Studi Deskriptif Pembakuan Tari Persembahan Dan Musik Pengiring Oleh Sanggar Singgasana Siak Dalam Konteks Budaya Melayu Riau

BAB II
TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MELAYU DI KOTA SIAK
2.1 Asal Usul Bangsa Melayu
Asal usul bangsa Melayu hingga saat ini masih kabur. Akan tetapi
beberapa sarjana Eropa seperti: Hendrik Kern (Belanda) dan Robert Von Heine
Geldern (Austria) telah melakukan penyelidikan secara kasar mengenai latar
belakang dan pergerakan masyarakat Melayu kuno. Teori mereka menyatakan
bahwa bangsa Melayu berasal dari kelompok austronesia yaitu kelompok
manusia yang berasal dari Yunann di China yang kemudian berhijrah dalam
bentuk beberapa gelombang pergerakan manusia dan akhirnya menduduki
wilayah Asia Tenggara.
2.1.1 Asal usul bangsa Melayu
Asal usul bangsa Melayu merupakan sesuatu yang sukar ditentukan,
walaupun terdapat beberapa kajian dilakukan untuk menjelaskan perkara ini,
tetapi kata sepakat antara sarjana belum dicapai. Secara amnya terdapat 2 teori
mengenai asal usul bangsa Melayu yaitu (a) bangsa Melayu berasal dari Yunan
(teori Yunann) , dan (b) bangsa Melayu berasal dari Nusantara (teori Nusantara).
Teori ini dibantu oleh beberapa sarjana R.H. Geldern. J. H. C Kern, J.R
Foster, J.R Logen, Slametmuljana dan juga Asmah Haji Omar. Secara
keseluruhannya, alasan-alasan yang menyokong teori ini adalah seperti: (a) kapak
tua yang mirip dengan kapak tua di Asia tengah di kepulauan Melayu. Perkara ini

menunjukan adanya migrasi penduduk dari Asia tengah ke kepulauan Melayu (b)
adat resam bangsa Melayu mirip kepada suku Naga di daerah Assam

Universitas Sumatera Utara

(berhampiran dengan sempadan India dengan Myanmar), (c) bahasa Melayu
adalah bahasa yang serumpun dengan bahasa yang ada di Kamboja. Lebih lanjut
lagi, penduduk di Kamboja mungkin berasal dari dataran Yunann dengan
menyusuri sungai Mekong. Perhubungan bangsa Melayu dengan bangsa Kamboja
sekaligus menandakan pertaliannya dengan dataran Yunann. Teori ini merupakan
teori yang populer karena diterima umum, contohnya dalam buku teks Pengajian
Malaysia adapun menyatakan “nenek moyang” orang Melayu berasal dari
Yunann.
Berdasarkan teori ini dikatakan orang Melayu datang dari Yunann ke
Kepulauan Melayu menerusi tiga gelombang yang utama, yaitu orang negrito,
Melayu-Proto, dan juga Melayu-Deutro. Gelombang pertama dikenali sebagai
Melayu-Proto yang berlaku kira-kira 2500 tahun sebelum masehi. Lalu kira-kira
dalam tahun 1500 sebelum masehi, datang pula gelombang kedua yang dikenal
sebagai Melayu-Deutro. Mereka mendiami daerah-daerah yang subur dipinggir
pantai dan tanah lembah Asia Tenggara. Kehadiran mereka ini menyebabkan

orang-orang Melayu-Proto seperti orang – orang jakun, mahmeri, jahut, temuan,
biduanda, dan beberapa kelompok kecil yang lain berpindah ke kawasan
pedalaman. Justru itu, Melayu-Deutro ini merupakan masyarakat Melayu yang
ada pada masa kini.

