Durasi Daya Repelen Losio Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L.) Terhadap Nyamuk Betina Aedes sp. Pada Manusia.

(1)

iv

ABSTRAK

DURASI DAYA REPELEN LOSIO MINYAK SEREH

(Cymbopogon nardus L.)

TERHADAP NYAMUK BETINA

Aedes sp.

PADA MANUSIA

Alvin Eliata Cahyono, 2012, Pembimbing 1 : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing 2 : Rosnaeni, Dra., Apt

Aedes sp. merupakan vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cucukannya dapat dicegah dengan menggunakan repelen. DBD bila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan perdarahan, efusi pleura, asites, dan Dengue Shock Syndrome yang dapat berakhir dengan kematian. Tujuan penelitian untuk menilai daya repelen losio minyak sereh dan membandingkan potensinya dengan N,N diethyl-m-toluamide (DEET) terhadap nyamuk betina Aedes sp. Desain penelitian eksperimental laboratorik sungguhan, dengan Cross over design. Daya repelen diuji menggunakan metode Fradin dan Day, dengan subjek penelitian pria dewasa (n=5), mendapat 5 perlakuan dengan wash out 1 hari dan menggunakan hewan coba nyamuk Aedes sp. Data yang diukur adalah durasi (menit) yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk ke dalam kandang penelitian sampai ada satu nyamuk yang hinggap ke lengan subjek selama 2-5 detik. Analisis data rerata durasi menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD dengan α=0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05, menggunakan perangkat lunak komputer. Hasil penelitian rerata durasi losio minyak sereh 40% (16,23 menit) dan 80% (34,02 menit), dibandingkan dengan kontrol negatif 0,30 menit, memiliki perbedaan yang sangat bermakna (p<0,01), dengan potensi lebih lemah dari DEET 12,5% (82,36 menit), dengan perbedaan yang sangat bermakna (p<0,01). Simpulan penelitian adalah losio minyak sereh 40% dan 80% berefek sebagai repelen dengan potensi yang lebih lemah dibandingkan DEET terhadap nyamuk betina Aedes sp.


(2)

v

ABSTRACT

REPELLENCY DURATION OF CITRONELLA OIL LOTION

(Cymbopogon nardus L.)

AGAINST Aedes sp. FEMALE MOSQUITO

IN HUMAN

Alvin Eliata Cahyono, 2012, Advisor 1 : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Advisor 2 : Rosnaeni, Dra., Apt

Aedes sp. is a Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) vector that the bites can be prevented by using a repellent.DHF if not treated properly can lead to bleeding, pleural effusion, ascites, and Dengue Shock Syndrome which can caused a death. The purpose of this study to assess the repellency duration of citronella oil lotion and compared its potency with N,N diethyl-m-toluamide (DEET) against Aedes sp. female mosquitoes. Research design real laboratory experimental with cross over design. Repellency using Fradin and Day methods, adult male as a subjects (n=5), get five treatment with one day wash out and using Aedes sp. experimental animals. Duration of repellency (minute) since arm was inserted into the cage, until first mosquito alight was recorded for 2-5 seconds. Analysis of the data using one-way ANOVA, followed by Tukey HSD with α = 0.05, significance based on the value of p<0.05, using computer software. The average duration of the Citronella oil repellency were 40% (16.23 minutes) and 80% (34.02 minutes), compared with the negative control 0.30 minutes, had a highly significant difference (p<0.01), with weaker potency than 12.5% DEET (82.36 minutes), with a highly significant difference (p<0.01). The Conclusions of this research is Citronella oil lotion 40% dan 80% has a repellency effect with weaker potency than DEET against Aedes sp. female mosquito.


