Perbandingan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Wanita Menopause dan Belum Menopause.
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
PERBANDINGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA WANITA MENOPAUSE DAN BELUM MENOPAUSE
Novianti, 2014
Pembimbing : Fen Tih.,dr.,M.Kes ; Christine Sugiarto.,dr.,SpPK
Latar Belakang Gout merupakan penyakit akibat adanya penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat. Angka kejadian gout di Indonesia berkisar antara 23,6%-31,3%. Walaupun gout lebih sering ditemukan pada laki-laki, namun wanita pun dapat terkena gout, terlebih lagi pada wanita menopause.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendukung adanya perbedaaan kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause dan belum menopause.
Metode Penelitian ini bersifat observasional analitik. Subjek penelitian berjumlah 60 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 30 orang wanita menopause dan 30 orang wanita belum menopause. Kadar asam urat diukur dari darah kapiler dengan metode Uricase/UV. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t tidak berpasangan.
Hasil Rerata hasil pemeriksaan kadar asam urat pada wanita menopause sebesar 6,057 mg/dl (SD = 0,9272) lebih besar daripada wanita belum menopause yaitu 4,350 mg/dl ( SD = 0,6318). Pada uji t tidak berpasangan didapatkan perbedaan yang sangat bermakna dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Simpulan Kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause lebih tinggi dibandingkan wanita belum menopause.
(2)
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
THE COMPARISON OF URIC ACID LEVEL IN POSTMENOPAUSAL AND PREMENOPAUSAL WOMEN
Novianti, 2014
Tutor : Fen Tih.,dr.,M.Kes ; Christine Sugiarto.,dr.,SpPK
Backgrounds Gout is a disease caused by the accumulation of monosodium urate crystals in the tissues due to elevated levels of uric acid. The incidence of gout in Indonesia ranges between 23.6% -31.3%. Although gout is more often found in men, but women also can be affected by gout, especially in postmenopausal women.
Objectives To support the existence of differences in uric acid levels in postmenopausal and premenopausal women.
Methods Analytical observation. Subjects of 60 women were divided into 2 groups: 30 postmenopausal women and 30 premenopausal women. The level of uric acid was measured from capillary blood with Uricase/UV method. The data obtained were tested with unpaired t test.
Results The mean results of uric acid level in postmenopausal women were at 6.057 mg / dl (SD = 0.9272) greater than premenopausal women which were 4,350 mg / dl (SD = 0.6318). Unpaired t test showed highly significant differences with p value = 0.000 (p <0.05).
Conclusion Uric acid level in postmenopausal women is higher than premenopausal women.
(3)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ...iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2
1.5 Kerangka Pemikiran ... 3
1.6 Hipotesis Penelitian ... 5
1.7 Metodologi Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metabolisme Asam Urat ... 7
2.1.1 Sintesis Asam Urat ... 8
2.1.2 Ekskresi Asam Urat... 10
2.2. Mekanisme Reabsorbsi Asam Urat ... 10
2.3 Hiperurisemia ... 11
2.4 Artritis Gout ... 12
2.5 Sindroma Lesch-Nyhan ... 13
2.6 Penyakit Von Gierke ... 14
(4)
Universitas Kristen Maranatha
2.8 Estrogen... 15
2.9 Menstruasi ... 16
2.10 Menopause ... 19
2.11 Pengaruh Estrogen Terhadap Asam Urat ... 20
2.12 Menopause Dengan Asam Urat ... 21
2.13 Pemeriksaan Asam Urat ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 23
3.2 Populasi dan Sampel ... 23
3.2.1 Populasi ... 23
3.2.2 Sampel ... 23
3.3 Kriteria Pemilihan Subjek (Inklusi dan Eksklusi) ... 24
3.3.1 Kriteria Inklusi ... 24
3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 24
3.4 Cara Pemilihan Sampel ... 24
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
3.6 Definisi Operasional Variabel ... 25
3.7 Teknik Pengukuran / Prosedur Kerja, Ukuran, Alat Penelitian) ... 25
3.7.1 Teknik Pengukuran / Prosedur Kerja ... 25
3.7.2 Metoda Pengukuran Kadar Asam Urat ... 26
3.7.3 Alat dan Bahan Penelitian ... 26
3.7.3.1 Alat Penelitian ... 26
3.7.3.2 Bahan Penelitian ... 26
3.8 Rencana Analisis ... 27
3.8.1.Analisis Data ... 27
3.8.2.Hipotesis Statistik ... 27
3.9 Kriteria Uji ... 27
(5)
Universitas Kristen Maranatha
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 29
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 30
4.4 Pembahasan... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 33
5.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN... 36
(6)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Mekanisme Transpor Asam Urat di Tubulus Proksimal Ginjal....5
Gambar 2.1.1 Sintesis Asam Urat...9 Gambar 2.3 Artritis Gout...13 Gambar 2.4 Anatomi Ovarium...15
(7)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kadar Asam Urat (mg/dL) Pada Wanita Menopause dan Belum
Menopause...29 Tabel 4.2 Hasil Uji T-test Tidak Berpasangan...30
(8)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Percobaan...36
Lampiran 2. Data Hasil Pengolahan SPSS...37
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Komisi Etik...38
Lampiran 4 Kuesioner...39
Lampiran 5. Formulir Informed Consent...40
(9)
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat, penurunan pengeluaran asam urat urin atau gabungan dari keduanya (Sudoyo,2009).
Peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri (Andry,2009).
Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya gout. Gout merupakan penyakit akibat adanya penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat (Sudoyo,2009).
Jumlah penderita gout artritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus meningkat. Pada tahun 1990 terdapat 38 juta penderita, sebelumnya tahun 1985 didapatkan 35 juta penderita. Data tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta atau 1 dari 6 orang di Amerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita artritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis sebagai artritis. Sedangkan prevalensi rematik di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeng QY et al mencapai 23,6% sampai 31,3% (Nainggolan,Olwin,2009).
Sebelum menopause, wanita didiagnosis terkena gout hanya 5%, seiring bertambahnya umur, pada umur 60 tahun 50% wanita didiagnosis terkena gout, dan pada umur 80 tahun jumlah penderita penyakit gout pada wanita lebih banyak daripada pria (Middleton,Bert,2014).
Gout artritis umumnya lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Oleh karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Tapi ketika wanita sudah tidak menstruasi lagi (menopause), wanita menopause pun dapat menjadi faktor untuk terjadinya gout artritis (Middleton,Bert,2014).
(10)
Universitas Kristen Maranatha
Selain gout artritis, terdapat kelainan-kelainan klinik metabolisme purin yang lain seperti sindroma Lesch-Nyhan dan penyakit Von Gierke ( Martin, 2006). Menopause adalah periode di mana seorang wanita berhenti memproduksi hormon estrogen dan berhenti mengalami periode menstruasi. Seorang wanita mencapai menopause ditandai dengan tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan atau lebih ( Leon Speroff, MD,2002).
Oleh karena itu, latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbandingan kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause dan belum menopause.
1.2Identifikasi Masalah
Apakah terdapat perbedaan kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause dan belum menopause.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause dan belum menopause.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendukung adanya perbedaaan kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause dan belum menopause.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis penelitian adalah menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perbedaan kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause dan belum menopause.
Manfaat praktis penelitian yaitu mengetahui kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause dan belum menopause.
(11)
Universitas Kristen Maranatha
1.5Kerangka Pemikiran
Asam urat berasal dari basa yang dapat dioksidasi. Awal mulanya asam nukleat dalam makanan dimakan dalam bentuk nukleoprotein di mana asam nukleat dibebaskan dalam traktus intestinal oleh kerja enzim proteolitik. Getah pankreas mengandung enzim-enzim (nuklease) yang mendegradasi asam nukleat menjadi nukleotida. Enzim intestinal – polinuklease atau fosfoesterase melengkapi kerja nuklease pankreas yang menghasilkan mononukleotida dari asam nukleat. Mononukleotida dihidrolisis selanjutnya menjadi nukleotida oleh berbagai nukleotidase dan fosfatase, dan berbagai nukleosida yang dihasilkan dapat diserap secara langsung maupun dipecah lebih lanjut oleh fosforilase usus menjadi basa purin (Harper,2006).
Menopause disebabkan oleh “matinya” ovarium yang menandakan bahwa ovarium tidak lagi memproduksi estrogen. Dengan berkurangnya estrogen dalam tubuh wanita, akan memiliki banyak dampak yang terjadi bagi wanita tersebut. Salah satu contohnya adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah ( Leon Speroff ,2002).
Peningkatan kadar asam urat pada wanita menopause disebabkan menurunnya ekskresi asam urat melalui ginjal sehingga asam urat tersebut menumpuk di dalam darah. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya estrogen dalam tubuh wanita menopause (Hediger,Matthias A,2014).
Peningkatan kadar asam urat di dalam darah disebabkan salah satu dari dua faktor, akibat kelebihan produksi asam urat atau kurang adekuat pembuangan asam urat tersebut. Didapatkan lebih dari 90% penderita asam urat yang mempunyai kadar asam urat yang tinggi diakibatkan oleh kurang adekuatnya pembuangan asam urat. Bagi para wanita, estrogen dapat membantu ginjal dalam membuang asam urat berlebih lewat urin, hal ini yang menyebabkan kadar asam urat di dalam darah tetap rendah dan menurunkan risiko terjadinya gout. Ada tiga transporter yang berperan dalam penurunan kadar asam urat yaitu URAT1(Urate Transporter 1), OAT1 (Organic Anion Transporter 1), dan OAT3 (Organic Anion Transporter 3). URAT1 berperan
(12)
Universitas Kristen Maranatha
dalam reabsorbsi asam urat yang berada di urin, dengan bantuan hormon estrogen maka transporter URAT1 akan lebih rendah sehingga tidak terjadi reabsorbsi asam urat di urin. Estrogen pula berperan dalam meningkatkan transporter OAT1 dan OAT3 yang berperan dalam ekskresi asam urat dalam urin ( Hediger,Matthias A,2014).