2.1.1.1 Teori Yunann
a. Orang Negrito

Universitas Sumatera Utara

Orang Negrito merupakan penduduk paling awal di kepulauan Melayu,
dan dipercayai berasal daripada golongan austronesia di Yunann. Mereka
dikatakan berada disini sejak 1000 SM berdasarkan adanya arkeologi di Gua Cha,
Kelantan. Ciri-ciri dari orang negrito adalah berkulit gelap, berambut keriting,
bermata bundar, berhidung lebar, berbibir penuh, berbadan pendek, keturunannya
orang asli di semenanjung Malaysia, Dayak di Serawak dan Batak di Sumatera.
Menurut pendapat Asmah Haji Omar sebelum perpindahan penduduk dari
Asia belaku, kepulauan Melayu (Nusantara) ini telah ada penghuninya yang
kemudian dinamai sebagai penduduk asli, ada ahli sejarah yang mengatakan
bahwa mereka yang tinggal di semenanjung tanah Melayu ini dikenal sebagai

orang negrito. Orang negrito ini diperkirakan telah ada sejak tahun 8000 SM.
Mereka tinggal di dalam gua dan mata pencaharian mereka adalah berburu
binatang. Alat perburuan mereka dibuat daripada batu dan pada zaman ini disebut
sebagai zaman Batu Pertengahan. Di Kedah sebagai contoh: pada tahun 5000 SM
yaitu pada zaman paleolit dan mesolit, telah didiami oleh orang austronesia yang
menurunkan orang negrito, Sakai, Semai dan sebagainya.
b. Melayu-Proto
Asal yang kedua ialah Melayu-Proto. Berdasarkan pendapat yang
mengatakan bahwa orang Melayu ini berasal dari Asia Tengah, perpindahan
tersebut (yang pertama) diperkirakan pada tahun 2500 SM. Mereka ini kemudian
dinamai sebagai Melayu-Proto, peradaban orang Melayu-Proto ini lebih maju
sedikit daripada orang negrito. Orang Melayu-Proto telah pandai membuat alat
bercocok tanam, membuat barang pecah belah, dan alat perhiasan kehidupan

Universitas Sumatera Utara

mereka berpindah ranah. Zaman mereka ini disebut Neolitik atau Zaman Batu
Baru.
c. Melayu-Deutro
Kumpulan ketiga dikenali sebagai Melayu-Deutro. Perpindahan penduduk

yang kedua dari Asia yang dikatakan dari daerah Yunann diperkirakan berlaku
pada tahun 1500 SM. Mereka dinamai Melayu-Deutro dan telah mempunyai
perdaban yang lebih maju daripada Melayu-Proto. Melayu-Deutro telah mengenal
kebudayaan logam. Mereka telah menggunakan alat perburuan dan pertanian
daripada besi. Zaman mereka ini dinamai dengan Zaman Logam. Mereka hidup
ditepi pantai dan menyebar hampir diseluruh kepulauan Melayu ini.
Kedatangan

orang

Melayu-Deutro

ini

dengan

sendirinya

telah


mengakibatkan perpindahan orang Melayu-Proto kepedalaman sesuai dengan cara
hidup mereka yang berpindah ranah. Berlainan dengan Melayu-Proto, MelayuDeutro ini hidup secara berkelompok dan tinggal ditepi pantai, hidup sebagai
nelayan dan sebagian lagi mendirikan kampung dekat dengan sungai dan lembah
yang subur. Hidup mereka sebagai petani dan memburu binatang. Orang MelayuDeutro ini telah pandai bermasyarakat. Mereka biasanya memilih seorang ketua
yang tugasnya sebagai ketua pemerintahan dan sekaligus ketua agama yang
mereka anut ,yaitu animisme.
Keturunan orang Melayu di Malaysia dikatakan lebih bijak dan mahir
daripada Melayu-Proto. Bijak dalam bidang astronomi, pelayaran, dan bercocok
tanam. Jumlah merekapun lebih banyak daripada Melayu-Deutro. Mereka
menduduki kawasan pantai dan lembah di Asia tenggara. Orang ini, kumpulan

Universitas Sumatera Utara

pertama dan kedua yang dikenal sebagai austronesia. Bahasa- bahasa yang
terdapat di Nusantara sekarang berpuncak daripada bahasa austronesia ini.
2.1.1.2 Teori Nusantara
Teori ini didukung oleh sarjana-sarjana seperti J. Crawfurd, K. Himly, Sutan
Takdir Alisjahbana dan juga Gorys Keraf. Teori ini adalah disokong dengan
alasan-alasan seperti dibawah ini:


1) Bangsa Melayu dan bangsa Kawa mempunyai peradaban yang tinggi.
Pada abad ke 19, taraf ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan
budaya yang lama. Perkara ini menunjukan oarng Melayu tidak berasal
dari mana-mana, tetapi berasal dan berkembang di Nusantara.