(3)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. .Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan ... 3

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.5. Kerangka Pemikiran ... 4

1.6. Hipotesis Penelitian ... 5

1.7. Metodologi Penelitian ... 5

1.8. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Berdarah Dengue ... 6

2.2. Struktur dan Fungsi Kulit Manusia ... 14

2.2.1. Struktur Kulit ... 14

2.2.2. Fungsi Kulit ... 16

2.3. Aedes aegypti ... 16

2.3.1. Taksonomi Aedes aegypti ... 16

2.3.2. Siklus Hidup ... 17


(4)

ix

2.4. Obat Topikal ... 21

2.4.1. Bedak... 22

2.4.2. Krim ... 22

2.4.3. Losio ... 22

2.5. Repelen ... 24

2.5.1. N,N diethyl-m-toluamide (DEET) ... 24

2.5.2. Sereh Wangi ... 25

2.5.2.1. Minyak Sereh ... 27

2.5.2.2. Kandungan Sereh Wangi ... 28

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian... 29

3.1.2. Alat Penelitian ... 29

3.1.3. Subjek Penelitian ... 29

3.1.4. Hewan Coba ... 29

3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Desain Penelitian ... 30

3.2.2. Variabel Penelitian ... 30

3.2.2.1. Definisi Konsepsional Variabel ... 30

3.2.2.2. Definisi Operasional Variabel ... 30

3.2.3. Ukuran Sampel Penelitian ... 31

3.2.4. Prosedur Penelitian ... 31

3.2.4.1. Persiapan Hewan Coba ... 31

3.2.4.2. Persiapan Bahan Uji ... 32

3.2.4.3. Prosedur Kerja ... 33

3.2.4.4. Metode Analisis ... 33

3.2.4.5. Hipotesis Statistik ... 34


(5)

x BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil ... 35

4.2. Pembahasan ... 36

4.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 41

5.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 46


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi DBD ... 9

Tabel 4.1 Rerata Durasi Daya Repelen Losio Minyak Sereh ... 35

Tabel 4.2 ANAVA Durasi Daya Repelen Losio Minyak Sereh ... 36


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Petekie ... 11

Gambar 2.2 Lapisan-Lapisan Kulit ... 15

Gambar 2.3 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa ... 16

Gambar 2.4 Telur Aedes aegypti ... 17

Gambar 2.5 Larva Aedes aegypti ... 18

Gambar 2.6 Pupa Aedes aegypti... 19

Gambar 2.7 Nyamuk Aedes aegypti ... 20

Gambar 2.8 Siklus hidup Aedes aegypti ... 21

Gambar 2.9 Sereh Wangi ... 26


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta Dalam Penelitian

(Informed Consent) ... 46

LAMPIRAN 2 Bagan Prosedur Kerja Metode Fradin dan Day ... 47

LAMPIRAN 3 Uji ANAVA Satu Arah ... 48

LAMPIRAN 4 Uji Komparasi Multiple Post Hoc Test ... 49

LAMPIRAN 5 Homogenous Subsets ... 50

LAMPIRAN 6 Foto-Foto Penelitian ... 51


(9)

46

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama lengkap : Tempat/tanggal lahir :

NRP :

Alamat :

Menyatakan tidak memiliki alergi terhadap bahan uji dan bersedia menjadi Orang Percobaan dalam penelitian yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Surat pernyataan ini saya buat atas kesadaran, tanpa paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Bandung, Mei 2012


(10)

47

LAMPIRAN 2

BAGAN PROSEDUR KERJA

METODE FRADIN DAN DAY

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Kerja (Fradin dan Day, 2002)

Tes Awal (Dilakukan oleh tiap subjek untuk

tiap Repelen)

Tes kedua dan ketiga (Dilakukan oleh tiap

subjek untuk tiap Repelen) Pakai Repelen Masukkan lengan di kandang selama 1 menit

Jika tidak hinggap Masukkan lengan

di kandang selama 1 menit

tiap 5 menit sampai 20 menit

Jika tidak hinggap

Masukkan lengan di kandang selama 1 menit

tiap 15 menit sampai hinggap

pertama

Jika hinggap

Jika < 20 menit

Jika 20 menit-4

jam

Jika > 4 jam

Masukkan lengan di kandang selama 1 menit tiap 5 menit, catat waktu hinggap yang pertama untuk masing-masing tes

Masukkan lengan di kandang selama 1 menit tiap 15 menit, catat waktu hinggap yang pertama untuk masing-masing tes

Masukkan lengan di kandang selama 1

menit tiap 1 jam, selama 4 jam, setelah itu 1 menit tiap 15 menit, catat waktu hinggap yang

pertama untuk masing-masing tes Catat waktu yang dibutuhkan sampai hinggap yang pertama Jika hinggap Jika hinggap


(11)

48

LAMPIRAN 3

UJI ANAVA SATU ARAH

Descriptives

Durasi Daya Repelen losio minyak sereh terhadap nyamuk betina Aedes sp.

