KARAKTERISASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SECARA MORFOLOGIS PADA DUA LOKASI DI BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK
KARAKTERISASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
SECARA MORFOLOGIS PADA DUA LOKASI
DI BANDAR LAMPUNG

Oleh
HERI RUSYADI

Tanaman manggis di Lampung tersebar di beberapa wilayah, namun saat ini
belum terindentifikasi secara morfologi maupun genetik sehingga tidak diketahui
jenis dan tingkat keragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan karakter morfologis dan tingkat keragaman tanaman manggis pada dua
lokasi di Bandar Lampung sebagai sumber plasma nutfah.

Penelitian dilakukan di dua lokasi di Bandar Lampung, yaitu di Sukadanaham dan
Batu Putu. Penelitian dilakukan dengan lima sampel pada setiap lokasi. Pada
setiap sampel diambil empat titik berdasarkan arah mata angin terutama untuk
pengambilan sampel daun. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan uji t pada
taraf nyata 5%.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman manggis pada dua lokasi di

Bandar Lampung memiliki tingkat keragaman yang rendah karena dari 20
variabel yang diamati, hanya 2 variabel yang menunjukkan perbedaan, yaitu
ketebalan daun dan persentase manggis yang muncul bunga dan buah. Persentase

tanaman manggis yang muncul bunga dan buah pada lokasi Sukadanaham adalah
13% dan Batu Putu sebesar 24%.

Kata kunci: manggis, identifikasi, morfologi, keragaman.

KARAKTERISASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
SECARA MORFOLOGIS PADA DUA LOKASI
DI BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)

Oleh
HERI RUSYADI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

vii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah ...............................................................

1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................


4

1.3 Kerangka Pemikiran ...........................................................................

4

1.4 Hipotesis .............................................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Tanaman Manggis ...........................................................

7

2.2 Perbanyakan Tanaman Manggis .......................................................

8

2.3 Prospek Pengembangan dan Pemasaran Manggis ............................


9

III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................

11

3.2 Bahan dan Alat ..................................................................................

11

3.3 Metode Penelitian ..............................................................................

11

3.4 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................

14


3.4.1 Pengamatan Kondisi Lingkungan ...........................................
3.4.2 Pengamatan Kondisi Tanaman ...............................................
3.4.2.1 Pengamatan daun ......................................................
3.4.2.2 Pengamatan batang ...................................................

14
14
14
18

3.5 Analisis Data .....................................................................................

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................

22

4.1.1 Daun Manggis ........................................................................

4.1.2 Batang Manggis .....................................................................

22
28

4.2 Pembahasan .............................................................................................

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................

36

5.2 Saran ................................................................................................

36

PUSTAKA ACUAN
LAMPIRAN

Table 4-9. ..............................................................................................

42-45

Gambar 16. Tanaman manggis di lapangan ..........................................

46

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Lokasi titik pengambilan sampel manggis di Sukadanaham, 2013. ....

12

2. Lokasi titik pengambilan sampel manggis di Batu Putu, 2013. ..........


13

3. Bentuk daun. ........................................................................................

15

4. Bentuk ujung daun. .............................................................................

15

5. Bentuk pangkal daun. ..........................................................................

15

6. Tepi daun. ...........................................................................................

16

7. Bentuk kanopi. ....................................................................................


18

8. Pola percabangan. ...............................................................................

19

9. Kerapatan percabangan tanaman manggis. .........................................

19

10. Bentuk daun manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung. .. ............

23

11. Bentuk ujung daun manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung. ....

23

12. Bentuk pangkal daun manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung. .


24

13. Susunan daun manggis. .......................................................................

27

14. Percabangan daun manggis. ................................................................

30

15. Karakteristik permukaan batang manggis. ..........................................

30

16. Tanaman manggis di lapangan.............................................................

45

DAFTAR TABEL


Tabel

Halaman

1. Tingkat keragaman tanaman manggis. ..............................................

21

2. Hasil pengamatan struktur daun manggis pada dua lokasi di
Bandar Lampung, 2013. ....................................................................

25

3. Data pengamatan struktur batang manggis pada dua lokasi di
Bandar Lampung, 2013. ....................................................................

29

4. Hasil pengamatan bobot daun manggis (gram) di lokasi Sukadanaham
dan Batu Putu, 2013. ..........................................................................

42

5. Analisis bobot daun manggis dengan uji t. ........................................

42

6. Hasil pengamatan luas daun manggis (cm2) di lokasi Sukadanaham
dan Batu Putu, 2013. ..........................................................................