2) K. Himly tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa bahasa
Melayu serumpun dengan bahasa Champa. Baginya persamaan yang
berlaku di kedua-dua bahasa adalah salah satu fenomena “ambilan”.

3) Manusia kuno homo soloinensis dan homo wajakensis terdapat di pulau
Jawa. Penemuan manusia kuno ini di pulau Jawa menunjukan adanya
kemungkinan orang Melayu itu keturunan daripada manusia kuno tersebut
yakni berasal daripada Jawa dan mewujudkan peradaban bersendirian.

4) Bahasa di Nusantara (bahasa austronesia) mempunyai perbedaan yang
ketara dengan bahasa di Asia Tengah (bahasa Indo- Eropa).

2.2 Mata Pencaharian
NO.


Bidang Pekerjaan

2009

2010

2011

Universitas Sumatera Utara

1.

Pertanian

5.225

68.018

69.586


2.

Industri

16.618

16.162

16.150

3.

Kontruksi

2.939

874

112


4.

Perdagangan

21.222

26.084

700

5.

Transportasi,

5.872

7.326

464


922

1.268

4.796

13.168

19.983

1.233

Pergudangan

dan

Komunikasi
6.

Keuangan


7.

Jasa Kemasyarakatan

Tabel-1 Mata Pencaharian di Kabupaten Siak.

Sumber: Statistik Kabupaten Siak 2009-2011

Jika dilihat bidang pekerjaan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sektor
pertanian, industri merupakan komposisi pekerjaan yang paling banyak digeluti
oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena wilayah ini memang merupakan
daerah yang memiliki potensi pertanian dan industri yang besar seperti adanya
perkebunan kelapa sawit, sedangkan dibidang industri terdapat industri kertas
(Indah Kiat), industri minyak (Chevron dan BOB) serta industri minyak sawit
mentah (MSM/CPO) dengan jumlah PKS sebanyak 14 unit dengan kapasitas
terpasang 610 ton TBS perjam.

Sementara pekerjaan pada sektor keuangan juga mengalami perkembangan
yang cukup pesat hal ini disebabkan oleh bermunculannya lembaga keuangan baik
bank dan non bank. Namun dari sektor perdangangan menunjukkan adanya data
yang kurang akurat. Tidak akuratnya data pada bidang tertentu tidak terlepas dari
kurangnya minat pencari dan yang bekerja untuk melapor ke dinas dan instansi

Universitas Sumatera Utara

terkait dan hal ini menjadi keluhana juga bagi Bupati karena berakibat pada sulit
dalam menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran.

2.3 AGAMA

NO

AGAMA

2009

2010

2011

1.

ISLAM

312.089

324.804

355.365

2.

KATHOLIK

4.903

5.333

6.197

3.

HINDU

227

226

170

4.

BUDDHA

3.866

4.142

4.574

5.

KONGHUCU

-

-

291

6.

KRISTEN

44.991

53.551

61.141

7.

ALIRAN KEPERCAYAAN

-

-

153

Tabel-2 Agama yang dianut di daerah Kabupaten Siak.

