ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

DI KABUPATEN TANGGAMUS (Skripsi)

Oleh

ANGGA ANDALA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(2)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

DI KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

ANGGA ANDALA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(3)

1 Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2 Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRAK

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

DI KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

Angga Andala1, Zainal Abidin2, dan Suriaty Situmorang2

Penelitian bertujuan untuk (1) menganalisis keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, (2) menganalisis kepekaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan input dan output.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus. Jumlah responden adalah 45 petani yang dipilih secara acak berdasarkan umur tanaman. Analisis data yang digunakan adalah analisis PAM (Policy Analysis Matrix). Untuk mempertajam analisis digunakan analisis kepekaan (sensitivitas).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus memiliki keunggulan kompetitif yang (ditunjukkan oleh nilai PCR (Private Cost ratio) sebesar 0,349) dan memiliki keunggulan komparatif (dengan nilai DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) sebesar 0,494). Keuntungan privat dan sosial yang diterima adalah Rp55.511.036 dan Rp114.266.941. Biaya usahatani terdiri dari input tradable dan faktor domestik. Input tradable meliputi pupuk urea, SP-36, KCL, dan pestisida. Faktor domestik meliputi tenaga kerja, modal dan lahan. (2) daya saing usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus hanya sensitif terhadap penurunan produksi sebesar 20% dan penurunan harga output sebesar 30%.


(4)

1 Student of Agribusiness Department of Agriculture Faculty of Lampung University 2 Lectures at Agribusiness Department of Agriculture Faculty of Lampung University

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF COMPETITIVE AND COMPARATIVE

ADVANTAGES OF MANGOSTEEN (Garcinia mangostana L.) FARMING SYSTEM RESPECTIVELY IN TANGGAMUS DISTRICT

by

Angga Andala1, Zainal Abidin2, and Suriaty Situmorang2

The study aims to (1) analyze the competitive and comparative advantages in farming mangosteen Tanggamus, (2) analyze the sensitivity of competitive and comparative advantages in farming mangosteen Tanggamus to changes in input prices and output

This research was carried out in Tanggamus District. The respondent of this research was 45 farmers. The respondent was chosen using simple random sampling according to the age of plants. The study employs PAM (Policy Analysis Matrix). The sensitivity analysis was used to elaborate the analysis. The results showed that (1) mangosteen farming in Tanggamus have a competitive advantage (indicated by the value of PCR (Private Cost Ratio) 0,349) and comparative advantage (by DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) 0,494). Private and social advantages received respectively Rp55.511.036 and Rp114.266.941. The cost of farming consists of tradable inputs and domestic factors. Tradable inputs including fertilizer urea, SP-36, KCL, and pesticides. Domestic factors include labor, capital and land. (2) competitiveness of mangosteen farming in Tanggamus sensitive to a decrease in production output of 20% and a decrease in output prices by 30%.


(5)

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa

Program Studi Fhkultas

ANALISIS I{EUNGGULAN KOIITPETITIF

DAN KOMPARATIF

USAIIAIANI

FIAIIGGIS

(Garclnla mangostana

L,

Dt

I{ABUPATEN

TANGGATTUS

?

Dr.

Ir.

ZalnalAbldln,

IU.E.S.

l{rP 19610921198705 1 005

nn

\l.k>-/l\,

"l-r-.-? lr)

Ir.

Suriaty

5l-tumorang,

ItI.Si.

NrP 19480901 197605 1 007

.&ffia,*dd"

07t4122016

Agribisnis Pertanian

MEITTYDTUJUI 1. Komisi Pembimbing

2. Ketua Jurusan Agribisnis

,l

^1

1'V'ln*

Dr.

Ir.

Fembrtartl

Errf,

Prasmatlwl,

Ff.S.

NrP 19650205 198902

2

001

i>

ti::-'

riiiil.',::


(6)

'I r.:r:ri: : i?a

r ]r1 ::l rl.rl:r

r:i . 1 i.l

r::, .:: 4,. -l

i-i: ; ,ilt'::i

:,: :', :l:.

1" .. ....: i ;r.

ir i"- ri :. ,i.,i tj t-.

'- : a"

Pertanian

Wan Abbas

Zakarla,

M.S.

'r:ri

a::

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 25

Agustus

2014

r ,::i

r.i,r:l

"

'ii j

-. j::

..

':

j'

.r.

ULJ'

/ +-9 -r(k

gru, (

Za'l

t-t

f"*"


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Apil 1990 di Kotaagung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Nusbari S.P. dan Supatmi S.Pd. Penulis menempuh pendidikan formal di Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah Bustanul Athfal Wonosobo pada tahun 1995,

pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Sridadi lulus pada tahun 2001, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP 1 Kotaagung lulus pada tahun 2004, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kotaagung lulus pada tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)

Selama masa kuliah penulis pernah menjadi pendamping asistensi mata kuliah pembangunan pertanian. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan kampus di antaranya, Sosek English Club (SEC) Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Universitas Lampung periode 2010/2011, sebagai ketua bidang III, organisasi kemahasiswaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai Ketua Rayon Fakultas Pertanian masa khidmat 2007-2008, Sekretaris Komisariat PMII Unila masa khidmat 2008-2009, anggota PMII Cabang Bandar Lampung masa khidmat 2011/2012.


(8)

Kegiatan ekstrakurikuler kampus yang pernah penulis ikuti di antaranya adalah tenaga surveyor Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2009, dan anggota biro Komite Nasional Pemuda Indonesia Kota Bandar Lampung periode 2011-2014. Penulis menyelesaikan praktik umum (PU) di Badan Kordinasi Penyuluh

Pertanian (Bakorluh) Provinsi Lampung. Tahun 2011 penulis bekerja sebagai tim tenaga pendamping masyarakat marijnal pedesaan (Community Organizer)


(9)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sholawat dan salam senantisa tercurah untuk Uswatun Hasanah Kanjeng Nabi Muhamad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KEUNGGULAN

KOMPARATIF MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI KABUPATEN TANGGAMUS”. Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., sebagai Pembimbing Pertama sekaligus

Pembimbing Akademik, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasihat, saran, dan arahan dari awal hingga selesainya penyusunan skripsi.

2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, yang telah banyak

memberikan bimbingan, nasihat, saran, dan arahan dari awal hingga selesainya penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir. H. R. Hanung Ismono, MP, sebagai Dosen Penguji, yang telah banyak

memberikan saran, dan kritikan yang membangun demi perbaikan kualitas skripsi penulis.

4. Dr.Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S, sebagai Ketua Jurusan Agribisnis, yang


(10)

5. Seluruh dosen Jurusan Agribinis atas semua ilmu yang telah diberikan selama

penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.

6. Karyawan-karyawan di Jurusan Agribinis, Mba Iin, Mba Ayi, Mas Bukhori, Mas

Sukardi, Pak Margono, dan Mas Boim, atas semua bantuan yang telah diberikan.

7. Bapakku Nusbari, S.P. dan Mamakku Supatmi S.Pd., dan saudara-saudaraku

terkasih, Redi Octama, S.Pd., Dika Agus Tiandra, Muhamad Diara Kasesa, Makwo, Pakde dan Bude, atas limpahan kasih sayang, perhatian, do’a, dukungan dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian.

8. Sahabatku Vici Wahyu Nugroho, S.P., Mutakin, S.P. dan Muhamad Nuryasin,

S.P., terimakasih untuk semangat kebersamaan selama penulis mengerjakan skripsi.

9. Kartika S., M.Pd., yang telah memberi do’a, semangat, motivasi, dan dorongan selama penulis mengerjakan skripsi.

10. Sahabat-sahabatku seperjuangan, Satria Widiatmaja, Bambang, Danang, Made,

Putri, Arum, Dini, Tri, Randy, Aras, Fitri, Maya, Desty, Rico, (Alm) Donny, Andri Agung, Juanda, John, Razvi, Ni Wayan, Nunik, Uci, Risha, Fadhila, Reki Chandra, Candra, Titik Gustia, Bondan, Arif dan Guntur.

11. Sahabatku Agribisnis angkatan 07 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan kebersamaan kita selama ini. “Kalian adalah kenangan yang indah tentang sebuah kebersamaan”

12. Kakakku dan adikku Sosek 05, 06, Agribisnis 08, 09, 10 yang telah memberikan


(11)

13. Anggota organisasi PMII dan NGO Lakpesdam, Bang Titut, Mbak Wirda, Mbak

Erlina dan Bang Muhidin, Bang Mislam, dan Peti yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ilmu dan informasi dalam

bentuk data sekunder, jurnal, skripsi, buku, dan media cetak, dalam penyelesaian skripsi.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2014


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 11

C. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Tinjauan Agronomis Manggis ... 12

2. Analisis Daya Saing ... 16

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 19

C. Kerangka Pemikiran ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 26

B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian ... 30

C. Metode Pengumpulan Data ... 32


(13)

1. Identifikasi Input dan Output ... 34

2. Penentuan Alokasi Biaya ... 34

3. Penentuan Harga Sosial... 35

4. Analisis Daya Saing ... 36

5. Dampak Kebijakan Pemerintah ... 37

6. Analisis Sensitivitas PCR dan DRCR ... 42

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN, HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 44

1. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus ... 44

a. Letak Geografis ... 44

b. Topografi dan Iklim ... 45

c. Keadaan Demografi Lokasi Penelitian ... 46

B. Hasil dan Pembahasan ... 47

1. Keadaan Umum Petani Responden ... 47

a. Umur Petani Responden ... 47

b. Tingkat Pendidikan Petani Responden ... 47

c. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 48

d. Luas Lahan Usahatani Manggis ... 49

e. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jarak Tanam Manggis ... 49

2. Budidaya Manggis di Daerah Penelitian ... 50

a. Bibit ... 50

b. Persiapan Lahan dan Penanaman ... 50

c. Pemeliharaan ... 51

d. Panen ... 52

3. Analisis Usahatani Membuat Kebun Manggis ... 53

a. Biaya Investasi ... 53

b. Biaya Tenaga Kerja ... 54

4. Analisis Usahatani Manggis ... 55

a. Biaya-biaya ... 55

(1). Biaya Investasi ... 55


(14)