Terdapat hipotesis bahwa estradiol (E2) yang merupakan estrogen utama yang diproduksi ovarium memegang peranan penting dalam menurunkan kadar asam urat darah melalui renal clearance, sekresi dan reabsorbsi. Adanya ketiga transporter dan hormon estrogen tersebut maka kadar asam urat pada wanita belum menopause akan lebih rendah dibandingkan wanita menopause (Mumford, Sunni L,2013).
Transpor urat di ginjal melewati 4 tahap, yaitu filtrasi glomerular, reabsorpsi, sekresi dan reabsorpsi post sekresi di tubulus proksimal. Protein Urate transporter-1/URAT1 (Slc22 A12) dan URATv1 (Glut9, Slc2A9) berperan penting dalam proses eksresi asam urat pada manusia. URAT1 didapatkan pada membran apikal dari sel tubulus proksimal. URAT1 mereabsorpsi asam urat. URAT1 mentranspor asam urat dari lumen ke sel tubulus proksimal, bertukar dengan anion untuk mempertahankan keseimbangan elektrik (Choi,2014).
URAT1 adalah transporter asam urat pertama yang diidentifikasi di ginjal dan merupakan mediator utama serta menjadi target obat urikosurik (Slyvka,2013).
Transporter lain mencakup Organic Anion Transporter/OAT 1 (Slc22A6), OAT3 (Slc22A8), OAT10 (Slc22A13) dan OAT4 (Slc22A11). Protein OAT ini memfasilitasi influks atau efluks asam urat di membran basolateral sel tubulus proksimal. Protein lain seperti NPT1 (Slc17A1), NPT4 (Slc17A3), UAT/galectin9 dan uro-modulin juga berperan dalam transpor asam urat di ginjal (Choi,2014; Slyvka,2013).
Kadar asam urat serum wanita dewasa lebih rendah dibanding pria dengan usia yang sama. Menopause meningkatkan kadar asam urat serum sedangkan pemberian hormon estrogen dapat menurunkan. Kadar estrogen yang tinggi
(13)
Universitas Kristen Maranatha
dihubungkan dengan peningkatan eksresi asam urat melalui ginjal (Moriwaki, 2014).
Estradiol menekan kadar protein URAT1 dan Glut9 sehingga tingkat reabsorpsi post sekresi asam urat di tubulus proksimal menurun. Penelitian oleh Nicholls menunjukkan pemberian stilbestrol atau etinilestradiol menurunkan kadar asam urat serum, meningkatkan sekresi di ginjal dan fractional excretion of uric acid (FEUA). Estrogen juga memperbaiki sensitivitas insulin akibatnya FEUA meningkat sedangkan asam urat serum menurun. Sensitivitas insulin berhubungan dengan meningkatkan eksresi asam urat (Moriwaki, 2014 ; Yahyaoui, 2008).
Gambar 1.1 Mekanisme Transpor Asam Urat di Tubulus Proksimal Ginjal ( Choi,2005)
1.6Hipotesis Penelitian
Kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause lebih tinggi dibandingkan wanita yang belum menopause.
(14)
Universitas Kristen Maranatha
1.7. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan adalah observasional analitik. Subjek penelitian berjumlah 60 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 30 wanita menopause dan 30 wanita belum menopause. Jumlah kadar asam urat subjek penelitian kemudian diukur. Data yang diperoleh diuji t test tidak berpasangan.
(15)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Kadar asam urat darah pada wanita menopause lebih tinggi dibandingkan wanita belum menopause.
5.2 Saran
Pemeriksaan kadar asam urat pada wanita menopause lebih baik dilakukan secara rutin untuk menghindari risiko terjadinya artritis gout.
Wanita menopause disarankan untuk melakukan gaya hidup sehat dengan berolahraga dan mengurangi asupan makanan yang tinggi purin.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya Body Mass Index (BMI) dari setiap subjek penelitian ikut diperiksa.