Sumber: Statistik Kabupaten Siak 2009-2011

Pemeluk agama Islam merupakan mayoritas di daerah kabupaten Siak,
namun hubungan antar umat beragama telah terjalin dengan harmonis, saling
menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lainnya. Jika dilihat dari
aspek pertumbuhan penduduk dari tahun 2009 ke 2011, maka pemeluk agama
Islam tumbuh sebanyak 13,87%, Khatolik sebanyak 26,39%, Kristen sebanyak
35,90% dan Budha sebanyak 18,31%. Peningkatan pertumbuhan penduduk yang

Universitas Sumatera Utara

beragama Khatolik dan Kristen yang tinggi tersebut tidak lerlepas dari ramainya
pencari kerja yang datang dari Provinsi Sumatra Utara. Sementara pertumbuhan
penduduk yang beragama Budha dipengaruhi oleh ramainya perpindahan
penduduk antara kabupaten yang memanfaatkan potensi pasar (sebagai pedagang)
terutama China.

2.4 Bahasa

Riau merupakan negeri pusat perkembangannya budaya dan sastra melayu.
Dari negeri inilah berkembang baahasa Melayu Riau yang merupakan pokok dari
bahasa-bahasa negeri-negeri di Nusantara. Sebut saja Indonesia, Malaysia,
Singapuura, Brunei Darussalam dan negeri-negeri lainnya.
Perkembangan bahasa dan sastra Melayu mencapai puncak kejayaannya
pada masa kerajaaan Riau-Lingga yang diangkat dan dikembangkan oleh Raja Ali
Haji di pulau Penyengat. Dari pulau Penyengatlah bahasa Melayu itu menjadi
gemilang di negeri Nusantara.
Bahasa Melayu Riau ada sejak dahulu kala, perkembangannya semakin
cemerkang mana kala dibukanya ada banyak nya bandar-bandar bau di negeri ini
seiring berkembangnya kerajaan-kerajaan melayu yang terdapat di negeri ini
seperti: Kerajaan Siak, Kerajaan Pekan Tua, Kerajaan Pelalawan, Kerajaan
Indragiri, Kerajaan Kandis, Kerajaan Rokan, Kerajaan Kampar, Gunung Sahilin,
Kuntu Darussalam dan lain-lain.
Pada hakikatnya, pengucapan bahasa Melayu Riau sama dengan bahasa
Indonesia sekarang. Masyarakat, para cendiakawan, tokoh, raja ataupun sultan
yang memerintah negeri ini pun juga demikian.

Universitas Sumatera Utara

Dialek Melayu Riau dengan bahasa pergaulan dalam masyarakat sama
dengan dialek Johor-Riau kini menjadi asas kepada pembentukan bahasa Melayu
standar di Malaysia.


Ciri utama dialek ini adalah akhiran ‘a’ untuk kata-kata yang diadotasi dari
perkataan Indonesia dikekalkan atau tidak diubah seperti sebutan asal:
Anda- disebut Anda
Merdeka-disebut Merdeka



Bunyi akhiran ‘r’ dihilangkan pada kata-kata, seperti berikut:
Besar- disebut Besa (dengan sebutan a yang betul)
Lebar-disebut Leba (dengan sebutan a yang betul)
Sabar- disebut Saba (dengan sebutan a yang betul)



Bunyi ‘o’ digunakan menggantikan kata-kata yang berakhir dengan
sebutan ‘ur’
Tidur-disebut Tido
Telur-disebut Telo



Pengguguran (dihilangkan) bunyi ‘r’ ditengah kata sebelum huruf
konsonan seperti berikut:
Kerja- disebut Keja (a menjadi sebutan ě)
Pergi- disebut Pegi
Berjalan- disebut Bejalan

