Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Remaja Anggota dan Bukan Anggota Fan Club K-Pop

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmaini, Dini. (2010). Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam Organisasi. Diambil dari: http://www.repository.usu.ac.id. Diakses pada: 3 Januari 2013

Alderman, M. Kay. (2004). Motivation for achievement. London: Lawrence Erlbaum Associates

Ali, Ahmad. (2012). Penggunaan Internet di Indonesia Didominasi Remaja.

http://www.lensaindonesia.com/2012/09/26/pengguna-internet-di-indonesia-didominasi-kalangan-remaja.html. Diakses pada tanggal 15 Februari 2013)

Amelia, T. (2012). Optimasi Peran Parenting dalam Pengawasan Penggunaan Media Internet demi Membangun Karakter Positif Remaja. Diambil dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/30/optimasi-peran-parenting- dalam-pengawasan-penggunaan-media-internet-demi-membangun-karakter-positif-remaja. Diakses pada tanggal 19 April 2012. Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

_________(2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________(2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________(2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daulay, Fahrizal Fahmi.(2012). K-pop Mewabah di Medan. Diambil dari

http://medan.tribunnews.com/2012/07/07/kpop-mewabah-di-medan Di akses pada tanggal 20 Februari 2013.

Dembo, M. H. 2004. Motivation and Learning Strategies for College Success A self-Management Approach. Second Edition. Lawrence Erlbaum Associates, Publisher. Mahwah. London. New Jersey.

Djamarah, S. B. (2002). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

El, Ant. (2012). Pengguna Internet Didominasi kaum Remaja. Diambil dari http://www.gatra.com/teknologi/41-ilmu-dan-teknologi/959-pengguna-internet-didominasi-kaum-remaja. Diakses pada tanggal 19 April 2012.


(2)

Ferrari, Johnson, & McCown. (1995). Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research, and Treatment. New York: Springer

Field, Andy.(2009).Discovering Statistic Using SPSS 3thedition.Singapore: SAGE. Fiore, Neil. (2009). Overcoming Procrastination. New York: MJF Book.

Gargari, Rahim Badri. (2011). Academic Procrastination: The Relationship Between Causal Attribution Styles and Behavioral Postponement

Giles, D. (2003). Media Psychology. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Google Trend: Web Search Interest. (2013). Diambil dari:

http://www.google.com/trends/explore#q=kpop. Diakses pada tanggal 16 Februari 2013

Husamah. (2012). Demam Latah Korea dan Tantangan Pendidikan Karakter. Diambil dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/10/demam-latah-korea-dan-tantangan-pendidikan-karakter. Diakses pada tanggal 12 April 2012.

Hudley, Cynthia. (2008). Academic Motivation and the Culture of School in Childhood and Adolescence. New York: Oxford University Press

Humphrey, Patricia. (2010). An Exploratory Study Of The Effect Of Rewards And Deadlines On Academic Procrastination In Web-Based Classes. Academy of Educational Leadership Journal. 14(4)

Jung, Sun. (2012). Fan Activism, Cybervigilantism, and Othering Mechanisms in K-pop Fandom, Transformative Works and Cultures, no. 10.

________(2011). Korean Masculinities and Transcultural Consumption: Yonsama, Rain, Oldboy, K-Pop Idols. Hong Kong: Hong Kong University Press

________(2011). K-pop, Indonesian fandom, and social media. Race and Ethnicity in Fandom: Praxis. Vol 8

Juwitasari. (2011). Pecinta K-Pop, Anti Musik Indonesia?. Diambil dari http://musik.kapanlagi.com/resensi/chill-out/pecinta-k-pop-anti-musik-indonesia.html. Diakses pada tanggal 15 Januari 2012.

Larson, C. C. (1991). The effects of a Cognitive-Behavioral Education Program


(3)

Kerlinger, F. (1998). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Knaus, E. (1986). Overcoming Procrastination. New York: Institute for Rational-Emotive Therapy. Diambil dari http://www.utulsa.edu/files/healt-overcoming-procrastination. Diakses pada tanggal 15 April 2012.

Korean Culture and Information Service. (2011). K-POP: A New Force in Pop Music. South Korea: KOCIS.

Korean Culture and Information Service. (2011). The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon. South Korea: KOCIS.

Munib, T. A., (2012). Demam K-Pop: Keberhasilan Pemerintah Korea Selatan Membangun Perekonomian Lewat Seni. Diambil dari: http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/09/demam-k-pop-keberhasilan-pemerintah-korea-selatan-membangun-perekonomian-lewat-seni/. Diakses pada tanggal 31 Mei 2012.

Newman, Newman. (2006). Development Trough Life. United States of America: Thomson Learning Inc.

Özer, Bilge Uzun. (2009). Exploring Academic Procrastination Among Turkish Students: Possible Gender Differences in Prevalence and Reasons. The Journal of Social Psychology. 149(2). 241–257.

Park & Sperling.(2012). Academic Procrastinator and Their Self-Regulation.

Diambil dari:

http://search.proquest.com/docview/940329392/fulltextPDF/13771872D7 C37CFF4F2/1?accountid=50257. Diakses pada tanggal: 19 April 2012. Phye, G. D. (1997). Handbook of Academic Learning: Construction of

Knowledge. London: Academic Press

Regar, Momo. (2011).Demam K-pop Sampai Ke Medan. Diambil dari: http://medan.tribunnews.com/mobile/index.php/2011/08/23/demam-k-pop-sampai-ke-medan. Diakses pada: 17Februari 2013

Rosario, Pedro. (2009). Academic Procrastination, Association With Personal, School, And Family Variables. Spanish journal of psychology. 12, 118-127

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana


(4)

Santrock, John W. (2009). Educational psychology 4th edition. McGraw-hill companies new York

_____________ (2007). Psikologi Pendidikan. Diterjemahkan oleh: Diana Angelica. Jakarta: Salemba Humanika.

Schouwenburg, H.C. (1995). Academic Procrastination: Theoritical notions, Measurement, and Research. Dalam C.R. Snyder (Serien Ed.). & J.R. Ferrari (Vol. Ed.), Social/ Clinical Psychology: Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research, and Treatment. (hal 71-96) New York: Springer

Senecal, Koestner, & Vallerand.(1995). Self-regulation and Academic Procrastination. The Journal of Social Psychology, 135.

Sentosa, M, dkk. (2008). Antara Orientasi Kuliah dan Orientasi Organisasi Mahasiswa. Diambil dari: http://www.alumni.unair.ac.id. Diakses pada: 1 My 2013

Suryabrata, S. (2008). Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ___________. (2004). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta: Andi. Susanthi. (2011). ‘Gurita’ Budaya Populer Korea di Indonesia. Diambil dari:

http://repo.isi-dps.ac.id/1187/1/%E2%80%98Gurita%E2%80%99_Budaya_Populer_Kor ea_Di_Indonesia.pdf. Diakses pada tanggal: 16 Mei 2012

Steviani, A. (2012). Yuk, Kenal Lebih Dekat dengan ForSujuIndo!. Diambil dari http://hot.detik.com/music/read/2012/04/20/113647/1897182/1180/yuk-kenal-lebih-dekat-dengan-forsujuindo. Diakses pada tanggal 1 Juni 2012. Storey, J. (2009). Cultural Theory and Popular Culture 5th edition. Inggris:

Harlow Pearson Education

Thalib, S. B. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris. Jakarta: Prenada Kencana.

Trezza, Caroline. (2011). The Relationship between Academic Procrastination

and Beliefs about. Diambil dari:

https://www.mazziotti.uchicago.edu/journal/trezza_c.pdf. Diakses pada tanggal 9 Februari 2013


(5)

Weiten W., Lloyd M.(2006). Psychology Appllied to Modern Life: Adjustment in 21st Century.8th ed.Thomson

Woolfok, A. (2004). Educational Psychology. United States of America: Pearson Education.

Yoon, (2010) Korean Pop, with Online Help, Goes Global. Diambil dari: http://www.time.com/time/world/article/0,8599. Diakses pada tanggal: 14 Februari 2013.

Yoong, Hengardi, & Karis. (2011). The Good or Bad Phenomenon - Good or Bad?. Singapore Chinese Girls’ School. Diambil dari:

http://www.docstoc.com/docs/109172411/The-Korean-Pop-Culture-Phenomenon---Good-or-Bad. Diakses pada tanggal 12 Februari 2012. Youtube Video Statistic. (2013). Diambil dari: http://www.youtube.com. Diakses


(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan maksud untuk memecahkan masalah. Metode penelitian digunakan dalam penelitian dengan tujuan sebagai panduan menuju hasil penelitian agar lebih terlihat sistematis (Azwar, 2007). Proses yang terjadi dalam metode penelitian meliputi identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparasional dengan kuantitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara prokrastinasi akademis pada remaja anggota fan club dengan bukan anggota fan club K-pop. Populasi yang digunakan adalah remaja anggota fan club pop dan remaja yang bukan anggota fan club K-pop di kota Medan.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Prokrastinasi Akademik

2. Variabel bebas : Keanggotaan penggemar K-pop (fan club) a. Anggota fan club K-pop

b. Bukan anggota fan club K-pop

B. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN


(7)

1. Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk menunda mengerjakan tugas atau belajar dengan kegiatan lain yang tidak penting prioritasnya, kemudian pengerjaan dilakukan dalam keadaan tertekan dan cemas. Adapun tiga dimensi sesuai yang diungkapkan Schouwenburg (1995). adalah: (a) prokrastinasi, yang mengukur kecenderungan siswa dan mahasiswa melakukan penundaan terhadap tugas akademiknya, (b) takut gagal (fear of failure), bagaimana kondisi ataupun kecemasan mereka terhadap gagalnya pengerjaan tugas atau pun prestasi yang diperoleh, dengan kata lain seberapa besar ia merasa cemas dan tidak tenang ketika memikirkan tugas-tugasnya, (c) kurangnya motivasi (lack of motivation), menjadi ukuran seberapa menarik ataupun tertariknya siswa terhadap subjek tertentu, dalam hal ini mengenai tugas dan mata pelajaran yang ada, sehingga ia termotivasi untuk mengerjakan kewajibannya dalam pengerjaan tugas dan belajar

Pada skala prokrastinasi akademik ini, semakin tinggi skor total yang didapatkan oleh subjek penelitian, maka semakin tinggi prokrastinasi akademik yang dimiliki oleh subjek dan sebaliknya, semakin rendah skor yang dipeorleh subjek penelitian, maka semakin rendah prokrastinasi yang dimiliki oleh subjek penelitian.