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

Losio Minyak Sereh 20% 5 8.95 3.21 1.43 4.97 12.93 6.33 12.78

Losio Minyak Sereh 40% 5 16.23 3.39 1.52 12.02 20.44 12.33 18.98

Losio Minyak Sereh 80% 5 34.02 3.56 1.59 29.60 38.43 32.10 40.37

Kontrol negatif 5 0.30 .23 .10 0.01 0.58 .06 .62

Kontrol Pembanding 5 82.36 8.84 3.95 71.39 93.33 72.47 96.77

Total 25 28.37 30.10 6.02 15.95 40.80 .06 96.77

ANAVA

Durasi Daya Repelen losio minyak sereh terhadap nyamuk betina Aedes sp.

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 21296.65 4 5324.16 236.54 0.00

Within Groups 450.17 20 22.51


(12)

49

LAMPIRAN 4

UJI KOMPARASI MULTIPLE POST HOC TEST

Multiple Comparisons

Dependent variable : Durasi Daya Repelen losio minyak sereh terhadap nyamuk betina Aedes sp. Tukey HSD

(I) Kelompok

Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Losio Minyak Sereh 20%

Losio Minyak Sereh 40% -7.28 3.00 .15 -16.25 1.70

Losio Minyak Sereh 80% -25.06* 3.00 .00 -34.04 -16.09

Kontrol negatif 8.66 3.00 .06 -0.32 17.64

Kontrol Pembanding -73.41* 3.00 .00 -82.38 -64.43

Losio Minyak Sereh 40%

Losio Minyak Sereh 20% 7.28 3.00 .15 -1.70 16.25

Losio Minyak Sereh 80% -17.79* 3.00 .00 -26.77 -8.81

Kontrol negatif 15.93* 3.00 .00 6.96 24.91

Kontrol Pembanding -66.13* 3.00 .00 -75.11 -57.15

Losio Minyak Sereh 80%

Losio Minyak Sereh 20% 25.06* 3.00 .00 16.09 34.04

Losio Minyak Sereh 40% 17.79* 3.00 .00 8.81 26.77

Kontrol negatif 33.72* 3.00 .00 24.74 42.70

Kontrol Pembanding -48.34* 3.00 .00 -57.32 -39.36

Kontrol negatif Losio Minyak Sereh 20% -8.66 3.00 .06 -17.64 0.32

Losio Minyak Sereh 40% -15.93* 3.00 .00 -24.91 -6.96

Losio Minyak Sereh 80% -33.72* 3.00 .00 -42.70 -24.74

Kontrol Pembanding -82.06* 3.00 .00 -91.04 -73.09

Kontrol Pembanding

Losio Minyak Sereh 20% 73.41* 3.00 .00 64.43 82.38

Losio Minyak Sereh 40% 66.13* 3.00 .00 57.15 75.11

Losio Minyak Sereh 80% 48.34* 3.00 .00 39.36 57.32

Kontrol negatif 82.06* 3.00 .00 73.09 91.04


(13)

50

LAMPIRAN 5

HOMOGENOUS SUBSET

Durasi Daya Repelen losio minyak sereh terhadap nyamuk betina Aedes sp. Tukey HSDa

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Kontrol negatif 5 0.30

Losio Minyak Sereh 20% 5 8.95 8.95

Losio Minyak Sereh 40% 5 16.23

Losio Minyak Sereh 80% 5 34.02

Kontrol Pembanding 5 82.36

Sig. .06 .15 1.00 1.00

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


(14)

51

LAMPIRAN 6

FOTO-FOTO PENELITIAN

Kandang Percobaan Mortir dan Cawan Penguap


(15)

52

Percobaan Losio Minyak Sereh


(16)

53

LAMPIRAN 7


(17)

54

RIWAYAT HIDUP

Nama : Alvin Eliata Cahyono

NRP : 0910013

Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 18 Juli 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jalan Rereng Wulung Indah B4, Bandung

Riwayat Pendidikan : Lulus TK Kristen 3 YSKI Semarang, tahun 1997 Lulus SD Kristen 3 YSKI Semarang, tahun 2003 Lulus SMP Kristen Yahya Bandung, tahun 2006 Lulus SMA Kristen Yahya Bandung, tahun 2009

Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue. Vektor utama dalam penyebaran infeksi virus dengue adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mempunyai habitat hidup di daerah tropis dan subtropis. Transmisi virus dengue dari manusia ke manusia lain, berlangsung melalui gigitan nyamuk betina Aedes (terutama Aedes aegypti) yang terinfeksi arbovirus (CDC, 2007).

