Studi Deskriptif Pembakuan Tari Persembahan Dan Musik Pengiring Oleh Sanggar Singgasana Siak Dalam Konteks Budaya Melayu Riau

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dari penjajahan bangsa
Belanda dan Jepang. Pulau Sumatera sejak tahun 1945 sampai tahun 1957 terbagi
ke dalam 3 provinsi yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah,
dan Provinsi Sumatera Selatan. Suku bangsa Melayu tersebar di dunia ini. Adapun
suku Melayu di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri dari: Melayu
Tamiang, Melayu Jambi, Melayu Riau, Melayu Bengkulu, namun di Sumatera
Utara ada etnis melayu yang asli, yakni Melayu Langkat, Melayu Deli Serdang,
Melayu Asahan dan Melayu Labuhan Batu.
Melayu Riau adalah salah satu dari banyak rumpun Melayu yang ada di
nusantara. Wilayah kediaman mereka yang utama adalah di Riau kepulauan,
sebagian besar di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaru
yang merupakan kekuatan kerajaan Riau di masa lampau.
Riau merupakan sebuah keresidenan yang disebut Residen Riau, di bawah
Provinsi Sumatera Tengah yang terdiri dari 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten
Kepulauan Riau, Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri, dan

Kabupaten


Bengkalis. Pada saat itu, Pekanbaru merupakan Kotapraja setingkat Kewedanaan.
Riau merupakan sebuah provinsi yang lahir pada tanggal 9 Agustus 1957,
terpisah dengan Provinsi Sumatera Tengah. Penduduk yang mendiami Provinsi
Riau, awalnya adalah mayoritas suku Melayu mempunyai adat resam dan tradisi
yang turun-temurun. Namun pada masa sekarang suku-suku lain juga telah
bermukim di Riau, seperti etnik: Minangkabau, Jawa, Batak, Aceh, dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakatnya,
sehingga adat dan budaya Melayu Riau adalah adat bersendikan syarak dan
kitabullah 1. Dengan demikian, maka kehidupan masyarakat Melayu Riau berakar
dari nilai-nilai agama Islam.
Masyarakat Melayu Riau adalah masyarakat terbuka semenjak dari zaman
Kerajaan Melayu yang memerintah negeri ini. Wilayah Riau secara geografis
terletak dipersimpangan antara Timur dan Barat di Selat Melaka dan Laut Cina
Selatan. Pengaruh inilah yang menyebabkan masyarakat Melayu menghargai
orang-orang yang datang dan berkunjung ke negeri Riau.
Mereka yang datang dan berkunjung ke negeri Riau sejak dari zaman
dahulu sampai sekarang ini sangat disanjung dan di hormati serta diterima dengan

hati yang lapang. Untuk menggambarkan hal ini maka dalam ungkapan Melayu
dikatakan:
Apa tanda Melayu sejati,
Ikhlasnya tidak terbelah bagi,
Relanya tidak dapat dibeli.
Apa tanda Melayu terbilang,
Hati ikhlas muka belakang,
Apa tanda Melayu beradat,
Ikhlas bergaul sesama umat,
Berkorban pantang diingat-ingat,
Menolong orang tiada mengupat
1

Filosofi adat melayu bersendikan hukum syara’ , hukum Syara’ bersendikan kitabullah
secara harafiah dapat diartikan bahwa adat Melayu bersendikan hukum agama dan hukum agama
bersendikan Alquran. Dengan demikian, hukum adat secara tidak langsung seharusnya juga
bersumber kepada Alqur’an. (Iswara NR/ensi/18/12-2009, dalam Luckman Sinar, Tanpa Tahun.
Bangun dan runtuhnya kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan: Tanpa nama penerbit).