2. Keanggotaan Remaja dalam Fan Club Korean Pop

Remaja (siswa dan mahasiswa) penggemar K-pop dalam penelitian ini menggunakan acuan terhadap identitas mereka terhadap fan club K-pop, dalam hal ini peneliti melibatkan fan club ELF, SONE, VIP, EXOTIC, CASSIEOPEIA,


(8)

TRIPLE S, QUEEN, dan HOTTEST. Mereka rutin dalam kegiatan perkumpulan yang biasa diadakan. Keanggotaannya bisa terlihat dari data member fan club Sedangkan remaja bukan penggemar K-pop adalah siswa dan mahasiswa yang bukan merupakan salah satu anggota fan club artis K-pop.

C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian hendak di generalisasikan (Hadi, 2004). Populasi menurut Field (2009) adalah istilah statistik yang menunjukkan sekumpulan unit yang dimana akan kita generalisasikan hasil penelitian yang kita peroleh. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja yang merupakan siswa dan mahasiswa penggemar K-pop di kota Medan.

1. Populasi dan Sampel

Adapun karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Remaja, siswa atau mahasiswa, berusia 12-24 tahun

2. Penggemar Korean pop (K-pop) berada dalam fan club K-pop, remaja bukan anggota fan club K-pop

3. Domisili kota Medan.

2. Metode Pengambilan Sampel


(9)

karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik populasinya. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan incidental sampling pada remaja anggota dan bukan anggota fan club K-pop dengan menanyakan terlebih dahulu mengenai identitas mereka pada fan club K-pop. Teknik sampling ini digunakan karena peneliti tidak dapat memperoleh data akurat jumlah dari anggota fan club K-pop yang ada di kota Medan. Setelah dilakukan pengamatan lebih jauh, ada satu kelompok artis K-pop yang memiliki lebih dari satu fan club di kota Medan khususnya.

Sampel anggota fan club K-pop diperoleh pada saat mereka melakukan acara gathering rutin yang dilakukan tiap bulan oleh para anggotanya. Sedangkan dengan yang bukan anggota fan club diambil dari kampus dan juga beberapa sekolah di kota Medan, dengan terlebih dahulu menanyakan identitas keanggotaan mereka.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Pada penelitian ini akan diambil sampel sebanyak 232 orang. Terdiri dari 116 remaja anggota fan club K-pop dan 116 remaja yang bukan merupakan bagian dari fan club K-pop. Remaja anggota fan club diambil dari data-data fan club untuk idola Korea Pop yang ada di kota Medan.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala psikologi adalah suatu prosedur pengambilan data yang mengungkapkan konstrak atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek


(10)

kepribadian individu (Azwar, 2004). Skala psikologi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah skala prokrastinasi akademik.

1. Skala Prokrastinasi Akademik

Skala menggunakan Skala Prokrastinasi akademik yang disusun dari dimensi oleh Schouwenburg (1995) yaitu (a) prokrastinasi, (b) takut gagal (fear of failure), dan (c) kurangnya motivasi (lack of motivation).

Model skala yang digunakan adalah skala model likert dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk aitem yang favorable, pilihan SS diberikan skor empat, pilihan S akam mendapatkan skor tiga, TS mendapat skor 2, dan STS mendapat satu.

Tabel 1. Blue print skala prokrastinasi akademik sebelum di uji coba

No Aspek Indikator Aitem Total Bobot

1 Prokrastinasi

1) Keterlambatan dalam pengerjaan tugas & belajar, baik itu niat atau perilakunya.

46, 3, 5, 12, 21, 42, 50, 51, 64

9

33,85% 2) Kesenjangan antara niat

dengan perwujudan perilaku dalam belajar

1, 13, 20,

32, 35, 37 6 3) Prioritas pilihan terhadap

aktivitas yang berlawanan

9, 11, 18, 22, 25, 26, 47 7 2 Takut gagal (fear of failure)

1) Perasaan khawatir dan kecemasan yang dialami ketika menghadapi tenggat waktu (deadline) pengumpulan tugas atau ujian

4, 8, 10, 14, 16, 19, 23, 28, 29, 31, 34, 38, 41, 43, 44, 48, 52, 57, 60, 61, 62, 63


(11)

3

Kurangnya motivasi

(lack of motivation)

1) Seberapa besar tanggung jawab siswa & mahasiswa pada pengerjaan tugas yang diberikan pengajar

2, 7, 15, 24, 27, 39, 40, 45, 53, 54, 55, 56

12

32,3% 2) Merasakan kebosanan

terhadap mata pelajaran yang ada, sehingga tidak memiliki semangat dalam menjalani kegiatan belajar.

6, 17, 30, 33, 36, 49, 58, 59, 65 9

Total 65 100%

E. VALIDITAS, RELIABILITAS DAN UJI DAYA BEDA AITEM 1. Validitas Alat Ukur

Validitas adalah sejauh mana sebuah alat ukur mampu mengungkapkan dan memberikan gambaran data dengan tepat agar dapat menjalankan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendai dengan tepat (Azwar, 2009)

Validitas skala prokrastinasi dan kecurangan akademis dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi digunakan untuk melihat sejauhmana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2009). Pengujian validitas ini menggunakan analisis rasional yang dalam penelitian ini meminta pendapat profesional (professional judgement). Pendapat profesional yang dimaksud adalah dosen pembimbing.


(12)

Tabel 2. Blueprint skala prokrastinasi akademik sebelum uji coba

Indikator Favorable Unfavorable Total

Prokrastinasi

9, 11, 13, 18, 20, 22, 25, 32, 35, 37, 42, 46, 47, 50, 51, 64

1, 3, 5, 12, 21. 26

22

Takut gagal (fear of failure)

4, 8, 10, 28, 29, 31, 34, 41, 43, 48, 52, 60, 61, 62

14, 16, 19, 23, 38,

44, 57, 63 22

Kurangnya motivasi (lack of motivation)

17, 24, 33, 36, 39, 40, 45, 54, 55, 56

2, 6, 7, 15, 27, 30,

49, 53, 58, 59, 65 21

Total 40 25 65

2. Uji Daya Beda Aitem

Pengujian daya beda aitem memiliki tujuan untuk memperlihatkan kesesuaian fungsi-fungsi aitem dengan skala penelitian dalam rangka untuk mengungkap perbedaan individual (Azwar, 2010). Aitem untuk skala dipilih berdasarkan koefisien korelasi totalnya yang dilambangkan dengan (riX). Aitem dipilih berdasarkan korelasi aitem-total, dengan batasan riX ≥ 0,25. Aitem yang memiliki koefisien lebih dari 0,25 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan dan bisa dipakai untuk skala penelitian. Aitem yang memiliki koefisien korelasi di bawah 0,25 memiliki daya beda atau daya diskriminasi yang rendah sehingga sebaiknya tidak digunakan dalam skala (Azwar, 2010). Penelitian ini menggunakan batasan koefisien korelasi riX ≥ 0,25.

3. Reliabilitas


(13)

berbeda (Kerlinger, 1998). Inti pokok tentang reliabilitas ini adalah mengenai sejauh mana hasil pengukuran dari alat ukur dapat dipercaya. Keterpercayaan hasil pengukuran diperoleh dari beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang memiliki karakteristik yang relatif sama (Azwar, 2009).

Reliabilitas merupakan tolak ukur untuk mengetahui apakah hasil pengukuran dapat dipercaya atau tidak. Reliabilitas disimbolkan dengan (rxx’) yaitu merupakan symbol dari koefisien reliabilitas tes. Koefisien reliabilitas (rxx’) memiliki rentang dari angka 0 sampai dengan 1, artinya semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 1 maka reliabilitasnya semakin tinggi, dan sebaliknya bila koefisien reliabilitas semakin mendekati 0 maka reliabilitasnya semakin rendah.

Adapun reliabilitas alat ukur pada penelitian ini adalah 0.896 dengan aitem sebanyak 35, berikut reliabilitas alat ukur dihitung dengan SPSS dapat dilihat pada tabel 3 berikut

Tabel 3. Reliabilitas alat ukur

Cronbach's Alpha N of Items

.896 35

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur memiliki tujuan untuk melihat apakah aitem-aitem dalam skala telah ditulis dengan baik. Uji coba alat ukur memiliki dua prosedur, diantaranya seleksi aitem secara kualitatif dan seleksi secara empiris (Azwar, 2010). Uji coba penelitian ini dilakukan pada 103 orang remaja yang berdomisili di kota Medan.


(14)

a. Skala prokrastinasi akademik

Jumlah aitem awal skala prokrastinasi akademik ada sebanyak 65 aitem. Setelah diujicobakan, didapatlah sebanyak 35 aitem yang memiliki daya beda aitem yang memuaskan atau baik dan 30 aitem gugur. Adapun blue print-nya sebagai berikut

Tabel 4. Blueprint skala prokrastinasi akademik sesudah uji coba

No. Aspek Indikator Aitem TO Jumlah Bobot

Fav Unfav

1

Prokrastinasi: Penundaan tugas dan aktivitas belajar

a. Keterlambatan dalam pengerjaan tugas dan belajar, baik itu niat atau perilakunya.

5, 42, 50, 51, 64

3, 12, 21, 46

9 13, 85%

b. Kesenjangan antara niat dengan perwujudan perilaku dalam belajar

13, 20, 32, 35, 37

1

6 9,23 %

c. Prioritas pilihan terhadap aktivitas yang berlawanan

9, 11, 18, 22, 25

26, 47

7 10, 77%

2 Takut gagal (fear of failure): Antisipasi

emosional negatif (kecemasan dan rasa tertekan) terhadap

pencapaian tertentu.

a. Perasaan khawatir dan kecemasan yang dialami ketika menghadapi tenggat waktu (deadline) pengumpulan tugas atau ujian

4, 8, 10, 19, 28, 29, 31, 34, 41, 43, 48, 52, 60, 61, 62

14, 16, 23, 38, 44, 57, 63


(15)

3

Kurangnya motivasi

(lack of

motivation):

Rasa ketertarikan akan subjek atau mata pelajaran tertentu.

a. Tanggung jawab siswa dan mahasiswa pada pengerjaan tugas yang diberikan pengajar

24, 39, 40, 45, 54, 55, 56

2, 7, 15,

27, 53

12 18,46% b. Merasakan kebosanan

terhadap mata pelajaran, sehingga tidak memiliki semangat dalam

menjalani kegiatan belajar.