43

7. Analisis luas daun manggis dengan uji t. ..........................................

43

8. Data pengamatan nisbah panjang dan lebar daun manggis pada dua
lokasi di Bandar Lampung, 2013. ......................................................

44

9. Titik koordinat pengambilan sampel manggis di dua lokasi
Bandar Lampung. ..............................................................................

45

Kupersembahkan karya ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar
Sarjana Pertanian dan tanda bakti, cinta, hormat, serta kasih sayangku
kepada
Almamaterku Tercinta,

Ayah dan Ibu tercinta
atas segala ketulusan dan kesempurnaan cinta, kasih sayang, serta doa yang
senantiasa menyertai perjalanan hidupku,

&

Kakak-kakakku Fenita Yunistaty dan Heni Kurnia, adikku Hana Yulia Putri,
Yuli Puspita, beserta seluruh keluarga besar, yang selalu memberikan
perhatian dan semangat kepadaku dalam menjalani hidup.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Pasar Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten
Lampung Barat pada 7 Maret 1991, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara
pasangan Bapak Khairul Rizal dan Ibu Risnorita.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Nurul Islam Pasar Liwa yang
diselesaikan pada tahun 1997, dilanjutkan ke SDN 02 Pasar Liwa yang
diselesaikan pada tahun 2003. Setelah itu, penulis melanjutkan ke SMPN 01
Pahoman Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006, dan SMA
Muhammadiyah 02 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2009.

Tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Unila melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis
aktif di kepengurusan Persatuan Mahasiswa Agroteknologi dan Badan Eksekutif
Mahasiswa. Pada tahun 2011, penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT.
Great Giant Pineapple Lampung Tengah, dan pada tahun 2012 penulis melakukan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Susunan Baru Kecamatan Tanjung
Karang Barat Bandar Lampung.

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah – Nya, skripsi ini dapat diselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian
sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Rugayah, M.P., sebagai Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu
dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian
skripsi ini, serta nasihatnya yang berharga.
2. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., sebagai Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Yohannes C. Ginting, M.P., sebagai Pembahas dan Penguji, yang
telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik, atas bimbingan dan
perhatiannya selama penulis menjalani studi.
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung beserta Jajarannya.

7. Seluruh dosen, staf, karyawan, dan civitas akademika Jurusan Agroteknologi
dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Keluargaku tercinta Ayah dan Ibu, atas segala kasih sayang, do’a tulus yang
diberikan, serta nasehat dan pengorbanan yang tiada pernah putus diberikan,
kakak-kakakku dan adikku yang telah memberikan keceriaan dan motivasi
yang kuat untuk memperjuangkan hidup.
9. Yuli Puspita, S.Pd, terimakasih atas dukungan, kasih sayang, dan kesetiaannya
dalam mendampingi penulis.
10. Sahabat-sahabatku: Catur Yuniarsih, Java, Ganda, Gagat, Doni, Suhendri,
Syarif, Deni, Deri, Adam, Hardy, Andrian, Ricky, Putu, Komang, dan sahabat
seperjuanganku lainnya angkatan 2009, atas kebersamaan mereka selama ini.
11. Teman-teman KKN: Rodi, Fadil, Edi, Ery, Ami, Habibi, Weni, Tina, dan Dini
12. Kanda, yunda, serta adinda anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila.
13. Seluruh pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga amal baik
yang telah diberikan akan dibalas oleh Allah SWT. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014
Penulis

Heri Rusyadi

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon
dengan batang dan cabang berkayu serta tumbuh tinggi tegak. Manggis berasal
dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia tenggara, yaitu hutan belantara
Kalimantan Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Dari Asia Tenggara,
tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya
seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawai, dan Australia Utara (Sudarsono,
Gunawan, Wahyuono, Donatus, dan Purnomo, 2002).
Buah yang mendapat julukan “Queen Of Fruits” ini memiliki banyak manfaat.
Kandungan senyawa yang terdapat dalam kulit buah manggis, antara lain xanton
(mangostin, mangosterol, mangostinon A dan B, garcinon B), flavonoid, dan
tanin. Selain itu, kulit buahnya juga dikenal sebagai obat sariawan, penurun
panas, obat disentri, dan sebagai antioksidan (Moongkarndi, Kosem, Kaslunga,
Luanratana, Pongpan, dan Neungton, 2004). Antosianin yang memberikan warna
ungu dalam kulit buah manggis dapat digunakan sebagai alternatif pewarna alami
untuk makanan dan tekstil (Wijaya, Marcel, dan Fenny, 2009).