Manifestasi klinis yang timbul akibat infeksi virus DBD antara lain demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Bila tidak ditangani dengan baik, maka bisa terjadi efusi pleura, asites, pendarahan, kerusakan hati dan Dengue Shock Syndrome (DSS). DSS adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (< 20 mmHg), hipotensi, kulit dingin dan lembab serta gelisah. DSS bila tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan kematian (Suhendro dkk, 2009).

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Penelitian dari University of Iowa analyzed U.S. menggunakan data dari National Inpatient Sample, 1250 pasien menderita DBD. Jumlah tersebut meningkat dari 81 kasus pada tahun 2000, menjadi 299 kasus pada tahun 2007 (CNN Health, 2011). Di Saudi Arabia, pada tahun 2009, terjadi peningkatan kasus DBD secara tiba-tiba dengan 72 kasus dalam 1 minggu (WHO, 2009). Sedangkan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, orang yang pernah didiagnosis menderita penyakit DBD oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 0,22%. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan prevalensi DBD tertinggi, yaitu 0,84% dan Papua merupakan daerah dengan prevalensi terdendah, yaitu 0,05%. Berdasarkan kelompok umur, kelompok umur 15-24 tahun memiliki prevalensi sebesar 0,20% (RISKESDAS, 2008).


(19)

2

Pencegahan penyakit DBD tidak hanya melibatkan instansi pemerintah, tetapi juga harus ada kesadaran dari masyarakat, antara lain dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD, mencegah, dan menanggulangi KLB, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih aman,murah, dan sederhana. Kegiatan 3M (menguras, mengubur, dan menutup) adalah kegiatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan PSN (Sitti Chadijah, 2011). Selain itu, untuk mengurangi keberadaan nyamuk di dalam rumah, dapat dilakukan dengan cara mengurangi gantungan pakaian yang tidak terpakai. Sedangkan untuk mengurangi cucukan nyamuk, dapat dilakukan dengan cara memasang kelambu di tempat tidur, memakai baju lengan panjang, menggunakan obat nyamuk (Djoni Djunaedi, 2006). Obat nyamuk ada yang bersifat membunuh dan mengusir nyamuk. Salah satu obat nyamuk yang digunakan untuk mengusir nyamuk adalah repelen.

Repelen yang banyak beredar di pasaran dan sering digunakan mengandung bahan aktif N,N diethyl-m-toluamide (DEET). Repelen ini mulai dikembangkan oleh pasukan Amerika pada tahun 1946 untuk melindungi tentara dari serangga dan baru digunakan untuk umum pada tahun 1957 di Amerika (National Pesticide Information Center, 2008). Penggunaan DEET tidak membahayakan jika digunakan sesuai petunjuk, tetapi jika penggunaan terlalu lama, dapat menyebabkan gangguan pada kulit (iritasi, kemerahan, dan bengkak. Bila tidak sengaja termakan, bisa menyebabkan mual dan muntah (National Pesticide Information Center, 2008). Mengingat dampak negatif dalam penggunaan DEET jangka lama, maka perlu dicari repelen alami yang relatif aman bagi tubuh, salah satunya yang berasal dari tanaman sereh (Cymbopogon nardus L.), bunga lavender, tanaman rosemary (Wiwin Setiawati dkk, 2008).

Sereh merupakan salah satu tanaman yang kandungan minyak atsirinya cukup tinggi. Minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman sereh disebut minyak sereh atau Oleum Citronellae. Minyak sereh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap tanaman sereh (Depkes RI, 1979). Minyak sereh


(20)

3

mengandung zat aktif yang terdiri dari senyawa sitronela 35% dan geraniol 35%-40% sebagai komponen utama. Komponen lainnya dengan kadar

yang lebih rendah yaitu sitral, a-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, β-felandren, p-simen, limonen, cis-op-simen, terpinol, sitronelal, borneol, a-terpiniol, farsenol, metil heptenon. Minyak atsiri yang terkandung dalam sereh wangi itulah yang berfungsi sebagai penolak serangga (Wiwin Setiawati dkk, 2008).