17, 33, 36,

59, 65

6, 30, 49,

58

9 13, 85%

Total 42 23 65 100%

Sesuai yang dilihat pada tabel 4, nomer aitem yang ditebalkan merupakan aitem yang gugur yaitu sebanyak 30 aitem dan yang tidak ditebalkan ada sebanyak 35 aitem merupakan aitem yang memenuhi syarat uji daya beda aitem. Hasil uji coba skala prokrastinasi akademik menunjukan reliabilitas sebesar α = 0.896 dengan daya beda aitem mulai dari 0.288 sampai dengan 0.654.

Setelah melewati proses uji coba yang terdiri dari uji reliabilitas dan uji daya beda aitem, selanjutnya peneliti mengatur kembali penomoran skala penelitian ini. Adapun penomoran ulangnya tersaji pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Blueprint penomoran skala akhir

No. Aspek Indikator Aitem Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable

1 Prokrastinasi

Indikator 1 5(2), 42(22), 51(27), 64(35)

12(5), 21(11)

6 17,14% Indikator 2 13(6), 20(10),

32(16), 37(18) -

4 11,43%

Indikator 3 - 26(14), 47(25) 2 5,72%

2 Fear of

Failure

8(4), 41(21) 14(7), 16(9), 23(12), 38(19), 44(23), 57(31),

63(34) 9


(16)

3

Kurangnya Motivasi (lack of motivation)

Indikator 1

24(13), 39(20), 45(24), 55(29), 56(30)

2(1), 7(3),

15(8), 53(28) 9

25,71%

Indikator 2 33(17), 59(33) 30(15), 49(26),

58(32) 5

14,29%

Jumlah 17 18 35 100%

Keterangan:

( ) angka di dalam kurung adalah nomor aitem baru

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksaan terdiri dari tiga tahap yakni, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilewati dalam penelitian ini adalah:

a. Penyusunan alat ukur

Alat ukur disusun berdasarkan aspek prokrastinasi akademik dari Schouwenburg (1995). Skala prokrastinasi akademik yang disusun terdiri dari 65 aitem dimana terdiri dari pernyataan yang mencerminkan indikator dari aspek yang ada. Setelah aitem disusun, kemudian peneliti meminta penilaian dari dosen pembimbing sebagai professional judgement untuk mengevaluasi aitem-aitem yang ada satu persatu.

b. Uji coba alat ukur

Setelah alat ukur selesai disusun dan dievaluasi oleh professional, tahap selanjutnya adalah uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilaksanakan dengan memberikan skala kepada 103 remaja yang berdomisili di kota Medan. Uji coba alat ukur dilakukan hampir 3 minggu pada 15 November - 5 Desember


(17)

reliabilitas, dan diperoleh sebanyak 35 aitem skala prokrastinasi akademik yang memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya.

c. Revisi alat ukur.

Revisi alat ukur dilakukan dengan bantuan SPSS untuk melihat reliabilitas serta menguji daya beda aitem di dalam skala. Setelah skala diproses melalui SPSS, maka didapatlah sebanyak 35 aitem, kemudian peneliti menyusun kembali penomoran aitem untuk menjadi skala penelitian prokrastinasi akademik.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah menyelesaikan revisi alat ukur, maka peneliti kemudian mempersiapkan untuk mengambil data. Skala diberikan pada subjek penelitian yang memiliki karakteristik yang peneliti tentukan sebelumnya. Peneliti melakukan pengambilan data secara bertahap dari tanggal 10 Desember 2012 - 15 Januari 2013. Peneliti menyebar skala untuk remaja anggota fan club K-pop melalui acara gathering yang diadakan di akhir minggu dan juga lewat pengisian skala online yang disebar lewat komunitas fan club K-pop di jejaring sosial, sedangkan untuk remaja bukan anggota fan club K-pop disebar melalui kampus serta sekolah dengan lebih dahulu menanyakan identitas subjek pada fan clubK-pop.

Penelitian ini melibatkan 232 orang sebagai subjek penelitian, yaitu yang terdiri dari 116 remaja anggota fan club K-pop serta 116 remaja yang bukan merupakan anggota dari fan club K-pop manapun. Adapun subjek remaja anggota fan club K-pop diambil dari anggota fan club ELF, SONE, TRIPLE S,


(18)

CASSIEOPEIA, EXOTIC, V.I.P, QUEEN, serta SHAWOL. Subjek remaja yang bukan anggota fan club K-pop manapun didapat dari mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara (USU), Politeknik Medan, Universitas Medan Area, SMA Shaffiyatul, serta SMA 1 Medan.

3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan hasil data dari skala yang telah disebar menggunakan bantuan program microsoft excel dan SPSS 16.0 for windows. Data diolah dengan mengelompokkan data menjadi dua untuk mendapatkan hasil perbandingan diantara kedua kelompok tersebut.

G. METODE ANALISA DATA

Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota fan club dengan remaja bukan anggota fan club K-pop. Maka metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji t-test, dengan maksud untuk menguji dan melihat perbedaan antara dua kelompok sampel yang telah ditentukan (Field, 2009) dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.

Sebelum melakukan analisa data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel yang digunakan berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan


(19)

one-sample Kolmogorov smirnov. Data dapat dikatakan terdistribusi normal jika hasil yang diperoleh p > 0,05.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variasi nilai kelompok pada populasi dan sampel adalah homongen. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Levene, dengan perkiraan dapat dikatakan homogen apabila nilai p > 0.05.


(20)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan mengenai analisa data serta pembahasan. Pembahasan akan diawali dengan memberikn gambaran umum dari subjek penelitian kemudin dilanjutkan dengan hasil analisa data dan pembahasan.

A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berdomisili di kota medan, dimana jumlah subjek yang di dapat adalah 232 orang. Remaja sebagai subjek dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu remaja anggota fan club K-pop dan remaja yang bukan merupakan anggota fan club K-K-pop.

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat terlihat dari tabel 6 berikut:

Tabel 6. Pengelompokan subjek berdasarkan jenis kelamin

Status Perempuan Laki-laki Jumlah

Remaja Anggota Fan Club

K-pop 107 9 116

Remaja Bukan Anggota Fan

Club K-pop 87 29 116

Total 194 38 232

Tabel 6 menunjukkan jumlah subjek penelitian remaja anggota fan club K-pop yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 107 orang, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40 orang. Subjek remaja bukan anggota fan


(21)

club K-pop yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 87, dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29 orang.

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenjang pendidikan antaran lain: Tabel 7. Penyebaran subjek berdasarkan kelompok jenjang pendidikan

Kategori Jumlah Persentase

SMP 10 4,31%

SMA 86 37,07%

Perguruan Tinggi 136 58,62%

Total 232 100%

Tabel 7 menunjukkan bahwa subjek yang berada jenjang pendidikan SMP sebanyak 10 orang (4,31%), SMA sebanyak 86 orang (37,07%), dan Perguruan Tinggi sebanya 136 orang (58,62%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek lebih banyak berasal dari jenjang Perguruan Tinggi.

3. Hasil Penelitian

Berikut akan disajikan hasil uji asumsi, normalitas, homogenitas, dan hasil pengolahan data terhadap hasil data subjek penelitian prokrastinasi akademik.

a. Uji asumsi

i. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian yang didapat terdistribusi secara normal.Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS versi 16.00 for windows. Hasil uji normalitas dengan menggunakan one-sample Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada table berikut.


(22)

Uji normalitas ini menggunakan interpretasi dengan melihat perbandingan nilai signifikansi (p) terhadap nilai alpha (α). Apabila nilai p > α, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian variabel prokrastinasi akademik terdistribusi secara normal. Sebaliknya bila nilai p < α, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian variabel prokrastinasi akademik tidak terdistribusi secara normal. Tabel 8. Hasil uji normalitas

Remaja Anggota

Fan club K-pop

Remaja Bukan Anggota Fan

club K-pop

Keterangan

Jumlah Subjek 116 116

Kolmogorov-Smirnov (z) 0.49 0.593 Sebaran normal

Signifikansi (p) 0.97 0.874 Sebaran normal

Hasil uji normalitas menggunakan one-sample Kolmogorov-Smirnov dari tabel 8 dapat terlihat bahwa nilai z untuk remaja anggot fan club K-pop adalah sebesar 0.49 dengan signifikansi (p) = 0.97 dimana p > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian pada remaja anggota fan club K-pop tersebar atau terdistribusi secara normal. Begitu juga dengan data remaja bukan anggota fan club K-pop menunjukkan hasil z sebesar 0.593 dengan signifikansi (p) = 0.874 dimana p > 0.05, sehingga bisa disimpulkan bahwa data penelitian pada remaja bukan anggota fan club K-pop juga terdistribusi secara normal.

i. Uji homogenitas

Setelah uji normalitas dilakukan selanjutnya adalah uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari kedua kelompok


(23)

adalah sama. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene Statistic, dengan membandingkan nilai signifikansi (p) terhadap nilai alpha (α).

Varians pada kelompok dinyatakan sama atau homogen bila signifikansi lebih besar dari pada alpha (p > α). Sebaliknya apabila p < α maka varians pada kelompok tidak sama atau tidak homogeny. Adapun hasil dari Levense statistic untuk uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9. Hasil uji homogenitas

Levene statistic Signifikansi (p) Keterangan

0.261 0.610 Homogen

Dari tabel 9 dapat terlihat hasil nilai Levene statistic sebesar 0.261, dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.610. Nilai p > α, maka dapat disimpulkan bahwa varians dalam kelompok adalah homogen.

b. Hasil penelitian utama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota fan club K-pop dengan remaja yang bukan merupakan anggota fan club K-pop. Penelitian ini menggunakan metode analisa independent t-test. Metode analisa ini digunakan setelah memenuhi syarat uji normalitas dan homogenitas (Field, 2009). Adapun perumusan hipotesa statistik dari penelitian ini, yaitu:

1.) H0: μ1 = μ2, artinya adalah tidak ada perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota dan bukan anggota fan club K-pop

2.) H0: μ1 ≠ μ2, artinya adalah ada perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota dan bukan anggota fan club K-pop


(24)

Prosedur untuk uji hipotesa penelitian ini mengikuti kriteria berikut, apabila p < α; α = 0.05 maka H0 ditolak. Analisa data menggunakan signifikansi 2-tailed. Tabel 10. Hasil uji independent t-test

t Df. Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Prokrastinasi Akademik

0.192 230 0.848 0.37069 1.92838

Hasil analisis uji t dari tabel 10 terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,848 (p > 0,5) yang berarti dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain bahwa tidak ada perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota dengan remaja bukan anggota fan club K-pop, dengan nilai t(230) = 0,192; p > 0,05.