(3). Biaya Peralatan ... 57

(4). Biaya Pupuk dan Pestisida ... 58

(5). Biaya Pajak ... 60

b. Penerimaan ... 60

(1). Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Manggis ... 60

5. Analisis Usahatani Kakao ... 62

a. Biaya-biaya ... . 63

(1). Biaya Investasi ... 63

(2). Biaya Tenaga Kerja ... 63

(3). Biaya Peralatan ... 64

(4). Biaya Pupuk dan Pestisida ... 65

(5). Biaya Pajak ... 66

b. Penerimaan ... . 67

(1). Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kakao ... 67

6. Penentuan Harga Privat dan Harga Sosial ... 68

a. Nilai Tukar Mata Uang ... 68

b. Harga Output ... 69

c. Harga Bibit Manggis ... 69

d. Harga Pupuk ... 70

e. Harga Pestisida ... 71

f. Harga Peralatan ... 71

g. Harga Tenaga Kerja ... 72

h. Tingkat Suku Bunga ... 72

i. Working Capital (modal kerja) ... 73

7. Analisis Daya Saing PCR dan DRCR ... 73

a. Analisis Input Tradeable dan Faktor Domestik ... 73

b. Analisis Keunggulan Kompetitif dan Komparatif ... 76

8. Analisis Sensitivitas PCR dan DRCR ... 84

a. Analisis Sensitivitas PCR dan DRCR Apabila Biaya Input Naik 25%... ... 85

b. Analisis Sensitivitas PCR dan DRCR Apabila Terjadi Penurunan Produksi manggis 20%... ... 87

c. Analisis Sensitivitas PCR dan DRCR Apabila Harga Output Turun 30%... ... 89


(15)

d. Analisis Sensitivitas PCR dan DRCR profit=0 (Apabila Biaya Input Naik 50%, Terjadi Penurunan Produksi

manggis 1%, Penurunan Harga Output sebesar 30%)... 92

e. Analisis Perubahan Koefesien PCR dan DRCR Usahatani Manggis Apabila terdapat Implikasi Kebijakan Makro (Suku Bunga Komersial Naik dan Rupiah Melemah Terhadap US$) ………... 94

f. Analisis Koefesien PCR dan DRCR Apabila Terdapat Implikasi Kebijikan Mikro (Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus Membuat Kebijakan Pemberian Bibit Gratis Kepada Petani)………... 96

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA……….. 98

LAMPIRAN……… 103 Tabel 50 s/d Tabel 76 ... 106-145


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun 2012... 5 2. Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun 2010

-2012... 6 3. Luas panen, produktivitas, dan produksi manggis di Kabupaten

Tanggamus tahun 2012... 7 4. Policy Analysis Matrix (PAM)... 17 5. Variabel usahatani manggis yang akan diteliti...………... 27 6. Variabel dan indikator PAM yang akan diteliti dan dibahas dalam

penelitian………...………...….…. 28 7. Penentuan jumlah petani sampel berdasarkan umur tanaman

manggis………... 32 8. Policy analisys matrix (PAM) yang digunakan dalam penelitian

usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012... 33 9. Alokasi biaya produksi ke dalam komponen domestik dan

asing... 34 10.Penentuan harga paritas ekspor output... 35 11. Penentuan harga paritas impor input ... 37 12. Sebaran petani responden berdasarkan kelompok umur

di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 47 13.Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan

di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012…………... 48 14.Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga


(17)

15.Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 49 16.Sebaran petani responden berdasarkan jarak tanam manggis

di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 50 17.Rincian biaya investasi membuat kebun manggis di Kabupaten

Tanggamus, 2012... 54 18.Rincian biaya tenaga kerja dalam membuat kebun manggis

di Kabupaten Tanggamus, 2012... 55 19. Biaya investasi per ha usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus, tahun 2012... 56 20.Perincian tenaga kerja dan biaya tenaga kerja per ha usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012... 57 21.Perhitungan biaya peralatan pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 57

22.Jumlah dan biaya pupuk per hektar pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 59 23.Perhitungan jumlah dan biaya pestisida per hektar pada usahatani

manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012…………... 60 24.Jumlah rata - rata produksi manggis per hektar per tahun

di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 61 25. Biaya investasi per hektar usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus,

tahun 2012... 63 26. Perincian tenaga kerja dan biaya tenaga kerja per hektar usahatani

kakao di Kabupaten Tanggamus, 2012... 64 27. Perhitungan biaya peralatan pada usahatani kakao di Kabupaten

Tanggamus, tahun 2012... 65 28.Perhitungan jumlah dan biaya pupuk per hektar pada usahatani

kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 66 29.Perhitungan jumlah dan biaya pestisida per hektar pada usahatani

kakao di Kabupaten Tanggamus, 2012... 66 30.Total penerimaan per hektar yang diperoleh dari penjualan biji kakao


(18)

31.Harga privat dan sosial pestisida yang digunakan pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012... 71

32.Harga privat dan sosial peralatan yang digunakan dalam usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012…………... 72

33.Biaya input tradable dalam harga privat pada usahatani manggis per hektar di Kabupaten Tanggamus, 2012... 74 34.Biaya input tradable dalam harga sosial pada usahatani manggis

per hektar di Kabupaten Tanggamus, 2012... 74 35.Biaya input non tradable dalam harga privat dan harga sosial pada

usahatani manggis per hektar di Kabupaten Tanggamus, 2012... 75 36. Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012………... 76

37. Indikator daya saing usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012…..……….... 78 38. Indikator sebelum dan setelah terjadi kenaikan harga input

sebesar 25% usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus...…... 85 39. Sensitivitas PCR dan DRCR setelah terjadi kenaikan harga

input sebesar 25% usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 86 40.Indikator sebelum dan setelah terjadi penurunan produksi

sebesar 20% usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus………...… 88 41.Analisis sensitivitas PCR dan DRCR apabila produksi turun 20%

pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 89 42.Indikator sebelum dan setelah terjadi penurunan harga output

sebesar 1% usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 90 43.Analisis sensitivitas PCR dan DRCR apabila terjadi penurunan

harga output sebesar 30% pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 91 44.Indikator sebelum dan setelah terjadi biaya input naik sebesar 25%,

terjadi penurunan produksi manggis sebesar 20%,penurunan harga output sebesar 30%) usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 92 45.Nilai PCR dan DRCR apabila terjadi biaya input naik sebesar 25%,

terjadi penurunan produksi manggis sebesar 20%, penurunan harga output sebesar 30% usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 93


(19)

46.Indikator sebelum dan setelah implikasi kebijakan suku bunga naik dan Rupiah melemah terhadap US$ yang sehingga mempengaruhi usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 95 47.Perubahan koefesien PCR dan DRCR setelah terjadi implikasi

kebijakan suku bunga naik dan Rupiah melemah terhadap US$ sehingga mempengaruhi usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 95 48.Indikator sebelum dan setelah terjadi kebijakan pemberian bibit

gratis kepada petani manggis di Kabupaten Tanggamus... 97 49.Perubahan koefesien PCR dan DRCR setelah terjadi kebijakan

pemberian bibit gratis kepada petani manggis di Kabupaten Tanggamus... 97 50.Indentitas petani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012.…… 106 51.Biaya peralatan pertanian usahatani manggis Kabupaten Tanggamus

tahun 2012……….………...……….…..…… 107 52.Penggunaan tenaga kerja (HOK) usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus tahun 2012………..………..……….…..…… 110 53.Penggunaan pupuk dan obat-obatan usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus Tahun 2012………..…… 117 54.Produksi usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012.… 119 55.Asumsi suku bunga BI rate tahun 2012……….…………. 120 56.Harga paritas manggis tahun 2012………. 121 57.Export by commodity and country of destination Januari - Desember

2011……… 122 58.Input-output usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012….... 123 59.Input dan output per hektar dalam harga privat pada usahatani

manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012………..……….…. 125 60.Input dan output per hektar dalam harga sosial pada usahatani

manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012…….………….……… 126 61.Budjet privat per hektar (manggis) di Kabupaten Tanggamus, 2012… 127


(20)

62.Budjet sosial per hektar (manggis) di Kabupaten Tanggamus,

2012………..……….……….……… 130 63.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus, 2012………..……….…..….. 133 64.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus setelah kenaikan biaya input 25%, 2012…..……… 134 65.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus produksi turun sebesar 20%, 2012……….…. 135 66.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus, harga output turun 30%, 2012……...………..…. 136 67.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus (profit=0), 2012...………...……….... 137 68.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus (suku bunga naik dan Rupiah melemah terhadap US$),

2012...………..………….…...………... 138 69.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus (pemberian bibit gratis oleh pemerintah), 2012….………. 139 70.Identitas petani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012…….….. 140 71.Input - output usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun

2012………..……….….…. 141 72.Privat budget usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun

2012………...………. 143

73. Luas panen, produksi dan produktivitas kakao di Kabupaten Tanggamus, 2003-2008………... 145

74. Nilai impor dan ekspor buah tahun 2012... 115 75. Produksi buah-buahan menurut provinsi (ton),2012…... 116 76. Analisis kelayakan finansial usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 118


(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan produksi dan ekspor manggis di Indonesia

tahun 2005-2012 ... 2 2. Volume dan nilai ekspor manggis di Indonesia,

tahun 2005-2012 ... 4 3. Paradigma Analisis Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan


(22)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada peningkatan 39 komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan nasional tersebut terdiri dari 7 komoditas tanaman pangan, 10 komoditas hortikultura, 15 komoditas perkebunan, dan 7 komoditas peternakan. Salah satu dari 10 komoditas unggulan hortikultura tersebut adalah manggis (Renstra Kementan, 2009).