Universitas Sumatera Utara


(Jamil, 2009:9).
Sama dengan suku-suku yang lain yang ada di Indonesia, masyarakat
Melayu Riau juga memiliki beberapa bidang kesenian. Hal ini menjadi identitas
tersendiri terhadap suku ini. Suku Melayu Riau memiliki seni tari, seni musik dan
seni rupa. Letak geografis dan kebiasaan pola hidup sangat mempengaruhi
kesenian mereka. Salah satu contohnya adalah Tari Makan Sirih. Tarian ini
terdapat di berbagai tempat di dalam kebudayaan Melayu, seperti di Tamiang
Aceh, Langkat, Deli, Serdang, Asahan, Kotapinang, Kualuh, Panai, dan juga di
Riau sendiri. Namun demikian di berbagai tempat itu terdapat variasi-variasi
gerak dari Tari Makan Sirih.
Menurut pendapat para informan, nama Tari Makan Sirih bisa juga disebut
dengan nama Tari Persembahan. Ada pula yang mengatakan TariPersembahan
adalah sebagai bentuk pengembangan dari Tari Makan Sirih.
Di

kawasan

Riau,


berdasarkan

pemikiran

bagaimana

sebaiknya

menghormati tamu yang berkunjung, yang harus disambut dengan hati yang tulus,
maka O.K. Nizami Jamil bersama Johan Syariffudin mengubah sebuah tari untuk
dipersembahkan pada penyambutan tamu yang dihormati dengan diberi nama Tari
Persembahan. Tari Persembahan yang berawal mula dari Tari Makan Sirih yang
telah diciptakan pada tahun 1957, didasari adat budaya Melayu Riau yang selalu
menghormati dan memuliakan para tetamu yang datang berkunjung.
Tarian ini merupakan tarian adat yang khusus ditarikan pada acara
penyambutan tetamu yang dihormati atau diagungkan dengan mempersembahkan
tepak sirih berisi sirih pinang yang lengkap, dan bagi tetamu yang disuguhkan
tepak sirih tersebut haruslah mengambil dan memakan sirih sebagai tanda ikhlas
datang ke negeri atau ke tempat yang dikunjungi.


Universitas Sumatera Utara

Sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Melayu Riau selalu
memuliakan tamu yang datang berkunjung, baik dalam rumah tangga maupun
dalam suatu acara pertemuan adat. Tepak sirih yang menjadi perlambang Adat
Melayu juga digunakan sebagai alat properti Tari Persembahan dalam rangka
penyambutan tamu yang dihormati. Isi dari tepak sirih yang harus dilengkapi
adalah: 1. Daun sirih secukupnya, 2. Kapur sirih, 3. Gambir, 4. Pinang, 5.
Tembakau dan 6. Sebuah kacip.
Untuk membina adanya keseragaman, baik gerak, tata cara maupun busana
serta aksesoris tarian ini, maka menurut penjelasan dari pengubahnya yaitu O.K.
Nizami Jamil dan Johan Syariffudin sudah sewajarnya dilakukan pembakuan.
Adapun beberapa hal yang dibakukan adalah gerak tari, pola lantai, busana, tata
rias dan tata cara menyuguhkan tepak sirih. Selain itu hal-hal yang menyebabkan
pembakuan tari persembahan adalah agar tetap sesuai dengan pakem adat Melayu
Riau untuk menghindari gerak yang sudah terlalu jauh dengan pakem dan rasa
kesatuan tinggi yang ingin ditunjukkan oleh masyarakat Melayu Riau. Apalagi hal
ini didukung oleh masyarakat, pemerintah, dan Lembaga Adat Melayu Riau
(LAMR). Tari Persembahan yang ditetapkan Lembaga Adat Melayu akan
menjadi acuan di seluruh Kepulauan Riau terbukti dengan tersebarnya video

compact player di sekolah-sekolahdan sanggar-sanggar. Tari Persembahan ini
juga sudah diaplikasikan di kehidupan sosial dan budaya.
Sejak awal tarian ini diciptakan telah banyak mengalami penyesuaian yang
dilakukan para seniman tari bersama-sama dengan pencipta, sehingga terbentuk
sebagaimana yang disaksikan saat ini. Tari persembahan itu dirangkai dengan
gerak lenggang Melayu Patah Sembilan dan mempergunakan rentak langgam
Melayu dengan Lagu Makan Sirih. Sehubungan dalam kehidupan orang Melayudi