Tabel 11. Deskripsi data statistik kelompok keanggotaan remaja fan club K-pop

Kelompok Jumlah (N) Mean Std. Deviasi

Remaja anggota

fan club K-pop 116 89.09 14.522

Remaja bukan anggota fan club

K-pop

116 88.72 14.848

Dari tabel 11 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata remaja anggota fan club K-pop (M = 89,09; SD = 14,522), sedangkan remaja yang bukan merupakan anggota fan club K-pop (M = 88,72; SD 14,848).

c. Kategorisasi jenjang data hasil penelitian

Berikut ini akan dikemukakan hasil kategorisasi data prokrastinasi akademik remaja anggota dan bukan anggota fan club K-pop. Tujuan dari


(25)

kategorisasi ini adalah untuk menempatkan individu ke dalam kelompok secara bertingkat sebanyak 3 tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Skala prokrastinasi akademik pada penelitian ini teridiri dari 35 aitem yang tiap aitemnya memiliki skor dari 1 sampai dengan 5. Skor tertinggi yang dapat dicapai adalah 175, sedangkan skor terendah yang dapat dicapai adalah 35. Maka rata-rata dan simpangan baku teoretisnya dapat diperoleh yaitu, Mean = 105; Simpangan baku = 23

Berikut adalah tabel perbandingan rata-rata dan simpangan baku empiris dengan rata-rata dan simpangan baku hipotetiknya.

Tabel 12. Perbandingan Mean dan simpangan baku empiris dengan hipotetik

Kelompok Remaja Jumlah Rata-rata Std Deviasi Min Max

Remaja anggota FC Empirik 116 89.086 14.522 43 120

Hipotetik 116 105 23 35 175

Remaja bukan anggota FC

Empirik 116 88.716 14.858 52 124

Hipotetik 116 105 23 35 175

Dari data hasil rata-rata dan simpangan baku empiris di tabel 12, dengan remaja anggota fan club K-pop memiliki rata-rata 89.086 dan simpangan baku 14.522. Sedangakan rata-rata kelompok remaja bukan anggota fan club K-pop memiliki rata-rata 88.716 dan simpangan baku senilai 14.858.

Kategorisasi dibuat ke dalam tiga tingkatan prokrastinasi akademik rendah, sedang, dan tinggi dengan rumus berikut dengan menggunakan rata-rata dan simpangan baku hipotetik


(26)

Tabel 13. Tabel kategorisasi jenjang nilai

Kategorisasi nilai Tingkatan

X < Mean - 1(SD) Rendah

Mean - 1(SD) < X < Mean + 1(SD) Sedang

X > Mean + 1(SD) Tinggi

Keterangan: Mean = rata-rata

SD = Simpangan baku (standar deviasi)

Maka kategorisasinya dapat terlihat dari tabel 14 berikut Tabel 14. Kategorisasi berdasarkan jenjang nilai

Kelompok Remaja

Kategori Prokrastinasi Akademik

Jumlah (N) Persentase (%)

Anggota FC K-pop

Rendah X < 82 37 31,9

Sedang 82 < X < 128 79 68,1

Tinggi X > 128 0 0

Total 116 100

Bukan

anggota FC K-pop

Rendah X < 82 40 34,5

Sedang 82 < X < 128 76 65,5

Tinggi X > 128 0 0

Total 116 100

Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa pada remaja anggota fan club K-pop tidak ada yang termasuk ke dalam prokrastinasi akademik tingkat tinggi, namun pada tingkat sedang dan rendah masing-masing memiliki persentase senilai 68,1 % dan 31,9%. Pada kelompok remaja bukan anggota fan club K-pop juga tidak ditemukan remaja yang memiliki prokrastinasi akademik tingkat tinggi, namun pada tingkatan sedang dan rendah masing-masing memiliki persentase 65,5% dan


(27)

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 232 orang remaja yang berdomisili di Kota Medan, dimana 232 orang remaja tersebut terdiri dari 116 orang remaja yang merupakan anggota fan club K-pop dan 116 orang remja yang bukan merupakan anggota fan club K-pop. Adapun penelitian ini menggunakan skala psikologis dimana memiliki keuntungan dalam hal waktu, energi dan biaya dibandingkan dengan metode lain. Sedangkan kelemahan dari penelitian dengan metode ini adalah kurang mengungkapkan hasil penelitian secara mendalam.

Hasil dari penelitian mengenai prokrastinasi akademik ini diolah menggunakan independent sample t-test dengan hasil yang didapat adalah H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain bahwa tidak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik yang yang signifikan antara remaja anggota dan bukan anggota fan club K-pop di kota Medan. Berikut merupakan penjelasan lebih jauh mengenai jawaban mengapa hipotesa tidak terbukti.

Suryabrata (2008) menungkapkan beberapa alasan mengapa hipotesa penelitan tidak terbukti antara lain mengenai landasan teori yang kurang tepat, sampel yang tidak representatif, instrument pengambilan data yang tidak valid dan reliabel, rancangan penelitian yang kurang tepat, perhitungan yang salah, serta adanya pengaruh variabel-variabel di luar data yang diperoleh. Adapun kemungkinan yang menjadi landasan mengapa hipotesa dalam penelitian ini ditolak adalah karena adanya pengaruh variabel-variabel luaran (extraneous variables) yang mempengaruhi prokrastinasi akademik subjek penelitian yang


(28)

tidak dapat dikontrol peneliti. Maksud dari variabel yang tidak dapat dikontrol dalam hal ini adalah mengenai faktor eksternal.

Faktor eksternal pada subjek dalam hal ini berkaitan dengan lingkungan di sekitar subjek, seperti tingkat pendidikan orang tua dan jumlah saudara kandung. Jumlah saudara kandung berkaitan dengan bagaimana suasana rumah dimana subjek mengerjakan tugas sekolah ataupun kuliah, dan seberapa besar gangguan yang ia terima. Senada dengan Rosario (2009) yang mengungkapkan bahwa kehadiran saudara kandung di rumah dapat menjadi distraksi bagi remaja untuk belajar di rumah. Bukan hanya sekedar jumlah saudara, tetapi lebih menjurus ke keadaan ataupun kekondusifan lingkungan tempat sekitar remaja tersebut belajar atau mengerjakan tugas akademiknya. Sejalan dengan Gargari (2011) yang mengungkapkan bahwa siswa dan mahasiswa yang prokrastinasi memiliki control eksternal yang lebih tinggi. Dalam hal ini peneliti tidak mendapat gambaran bagaimana keadaan lingkungan tempat subjek tinggal.

Faktor lain yang memungkinkan mengapa hipotesa ditolak adalah tidak dapat di kontrolnya apakah ada persamaan atau perbedaan sistem belajar dari subjek bila di sekolah atau kampus, apakah dari tiap kelompok baik remaja anggota ataupun bukan anggota fan club K-pop memiliki persamaan atau perbedaan dalam hal ini. Rosario (2009) mengungkapkan bahwa hal lain yang mempengaruhi prokrastinasi adalah tingkat kesulitan tugas yang diberikan oleh pengajar, tidak didapatkan bagaimana tingkat kesulitan tugas yang didapatkan subjek dari sekolah ataupun kampus. Santrock (2009) juga mengungkapkan hal


(29)

serupa bahwa tingkat kesulitan tugas mempengaruhi perilaku prokrastinasi pada siswa dan mahasiswa.

Sistem reward juga menjadi salah satu faktor terjadinya prokrastinasi. Di antara kedua kelompok remaja tersebut mungkin memiliki perlakuan tertentu yang tidak dapat dicapai peneliti. Humphrey (2010) mengatakan bahwa kehadiran reward juga menjadi salah satu penentu terjadinya prokrastinasi. Latar belakang budaya juga menjadi pengaruh dalam prokrastinasi seperti yang diungkapkan Ozer (2009) bahwa latar belakang budaya menjadi salah satu pembentuk karakteristik seseorang. Dalam penelitiannya didapatkan seperti budaya kolektivitas yang membuat perempuan cenderung tidak melakukan prokrastinasi, begitupula dengan budaya Indonesia yang measih kental dengan kolektivitas masyarakatnya sehingga tidak terlihat perbedaan jelas antara kedua kelompok remaja tersebut.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan serta saran yang berhubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh peneliti. Pada bagian awal akan disampaikan kesimpulan dari penelitian ini dan kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan saran-saran yang dapat berguna bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.

A. KESIMPULAN

Setelah penelitian dilakukan kemudian analisis data telah dilaksanakan, maka diperolehlah kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota dengan remaja yang bukan anggota fan club K-pop.

2. Antara kelompok remaja anggota dengan remaja yang bukan anggot fan clubK-pop tidak ditemukan yang memiliki prokrastinasi akademik yang tinggi.

3. Prokrastinasi akademik pada remaja anggota fan club K-pop dalam tingkat sedang memiliki persentase sebesar 68,1% dan prokrastinasi tingkat rendah sebesar 31,9%. Sedangkan remaja yang bukan anggota fan club K-pop memiliki persentase sebesar 65,5% pada tingkat sedang dan 34,5% pada tingkat rendah.