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura Indonesia yang menjadi fokus peningkatan produksi oleh Kementrian Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari ekspor buah-buahan Indonesia yang salah satunya didominasi oleh komoditas buah manggis. Pada tahun 2012, kontribusi nilai ekspor manggis terhadap total ekspor 26 jenis buah-buahan nasional yang diekspor adalah sebesar 9,64 persen (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013). Proporsi produksi buah manggis terhadap total produksi 14 jenis buah-buahan nasional adalah sebesar 1,14 persen (Badan Pusat Statistik, 2012).


(23)

2

8,437 5,697 9,093 9,466 9,987 11,387 12,600 20,289 64,711

72,634 112,722

78,674 105,558

84,538

117,595 190,294

0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Produksi (Ton)

Ekspor (Ton)

Produksi manggis Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2005 sampai tahun 2012 rata-rata peningkatan produksi manggis Indonesia adalah sebesar 15,52 persen per tahun (Badan Pusat Statstik, 2013). Perkembangan produksi manggis Indonesia selama periode 2005-2012 dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan produksi dan ekspor manggis di Indonesia, tahun 2005-2012 (dalam ton)

Sumber : Badan Pusat Statistik (Produksi) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (Ekspor), 2013 (data diolah dalam grafik)

Gambar 1 menunjukkan bahwa produksi manggis dari tahun 2005-2012 berfluktuasi dan produksi tahun 2012 merupakan jumlah terbesar dalam kurun waktu 2005-2012.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2013) laju peningkatan produksi manggis pada periode 2011-2012 cukup tinggi, yaitu mencapai 61,82 persen (data diolah). Selanjutnya volume ekspor manggis ke negara tujuan berfluktuasi, dengan rata-rata adalah 10.870 ton/tahun. Laju pertumbuhan ekspor manggis


(24)

3

Indonesia hanya 17,49 persen per tahun dari total ekspor manggis setiap tahunnya.

Ekspor manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar nasional ke mancanegara, kemudian diikuti oleh nanas dan pisang (Badan Pusat Statistik, 2012). Manggis yang berasal dari perkebunan rakyat setelah melewati proses grading, hanya diekspor sekitar 10,66 persen (Setyo, 2009). Proses grading menyebabkan harga manggis di pasar domestik dan ekspor berbeda.

Perbedaan harga yang signifikan antara harga domestik dengan harga ekspor menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan volume ekspor.

Kisaran harga ekspor Free on Board (FOB) buah manggis bisa mencapai 2 US$ per butir. Dengan kurs Rp12.000 per 1 US$, maka harga satu butir buah manggis mencapai Rp24.000 di tingkat konsumen di negara pengimpor (Badan Pusat Statistik, 2012). Harga tersebut sangat berbeda jauh

dibandingkan dengan harga domestik yang rata-rata hanya mencapai Rp 8.000-Rp 10.000/kg (pip.kementan.org, 2012).

Ekspor buah manggis Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor sangat

fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari gambaran volume ekspor dan nilai ekspor delapan tahun terakhir yang disajikan pada Gambar 2.


(25)

4

8.44

5.70 9.09 9.47 9.99

11.39 12.60 20.29

6.91

3.60 4.95

5.83 6.45 5.28 6.52 6.78

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Ekspor (ribu ton) Nilai (US$ Juta)

Gambar 2. Volume dan nilai ekspor manggis Indonesia, tahun 2005-2012

Sumber : Kementrian Pertanian, 2013 (data diolah dalam grafik)

Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai ekspor manggis Indonesia dalam kurun waktu delapan tahun berfluktuasi, dan mengalami penurunan pada tahun 2006. Penurunan ini disebabkan oleh kualitas manggis Indonesia secara

keseluruhan masih rendah. Pada tahun 2006, dari sekitar 72.634 ton total manggis yang diproduksi, hanya 5.697 ton yang layak untuk diekspor ke luar negeri (Badan Pusat Statistik, 2011). Rendahnya ekspor buah manggis hasil perkebunan rakyat disebabkan oleh produsen lokal belum mampu

memenuhi permintaan konsumen pasar internasinal sesuai dengan standar buah yang baik di pasar internasional (Firdaus, 2007).

Peluang pasar ekspor buah-buahan dunia yang besar telah membangkitkan keinginan pemerintah Indonesia untuk mendorong produk buah-buahan tropika menjadi komoditas primadona dunia. Hal ini juga dilakukan untuk

menghadapi era pasar bebas yang ditandai dengan masuknya buah-buahan impor ke Indonesia. Indonesia harus mampu menyajikan produk buah-buahan


(26)

5

yang dapat bersaing dengan buah-buahan impor. Strategi yang harus ditempuh antara lain mempromosikan manggis sebagai exotic fruit dengan mengandalkan unggulan buah lokal spesifik Indonesia (Setyo, 2009). Namun, besar kecilnya peluang manggis Indonesia di pasar internasional tergantung kepada

kemampuan produsen manggis Indonesia memenuhi permintaan konsumen manggis. Produsen manggis Indonesia tentunya harus mampu bersaing dengan produsen manggis dari negara-negara lain, seperti Thailand, Malaysia dan Amerika Latin, di pasar dunia (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013). Kemampuan bersaing tidak hanya dalam segi kuantitas produksi, tetapi juga berbagi faktor lainnya, yang salah satunya adalah mutu atau kualitas dari manggis yang diproduksi.

Tanaman manggis Indonesia tersebar hampir di semua kepulauan. Pulau Sumatra merupakan salah satu sentra produksi manggis Indonesia. Produksi manggis Pulau Sumatra pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi manggis di pulau Sumatra, tahun 2012 (dalam ton) No Provinsi Produksi

1 Aceh 2.306

2 Sumatera Utara 13.182 3 Sumatera Barat 11.872

4 Riau 2.618

5 Jambi 3.919

6 Sumatera Selatan 1.096

7 Bengkulu 3.950

8 Lampung 6.698

9 Bangka Belitung 1.332 10 Kepulauan Riau 217 Sumatra 47.190 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013


(27)

6

Tabel 1 menunjukkan bahwa Lampung pada tahun 2012 merupakan salah satu provinsi terbesar penghasil komoditi manggis dengan jumlah produksi sebesar 6.698 ton. Produksi manggis Provinsi Lampung tersebar di

kabupaten-kabupaten yang menjadi penghasil manggis. Produksi manggis per kabupaten-kabupaten di Provinsi Lampung pada tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung, tahun 2010-2012 Kabupaten/Kota Produksi (ton)

2010 2011 2012 1. Lampung Barat 768 612 697

2. Tanggamus 4.828 5.038 5.529

3. Lampung Selatan 348 95 132 4. Lampung Timur 79 30 77 5. Lampung Tengah 55 57 47 6. Lampung Utara 322 90 100 7. Way Kanan 73 36 32 8. Tulang Bawang *t.a *t.a *t.a 9. Bandar Lampung 73 49 56 10. Pesawaran 36 27 28 11. Metro *t.a *t.a *t.a Lampung 6.583 6.033 6.698 *t.a : tidak ada data

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan kabupaten penghasil buah manggis terbesar di Provinsi Lampung tahun 2010-2012. Produksi manggis tersebut didukung oleh kondisi iklim dan ketinggian lahan perkebunan di Kabupaten Tanggamus yang cocok untuk pertumbuhan tanaman manggis (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kotaagung, 2012).

Produksi manggis Kabupaten Tanggamus menyumbang 83 persen dari total produksi Provinsi Lampung, sisanya oleh kabupaten dan kota lainnya.


(28)

7

Penyebaran sentra produksi, luas panen, dan produktivitas manggis di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas panen, dan produksi manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012

No Kecamatan

Luas lahan Produksi

(ha) (ton)

1 Kota Agung 264 1.365

2 Talang Padang 38 265

3 Wonosobo 84 650

4 Pulau Panggung 2 15

5 Cukuh Balak 11 43

6 Pugung 16 26

7 Pematang Sawah 12 122

9 Semaka 12 203

10 Ulu Belu 3 20

11 Kelumbayan 2 10

12 Gisting 2 16

13 Kota Agung Timur 200 20

14 Kota Agung Barat 180 1.400

15 Gunung Alip 4 1.276

16 Limau 11 20

17 Air Naningan t.a t.a

18 Bulok t.a t.a

19 BN. Semuong t.a t.a

20 Kelumbayan Barat t.a t.a

Jumlah 2.781 9.055

*t.a : tidak ada data

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus, 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa komoditi manggis Kabupaten Tanggamus tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Kota Agung, Kota Agung Timur, Kota Agung Barat dan Wonosobo. Penghasil manggis terbesar pada tahun 2012 adalah Kecamatan Kota Agung. Lahan penanaman manggis di Kecamatan Kota Agung terpusat di dua desa/pekon yaitu Pekon Terdana dan Pekon Penanggungan. Dua pekon tersebut dijadikan kebun percontohan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kotaagung, 2012)


(29)

8

Selain menjadi kebun percontohan, kedua pekon tersebut juga mampu menghasilkan manggis yang bersertifikat prima 3, yaitu manggis yang telah memenuhi kualitas standar ekspor pasar internasional (Balai Penyuluhan Pertanian Kota Agung, 2012). Hal ini menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian di Kecamatan Kota Agung.

Produksi buah manggis Kabupaten Tanggamus berasal dari perkebunan rakyat yang dikelola secara mandiri oleh petani. Pada umumnya, umur tanaman manggis di Kabupaten Tanggamus berkisar antara 10-25 tahun, Dari total lahan kering (ladang) yang dimiliki oleh petani, rata-rata sekitar 60 persen menjadi lahan tanaman manggis, sisanya diperuntukan untuk tanaman lainnya, seperti tanaman kakao dan tanaman perkebunan lainnya, sehingga Kabupaten Tanggamus masih memiliki peluang untuk meningkatkan produksi manggis di masa yang akan datang (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus, 2011).