Universitas Sumatera Utara

Bagaimanapun terdapat variasi kecil di dalam dialek ini mengikut
kawasan-kawasan tertentu. Di Provinsi Riau (Riau daratan) bahasa Melayu Riau
dapat dibedakan menjadi dialeg Riau pesisir dan dialeg Riau pedalaman.
Yang perlu diketahui, bahasa Melayu di Riau daratan sebetulnya tidak
kenal dengan kata “dang” atau “do”, misalnya : “wuiih.. mantap dang!” atau
“Bukunya tak ada do..” kata- kata tersebut berasal dari bahasa Minang yang
dibawa oleh para perantau minang ke Riau. Sehingga kata-kata itu ikut terserap di
dalam bahasa masyarakat dan generasi mudanya.
Di Kabupaten Siak, sama dengan bahasa Melayu di Bengkalis, selain
banyak terdapat kata-kata yang berakhiran ‘e’ lemah juga cukup banyak kata-kata
yang berakhiran ‘o’. Di Siak juga pernah ada kerajaan Siak yang merupakan
kerajaan Melayu Islam terbesar di Sumatera yang turut andil dalam
mengembangkan tradisi, adat-istiadat, budaya dan bahasa Melayu secra luas
keseluruh pelosok-pelosok negeri-negeri yang yang di bawah naungan kerajaan
Siak, seperti Siak, Bengkalis, Rokan, Pekanbaru, dan Kampar. Jika di Bengkalis
dan Siak juga terdapat perubahan kata-kata sapaan tertentu, contoh: “Kamu
=Miko “.
2.5 Sistem Kekerabatan
Masyarakat di tanah Riau mengikuti garis keturunan laki-laki. Penduduk
Riau sangat menjunjung tinggi kesopanan bersikap antar manusia walaupun
sistem kekerabatannya tidak mengenal adanya kasta secara umum. Namun
terdapat juga keturunan yang lebih dihormati dan disegani masyarakat yaitu
keturunan anak dukun besar, Tetua Adat. Jabatan ini dihargai karena memiliki

Universitas Sumatera Utara

ilmu gaib yang tidak semua orang mendapatkannya. Ilmunya itu hanya diturunkan
ke anak laki-laki/ keponakan laki-laki segaris keturunan, jadi dalam hal ini orang
yang bukan merupakan kerabat dekat anak dukun besar tidak akan meneruskan
ilmu tersebut.
Tempat pertemuan adat disebut dengan surau dengan ketua adat atau
dalam istilah Islamnya disebut Islam atau Kalipah. Kalipah juga diteruskan secara
turun-temurun sehingga bersifat tertutup untuk orang lain yang bukan keturunan
Kalipah menjadi seorang Kalipah. Hal ini dianut masyarakat Melayu Riau yang
masih berlokasi di dusun atau biasa disebut dengan kecamatan.

2.6 Kesenian
Berbagai bentuk dan jenis kesenian yang terdapat di Riau, yaitu teater, tari,
musik, nyanyian, dan sastra. Para penghayat kesenian di perkotaan umumnya
merasa asing terhadap kesenian tradisional. Oleh karena itu, diperlukan
penghubung yang apresiatif dengan memperkenalkan segala jenis dan bentuk
kesenian tradisional di perkotaan. Dengan demikian, kesenian kontemporer yang
tumbuh, hidup, dan berkembang di perkotaan akan mempunyai fondasi yang
kokoh dan ranggi dalam memberikan sumbangan bagi kesenian nasional.

2.6.1 Sejarah Kesenian Melayu-Riau
Satu dasawarsa menjelang abad ke-20, berdiri Rusydiah Klub, suatu
perkumpulan untuk para cendekiawan, sastrawan, dan budayawan. Perkumpulan