(16)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Novianti
NRP : 1110200
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung/ 11 November 1993
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Gandawijaya no 126 Cimahi
Riwayat Pendidikan :
1998 – 1999 : TK Dian Emas, Bandung 1999 – 2002 : SDK Dian Emas, Bandung
2002 – 2005 : SDK Yahya, Bandung
2005 – 2008 : SMPK Yahya, Bandung
2008 – 2011 : SMAK Yahya, Bandung
2011 – sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
(17)
PERBANDINGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA WANITA MENOPAUSE DAN BELUM MENOPAUSE
THE COMPARISON OF URIC ACID LEVEL IN POSTMENOPAUSAL AND PREMENOPAUSAL WOMEN
Fentih1, Christine Sugiarto2, Novianti 3
1Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,
3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang Gout merupakan penyakit akibat adanya penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat. Angka kejadian gout di Indonesia berkisar antara 23,6%-31,3%. Walaupun gout lebih sering ditemukan pada laki-laki, namun wanita pun dapat terkena gout, terlebih lagi pada wanita menopause.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendukung adanya perbedaaan kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause dan belum menopause.
Metode Penelitian ini bersifat observasional analitik. Subjek penelitian berjumlah 60 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 30 orang wanita menopause dan 30 orang wanita belum menopause. Kadar asam urat diukur dari darah kapiler dengan metode
Uricase/UV. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t tidak berpasangan.
Hasil Rerata hasil pemeriksaan kadar asam urat pada wanita menopause sebesar 6,057 mg/dl (SD = 0,9272) lebih besar daripada wanita belum menopause yaitu 4,350 mg/dl ( SD = 0,6318). Pada uji t tidak berpasangan didapatkan perbedaan yang sangat bermakna dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).
Simpulan Kadar asam urat dalam darah pada wanita menopause lebih tinggi dibandingkan wanita belum menopause.
Kata Kunci : Gout, Menopause, Asam urat
ABSTRACT
Backgrounds Gout is a disease caused by the accumulation of monosodium urate crystals in the tissues due to elevated levels of uric acid. The incidence of gout in Indonesia ranges between 23.6% -31.3%. Although gout is more often found in men, but women also can be affected by gout, especially in postmenopausal women.
Objectives To support the existence of differences in uric acid levels in postmenopausal and premenopausal women.
Methods Analytical observation. Subjects of 60 women were divided into 2 groups: 30 postmenopausal women and 30 premenopausal women. The level of uric acid was
(18)
measured from capillary blood with Uricase/UV method. The data obtained were tested with unpaired t test.
Results The mean results of uric acid level in postmenopausal women were at 6.057 mg / dl (SD = 0.9272) greater than premenopausal women which were 4,350 mg / dl (SD = 0.6318). Unpaired t test showed highly significant differences with p value = 0.000 (p <0.05).
Conclusion Uric acid level in postmenopausal women is higher than premenopausal women.
Keywords : Gout, Menopause, Uric Acid
PENDAHULUAN
Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat, penurunan pengeluaran asam urat urin atau gabungan dari keduanya 1. Peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri 2. Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya gout. Gout merupakan penyakit akibat adanya penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat 1.
Jumlah penderita gout artritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus meningkat. Pada tahun 1990 terdapat 38 juta penderita, sebelumnya tahun 1985 didapatkan 35 juta penderita. Data tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta atau 1 dari 6 orang di Amerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita artritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis sebagai artritis. Sedangkan prevalensi rematik di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeng QY et al mencapai 23,6% sampai 31,3% 3.
Sebelum menopause, wanita didiagnosis terkena gout hanya 5%, seiring bertambahnya umur, pada umur 60 tahun 50% wanita didiagnosis terkena gout, dan pada umur 80 tahun jumlah penderita penyakit gout pada wanita lebih banyak daripada pria 4.
Gout artritis umumnya lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Oleh karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Tapi ketika wanita sudah tidak menstruasi lagi (menopause), wanita menopause pun dapat menjadi faktor untuk terjadinya gout artritis 4.
Selain gout artritis, terdapat kelainan-kelainan klinik metabolisme purin yang lain seperti sindroma Lesch-Nyhan dan penyakit Von Gierke 5.
Menopause adalah periode di mana seorang wanita berhenti memproduksi hormon estrogen dan berhenti mengalami periode menstruasi. Seorang wanita mencapai menopause ditandai dengan tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan atau lebih 6.
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini menggunakan Uric Acid (UA) sure meter , Alcohol pads, lanset dan strip asam urat. Pertama, dilakukan pemilihan subjek penelitian 30 orang wanita menopause dan 30 orang wanita belum menopause yang telah memenuhi kriteria inklusi. Lalu dilakukan pengisian biodata berupa nama, usia, alamat, nomor
(19)
telepon dan pekerjaan. Sebelum dilakukan pengambilan darah kapiler, subjek penelitian diminta untuk tidur cukup, tidak melakukan aktivitas yang berat, diharuskan puasa minimal 8-12 jam, dan selama berpuasa subjek hanya dibolehkan minum air putih. Pada hari pengambilan darah kapiler, ditentukan jari yang akan diambil darahnya, antara jari ke 3 atau ke 4, lalu melakukan tindakan aseptik antiseptik, lokasi jari yang sudah ditentukan ditusuk menggunakan lanset, darah kapiler diambil kemudian diperiksa dengan alat UA sure meter.