Universitas Sumatera Utara

kenal sebagai sebuah tradisi yang disebut dengan berkapur sirih, yaitu tradisi
makan sirih yang diramu dengan kapur dan pinang. Tradisi makan sirih
merupakan warisan budaya yang sudah lebih dari 300 tahun yang lampau hingga
saat ini.Seperti bait lagu Makan Sirih berbunyi demikian:
Makanlah sirih ujung-ujungan aduhai lah sayang,
Kuranglah kapur tambahlah ludah,
Hidupkan ini untunglah untungan aduhailah sayang,
Seharilah senang seharilah susah.
Busana yang dipakai oleh penari tari persembahan adalah baju kebaya
laboh cekak musangmemiliki kerah yang berdiri. Bahan baju sebaiknya dari bahan

tenunan Siak yang bermotif tradisional. Mengenai baju kebaya wanita Melayu
bagian dalamnya harus jatuh sedikit ke bawah lutut dan kain sedikit di bawah
mata kaki (Luckman Sinar, 1984:20). Busana yang dipakai pun tidak boleh sempit
dan tidak boleh transparan.
Tari persembahan ditarikan oleh tujuh orang perempuan dan tidak
membatasi umur. Penari terpilih sebagai penari utama yang membawa dan
menyuguhkan tepak sirih didampingi oleh dua gading-gading 2di sebelah kanan
dan kiri, diikuti oleh penari lainnya dua di kanan dan dua di kiri.
Tari ini di awali dengan masuknya empat orang dayang-dayang yang
mengawali tarian dan membuat gerakan sembah setelah mengambil posisi.
Setelah itu empat dayang-dayang menyambut kedatangan penari lainnya yaitu
satu orang pembawa tepak dan dua orang gading-gading. Setelah itu penari
melakukan ragam dua sampai ragam delapan belas. Setelah selesai Tari

2

Gading-gading adalah seorang perempuan muda berusia sekitar 10-15 tahun, yang dalam
konteks upacara perkawinan selalu menjadi pengiring atau pendamping pengantin perempuan.

Universitas Sumatera Utara


Persembahan dilanjutkan dengan menyuguhkan tepak sirih kehadapan tamu yang
paling dihormati karena memiliki kedudukan yan lebih tinggi atau yang
diagungkan pada saat itu. Jika tamu tersebut bersama dengan istrinya, maka tepak
sirih juga harus disuguhkan kepada istrinya. Tepak sirih tidak dapat diberikan
kepada penyelenggara acara. Hal ini dikarenakan penyelenggara acara adalah
sebagai tuan rumah. Diiringi dengan rentak mak inang sampai dengan selesai.
Tari Persembahan diubah oleh O.K. Nizami Jamil dengan Johan
Syarifuddin pada tahun 1957 dalam rangka menyambut Kongres Pemuda Pelajar
Mahasiswa Masyarakat Riau yang dilaksanakan di Pekanbaru pada tahun 1957.
Tari persembahan pada saat itu merupakan tari adat penyambutan tamu-tamu yang
dihormati dan tanda terima kasih kepada tamu yang datang karena telah
menghadiri acara pembukaan Kongres Pemuda Pelajar Mahasiswa.
Dengan ditulisnya tari persembahan yang sudah dibakukan saat ini tulisan
ini dapat menjadi buku petunjuk atau pegangan bagi penari untuk tampil pada
acara apa saja yang akan dilaksanakan oleh masyarakat Riau khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya. Selain itu untuk menghindari terjadinya
kesimpang siuran dalam pergelaran tari persembahan tersebut.
Maka dari itu, untuk kebutuhan penelitian dan penulis maka penulis
hendak membuat tulisan ini dengan judul “Studi Deskriptif Pembakuan Tari

Persembahan oleh Sanggar Singgasana dalam Konteks Kebudayaan Melayu
Riau.”

1.2 Pokok Permasalahan
Untuk membatasi pembahasan agar topik pembahasan menjadi terfokus,
dan menjaga agar pembahasan nantinya tidak menjadi melebar maka di sini

Universitas Sumatera Utara

penulis merasa perlu membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok
permasalahan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis menetukan hal - hal
yang menjadi pokok permasalahannya yaitu:
1. Bagaimana bentuk penyajian tari persembahan yang sudah dibakukan
oleh Lembaga Adat Melayu Riau.
2. Bagaimana fungsi tari persembahan yang terdapat pada masyarakat
Riau Melayu.
3. Bagaimana struktur musik pengiring Tari Persembahan.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan penulisan tentang tari persembahan yang terdapat pada
masyarakat Melayu Riau adalah:
1.

