PATISI FOTOSINTAT BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK FOSFAT PADA ULTISOL DI LAPANG (Photosyntate partitioning of mangosteen under field as affected by arbuscular mycorrhizal fungi and phosphate fertilize

8
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005

PATISI FOTOSINTAT BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP
CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK FOSFAT PADA
ULTISOL DI LAPANG
(Photosyntate partitioning of mangosteen under field as affected by arbuscular mycorrhizal fungi
and phosphate fertilizer)
Auzar Syarif *)
ABSTRACT
The field experiment was conducted to evaluate the photosyntate partitioning of mangosteen seedling as affected by
arbuscular mycorrhizal fungi, and phosphate fertilizer
from Janauary 2000 until September 2001 in the
experimental field of Andalas University Padang. The
field experiment was to evaluate two arbuscular
mycorrhizal fungi species (Glomus etunicatum and
Glomus manihotis, and control), and four dosages of
phosphate fertilizer (0, 150, 300, and 450 mg plant -1
month-1). The experimental design were Randomized
Blocks Design in factorial pattern with three replications.
The results of the experiment showed that (1) inoculation

with Glomus etunicatum was more effective than Glomus
manihotis, but both AMF showed better result than
control on, root dry weight, leaf dry weight, stem dry
weight, and total dry weight,. Total dry weight of
mangosteen inoculated with Glomus etunicatum, Glomus
manihotis, and control were 9.13, 8.58, and 7.64 g plant -1 at
the optimum dosages of 243.02, 421.99, and 863.82 mg
plant-1 month-1 phosphorus fertilizer respectively. (5) Dry
weight of leaf gave significant contribution on total dry
weight of plant.
Key words: mangosteen, mycorrhizal, phosphate

PENDAHULUAN
Fotosintat pada bibit manggis lebih banyak dipartisikan ke bagian tajuk daripada akar yang terbukti dari nilai nisbah tajuk akarnya tergolong
tinggi, yaitu umur 5 bulan 3.65 (Syarif, 2001) dan
8 bulan 3.29 (Anwarudin et al., 1996). Nilai nisbah umum bibit semai yang baik adalah 1-3
(Mufidah, 1999). Partisi seperti itu kurang mendukung tanaman untuk tumbuh lebih cepat karena penyerapan hara dan air oleh akarnya terbatas
sehingga tidak mampu mengimbangi keterediaan
faktor tumbuh lainnya yang berdada di bagian
tajuk tanaman.

Mengatasi masalah itu dapat dilakukan
dengan inokulasi cendawan mikoriza arbuskula
(CMA) karena cendawan itu memperluas daerah
jelajah akar dan meningkatkan pertumbuhan akar
dan membebaskan hara terikat menjadi tersedia
bagi tanaman. Di samping jenis CMA, efektivitas
CMA dalam membantu tanaman dalam penye*)

rapan hara dan air juga ditentukan oleh P tanah
tersedia. Efektivitasnya tinggi pada tanah yang
mengandung P tersedia rendah, namun pupuk P
tetap diperlukan karena tanaman membutuhkan P
yang cukup bagi pertumbuhannya kedua simbion
tersebut. Penurunan dosis pupuk P meningkatkan
infeksi CMA pada beberapa akar tanaman
(Kabirun dan Widada, 1999). Peneliti lain menemukan bahwa Glomus manihotis memberikan toleransi yang tinggi terhadap P tinggi dan CMA
tersebut masih dapat menginfeksi akar tanaman
dengan kemampuan yang juga tinggi (Simarmata,
1995).
Pupuk P juga berpengaruh terhadap proses