Data yang diperoleh kemudian dicatat dan penyajian data disajikan secara deskriptif dan analitik dengan uji t test tidak berpasangan.
ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah menggunakan cross tab, dianalisa secara deskriptif dalam bentuk tabel. Analisis data menggunakan uji beda dua rata-rata dengan menggunakan uji t tidak berpasangan dengan α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan kadar asam urat telah dilakukan pada 60 orang wanita yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu 30 orang wanita menopause dan 30 orang wanita belum menopause. Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan metode Uricase/UV. Hasil pemeriksaan kadar asam urat kedua kelompok disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kadar Asam Urat (mg/dL) Pada Wanita Menopause dan Belum Menopause
No Wanita
Menopause
Wanita Belum Menopause
1 7,4 4,7
2 5,1 3,4
3 6,6 5,0
4 8,2 4,2
5 5,5 3,5
6 9,1 5,2
7 5,8 4,3
8 6,0 5,2
9 6,7 4,3
10 5,8 4,9
11 6,0 4,9
12 5,1 4,1
13 6,0 4,4
14 6,0 3,0
15 5,3 3,8
16 5,9 3,6
17 6,7 3,5
18 6,0 4,8
19 5,5 3,6
20 6,2 4,6
21 5,5 5,0
22 5,5 4,9
23 4,8 4,5
24 5,0 4,8
25 5,5 4,2
26 5,6 4,6
27 6,3 4,7
28 7,0 3,4
29 5,7 4,1
30 5,9 5,3
Rata- rata
6,057 4,35
Std. Dev
(20)
Rerata kadar asam urat pada kelompok wanita sudah menopause adalah 6,057 mg/dL, lebih tinggi daripada kelompok belum menopause (4,35 mg/dL). Untuk menentukan apakah perbedaan rerata bermakna secara statistik dilakukan uji t tidak berpasangan. Hasil uji statistik t tidak berpasangan disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil uji t test tidak berpasangan
Hasil uji t tidak berpasangan menghasilkan nilai p=0,000 (<0,01) berarti terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara rerata kadar asam urat wanita sudah menopause dengan wanita belum menopause.
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaaan yang bermakna antara kadar asam urat pada wanita menopause dan wanita belum menopause. Pada wanita belum menopause terdapat hormon estrogen yang tinggi dibandingkan wanita menopause. Hormon estrogen tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat dalam darah lewat ginjal, sehingga asam urat tidak akan menumpuk di dalam darah. Sedangkan pada wanita menopause, akibat “matinya” ovarium, maka hormon estrogen yang diproduksi ovarium akan berkurang sehingga terjadi penurunan ekskresi asam urat di dalam darah melalui ginjal dan mengakibatkan menumpuknya asam urat di dalam darah 7.
Menopause meningkatkan kadar asam urat serum sedangkan pemberian hormon estrogen dapat menurunkan. Kadar estrogen yang tinggi dihubungkan dengan
peningkatan eksresi asam urat melalui ginjal 8.
Estradiol menekan kadar protein URAT1 dan Glut9 sehingga tingkat reabsorpsi post sekresi asam urat di tubulus proksimal menurun. Penelitian oleh Nicholls menunjukkan pemberian stilbestrol atau etinilestradiol menurunkan kadar asam urat serum, meningkatkan sekresi di ginjal dan fractional excretion of
uric acid (FEUA). Estrogen juga
memperbaiki sensitivitas insulin akibatnya FEUA meningkat sedangkan asam urat serum menurun. Sensitivitas insulin berhubungan dengan tingkat eksresi asam urat 8,9.
Hal ini sesuai dengan jurnal American
College of Physicians mengenai
Patogenesis Gout yang dibuat pada tahun 2005 dan jurnal Effect of Long-Term Administration of Cross-Sex Hormone Therapy on Serum and Urinary Uric Acid
in Transsexual Persons pada tahun 2008.
Penelitian ini tidak mengukur Body
Mass Index (BMI) dari setiap subjek
penelitian, walaupun mungkin tinggi atau rendah BMI dapat mempengaruhi kadar asam urat.
Pada penelitian ini, digunakan alat berteknologi sensor elektrokimia dengan metode Uricase/UV, seluruh subjek penelitian memiliki kadar asam urat sesuai dengan batas kemampuan (range) deteksi alat yaitu 3 mg/dL hingga 20 mg.
SIMPULAN
Kadar asam urat darah pada wanita menopause lebih tinggi dibandingkan wanita belum menopause.
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok N Rerata St.Dev t p
Menopause 30 6,057 0,9272
8,331 0,000** Belum
Menopause
(21)
1. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M., & Setiati, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.