Universitas Sumatera Utara

ini berdiri di Riau, tepatnya di Pulau Penyengat yang pada waktu itu menjadipusat
pemerintahan Kerajaan Riau Lingga. Pada hakekatnya, perkumpulan ini
merupakan lembaga kebudayaan yang mencakup kesenian, pertunjukan, dan
sastra. Kegiatannya bermula dari peringatan hari-hari besar Islam, seperti
MaulidNabi, Isra-Mikraj, Nuzulul Quran, Idul Fitri, Idul Adha dan lain-lain yang
kemudian berkembang sampai pada penerbitan buku-buku karya anggota
perkumpulan. Semua kegiatan ditunjang oleh sarana kerajaan yang berupa
perpustakaan Kutub Khanah Marhum Ahmadi dan dua buah percetakan huruf
Arab-Melayu, yaitu Mathba‘at al Ahmadiyah dan Mathba‘at al Riauwiyah.
Rusydiah Klub merupakan perhimpunan cendekiawan pertama di
Indonesia. Perkumpulan ini tidak disebut dalam sejarah nasional, karena kurang
telitinya pengumpulan bahan sejarah, atau mungkin karena tidak adanya masukan
dari pihak yang banyak mengetahui tentang hal itu. Rusydiah Klub meninggalkan
pusaka kreativitas berupa buku-buku sastra, agama, sejarah, dan ilmu bahasa yang
amat berharga. Jika Riau pada masa lalu sanggup menyediakan fasilitas bagi
kegiatan seni dan sastra, seharusnya Riau pada masa kini mampu menyediakan
fasilitas yang lebih baik lagi.
Riau sejak dahulu sudah menjadi daerah lalu lintas perdagangan negaranegara tetangga, sehingga Riau melahirkan sosok dan warna budaya yang
beragam. Hal ini merupakan beban, sekaligus berkah historis-geografis. Riau
seakan-akan merupakan ladang perhimpunan berbagai potensi kesenian, yang di
dalamnya terdapat pengaruh kebudayaan negara-negara tetangga dan kebudayaan
daerah Indonesia lainnya. Kesenian Melayu Riau sangat beragam, karena
kelompok-kelompok kecil yang ada dalam masyarakat juga berkembang.
Perbedaan antara Riau Lautan dan Riau Daratan menunjukkan keanekaragaman

Universitas Sumatera Utara

kesenian di Riau. Hal ini sekaligus sebagai ciri khas Melayu Riau, karena dari
pembauran kelompok-kelompok itu pandangan tentang kesenian Riau terbentuk.
Kenyataan menunjukkan, kesenian di Riau dan kesenian di negara-negara
berkebudayaan Melayu seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam
saling mengisi dan saling mempengaruhi. Demikian pula dengan daerah-daerah
berkebudayaan Melayu seperti Deli, Langkat, Serdang, dan Asahan di Sumatera
Utara, Jambi, Kalimantan Barat, dan lainnya, juga terpengaruh kebudayaan
Minangkabau, Mandailing, Bugis, dan Jawa. Kebudayaan yang datang dari luar
Indonesia seperti India (Hindu-Budha), Arab (Islam), Cina, dan Siam juga turut
mempengaruhi. Kelenturan kebudayaan Melayu tersebut sejalan dengan
perkembangan sejarah dan letak geografis Riau, sehingga menjadikan Riau sangat
kaya dengan ragam ekspresi kesenian. Perkembangan kebudayaan Melayu di Riau
itu pada gilirannya dapat memperkaya kebudayaan nasional. Namun sayangnya
tidak sedikit cabang kesenian Melayu Riau yang semakin suram dan kurang
mendapat perhatian. Bentuk-bentuk kesenian ini hanya muncul dalam acara
seremonial, seperti pada waktu ulang tahun atau ketika ada kunjungan pejabat.

2.6.2 Perkembangan Kesenian Di Riau
Kesenian Riau tumbuh, hidup, dan berkembang di pedalaman, di desadesa terpencil, juga di kota-kota. Kesenian yang tumbuh dan hidup di pedalaman
kurang berkembang dan tidak menyebar karena terkurung dalam lingkungannya.
Masyarakat mengenal kesenian ini bukan semata-mata sebagai hiburan, tetapi
dikaitkan dengan kepercayaan dan bersifat spiritual yang difungsikan sebagai
penghubung antara manusia di alam nyata dengan penguasa di alam gaib.

Universitas Sumatera Utara

Kesenian Riau di kota didukung oleh para pelajar, mahasiswa, dan
seniman masa kini, sehingga dapat berkembang. Perkembangan ini menghasilkan
kesenian