Tari Persembahan merupakan ciri khas dari masyarakat
Melayu Riau yang harus dipelajari agar dapat direalisasikan
untuk kepentingan masyarakat Melayu itu sendiri.

2.

Untuk mengetahui bagaimana deskripsi tari persembahan
yang sudah dibakukan oleh Lembaga Adat Melayu Riau.

3.

Untuk mengetahui makna dan fungsi tari persembahan yang
terdapat pada masyarakat Melayu Riau.

1.3.2


Manfaat
Sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga dan melestarikan

kebudayaan yang merupakan kebanggaan bagi kita. Berdasarkan hal tersebut

Universitas Sumatera Utara

maka adapunyang diharapkan menjadi manfaat dari penulisan tari persembahan
ini adalah :
1. Sebagai salah satu bahan informasi untuk melihat keberadaan tari
persembahan pada masyarakat Melayu Riau.
2. Selain sebagai dokumentasi penelitian ini dapat digunakan sebagai
perbendaharaan
3. Sebagai bahan referensi untuk mengkaji lebih lanjut bagi penelitipeneliti lainnya yang hendak meneliti kesenian Melayu Riau
khususnya seni tari.
4. Tulisan ini dapat bermanfaat bagi generasi - generasi muda saat ini,
mengingat tulisan - tulisan yang berkaitan dengan seni dan budaya
sudah jarang sekali ditemukan.
5. Tulisan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Melayu Riau karena
ada sebagian masyarakat belum mengetahui mengenai pembakuan tari
persembahan ini.
6. Sebagai salah satu persyaratan untuk lulus di Etnomusikologi
Universitas Sumatera Utara.

1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Koentjaraningrat (1991:21), mengemukakan konsep sebenarnya adalah
definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep merupakan
definisi dari apa yang akan kita amati, konsep menentukan antara variabel variabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris (Tan,

Universitas Sumatera Utara

1990:120). Sehubungandengan penulisan ini, akan diuraikan beberapa konsep
yang dibutuhkan, yaitu :
Deskripsi, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985:34) adalah
menggambarkan apa adanya. Asal kata deskriptif, dari bahasa Inggris yaitu
descriptive, yang berarti bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan
gambaran melalui kata - kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan,
penyampaian objek dengan menerangkan terhadap pembaca secara tulisan
maupun lisan dengan sedetail-detailnya. Dengan demikian deskripsi yang penulis
maksudkan adalah menyampaikan dengan menggambarkan melalui tulisan secara
jelas mengenai tari persembahan dan musik pengiringnya yang telah dibakukan
oleh Lembaga Adat Melayu Riau. Dalam hal ini struktur dan pola sangat penting,
yakni bagaimanabagian-bagian dari gerakan tari saling berhubungan sehingga
disatukan dan adanya bentuk atau model (suatu set peraturan) yang bisa dipakai
untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu tari.
Untuk memahami fungsi tari persembahan dan sekilas fungsi musik
pengiringnya, penulis akan mengacu pada pendapat dari Alan. P. Merriam (1964:
210) mengenai penggunaan dan fungsi musik. Dimana diartikan bahwa use
(penggunaan) yang menitik beratkan pada masalah situasi atau cara yang
bagaimana musik itu digunakan, sedangkan function (fungsi) menitik beratkan
kepada alasan penggunaan atau tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang
lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat Melayu itu sendiri.
Menurut BPH Suryodiningrat, “tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh
bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai
maksud tertentu (Rahayu, 2002:3). Dalam tulisan ini yang penulis maksud dengan