5. Berdasarkan pengelompokan jenjang pendidikan, remaja pada tingkat perguruan tinggi memiliki prokrastinasi akademik yang paling tinggi, diikuti oleh jenjang pendidikan SMA, kemudian SMP


(31)

B. SARAN

Selanjutnya akan dikemukakan mengenai saran praktis dan metodologis, dalam upaya menyempurnakan penelitian selanjutnya mengingat penelitian ini masih jauh dari sempurna. Berikut adalah saran yang diajukan:

1. Saran Metodologis

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti memberikan saran bagi pihak yang ingin meneliti selanjutnya mengenai topik yang sama ataupun mengembangkan penelitian ini, sekiranya dapat mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Peneliti selanjutnya hendaknya membuat penelitian mengenai prokrastinasi pada remaja anggota fan club K-pop dengan lebih mendalam, bisa disertakan dengan hasil wawancara yang spesifik.

b. Adapun hal lainnya yaitu mengenai faktor lain yang mempengaruhi data hasil penelitian yang berasal dari subjek, hendaknya peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor tersebut

c. Peneliti selanjutanya bisa juga mempersempit ataupun fokus terhadap satu institusi, sehingga perbedaan treatment dari pengajar dapat dikendalikan

2. Saran Praktis

a. Saran untuk institusi

Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ada mengungkapkan mengenai semakin tinggi jenjang pendidikan, maka kecenderungan untuk prokrastinasi dapat meningkat, maka dari itu diharapkan dari institusi dapat


(32)

mengontrol dari jauh perkembangan ataupun sistem belajar dari siswa ataupun mahasiswa.

b. Saran untuk pihak keluarga

Subjek penelitian ini merupakan remaja, dimana remaja harusnya masih dalam tahap pengawasan orangtua, berkembangnya kegiatan klub penggemar K-pop juga merupakan imbas dari semakin berkembangnya teknologi. Remaja memperoleh informasi lewat internet ataupun media sosial lain. Dalam hal ini orangtua juga bisa ikut andil dalam mengendalikan ataupun memantau kegiatan dari remaja sehingga tidak mengganggu sistem belajarnya.

c. Saran untuk siswa dan mahasiswa

Penelitian ini berfokus pada remaja yang tidak lain adalah peserta belajarbaik dari jenjang SMP sampai dengan Perguruan Tinggi. Hasil penelitian cukup mengkhawatirkan pada tingkat yang semakin tinggi dalam kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akademik. Bagaimana pola belajar remaja tentunya remaja itu sendirilah yang memiliki andil besar dalam menentukannya. Hendaknya dalam segala aktivitas baik belajar maupun bersenang-senang dapat diseimbangkan sebaik mungkin, agar terhindar dari penundaan belajar yang bisa berakibat pada turunnya prestasi.


(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini bertujuan untuk menguraikan landasan teori yang menjadi dasar masalah dalam objek penelitian, diantaranya memuat mengenai prokrastinasi akademik, remaja, serta teori mengenai K-pop. Dalam bab ini juga akan dikemukakan hipotesa sebagai dugaan sementara dari masalah penelitian.

A. PROKRASTINASI AKADEMIK

1. Definisi Prokrastinasi

Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastinare, yang berarti menunda sampai hari lain. Prokrastinasi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pro yang memiliki arti umum sebagai gerakan maju, dan cratinus yang memiliki arti milik esok hari (Ferrari, 1995). Prokrastinasi diartikan sebagai menunda sampai di keesokan hari (Knaus, 2002).

Prokrastinasi menurut Weiten (2006) adalah suatu masalah yang berkaitan dengan waktu, yaitu kecenderungan untuk menunda pengerjaan tugas sampai di penghujung waktu. Prokrastinasi merupakan bentuk penundaan tugas hingga di detik terakhir dan menyalahkan pengaturan waktu yang buruk sebagai pengalihan dugaan ketidakkompetanan individu tersebut (Covington dan Dray dalam Santrock, 2009).

Burka (dalam Ferrari, 1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi merupakan perilaku penundaan tugas. Begitupun, tidak selalu aktivitas pengerjaan tugas yang terlambat merupakan sebuah prokrastinasi. Fiore (2009) mendefinisikan prokrastinasi adalah sebuah mekanisme coping yang berhubungan


(34)

dengan kecemasan dalam memulai dan menyelesaikan tugas ataupun keputusan. Alderman (2004) menyebutkan bahwa prokrastinasi itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari perilaku self-handicapping, yaitu sebuah strategi untuk menghindari atau menolak kegagalan.

Berdasarkan pemaparan definisi dari beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah suatu perilaku penundaan terhadap pengerjaan tugas tertentu sebagai pengalih dari dugaan ketidakkompetenan pelaku prokrastinasi.

2. Definisi Prokrastinasi Akademik

Scraw, Wadkins, & Olafson (dalam Santrock, 2009) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik berkaitan dengan gagalnya siswa untuk meraih potensinya. Alasan siswa dan mahasiswa melakukan prokrastinasi adalah pengaturan waktu yang buruk, sulit berkonsentrasi, kecemasan, keyakinan negatif, masalah personal, kebosanan, harapan yang terlalu tinggi, dan ketakutan akan kegagalan (University of Buffalo Counseling Service dalam Santrock, 2009).

Burka dan Yuen (2008) menegaskan bahwa prokastinator memiliki aspek irrasional di dalam dirinya. Prokrastinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak melakukannya dengan segera, karena hasilnya akan tidak maksimal, maksudnya adalah penundaan dikategorikan sebagai prokrastinasi apabila penundaan yang dilakukan siswa dan mahasiswa merupakan kebiasaan atau pola yang menetap yang dilakukan berulang-ulang oleh siswa dalam pengerjaan tugas karena


(35)

Baumeister (dalam Weiten, 2006) mengungkapkan bahwa prokrastinasi adalah salah satu tipe perilaku self-defeating, yaitu perilaku yang dapat merugikan dan merusak diri sendiri. Lay (dalam Weiten, 2006) juga mengungkapkan bahwa prokrastinator cenderung mengalami kecemasan yang tinggi dan masalah kesehatan yang meningkat. Ferrari et al. (1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan hasil dari fear of failure (takut gagal). Schouwenburg (1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik berkaitan dengan mudahnya siswa serta mahasiswa terganggu terhadap perilaku di luar kegiatan belajar seperti aktivitas sosial.

Prokrastinasi akademik menurut Schouwenburg (1995) adalah suatu perilaku menunda pengerjaan tugas ataupun kegiatan belajar untuk ujian, dan digantikan dengan kegiatan lain yang tidak perlu. Pengerjaan tugas dilakukan setelah mendekati batas tenggang waktu, sehingga pengerjaannya menimbulkan tekanan, ketakutan, serta kecemasan. Wolters (dalam Hudley, 2008) menambahkan bahwa prokrastinasi merupakan suatu bentuk penolakan akademik (academic avoidance) yang digunakan siswa dan mahasiswa ketika berada di dalam setting akademik, seperti dalam pengerjaan tugas dan kerja kelompok.

Prokrastinasi akademik dari beberapa pendapat tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan baik pada tugas, belajar, dan kegiatan akademik yang digantikan dengan kegiatan lain di luar akademik, serta penundaan yang dilakukan secara berulang-ulang. Tugas dikerjakan setelah mendekati masa tenggang, sehingga dalam pengerjaannya timbul rasa takut, cemas, dan tertekan.


(36)

3. Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik

Schouwenberg (1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh faktor perilaku berikut:

a. Kurangnya kecepatan dan ketepatan, baik dalam intensi dan perilaku. Tidak adanya ketepatan dalam pengerjaan tugas begitupun dengan intensinya dalam pengerjaan tugas.

b. Kesenjangan antara intensi dengan perilaku sebenarnya. Intensi yang dimiliki untuk pengerjaan tugas, tidak dibarengi dengan perwujudan perilaku yang direncanakan.

c. Kehadiran aktivitas-aktivitas yang saling bersaing atau berlawanan, contohnya aktivitas belajar untuk ujian yang bersamaan dengan adanya aktivitas sosial dan organisasi pada waktu yang bertepatan.

Faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya prokrastinasi menurut Rosario (2009) antara lain:

a. Faktor sekolah atau kampus, yaitu mengenai tingkatan jenjang pendidikan dari siswa dan mahasiswa. Hal ini meliputi tingkat kesulitan tugas akademik yang diterima siswa dan mahasiswa.

b. Faktor keluarga, meliputi i) tingkat pendidikan orangtua serta ii) jumlah dari saudara kandung. Orangtua berperan dalam memberikan dukungan kepada anak dalam melakukan pengerjaan tugas akademiknya. Begitupun kehadiran dari saudara kandung yang menentukan seberapa besar distraksi yang diterima siswa dan mahasiswa di lingkungan rumahnya.


(37)

4. Dimensi prokrastinasi akademik

Schouwenburg (1995) mengemukakan tiga dimensi prokrastinasi akademik. Dimensi-dimensi ini merupakan patokan alat pengukur perubahan dan fluktuasi dari perilaku prokrastinasi di bidang akademik. Adapun dimensi dari prokrastinasi akademik tersebut adalah sebagai:

a. Prokrastinasi.

Perilaku menunda aktivitas belajar untuk ujian hingga dipenghujung waktu, dan menimpakan kesalahan pada manajemen waktu untuk menutupi ketidakkompetenan diri. Pada umumnya pelaku prokrastinasi membiarkan dirinya terganggu dengan aktivitas lain selain belajar, serta memiliki masalah pada konsentrasinya.

b. Takut gagal (fear of failure).

Rasa takut umumnya menghasilkan penghindaran. Perilaku menghidar, dalam ranah pendidikan, hampir tidak dapat dibedakan dengan prokrastinasi akademik. Perasaan takut gagal tersebut salah satunya ditandai dengan rasa tekanan ketika belajar, dan merasa ragu terhadap kemampuan diri.

c. Kurangnya motivasi (lack of motivation).

Kurangnya motivasi pada prokrastinasi akademik dalam hal ini merupakan rasa ketidaktertarikan terhadap belajar ataupun mata pelajaran tertentu.

Hermans (dalam Ferrari, 1995) mengungkapkan dimensi yang diukur pada prokrastinasi akademik antara lain:

a. Rendahnya kedisiplinan (Low work discipline), karakteristik yang menggambarkan rendahnya kedisiplinan perilaku pelaku prokrastinasi


(38)

akademik dalam pengerjaan tugas, ketidakteraturan dalam mengerjakan tugas, serta pengabaian hal lain di luar tugas utama.

b. Takut gagal (Fear of failure), menggambarkan pelaku prokrastinasi yang memiliki karakteristik perilaku yang memiliki ketakutan akan kegagalan, selalu merasa bersalah, bahkan cenderung merasa panik. Individu yang melakukan prokrastinasi biasanya selalu merasa cemas dan terbayang dengan tugas yang diabaikannya.

c. Ketertarikan belajar (Study Interest), mengggambarkan ketertarikan akan mata pelajaran tertentu pada siswa dan mahasiswa, bagaimana tinggi rendahnya minat mereka pada mata pelajaran tertentu.

