Durasi Daya Repelen Minyak Cengkeh (Oleum caryophyllum) Terhadap Aedes sp. Pada Wanita Dewasa.

(1)

iv

ABSTRAK

DAYA REPELEN MINYAK CENGKEH (Oleum caryophyllum) TERHADAP Aedes sp. PADA WANITA DEWASA

Penyakit yang ditularkan melalui Aedes dapat dicegah dengan menggunakan repelen. N, N-diethyl-m-toluamide (DEET) adalah repelen yang efektif, namun dapat menyebabkan efek toksik yang berat pada beberapa pengguna. Perlu dicari alternatif yang dapat menggantikan DEET seperti minyak atsiri, contohnya minyak cengkeh (Oleum caryophyllum).

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek repelen minyak cengkeh kadar 25%, 50% dan 100% serta membandingkan potensinya dengan DEET.

Desain penelitian prospektif eksperimental laboratorik ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Daya repelen minyak cengkeh diuji dengan metode Mark S. Fradin dan John F. Day, dengan subjek penelitian wanita dewasa (n=5) menggunakan hewan coba nyamuk Aedes

sp. Data yang diukur adalah durasi yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk ke dalam kandang sampai ada nyamuk yang hinggap ke lengan subjek dalam menit.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, yang dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α=0,05 menggunakan perangkat lunak komputer,

kebermaknaan ditentukan berdasarkan nilai p<0,05. Hasil penelitian rerata durasi daya repelen minyak cengkeh 25% (49,96’), 50% (81,90’) dan 100% (142,77’) berbeda sangat bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif (0,02’) dan potensinya lebih lemah dibandingkan DEET 15% (171,49’) (p<0,01). Simpulan penelitian semakin tinggi kadar minyak cengkeh yang digunakan maka potensinya makin meningkat, tetapi lebih lemah dari DEET 15%.

Kata kunci : Oleum caryophyllum, minyak cengkeh, repelen, Aedes

Ishak Mangili, 2011 Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani. dr,M.Kes Pembimbing II : Dra. Rosnaeni, Apt.


(2)

v ABSTRACT

CLOVE OIL (Oleum caryophyllum) REPELLENT ENDURANCE AGAINST Aedes sp. IN ADULT WOMAN

Diseases transmitted by the Aedes could be prevented by using a repellent. DEET is an effective repellent, but can cause severe toxic effects in some users. It is necessary to find an alternative as the essential oil that could replace DEET, clove oil (Oleum caryophyllum) for example.

The purpose of this experiment is to determine the effect of clove oil repellent levels of 25%, 50% and 100% and comparing its potential with DEET.

Laboratory experimental design was a prospective study using is comparative Complete Randomized Design (CRD) is comparative. Clove oil repellent was tested by the method Mark S. Fradin and John F. Day, with human research subjects (n=5) using experimental animals mosquito Aedes.

Measured data is the duration since the arm into the cage until there is a mosquitoe that landed into the subject's arm in minute. Data analysis using one-way ANOVA, followed by Tukey HSD test with α = 0.05 using software, significance is determined based on the value of p<0.05. The results mean duration of clove oil repellent power of 25% (49,96’), 50% (81,90’) and 100% (142,77’), significantly different compared with negative control

(0,02’) and its potential weaker than DEET of 15% (171,49’) (p<0.01). The conclusion that higher levels of clove oil is used then the potential increases, but much weaker than DEET.

Keywords: Oleum caryophyllum, clove oil, repellent, Aedes

Ishak Mangili, 2011 Tutor I : Dr. Susy Tjahjani. dr,M.Kes Tutor II : Dra. Rosnaeni, Apt.