Universitas Sumatera Utara

tarian persembahan adalah tarian yang ditampilkan pada saat perhelatan perhelatan besar seperti acara (tujuh belas agustus dan festival tari), dan dalam
acara resmi pemerintahan seperti acara (penyambutan Bupati, penyambutan
kunjungan kerja, upacara pernikahan dan lain-lain), tari ini selalu ditarikan di awal
acara.
Tarian ini menggunakan media tepak sirih sebagai perlengkapan dalam
petunjukan tari persembahan. Dalam hal ini tepak sirih merupakan suatu sarana
penghormatan. Tepak sirih berbentuk empat persegi panjang ± 25 cm, lebar 15
cm, dan tingginya 10 cm (Sembiring, 2010:94-95). Berbagai bentuk tepak sirih,
yaitu bentuk trapesium dari bahan kayu (triplek) diukir atau dilapis beludru
disebut tepak pelambang. Tepak Sirih dibawa oleh penari utama.
Penulis akan menjelaskan tentang alat-alat musik tradisional Melayu yang
menjadi pengiring tarian ini. Tarian ini diiringi oleh alat musik tradisional (seperti
gendang panjang dan gong) dan vokal.

1.4.2

Teori
Teori adalah salah satu acuan yang digunakan untuk menjawab masalah-

masalah yang timbul dalam tulisan ini. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari
buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan
dari pemikiran untuk memperoleh suatu teori-teori.
Untuk menggambarkan makna yang terkandung pada pertunjukan tari
persembahan, penulis menggunakan pendekatan yang dikatakan Soedarsono
(1972:81-98) yang mengatakan bahwa tari adalah seni yang memiliki substansi
dasar yaitu gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dimana gerakan ini memiliki
hal-hal yang indah dan menggetarkan perasaan manusia, yang di dalamnya

Universitas Sumatera Utara

mengandung maksud tertentu dan juga mengandung maksud simbolis yang sukar
untuk dimengerti.
Dalam tulisan ini penulis akan menggunakan lambang - lambang umum,
pola lantai dan sederhana yang dapat mewakilkan pola gerak tari persembahan
dengan teori kineosiologi. Teori kenesiologi adalah ilmu yang mempelajari gerak.
Fokus dari teori kinesiologi ini adalah membahas fungsi dan gerak tubuh.
Dalam meneliti gerak tari ini, penulis akan mendeskripsikan bagaimana
struktur dan pola gerakan-gerakan yang terdapat dalam tari persembahan yang
nantinya juga penulis akan menggunakan lambang-lambang umum dan sederhana
yang penulis buat sendiri yang dapat mewakili pola gerak tari persembahan.
Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari
maupun dari kelompok penari bersama, ditambah dengan penyesuaiannya dengan
ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu
pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23).
Hubungan musik dan tari adalah suatu fenomena yang berbeda tetapi dapat
juga digabungkan dengan aspek yang mendukung. Musik merupakan rangkaian
ritme dan nada sedangkan tarian adalah rangkaian gerak, ritme dan ruang, dimana
fenomena keduanya merupakan suatu yang berlawanan, yang mana musik
merupakan fenomena yang terdengar tapi tidak terlihat dan tarian merupakan
fenomena yang terlihat tapi tidak terdengar (Wimbrayardi 1999:9-10).
Untuk melakukan analisis musikal terhadap tari penulis menggunakan
teori yang diungkapkan Nettl (1964:145) dalam menganalisis bunyi musikal hal hal yang terpenting dilakukan adalah melihat aspek ritem, melodi dan musik.
Kemudian Malm (1977:15), menyebutkan bahwa beberapa bagian penting yang
harus diperhatikan dalam menganalisis melodi adalah : 1. Tangga nada 2. Nada

Universitas Sumatera Utara

pusat 3. Wilayah nada 4. Jumlah nada 5. Penggunaan interval 6. Pola kadensa 7.
Formula melodi 8. Kantur.
Untuk menotasi musik, penulis akan berpedoman pada tulisan Seeger
(1971:24-34) yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi, yang dibedakan
menurut tujuan notasi tersebut. Pertama adalah notasi perskriptif yaitu notasi yang
bertujuan untuk seorang penyaji (bagaiman ia harus menyajikan sebuah komposisi
dari musik), selanjutnya disebutkan bahwa notasi ini merupakan suatu alat untuk
membantu mengingat. Kedua adalah notasi deskriptif yakni, notasi yang bertujuan
untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri dan detail-detail dari komposisi
musik yang memang belum diketahui oleh pembaca.
Menurut penulis teori-teori dengan pendekatan para ahli tersebut di atas
sangat relevan dengan topik permasalahan dalam tulisan ini, oleh karena itu
penulis akan menggunakannya sebagai landasan kerangka berfikir untuk
pembahasan selanjutnya.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam menulis kesenian tari
persembahan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, untuk menentukan frekuensi
penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu
gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini tergantung dari sedikit
banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan (Koentjaraningrat,
1991:29), sedangkan menurut R.M Soedarsono (1999:46) penelitian kualitatif
data-data hasil penelitian harus dicermati dengan cermat dan di analisa.

