Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Remaja Anggota dan Bukan Anggota Fan Club K-Pop

12

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengembangkan

perilaku manusia ke arah yang lebih baik. Proses ini merupakan hal penting
karena menjadi cerminan dari kemajuan masyarakatnya (Sanjaya, 2005).
Pendidikan memiliki tujuan untuk mengantarkan peserta didik ke arah
kedewasaan, serta mencapai perilaku-perilaku yang lebih luas dan lebih banyak
kemungkinan-kemungkinannya (Miller dalam Thalib, 2010).
Dembo (2004) mengungkapkan, menjadi peserta didik bukanlah hal yang
mudah. Peserta didik yang merupakan siswa dan mahasiswa, harus memiliki
keefektifan yang lebih dengan cara menggunakan strategi belajar yang benar serta
tekun untuk meningkatkan pengetahuannya, dapat memotivasi dirinya sendiri,
memonitori dan mengubah perilaku mereka ketika proses pembelajaran itu terjadi.
Djamarah (2002) menyatakan bahwa selama menuntut ilmu di lembaga
pendidikan formal, siswa dan mahasiswa tidak akan terlepas dari kewajiban

mengerjakan tugas-tugas akademik. Tugas akademik tersebut memiliki batas
pengumpulan waktu tertentu. Oleh sebab itu, siswa maupun mahasiswa harus
mampu memanfaatkan waktu untuk penyelesaian tugas akademiknya tersebut.
Penyelesaian tugas-tugas akademik secara sempurna membutuhkan proses
dan strategi belajar yang terancang baik, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
akhir serta prestasi siswa dan mahasiswa (Santrock, 2009). Kemampuan dalam
pengaturan waktu dan strategi belajar tidak dimiliki oleh semua siswa ataupun

1
Universitas Sumatera Utara

13

mahasiswa. Ketidakmampuan mengatur waktu serta strategi dalam belajar dapat
membuat pengerjaan tugas menjadi tertunda. Kecenderungan untuk tidak segera
mulai mengerjakan tugas yang dilakukan oleh siswa dan mahasiswa merupakan
indikasi dari prokrastinasi (Knaus, 1986). Gambaran dari prokrastinasi akademik
dikalangan akademis tertuang pula pada penelitian Solomon dan Rothblum
(dalam Weiten, 2006) pada 379 mahasiswa dari beberapa universitas di Amerika,
mengungkapkan bahwa sebanyak 46% mahasiswa melakukan prokrastinasi pada

tugas menulis, sebanyak 27,6 % melakukan penundaan pada waktu belajar untuk
ujian, dan 30,1 % melakukan penundaan pada tugas membaca mingguan.
Menurut Covington & Dray (dalam Santrock, 2009) individu yang
menunda tugas atau belajar ketika ujian hingga di detik terakhir cenderung
menyalahkan pengaturan waktu yang buruk sehingga mengalihkan mereka dari
penilaian bahwa mereka tidak memiliki kompetensi merupakan indikasi
prokrastinasi. Weiten & Lloyd (2006) juga mengungkapkan hal yang serupa
mengenai prokrastinasi, yaitu masalah yang berkaitan dengan waktu dimana
terjadinya kecenderungan untuk menunda pengerjaan tugas sampai di penghujung
waktu dan hampir setiap orang melakukan prokrastinasi di setiap ada kesempatan.
Penelitian Knaus (dalam Weiten, 2006) menunjukkan bahwa 70-90 persen
mahasiswa melakukan prokrastinasi atau penundaan sebelum memulai tugas
akademik. Terjadinya prokrastinasi terlihat dalam penelitian Park & Sperling
(2012) yang menunjukkan bahwa prokrastinasi dilakukan beberapa siswa dan
mahasiswa karena gagal untuk melakukan regulasi diri dalam proses belajar
mereka. Covington (dalam Ferrari, 1995) juga menambahkan bahwa dalam