5. Bentuk-Bentuk Perilaku Prokrastinasi Akademik

Ferrari (1995) menjabarkan bahwa prokrastinasi akademik menunjukkan perilaku sebagai berikut:

a. Menunda pelaksanaan belajar ketika sudah diniatkan b. Menunda ketika tugas akan dikerjakan

c. Kesenjangan antara intensi belajar dengan perilaku yang sebenarnya d. Melakukan hal lain selain tentang pelajaran.

University of Buffalo Counseling Service (dalam Santrock, 2009) memaparkan bentuk dari prokrastinasi:

a. Menghindari tugas dengan harapan akan hilang dengan sendirinya


(39)

d. Mengganti tugas yang prioritasnya lebih rendah dari yang lain, misalnya membersihkan kamar drpd belajar untuk ujian

e. Percaya bahwa penundaan sesaat secara berulang tidak akan berpengaruh f. Semangat hanya di awal pengerjaan tugas

g. Menjadi bingung diantara dua pilihan yang pada akhirnya tidak ada yang selesai satupun.

Alderman (2004) menambahkan mengenai empat pola dari prokrastinasi pada siswa dan amahasiswa:

a. Belajar di menit terakhir

b. Menyibukkan diri dengan hal-hal kecil

c. Mengumpulkan bahan untuk proyek tanpa pernah memulai ataupun menunda dalam pengerjaan awalnya

d. Memilih banyak menanggung aktivitas tetapi tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan satu aktivitas pun.

B. REMAJA

Remaja menurut Newman & Newman (2006) merupakan masa transisi dari anak-anak menuju ke masa dewasa, tahap ini terbagi atas dua yaitu tahap remaja awal (12-18 tahun) dan tahap remaja akhir (18-24 tahun). Tantangan dan peristiwa serta kegembiraan pada masa remaja memiliki andil dalam membangun arti dan kemandirian diri dari hidup mereka kedepannya. Remaja merupakan masa pencarian dan penjelajahan identitas diri.

Pada tahap ini juga remaja memiliki perkembangan sosial yang semakin meluas. Thalib (2010), masa remaja umumnya masih berada di bangku SMP,


(40)

SMA, dan sebagian sebagai mahasiswa. Proses perkembangan remaja juga tidak lepas dari lingkungannya, baik itu keluarga ataupun teman sebaya. Pada usia ini pula remaja harus mampu menyesuaikan diri demi keberhasilan mencapai tugas perkembangan pada tahap dewasa.

Keniston (dalam Thalib, 2010) menyatakan bahwa transisi yang diikuti dengan adanya perubahan-perubahan selalu menimbulkan kesulitan ataupun masalah pada penyesuaian diri remaja. Pada tahap transisi, remaja dalam kondisi tidak stabil karena ada perasaan tidak aman karena harus mengganti atau mengubah pola tingkah laku anak-anak ke dewasa. Emosi yang tidak stabil dapat mendatangkan perasaan tidak bahagia pada remana (Nuryoto dalam Thalib, 2010). Perasaan tidak bahagia pada remaja bisa berakibat pada tingkah laku yang tidak teroganisir, prestasi belajar yang rendah karena kurangnya motivasi dan keyakinan diri, dan melarikan diri dari keadaan yang ada.

Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa remaja kerap menemukan jati dirinya sesuai dengan atau berdasarkan situasi kehidupan yang mereka alami. Remaja juga percaya pada kelompok mereka dalam menemukan jati dirinya. Pergaulan remaja kebanyakan diwujudkan dalam bentuk kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok besar yang diikuti dengan pertimbangan seperti moral, sosial ekonomi, ketertarikan atau minat, kesamaan bakat, dan kemampuan.

Thalib (2010) mengemukakan tentang kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan remaja antara lain:


(41)

2. kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, ingin terkenal dalam arti positif maupun negatif

3. kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan sehingga mereka berlomba-lomba untuk memperoleh kejuaraan dalam berbagai hal.

4. kebutuhan akan keteraturan, ingin terlihat rapi, teratur, dan cantik 5. kebutuhan akan kebebasan dalam menentukan sikap

6. kebutuhan dalam menciptakan hubungan persahabatan

7. keinginan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain atau empati 8. mencari bantuan dan simpati untuk memecahkan masalah

9. ingin berkuasa tetapi bukan untuk dikuasai

10.menganggap rendah diri sendiri dan tidak sombong akan kemampuan yang dimiliki

11.adanya kesediaan untuk membantu orang lain

12.membutuhkan variasi dalam kehidupan dan tidak menyukai hal-hal bersifat rutin

13.adanya keuletan dalam melaksanakan tugas dan tidak mudah menyerah dengan hambatan yang ada

14.bergaul dan ketertarikan dengan lawan jenis, dan cenderung bersikap agresif, serta suka mengkritik orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. KOREAN WAVE

Korean wave atau gelombang Korea merupakan istilah yang dipopulerkan oleh media China satu dekade yang lalu. Korean wave merujuk pada pengertian


(42)

kepopuleran budaya pop Korea di China yang dimulai dengan masuknya drama serta musik, yang dikenal dengan Korean Pop (K-pop), asal negeri ginseng tersebut. Sejak saat itu Korea Selatan mulai dikenal sebagai produsen budaya populer antar Negara, yaitu dengan mengekspor sejumlah produk kultural pada seluruh wilayah Asia (Korean Culture and Information Service, 2011).

Fenomona gelombang Korea ini merupakan budaya populer yang juga menjadi salah satu kajian pada psikologi populer saat ini. Williams (dalam Storey, 2009) menyatakan bahwa budaya populer adalah sesuatu yang disukai banyak orang. Dalam hal ini Lull (dalam Giles, 2003) menambahkan bahwa budaya populer memiliki dampak yang besar pada sosialisasi antar remaja. Begitu jelasnya terlihat bagaimana antusias remaja Indonesia dengan kehadiran artis asal negri ginseng yang ada di tanah air.

1. Korean Pop (K-pop)

K-pop merupakan kepanjangan dari Korean pop. K-pop pertama kali muncul dan meluas di pertengahan 1990-an di bawah naungan gelombang korea (Korean wave). K-pop mendapat perhatian dari seluruh dunia bersamaan dengan keberhasilan grup K-pop, maka bisa didefinisikan K-pop sebagai musik pop Korea yang dinyanyikan dan diperformakan oleh artis Korea dan diterima secara positif oleh fans internasional. Di Indonesia, penyebaran pengaruhnya budaya populer Korea ini diawali sekitar tahun 2002 dengan tayangnya salah satu ikon budaya popular dikemas dalam bentuk drama berjudul “Endless Love” yang ditayangkan di Indosiar lalu diikuti oleh drama lainnya. Tercatat terdapat sekitar 50 judul


(43)

K-mengungkapkan bahwa K-pop merupakan produk yang diproses sedemikian rupa dengan menggabungkan pengaruh barat dan timur serta aspek budaya lokal dan juga global. Alasan utama strategi tersebut dilakukan adalah untuk memenuhi keinginan ataupun hasrat dari kelompok konsumen yang beragam, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang diraih.

Djamarah (2002) menjabarkan mengenai kelompok pada remaja, nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok saling belajar dalam berorganisasi dan mematuhi aturan dalam kelompok sekalipun dalam hal tertentu tindakan suatu kelompok kurang memperhatikan norma umum yang berlaku dalam masyarakat, karena keutuhan kelompok berada di atas segalanya. Sesuai dengan kelompok remaja penggemar K-pop yang memiliki aturan dalam kelompoknya, contohnya seperti kesepekatan mengenai kehadiran dalam setiap aktivitas di dalam fan club-nya yang memiliki konsekuensi bila tidak memenuhi syarat yang telah disepakati.

Fan club untuk artis K-pop di Indonesia telah hadir sejak lama, tepatnya sekitar tahun 2007. Fan club K-pop berkembang pesat lewat media online di internet seperti lewat forum atau komunitas di jejaring sosial. Gambaran dari kelompok dan kegiatan dari fan club bisa dilihat dari salah satu kelompok penggemar Super Junior (Suju), yaitu Everlasting Friend (ELF). Perkumpulan penggemar (fan club) Suju diantaranya adalah Forsujuindo. Perkumpulan ini berawal dari forum biasa, kemudian berkembang membentuk forum tersendiri dengan anggota aktif dalam forum berjumlah kurang lebih 7000 anggota (Steviani, 2012).


(44)

Adapun definisi dari kata fan club menurut kamus Oxford adalah kelompok penggemar dari artis populer yang terorganisasi. Internet atau teknologi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan fan club K-pop di Indonesia (Jung, 2011). Para remaja yang tergabung pada fanclub K-pop tersebut sangat tergantung pada internet terutama situs Youtube, Facebook, dan Twitter. Adapun media sosial tersebut mereka gunakan sebagai wadah untuk memperbanyak teman yang memiliki ketertarikan pada bidang K-pop ataupun juga untuk saling bertukar informasi mengenai idola mereka. Keterlibatan remaja dalam kumpulan penggemar K-pop merupakan salah satu bentuk ekspresi perasaan mereka terhadap idolanya. Wilis (dalam Gilis, 2003) mengungkapkan ekpresi remaja terhadap kelompok musik tertentu merupakan cara remaja menentukan jati diri mereka. Begitu juga dengan remaja yang berada dalam tahap pencarian jati diri di dalam komunitas K-pop yang mereka bentuk.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam kelompok penggemar (fan club), dalam hal ini Forsujuindo, tersebut antara lain:

a. Gathering rutin. b. Konser mini

c. Cosplay (berdandan semirip mungkin dengan idola) d. Belajar bahasa korea

e. Mengunduh video idola

f. Mengunggah video kreasi sendiri g. Membuat cover dance/ sing


(45)

2. Perkembangan K-pop Di Kota Medan

Di kota Medan wabah pop ditandai dengan lahirnya banyak fan club K-pop yang anggotanya didominasi remaja putri dan tidak sedikit juga anggotanya yang merupakan remaja laki-laki (Daulay, 2012). Acara atau event besar juga selalu diadakan setiap tahunnya dengan sponsor acara yang berbeda-beda. Di Indonesia secara umum di tahun 2010, tercatat ada sekitar 120 acara besar yang digelar oleh fan club K-pop yang ada di Indonesia, diantaranya acara fans gathering, festival, dan lomba lain (Jung, 2011). Selain itu juga kerap diadakan acara sederhana rutin oleh tiap fan club dari artis atau kelompok groupband K-pop yang diadakan setiap minggu ataupun setiap bulannya. Kegiatan mereka antara meliputi nonton bareng, bertukar koleksi video, dan juga cover dance serta cover sing yang anggotanya aktif melakukan perekrutan anggota baru.