2. Andry, Saryono, & Upoyo, A. S. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat pada Pekerja Kantor.
3. Nainggolan, O. (2009, Desember). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia
4. Middleton, B. (2014). The Gout Killer. Gout in Women .Moriwaki, Y. (2014). Effects on Uric Acid Metabolism of the Drugs except the Antihyperuricemics.
5. Mayes, P. A., Granner, D. K., Rodwell, V. W., & Martin, D. W. (2006). Biokimia Harper (Harper's Review of Biochemistry). Jakarta. 6. Speroff, L. (2002). Managing
Menopause Clinican's Guidebook.
Montvale: Thomson Medical
Economics.
7. MD, J. M., & MD, N. S. (2009, November). Gout In Women. 363-368.
8. Moriwaki, Y. (2014). Effects on Uric Acid Metabolism of the Drugs except the Antihyperuricemics.
9. Yahyaoui, R., Esteva, I., Haro-Mora, J., Almaraz, M., Morcillo, S., Rojo-Martinez, G., et al. (2008). Effect of Long-Term Administration of Cross-Sex Hormone Therapy on Serum and Urinary Uric Acid in Transsexual Persons.
(22)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Andry, Saryono, & Upoyo, A. S. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat pada Pekerja Kantor.
Bettschen, J. (2010). Gouthy Artritis : Current Treatments & New Developements.
Choi, H. K., Mount, D. B., & Reginato, A. M. (2005). Pathogenesis of Gout. Foundation, A. (2014). Women Get Gout, Too.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hak, A. E., & Choi, H. K. (2008). Menopause, postmenopausal hormone use and serum uric acid levels in US women.
Hediger, M. A., Johnson, R. J., Miyazaki, H., & Endou, H. (2005). Molecular Physiologi of urate transport .
Institute, T. P. (2012). Menopause.
Jordan, K. M., Cameron, J., Snaith, M., Zhang, W., Doherty, M., Seckl, J., et al. (2007, May 23). British Society for Rhematology and British Health Professionals in Rheumatology Guideline for the Management of Gout .
Mahajan, A., Tandon, V. R., Sharma, S., & Jandial, C. (2007). Gout and Menopause .
Martin, D. (2012). Women's Risk of Gout Increases After Menopause..
Mayes, P. A., Granner, D. K., Rodwell, V. W., & Martin, D. W. (1987). Biokimia Harper (Harper's Review of Biochemistry). Jakarta.
MD, J. M., & MD, N. S. (2009, November). Gout In Women. 363-368.
Moriwaki, Y. (2014). Effects on Uric Acid Metabolism of the Drugs except the Antihyperuricemics.
Mumford, S. L., Dasharathy, S. S., Pollack, A. Z., Perkins, N. J., Mattison, D. R., Cole, S. R., et al. (2013). Serum uric acid in relation to endogenous reproductive hormones during the menstrual cycle .
Nainggolan, O. (2009, Desember). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia .
(23)
Universitas Kristen Maranatha
Putz, R., & Pabst, R. (2006). Sobotta : Atlas Anatomi Manusia. Jakarta.
Sekine, T., Miyazaki, H., & Endou, H. (2006). Molecular physiology of renal organic anion transporters .
Slyvka, Y., Nowak, F. V., Wooten, W. M., McCall, K. D., Malgor, R., Wood, A. S., et al. (2013). Urate Transporter 1 Protein Levels and Localization in Type 2 Diabetic and Non-Diabetic Zucker Rat Kidneys.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M., & Setiati, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.
Syukri, M. (2007). Asam Urat dan Hiperurisemia.
Yahyaoui, R., Esteva, I., Haro-Mora, J., Almaraz, M., Morcillo, S.,
Rojo-Martinez, G., et al. (2008). Effect of Long-Term Administration of Cross-Sex Hormone Therapy on Serum and Urinary Uric Acid in Transsexual Persons.
(1)
measured from capillary blood with Uricase/UV method. The data obtained were tested with unpaired t test.
Results The mean results of uric acid level in postmenopausal women were at 6.057 mg / dl (SD = 0.9272) greater than premenopausal women which were 4,350 mg / dl (SD = 0.6318). Unpaired t test showed highly significant differences with p value = 0.000 (p <0.05).
Conclusion Uric acid level in postmenopausal women is higher than premenopausal women.
Keywords : Gout, Menopause, Uric Acid
PENDAHULUAN
Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat, penurunan pengeluaran asam urat urin atau gabungan dari keduanya 1.
Peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri 2.
Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya gout. Gout merupakan penyakit akibat adanya penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat 1.
Jumlah penderita gout artritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus meningkat. Pada tahun 1990 terdapat 38 juta penderita, sebelumnya tahun 1985 didapatkan 35 juta penderita. Data tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta atau 1 dari 6 orang di Amerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita artritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis sebagai artritis. Sedangkan prevalensi rematik di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeng QY et al mencapai 23,6% sampai 31,3% 3.