fotosintesis tanaman karena fosfor bersama radiasi matahari diperlukan untuk pembentukan energi
bagi tanaman. Proses itu akan terganggu jika
salah satu atau keduanya tidak sesuai dengan
kebutuhannya sehingga energi yang dihasilkan
untuk mereduksi karbondioksida menjadi karbohidrat rendah. Daun kedelai yang kekurangan P
akan menghindari cahaya matahari untuk menjaga keseimbangan antara P yang tersedia di daun
dengan radiasi matahari yang diterima dalam proses pembentukan energi bagi tanaman (Blevins,
1994). Partisi fotosintat ke akar berkurang jika
proses itu terganggu dan berikutnya akan mengurangi pembentukan akar, di samping menurunkan
efektivitas CMA dalam penyerapan hara dan air
yang diperlukan oleh tanaman tanaman.
Pertumbuhan tanaman terhambat jika CMA
yang diinokulasikan tidak mampu mentransfer
hara dan air ke tanaman. Pengaruhnya semakin
hebat jika tanaman menghasilkan fotosintat rendah dan fotosintat yang dipartisikan ke CMA
tinggi sehingga pembentukan akar berkurang.
Partisi fotosintat ke CMA menghambat pertumbuhan jika tanaman menyerap hara rendah.
Sebaliknya, partisi fotosintat yang tinggi ke akar
akan mendorong pertumbuhan tanaman jika
CMA efektif meningkatkan serapan hara dan air

sehingga proses fotosintesis tanaman dapat berjalan dengan baik. Hubungan seperti itu dapat
terjadi jika keduanya cocok satu sama lain dan

Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

9
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005
kecocokannya akan semakin tinggi jika keduanya
dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan
tumbuh yang diberi pupuk P yang cukup.

Variabel respons yang diamati adalah infeksi
CMA, partisi fotosintat ke daun, akar, dan batang, serta bobot kering total bibit manggis.

BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN


Percobaan telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang dari bulan Januari 2000 sampai April
2001. Pada percobaan ini dikaji dua jenis CMA
(Glomus etunicatum dan Glomus manihotis, dan
kontrol) dan empat level dosis pupuk fosfat (0,
150, 300, dan 450 mg tanaman-1 bulan-1).
Percobaan ini merupakan percobaan lapang yang
dirancang menurut rancangan acak kelompok
berpola faktorial. Pada percobaan ini dikaji 12
kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 unit perlakuan.
Penanaman bibit manggis ke lapang dilakukan pada saat bibit berumur 8 bulan di pembibitan dan bibit tersebut telah diinokulasi dengan
CMA jenis Glomus etunicatum dan Glomus
manihotis pada stadia persemaian dengan tingkat
infeksinya pada umur 8 bulan adalah 70 %. Pada
percobaan ini diberi pupuk buatan N, P, dan K
setiap bulan. Pupuk N dan K diberikan dengan
dosis yaitu 250 mg tanaman-1 bulan-1, sedangkan
pupuk P disesuaikan dengan perlakuan, yaitu 0,
150, 300, dan 450 mg tanaman-1 bulan-1 (0, 1, 2, 3
g pot-1 SP36).


1. Bobot Kering Akar
Bobot kering akar manggis ditentukan oleh
efek interaksi antara CMA dan pupuk P (Tabel 1).
Inokulasi CMA meningkatkan bobot kering akar
tanaman manggis pada semua level dosis pupuk
P, kecuali dengan Glomus etunicatum tidak
meningkatkan bobot kering akar jika diberi
pupuk P dosis 450 mg tanaman-1. Peningkatan
tertinggi diperoleh pada tanaman mangggis yang
diinokulasi Glomus etunicatum dan diberi pupuk
P dosis 150 mg tanaman -1 dan peningkatan itu
cenderung menurun jika pupuk P ditingkatkan
sampai 450 mg tanaman -1. Berbeda dengan
Glomus manihotis, peningkatan tertingginya diperoleh dengan pupuk P dosis 450 mg tanaman -1,
tetapi hampir sama dengan pupuk P dosis 300 mg
tanaman-1. Dari data itu dapat disimpulkan bahwa
Glomus etunicatum lebih efektif meningkatkan
bobot kering akar tanaman manggis jika diberi
pupuk P dosis rendah, sedangkan Glomus

manihotis lebih efektif jika diberi pupuk P dosis
tinggi.