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis ... 4

1.7 Metodologi ... 4

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Nyamuk ... 5

2.2 Aedes sp ... 6

2.2.1 Ciri-Ciri Morfologi ... 6


(4)

ix

2.2.3 Perilaku dan Siklus Hidup ... 8

2.2.4 Pengendalian Vektor ... 10

2.2.5 Aedes Sebagai Vektor Penyakit ... 11

2.2.5.1 Demam Berdarah Dengue ... 11

2.2.5.1.1 Etiologi DBD ... 11

2.2.5.1.2 Epidemiologi DBD ... 12

2.2.5.1.3 Tanda dan Gejala Penyakit... 13

2.2.5.1.4 Pengobatan DBD ... 15

2.2.5.2 Filariasis ... 16

2.2.5.2.1 Etiologi Filariasis ... 16

2.2.5.2.2 Epidemiologi Filariasis ... 16

2.2.5.2.3 Patologi Filariasis ... 18

2.2.5.2.4 Gejala Klinik Filariasis ... 18

2.2.5.2.5 Terapi dan Pencegahan Filariasis ... 19

2.2.5.3 Chikungunya ... 20

2.2.5.3.1 Etiologi Chikungunya ... 20

2.2.5.3.2 Epidemiologi Chikungunya ... 21

2.2.5.3.3 Gejala Chikungunya ... 21

2.2.5.3.4 Diagnosis Chikungunya ... 22

2.2.5.3.5 Pengobatan Chikungunya... 23

2.3 Cengkeh ... 24

2.3.1 Taksonomi Cengkeh... 25

2.3.2 Morfologi Cengkeh ... 25

2.3.3 Kandungan Cengkeh ... 27

2.4 Repelen ... 28

2.4.1 DEET ... 28

2.4.1 Repelen Alami ... 29


(5)

x

BAB III ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan, Alat dan Subjek Penelitian ... 30

3.2 Metode Penelitian... 30

3.2.1 Desain Penelitian ... 30

3.2.2 Variabel Penelitian ... 31

3.2.2.1 Definisi Variable Konsepsional ... 31

3.2.2.2 Dfinisi Operasional Variabel... 31

3.3 Besar Replikasi Penelitian ... 31

3.4 Persiapan Penelitian ... 32

3.4.1 Persiapan Hewan Coba ... 32

3.4.2 Persiapan Bahan Uji ... 32

3.4.3 Cara Kerja ... 32

3.4.4 Metode Analisis ... 33

3.4.5 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan... 34

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 38

4.2.1 Hal-hal Yang Mendukung ... 38

4.2.2 Hal-hal Yang Tidak Mendukung ... 38

4.3 Kesimpulan ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39

5.2 Simpulan Tambahan... 39


(6)

xi

Daftar Pustaka ... 40

Lampiran ... 45


(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 . Rerata Durasi Daya Repelen Minyak Cengkeh ... 34 Tabel 4.2 . ANAVA Durasi Repelen ... 35 Tabel 4.3 . Uji Beda Rerata Tukey HSD Durasi Daya Repelen Minyak


(8)

xiii

DAFTAR

GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 AnatomiNyamuk ... 7

Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes sp ... 9

Gambar 2.3 Siklus Penularan Virus Dengue... 12

Gambar 2.4 Stadium Demam Berdarah Dengue ... 14

Gambar 2.5 Siklus Hidup Wuchereria bancrofti ... 17

Gambar 2.6 Tanaman Cengkeh ... 24

Gambar 2.7 Struktur eugenol ... 27

Gambar 2.8 Sensilia nyamuk Aedes sp. betina ... 28

Gambar 2.9 DEET ... 29

Gambar 4.1 Grafik Rerata Durasi Daya Repelen Minyak Cengkeh dibandingkan dengan Alkohol 70% ... 37

Gambar 4.2 Grafik Rerata Durasi Daya Repelen Minyak Cengkeh dibandingkan dengan DEET 15% ... 37


(9)

xiv

DAFTAR

LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta Dalam Penelitian

(Informed Consent) ... 45

Lampiran 2 Perhitungan Konsentrasi ... 46

Lampiran 3 Bagan Prosedur Kerja Metode Fradin M.S. & John F.D ... 47

Lampiran 4 Tabel Hasil ANAVA ... 48

Lampiran 5 Tabel Hasil Post Hoc Test ... 49


(10)

45

LAMPIRAN I

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap :

Tgl lahir :

NRP :

Alamat :

Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi naracoba dalam penelitian yang dilakukan oleh Ishak Mangili, 0510171 yang bertempat di Universitas Kristen Maranatha.

Surat pernyataan persetujuan ini saya buat dengan kesadaran saya sendiri tanpa tekanan maupun paksaan darimanapun.