Permintaan buah manggis meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan
kebutuhan konsumen. Peningkatan produksi manggis nasional dari 65.133 ton

2

pada 2008 menjadi 105.558 ton pada 2009 dan belum dapat diikuti oleh
peningkatan volume ekspor manggis. Manggis Saburai dari Lampung
menyumbang sebesar 9.688 ton/tahun (9,2%) dari total produksi manggis
nasional. Produktivitas manggis Saburai rata-rata 30-70 kg/pohon dengan luas
areal pertanaman manggis di Kabupaten Tanggamus 1.468 ha (Syafrudin, 2011).
Volume ekspor hanya berkisar 10% dari total produksi manggis nasional (Badan
Pusat Statistik, 2009). Rendahnya volume ekspor manggis disebabkan oleh
kualitas buah yang tidak baik, akibat dari pengelolaan budidaya yang kurang, serta
penggunaan bibit yang tidak unggul (Badan Pusat Statistik, 2009).

Tanaman manggis di Indonesia sebagian besar adalah warisan dari zaman dahulu
yang sudah berumur puluhan tahun. Untuk itu, manggis perlu perbaikan cara
budidaya dengan manajemen kebun yang baik. Tanaman manggis dapat
diperbanyak secara vegetatif ataupun secara generatif. Perbanyakan vegetatif
dengan stek maupun cangkok belum berhasil untuk menumbuhkan akarnya.
Karena itu, pada umumnya perbanyakan tanaman manggis dilakukan
menggunakan biji. Biji manggis termasuk biji apomiksis, sehingga itu individu
tanaman baru yang dihasilkan sama dengan induknya.

Bibit manggis yang digunakan pada umumnya berasal dari biji. Walaupun berasal
dari biji, tanaman yang dihasilkan tidak menyimpang dari induknya karena biji
manggis adalah apomiksis. Masalah perbanyakan manggis dari biji adalah waktu
berproduksinya lama, sehingga untuk meminimalisir hal tersebut dapat dilakukan
perbanyakan secara vegetatif. Salah satu perbanyakan secara vegetatif yang dapat
dilakukan adalah sambung pucuk dan penyusuan. Bibit yang berasal dari

3

sambungan harus jelas sumber induknya, terutama batang atas harus memiliki
kriteria yang sesuai dengan keinginan konsumen, seperti halnya manggis Saburai
yang telah menembus pasar ekspor.

Biji apomiksis adalah biji yang dihasilkan tanpa melalui penyerbukan dan
pembuahan, melainkan hasil dari perkembangan jaringan nuselus. Hal ini
menyebabkan tanaman manggis dan buah yang dihasilkan memiliki sifat yang
seragam (Sobir dan Poerwanto, 2007). Namun pada kenyataannya, tanaman
manggis yang dijumpai di lapangan relatif beragam. Keragaman yang terjadi
tersebut dapat disebabkan oleh akumulasi mutasi gen atau karena pengaruh
lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap keragaman yang
terjadi, untuk mengindentifikasi tanaman manggis pada beberapa daerah sebagai
sumber plasma nutfah dan potensinya sebagai manggis unggulan.

Permasalahan pada budidaya manggis di lapangan adalah penggunaan bibit yang
tidak bersertifikat. Di provinsi Lampung, bibit manggis yang telah bersertifikat
hanya manggis Saburai yang terdapat di daerah Tanggamus. Manggis Saburai
merupakan varietas unggul yang telah dirilis oleh Menteri Pertanian pada Mei
2010. Keunggulan manggis ini adalah buahnya manis segar, berdaging tebal, dan
kulit buah yang mudah dibelah.

Manggis Saburai merupakan satu-satunya tanaman manggis di Lampung yang
telah teridentifikasi dan dinyatakan unggul. Padahal tanaman manggis di
Lampung cukup banyak dan tersebar di beberapa wilayah antara lain di
Sukadanaham dan Batu Putu. Sukadanaham memiliki lingkungan sejuk karena
berada pada daerah berbukit dengan ketinggian ± 200-300 m dpl, sedangkan Batu

4

Putu memiliki kondisi lingkungan cukup panas karena daerahnya yang lebih dekat
ke pantai dengan ketinggian tempat kurang dari 200 m dpl. Sampai saat ini,
keberadaan pertanaman manggis di dua lokasi tersebut belum teridentifikasi
secara morfologi maupun genetik. Identifikasi secara morfologi dapat
memberikan gambaran karakter manggis-manggis yang tersebar di setiap wilayah
dan memiliki potensinya manggis ekspor seperti manggis Saburai.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Mengetahui perbedaan karakter morfologis tanaman manggis pada dua lokasi
di Bandar Lampung.
(2) Mengetahui tingkat keragaman tanaman manggis pada dua lokasi di Bandar
Lampung berdasarkan karakter morfologis sebagai sumber plasma nutfah.

