asam phosphor.
b. Agak mudah hanyut dalam air
c. Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan
d. Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran

15
Universitas Sumatera Utara

5. Phosphat Cirebon
a. Mengandung asam phosphor 25%-28%
b. Tidak mudah hancur dalam air
c. Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di dalam
tanah (AAK, 1992).
Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan
anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar
dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk
mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air
dan eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang
berlebihan saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk
yang semakin meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan
menerapkan aplikasi pemupukan yang lebih efisien dan efektif.
Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku
(POB) atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara
spesifik lokasi (PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan
pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut.
Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang
dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan
hasil sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman
khususnya P dan K terutama di dataran rendah lahan kering belum tersedia,
sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan
rekomendasi penggunaan pupuk (Izhar, 2010).

16
Universitas Sumatera Utara

Kuantitas dan kualitas hasil cabe antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan
dan keseimbangan hara didalam tanah. Takaran pupuk anorganik dan pupuk
organik anjuran untuk tanaman cabai per hektar adalah 200 kg urea; 500 kg ZA;
300 kg SP-36; 300 kg KCl; 20 kg Borate dan pupuk kandang 15 ton serta dolomit
1,5 ton. Untuk lebih jelasnya anjuran penggunaan pupuk dapat dilihat pada Tabel
2.1 berikut:
Tabel 2.1. Takaran Pupuk Anjuran untuk Tanaman Cabai per Hektar
Jenis Pupuk

Waktu Pemberian
0 HST

30 HST

60 HST

Urea (kg)

50

50

100

ZA (kg)

100

200

200

SP-36 (kg)

300

-

-

KCL (kg)

50

100

150

-

20

-

Dolomit (ton)

1,5

-

-

Pupuk Kandang (ton)

15

-

-

Borate (kg)

Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2007
Pemberian pupuk anorganik dilakukan secara bertahap yaitu pada saat
tanam, umur 30 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam. Cara pemberian
pupuk anorganik diberikan dalam lubang/ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10
cm dari tanaman sedalam 15 cm kemudian lubang pupuk ditutup kembali dengan
tanah. Aplikasi dolomit bersamaan dengan pemberian pupuk kandang yaitu
seminggu sebelum tanam, dengan cara disebar secara nerata di atas bedengan atau
dimasukkan ke dalam lubang tanam.

17
Universitas Sumatera Utara

2.2.Landasan Teori
2.2.1. Sikap Petani
Menurut Ahmadi (1999), sikap dapat dibedakan sebagai berikut: sikap
positif, sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku
dimana individu itu berada. Dan sikap negatif, sikap negatif yaitu sikap yang
menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap
norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Pengukuran sikap dapat
dilakukan dengan menilai pernyataan seseorang. Sikap adalah keadaan diri dalam
manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial
dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di
lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk
merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu: (1) Menerima (receiving),
diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek), (2) Merespon (responding) dengan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelsaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap, (3) Mengharagai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
meendiskusikan dengan orang lain terhadap sesatu masalah merupakan suatu
indikasi sikap tingkat tiga, (4) Bertanggung jawab (responsible) terhadap segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi (Notoatmodjo, 2003).

18
Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Luas Lahan
Petani yang mengusahakan luas lahan yang lebih tinggi akan lebih mudah
merespon metode-metode penyuluhan pertanian karena mereka ingin memperoleh
hasil-hasil pertanian yang lebih meningkat dari sebelumnya. Petani yang sudah
lebih lama bertani memiliki pengalaman yang lebih banyak dari pada petani
pemula, sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil
keputusan terhadap anjuran penyuluh. Petani yang berusia lanjut berumur lebih
dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan
pngertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara
hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru
(Kartasapoetra, 1991).

2.2.3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadian dengan jalan membina potensi pribadinya, yang berupa rohani (cipta,
rasa dan karsa) dan jasmani (panca indra dan keterampilan). Pendidikan
meupakan hasil prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia, dan usaha
lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Cara pendidikan dapat
dilakukan secara formal maupun secara nonformal untuk meberi pengertian dan
mengubah perilaku. Pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam
membuka

wawasan

dan

pemahaman

terhadap

nilai

baru

yang

ada

dilingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah
untuk memahami perubahan yang terjadi dilingkungannya dan orang tersebut
akan menyerap perubahan tersebut apabila merasa bermanfaat bagi dirinya.

19
Universitas Sumatera Utara

Seseorang yang pernah mengenyam pendidikan formal diperkirakan akan lebih
mudah menerima dan mengerti tentang pesan-pesan yang disampaikan
(Budioro B, 2002).