Bandung,...2010


(11)

46

LAMPIRAN II

Perhitungan Konsentrasi

Penelitian menggunakan minyak cengkeh 25%, 50%, 100%. Pengenceran dilakukan dengan cara mencampurkan minyak cengkeh dengan alcohol 70% menggunakan rumus V1M1 = V2M2

Ket: M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan

V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan

M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan

V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan

Minyak cengkeh 25% : 1 ml x 100% = V2 x 25% V2 = 1 ml x 100%

25% V2 = 4 ml

Minyak cengkeh 25% = 1 ml minyak cengkeh 100% + 4 ml alkohol 70%. Untuk minyak cengkeh kadar 50% menggunakan cara yang sama.


(12)

47

Lampiran III

BaganProsedur Kerja Metode Fradin M.S. & John F.D

Lengan subyek yang bersih dimasukkan ke dalam kandang yang berisi 10 nyamuk Aedes betina yang telah dipuasakan 24 jam. Kalau ada nyamuk yang hinggap, maka lengan tersebut segera dikeluarkan dan percobaan dimulai. Lengan bawah diolesi 1ml repelen sampai ke ujung jari, kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing kandang selama 1 menit dan diperhatikan apakah ada nyamuk yang hinggap. Kalau tidak ada nyamuk

Tes awal

(Dilakukan oleh tiap subyek untuk tiap repelen)

Tes kedua dan ketiga

(Dilakukan oleh tiap subyek untuk tiap repelen) Catat waktu yang dibutuh kan sampai nyamuk hinggap pertama kali

Masukan lengan selama 1 menit tiap 5 menit, catat waktu untuk nyamuk yang

hinggap pertama kali untuk masing-masing tes

Masukan lengan selama 1 menit tiap 15 menit, catat waktu untuk nyamuk yang hinggap pertama kali untuk

masing-masing tes

Masukan lengan selama 1 menit tiap 1 jam, dalam waktu 4 jam, kemudian setelah itu 1 menit tiap 15 menit, catat

waktu untuk nyamuk yang hinggap pertama kali untuk masing-masing tes Jika < 20 menit

Jika 20 menit – 4 jam

Jika > 4 jam Pakai repelen

Masukan lengan ke dalam kandang selama 1 menit Jika tidak hinggap

Masukan lengan ke dalam kandang selama 1 menit tiap 5 menit sampai 20

menit

Masukan lengan ke dalam kandang selama 1 menit tiap 15 menit sampai nyamuk hinggap pertama kali

Jika hinggap

Jika hinggap


(13)

48

yang hinggap setelah 1 menit, maka lengan di keluarkan. Kemudian lengan dimasukkan kembali tiap interval 5 menit. Kalau tidak ada nyamuk yang hinggap setelah 20 menit, maka intervalnya dinaikkan menjadi 15 menit. Kalau tidak ada nyamuk yang hinggap setelah 4 jam, maka intervalnya dinaikkan menjadi 1 jam. Kalau tidak ada nyamuk yang hinggap setelah 8 jam, maka intervalnya diturunkan menjadi 15 menit sampai ada nyamuk yang hinggap dan waktunya di catat.


(14)

49

LAMPIRAN IV

Hasil ANAVA Durasi Daya Repelen Minyak Cengkeh Terhadap Aedes

De scriptive s

Durasi Proteksi M.Cengkeh-Aedes (Menit)

5 49,9660 8,81993 3,94439 39,0146 60,9174 40,29 56,52 5 81,9060 14,25837 6,37653 64,2019 99,6101 56,40 88,34 5 142,7760 14,34670 6,41604 124,9622 160,5898 120,3 152 5 ,0220 ,00447 ,00200 ,0164 ,0276 ,02 ,03 5 171,4900 7,30355 3,26625 162,4214 180,5586 168,0 185 25 89,2320 63,93268 12,7865 62,8419 115,6221 ,02 185 Minyak Cengkeh 25 %

Minyak Cengkeh 50 % Minyak cengkeh 100 % Kontrol Pembanding Total N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for Mean

Mini mum

Maxi mum

Test of Homogeneity of Variances

Durasi Proteksi M.Cengkeh-Aedes (Menit)