Universitas Sumatera Utara

14


pandangannya ia melihat prokrastinasi akademik merupakan salah satu bentuk
perilaku coping pada siswa dan mahasiswa untuk mengatur stress akademik pada
diri mereka. Tokoh lain juga mengungkapkan bahwa prokrastinasi merupakan
salah satu tipe perilaku self-defeating, yaitu melakukan penundaan atau penolakan
untuk segera mengerjakan tugas yang tidak disukai, yang pada akhirnya hanya
dapat meningkatkan stress dan hambatan pada performa pengerjaan tugas ataupun
aktivitas akademik (Baumeister dalam Weiten, 2006)
Santrock (2009) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik merupakan
suatu indikasi strategi belajar kurang efektif yang digunakan oleh siswa dan
mahasiswa. Bentuk dari prokrastinasi secara nyata yang diuraikan University of
Illinois Counseling Center antara lain menghindari dan menyepelekan tugas,

menghabiskan waktu bermain internet, mengganti prioritas tugas penting dengan
tugas yang tidak penting, percaya bahwa penundaan tugas sesaat secara berulang
tidak akan berpengaruh apa-apa, semangat hanya di awal pengerjaan tugas, dan
tidak dapat menyelesaikan satu pun pekerjaan yang ada. Penyebab lain yang
menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik menurut Biordy (dalam Larson,
1991) adalah dikarenakan kegiatan dari remaja yang mengikuti organisasi ataupun
perkumpulan lain di luar kegiatan akademisnya. Hasil penelitian Ahmaini (2010)

yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi secara aktif
memiliki kecenderugan prokrastinasi akademik yang lebih tinggi daripada
mahasiswa yang tidak tergabung di dalam organisasi
Remaja merupakan kalangan yang paling sering dilakukan penelitian
mengenai prokrastinasi, dan kebanyakan hasilnya menunjukkan mereka

Universitas Sumatera Utara

15

cenderung melakukan prokrastinasi pada pengerjaan tugas akademiknya.
Prokrastinasi itu sendiri merupakan suatu masalah umum yang memberi pengaruh
buruk pada perilaku individu (Bliss, Ellis, & Knaus dalam Phye, 1997). Salah satu
pengaruh buruk dari prokrastinasi akademik yang diungkapkan Ferrari et al
(dalam Weiten, 2006) adalah dampak negatif pada kualitas performa dalam
pengerjaan tugas akademis siswa dan mahasiswa.
Schouwenburg (1995) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik terjadi
pada siswa dan mahasiswa, dikarenakan mudahnya mereka terdistraksi oleh
aktivitas atau perilaku di luar belajar, seperti kegiatan sosial. Silver dan Sabini
(dalam Ferrari, 1995) menambahkan bahwa karakteristik pelaku prokrastinasi

akademik ditandai dengan kegiatan ataupun aktivitas yang saling berlawanan.
Senecal, Koestner, & Vallerand (1995) juga menambahkan bahwa prokrastinasi
akademik terjadi karena buruknya manajemen waktu belajar siswa dan
mahasiswa. Prokrastinasi dewasa ini, merupakan sebuah isu yang cukup serius di
kalangan siswa dan mahasiswa dikarenakan semakin berkembangnya teknologi,
seperti internet, yang dapat mendistraksi konsentrasi para remaja yang merupakan
siswa dan mahasiswa (Trezza, 2011).
Internet adalah salah satu produk dari perkembangan teknologi, di
Indonesia penggunaan internet sendiri mencapai 55 juta pengakses per Mei 2011,
dan sekitar 64% atau sekitar 28 juta pengguna adalah berusia muda (Harijadi
dalam EL, 2011). Pengguna internet tersebut diantara lain menggunakan mobile
internet, ataupun komputer. Menurut Sumartini (dalam Amelia, 2012) aktivitas

internet yang dilakukan antara lain, e-mail, fun activities, information utility, dan

Universitas Sumatera Utara

16

transaction atau jual-beli. Statistik dari Yahoo (dalam Ali, 2012) juga


menggambarkan bahwa pengguna internet di Indonesia sebagian besar adalah
remaja, dengan perincian sekitar 64% dari keseluruhan pengguna internet di
Indonesia. Adapun kegiatan yang di lakukan remaja di dunia maya didominasi
oleh kegiatan fun activities, yaitu berupa kegiatan menyenangkan seperti jejaring
sosial, diskusi forum, blog, serta aktivitas mengunduh lagu ataupun streaming
video lewat website Youtube.
Di Indonesia sendiri, menurut salah satu perusahaan informasi internet
yaitu alexa , beberapa situs populer yang sering dikunjungi pengguna internet di
wilayah Indonesia adalah situs Youtube, blog, mesin pencari (google dan yahoo),
dan media sosial. Kebanyakan dari situs tersebut merupakan situs hiburan yang
menjadi konsumsi remaja Indonesia. Sesuai data dari alexa , Indonesia termasuk
15 besar untuk negara yang paling banyak mengakses situs Youtube. Remaja yang
merupakan pengguna internet terbesar dengan kebanyakan mengakses situs
hiburan (fun activities) dijelaskan oleh Juwitasari (2011) yang memberi gambaran
bahwa remaja Indonesia pada saat ini sedang dilanda gelombang Korea atau
disebut dengan Korean wave yang mulai melanda Indonesia di tahun 2000-an
melalui drama dan musik (K-pop). Pada umumnya penggemar adalah para anak
muda berusia di bawah 25 tahun yang memiliki semangat luar biasa dalam
mendukung idola mereka.