Universitas Sumatera Utara

Dalam KBBI (1985:7), metode penelitian diartikan sebagai cara mencari
kebenaran dan azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan.
Dalam kaitan ini Hasan (1985:7) mengatakan metode merupakan cara atau
sistematika kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan.
Bahan ataupun data penelitian dapat diperoleh dari tulisan-tulisan atau
ceramah yang terekam dalam konteks yang berbeda-beda, bisa dari observasi,
berita surat kabar dan sebagainya. Salah satu sifat dari data kualitatif adalah data
ini merupakan data yang memiliki kandungan yang kaya, yang multi dimensional
dan kompleks. Penelitian ini tidak dipersoalkan sampel dan populasi sebagaimana
dalam penelitian kuantitatif.
Untuk melakukan penelitian tentang tari persembahan beserta musik
pengiringnya, penulis mengacu pada pendapat Nettl (1964:62). Ada dua cara yaitu
kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Dalam penelitian
lapangan penulis langsung berinteraksi dengan masyarakat pendukung yang
menjadi pelaku/penyaji kesenian tari persembahan.

1.5.1 Studi Kepustakaan
Untuk mencari tulisan-tulisan pendukung, sebagai kerangka landasan
berfikir dalam tulisan ini, adapun yang dilakukan adalah studi kepustakaan.
Menurut

M.Nazir

dalam

bukunya

yang

berjudul

‘Metode

Penelitian’

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan :“Studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,

Universitas Sumatera Utara

litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan.” (Nazir,1988:111).Studi Kepustakaan yaitu
mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur
yang

ada

hubungannya

dengan

permasalahan

yang

menjadi

obyek

penelitian.Sumber bacaan atau literatur itu dapat berasal dari penelitian yang
sudah pernah dilakukan sebelumnya dalam bentuk buku, skripsi dan berbagai
jurnal.
Pentingnya studi kepustakaan ini dilakukan adalah sebagai pedoman untuk
menuntun penulis dalam mengumpulkan data-data maupun dalam melakukan
pembahasan mengenai objek yang akan diteliti.

1.5.2

Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan penulis lakukan dengan turun secara langsung ke

lapangan untuk melakukan penelitian. Dalam kerja lapangan penulis melakukan
pengamatan, wawancara dan perekaman/pencatatan data. Selain itu penulis juga
melaksanakan interaksi dengan para informan, masyarakat setempat dan seniman
setempat yang mendukung mudahnya pelaksanaan penelitian. Sehingga dalam
pengamatan, penulis dapat dikategorikan melakukan pengamatan terlibat, dimana
berinteraksi langsung dengan objek penelitian. Namun tetap menjaga etika
sebagai seorang peneliti dan bertindak sebagai outsider terhadap objek
penelitian.Sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan, penulis
berpedoman kepada tulisan Harja W. Bachtiar dan Koentjaraningrat dalam buku
Metode-metodepenelitian masyarakat. Dalam buku ini tersebut dikatakan, bahwa
pengumpulan datadilakukan melalui kerja lapangan (field work) dengan
menggunakan:

Universitas Sumatera Utara

1. Observasi atau pengamatan, dapat berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran dengan menggunakan indera penglihatan, yang
juga

berarti

tidak

melakukan

pertanyaan-pertanyaan.