1.3 Kerangka Pemikiran

Tanaman manggis merupakan tanaman buah yang kaya manfaat baik daging
buahnya maupun kulitnya, sehingga kebutuhan dan permintaan buah ini
meningkat, termasuk pasar ekspor. Permintaan manggis yang meningkat setiap
tahunnya tidak diiringi dengan peningkatan volume ekspor manggis. Menurut
Poerwanto, Efendi, Sobir, dan Suhartanto (2008), rendahnya volume ekspor buah
manggis antara lain diakibatkan oleh rendahnya mutu buah, karena manggis yang
ada sekarang mayoritas peninggalan nenek moyang yang asal – usul bibitnya tidak
jelas. Secara garis besar, permasalahan mutu buah manggis Indonesia dapat

5

dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) adanya getah kuning pada daging buah, (2)
burik pada kulit buah, dan (3) rendahnya selflife buah.

Manggis secara alami membiak dengan biji dan sifatnya apomiksis sehingga
tanaman manggis yang berasal dari biji mempunyai kesamaan genotipe dengan
induknya. Tanaman manggis yang diperbanyak dengan biji akan mempunyai
susunan genetik yang sama dengan induknya (Bradshaw, 1965). Namun, Verheij
(1991) menyatakan bahwa pada manggis terdapat variasi ukuran daun dan buah
yang diduga disebabkan oleh lingkungan. Hasil pene1itian Mansyah, Edison, dan
Winarno (1992) juga menunjukkan bahwa terdapat variasi fenotipe bentuk kanopi,
ukuran daun, ukuran buah, tebal kulit buah, dan jumlah buah per tandan. Oleh
karena itu, untuk memastikan adanya variasi pada kelompok tanaman manggis,
khususnya di wilayah Bandar Lampung yaitu Sukadanaham dan Batu Putu perlu
dilakukan identifikasi. Hal tersebut dilakukan mengingat kondisi lingkungan
pertanaman manggis di dua tempat tersebut berbeda.

Identifikasi pada tanaman merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dan
memberikan informasi yang lebih detil terkait morfologis tanaman tersebut. Data
identifikasi pada tanaman manggis akan sangat membantu dalam melihat potensi
pada tanaman manggis, sehingga dalam pengadaan bibit yang digunakan dapat
diketahui karakteristik keunggulannya.

Tanaman manggis di Lampung yang telah teridentifikasi dan dinyatakan unggul
hanya satu jenis yaitu manggis Saburai yang terdapat di Kabupaten Tanggamus.
Tanaman manggis di Lampung tersebar cukup banyak di beberapa wilayah,
seperti di Bandar Lampung. Namun, saat ini belum diketahui karakteristiknya,

6

homogen atau heterogen, dan memiliki kesamaan morfologis dengan manggis
Saburai. Bila terdapat keragaman, kondisi tersebut akan menambah sumber
plasma nutfah yang bisa dijadikan sebagai sumber pohon induk dan menambah
koleksi varietas manggis di Lampung.

1.4 Hipotesis

Hipotesis Penelitian ini adalah:
(1) Terdapat perbedaan karakter morfologis tanaman manggis pada dua lokasi di
wilayah Bandar Lampung.
(2) Terdapat tingkat keragaman tanaman manggis secara morfologis pada dua
lokasi di Bandar Lampung yang berpotensi sebagai sumber plasma nutfah.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Manggis

Manggis merupakan tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat mencapai
puluhan tahun. Pohon manggis selalu hijau dengan tinggi 6-20 meter. Manggis
mempunyai batang tegak, batang pohon jelas, kulit batang coklat, dan memiliki
getah kuning. Daun manggis tunggal, duduk daun berhadapan atau bersilang
berhadapan. Manggis mempunyai 1-3 bunga betina di ujung batang, susunan
menggarpu, dan garis tengah 5-6 cm. Kelopak daun manggis dengan dua daun
kelopak terluar berwarna hijau kuning, dua yang terdalam lebih kecil dengan tepi
merah, melengkung, kuat, dan tumpul. Manggis mempunyai empat daun
mahkota, berbentuk telur terbalik, berdaging tebal, berwarna hijau kuning, bertepi
merah atau hampir semua merah. Benang sari bersifat staminodia biasanya
terletak dalam tukal (kelopak). Bakal buah manggis be-ruang 4-8, kepala putik
berjari-jari 5-6. Buah manggis memiliki bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7
cm, warna ungu tua, dengan kepala putik duduk (tetap), kelopak tetap, dinding
buah tebal, daging putih susu, dengan getah kuning. Dalam sebuah manggis
terdapat 1-3 biji, diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair, berwarna putih, dan
dapat dimakan (termasuk biji yang gagal tumbuh sempurna). Manggis
mempunyai waktu berbunga antara Mei – Januari (Rukmana, 1995).