Husamah (2012) menyebutkan bahwa persentase terbesar penerima K-pop
atau Korean wave di Indonesia adalah remaja, generasi muda atau siswa/peserta
didik. Para penggemar, terutama para remaja dengan segala aktivitas mereka

Universitas Sumatera Utara

17

untuk idola yang dilakukan di dalam sebuah klub penggemar (fan club ) antara
lain, menonton video, mencari berita di internet, membaca ataupun menulis cerita
fiksi, membuat komunitas pada media sosial, bahkan mengadakan kegiatan
gathering yang cukup rutin. Berbagai kegiatan tersebut tentunya memakan waktu

para siswa dan mahasiswa anggota fan club K-pop .
Fan club K-pop berkembang ditandai dengan meningkatnya website yang

berkaitan dengan K-pop (Jung, 2011). Tahun 2010, sekitar 86 juta kata kunci “Kpop” menjadi bahan yang paling sering dibahas di internet, dengan Indonesia

menjadi peringkat ketiga sebagai bahasa yang paling banyak digunakan dalam
pencarian kata kunci “K-pop” di google.com, setelah Thailand dan Vietnam.

Berikut dapat terlihat data statistik yang di dapat dari Google dan Youtube

Gambar 1. Data statistik regional kata kunci “K-pop” pada google trend

Universitas Sumatera Utara

18

Gambar 1 merupakan data statistisk pencarian kata kunci yang populer di
google.com (google trend). Dari gambar 1 terlihat penyebaran kata kunci

(keyword) “K-pop ” di mesin pencari google dari seluruh dunia sejak tahun 2004
sampai dengan 2013. Indonesia merupakan wilayah dengan skor 100, yang berarti
memiliki peminat dengan volume tertinggi dalam pencarian kata kunci K-pop dari
map statistik yang tersaji.
Okirianti (dalam Husamah, 2012) melakukan survey sederhana mengenai
perkembangan budaya pop Korea di Indonesia dapat dilihat dari munculnya
“Asian Fans Club” (AFC), yaitu blog Indonesia yang berisi tentang berita dunia
hiburan Korea. AFC didirikan pada 1 Agustus 2009 oleh seorang remaja
perempuan bernama Santi Ela Sari. Berdasarkan data statistik dari situs Pagerank

Alexa , AFC adalah situs ”Korean Intertainment” terbesar di Indonesia dan dari

data asal pengakses, pengunjung situs AFC tersebut hampir seluruhnya dari
Indonesia, yang sebagian besar adalah wanita berusia di bawah 25 tahun dengan
akses internet rumah maupun sekolah. Terlihat bahwa kemajuan teknologilah
yang menjadi pemicu utama berkembangnya fan club K-pop di Indonesia. Media
sosial ataupun internet menjadi alat penting sebagai perantara antara fans dengan
artisnya (Yoon, 2010). Dari penelitian Jung (2011) terhadap 35 orang remaja fans
K-pop di Indonesia, sebanyak 95% partisipan menggunakan internet untuk

mengonsumsi hal-hal berbau K-pop dan juga sebagai sarana pergaulan bagi
sesama anggota fan club dimana mereka bernaung, 50% diantara remaja tersebut
menghabiskan waktu lebih dari 12 jam untuk hal yang berbau aktivitas K-pop
bahkan beberapa diantaranya menghabiskan waktu mencapai 20 jam.