Tabel 1. Bobot kering akar tanaman manggis umur 16 bulan di lapangan yang diinokulasi dengan CMA pada stadium
bibit dan diberi pupuk P
Pupuk P (P) (mg tanaman-1 )
150
300
g tanaman-1 bulan-1
1.65 b
1.72 c
1.85 b
Tanpa CMA
(b)
(ab)
(a)
1.90 a
2.24 a
2.07 a
G. etunicatum

(b)
(a)
(ab)
1.86 a
1.92 b
2.04 a
G. manihotis
(c)
(bc)
(ab)
Keterangan: Angka-angka yang ditandai dengan huruf yang sama (tanpa tanda kurung arah vertikal,
kurung arah horizontal) tidak berbeda menurut uji BNT a = 0.05
Jenis CMA (M)

0

2. Bobot Kering daun
Bobot kering daun ditentukan oleh efek interaksi antara CMA dengan pupuk P (Tabel 2).
Pemberian pupuk P dosis rendah (0 dan 150 mg
tanaman-1), CMA meningkatkan bobot kering daun tanaman manggis dibandingkan dengan tanpa

CMA, tetapi tidak lagi meningkatkannya jika diberi pupuk P dosis tinggi (300 dan 450 mg
tanaman-1). Khususnya tanaman yang diinokulasi

450
1.97 b
(a)
2.01 b
(ab)
2.21 a
(a)
dengan tanda

dengan Glomus etunicatum dan diikuti dengan
pupuk P 150 mg tanaman-1 lebih berat daripada
tanpa pupuk P. Peningkatan pupuk itu sampai 450
mg tanaman-1 ternyata tidak lagi meningkat-kan
bobot daun, namun beratnya cenderung menurun. Berbeda dengan Glomus manihotis, peningkatan bobot daunnya baru tercapai dengan
pupuk P 450 mg tanaman -1, tetapi masih sama
beratnya dengan pupuk 150 dan 300 mg tanaman1
.


Tabel 2. Bobot kering daun tanaman manggis umur 16 bulan di lapangan yang diinokulasi dengan CMA pada stadium
bibit dan diberi pupuk P

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

10
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005
Pupuk P (P) (mg tanaman-1 )
150
300
450
g tanaman-1
4.36 b
4.42 b
4.62 a
4.72 b
Tanpa CMA
(b)
(ab)

(ab)
(a)
4.69 a
5.17 a
4.88 a
4.81 ab
G. etunicatum
(b)
(a)
(ab)
(ab)
4.65 ab
4.70 b
4.89 a
5.04 a
G. manihotis
(b)
(ab)
(ab)
(a)
Keterangan: Angka-angka yang ditandai dengan huruf yang sama (tanpa tanda kurung arah vertikal, dengan tanda
kurung arah horizontal) tidak berbeda menurut uji BNT a = 0.05
Jenis CMA (M)

0

Peningkatannya dengan Glomus manihotis
terjadi jika diberi pupuk P dosis 450 mg tanaman 1
, sedangkan dengan Glomus etunicatum, pemberian pupuk P 150 mg tanaman -1 sudah cukup untuk meningkatkan bobotnya dibandingkan dengan tanpa pupuk P, tetapi tidak lagi meningkat
jika pupuk P ditingkatkan sampai 450 mg
tanaman-1.
3. Bobot Kering Batang
Bobot kering batang tanaman manggis umur
16 bulan di lapangan ditentukan oleh efek interaksi antara CMA berbagai jenis dengan pupuk
P berbagai level dosis (Tabel 3). Inokulasi CMA
meningkatkan bobot kering batang tanaman
manggis dibandingkan dengan tanpa CMA pada
semua level dosis pupuk P, kecuali Glomus
manihotis tidak meningkatkan jika tidak diberi
pupuk P. Bobot kering batang tanaman dengan
Glomus etunicatum sama berat dengan Glomus
manihotis, kecuali dengan Glomus etunicatum
lebih berat daripada Glomus manihotis jika diberi
pupuk 150 mg tanaman-1. Bobot kering batang

tanaman manggis dengan Glomus manihotis meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk P dari 0 sampai 450 mg tanaman-1. Berbeda
dengan Glomus etunicatum, bobot kering batangnya dengan pemberian pupuk P 150 mg
tanaman-1 sudah cukup untuk meningkatkan
bobotnya dibandingkan dengan tanpa pupuk P,
tetapi bobotnya tidak lagi meningkat jika pupuk P
dinaikkan sampai 450 mg tanaman-1.
Perbedaan respons tanaman terhadap CMA
pada dosis pupuk tertentu disebabkan oleh perbedaan kemampuan CMA menginfeksi akar.
Fakta itu tampaknya dapat dipahami karena bukti
menunjukkan bahwa Glomus etunicatum lebih
efektif menginfeksi akar pada tanaman yang
diberi pupuk P dosis rendah, sedangkan Glomus
manihotis meningkatkan pada tanaman yang
diberi pupuk P dosis tinggi (Syarif, 2001).
Kenyataan yang sama telah dibuktikan oleh
Khalil et al. (1994), yaitu respons kedelai yang
diinokulasi dengan CMA lebih efektif daripada
jagung karena tingkat infeksi CMA pada akar
kedelai lebih tinggi daripada jagung.