8

Manggis merupakan tumbuhan pepohonan, yang memiliki tinggi hingga 15 meter
dengan batang berkayu, berbentuk bulat, tegak, dan bercabang simpodial.
Manggis berdaun tunggal, berbentuk lonjong, tebal, ujung runcing, pangkal
tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm, lebar 6-9 cm, dan
tangkai silindris hijau. Bunga manggis berbentuk tunggal, berkelamin dua
diketiak daun, dan buahnya seringkali bersalut lemak dengan warna coklat
keunguan. Biji manggis berbentuk bulat, berdiameter 2 cm, dalam satu buah
terdapat 5-7 biji (Hutapea, 1994).

2.2 Perbanyakan Tanaman Manggis

Perbanyakan manggis melalui biji merupakan cara yang paling umum dilakukan
petani karena murah dan lebih praktis dibandingkan dengan cara perbanyakan
lainnya, misalnya penyusuan dan sambung pucuk. Tanaman manggis bersifat
apomiksis sehingga tanaman yang berasal dari biji secara genetis akan sama
dengan induknya (Cox, 1976).

Apomiksis adalah metode reproduksi secara aseksual melalui biji, yaitu biji
terbentuk tanpa pengurangan jumlah kromosom dan fertilisasi (Den Nijs
dan Van Dijk, 1993). Tanda-tanda apomiksis pada manggis antara lain adalah
terjadinya pengecambahan biji tanpa adanya peran dari organ jantan, adanya
proembryo adventitious, pertumbuhan secara vegetatif dari jaringan integumen,
dan menghasilkan beberapa kecambah dari satu biji (Richards, 1990).

9

2.3 Prospek Pengembangan dan Pemasaran Manggis

Buah manggis saat ini mayoritas dikonsumsi dalam bentuk segar. Selain pasaran
lokal, pemasaran buah manggis sudah merambah pasar ekspor. Taiwan adalah
pasar terbesar manggis Indonesia. Selama tahun 1994, Taiwan mengimpor
manggis Indonesia sebanyak 2.235.177 kg atau 83% dari total ekspor buah
Indonesia. Negara lain yang mengimpor manggis adalah Jepang, Brunei,
Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swis, dan Amerika
Serikat. Prospek pengembangan agribisnis manggis sangat cerah, perminat buah
ini di luar negeri banyak dan harganya relatif mahal. Peluang pasar luar negeri
diperkirakan terus meningkat dengan penambahan volume 10,7% per tahun
(Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005).
Arah pengembangan agroindustri manggis menuju pada suatu sistem pertanian
perdesaan yang terpadu pada 12 provinsi sentra manggis, sehingga dapat
meningkatkan volume ekspor dan daya saing dengan produk luar negeri.
Pengembangan agroindustri ini dilakukan secara bertahap pada tiap tahunnya
(2006 - 2009), dengan tolok ukur pengembangan pada unit pasca panen dan
pengolahan hasil di perdesaan serta pengembangan distribusi dan pemasaran
(Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005).

Pohon manggis di Indonesia pada umumnya dipanen pada November sampai
Maret tahun berikutnya. Produksi panen pertama hanya 5-10 buah/pohon, panen
kedua rata-rata 30 buah/pohon, selanjutnya 600-1.000 buah/pohon sesuai dengan
umur pohon. Pada puncak produksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat
menghasilkan 3.000 buah/pohon dengan rata-rata 2.000 buah/pohon. Produksi

10

satu hektar (100 tanaman) dapat mencapai 200.000 butir atau sekitar 20 ton
buah/ha (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005).

1

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada September – November 2013 di dua lokasi dalam
wilayah Bandar Lampung, yaitu Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung
Utara dan Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat.

3.2 Bahan dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kantung plastik
transparan, alat tulis, cangkul, sprayer, tali plastik, timbangan, meteran, kertas
label, styrofoam berwarna merah, gunting, milimeterblock, cutter, kamera digital,
GPS, dan kertas koran.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lima sampel di setiap lokasi (Gambar 1 dan 2).
Koordinat dan populasi tanaman manggis di masing-masing lokasi disajikan pada
Tabel 9, Lampiran. Pada setiap sampel tanaman manggis diambil dari empat titik
berdasarkan arah mata angin untuk pengambilan sampel daun. Selain itu
dilakukan juga pengamatan terhadap kondisi lingkungan dan batang tanaman
manggis.