Universitas Sumatera Utara

19

Munib (2012) menjabarkan bahwa kepopuleran K-pop di Indonesia benarbenar telah mengubah gaya hidup dan jadwal kegiatan para remaja remaja seharihari. Mulai dari bangun tidur dari kamar, mereka sudah mendengarkan lagu Kpop. Kegiatan yang dilakukan remaja penggemar K-pop juga tidak lepas dari merequest dan mengunduh lagu-lagu K-pop yang hampir setiap harinya bermunculan


dengan lagu baru. Para remaja anggota fan club K-pop yang kebanyakan terdiri
dari siswa dan mahasiswa tersebut tidak akan rela ketinggalan berita terbaru
mengenai K-pop, aktivitas sehari-hari seperti makan dan belajar, dilakukan di
depan komputer atau televisi untuk dapat mengikuti perkembangan berita artis Kpop. Survey yang dilakukan Yoong dari Singapore Chinese Girls’ School (SCGS)

tahun 2011 terhadap remaja Singapura tentang aktivitas yang mereka minati,
dalam hal ini berkaitan dengan Korean Pop, dimana terdapat hasil bahwa mereka
menghabiskan waktu belajar dan waktu istirahat hanya untuk menonton video
ataupun aktivitas lain yang berhubungan dengan idola mereka.
Peneliti mencoba melakukan survey terhadap 14 remaja di kota Medan
yang merupakan anggota dari beberapa fan club K-pop yang berbeda. Hasil yang
didapat dari keempat belas remaja tersebut adalah mayoritas di antara mereka
menghabiskan kurang lebih 8 jam bahkan lebih untuk hal yang berbau K-pop
setiap harinya, adapun aktivitas tersebut kebanyakan adalah menonton video,
mengunduh video ataupun musik, mendengarkan musik, membaca fanfic, dan
berlatih untuk menirukan gerakan tari idolanya. Walaupun akhirnya mereka
mengakui waktu belajar yang mereka punya menjadi lebih terdesak, namun
mereka tidak rela untuk meninggalkan dunia K-pop. Dari keempat belas remaja


Universitas Sumatera Utara

20

tersebut juga mengungkapkan bahwa mereka cukup aktif mengikuti kegiatan
gathering yang diadakan hampir setiap minggu.

Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu untuk
meneliti tentang perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota fan club
dengan remaja bukan anggota fan club K-pop di kota Medan, hal ini dikarenakan
remaja yang juga merupakan bagian dari siswa dan mahasiswa seharusnya dapat
menjalankan aktivitas akademisnya dengan baik berkaitan dengan pendidikannya
di masa depan kelak. Sesuai dengan Sentosa (2008) yang mengungkapkan bahwa
penyebab prokrastinasi akademik adalah keikutsertaan dalam sebuah organisasi
ataupun komunitas. Pendidikan yang tidak lepas dari tugas-tugas akademik yang
kemungkinan tidak mudah, hendaknya dapat dikerjakan oleh siswa dan
mahasiswa secara serius dan tidak melakukan penundaan yang hanya akan
menghambat prestasinya.
B.

PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan

prokrastinasi akademik antara remaja anggota fan club K-pop dengan remaja
bukan anggota fan club K-pop.
C.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

prokrastinasi akademik antara remaja anggota fan club K-pop dengan remaja
bukan anggota fan club K-pop.

Universitas Sumatera Utara

21

D.

MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

dan praktis:
1.

Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang Psikologi khususnya
Psikologi Pendidikan yaitu mengenai prokrastinasi akademik pada remaja
anggota fan club K-pop.

2.

Manfaat Praktis
a. Memberi informasi komparatif kepada pembaca mengenai gambaran
perbandingan berhubungan dengan prokrastinasi akademik dan
fenomena remaja anggota fan club dan bukan anggota fan club K-pop,
khususnya di kota Medan.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
psikologi untuk terciptanya solusi mencegah prokrastinasi akademik
yang terjadi dalam dunia pendidikan.

E.

SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:

Bab I

: Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara

22

Bab II

: Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teoriteori yang berhubungan dengan prokrastinasi dan keanggotaan
fan club Korean Pop

Bab III

: Metode Penelitian
Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian,
identifikasi variabel peneltian, definisi operasional variabel
penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat
ukur yang digunakan, uji daya beda pernyataan dan reliabilitas,
serta metode analisis data.

BAB IV

: Hasil Analisa Data
Pada bab ini peneliti menjabarkan hasil dari analisis datanya ke
dalam bentuk penjelasan yang lebih terperinci dan runtut disertai
dengan hasil tambahan lainnya

BAB V

: Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Kesimpulan

berisi

jawaban

dari

pertanyaan

penelitian

sebagaimana yang dituangkan dalam perumusan masalah
penelitian

Universitas Sumatera Utara