kreasi

baru

yang

menyadap

kesenian

tradisional

dan

memodifikasikannya dengan landasan budaya setempat. Jenis kesenian ini dapat
diketahui dengan melihat sentuhan budaya nasional di dalamnya. Kesenian kreasi
baru jenis tari dan teater kontemporer tampaknya menunjukkan nilai seni yang
beragam pula. Misalnya Sendratari Lancang Kuning mengandung nilai tarian
Zapin, Cik Masani diangkat dari gerak tari Makyong, Hang Tuah memanfaatkan
beberapa gerak tari Melayu lama. Demikian pula dengan garapan baru dari
beberapa teater rakyat seperti Gubang, Makyong, Mendu, dan Bangsawan.
Garapan musik kreasi baru belum begitu intens dikerjakan, meskipun bentuk
ghazal dan orkes Melayu masih hidup di beberapa tempat. Padahal lagu-lagu
Melayu lama masih terus dinyanyikan secara luas. Bagaimanapun juga lagu-lagu
Melayu lama ini lebih dikenal di desa-desa daripada di kota-kota.
Sikap masyarakat kota di Riau tidak seperti sikap masyarakat Sumatera
Barat terhadap lagu-lagu tradisionalnya. Seniman-seniman Padang dan sekitarnya
banyak yang masih menggarap lagu-lagu daerah mereka dengan penuh gairah,
bahkan lagu-lagu Melayu juga digarap. Dengan kemajuan yang mereka capai,
lagu-lagu Melayu sudah menjadi seperti lagu Minang. Di Riau sendiri orang
kurang peduli terhadap warisan lagu-lagu lama Melayu. Agaknya sejarah
kebudayaan menghendaki budaya Melayu dinikmati dan dimanfaatkan oleh sukusuku lainnya di negeri ini, seperti halnya kebudayaan Melayu diperkokoh oleh
pengaruh-pengaruh yang tersaring dari mana saja.

Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Jenis-Jenis Kesenian Riau
Salah satu kesenian Riau adalah teater. Teater merupakan sebuah karya
seni yang kompleks, karena di dalamnya juga terdapat unsur-unsur kesenian lain.
Di beberapa desa dan kota di Riau masih dijumpai jenis-jenis teater klasik. Bentuk
kesenian ini semakin berkembang dan kokoh setelah mendapat kesempatan
memasuki istana, sehingga bentuknya kemudian menunjukkan ciri-ciri istana yang
berbeda dengan wujud awalnya sebagai kesenian rakyat. Hal ini karena saat
memasuki istana, penampilan teater Makyong, Mendu, Mamanda, dan Bangsawan
diperhalus.
Seni tari yang muncul dalam teater Mendu berupa tarian Ladun, Jalan
Kunon, Air Mawar, Beremas, dan Lemak Lamun. Seni tari yang muncul dalam
Makyong berupa tarian Selendang Awang, Timang Welo, Berjalan Jauh, dan
tarian penutup berupa tarian Cik Milik. Dalam Bangsawan juga terdapat tari-tari
hiburan seperti Jula-Juli, Zum Galiga Lizum, Mak Inang Selendang, dan jenisjenis langkah Zapin.
Seni suara merupakan napas pertunjukan Mendu, Makyong, dan
Bangasawan. Dalam Mendu terdapat lagu Lakau, Ladun, Madah, Air Mawar,
Lemak Lamun, Tala Satu, Ayuhai, Nasib, dan Tala Empat. Dalam Makyong
terdapat nyanyian seperti Cik Milik, Timang Bunga, Selendang Awang, Awang
Nak Beradu, Puteri Nak Beradu, dan Dondang Di Dondang. Dalam Bangsawan
terdapat nyanyian seperti Berjalan Pergi, Lagu Stambul Dua, Dondang Sayang,
Nyanyi Pari, Nasib, dan lain-lain.
Alat-alat musik yang dipakai dalam pertunjukan Mendu ialah gendang
panjang, biola, gung, beduk, dan kaleng kosong, sedangkan dalam pertunjukan

Universitas Sumatera Utara

Makyong digunakan nafiri, gendang, gung, mong, breng-breng, geduk-geduk, dan
gedombak. Dalam bangsawan dipakai peralatan orkes Melayu lengkap.
Pertunjukan Mendu dan Makyong sangat mengandalkan upacara yang bersifat
ritual seperti buka tanah dan semah. Dalam upacara ini digunakan mantra dan
serapah.

Universitas Sumatera Utara