2

Keterangan:
: Sampel 1
: Sampel 2
: Sampel 3
: Sampel 4
: Sampel 5
: Tugu Durian
Gambar 1. Lokasi titik pengamatan sampel manggis di Sukadanaham, 2013.
12

3

Keterangan:
: Sampel 1
: Sampel 2
: Sampel 3
: Sampel 4
: Sampel 5
: Wisata Kebun Binatang Bumi Kedaton
Gambar 2. Lokasi titik pengamatan sampel manggis di Batu Putu, 2013.
13

14

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengamatan Kondisi Lingkungan

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kondisi lingkungan pertanaman
manggis. Pengamatan dimulai dari melihat pola tanam yang digunakan pada
setiap titik pengamatan. Kemudian, mengukur jarak tanam yang digunakan untuk
mengetahui kondisi pencahayaan yang diterima tanaman.

3.4.2 Pengamatan Kondisi Tanaman

3.4.2.1 Pengamatan daun

Sampel daun yang diamati pada setiap tanaman diambil dari empat arah mata
angin, yaitu Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Variabel sampel daun yang diamati
di lapangan meliputi: bentuk daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, tepi
daun, tekstur permukaan atas dan bawah daun, tampilan tulang daun, warna daun
muda, warna daun tua, kerapatan daun, dan susunan daun. Kriteria semua bentuk
pada masing-masing variabel tersebut dikategorikan berdasarkan ketentuan Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (2007).

(1) Bentuk daun
Bentuk daun dikategorikan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada
Gambar 3.

15

Gambar 3. Bentuk daun.

(2) Bentuk ujung daun
Bentuk ujung daun dikategorikan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan
oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada
Gambar 4.

Gambar 4. Bentuk ujung daun.

(3) Bentuk pangkal daun
Bentuk pangkal daun dikategorikan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan
oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada
Gambar 5.

Gambar 5. Bentuk pangkal daun.

16

(4) Tepi daun
Tepi daun dikategorikan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Tepi daun.

(5) Tekstur permukaan atas dan bawah daun
Tekstur permukaan atas dan bawah daun dikategorikan berdasarkan skor yang
dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: tidak
mengkilap (skor 1) dan mengkilap (skor 9).
(6) Tampilan tulang daun
Tampilan tulang daun dikategorikan berdasarkan skor yang dikeluarkan oleh
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: menonjol (skor 1),
kurang menonjol (skor 2), dan tidak menonjol (skor 3).
(7) Warna daun muda
Warna daun muda dikategorikan berdasarkan skor yang dikeluarkan oleh
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: hijau muda (skor 1),
hijau muda kecoklatan (skor 2), merah bata muda (skor 3), coklat merah (skor
4), keperak-perakan (skor 5), dan varigata (skor 6).
(8) Warna daun tua
Warna daun tua dikategorikan berdasarkan skor yang dikeluarkan oleh Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: hijau muda (skor 1), hijau (skor
2), hijau tua (skor 3), dan varigata (skor 4).

17

(9) Kerapatan daun
Kerapatan daun ditentukan dengan cara menghitung jumlah daun dalam satu
tangkai dan jarak antarruas buku. Setelah itu, dikategorikan berdasarkan
ketentuan yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman
(2007), yaitu: jarang apabila jarak antarruas buku daun lebih dari 4 cm (skor
3), sedang apabila jarak antarruas buku daun antara 3-4 cm (skor 5), dan rapat
apabila jarak antarruas buku daun kurang dari 3 cm (skor 7).
(10) Susunan daun
Susunan daun dikategorikan berdasarkan skor yang dikeluarkan oleh Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: alternate (skor 1) dan opposite
(skor 2).

Variabel daun yang akan diamati di laboratorium adalah bobot daun, luas daun,
dan nisbah panjang lebar daun.

(11) Bobot daun
Sampel daun yang diambil adalah daun muda yang telah berkembang
sempurna. Kemudian sampel daun ditimbang dan dicatat bobotnya.
(12) Luas daun
Sampel daun yang telah dipilih, diukur luas daunnya dengan menggunakan
kertas milimeterblock. Perhitungan luas daun dilakukan dengan cara
menggambar daun di atas kertas milimeterblock kemudian dihitung jumlah
kotak yang tergambar.

18

(13) Nisbah panjang lebar daun
Pengukuran nisbah panjang lebar daun dilakukan dengan cara mengukur
panjang dan lebar daun menggunakan mistar. Kemudian dilakukan
perbandingan nilai panjang dan nilai lebar daun tersebut.