Pada tahun 2012 digelar gathering akbar K-pop di kota Medan sebanyak 2 kali dengan sponsor yang berbeda, yang pertama diselenggarakan oleh pihak radio medan yang diadakan bulan juli dan bertempat di salah satu restoran besar di kota medan dengan peserta kurang lebih sebanyak 300 orang. Acara gathering akbar berikutnya diadakan oleh salah satu fans club K-pop, yaitu K-pop Center Medan (KCM), bertempat di auditorium USU pada bulan Desember dengan peserta acara mencapai lebih dari 500 orang, acara tersebut merupakan tahun kedua setelah tahun sebelumnya acara yang sama diadakan di hotel garuda (Daulay, 2012). Adapun acara gathering akbar ataupun gathering reguler yang diadakan oleh fans club K-pop yang ada di kota Medan biasanya menggelar acara lomba tari (cover dance), menyanyi, flash mob dan berdandan ala idola kesayangan mereka. Selain


(46)

acara perkumpulan fans, banyak acara di kota Medan yang menggelar tema K-pop, seperti beberapa acara peluncuran produk dari perusahaan ternama yang diadakan di Mall-Mall besar di kota Medan bahkan sampai salah satu tempat wisata di Sumatera Utara juga turut menggelar lomba tari K-pop (cover dance) sebagai upaya untuk menarik perhatian pengunjung dan peminat yang sebagian besar adalah remaja. Banyaknya rangkaian acara gathering K-pop dikarenakan banyaknya bermunculan fans club K-pop di kota Medan. Regar (2011) mengungkapkan perkembangan K-pop yang pesat di kota Medan dikarenakan adanya fasilitas internet yang menunjang kepopuleran musik Korea tersebut.

D. PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA REMAJA

ANGGOTA DAN BUKAN ANGGOTA FAN CLUB K-POP.

Prokrastinasi sendiri dilakukan oleh hampir setiap orang dari berbagai kalangan di setiap ada kesempatan untuk menunda (Ferrari, 1995). Penelitian mengenai prokrastinasi di kalangan mahasiswa menunjukkan hasil 70-90 persen mahasiswa melakukan prokrastinasi sebelum mengerjakan tugas akademik (Knaus dalam Weiten, 2006). Baumeister (dalam Weiten, 2006) menyatakan kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi terus menerus dapat berakibat meningkatnya stress dan menghambat performa dalam pengerjaan tugas akademik.

Penelitian Ahmaini (2010) yang mengungkapkan bahwa mahasiswa yang aktif di organisasi memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik yang lebih besar dari pada yang bukan anggota organinsasi. Prokrastinasi akademik terjadi


(47)

aktivitas akademik atau belajar (Schouwenburg, 1995). Rendahnya ketertarikan terhadap mata pelajaran dan kegiatan belajar juga merupakan salah satu faktor yang membuat siswa dan mahasiswa cenderung melakukan prokrastinasi akademik.

Efek globalisasi dan kemajuan teknologi menjadikan remaja Indonesia sedang dilanda K-pop yang kemudian mengubah gaya hidup dan aktivitas para remaja, mendengarkan lagu dari bangun tidur, mengunduh lagu serta video, dan berkumpul dengan sesama penggemar dalam sebuah fan club merupakan beberapa kegiatan dari banyak kegiatan lain yang dilakukan secara rutin (Munib, 2012). Kegiatan yang dilakukan remaja anggota fan club kemungkinan dapat menghambat aktivitas, khususnya di bidang akademik. Penelitian yang dilakukan Jung di Singapura pada tahun 2011, meneliti mengenai aktivitas remaja penggemar K-pop di Indonesia, diketahui bahwa remaja banyak melakukan aktivitas sehari-harinya berkaitan dengan idola mereka dan kebanyakan dari mereka cukup sering dalam penggunaan sarana internet. Dapat terlihat juga dari data statistik yang dilampirkan pada bab sebelumnya bahwa begitu besarnya peminat dari kalangan remaja, khususnya Indonesia, yang mengakses segala sesuatu informasi dari internet. Dapat dibayangkan bagaimana besarnya aktivitas remaja di dunia maya yang berkaitan dengan segala sesuatu tentang K-pop.

Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang berlawanan dengan aktivitas akademik siswa dan mahasiswa. Seperti yang disebutkan Schouwenburg (1995) bahwa siswa yang memiliki prokrastinasi yang tinggi sangat mudah terdistraksi dengan kegiatan sosial lain dibandingkan kegiatan belajar. Kegiatan


(48)

para remaja (siswa dan mahasiswa) anggota fan club K-pop seperti mengunduh lagu ataupun video dilakukan lewat internet yang merupakan dampak dari berkembangnya teknologi yang ada. Selain itu media sosial juga tidak luput sebagai sarana para remaja anggota fan club K-pop untuk memperlebar pergaulannya kepada sesama pecinta artisnya. Trezza (2011) mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi yang ada dapat menjadi distraksi atau penghambat para siswa dan mahasiswa dalam belajar.

Tidak hanya berkegiatan di dunia maya, remaja anggota fan club K-pop juga memiliki banyak aktivitas lain di luar itu, sebut saja dengan mengikuti kegiatan gathering, yang biasannya diisi oleh lomba menyanyi ataupun cover dance yang sengaja menyerupai artis kesayangan mereka. Jung (2011) menemukan fakta yang didapat dari United K-pop Lovers Indonesia (UKLI), bahwa ada sekitar 100 kelompok dance cover yang didata oleh UKLI. Tiap kelompok dance cover tersebut memiliki akun khusus di media sosial (Facebook, blog, Twitter) yang aktif merekrut anggota baru untuk bergabung menirukan artis kesayangan mereka.

Remaja anggota fan club K-pop di kota Medan juga memiliki gambaran aktivitas yang tidak jauh berbeda dari yang dipaparkan sebelumnya. Peneliti mencoba bertanya terhadap beberapa remaja yang tergabung dalam fan club K-pop, mereka merasa mengerjakan tugas akademik secara terdesak dikarenakan mereka cenderung menghabiskan hari-hari dengan konsumsi hal berbau K-pop kurang lebih 8-10 jam per hari atau bahkan lebih. Mesikpun begitu mereka


(49)

remaja anggota fan club K-pop di kota Medan memiliki banyak kegiatan yang cukup menyita waktu dan perhatiannya. Remaja anggota fan club K-pop di kota Medan banyak mengikuti aktivitas seputar idola mereka. Waktu remaja untuk belajar bertabrakan dengan kegiatan berkaitan dengan K-pop seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya. Tugas dari siswa dan mahasiswa sendiri adalah memenuhi kewajiban mereka untuk mengerjakan tugas akademik, sudah seharusnya akademik menjadi prioritas utama di atas aktivitas menyenangkan lain.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan antara prokrastinasi akademis pada remaja anggota fan club dengan remaja bukan anggota fan club K-pop di kota Medan.


(50)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku manusia ke arah yang lebih baik. Proses ini merupakan hal penting karena menjadi cerminan dari kemajuan masyarakatnya (Sanjaya, 2005). Pendidikan memiliki tujuan untuk mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaan, serta mencapai perilaku-perilaku yang lebih luas dan lebih banyak kemungkinan-kemungkinannya (Miller dalam Thalib, 2010).

Dembo (2004) mengungkapkan, menjadi peserta didik bukanlah hal yang mudah. Peserta didik yang merupakan siswa dan mahasiswa, harus memiliki keefektifan yang lebih dengan cara menggunakan strategi belajar yang benar serta tekun untuk meningkatkan pengetahuannya, dapat memotivasi dirinya sendiri, memonitori dan mengubah perilaku mereka ketika proses pembelajaran itu terjadi. Djamarah (2002) menyatakan bahwa selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, siswa dan mahasiswa tidak akan terlepas dari kewajiban mengerjakan tugas-tugas akademik. Tugas akademik tersebut memiliki batas pengumpulan waktu tertentu. Oleh sebab itu, siswa maupun mahasiswa harus mampu memanfaatkan waktu untuk penyelesaian tugas akademiknya tersebut.

Penyelesaian tugas-tugas akademik secara sempurna membutuhkan proses dan strategi belajar yang terancang baik, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil akhir serta prestasi siswa dan mahasiswa (Santrock, 2009). Kemampuan dalam


(51)

mahasiswa. Ketidakmampuan mengatur waktu serta strategi dalam belajar dapat membuat pengerjaan tugas menjadi tertunda. Kecenderungan untuk tidak segera mulai mengerjakan tugas yang dilakukan oleh siswa dan mahasiswa merupakan indikasi dari prokrastinasi (Knaus, 1986). Gambaran dari prokrastinasi akademik dikalangan akademis tertuang pula pada penelitian Solomon dan Rothblum (dalam Weiten, 2006) pada 379 mahasiswa dari beberapa universitas di Amerika, mengungkapkan bahwa sebanyak 46% mahasiswa melakukan prokrastinasi pada tugas menulis, sebanyak 27,6 % melakukan penundaan pada waktu belajar untuk ujian, dan 30,1 % melakukan penundaan pada tugas membaca mingguan.