Minyak sereh sebagai repelen sudah pernah dilakukan penelitian pada tahun 2005, menggunakan minyak sereh murni tanpa penambahan basis. Hasilnya, minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk Culex sp. (p<0,01). Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian efek repelen minyak sereh dengan penambahan basis losio, dengan pemikiran apabila menggunakan basis, akan mengurangi efek samping berupa iritasi pada kulit. Sebagai bahan uji tetap digunakan minyak sereh, hanya sebagai hewan cobanya digunakan nyamuk Aedes sp. Losio minyak sereh memiliki beberapa keunggulan dibandingkan minyak sereh, salah satunya yaitu losio bisa lebih lama menempel di kulit dibandingkan dengan minyak yang mudah menguap. Kadar minyak sereh dalam losio yang akan diteliti adalah 20%, 40%, dan 80%.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah : - Apakah losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina

Aedes sp.

- Apakah potensi losio minyak sereh setara dengan DEET terhadap nyamuk betina Aedes sp.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mencari repelen alami yang aman bagi tubuh dengan bentuk yang sudah diolah dari minyak menjadi losio.


(21)

4

Tujuan penelitian ini adalah :

- Untuk menilai daya repelen losio minyak sereh terhadap nyamuk betina Aedes sp.

- Untuk membandingkan potensi losio minyak sereh setara dengan DEET terhadap nyamuk betina Aedes sp.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademik penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan tentang bentuk sediaan tanaman herbal, terutama losio minyak sereh sebagai repelen.

Manfaat praktis penelitian ini adalah ditemukan alternatif obat pengusir nyamuk yang alami sebagai repelen.

1.5 Kerangka Pemikiran

Nyamuk dapat mendeteksi keberadaan manusia dari zat kimia dan nafas yang dikeluarkan tubuh manusia (National Pesticide Information Center, 2008). Untuk dapat menghindari cucukan nyamuk Aedes sp., maka digunakan repelen sintetik, yaitu DEET, yang merupakan bahan aktif yang ada di berbagai produk repelen dan dapat digunakan sebagai penolak nyamuk (Environmental Protection Agency, 2007). Bila DEET digunakan, maka zat kimia yang dikeluarkan lengan jadi tertutup oleh DEET, sehingga nyamuk tidak dapat mendeteksi keberadaan manusia (National Pesticide Information Center, 2008). Produk yang mengandung DEET tersedia di pasaran dalam berbagai bentuk seperti losio, dan semprot (spray), sehingga cara pemakaiannya dioleskan atau di semprotkan ke tubuh (Environmental Protection Agency, 2007). DEET mempunyai efek samping, yaitu bisa menyebabkan iritasi, kemerahan, rash dan bengkak (National Pesticide Information Center, 2008).

Minyak atsiri yang terkandung dalam minyak sereh adalah repelen alami yang bisa digunakan. Minyak atsiri dapat berguna sebagai penolak nyamuk sekaligus membunuh nyamuk. Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi. Racun


(22)

5

tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan (Wiwin Setiawati dkk, 2008).

1.6 Hipotesis Penelitian

- Losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina Aedes sp. - Potensi losio minyak sereh setara dengan DEET terhadap nyamuk betina

Aedes sp.

1.7 Metodologi Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan, dengan menggunakan cross over design. Daya repelen menggunakan metode Fradin dan Day dengan subjek penelitian pria dewasa (r=5) mendapat 5 perlakuan dengan wash out 1 hari, dan menggunakan hewan coba nyamuk Aedes sp. Data yang diukur adalah durasi (menit) yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk ke dalam kandang penelitian sampai ada satu nyamuk yang hinggap ke lengan subjek selama 2-5 detik.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD dengan α = 0,05 menggunakan perangkat lunak komputer, kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha


(23)

41

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina Aedes sp. 2. Potensi losio minyak sereh lebih lemah dibandingkan dengan DEET

terhadap nyamuk betina Aedes sp.