Sebelum menopause, wanita didiagnosis terkena gout hanya 5%, seiring bertambahnya umur, pada umur 60 tahun 50% wanita didiagnosis terkena gout, dan pada umur 80 tahun jumlah penderita penyakit gout pada wanita lebih banyak daripada pria 4.
Gout artritis umumnya lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Oleh karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Tapi ketika wanita sudah tidak menstruasi lagi (menopause), wanita menopause pun dapat menjadi faktor untuk terjadinya gout artritis 4.
Selain gout artritis, terdapat kelainan-kelainan klinik metabolisme purin yang lain seperti sindroma Lesch-Nyhan dan penyakit Von Gierke 5.
Menopause adalah periode di mana seorang wanita berhenti memproduksi hormon estrogen dan berhenti mengalami periode menstruasi. Seorang wanita mencapai menopause ditandai dengan tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan atau lebih 6.
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini menggunakan Uric Acid (UA) sure meter , Alcohol pads, lanset dan strip asam urat. Pertama, dilakukan pemilihan subjek penelitian 30 orang wanita menopause dan 30 orang wanita belum menopause yang telah memenuhi kriteria inklusi. Lalu dilakukan pengisian biodata berupa nama, usia, alamat, nomor
(2)
telepon dan pekerjaan. Sebelum dilakukan pengambilan darah kapiler, subjek penelitian diminta untuk tidur cukup, tidak melakukan aktivitas yang berat, diharuskan puasa minimal 8-12 jam, dan selama berpuasa subjek hanya dibolehkan minum air putih. Pada hari pengambilan darah kapiler, ditentukan jari yang akan diambil darahnya, antara jari ke 3 atau ke 4, lalu melakukan tindakan aseptik antiseptik, lokasi jari yang sudah ditentukan ditusuk menggunakan lanset, darah kapiler diambil kemudian diperiksa dengan alat UA sure meter.
Data yang diperoleh kemudian dicatat dan penyajian data disajikan secara deskriptif dan analitik dengan uji t test tidak berpasangan.
ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah menggunakan cross tab, dianalisa secara deskriptif dalam bentuk tabel. Analisis data menggunakan uji beda dua rata-rata dengan menggunakan uji t
tidak berpasangan dengan α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan kadar asam urat telah dilakukan pada 60 orang wanita yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu 30 orang wanita menopause dan 30 orang wanita belum menopause. Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan metode Uricase/UV. Hasil pemeriksaan kadar asam urat kedua kelompok disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kadar Asam Urat (mg/dL) Pada Wanita Menopause dan Belum Menopause
No Wanita Menopause
Wanita Belum Menopause
1 7,4 4,7
2 5,1 3,4
3 6,6 5,0
4 8,2 4,2
5 5,5 3,5
6 9,1 5,2
7 5,8 4,3
8 6,0 5,2
9 6,7 4,3
10 5,8 4,9
11 6,0 4,9
12 5,1 4,1
13 6,0 4,4
14 6,0 3,0
15 5,3 3,8
16 5,9 3,6
17 6,7 3,5
18 6,0 4,8
19 5,5 3,6
20 6,2 4,6
21 5,5 5,0
22 5,5 4,9
23 4,8 4,5
24 5,0 4,8
25 5,5 4,2
26 5,6 4,6
27 6,3 4,7
28 7,0 3,4
29 5,7 4,1
30 5,9 5,3
Rata- rata
6,057 4,35
Std. Dev
(3)
Rerata kadar asam urat pada kelompok wanita sudah menopause adalah 6,057 mg/dL, lebih tinggi daripada kelompok belum menopause (4,35 mg/dL). Untuk menentukan apakah perbedaan rerata bermakna secara statistik dilakukan uji t tidak berpasangan. Hasil uji statistik t tidak berpasangan disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil uji t test tidak berpasangan
Hasil uji t tidak berpasangan menghasilkan nilai p=0,000 (<0,01) berarti terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara rerata kadar asam urat wanita sudah menopause dengan wanita belum menopause.
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaaan yang bermakna antara kadar asam urat pada wanita menopause dan wanita belum menopause. Pada wanita belum menopause terdapat hormon estrogen yang tinggi dibandingkan wanita menopause. Hormon estrogen tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat dalam darah lewat ginjal, sehingga asam urat tidak akan menumpuk di dalam darah. Sedangkan pada wanita menopause, akibat
“matinya” ovarium, maka hormon estrogen
yang diproduksi ovarium akan berkurang sehingga terjadi penurunan ekskresi asam urat di dalam darah melalui ginjal dan mengakibatkan menumpuknya asam urat di dalam darah 7.