3.4.2.2 Pengamatan batang

Pengamatan pada batang manggis dilakukan di lapangan, meliputi: bentuk kanopi,
pola percabangan, lebar kanopi, kerapatan percabangan, karakteristik permukaan
batang, lingkar batang, dan tinggi cabang pertama.

(1) Bentuk kanopi
Penentuan bentuk kanopi dilakukan berdasarkan hasil foto berbagai sudut dan
berdasarkan ketetapan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yang
ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Bentuk kanopi.

(2) Pola percabangan
Penentuan dilakukan berdasarkan ketetapan Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman (2007), yang ditunjukkan pada Gambar 8.

19

Gambar 8. Pola percabangan.

(3) Lebar kanopi
Pengukuran lebar kanopi dilakukan dengan menggunakan meteran
berdasarkan arah cabang dominan terluar. Namun jika kondisi di lapangan
tidak memungkinkan, pengukuran dilakukan berdasarkan arah yang paling
memungkinkan untuk dilakukan pengamatan.
(4) Kerapatan percabangan
Kerapatan percabangan (Gambar 9) dilakukan dengan menghitung jumlah
cabang dari cabang pertama hingga 50 cm. Selanjutnya. dikategorikan
berdasarkan dengan ketetapan yang telah dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan
Varietas Tanaman (2007), yaitu: jarang apabila jumlah percabangan kurang
dari 2 (skor 3), sedang apabila jumlah percabangan antara 2 – 4 (skor 5), dan
rapat apabila jumlah percabangan di atas 4 (skor 7).

50 cm

Gambar 9. Kerapatan percabangan tanaman manggis.

20

(5) Karakteristik permukaan batang
Pengamatan karakteristik permukaan batang dilakukan dengan cara meraba
pada permukaan batang dan disesuaikan dengan ketetapan skor yang telah
dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (2007), yaitu: halus
apabila permukaan batang hanya terdapat retakan yang berupa garis-garis
kurang dari 2 mm (skor 3), kasar apabila permukaan batang mengalami
retakan yang lebih antara 2 mm - 4 mm (skor 5), dan sangat kasar apabila
permukaan batang mengalami retakan lebih dari 4 mm dan terjadi
pengelupasan kulit (skor 7).
(6) Lingkar batang
Pengamatan lingkar batang dilakukan menggunakan meteran dengan cara
mengukur lingkar batang pada 50 cm di atas permukaan tanah.
(7) Tinggi cabang pertama
Pengamatan tinggi cabang pertama dilakukan dengan mengukur tinggi batang
dari permukaan tanah sampai mencapai cabang pertama pada tanaman
menggunakan meteran.

3.5. Analisis Data

Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan uji t untuk membandingkan
keragaman tanaman manggis pada dua lokasi di Bandar Lampung. Jika terjadi
keragaman, tingkat keragaman diambil berdasarkan perbandingan antara jumlah
variabel yang tidak homogen dengan jumlah semua variabel pengamatan (Tabel
1).

21

Tabel 1. Tingkat keragaman tanaman manggis
No
1.
2.
3.

Jumlah Variabel (tidak homogen)
7≤
8-14
≥ 15

Tingkat Keragaman
Rendah
Sedang
Tinggi

Hasil identifikasi tanaman manggis di wilayah Bandar Lampung juga
dibandingkan dengan karakter morfologi (fase vegetatif) manggis Saburai yaitu:
bentuk daun, bentuk tajuk, dan batang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
(1) Terdapat perbedaan karakter morfologi tanaman manggis pada fase vegetatif
di Sukadanaham dan Batu Putu, yaitu bobot daun manggis di Batu Putu lebih
berat dibandingkan di Sukadanaham.
(2) Tanaman manggis di Sukadanaham dan Batu Putu memiliki tingkat
keragaman yang rendah. Dari 20 variabel pengamatan, hanya terdapat
perbedaan pada ketebalan daun dan persentase manggis yang muncul bunga
dan buah. Persentase tanaman manggis yang muncul bunga dan buah pada
lokasi Sukadanaham adalah 13% dan Batu Putu sebesar 24%.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik morfologi tanaman manggis pada fase
generatif (perkembangan buah) di lokasi yang sama dengan memperhatikan faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap pembungaan. Selain itu, perlu penelitian
pada lokasi lain di Provinsi Lampung.