Kabupaten Tanggamus berpeluang untuk menjadi sentra utama penghasil manggis didukung oleh luas areal yang dimiliki serta produksi yang tinggi. Namun, usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus di sisi lain menyimpan beberapa kendala, antara lain pengembangan manggis di Kabupaten

Tanggamus masih membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah, baik dari segi kebijakan maupun bantuan untuk petani. Hingga saat ini belum ada kebijakan khusus dari pemerintah daerah Kabupaten Tanggamus yang diterapkan pada komoditas manggis. Padahal petani sangat mengharapkan bantuan pemerintah misalnya berupa pemberian subsidi terhadap harga input


(30)

9

(pupuk anorganik dan pestisida). Kebijakan tersebut perlu dipertimbangkan dengan baik, karena akan menyebabkan perbedaan harga input dan output pada tingkat finansial dan ekonomi, sehingga akan mempengaruhi pendapatan petani.

Secara on farm, sistem usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus masih mengandalkan lahan pekarangan dan lahan hutan yang belum mendapatkan pemeliharaan dan peremajaan yang baik. Belum terdapat sarana sortasi yang baik di sentra-sentra produksi, membuat buah manggis tidak dapat dikelola secara baik segera setelah panen. Di sisi pemasaran, belum ada mekanisme penetapan harga yang saling menguntungkan di tingkat petani. Biasanya buah yang dipanen belum mencapai usia 80 persen kematangan, sehingga kualitas buah manggis tidak tahan lama dan isinya cepat busuk (tabloidsinartani.com, 2012).

Dalam upaya pengembangan sistem agrobisnis yang handal, Kabupaten Tanggamus memiliki peluang sebagai wilayah pengembangan komoditas hortikultura unggulan, dengan manggis sebagai komoditas unggulannya. Dengan memanfaatkan era desentralisasi ekonomi, dalam melakukan kombinasi strategi pemanfaatan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang ada, khususnya dalam kerangka pembangunan pertanian dan sektor ekonomi lain pada umumnya, Kabupaten Tanggamus dapat menetapkan manggis sebagai salah satu komoditas unggulan daerah (tribunnews.com, 2012).


(31)

10

Berdasarkan uraian sebelumnya, untuk dapat tetap mempertahankan mutu dan kualitas manggis Tanggamus di pasar internasional, maka usahatani manggis Tanggamus harus memiliki daya saing terhadap komoditas sejenis yang dikembangkan di daerah lain. Daya saing yang dimiliki dapat diketahui berdasarkan analisis keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Semakin tinggi daya saing yang dimiliki, maka akan semakin besar peluang ekspornya (Malian, et al, 2004). Peningkatan keunggulan kompetitif dan komparatif komoditas manggis dan dukungan kebijakan pemerintah yang intensif berlandaskan mekanisme pasar, merupakan stimulus peningkatan produktivitas dan peningkatan daya saing. Seiring dengan hal tersebut, maka penelitian tentang keunggulan kompetitif dan komparatif buah manggis di Kabupaten Tanggamus diperlukan dan penting, sebagai pertimbangan dalam merumuskan kebijakan tentang usahatani manggis oleh pemerintah Kabupaten Tanggamus khususnya, dan Provinsi Lampung umumnya.

Berdasarkan uraian dan data-data yang telah disajikan, maka

rumusan masalah yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian adalah : 1. Bagaimana keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani

manggis di Kabupaten Tanggamus?

2. Bagaimana kepekaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan harga input dan output?


(32)

11

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus.

2. Menganalisis kepekaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan harga input dan output.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi :

1. Pengambil keputusan, terutama pemerintah, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan, baik dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan, yang berkaitan dengan usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus.

2. Petani manggis, sebagai informasi untuk pengembangan tanaman manggis. 3. Pembaca, sebagai sumber informasi dan perbandingan serta masukan bagi


(33)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Agronomis Manggis

a. Klasifikasi Tanaman Manggis

Rukmana (1995) menyatakan bahwa manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya, seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan

Australia. Di Indonesia, manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal, seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), dan Manggista (Sumatera Barat). Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

Menurut Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok (2000)

merekomendasikan tiga klon manggis. Pertama, adalah klon manggis kelompok besar dengan klasifikasi panjang daun >20 cm, lebar >10 cm,


(34)

13

ketebalan kulit buah >9 mm, diameter buah >6,5 cm, berat buah >140 gram, buah tiap tandan 1 butir. Kedua adalah klon manggis kelompok sedang dengan klasifikasi panjang daun 17-20 cm, lebar 8,5-10 cm, ketebalan kulit buah 6-9 mm, diameter buah 5,5-6,5 cm, berat buah 70-140 gram, buah tiap tandan 1-2 butir. Ketiga, adalah klon manggis kelompok kecil dengan klasifikasi panjang daun <17 cm, lebar <8,5 cm, ketebalan kulit buah <6 mm, diameter buah <5,5 cm, berat buah <70 gram, buah tiap tandan >2 butir. Klon yang dikembangkan adalah MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 dan MBS 7 (Prihatman, 2000).

b. Syarat Tumbuh Manggis

Rukmana (1995) menyatakan bahwa tanaman manggis merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dataran rendah dan dataran tinggi sekitar 800 m di atas permukaan laut (dpl), suhu optimal berkisar antara 22-32 derajat celcius dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun dan kelembaban 80 persen. Jenis tanah yang ideal untuk pertumbuhan manggis adalah tanah latosol dan andosol, dengan drainase yang baik, memiliki pH 5,0 - 7,0 dengan kedalaman lapisan olah tanah 50-200 cm. Manggis memerlukan naungan pada umur tanam 1-2 tahun. Naungan dikurangi seiring dengan semakin tingginya batang tanaman. Tanaman manggis cocok untuk ditumpangsarikan dengan tanaman buah-buahan lainnya.


(35)

14

c. Penanaman Manggis

Rukmana (1995) menyatakan bahwa tanaman manggis dapat

dibudidayakan dengan menggunakan biji, karena bibit manggis bersifat identik dengan genetik induknya. Bentuk batang manggis tegak, kuat, tahan hama dan penyakit, dan tidak mudah roboh. Saat ini telah

dikembangkan perbanyakan secara vegetatif, dengan menyambung atau mencangkok. Pertumbuhan bibit manggis memerlukan waktu lama, sehingga perlu perawatan khusus. Pembibitan menggunakan media tanah yang bertekstur remah, subur, dan mengandung air yang cukup.

Pengolahan tanah dilakukan sebelum musim hujan, dengan lubang tanam berukuran 100 cm x 100 cm x 50 cm untuk tanah yang bertekstur gembur. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama dua minggu sebelum diisi dengan campuran tanah yang berada di bagian atas. Pemberian pupuk diberikan dengan dosis, 30 kg pupuk kandang, Urea sebanyak 50 gr, TSP 25 gr dan KCL 20 gr per lubang tanam. Jarak tanam ideal tanaman manggis adalah 10 m x 10 m untuk bibit yang berasal dari perbanyakan generatif (biji), dan 5 x 5 m untuk tanaman hasil perbanyakan vegetatif. Tanaman pisang dapat digunakan sebagai

tanaman pelindung dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m, ditanam pada saat dua bulan sebelum bibit manggis ditanam. Naungan perlu dipertahankan sampai tanaman berumur 2-4 tahun. Untuk menjaga kelembaban

tanaman, sebaiknya bibit diberi mulsa secukupnya di sekeliling tanaman (Rukmana, 1995).


(36)

15

d. Pemeliharaan Manggis

Menurut Rukmana (1995) pemupukan diberikan sesuai dengan umur tanaman, dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu setengah dosis tiga bulan pasca tanam dan setengah dosis lagi menjelang tanaman berbunga, dengan dosis pupuk urea sebanyak 50 gr, TSP 25 gr dan KCL 20 gr, diberikan dalam bentuk larikan melingkar sedalam 10-20 cm, tepatnya di bawah tepi tajuk. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari pada fase awal pertumbuhan, terutama pada musim kemarau. Interval pengairan dikurangi secara bertahap setelah tanaman berumur di atas 5 tahun. Pengendalian hama dilakukan terutama saat ulat daun menyerang pada daun muda dan kutu api yang menyerang pada saat tanaman sedang berbunga dan berbuah. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida.

e. Panen Manggis

Menurut Rukmana (1995) secara umum buah manggis yang ditanam dari biji (generatif) dapat dipanen setelah tanaman berumur 8 - 10 tahun. Umur produksi tanaman manggis dapat mencapai 80 tahun, namun perlu dilakukan peremajaan saat tanaman sudah berumur 20 tahun agar

tanaman dapat kembali berproduksi dengan baik. Pembibitan secara vegetatif (cangkok dan sambung), buah sudah dapat dipanen pada umur 5-7 tahun dengan tinggi batang setinggi 5 meter. Ciri-ciri buah manggis yang siap panen adalah kulit berwarna ungu kemerah-merahan atau merah muda. Pemanenan buah manggis sangat tergantung pada tujuan


(37)

16

pemasaran manggis. Untuk ekspor, manggis dipanen pada umur 104-108 hari setelah bunga mekar, dengan kriteria kulit buah berwarna ungu kemerah-merahan hingga kulit buah masih hijau dengan ungu merah mencapai 10-25 persen.

2. Analisis Daya Saing

Menurut Salvator (1997), daya saing merupakan konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang rendah, sehingga dapat bersaing dengan harga internasional. Analisis daya saing dilakukan dengan menggunakan model analisis PAM (Policy Analysis Matrix).

Manggis merupakan tanaman tahunan dengan masa produktif sampai 20 tahun. Sebuah analisis dayasaing atas sistem usahatani tahunan memerlukan proses diskonto untuk mendapat nilai sekarang, oleh sebab itu digunakan present value. Penggunaan PAM pada penelitian adalah untuk

menganalisis secara menyeluruh dan konsisten terhadap kebijakan mengenai penerimaan, biaya usahatani, tingkat perbedaan pasar, sistem pertanian, investasi pertanian, dan efisiensi ekonomi (Pearson, dkk, 2005).