Dalam

mengumpulkan data salah satu tekhnik yang cukup baik untuk
diterapkan adalah pengamatan secara langsung/observasi terhadap
subjek yang akan diteliti.Dalam hal ini penulis mengadakan
observasi/pengamatan

secara

langung

tari

persembahan

untuk

menyambut Bupati Siak saat disajikan pada acara Lomba Syair
berpasangan dalam rangkaian festival siak bermadah ke XII tahun
2015 pada hari Sabtu, 7 Maret yang bertempat di panggung Siak
Bermadah diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga.
2. Wawancara. Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian
adalah teknik wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan
bertanya secara langsung kepada subjek penelitian. Sebagai modal
awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat (1981:136)
yang mengatakan: “Kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi
tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, tekhnik bertanya dan
pencatatan data hasil wawancara.”Koentjaraningrat (1981:139) juga
menemukakan bahwa wawancara itu sendiri terdiri dari beberapa
bagian yaitu:Wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu. Dalam
wawancara berfokus diskusi berpusat pada pokok permasalahan.
Dalam wawancara bebas diskusi berlangsung dari satu masalah
kemasalah lain tetapi tetap menyangkut pada pokok permasalahan.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara sambil lalu adalah diskusi - diskusi yang dilakukan untuk
menambah/melengkapi data yang sudah terkumpul.
Sesuai dengan pendapat dari Koentjaraningrat mengenai kegiatan
wawancara maka sebelum wawancara penulis telah mempersiapkan
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wawancara demi
kelancarannya seperti alat tulis daftar pertanyaan dan handphone untuk
merekam. Tekhnik bertanya penulis kemukakan berdasarkan daftar
pertanyaan. Pencatatan hasil wawancara penulis lakukan begitu
mendapat jawaban dan yang tidak sempat dicatat masih bisa
didengarkan dari hasil rekaman. Wawancara penulis lakukan dengan
beberapa orang yang menjadi populasi penelitian yaitu:1. Wawancara
dengan Puan Dra. Hj. Tengku Rahimah, beliau adalah sebagai
instruktur tari persembahan yang telah dibakukan. Hal ini juga
bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai tari
persembahan.2. Wawancara dengan Ayi sebagai salah satu pelatih dan
pemain musik Melayu yang bertujuan untuk memberikan informasi
dan data mengenai tari persembahan. 3. Wawancara dengan Mimi
sebagai penari sekaligus pelatih.Pada saat proses wawancara
berlangsung penulis menerapkan metode wawancara bebas. Dimana
pertanyaan-pertanyaan

yang

penulis

ajukan

kepada

informan

berlangsung dari satu masalah ke masalah yang lain tetapi tidak keluar
dari topik permasalahan. Data-data dari hasil wawancara tersebut
penulis rekam dengan handpone.
3. Perekaman, dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan 2
cara, yaitu: (a) perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio

Universitas Sumatera Utara

dengan menggunakanhandphone Sony Xperia J. Perekaman ini
sebagai bahan analisis tekstual dan musikal. (b) Untuk mendapatkan
dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan kamera digital merk
Samsung. Pengambilan gambar dilakukansetelah terlebih dahulu
mendapat izin dari pihak pelaksana dan pihak yang bersangkutan.

1.5.3

Kerja Laboratorium
Semua data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan dan studi

kepustakaan akan dianalisis. Untuk selanjutnya akan diadakan penyeleksian agar
menghasilkan suatu tulisan yang baik dalam melakukan penelitian. Ketika
penulis terbentur pada masalah kekurangan data-data, maka untuk mengatasi hal
tersebut penulis mengadakan evaluasi ulang dan terkadang penulis juga
melakukan wawancara dengan pengamatan ulang untuk memperoleh data yang
lebih akurat.Dalam kerja laboratorium, hasil rekaman juga didengarkan secara
berulang-ulang, kemudian dicatat untuk selanjutnya diklasifikasikan.

1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di dua tempat yaitu Kota Pekanbaru dan Siak.
Adapun alasan penulis memilih daerah tersebut karena informan yang menjadi
sumber informasi penting karena informan adalah salah satu yang menyusun tari
persembahan yang dibakukan. Sedangkan di Siak penulis langsung turun ke
lapangan untuk melihat langsung tari persembahan yang di sajikan secara
langsung oleh sebuah sanggar.

Universitas Sumatera Utara