3,869 4 20 ,017

Levene Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Durasi Proteksi M.Cengkeh-Aedes (Menit)

95936,258 4 23984,065 221,967 ,000

2161,047 20 108,052

98097,305 24 Between Groups

Within Groups Total


(15)

50

LAMPIRAN V

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Durasi Proteksi M.Cengkeh-Aedes (Menit) Tukey HSD

-31,94000 * 6,57426 ,000 -51,6127 -12,2673 -92,81000 * 6,57426 ,000 -112,4827 -73,1373 49,94400 * 6,57426 ,000 30,2713 69,6167 -121,52400 * 6,57426 ,000 -141,1967 -101,8513

31,94000 * 6,57426 ,000 12,2673 51,6127 -60,87000 * 6,57426 ,000 -80,5427 -41,1973 81,88400 * 6,57426 ,000 62,2113 101,5567 -89,58400 * 6,57426 ,000 -109,2567 -69,9113 92,81000 * 6,57426 ,000 73,1373 112,4827 60,87000 * 6,57426 ,000 41,1973 80,5427 142,75400 * 6,57426 ,000 123,0813 162,4267 -28,71400 * 6,57426 ,000 -48,3867 -9,0413 -49,94400 * 6,57426 ,000 -69,6167 -30,2713 -81,88400 * 6,57426 ,000 -101,5567 -62,2113 -142,75400 * 6,57426 ,000 -162,4267 -123,0813 -171,46800 * 6,57426 ,000 -191,1407 -151,7953 121,52400 * 6,57426 ,000 101,8513 141,1967

89,58400 * 6,57426 ,000 69,9113 109,2567 28,71400 * 6,57426 ,000 9,0413 48,3867 171,46800 * 6,57426 ,000 151,7953 191,1407 (J) Kelompok Perlakuan

Minyak Cengkeh 50 % Minyak cengkeh 100 % Kontrol

Pembanding

Minyak Cengkeh 25 % Minyak cengkeh 100 % Kontrol

Pembanding

Minyak Cengkeh 25 % Minyak Cengkeh 50 % Kontrol

Pembanding

Minyak Cengkeh 25 % Minyak Cengkeh 50 % Minyak cengkeh 100 % Pembanding

Minyak Cengkeh 25 % Minyak Cengkeh 50 % Minyak cengkeh 100 % Kontrol

(I) Kelompok Perlakuan Minyak Cengkeh 25 %

Minyak Cengkeh 50 %

Minyak cengkeh 100 %

Kontrol

Pembanding

Mean

Difference (I-J) Error Std. Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.


(16)

51

Durasi Protek si M.Cengke h-Aedes (Me nit)

Tukey HSDa

5 ,0220

5 49,9660

5 81,9060

5 142,7760

5 171,4900

1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Kelompok Perlakuan Kontrol

Minyak Cengkeh 25 % Minyak Cengkeh 50 % Minyak cengkeh 100 % Pembanding

Sig.

N 1 2 3 4 5

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. a.


(17)

52

LAMPIRAN VI

FOTO-FOTO SELAMA PENELITIAN

Kandang percobaan Minyak cengkeh


(18)

53

` DEET 15% Pengambilan nyamuk betina


(19)

54

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ishak Mangili

NRP : 0510171

Tempat / Tanggal Lahir : Pontianak, 1 Oktober 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Serdam, Komp. Permata Khatulistiwa C.3 78391

Riwayat Pendidikan : Lulus TK Nusa Indah, tahun 1993. Lulus SD Nusa Indah, tahun 1999. Lulus SMP Panca Setya 1, tahun 2002. Lulus SMA Gembala Baik, tahun 2005. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit yang ditularkan melalui vektor (perantara) nyamuk sampai saat ini masih menjadi beban berat bagi sebagian besar negara tropis termasuk Indonesia. Penyakit yang menular melalui cucukan nyamuk seperti demam berdarah dengue (DBD) masih endemis di banyak daerah di Indonesia dan merenggut ribuan jiwa tiap tahun (Agus Purwadianto, 2009). Kasus DBD cenderung meningkat terutama pada waktu musim hujan, baik jumlah penderita maupun luas wilayah penyebarannya. Di Kota Bandung pada tahun 2009 tercatat 5292 kasus, Kota Bekasi sebanyak 3449 penderita DBD.Jumlah kematian akibat terjangkit penyakit DBD paling besar di wilayah Kabupaten Indramayu sebanyak 3%, Subang 2,6%, Kabupaten Bekasi 2% dan Kabupaten Bandung 1,9% (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2009). Vektor penyakit DBD yang terpenting adalah Aedes sp. betina yang terinfeksi virus dengue dari penderita penyakit DBD sebelumnya. Jenis nyamuk ini, terdapat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali wilayah-wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 meter dari permukaan laut (Angga Yasha, 2007).