Ada 3 tujuan utama dalam metode PAM, yaitu (Pearson dkk, 2005) : a. Memberikan informasi dan analisis untuk membantu mengambil

kebijakan pertanian dalam isu sentral pertanian. Memungkinkan seseorang untuk menghitung tingkat keuntungan privat, sebuah ukuran daya saing usahatani pada tingkat harga pasar dan harga aktual.


(38)

17

Deskripsi Penerimaan Tradable inputs Domestic Factors Profit

Private A B C D

Social E F G H

Divergences I J K L

b. Menghitung tingkat keuntungan sosial sebuah usahatani, dihasilkan dengan menilai output dan biaya pada tingkat harga efesiensi (social opportunity costs, memungkinkan kita membuat urutan tingkat efesiensi dari berbagai sistem usahatani.

c. Menghitung transffer effect sebagai dampak dari sebuah kebijakan, dengan membandingkan pendapatan dan biaya (untuk selanjutnya akan disebut budget), sebelum dan sesudah penerapan kebijakan sehingga kita dapat mentukan dampak dari kebijakan tersebut.

Perhitungan model PAM dilakukan melalui matrik PAM seperti terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Policy Analysis Matrix (PAM)

Sumber: Pearson dkk, 2005 Keterangan :

Privat Profitability (D) = A - (B+C) Social Profitability (H) = E - (F+G) Privat Cost Ratio (PCR) = C / (A - B) Domestic Ratio Cost Ratio (DRCR) = G / (E - F)

Baris pertama dari tabel PAM berisikan nilai-nilai yang dihitung

berdasarkan harga privat (harga aktual yang terjadi di pasar). Baris kedua berisikan nilai-nilai yang dihitung berdasarkan harga sosial. Baris ketiga berisikan nilai divergensi. Biaya produksi terbagi menjadi dua yaitu input


(39)

18

tradeable dan faktor domestik (input non-tradable). Dalam penelitian faktor domestik terbagi menjadi 3 yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital) dan lahan (land) (Pearson, dkk, 2005).

Baris kedua dari tabel PAM berisikan angka-angka budget yang dinilai dengan harga sosial (harga yang akan menghasilkan alokasi terbaik dari sumber daya dan dengan sendirinya menghasilkan pendapatan tertinggi). Huruf E adalah simbol penerimaan yang dihitung dengan harga sosial, huruf F adalah simbol biaya input tradeable sosial, huruf G adalah simbol biaya faktor domestik pada tingkat harga sosial. Penerimaan dan biaya pada tingkat harga sosial (simbol E, F dan G) didasarkan pada estimasi the social opportunity costs dari komoditas yang diproduksi dan input yang digunakan. Simbol H adalah keuntungan sosial, diperoleh dengan

menggunakan identitas keuntungan, yaitu E - [F+ G]. Dengan demikian, keuntungan sosial adalah selisih antara penerimaan sosial dengan biaya sosial (Pearson, dkk, 2005).

Baris ketiga disebut sebagai baris effects of divergence. Divergensi timbul karena adanya distorsi kebijakan atau kegagalan pasar. Kedua hal tersebut menyebabkan harga aktual berbeda dengan harga sosialnya. Sel dengan simbol huruf I mengukur tingkat divergensi revenue atau penerimaan (yang disebabkan oleh distorsi pada harga output), simbol J mengukur tingkat divergensi biaya input tradeable (disebabkan oleh distorsi pada harga input tradeable), K untuk mengukur divergensi biaya faktor domestik


(40)

19

(disebabkan oleh distorsi pada harga faktor domestik), simbol L mengukur net transfer effects (mengukur dampak total dari seluruh divergensi). Semua nilai yang ada pada baris ketiga merupakan selisih antara baris pertama dengan baris kedua. Oleh karena itu, I = A - E, J = B - F, K = C - G, dan L = D - H (Pearson, dkk, 2005).

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Menurut Muslim dan Nurasa (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Daya Saing Komoditas Promosi Ekspor Manggis, Sistem Pemasaran Dan

Kemantapannya di Dalam Negeri (Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat)”, menyimpulkan bahwa usahatani manggis memiliki keunggulan

kompetitif dan komparatif serta layak secara finansial dan ekonomi dengan nilai PCR sebesar 0,40 dan DRCR 0,19. Divergensi yang dihasilkan pada matriks tersebut semuanya bernilai negatif. Divergensi penerimaan adalah senilai Rp 46 juta dan divergensi profit adalah Rp 38 juta.

Kustiari dkk., (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing Manggis Indonesia di Pasar Dunia (Studi Kasus Di Sumatera Barat)”,

menyimpulkan bahwa usahatani manggis manggis memiliki keunggulan

kompetitif dan komparatif serta layak secara finansial dan ekonomi dengan nilai PCR sebesar 0,40 dan nilai DRCR 0,19. Divergensi yang dihasilkan pada matriks tersebut semuanya bernilai negatif, divergensi penerimaan adalah senilai Rp 56 juta dan divergensi profit adalah Rp 48 juta.


(41)

20

Firdaus (2007) dalam penelitiannya tentang “Dayasaing dan Sistem Pemasaran Manggis Indonesia”, menyimpulkan bahwa usahatani manggis memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif serta layak secara finansial dan ekonomi dengan nilai PCR di Desa Karacak sebesar 0,71, dan nilai PCR di Desa Babakan sebesar 0,44 dan nilai PCR di Kecamatan Guguk sebesar 0,28, yang mana nilai tersebut lebih kecil dari satu. DRCR di Desa Karacak sebesar 0,61, nilai DRCR di Desa Babakan sebesar 0,50 dan nilai PCR di Kecamatan Guguk sebesar 0,40.

Indra (2011) meneliti tentang “Usahatani Kakao di Kecamatan Limau

Kabupaten Tanggamus”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kakao memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus dengan nilai PCR (Private Cost Ratio) sebesar 0,24139 dan nilai DRC (Domestic Resource Cost) sebesar 0,16749, sehingga layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus peka terhadap perubahan harga output pada harga privat dan pada harga sosial. Kenaikan ataupun penurunan dari harga kakao mempengaruhi keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.

Pakpahan (2006) yang membahas tentang “Analisis Sistem Pemasaran Manggis (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta dan Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor)”, dua desa tersebut merupakan sentra produksi buah manggis terbesar di Jawa Barat. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada kedua lokasi yaitu


(42)

21

fungsi pertukaran yang meliputi penjualan dan pembelian, fungsi fisik yang meliputi pengemasan dan pengangkutan, dan fungsi fasilitas yang meliputi standardisasi dan grading, penanggungan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Lembaga pemasaran yang terlibat tidak semuanya dapat melakukan seluruh fungsi pemasaran tersebut.

Struktur pasar yang dihadapi oleh petani pada dua lokasi adalah pasar oligopsoni karena jumlah petani lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang pengumpul antardesa dan pedagang pengumpul antarkota serta produk yang dipasarkan merupakan produk homogen. Begitu juga dengan struktur pasar yang dialami oleh eksportir. Eksportir merupakan penentu harga dan pembayaran harga serta kerjasama yang terjadi di antara lembaga pemasaran. Eksportir menentukan harga bagi pedagang pengumpul antardesa dan pedagang pengumpul antarkota karena adanya pengaruh keterikatan modal.

C. Kerangka Pemikiran

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura Indonesia yang menjadi fokus peningkatan produksi oleh

Kementrian Pertanian. Pada tahun 2012, kontribusi ekspor manggis terhadap total ekspor buah-buahan nasional adalah sebesar 37,4 persen, dan proporsi produksi buah manggis terhadap total produksi buah nasional adalah sebesar 0,72 persen (Direktorat Jendral Hortikultura, 2012).

Produksi rata-rata manggis tahun 2005-2012 adalah 103.341 ton/tahun. Pada tahun 2012 produksi manggis mencapai 190.294 ton. Angka produksi tahun


(43)

22

2012 merupakan jumlah terbesar dalam kurun waktu 2005-2012. Laju peningkatan produksi manggis pada periode 2011-2012 cukup tinggi, yaitu mencapai 61,82 persen.

Volume ekspor manggis Indonesia tahun 2005-2012 ke negara tujuan

berfluktuasi, tetapi rata-rata adalah 10.870 ton/tahun dengan laju pertumbuhan ekspor sebesar 17,49 persen per tahun. Ekspor manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar nasional ke manca negara, disusul oleh nanas dan pisang (Badan Pusat Statistik, 2012).

Peluang ekspor manggis Indonesia di pasar dunia yang besar telah

membangkitkan keinginan pemerintah Indonesia untuk mendorong produk tersebut menjadi komoditas primadona dunia. Namun, dalam era globalisasi perdagangan saat ini, keberadaan komoditas Indonesia, di pasar dunia harus bersaing dengan komoditas sejenis asal negara lain, baik di pasar internasional maupun pasar domestik (Agustina, 2008). Persaingan dapat mengancam keberlanjutan pengembangan komoditas manggis di Indonesia yang pada gilirannya akan menghambat laju pertumbuhan produksi dan ekspor, serta mempengaruhi kesejahteraan ekonomi petani manggis di Indonesia.

Lampung merupakan provinsi penghasil komoditi manggis Indonesia dengan jumlah produksi sebesar 6.698 ton pada tahun 2012, dan Kabupaten Tanggamus merupakan kabupaten penghasil buah manggis terbesar di Provinsi Lampung. Produksi manggis di Kabupaten Tanggamus mencapai 5.529 ton pada tahun 2012 (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kotaagung, 2012).


(44)

23

Masalah yang dihadapi pada sisi usahatani manggis adalah produktivitas manggis di Kabupaten Tanggamus tersebut masih tergolong rendah, yaitu, rata-rata 30–70 kg per pohon, sedangkan potensi hasil manggis umumnya 450-650 kg per pohon. Selain itu, jumlah produksi manggis yang terus mengalami peningkatan ternyata belum menjamin peningkatan pendapatan petani manggis. Kualitas buah manggis di Kabupaten Tanggamus untuk ekspor sangat rendah hanya 10% layak ekspor dari total produksi, karena penyakit getah kuning mencapai 20% dan burik buah 25% (Berliana, 2012), sisanya dipasarkan di pasar lokal dalam negeri.