5.2 Saran

Penelitian efek durasi daya repelen losio minyak sereh terhadap Aedes sp. perlu dilanjutkan dengan :

 Menggunakan nyamuk genus lain  Bentuk sediaan obat selain losio


(24)

42

DAFTAR PUSTAKA

Ade Zuhri Al Hasni, Margo Utomo, Sayono. 2007. Efektivitas daya proteksi daun serai wangi (Cymbopogon nardus L.)sebagai repellen terhadap nyamuk aedes aegypti di laboratorium B2P2VRP Salatiga tahun 2007. Salatiga: Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Amirlak B. 2011. Skin anatomy. http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview#a1. July 7th, 2012.

Centers for Disease Control. 2007. Mosquito-Borne Diseases.

http://www.cdc.gov/ncidod/diseases/list_mosquitoborne.htm. January 12th, 2012.

Center for Disease Control. 2012. Mosquito life-cycle.

http://www.cdc.gov/Dengue/entomologyEcology/m_lifecycle.html. July 18th, 2012.

Curley A.J. 2011. U.S. Hospitalizations for Dengue Fever Tripled in 7 Years. http://thechart.blogs.cnn.com/2011/04/13/u-s-hospitalizations-for-dengue-fever-tripled-in-7-years/. January 12th, 2012.

Departemen Kesehatan. 2010. Indonesia Prakarsai Pengendalian DBD di Asean.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1542-indonesia-prakarsai-pengendalian-dbd-di-asean.html. December 3rd, 2011.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional, edisi 2. Jakarta: (tp).

. 1979. Farmakope Indonesia, edisi 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djoni Djunaedi. 2006. Demam Berdarah Dengue. Malang: UMM Press.

Dwi Setyaningsih, Erliza Hambali, Muharamia Nasution. 2007. Aplikasi minyak sereh wangi (Citronella Oil) dan geraniol dalam pembuatan skin lotion penolak nyamuk. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 17(3): 97-103.

Environmental Protection Agency. 2007. The Insect Repellent DEET.

http://www.epa.gov/pesticides/factsheets/chemicals/deet.htm. December 11th, 2011.

Fradin M.S., Day J.F. 2002. Comparative Efficacy of Insect Repellents against Mosquito Bites. The New England Journal of Medicine, 347: 13-18.


(25)

43

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2007. Color textbook of histology. 3rd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Guenther E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IVA. Jakarta: UI-Press.

Herlina Widyaningrum. 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara disertai Indeks Pengobatan. Yogyakarta: MedPress

Hoedojo. 1993. Vektor demam berdarah dengue dan upaya penanggulangannya. Majalah parasitologi Indonesia, 6(1): 31-44

Iptek. 2005. Tanaman obat Indonesia.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=252. 10 Juli 2012.

Kafeel B. 2011. What is dengue shock syndrome?.

http://www.onlymyhealth.com/what-dengue-shock-syndrome-1301980497. July 7th, 2012.

. 2011. Life cycle of Aedes aegypti mosquito.

http://www.onlymyhealth.com/life-cycle-aedes-aegypti-mosquito-1300360945. July 18th, 2012.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Klikdokter. 2012. Penyakit dalam demam berdarah dengue.

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/184/demam-berdarah-dengue. 9 Juli 2012.

National Pesticide Information Center. 2008. DEET General Fact Sheet. npic.orst.edu/factsheets/DEETgen.pdf. December 10th, 2011.

niaid. 2010. Dengue fever.

http://www.niaid.nih.gov/topics/denguefever/understanding/pages/transmission .aspx. July 7th, 2012.

POM. 2011. Bahaya DEET pada insect-repellent. http://ik.pom.go.id/. 10 Juli 2012.

Pronczuk J. 2007. DEET.

http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/deet.htm. 10 Juli 2012.

RISKESDAS. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesahatan, Republik Indonesia.


(26)

44

Scanlon V.C., Sanders, T. 2007. Essentials of anatomy and physiology. 5th. Philadelphia: F.A. Davis Company.

Shepherd S.M. 2012. Dengue. http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#showall. July 7th, 2012.

Sitti Chadijah, Rosmini, Halimuddin. 2011. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di dua kelurahan di kota Palu, Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 4 Tahun 2011.