Insidensi DBD dapat dikurangi dengan memutus siklus hidup nyamuk Aedes

yang dapat dilakukan baik secara fisik, biologik dan kimiawi. Upaya fisik yang dilakukan adalah dengan melaksanakan program 3M, yaitu menguras, mengubur, dan menutup semua tempat kemungkinan terjadinya perkembangbiakan nyamuk. Bisa juga dengan cara memasang kawat kasa pada ventilasi dan jendela rumah, penggunaan kelambu, dan menggunakan pakaian lengan panjang. Pengendalian biologik antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), udang dan bakteri. Cara kimiawi yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan insektisida seperti menggunakan obat nyamuk bakar, obat nyamuk elektrik, spray, atau menggunakan repelen (Ferry Efendy, 2009).

Repelen yang telah diteliti dan diakui secara internasional mengandung bahan aktif N, N-diethyl-m-toluamide (DEET). DEET 100% memberikan proteksi


(21)

2

sampai 12 jam, DEET 20%-34% memberikan proteksi 3-6 jam, DEET 15% memberikan proteksi 5 jam, DEET 10% memberikan proteksi 3 jam, sedangkan DEET 5% memberikan proteksi 2 jam (Heal, 2003). Kadar yang aman digunakan untuk anak-anak adalah DEET 10% atau kurang dan aplikasi tidak lebih dari tiga kali sehari. Tetapi penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan alergi pada kulit seperti iritasi, eritema, dan pruritus. DEET juga bersifat neurotoksik, dapat menyebabkan ensefalopati, degenerasi saraf pusat, menghambat asetilkolinesterase dan kejang. Karena itu, dianjurkan untuk menggunakan repelen alami (Carolina Cox, 2005).

Repelen atau pengusir nyamuk secara empiris telah banyak dikenal masyarakat Indonesia, antara lain tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L), akar wangi (Vertiver zizanodes), sereh wangi (Cymbopogon nardus), lavender (Lavandula latifolia), geranium (Geranium homeanum), nilam (Pogostemon cablin), piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium), bengkuang (Pachyrrhizus erosus), dan mimba (Azadirachta indica)(Moch Syakir, 2007).

Repelen yang aman dan ramah lingkungan dan berasal dari alam adalah cengkeh (Syzygium aromaticum). Cengkeh sebagai repelen pernah diteliti oleh Puspita Rini pada tahun 2008 dengan menggunakan ekstrak daun cengkeh terhadap Culex sp. Hasil penelitian ekstrak daun cengkeh berefek repelen pada kadar optimal 98,58% (Puspita Rini, 2008).

Cengkeh mengandung minyak atsiri dengan nama dagang clove oil. Semua bagian tanaman yaitu akar, batang, daun dan bunganya mengandung minyak, tetapi kadar minyak paling tertinggi terdapat pada bunga (20%), sementara bagian lainnya hanya 4 – 6 %. Minyak cengkeh mengandung 70 – 93% eugenol (C10H12O2). Eugenol sudah terbukti sebagai antijamur, antiseptik, dan antiserangga sehingga sangat efektif jika digunakan sebagai bahan obat gosok (lotion) pengusir nyamuk (Agus Kardinan, 2005). Eugenol banyak digunakan dalam dunia kedokteran karena memiliki kemampuan analgesik, antiseptik dan anestesi lokal (Trongtokit et al. 2005).