Pengembangan potensi wilayah perkebunan manggis belum maksimal, karena masih tersedia 2 ribu hektar perkebunan manggis yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Tanggamus yang belum diperhatikan oleh pemerintah (Gumay, 2012). Dari beberapa hal tersebut maka, kebijakan peningkatan kualitas dan produktivitas manggis serta dukungan dalam pengembangan potensi wilayah perkebunan manggis di Kabupaten Tanggamus perlu dilakukan, agar usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus dapat berdaya saing di pasar internasional.

Menurut Tomy dalam Pearson, dkk., (2005) dayasaing dibedakan menjadi keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Peningkatan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus untuk menghadapi persaingan global dapat dilakukan oleh pemerintah melalui regulasi sistem agribisnis, dengan tujuan untuk


(45)

24

meningkatkan kualitas buah manggis sebagai buah unggulan dan memiliki daya saing di pasar domestik dan di pasar internasional.

Policy Analysis Matrix (PAM) merupakan alat analisis yang digunakan dalam penelitian dengan tujuan menganalisis daya saing produk pertanian dan dampak penerapan kebijakan pemerintah terhadap daya saing produk pertanian.

Dampak kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif dan komparatif produk pertanian. Muslim dan Nurasa (2001) menyatakan bahwa keunggulan komparatif berubah-ubah sesuai dengan perkembangan kegiatan ekonomi, sehingga penting dilakukan analisis sensitivitas keunggulan

kompetitif dan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, dengan pertimbangan bahwa kebijakan mikro dan makro pemerintah baik pada sisi input maupun output akan berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus. Hal ini senada dengan hasil penelitian Aji dalam Pearson,dkk., (2005) yang menyatakan bahwa

analisis PAM bersifat statis sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sensitivitas daya saing usahatani manggis di Kabupaten

Tanggamus, apabila terjadi perubahan pada sisi input dan output.

Langkah akhir yang dapat dilakukan adalah menarik kesimpulan dari hasil analisis serta memberikan saran terbaik kepada pemerintah sebagai penentu kebijakan (regulasi), dan saran kepada petani manggis sebagai produsen untuk dapat meningkatkan daya saing buah manggis. Skema kerangka pemikiran operasional penelitian disajikan pada Gambar 3.


(46)

25

Gambar 3. Paradigma Analisis Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan Komparatif Usahatani Manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012

Usahatani manggis

Proses Produksi

Output (Buah Manggis) Input

1. Saprodi -benih -pupuk -obat-obatan 2. Tenaga kerja 3. Alsintan 4. Lahan

Harga Input Harga Output Biaya Produksi

(Cost)

Penerimaan (Revenue) Pendapatan

(Benefit)

Analisis Daya Saing

Tidak Berdaya Saing Berdaya

Saing

Analisis Keunggulan Kompetitif dan Komparatif -Policy Analyisis Matrix (PAM)

-Analisis Sensitivitas


(47)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan sumberdaya alam, tenaga kerja dan modal yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan atau aktifitas tersebut. Dalam penelitian ini, hal yang berhubungan dengan usahatani dapat dilihat pada Tabel 5.

Policy analysis matrix (PAM) adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dampak kebijakan pemerintah dan kegagalan pasar dalam keuntungan privat dan keuntungan sosial dari sistem usahatani dan dalam efisiensi penggunaan sumberdaya. Dalam penelitian ini, hal yang


(48)

27

Tabel 5. Variabel usahatani manggis yang akan diteliti

No. Variabel Satuan

1. Produksi adalah hasil panen yang diperoleh dari hasil usahatani yang berupa buah manggis, dihitung dalam periode tahunan.

Kg/tahun

2.

3.

4.

Penerimaan petani adalah jumlah uang yang diterima petani, diperoleh dari hasil penjualan hasil panen, penerimaan tersebut dalam present value (PV). Penerimaan total dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah seluruh hasil (produksi) dengan harga jual. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, dihitung dalam periode tahunan. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam berusahatani yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume produksi, yang meliputi penyusutan alat, nilai sewa lahan, dan pajak lahan, dihitung dalam periode tahunan.

Rp

Rp/tahun

Rp/tahun

5. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan produksi (output) yang dihasilkan, berupa biaya pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja, dihitung dalam periode tahunan.

Rp/tahun

6. Biaya tenaga kerja adalah banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja tersebut, baik dari dalam maupun luar keluarga, dihitung dalam periode tahunan.

Rp/tahun

7. Harga input adalah harga yang dibayar oleh petani untuk membeli faktor-faktor produksi, seperti sarana produksi (pupuk dan pestisida) dan peralatan pertanian, dihitung dalam periode tahunan.

Rp/unit

8. Harga produk (output) adalah harga yang diterima oleh petani dari menjual hasil panen.

Rp/kg

9. Pendapatan adalah balas jasa yang diterima petani dari kerja dan pengelolaan usahataninya. Besarnya pendapatan dapat dihitung dengan mengurangi penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, dihitung dalam periode tahunan.


(49)

28

Tabel 6. Variabel dan Indikator PAM yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian

No. Variabel Satuan

1. Harga pasar, harga privat atau harga finansial adalah harga

yang benar-benar terjadi dalam transaksi antara penjual dan pembeli atas output maupun input

Rp/kg

2. Harga sosial, harga bayangan, atau harga ekonomi adalah

harga pada pasar persaingan sempurna yang mewakili biaya imbangan sosial.

Rp/kg

3. Biaya input tradable adalah biaya atas sejumlah input yang

dapat diperdagangkan di pasar dunia sehingga memiliki harga pasar internasional seperti pupuk dan pestisida.

Rp/unit

4. Biaya input non-tradable adalah biaya atas sejumlah input

yang tidak dapat diperdagangkan secara internasional, seperti lahan dan tenaga kerja.

Rp/unit

5. Keuntungan finansial (privat profitability) adalah selisih

antara penerimaan usahatani dengan total biaya yang diperhitungkan dengan menggunakan harga pasar.

Rp/ha

6. Keuntungan ekonomi (sosial provitability) adalah selisih

antara penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani yang diperhitungkan dengan menggunakan harga sosial.

Rp/ha

7.

8.

9.

Divergensi adalah perbedaan antara perhitungan privat dengan perhitungan sosial yang disebabkan oleh adanya distorsi kebijakan atau kegagalan pasar.

Privat cost ratio (PCR) adalah rasio biaya faktor domestik yang dihitung pada harga privat dengan selisih antara penerimaan privat dengan biaya input tradable privat. Domestic resource cost ratio (DRCR) adalah rasio biaya faktor domestik pada harga sosial dengan selisih antara penerimaan pada harga sosial dengan biaya input tradable pada harga sosial.

Rp/ha

-

-

Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian adalah suku bunga pinjaman komersial, yaitu 17,91% (suku bunga rata-rata pada 5 tahun terakhir 2008-2012). Tingkat suku bunga privat dan sosial diasumsikan sama, dan


(50)

29

nilai tukar yang digunakan adalah Rp 9.783,00,- per US$ (nilai tukar rata-rata pada 5 tahun terakhir 2008-2012), (www.bi.go.id).

Keunggulan komparatif adalah keunggulan suatu wilayah atau negara dalam memproduksi suatu komoditas dengan biaya alternatif yang dikeluarkan lebih rendah dari biaya untuk komoditas yang sama di daerah yang lain dan diukur berdasarkan harga sosial.

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu komoditas yang dihasilkan dalam kegiatan produksi yang efisien sehingga memiliki daya saing di pasar lokal maupun internasional yang diukur berdasarkan harga privat.

Free on board (FOB) adalah harga perbatasan yang digunakan untuk barang-barang yang dapat diekspor.

Cost, insurance, and freight (CIF) adalah harga perbatasan yang digunakan untuk barang-barang yang dapat diimpor.

Tanaman manggis di daerah penelitian diasumsikan sebagai tanaman yang dibudidayakan secara monokutur.

Umur ekonomis peralatan adalah perkiraan usia alat-alat yang digunakan yang masih berfungsi dengan baik, diukur dalam satuan tahun.

Umur ekonomis tanaman manggis adalah umur ketika tanaman masih dapat menghasilkan produksi dengan optimal yaitu 20 tahun.


(51)

30

Analisis sensitivitas merupakan suatu alat analisis yang menganalisis pengaruh-pengaruh risiko dan ketidakpastian yang ditanggung dalam suatu usahatani apabila terjadi perubahan terhadap input ataupun output.

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tanggamus. Penentuan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan sentra utama produksi manggis di Provinsi Lampung (Tabel 3, halaman 7).

Pekon Terdana dan Penaggungan merupakan sentra penghasil manggis terbesar di Kecamatan Kotaagung. Berdasarkan informasi dan keterangan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus, Pekon Penanggungan dan Pekon Terdana memiliki luas areal produksi manggis tertinggi di antara pekon-pekon lain yang berada di

Kecamatan Kota Agung. Dua pekon tersebut telah ditetapkan sebagai kebun percontohan manggis oleh pemerintah daerah Tanggamus. Jumlah lahan kering di kedua pekon tersebut adalah 278 ha, dengan jumlah petani manggis sebanyak 282 keluarga petani.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan wawancara kepada petani dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling).


(52)

31

Penentuan sampel responden menggunakan rumus Sugiarto, dkk (2003), yaitu:

NZ2S2 n =

Nd2 + Z2S2 di mana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,64) S2 = Varian sampel (5%)

d = Derajat penyimpangan (5%)

Setelah melakukan survei awal, maka diketahui jumlah petani manggis di Pekon Terdana dan Penanggungan adalah 282 petani, sehingga jumlah responden yang didapat menurut rumus di atas ádalah 45 orang petani, kemudian 45 orang petani tersebut ditentukan dengan sengaja (purposive) menurut umur ekonomis tanaman manggis (20 tahun) dengan asumsi keterwakilan semua umur tanaman.