Tabel 3. Bobot kering batang tanaman manggis umur 16 bulan di lapangan yang diinokulasi dengan CMA pada stadium
bibit dan diberi pupuk P
Pupuk P (P) (mg tanaman-1 )
Jenis CMA (M)
0
150
300
g tanaman-1
1.29 b
1.31 c
1.40 b
Tanpa CMA
(b)
(b)
(ab)
1.44 a
1.69 a
1.62 a
G. etunicatum
(b)
(a)
(a)
1.38 ab
1.55 b
1.60 a
G. manihotis
(b)
(a)
(a)
Keterangan: Angka-angka yang ditandai dengan huruf yang sama (tanpa tanda kurung arah vertikal,
kurung arah horizontal) tidak berbeda menurut uji BNT a = 0.05

4. Bobot kering total
Bobot kering total tanaman manggis umur 16
bulan di lapangan yang diinokulasi dengan CMA
berbagai jenis menunjukkan pola hubungan kuadratik dengan pupuk P berbagai level dosis
(Gambar 1). Bobot kering totalnya dengan
Glomus etunicatum dan Glomus manihotis menunjukkan nilai-nilai bobot yang selalu lebih
tinggi daripada tanpa CMA. Bobot kering total

450
1.45 b
(a)
1.58 a
(a)
1.66 a
(a)
dengan tanda

maksimum tanaman manggis dengan Glomus
etunicatum, Glomus manihotis, dan tanpa CMA
adalah 9.13, 8.58, dan 7.64 g tanaman -1 yang
diperoleh dengan
pupuk P dosis optimum
243.02, 421.99, dan 863.82 mg tanaman-1.
5. Hubungan bobot organ tumbuh dengan
bobot kering total tanaman manggis

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

11
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005

Bobot kering total (g tanaman

-1

)

Keragaman bobot kering total tanaman ditentukan oleh keragaman organ tumbuh tanaman
seperti bobot kering akar, daun, dan batang.
Hubungan antara bobot kering akar, daun, dan
batang dengan bobot kering total tanaman manggis yang diberi pupuk P dan diinokulasi dengan
CMA ditampilkan pada Gambar 2, 3, dan 4.
Hubungan bobot kering ketiga organ tumbuh itu
sangat erat antara yang satu dengan yang lainnya.
Keeratan hubungan itu sesuai dengan penjelasan
Gardner et al. (1991) bahwa fotosintat yang
10
9.8
9.6
9.4
9.2
9
8.8
8.6
8.4
8.2
8
7.8
7.6
7.4
7.2
7
6.8
6.6
6.4
6.2
6
5.8
5.6
5.4
5.2
5

Keterangan :
semua kurva tidak sejajar
(x) menurut uji kesejajaran
dan keberimpitan pada taraf
nyata 0.05 sebagaimana
diidentifikasikan
dalam
matriks perbandingan

m0 : tanpa CMA
m1 : Glomus etunicatum
m2 : Glomus manihotis

0

150

300

dihasilkan tanaman akan terpartisi ke masingmasing organ tumbuh secara proporsional. Partisi
fotosintat untuk perkembangan daun yang lebih
besar berakibat penyerapan cahaya yang lebih
besar pula, namun daun juga membutuhkan hara
dan air yang cukup sehingga partisi fotosintat
untuk pertumbuhan akar juga diperlukan. Dengan
demikian jelaslah bahwa bobot kering pada
ketiga organ tumbuh itu akan saling menentukan
terhadap bobot kering total tanaman.

450

Pupuk P (mg tanaman-1 bulan-1)

Matriks
Perbandingan KurvaYm0=6.9027+0.0017x-9.84E-07x2
(R2=0.53)Y/Ym0m1m2Ym1=8.0713+0.0087x-1.79E-05x2 (R2=0.63)m1x-Ym2=7.8842+0.0033x-3.91E-06x2 (R2=0.60)m2xxGambar 1. Bobot kering total tanaman manggis 16 bulan di lapangan yang diinokulasi
dengan CMA berbagai jenis pada stadium bibit dan diberi pupuk P berbagai
level dosis.