Srisasi Gandahusada, H. Herry D. Ilahude, Wita Pribadi. 1998.Parasitologi kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, Herdiman T. Pohan. 2009. Demam berdarah dengue. dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M, Simadibrata, S. Setiati: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. p.2773-9.

Sukamto, M.Djazuli, Dedi Suheryadi. 2011. Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) sebagai penghasil minyak atsiri, tanaman konservasi dan pakan ternak. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Susy Tjahjani. 2008. Efficacy of several ossential oils as Culex and Aedes repellents. Proc ASEAN Congr Trop Med Parasitol. 3: 33-7.

Umar Fahmi Achmadi. 2010. Manajemen demam berdarah berbasis wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi, 2: 15.

USAF. 2012. Arthropod taxonomy.

http://www.phsource.us/PH/ATAX/index.htm. July 18th, 2012.

WHO. 2009. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever (DHF).

http://www.who.int/neglected_diseases/integrated_media/integrated_media_de ngue/en/index.html. December 18th, 2011.

WHO. 2012. Dengue and severe dengue.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/. July 7th, 2012.

Wiwin Setiawati, Rini Murtiningsih, Neni Gunaeni, Tati Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

http://www.scribd.com/doc/40685124/52/Serai-wangi-Cymbopogon-nardus-L. December 10th, 2011.


(27)

45

Yanhendri, Satya Wydya Yenny. 2012. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi. Cermin Dunia Kedokteran-194, 6(39): 423-430.

Zettel C., Kaufman P.2008. Yellow Fever Mosquito.


(1)

5

tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan (Wiwin Setiawati dkk, 2008).

1.6 Hipotesis Penelitian

- Losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina Aedes sp. - Potensi losio minyak sereh setara dengan DEET terhadap nyamuk betina

Aedes sp.

1.7 Metodologi Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan, dengan menggunakan cross over design. Daya repelen menggunakan metode Fradin dan Day dengan subjek penelitian pria dewasa (r=5) mendapat 5 perlakuan dengan

wash out 1 hari, dan menggunakan hewan coba nyamuk Aedes sp. Data yang

diukur adalah durasi (menit) yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk ke dalam kandang penelitian sampai ada satu nyamuk yang hinggap ke lengan subjek selama 2-5 detik.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD dengan α = 0,05 menggunakan perangkat lunak komputer, kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha


(2)

41

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina Aedes sp. 2. Potensi losio minyak sereh lebih lemah dibandingkan dengan DEET

terhadap nyamuk betina Aedes sp.

5.2 Saran

Penelitian efek durasi daya repelen losio minyak sereh terhadap Aedes sp. perlu dilanjutkan dengan :

 Menggunakan nyamuk genus lain  Bentuk sediaan obat selain losio


(3)

42

DAFTAR PUSTAKA

Ade Zuhri Al Hasni, Margo Utomo, Sayono. 2007. Efektivitas daya proteksi daun

serai wangi (Cymbopogon nardus L.)sebagai repellen terhadap nyamuk aedes aegypti di laboratorium B2P2VRP Salatiga tahun 2007. Salatiga: Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Amirlak B. 2011. Skin anatomy. http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview#a1. July 7th, 2012.

Centers for Disease Control. 2007. Mosquito-Borne Diseases.

http://www.cdc.gov/ncidod/diseases/list_mosquitoborne.htm. January 12th, 2012.

Center for Disease Control. 2012. Mosquito life-cycle.

http://www.cdc.gov/Dengue/entomologyEcology/m_lifecycle.html. July 18th, 2012.

Curley A.J. 2011. U.S. Hospitalizations for Dengue Fever Tripled in 7 Years. http://thechart.blogs.cnn.com/2011/04/13/u-s-hospitalizations-for-dengue-fever-tripled-in-7-years/. January 12th, 2012.

Departemen Kesehatan. 2010. Indonesia Prakarsai Pengendalian DBD di Asean.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1542-indonesia-prakarsai-pengendalian-dbd-di-asean.html. December 3rd, 2011.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional, edisi 2. Jakarta: (tp).

. 1979. Farmakope Indonesia, edisi 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djoni Djunaedi. 2006. Demam Berdarah Dengue. Malang: UMM Press.