Agar sampel tersebar merata pada setiap umur tanaman, maka responden ditentukan sebanyak 2 responden per masing-masing umur tanaman dan menyisakan 5 responden. Oleh sebab itu 5 responden sisanya ditambahkan pada masing-masing 5 umur tanaman yang memiliki jumlah populasi tertinggi dalam data (umur tanaman 8, 12,18 dan 19 tahun). Demi mendapatkan data yang baik di lapangan maka peneliti membedakan kembali responden setiap umur tanaman dengan asumsi 2 atau 3 responden dalam satu umur tanaman harus dibedakan luas lahan usahatani manggis yang diusahakan (Tabel 7).


(53)

32

Tabel 7. Penentuan jumlah petani sampel berdasarkan umur tanaman usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012

Umur tanaman (tahun) Jumlah populasi Jumlah sampel (jiwa) (jiwa)

1 3 2

2 7 2

3 3 2

4 5 2

5 4 2

6 9 2

7 4 2

8 30 3

9 22 3

10 14 2

11 20 2

12 25 3

13 20 2

14 10 2

15 16 2

16 12 2

17 15 2

18 21 3

19 23 3

20 19 2

Jumlah 282 45

Sumber : Data Pra Survei (Bpk. Misno, PPL Kecamatan Kota Agung, 2012)

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian dan sumber-sumber lainya seperti laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian.


(54)

33

input

Tradable Labor Capital Land TOTAL

Privat A B D E F G=(D+E+F) H

Sosial I J L M N O=(L+M+N) P

Diveregensi Q R T U V W=(T+U+V) X

Deskripsi Penerimaan Faktor Domestik Keuntungan

D. Metode Analisis Data

Analisis keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dilakukan dengan menggunakan model analisis PAM (Policy Analysis Matrix). Menurut

Pearson, dkk, (2005) dalam buku “Aplikasi Policy Analysis Matrix Pada Pertanian Indonesia”, PAM digunakan untuk menganalisis secara

menyeluruh dan konsisten, tentang kebijakan mengenai penerimaan, biaya usahatani, tingkat perbedaan pasar, sistem pertanian, investasi pertanian, dan efisiensi ekonomi. Penjabaran dan perhitungan model PAM yang dilakukan melalui matrik PAM terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Policy Analysis Matrix (PAM) yang digunakan dalam analisis penelitian usahatani manggis di kabupaten Tanggamus, 2012

Sumber: Pearson, dkk, 2005 (diolah)

Keterangan :

Keuntungan Finansial A - (B+G) Keuntungan Ekonomi I - (J+O) Output Transfer (OT) A - I Nominal Protection Coefficient on Output (NPCO) A / I Transfer Input Tradeable (IT) B - J Nominal Protection Coefficient on Input (NPCI) B / J

Effective Protection Coefficient (EPC) (A - B) / (I - J) Profitability Coefficient (PC) H / P

Subsidy Ratio to Producer (SRP) I / X Net Transfer (NT) Q - (R+W) Privat Cost Ratio (PCR) G / (A - B) Domestic Resource Cost Rasio (DRCR) O / (I - J) Transfer Tenaga kerja (Labor) D - L Transfer Lahan (Land) F - N


(55)

34

Baris pertama adalah perhitungan berdasarkan harga finansial (privat) atau harga setelah ada kebijakan. Baris kedua merupakan perhitungan berdasarkan harga sosial, dan baris ketiga merupakan selisih antara harga privat dan harga sosial yang menunjukkan adanya kebijakan terhadap input dan output. Beberapa analisis lebih lanjut yang dapat dilakukan dari model PAM adalah :

1. Identifikasi input dan output

Usahatani manggis menggunakan input yang meliputi lahan (ha), bibit (batang), pupuk (kg), alat pertanian (unit), tenaga kerja (HOK), dan input pendukung lainnya. Output yang dihasilkan adalah buah manggis.

2. Penentuan alokasi biaya

Pengalokasian seluruh biaya tradeable dilakukan dengan pendekatan langsung, karena pendekatan langsung sesuai digunakan dalam analisis keunggulan kompetitif dan komparatif. Semua input tradeable

digolongkan ke dalam komponen biaya asing 100 persen dan input non tradeable dimasukkan ke dalam biaya domestik 100 persen, seperti tampak pada Tabel 9.

Tabel 9. Alokasi biaya produksi ke dalam komponen domestik dan asing

No

Komponen Domestik Asing

% 1 2 3 4 5 6 7 Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja Bunga modal Lahan

* Biaya lainnya

100 0 0 100 100 100 100 0 100 100 0 0 0 0


(56)

35

3. Penentuan harga sosial

Untuk input dan output yang dapat diperdagangkan secara internasional, harga sosial dapat dihitung berdasarkan harga bayangan (shadow price) yang dalam hal ini didekati dengan harga batas (border price). Untuk komoditi yang diimpor dipakai harga CIF (Cost Insurance and Freight), sedangkan untuk komoditi yang diekspor digunakan harga FOB (Free on Board), dengan melakukan berbagai penyesuaian-penyesuaian untuk input non tradeable digunakan biaya imbangannya (opportunity cost), yang digali dari penelitian empiris di lapang.

(a) Harga sosial output

Harga sosial output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga perbatasan (border price). Oleh karena manggis merupakan komoditi ekspor, maka harga sosial yang digunakan adalah harga FOB.

Penentuan harga sosial output dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penentuan harga paritas ekspor output

No Uraian Rincian

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Harga FOB Manggis (US$/ton) Nilai tukar (Rp/US$)

FOB dalam mata uang domestik (Rp/ton) Faktor konversi

FOB dalam mata uang domestik (Rp/kg)

Transpotasi dan handling ke pasar pedagang besar Harga paritas impor di pedagang besar (Rp/kg) Distribusi ke tingkat petani (Rp/kg)

Harga paritas impor di tingkat petani (Rp/kg)

a X b = a.X Y

c = b/1000 d e = c+d f g = e-f


(57)

36

(b) Harga sosial sarana produksi dan peralatan (input)

Penentuan harga sosial input yang digunakan berdasarkan harga perbatasan input, yaitu harga CIF atau sama dengan harga pasar, jika input tersebut diperdagangkan pada kondisi pasar persaingan

sempurna, sedangkan harga sosial untuk input non tradeable

ditentukan berdasarkan harga pada pasar domestik. Penentuan harga sosial input sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penentuan harga paritas impor input

No Uraian Rincian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Harga CIF (US$/ton) Nilai tukar (Rp/US$)

CIF dalam mata uang domestik (Rp/Kg) Bongkar/muat, gudang, susut

Biaya transportasi ke propinsi (Rp/Kg) Nilai sebelum pengolahan (Rp/Kg) Faktor konversi proses (%)

Harga paritas ekspor di pedagang besar (Rp/Kg) Distribusi ke tingkat petani (Rp/kg)

Harga paritas impor di tingkat petani (Rp/kg)

a X

b = a.X/1000 c

d

e = b+c+d Y

f = e.Y g h = f+g

Sumber : Pearson dkk, 2005

4. Analisis daya saing

a. Privat Cost Ratio: PCR = G / (A - B)

PCR adalah indikator profitabilitas privat yang menunjukkan kemampuan sistem komoditas untuk membayar biaya sumberdaya domestik dan tetap kompetitif. Jika PCR < 1, berarti sistem komoditas yang diteliti memiliki keunggulan kompetitif, dan sebaliknya, jika PCR > 1, berarti sistem komoditas tidak memiliki keunggulan kompetitif.


(58)

37

b. Domestic Resource Cost Ratio: DRCR = O / (I - J)

DRCR adalah indikator keunggulan komparatif yang menunjukkan jumlah sumberdaya domestik yang dapat dihemat untuk menghasilkan satu unit devisa. Sistem mempunyai keunggulan komparatif jika DRCR < 1, dan sebaliknya, jika DRCR > 1, maka sistem tidak mempunyai keunggulan komparatif.

5. Dampak Kebijaksanaan Pemerintah

a. Kebijakan Output

(1)Output Transfer : OT = A - I

Transfer output merupakan selisih antara penerimaan yang dihitung atas harga finansial (privat) dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan harga bayangan atau sosial. Jika nilai OT < 0, maka tidak ada transfer dari masyarakat (konsumen) terhadap produsen, dan juga sebaliknya, Jika OT > 0, maka ada transfer dari masyarakat (konsumen) terhadap produsen.

(2) Nominal Protection Coefficient on Output : NPCO = A / I NPCO adalah indikator yang menunjukkan tingkat proteksi

pemerintah terhadap output domestik. Kebijakan bersifat protektif terhadap output jika nilai NPCO > 1, dan sebaliknya, kebijakan bersifat disprotektif jika NPCO < 1.


(59)

38

b. Kebijakan Input

(1) Transfer Input : IT = B - J

Transfer input adalah selisih antara biaya input yang dapat diperdagangkan pada harga privat dengan biaya input yang dapat diperdagangkan pada harga sosial. Jika nilai IT > 0, maka berarti ada transfer dari petani kepada produsen input tradeable, dan sebaliknya, jika nilai IT < 0, maka, tidak ada transfer dari petani kepada produsen input tradeable.

(2) Nominal Protection Coefficient on Input : NPCI = B/J NPCI yaitu indikator yang menunjukkan tingkat proteksi pemerintah terhadap harga input pertanian domestik. Jika nilai NPCI < 1, maka ada kebijakan subsidi terhadap input tradeable dan kebijakan bersifat protektif terhadap input, dan sebaliknya, jika nilai NPCI > 1, maka tidak ada kebijakan subsidi terhadap input tradeable.