Menurut Covington & Dray (dalam Santrock, 2009) individu yang menunda tugas atau belajar ketika ujian hingga di detik terakhir cenderung menyalahkan pengaturan waktu yang buruk sehingga mengalihkan mereka dari penilaian bahwa mereka tidak memiliki kompetensi merupakan indikasi prokrastinasi. Weiten & Lloyd (2006) juga mengungkapkan hal yang serupa mengenai prokrastinasi, yaitu masalah yang berkaitan dengan waktu dimana terjadinya kecenderungan untuk menunda pengerjaan tugas sampai di penghujung waktu dan hampir setiap orang melakukan prokrastinasi di setiap ada kesempatan. Penelitian Knaus (dalam Weiten, 2006) menunjukkan bahwa 70-90 persen mahasiswa melakukan prokrastinasi atau penundaan sebelum memulai tugas akademik. Terjadinya prokrastinasi terlihat dalam penelitian Park & Sperling (2012) yang menunjukkan bahwa prokrastinasi dilakukan beberapa siswa dan mahasiswa karena gagal untuk melakukan regulasi diri dalam proses belajar mereka. Covington (dalam Ferrari, 1995) juga menambahkan bahwa dalam


(52)

pandangannya ia melihat prokrastinasi akademik merupakan salah satu bentuk perilaku coping pada siswa dan mahasiswa untuk mengatur stress akademik pada diri mereka. Tokoh lain juga mengungkapkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu tipe perilaku self-defeating, yaitu melakukan penundaan atau penolakan untuk segera mengerjakan tugas yang tidak disukai, yang pada akhirnya hanya dapat meningkatkan stress dan hambatan pada performa pengerjaan tugas ataupun aktivitas akademik (Baumeister dalam Weiten, 2006)

Santrock (2009) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu indikasi strategi belajar kurang efektif yang digunakan oleh siswa dan mahasiswa. Bentuk dari prokrastinasi secara nyata yang diuraikan University of Illinois Counseling Center antara lain menghindari dan menyepelekan tugas, menghabiskan waktu bermain internet, mengganti prioritas tugas penting dengan tugas yang tidak penting, percaya bahwa penundaan tugas sesaat secara berulang tidak akan berpengaruh apa-apa, semangat hanya di awal pengerjaan tugas, dan tidak dapat menyelesaikan satu pun pekerjaan yang ada. Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik menurut Biordy (dalam Larson, 1991) adalah dikarenakan kegiatan dari remaja yang mengikuti organisasi ataupun perkumpulan lain di luar kegiatan akademisnya. Hasil penelitian Ahmaini (2010) yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi secara aktif memiliki kecenderugan prokrastinasi akademik yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak tergabung di dalam organisasi


(53)

cenderung melakukan prokrastinasi pada pengerjaan tugas akademiknya. Prokrastinasi itu sendiri merupakan suatu masalah umum yang memberi pengaruh buruk pada perilaku individu (Bliss, Ellis, & Knaus dalam Phye, 1997). Salah satu pengaruh buruk dari prokrastinasi akademik yang diungkapkan Ferrari et al (dalam Weiten, 2006) adalah dampak negatif pada kualitas performa dalam pengerjaan tugas akademis siswa dan mahasiswa.

Schouwenburg (1995) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik terjadi pada siswa dan mahasiswa, dikarenakan mudahnya mereka terdistraksi oleh aktivitas atau perilaku di luar belajar, seperti kegiatan sosial. Silver dan Sabini (dalam Ferrari, 1995) menambahkan bahwa karakteristik pelaku prokrastinasi akademik ditandai dengan kegiatan ataupun aktivitas yang saling berlawanan. Senecal, Koestner, & Vallerand (1995) juga menambahkan bahwa prokrastinasi akademik terjadi karena buruknya manajemen waktu belajar siswa dan mahasiswa. Prokrastinasi dewasa ini, merupakan sebuah isu yang cukup serius di kalangan siswa dan mahasiswa dikarenakan semakin berkembangnya teknologi, seperti internet, yang dapat mendistraksi konsentrasi para remaja yang merupakan siswa dan mahasiswa (Trezza, 2011).

Internet adalah salah satu produk dari perkembangan teknologi, di Indonesia penggunaan internet sendiri mencapai 55 juta pengakses per Mei 2011, dan sekitar 64% atau sekitar 28 juta pengguna adalah berusia muda (Harijadi dalam EL, 2011). Pengguna internet tersebut diantara lain menggunakan mobile internet, ataupun komputer. Menurut Sumartini (dalam Amelia, 2012) aktivitas internet yang dilakukan antara lain, e-mail, fun activities, information utility, dan


(54)

transaction atau jual-beli. Statistik dari Yahoo (dalam Ali, 2012) juga menggambarkan bahwa pengguna internet di Indonesia sebagian besar adalah remaja, dengan perincian sekitar 64% dari keseluruhan pengguna internet di Indonesia. Adapun kegiatan yang di lakukan remaja di dunia maya didominasi oleh kegiatan fun activities, yaitu berupa kegiatan menyenangkan seperti jejaring sosial, diskusi forum, blog, serta aktivitas mengunduh lagu ataupun streaming video lewat website Youtube.

Di Indonesia sendiri, menurut salah satu perusahaan informasi internet yaitu alexa, beberapa situs populer yang sering dikunjungi pengguna internet di wilayah Indonesia adalah situs Youtube, blog, mesin pencari (google dan yahoo), dan media sosial. Kebanyakan dari situs tersebut merupakan situs hiburan yang menjadi konsumsi remaja Indonesia. Sesuai data dari alexa, Indonesia termasuk 15 besar untuk negara yang paling banyak mengakses situs Youtube. Remaja yang merupakan pengguna internet terbesar dengan kebanyakan mengakses situs hiburan (fun activities) dijelaskan oleh Juwitasari (2011) yang memberi gambaran bahwa remaja Indonesia pada saat ini sedang dilanda gelombang Korea atau disebut dengan Korean wave yang mulai melanda Indonesia di tahun 2000-an melalui drama dan musik (K-pop). Pada umumnya penggemar adalah para anak muda berusia di bawah 25 tahun yang memiliki semangat luar biasa dalam mendukung idola mereka.

Husamah (2012) menyebutkan bahwa persentase terbesar penerima K-pop atau Korean wave di Indonesia adalah remaja, generasi muda atau siswa/peserta


(55)

untuk idola yang dilakukan di dalam sebuah klub penggemar (fan club) antara lain, menonton video, mencari berita di internet, membaca ataupun menulis cerita fiksi, membuat komunitas pada media sosial, bahkan mengadakan kegiatan gathering yang cukup rutin. Berbagai kegiatan tersebut tentunya memakan waktu para siswa dan mahasiswa anggota fan club K-pop.

Fan club K-pop berkembang ditandai dengan meningkatnya website yang berkaitan dengan K-pop (Jung, 2011). Tahun 2010, sekitar 86 juta kata kunci “

K-pop” menjadi bahan yang paling sering dibahas di internet, dengan Indonesia

menjadi peringkat ketiga sebagai bahasa yang paling banyak digunakan dalam

pencarian kata kunci “K-pop” di google.com, setelah Thailand dan Vietnam.

Berikut dapat terlihat data statistik yang di dapat dari Google dan Youtube


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. PERUMUSAN PERMASALAHAN ... 9

C. TUJUAN PENELITIAN ... 9

D. MANFAAT PENELITIAN... 10

E. SISTEMATIKA PENULISAN ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. PROKRASTINASI AKADEMIK ... 12

1. Definisi Prokrastinasi ... 12

2. Definisi Prokrastinasi Akademik ... 13

3. Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik ... 15

4. Dimensi prokrastinasi akademik ... 16

5. Bentuk-bentuk perilaku prokrastinasi akademik... 17

B. REMAJA ... 18

C. KOREAN WAVE ... 20

1. Korean Pop ... 21


(2)

D. PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA REMAJA ANGGOTA DAN BUKAN ANGGOTA FAN

CLUB K-POP ... 25

F. HIPOTESIS ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 29

B. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN ... 29

1. Prokrastinasi Akademik ... 30

2. Keanggotaan Remaja Dalam Fan Club Korean Pop ... 30

C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL ... 31

1. Populasi Dan Sampel ... 31

2. Metode Pengambilan Sampel ... 31

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 32

D. METODE PENGUMPULAN DATA ... 32

1. Skala Prokrastinasi Akademik ... 33

E. VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN UJI DAYA BEDA AITEM 34 1. Validitas Alat Ukur ... 34

2. Uji Daya Beda Aitem ... 35

3. Reliabilitas ... 35

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 36

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN ... 39

1. Tahap Persiapan ... 39

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 40

3. Tahap Pengolahan Data ... 41

G. METODE ANALISA DATA ... 41


(3)

1. Uji Normalitas ... 41

2. Uji Homogenitas ... 42

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN ... 43

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan ... 44

3. Hasil Penelitian ... 44

a. Uji asumsi ... 44

b. Hasil penelitian utama ... 46

c. Kategorisasi jenjang data hasil penelitian... 47

B. PEMBAHASAN ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. KESIMPULAN ... 53

B. SARAN ... 54

1. Saran Metodologis ... 54

2. Saran Praktis ... 54


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue print skala prokrastinasi akademik sebelum uji coba ... 33

Tabel 2 Bluprint skala prokrastinasi akademik setelah uji coba ... 35

Tabel 3 Reliabilitas alat ukur ... 36

Tabel 4 Blueprint skala prokrastinasi akademik sesudah uji coba ... 37

Tabel 5 Blueprint penomoran skala akhir ... 38

Tabel 6 Pengelompokan subjek berdasarkan jenis kelamin ... 43

Tabel 7 Penyebaran subjek berdasarkan kelompok jenjang pendidikan .... 44

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas ... 45

Tabel 9 Hasil Uji Homogenitas ... 46

Tabel 10 Hasil Uji independent t-test ... 47

Tabel 11 Deskripsi data statistik keanggotaan remaja fan club ... 47

Tabel 12 Perbandingan antara Mean empiris dengan teoritis ... 48

Tabel 13 Tabel kategorisasi jenjang nilai ... 49

Tabel 14 Kategorisasi berdasarkan jenjang nilai ... 49


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala prokrastinasi akademik ... 61

Lampiran 2 Data mentah skala penelitian ... 68

Lampiran 3 Reliabilitas uji coba skala prokrastinasi akademik ... 75

Lampiran 4 Reliabilitas aitem alat ukur prokrastinasi akademik ... 84

Lampiran 5 Hasil utama analisa data penelitian ... 88

Lampiran 6 Hasil tambahan ... 91

Lampiran 7 Kategorisasi subjek penelitian ... 92