Dwi Setyaningsih, Erliza Hambali, Muharamia Nasution. 2007. Aplikasi minyak sereh wangi (Citronella Oil) dan geraniol dalam pembuatan skin lotion penolak nyamuk. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 17(3): 97-103.

Environmental Protection Agency. 2007. The Insect Repellent DEET.

http://www.epa.gov/pesticides/factsheets/chemicals/deet.htm. December 11th, 2011.

Fradin M.S., Day J.F. 2002. Comparative Efficacy of Insect Repellents against Mosquito Bites. The New England Journal of Medicine, 347: 13-18.


(4)

43

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2007. Color textbook of histology. 3rd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Guenther E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IVA. Jakarta: UI-Press.

Herlina Widyaningrum. 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara disertai Indeks

Pengobatan. Yogyakarta: MedPress

Hoedojo. 1993. Vektor demam berdarah dengue dan upaya penanggulangannya.

Majalah parasitologi Indonesia, 6(1): 31-44

Iptek. 2005. Tanaman obat Indonesia.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=252. 10 Juli 2012.

Kafeel B. 2011. What is dengue shock syndrome?.

http://www.onlymyhealth.com/what-dengue-shock-syndrome-1301980497. July 7th, 2012.

. 2011. Life cycle of Aedes aegypti mosquito.

http://www.onlymyhealth.com/life-cycle-aedes-aegypti-mosquito-1300360945. July 18th, 2012.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Klikdokter. 2012. Penyakit dalam demam berdarah dengue.

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/184/demam-berdarah-dengue. 9 Juli 2012.

National Pesticide Information Center. 2008. DEET General Fact Sheet.

npic.orst.edu/factsheets/DEETgen.pdf. December 10th, 2011. niaid. 2010. Dengue fever.

http://www.niaid.nih.gov/topics/denguefever/understanding/pages/transmission .aspx. July 7th, 2012.

POM. 2011. Bahaya DEET pada insect-repellent. http://ik.pom.go.id/. 10 Juli 2012.

Pronczuk J. 2007. DEET.

http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/deet.htm. 10 Juli 2012. RISKESDAS. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan


(5)

44

Scanlon V.C., Sanders, T. 2007. Essentials of anatomy and physiology. 5th. Philadelphia: F.A. Davis Company.

Shepherd S.M. 2012. Dengue. http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#showall. July 7th, 2012.

Sitti Chadijah, Rosmini, Halimuddin. 2011. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di dua kelurahan di kota Palu, Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehatan Volume 21

Nomor 4 Tahun 2011.

Srisasi Gandahusada, H. Herry D. Ilahude, Wita Pribadi. 1998.Parasitologi

kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, Herdiman T. Pohan. 2009. Demam berdarah dengue. dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M, Simadibrata, S. Setiati: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. p.2773-9.

Sukamto, M.Djazuli, Dedi Suheryadi. 2011. Serai Wangi (Cymbopogon nardus L)

sebagai penghasil minyak atsiri, tanaman konservasi dan pakan ternak. Bogor:

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Susy Tjahjani. 2008. Efficacy of several ossential oils as Culex and Aedes repellents. Proc ASEAN Congr Trop Med Parasitol. 3: 33-7.

Umar Fahmi Achmadi. 2010. Manajemen demam berdarah berbasis wilayah.

Buletin Jendela Epidemiologi, 2: 15.

USAF. 2012. Arthropod taxonomy.

http://www.phsource.us/PH/ATAX/index.htm. July 18th, 2012. WHO. 2009. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever (DHF).

http://www.who.int/neglected_diseases/integrated_media/integrated_media_de ngue/en/index.html. December 18th, 2011.

WHO. 2012. Dengue and severe dengue.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/. July 7th, 2012. Wiwin Setiawati, Rini Murtiningsih, Neni Gunaeni, Tati Rubiati. 2008.

Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

http://www.scribd.com/doc/40685124/52/Serai-wangi-Cymbopogon-nardus-L. December 10th, 2011.


(6)

45

Yanhendri, Satya Wydya Yenny. 2012. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi. Cermin Dunia Kedokteran-194, 6(39): 423-430.

Zettel C., Kaufman P.2008. Yellow Fever Mosquito.