(3) Transfer Faktor : FT = G – O

Transfer faktor merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan harga privat dengan harga sosialnya yang diterima produsen untuk pembayaran faktor-faktor produksi yang tidak

diperdagangkan (faktor domestik). Jika nilai FT > 0, maka berarti ada transfer dari petani produsen kepada produsen input non tradeable, dan sebaliknya, jika nilai FT < 0, maka berarti tidak


(60)

39

ada transfer dari petani produsen kepada produsen input non-tradable.

c. Kebijakan Input-Output

Menurut Pearson, dkk, (2005), dalam buku “Aplikasi Policy Analysis Matrix Pada Pertanian Indonesia”, kebijakan output dan input dalam PAM adalah :

(1) Effective Protection Coefficient : EPC = (A - B) / (I - J) EPC adalah indikator yang menunjukkan tingkat proteksi simultan terhadap output dan input tradeable. Kebijakan masih bersifat protektif jika nilai EPC > 1. Semakin besar nilai EPC berarti semakin tinggi tingkat proteksi pemerintah terhadap komoditas pertanian domestik.

(2) Net Transfer : NT = Q - (R+W)

Transfer bersih merupakan selisih antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima produsen dengan keuntungan bersih

sosialnya. Nilai NT > 0 menunjukkan tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output, dan sebaliknya, nilai NT < 0 menunjukkan tidak ada surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output,


(1)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis sensitivitas maka saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Pemerintah terus mempertahankan kebijakan berupa subsidi pada input agar dapat mengurangi biaya produksi petani, serta menghilangkan kebijakan distorsi harga output (perbedaan harga output privat dan sosial) sehingga dapat meningkatkan penerimaaan

2. Usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus tetap dijalankan dan dipertahankan oleh petani manggis karena menguntungkan baik secara privat maupun sosial. Usahatani ini pun memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif untuk dapat bersaing dengan komoditi sejenis di daerah lain

3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan dan mengembangkan penelitian sejenis, seperti penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pemasaran buah manggis, mengkaji aspek kelembagaan pemasaran dan struktur pemasaran buah manggis sehingga secara

komprehensif dapat diketahui keunggulan kompetitif dan komparatif buah manggis, khususnya di Kabupaten Tanggamus


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Clara. 2012. “Petani Manggis Keluhkan Sarana Pengairan”. http://tabloid sinartani.com/content/read/petani-manggis-keluhkan-sarana-pengairan/ (diakses pada tanggal 06 Desember 2012).

Agustina, Titin., 2008. Analisis Daya Saing Apel Tropis Di Kota Batu. Fakultas Pertanian Universitas Jember. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 2 No. 2 Juli 2008.

Anonim. 2012. “Produksi Buah-buahan Menurut Provinsi (Ton), 2012”. http://bps .go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab =1 (diakses pada tanggal 22 Desember 2013).

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta. _________________. 2012. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta. __________________2013. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Statistik Indonesia. BPS. Lampung.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus, 2012. Statistik Indonesia. BPS. Kabupaten Tanggamus.

Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok. 2000. “Penelitian Tanaman Buah Tropika”. http://balitbu.litbang.deptan.go.id/ind/ index.php /com ponent/search/?searchword=manggis&ordering=&searchphrase=all (diakses pada tanggal 12 Oktober 2012).

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kotaagung. 2012. Laporan BPP Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Tanggamus

Bank Indonesia. 2012. “Kurs dan Inflasi”. http://www.bi.go.id (diakses pada tanggal 4 September 2012).


(3)

Berliana, Dayang. 2012. Analisis Sistem Pemasaran dan Strategi Pengembangan Usahatani Manggis (studi kasus di Kabupaten Tanggamus). Tesis. Program Pascasarjana Magister Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus. 2011. “Laporan Tahunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus”. Tanggamus.

Direktorat Jendral Hortikultura. 2012. http://hortikultura.pertanian.go.id/index.php ? option=com_content&view=article&id=339&Itemid=687 (diakses pada tanggal 27 Januari 2013).

_________________________. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jendral Hortikultura tahun 2012. Jakarta. Dhiany, S.A. 2008. Analisis Daya Saing Usahatani Mangga Gedong Gincu

(Mangifera indica L. ) (Kasus di Desa Sliyeg Lor, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Firdaus, M. 2007. Dayasaing Dan Sistem Pemasaran Manggis Indonesia. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gittinger, J. P. 1993. Analisis Proyek-Proyek Pertanian; Edisi II. Diterjemahkan oleh P. Sutomo dan K. Magin. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Gumay, Hendrivan. 2012.”Ratu Buah Bernilai Jual Tinggi”. http://issuu.com/

lampungpost/docs/senin__26_agustus_2012/2 (diakses pada tanggal 29 Agustus 2012).

Gray, C., Kadariah, dan L. Karlina. 1995. Pengantar Evaluasi Proyek. FEUI. Jakarta.

Haryono, Dwi. 1991. Keunggulan Komparatif dan Dampak Kebijakan pada Produksi Kedelai, Jagung dan Ubikayu di Provinsi Lampung. Tesis Magister Sains. Program Pasca Sarjana, Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Hermayanti, N.W.2013. Analisis Daya Saing Usahatani Kelapa Sawit di

Kecamatan Waway Karya Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, Volume 1 No. 1, Januari 2013.


(4)

Indra, JW. 2011. Analisis Dayasaing Usahatani Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Kabupaten Tanggamus (Studi Kasus Di Kecamatan Limau). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek : Analisis Ekonomis. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Kariyasa, K. 2007.Analisis Keunggulan Komperatif dan Insentif Berproduksi Jagung di Sumatra Utara”. Jurnal Penelitian Bidang Ekonomi, Vol. 6, No. 1, Juni 2007.

Kementrian Pertanian. 2009, Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Jakarta.

__________________. 2012. “LHP-4: Laporan Harian Harga Grosir dan Eceran Komoditas Buah buahan Tingkat Provinsi”. http://www.pip.kementan.org, (diakses tanggal 19 Oktober 2012).

__________________. 2013. “Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Ekspor Komoditi Pertanian Subsektor Hortikultura (Segar) Periode : Januari s/d Desember 2013”. http://aplikasi.deptan.go.id/ eksim 2012/hasileksporSubsek.asp (diakses pada tanggal 2 Desember 2013).

Kurniawan, AY. 2011. Analisis Daya Saing Usahatani Jagung pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNLAM. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 01 Nomor 02 Juni 2011.

Kustiari R., J.P. Helena., dan Hermanto. 2011. Daya Saing Manggis Indonesia Di Pasar Dunia (Studi Kasus Di Sumatera Barat). Jurnal Agro Ekonomi. Volume 30 No. 1, Mei 2012.

Malian, H.A.,Benny, R. dan Adimesra, D. 2004. Permintaan Ekspor dan Daya Saing Panili di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Agro Ekonomi,

Vol.22,No.1, Mei 2004.

Muslim, C. dan Nurasa, T. 2011. Dayasaing komoditas promosi ekspor manggis, sistem pemasaran dan kemantapannya di dalam Negeri (studi kasus di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat). Jurnal Agro Ekonomi, Volume 29 No.1, Mei 2011.


(5)

Oemar, A. dan A. Mulyana. 2006. Daya Saing Usaha Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Selatan sebagai Subsektor yang diintervensi Pemerintah. Jurnal Sosio Ekonomika Vol. 12, No. 1, Juni 2006.

Pakpahan. 2006. Analisis Sistem Pemasaran Manggis di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Purwakarta dan Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliyang, Bogor. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pearson, SR. Carl Gotsch dan S, Bahri. 2005. Aplikasi Policy Analisys Matrix

pada Pertanian Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Pranata.Y., 2009. Efisiensi Pemasaran Kopi di Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Prihatman, Kemal. 2000. Tentang Budidaya Pertanian. Kantor Deputi Meneg- ristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jakarta. Jakarta.

Profil Kabupaten Tanggamus. 2008. http://www.tanggamus.go.id/index.php/about - joomla/geografis. (diakses pada tanggal 22 Desember 2012).

Rukmana R. 1995. Budidaya Manggis. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta. Salvator, D. 1997. Ekonomi Internasional Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Sandra. 2007. Pengembangan pemutuan buah manggis untuk ekspor secara non

destruktif dengan Jaringan syaraf tiruan. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Saptana, S. Friyatno dan T. B. Purwantini. 2001. Analisis Dayasaing Komoditi Tembakau Rakyat di Klaten Jawa Tengah. http://ejournal. unud.ac.id /abstrak/ (7)%20socasaptanasupenadaya%20saing%20komoditas(1).pdf (diakses pada tanggal 1 juni 2012).

Sayuti. “Manggis Tanggamus Kini diekspor”. http://issuu.com/lampungpost/docs/ edisi_16_agustus_2011/30 (diakses pada tanggal 21 Agustus 2012). Setyo,. 2009. Analisis Aliran Perdagangan Manggis Indonesia. Skripsi. Fakultas

Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sugiarto, D. Siagian, L.S. Sunarto, dan D. S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


(6)

Susanti, D. 2011. “Tanggamus menjadi Eksportir Manggis”. http://bisnisukm.com /kabupaten-tanggamus-menjadi-eksportir-manggis.html. (diakses tanggal 19 Oktober 2012).

Sutomo, Dedi. 2001. “Manggis Tanggamus Tembus Pasar Asia Timur”. http:// www.tribunnews.com/regional/2011/05/27/manggis-tanggamus-tembus-pasar-asia-timur (diakses tanggal 23 Oktober 2012).

Sulaiman. 2011. “Pemkab Tanggamus Jadikan Manggis Komoditi Unggulan”. http://lampost.co/berita/pemkab-tanggamus-jadikan-manggis-komoditi-unggulan (diakses pada tanggal 21 Agustus 2011).

Wiendayanti,Helena J. Purba, dan Hermanto. 2002. Studi Kasus : Dampak Kebijakan Tarif Impor dan Biaya Transportasi Antar Pulau Terhadap Keuntungan Sosial Kedelai di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara dalam Aplikasi Policy Analisys Matrix pada Pertanian Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI KAKAO (Theobroma cacao, L.) DI KECAMATAN LIMAU KABUPATEN TANGGAMUS

0 8 7

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF USAHATANI KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

1 23 71