2.2.4. Lama Berusaha Tani
Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh dalam menerima
inovasi dari luar. Lamanya berusaha tani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh
karena itu lamanya berusaha tani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak
melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat dilakukan hal yang baik untuk
waktu berikutnya (Anonimous, 2013).
Lama waktu berusaha tani seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut.
Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai
kemampuan

untuk

berusaha

tani.

Pengalaman

berusaha

tani

biasanya

dihubungkan dengan lamanya seseorang berusaha tani dalam bidang tertentu, hal
ini disebabkan karena semakin lama orang tersebut bekerja, berarti pengalaman
berusaha tani tinggi sehingga secara langsung akan mempengaruhi peningkatan
produksi (Suwita, 2011).

2.3.Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang sikap petani terhadap pemakaian pestisida dan pupuk
telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dengan daerah dan kondisi
yang berbeda-beda. Penelitian-penelitian tersebut dapat dipakai sebagai rujukan
yang relevan bagi penelitian ini. Untuk pemaparan selengkapnya dapat dilihat
dalam Tabel 2.2 berikut ini.

20
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
Peneliti/
Identifikasi MasalahMetode Analisis
Hasil Penelitian
Judul
otua
(2005)/ agaimana gambaran
Metode
yang 1. Pengetahuan
Pengetahuan, pengetahuan, sikap digunakan:
responden
tentang
Sikap,
dan tindakan petani Metode skor
pestisida
dan
Tindakan
dalam penggunaan likert
dan
penggunaannya
Petani Dalam pestisida terhadap deskiptif
sebagaian besar pada
Penggunaan
aktivitas
kategori sedang (76,6
Pestisida dan cholinesterase
%)
Aktivitas
dalam darah petani
2. Sikap
responden
Cholinesteras di desa Sempajaya
pestisida
dan
e Pada Darah Kecamatan
penggunaannya
di
Desa Berastagi
sebagian besar pada
Sempajaya
kategori sedang (70,0
Kecamatan
%)
3. Tindakan
responden
Berastagi
dalam
penggunaan
pestisida
sebagian
besar pada kategori
sedang (71,7).
4. Tingkat
keracunan
pestisida berdasarkan
aktifitas cholinesterase
dalam darah responden
sebagian besar (45,0
%)
pada
kategori
keracunan
ringan
dengan
persentase
aktifitas cholinesterase
50-74%.
Tengku (2014)/ 1. Bagaimana
Metode
yang 1. Petani di Kelurahan
Hubungan,
tingkat
sosial digunakan :
Maharatu mempunyai
Pengetahuan,
ekonomi,
Analisis
tingkat sosial ekonomi
Persepsi dan
pengetahuan,
korelasi,
rendah,
mempunyai
Perilaku
persepsi
dan Korelasi
tingkat
pengetahuan
Petani Dalam
perilaku petani Range
yang
tinggi
serta
Penggunaan
dalam
Spearman
mempunyai persepsi
Pestisida
penggunaan
dan pengetahuan yang
Pada
pestisida pada
baik
dalam
Lingkungan
Lingkungan di
penggunaan pestisida
di Kelurahan
Kelurahan
pada lingkungannya.
Maharatu
Maharatu Kota
2. Tingkat
Sosisal
Kota
Pekanbaru?
ekonomi berpengaruh
Pekanbaru
secara nyata terhadap
pengetahuan, persepsi
2. Bagaimana
dan perilaku petani.
hubungan
Persepsi dan perilaku

21
Universitas Sumatera Utara

uraida (2011)/ 1.
Faktor Yang
Berhubungan
Dengan
Tingkat
Keracunan
Pestisida
Pada Petani 2.
di
Desa
Srimahi
Tambun
Utara Bekasi

3.

4.

tingkat
sosial
ekonomi
pengetahuan,
persepsi
dan
perilaku petani
dalam
penggunaan
pestisida pada
Lingkungan di
Kelurahan
Maharatu Kota
Pekanbaru?
Bagaimana
Metode
yang
gambaran
digunakan :
tingkat
Analisis
keracunan
Bivariat dan
pestisida pada Univariat
petani di daerah
penelitian?
Bagaimana
gambaran faktor
internal
pada
petani meliputi
umur,
jenis
kelamin,
pendidikan,
pengetahuan,
sikap,
masa
kerja,
lama
kontak dan tata
cara petani di
daerah
penelitian?
Bagaimana
gambaran faktor
eksternal
(peralatan dan
perlengkapan
kerja pestisida)
petani di daerah
penelitian?
Adakah
hubungan
antara
faktor
internal
dan
eksternal
terhadap tingkat
keracunan

penanganan
risiko
pestisida
pada
lingkungan
cukup
baik, namun beberapa
hal masih potensial
sebagai masalah dan
sumber
pencemaran
oleh
penggunaan
pestisida.