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan minyak cengkeh dengan kadar 25%, 50%, dan 100% terhadap daya proteksi nyamuk Aedes sp. Hewan coba yang


(22)

3

digunakan Aedes sp. karena merupakan vektor dari demam berdarah dengue yang saai ini menjadi endemik di Kabupaten Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

1. Apakah minyak cengkeh kadar 25%, 50%, dan 100% berefek repelen terhadap nyamuk Aedes sp.

2. Apakah potensi minyak cengkeh kadar 25%, 50%, dan 100% lebih lemah dari DEET terhadap nyamuk Aedes sp.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian adalah untuk mencari repelen alami sebagai alternatif yang lebih aman dan efektif terhadap nyamuk Aedes sp.

Tujuan penelitian untuk mengetahui efek repelen minyak cengkeh kadar 25%,50% dan 100% serta membandingkan potensinya dengan DEET.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademisuntuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang entomologi dan tanaman obat khususnya yang berefek repelen alami.

Manfaat praktis apabila penelitian ini berhasil dapat diinformasikan kepada masyarakat bahwa minyak cengkeh dapat dipakai untuk menghindari cucukan nyamuk dengan menggunakan kadar yang lebih rendah.

1.5Kerangka Pemikiran

DEET bekerja dengan cara menyumbat pori-pori sensilla nyamuk betina yang merupakan reseptor kimia terhadap karbon dioksida dan asam laktat. Kedua zat itu merupakan substansi yang dihasilkan tubuh manusia, sebagai atraktan nyamuk (Field, 2010). DEET 100% memberikan proteksi sampai 12 jam, DEET 20%-34% memberikan proteksi 3-6 jam, DEET 15% memberikan proteksi 5 jam, DEET 10% memberikan proteksi 3 jam, sedangkan DEET 5% memberikan proteksi 2 jam (Heal, 2003). Potensi repelen DEET lebih lama dibandingkan dengan beberapa minyak atsiri (Susy Tjahjani, 2008).


(23)

4

Minyak cengkeh mengandung minyak atsiri dengan komponen utamanya eugenol, dapat berfungsi sebagai repelen dengan cara menyumbat pori-pori sensilla yang merupakan reseptor asam laktat pada antena nyamuk sehingga mencegah nyamuk mendekati kulit yang diolesi minyak cengkeh (Trongtokit et al, 2005).

1.6Hipotesis Penelitian

1. Minyak cengkeh kadar 25%, 50%, dan 100% berefek repelen terhadap nyamuk Aedes sp.

2. Potensi minyak cengkeh kadar 25%, 50%, dan 100% lebih lemah dari DEET terhadap nyamuk Aedes sp.

1.7Metodologi

Desain Penelitian prospektif eksperimental laboratorik ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang bersifat komparatif.

Daya repelen minyak cengkeh diuji dengan metode Mark S. Fradin dan John F. Day, dengan subjek penelitian wanita dewasa (n=5) menggunakan hewan coba nyamuk Aedes sp. Data yang diukur adalah durasi yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk ke dalam kandang sampai ada nyamuk yang hinggap ke lengan subjek dalam menit.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, yang dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α = 0,05 menggunakan perangkat lunak komputer,

kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p<0,05.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi :

Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Waktu :


(24)

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Minyak cengkeh 25%, 50% dan 100% berefek repelen terhadap nyamuk

Aedes sp.

2. Potensi minyak cengkeh kadar 25%, 50% dan 100% lebih lemah dari DEET terhadap nyamuk Aedes sp.

5.2 Simpulan Tambahan

1. Minyak cengkeh dengan kadar 25% telah memenuhi standar repelen dari Heal 2. Makin tinggi kadar minyak cengkeh yang digunakan maka potensinya makin

meningkat.

5.2 Saran

1. Penelitian ‘Daya Repelen Minyak Cengkeh (Oleum caryophillum) Terhadap

Aedes sp. pada Wanita Dewasa’ perlu dilanjutkan dengan: Menggunakan nyamuk spesies lain

Menggunakan subjek penelitian pria dewasa 2. Aplikasi hasil penelitian:

Untuk mendapatkan efek yang lebih lama sebaiknya menggunakan minyak cengkeh kadar efektif terendah yang dicampur dengan minyak nabati.