Menopause meningkatkan kadar asam urat serum sedangkan pemberian hormon estrogen dapat menurunkan. Kadar estrogen yang tinggi dihubungkan dengan
peningkatan eksresi asam urat melalui ginjal 8.
Estradiol menekan kadar protein URAT1 dan Glut9 sehingga tingkat reabsorpsi post sekresi asam urat di tubulus proksimal menurun. Penelitian oleh Nicholls menunjukkan pemberian stilbestrol atau etinilestradiol menurunkan kadar asam urat serum, meningkatkan sekresi di ginjal dan fractional excretion of uric acid (FEUA). Estrogen juga memperbaiki sensitivitas insulin akibatnya FEUA meningkat sedangkan asam urat serum menurun. Sensitivitas insulin berhubungan dengan tingkat eksresi asam urat 8,9.
Hal ini sesuai dengan jurnal American College of Physicians mengenai Patogenesis Gout yang dibuat pada tahun 2005 dan jurnal Effect of Long-Term Administration of Cross-Sex Hormone Therapy on Serum and Urinary Uric Acid in Transsexual Persons pada tahun 2008. Penelitian ini tidak mengukur Body Mass Index (BMI) dari setiap subjek penelitian, walaupun mungkin tinggi atau rendah BMI dapat mempengaruhi kadar asam urat.
Pada penelitian ini, digunakan alat berteknologi sensor elektrokimia dengan metode Uricase/UV, seluruh subjek penelitian memiliki kadar asam urat sesuai dengan batas kemampuan (range) deteksi alat yaitu 3 mg/dL hingga 20 mg.
SIMPULAN
Kadar asam urat darah pada wanita menopause lebih tinggi dibandingkan wanita belum menopause.
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok N Rerata St.Dev t p
Menopause 30 6,057 0,9272
8,331 0,000** Belum
Menopause
(4)
1. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M., & Setiati, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.
2. Andry, Saryono, & Upoyo, A. S. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat pada Pekerja Kantor.
3. Nainggolan, O. (2009, Desember).
Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia
4. Middleton, B. (2014). The Gout Killer. Gout in Women .Moriwaki, Y. (2014). Effects on Uric Acid Metabolism of the Drugs except the Antihyperuricemics.
5. Mayes, P. A., Granner, D. K., Rodwell, V. W., & Martin, D. W. (2006). Biokimia Harper (Harper's Review of Biochemistry). Jakarta.
6. Speroff, L. (2002). Managing Menopause Clinican's Guidebook. Montvale: Thomson Medical Economics.
7. MD, J. M., & MD, N. S. (2009, November). Gout In Women. 363-368.
8. Moriwaki, Y. (2014). Effects on Uric Acid Metabolism of the Drugs except the Antihyperuricemics.
9. Yahyaoui, R., Esteva, I., Haro-Mora, J., Almaraz, M., Morcillo, S., Rojo-Martinez, G., et al. (2008). Effect of Long-Term Administration of Cross-Sex Hormone Therapy on Serum and Urinary Uric Acid in Transsexual Persons.
(5)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Andry, Saryono, & Upoyo, A. S. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kadar Asam Urat pada Pekerja Kantor.
Bettschen, J. (2010). Gouthy Artritis : Current Treatments & New
Developements.
Choi, H. K., Mount, D. B., & Reginato, A. M. (2005). Pathogenesis of Gout.
Foundation, A. (2014). Women Get Gout, Too.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Hak, A. E., & Choi, H. K. (2008). Menopause, postmenopausal hormone use and
serum uric acid levels in US women.
Hediger, M. A., Johnson, R. J., Miyazaki, H., & Endou, H. (2005). Molecular
Physiologi of urate transport .
Institute, T. P. (2012). Menopause.
Jordan, K. M., Cameron, J., Snaith, M., Zhang, W., Doherty, M., Seckl, J., et al.
(2007, May 23). British Society for Rhematology and British Health
Professionals in Rheumatology Guideline for the Management of Gout .
Mahajan, A., Tandon, V. R., Sharma, S., & Jandial, C. (2007). Gout and
Menopause .
Martin, D. (2012). Women's Risk of Gout Increases After Menopause..
Mayes, P. A., Granner, D. K., Rodwell, V. W., & Martin, D. W. (1987). Biokimia
Harper (Harper's Review of Biochemistry). Jakarta.
MD, J. M., & MD, N. S. (2009, November). Gout In Women. 363-368.
Moriwaki, Y. (2014). Effects on Uric Acid Metabolism of the Drugs except the
Antihyperuricemics.
Mumford, S. L., Dasharathy, S. S., Pollack, A. Z., Perkins, N. J., Mattison, D. R.,
Cole, S. R., et al. (2013). Serum uric acid in relation to endogenous
reproductive hormones during the menstrual cycle .
Nainggolan, O. (2009, Desember). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik
di Indonesia .
(6)
Universitas Kristen Maranatha