1. Tingkat
keracunan
pestisida pada petani di
Desa
Srimahi
Kelurahan
Tambun
Utara
Kecamatan
Tambun Kota Madya
Provinsi Jawa Barat
Tahun 2011 sebesar
6,1%
2. Berdasarkan
faktor
internal
petani
responden terbanyak
petani dengan usia >=
55
tahun,
berpendidikan rendah,
lebih banyak petani
jenis kelamin laki-laki,
dengan lama bekerja ≥
5
tahun,
dengan
pengetahuan kurang,
namun
mempunyai
lama kontak yang
kurang, sikap yang
baik dan tata cara yang
baik.
3. Berdasarkan
penggunaan peralatan
dan perlengkapan kerja
dalam hal ini alat
pelindung
diri
mempunyai hasil yang
kurang baik
4. Tidak ada hubungan
antara faktor internal
terhadap
tingkat
keracunan petani dan

22
Universitas Sumatera Utara

petani di daerah
penelitian?

tidak ada hubungan
faktor
eksternal
terhadap
tingkat
keracunan petani.

2.4.Kerangka Pemikiran
Usahatani cabai adalah kegiatan yang banyak dilakukan petani cabai di
daerah Kabupaten Karo Khususnya Kecamatan Simpang Empat, Tiga Panah Dan
Barusjahe. Dalam pembudidayaan tanaman cabai, petani masih banyak
menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama, penyakit dan gulma.
Pestisida merupakan salah satu faktor produksi usaha tani tanaman cabai. Tujuan
petani menggunakan pestisida pada tanaman cabai karena petani menganggap
pestisida dapat mempertahankan produksi tanaman cabai mereka meski ada
serangan gulma dan serangga, untuk itu perlu menganalisis sikap petani tentang
pengetahuan penggunaan pestisida pada tanaman cabai.
Pupuk juga berperan dalam pembudidayaan tanaman cabai. Untuk
memberikan hasil panen yang bagus dan tinggi petani menggunakan pupuk yang
bagus dan cepat dalam memberikan pupuk. Salah satunya pupuk anorganik.
Pupuk digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan mudah diperoleh
di toko-toko pupuk.
Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani
cabai di dalam penggunaan pestisida dan pupuk. Adapun faktor-faktor pada
penggunaan pestisida yaitu pendidikan, luas lahan, dan lama berusaha tani.

23
Universitas Sumatera Utara

Sikap dan pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida dan pupuk
yang berlebihan masih dianggap tidak terlalu penting. Bagi petani kalau tidak
menggunakan pestisida, tanaman sayuran akan terkena penyakit dan hama. Begitu
juga dengan pupuk, kalau tidak menggunakan pupuk yang cepat mengahsilakn
panen maka sayuran tidak jadi (tidak memuaskan).
Secara sistematika kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Usahatani cabai

Sikap petani

Penggunaan Pupuk

Penggunaan Pestisida

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

- Luas Lahan

- Luas Lahan

Pestisida

- Lama Pendidikan
- Lama Berusahatani

Pestisida

Pupuk

- Lama Pendidikan

Pestisida

- Lama Berusahatani

Pupuk
Pupuk

Upaya
menanggulangi
penggunaan pestisida

Keterangan:
:

Menyatakan Hubungan

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran

24
Universitas Sumatera Utara

2.5.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, uraian penelitian terdahulu dan landasan
teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Aplikasi pestisida yang dilakukan petani pada tanaman cabai (Capsicum
annum L) tidak sesuai standar.
2. Aplikasi pupuk yang dilakukan petani pada tanaman cabai (Capsicum annum
L) tidak sesuai standar.
3. Sikap petani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman cabai (Capsicum
annum L) di daerah penelitian adalah positif.
4. Sikap petani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman cabai (Capsicum
annum L) di daerah penelitian adalah positif.
5. Luas lahan, lama pendidikan, dan lama berusahatani berpengaruh nyata
terhadap penggunaan pestisida pada tanaman cabai (Capsicum annum L).
6. Luas lahan, lama pendidikan, dan lama berusahatani berpengaruh nyata
terhadap penggunaan pupuk pada tanaman cabai (Capsicum annum L).
7. Ada upaya petani untuk menanggulangi penggunaan pestisida dan pupuk pada
tanaman cabai (Capsicum annum L) di daerah penelitian.

25
Universitas Sumatera Utara