38

PUSTAKA ACUAN

Badan Pusat Statistik. 2009. Ekspor Hortikultura Indonesia. Nilai dan volume
ekspor buah-buahan. http//www.BPS.go.id. diakses pada 28 Oktober
2013 pukul 19.15 wib.
Bradshaw, A.D. 1965. Evolutionary Significance of Phenotypic Plasticity in
Plants. Advances in Genetics. 13: 115-155.
Cox, J.E.K. 1976. Garcinia mangostana L., Mangosteen. Propagation of
Tropical Fruit Trees. 1st ed. Commonwealth Bureau. Farm Harn Royal,
England. hlm. 8-12.
Den Nijs APM dan Van Dijk GE. 1993. Apomixis. In: M.D. Hayward, N.O.
Bosemark and I. Romagosa (Eds). Plant Breeding Principles and
Prospects. Chapman and Hall. London. 229 hlm.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Road Map
Pengembangan Agroindustri Manggis. Jakarta. 19 hlm.
Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2013. Kanker Batang atau Cabang.
http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id. diakses pada 19 Juli 2014 pukul
07.59 wib.
Hutapea. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid III. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. 332 hlm.
Mansyah, E., Edison Hs., dan M. Winarno. 1992. Eksplorasi dan studi keragaman
tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) di Sumatera Barat. J. Hort.
5(1): 1-15.
Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2010. Surat Keputusan Menteri Pertanian
tentang Pelepasan Manggis Saburai sebagai Varietas Unggul No:
2047/Kpts/SR.120/5/2010. Menteri Pertanian. Jakarta.
Moongkarndi, P., N. Kosem, S. Kaslunga, O. Luanratana, N. Pongpan, N.
Neungton. 2004. Antiproliferation, antioxidation and induction of a
apoptosis by Garcinia mangostana (mangosteen) om SKBR3 Human
Breast Cancer Cell Line. J. Ethnopharmacol. 90: 161–166.

39

Nurul, M. 2006. Karakterisasi morfologi dan perbedaan pertumbuhan bibit
manggis (Garcinia mangostana L.) varietas ‘Wanayasa’ dan
‘Kiarapedes’. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 hlm.
Omran, H dan M. Masri. 1993. First fruiting behaviour of mangosteen tress
(Garcinia mangostana L.). Proceeding of the fruit industry in Malaysia.
Malaysia. hlm. 229-231.
Pitojo, S dan H.N. Puspita. 2007. Budidaya Manggis. Penerbit Aneka Ilmu.
Semarang. 106 hlm.
Poerwanto, R., D. Efendi, Sobir, dan R. Suhartanto. 2008. Improving
productivity and quality of Indonesian mangosteen. Acta Hort. 769:
285-288.
Poincelot P.R. 1979. Horticulture Principles and Practical Applications.
Departement of Biology Fairfield University, Fairfield Connecticut New
Jersey. 652 hlm.
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2007. Panduan Pengujian Individual
Kebaruan, Keunikan, Keseragaman, dan Kestabilan Tanaman Manggis
(Garcinia mangostana L). Departemen Pertanian. Jakarta. 17 hlm.
Richards, A.J. 1990. Studies in Garcinia, dioecious tropical forest trees: the
origin of the mangosteen (Garcinia mangostana L.). Botanic J of the Lin
Soc. 103: 301-308.
Rugayah. 2009. Kegiatan magang perbenihan tanaman hortikultura di
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. (Laporan Hasil Magang).
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. hlm. 30-31.
Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 54 hlm.
Sobir dan R. Poerwanto. 2007. Mangosteen Genetics and Improvement.
International Journal of Plant Breeding. 1(2): 105-111.
Sudarsono, P.N., D. Gunawan, S. Wahyuono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002.
Tumbuhan Obat II. Yogyakarta: PSOT UGM, Deltomed, Java Plant.
192 hlm.
Syafrudin. 2011. Manggis Tanggamus Kini Diekspor. http://syafrudin52.
wordpress.com/2011/12/01/ manggis-tanggamus-kini-diekspor/. diakses
pada 08 Juli 2014 pukul 14.06 wib.
Verheij, EWM. 1991. Garcinia mangostana L. In E.W.M.,Verheij (Ed) Plant
Resources of South East Asia. Edible Fruit and Nuts. Bogor a Selection.
PUDOC. Wageningen. 446 hlm.

40

Wijaya, L.A., P.S Marcel, dan S. Fenny. 2009. Mikroenkapsulasi antosianin
sebagai pewarna makanan alami sumber antioksidan berbasis limbah
kulit manggis (Garcinia mangostana L.)”. (Laporan Program Kreativitas
Mahasiswa). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 31 hlm.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

KARAKTERISASI TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SECARA MORFOLOGIS PADA DUA LOKASI DI WILAYAH KABUPATEN PESAWARAN

1 21 36