Bobot kering daun merupakan organ tumbuh
yang paling menentukan bobot kering total tanaman manggis. Efek langsung sumbangan bobot
kering daun tertinggi terhadap bobot kering total
tanaman manggis yang dipupuk dengan P diperoleh pada tanaman yang tidak diinokulasi dengan
CMA. Sumbangannya pada tanaman yang tidak
diinokulasi itu sebesar 54.63%, kemudian diikuti
oleh tanaman yang diinokulasi dengan Glomus
manihotis dan Glomus etunicatum yang masingmasing menyumbang sebesar 49.54% dan
48.21%. Hasil itu membuktikan bahwa inokulasi
dengan Glomus manihotis dan Glomus
etunicatum menurunkan sumbangan bobot kering
daun terhadap bobot kering total tanaman

manggis yang diberi pupuk P berbagai level
dosis. Penurunan sumbangan tersebut ternyata
meningkatkan sumbangan bobot kering akarnya.
Sumbangan bobot kering akar dengan Glomus
etunicatum dan Glomus manihotis adalah 26.88
dan 25.46%, sedangkan tanpa CMA hanya
19.44%. Hal itu terjadi karena CMA mampu
meningkatkan panjang akar dan jumlah cabang
akar sehingga bobot kering akarnya lebih tinggi
daripada tanpa CMA. Peningkatan bobot kering
akar itu terbukti pula pada nisbah pupus akar
yang menunjukkan bahwa inokulasi CMA kedua
jenis itu lebih rendah daripada tanpa CMA. Hasil
yang diperoleh itu ternyata sejalan dengan data

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

12
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005
bobot kering akar tanaman yang diperoleh pada
penelitian ini.

Bobot kering akar
(x1)

Cs = sisaan

Px1y = 0.1944

r12 = 0.9960

Pcsy = 0.0200

r12 = 0.9980
Bobot kering daun
(x2)

r23 = 0.9960

Px2y = 0.5463 Bobot kering total
(y)

Px3y = 0.2582
Keterangan
r = koefisien korelasi
Pxsy = koefisien jalin

Bobot kering
batang (x3)

Matriks beda koefisien jalin antara bobot kering akar (x1), daun (x2) dan batang (x3) dengan bobot kering total tanaman
manggis di lapangan yang diberi pupuk P berbagai dosis dan tidak diinokulasi dengan CMA pada stadium bibit
(x2)
(x3)
(x1)
*
tn
(x2)
*
Keterangan: * = nyata
tn = tidak nyata

Gambar 2. Struktur jalinan hubungan antara bobot kering akar, daun, dan batang dengan bobot kering
total bibit manggis yang diberi pupuk P berbagai level dosis dan tidak diinokulasi dengan CMA
pada stadium bibit.

Bobot kering akar
(x1)

r12 = 0.9970
r13 = 0.9990

Bobot kering daun
(x2)

r23 = 0.9970

Cs = sisaan
Px1y = 0.2546
Px2y = 0.4954

Pcsy = 0.0041
Bobot kering total
(y)

Px3y =0.2511
Keterangan

Bobot
kering
batang
Matriks beda koefisien jalin antara
bobot
kering
akar (x1), daun (x2)r dan
batang (x3korelasi
) dengan bobot kering total tanaman
= koefisien
(x3)level dosis dan diinokulasi
manggis yang diberi pupuk P berbagai
Glomusjalin
manihotis pada stadium bibit
Pxdengan
y
=
koefisien
s
(x2)
(x3)
(x1)
*
tn
(x2)
*
Keterangan: * = nyata
tn = tidak nyata
Gambar 3. Struktur jalinan hubungan antara bobot kering akar, daun, dan batang dengan dengan bobot
kering total tanaman manggis yang diberi pupuk P berbagai level dosis dan diinokulasi dengan
Glomus manihotis pada stadium bibit