(25)

40

DAFTAR PUSTAKA

Aedes mosquitoes taxonomy. 2008. The Taxonomicon. http://sn2000. taxonomy.nl/Taxonomicon/TaxonTree.aspx?id=28486. 10 September 2008. Agus Kardinan, Ir., MSc., APU. 2005. Tanaman Pengusir & Pembasmi Nyamuk.

Agromedia. Jakarta. 23 Sepember 2005.

Agus Purwadianto. 2009. Penyakit menular akibat nyamuk di Indonesia masih tinggi.http://kesehatan.kompas.com/read/2009/08/20/18095847/Penyakit.M enular.akibat.Nyamuk.Masih.Jadi.Masalah.20 Agustus 2009.

Akhmad Hasan Huda. 2004. Selayang Pandang Penyakit-penyakit Yang Ditularkan Oleh Nyamuk. www.dinkesjatim.go.id/images/ datainfo/200501031458-Selpandnyamuk.pdf. 7 November 2008.

Angga Yasha. 2009. Laporan Kasus – Dengue Shock Syndrome. http://www.scribd.com/doc/19341806/DSS-Malvi2. 11 Agustus 2009. Antonio Masseti et al. Arm in cage tests to compare skin repellents againt bites of

Aedes albopictus. Buletin of Insectology.59(2):157-160, 2006.

Arda Dinata. 2008. Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. http://www.litbang.depkes.go.id/lokaciamis/artikel/nyamuk-arda.htm. 10 September 2008.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Jakarta, 2004. Demam Berdarah Dengue. http://www.litbang.depkes.go.id/ maskes/052004/demamberdarah1.htm. 5 Maret 2004.

Britannica.2009. Mosquito. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/ 393702/ mosquito. 11November 2009

Carolina Cox. 2005. DEET Repellent Fact Sheet. Journal of Pesticide Reform.

Volume 25. Number 3. 17 Oktober 2005.

Chua et al.2007.Chikungunya Virus of Central/East African Genotype. Medical Journal Malaysia. Volume 62. Number. 3 Agustus 2007.


(26)

41

Corbel et al. 2009.Evidence for inhibition of cholinesterases in insect and mammalian nervous system by the insect repellent deet. BMC Biology- Journal of Biology. http://www.biomedcentral.com/1741-7007/7/47. 5 Agustus 2009.

Craig Freudenrich, Ph.D. 2008. How Mosquitos Works. http://animals. howstuffworks.com/insects/mosquito1.htm. 30 Oktober 2008.

Darsie. 2005. Mosquito Morphology. www.nwmadil.com/mosquito% 20biology.htm. 5 September 2008.

Departemen Kesehatan Indonesia. 2007. Chikungunya. http://www.depkes.go.id/ index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=171&Itemid=3. 23 November 2008.

Depkes. 2008. Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan. http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&arti d=171&Itemid=3. 6 Oktober 2008.

Dinie C. Moed. 2010. Nyamuk Sebagai Vektor – Artikel Kesehatan. http://fkunhas.com/l/dinie+c+moed+nyamuk+sebagai+vektor+penyakit.htm 13 Januari 2010.

Eric M.T, 2008. Dengue. http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0103-4014200 8000300004&script=sci_arttext&tlng=en. 11 April 2008.

Ferry Effendy.2009.Program Penanggulangan DBD di Indonesia. http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-indonesia/. 25 Mei 2008

Field, Linda. 2010. DEET Mosquito Repellent Could Lose Its Bite. England’s Rothamsted Research Iinstitute. http://www.wired.com/ wiredscience/ tag/linda-field. 3 Mei 2010.

FKUI. 2002. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga, cetakan ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Fradin M.S, Day J.F. Comparative efficacy of insect repellents against mosquito bites. The New England Journal of Medicine. Volume 347:13-18. Number 1. 4 Juli 2002.

Heal J.D. 2003. Natural Insect Repellent. http://www.allterrainco.com/ insect_repellent.html. 6 November 2003.


(27)

42

Hendra Arif, 2008. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. http://ajangberkarya. wordpress.com/2008/09/04/penyakit-yang-ditularkan-oleh-nyamuk/. 4 September 2008.

Helmenstine A.M. 2003. Environtmental Health and Safety. http://www. ehsllc. org/reach.htm. 4 Juli 2003.