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002

13
Stigma Volume XIII No.2, April – Juni 2005

Bobot kering akar
(x1)

r12 = 0.9980

Cs = sisaan
Px1y =0.2688

Pcsy =0.0087

r12 = 0.9990

kering
total bobot kering total
Px2(xy1=),0.4821
Matriks beda koefisien jalinBobot
antarakering
bobot daun
kering akar
daun (x2) danBobot
batang
(x3) dengan
)
(y) etunicatum pada stadium bibit
tanaman manggis yang diberi pupuk P (x
berbagai
level dosis diinokulasi dengan Glomus
2
(x2)
(x3)
(x1)
*
tn
Px3y=0.2497
(x2) r12 = 0.9970
*
Keterangan:
Keterangan
* = nyata
Bobot kering batang
r = koefisien korelasi
tn = tidak
(x3)
Pxsy = koefisien jalin
nyata
Gambar 4. Struktur jalinan hubungan antara bobot kering akar, daun, dan batang dengan bobot kering
total tanaman manggis yang diberi pupuk P berbagai level dosis diinokulasi dengan Glomus
etunicatum pada stadium bibit.

KESIMPULAN
(1) Inokulasi dengan Glomus etunicatum lebih
efektif daripada Glomus manihotis, tetapi
keduanya lebih efektif daripada kontrol teradap bobot kering akar, bobot kering daun,
bobot kering akar dan bobot kering total
manggis umur 16 bulan di lapangan. Bobot
kering total maksimum tanaman manggis
yang diinokulasi dengan Glomus etunicatum,
Glomus manihotis, dan kontrol berurut
adalah 9.13, 8.58, dan 7.64 g tanaman -1 yang
diperoleh dari pupuk P dosis optimum
243.02, 421.99, dan 863.82 mg tanaman -1
bulan-1.
(2). Partisi fotosintat pada tanaman manggis
umur 16 bulan lebih tinggi ke daun daripada
batang dan akar. Pada semua level dosis
pupuk P, partisi fotosintat ke daun terebut
lebih tinggi pada tanaman manggis yang
tidak diinokulasi CMA dibandingkan dengan
yang diinokulasi dengan
Glomus
etunicatum dan Glomus manihotis.
DAFTAR PUSTAKA
Anwarudin, M.J., N.L.P. Indriyani, S. Hadiati, dan E.
Mansyah. 1996. Pengaruh konsentrasi asam giberelat

dan lama perendaman terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan biji manggis. Jurnal Hortikultura 1(5):812.
Gardner, F.P, R.B. Pearce, and R. L. Mitchell. 1991.
Physiology of crop plants. The Iowa State Univ.
Press.Ames, IA. Kabirun, S., and J. Widada. 1999.
Growth responses of upland rice to vesicular arbuscular
mycorrhizal infection in different level of applied
phosphorus. p. 135-144. In: F.A. Smith et al. (eds.).
Proc. Int. Conf. Mycorrhizae in Sustainable Trop. Agric.
and Forest Ecosystem. Bogor, Indonesia, Oct. 27-30,
1997.
Khalil, S.E., E.L. Thomas, M.A. Tabatabai. 1994. Mycorrhizal dependency and nutrition uptake by improved and
unimproved corn and soybean cultivars. Agron. J.
86:949-958.
Mufidah, A., T. Setiana, N. Mayangsari, Y. Setiadi, dan C.
Wibowo. 1999. Efektifitas cendawan mikoriza arbuskular OG 105 dan mycofer, serta pemakaian pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan semai Gmelina arborea Roxb,
Paraserianthes falcataria (L) Nilsen, dan Swietenia
macrophylla King. Kumpulan Abstr. Sem. Nas. Mikoriza
I, Bogor, 15-16 Nop. 1999. Hal 5.
Simarmata, T. 1995. Strategi pemanfaatan mikroba tanah
(pupuk biologis) dalam era bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan-lahan marginal di Indonesia
menuju pertanian yang berwawasan lingkungan. Makalah seminar Bioteknologi, Fakultas Pertanian Unpad,
Bandung, 21 hal.
Syarif, A. 2002. Kebergantungan bibit manggis yang diberi
pupuk fosfat terhadap cendawan mikoriza arbuskular.
Stigma J.10(3):242-246.
Syarif, A. 2002. Kebergantungan bibit manggis yang diberi
pupuk fosfat terhadap cendawan mikoriza arbuskular.
Stigma J.10(3):242-246.

------------------------------oo0oo------------------------------

ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002