Hopp MJ, Foley J. Global-scale Relationships Between Climate and the Dengue Fever Vector Aedes Aegypti. Climate Change. 2001; 48: 441-463

Jerry et al, 2006 . Source Reduction. http://www.co.galveston.tx.us/ mosquito_control/source_reduction.htm. 1 Oktober 2008.

Johsen Mark. 2007. Mosquito Life Cycle .www-aes.tamu.edu/Mosquitos/ Mosquito%20Life%20Cycle.pdf. 5 Oktober 2008.

Karen Russ. 2005. Less Toxic Insecticides. http://www.clemson.edu/extension/ hgic/pests/pesticide/hgic2770.html. 7Agustus 2005.

Kemas Ali Hanafiah,. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2005.

Khomsah, 2008. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). http://www.infopenyakit.com/2008_03_01_archive.html. 7 Desember 2008. Moch Syakir. 2007. Ramuan Ajaib, Mengatasi Demam Berdarah Dengue Secara Alami..http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/162/pdf/Ramuan%20Aj aib,%20Mengatasi%20Demam%20Berdarah%20Dengue%20Secara%20Al ami.pdf. 7 Maret 2007.

Moser, Melanie. 2007. Genetic Code Of Parasitic Worm That Causes Elephantiasis Revealed. http://www.sciencedaily.com/releases/ 2007/09/ 070920145417.htm. 21 September 2007.

Padleckas H. Structure of Eugenol. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas: Eugenol.PNG. 16 Juni 2005.

Park, Ross. Dengue Fever Management Plan for North Queensland, Australia 2000-2005. CD-ROM. Queensland Government and Queensland Health.


(28)

43

Polimalang, 2008. http://www.polimalang.com/viewtopic.php?p=259&sid= 19649ab076653f201f4fafd0c8e2b6d2. 27 Oktober 2008.

Potter, 2009. Mosquitoes: Practical Advice For Homeowners.

http://www.ca.uky.edu/ENTOMOLOGY/entfacts/ef005.asp. 3 Juni 2009. Prasetya Jati. 2007. Syzygium aromaticum (cengkeh). http://images.toiusd.

multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RjqmkgoKCp8AAC3emzw1/ SoMeThiNk%20aBoUt%20Syzgium%20aromaticum.doc?nmid=4096641 8. 6 Februari 2007.

PUSTEKKOM,2005. Demam Berdarah Dengue. http://www.edukasi. net/pengpop/pp_full.php?ppid=245&fname=hal9a.htm. 6 November2008. Richman, David B. Mosquitoes. http://www.microscopy - uk. org. uk/ mag/

indexmag. html?http://www.microscopy-uk. org. uk/ mag/ artsep03/ drmosq.html. 5 September 2003.

Richo. 2010. Yang bias kita manfaatkan dari cengkeh. http://cozyeslife. blogspot.com/2010/04/yang-bisa-kita-manfaatkan-dari-cengkeh.html. 16 April 2010.

Sandjaja, Dr. Bernardus, DMM, DTM&H, MSPH. 2007. Helmintologi Kedokteran. Prestasi Pustaka : Jakarta.

Septia. 2010. Cengkeh superfood baru. http://esaplikasi.wordpress.com/ 2010/08/24/cengkeh-superfood-baru/ 24 Agustus 2010.

Soedarto, 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga University Press : Surabaya. Hal 251-252.

Sudarmo, S. 2005.Pestisida Nabati, Pembuatan dan Pemanfaatannya. halaman 28. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. 2005

Trongtokit et al. 2005. Botanical Medicine in Clinical Practice.2005; 91:809-810 Waluyo. 2004. Parasitologi Medik (Helmintologi) : Pendekatan Aspek

Identifikasi, Diagnosis, dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.


(29)

44

WHO, TDR. 2007. Laboratory Tests For The Diagnosis Of Dengue Virus Infection. http://www.tropika.net/svc/review/061001-Dengue_Diagnosis. 30 November 2007.

Widodo Judarwanto. 2007. Profil nyamuk aedes dan pembasmiannya.

http://www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmiannya/ 30 Januari 2007.

West Umatilla Vector Control District. 2006. Mosquito life cycle. www.wuvcd.org/mosquito/lifecycle.gif. 6 Maret 2008.


(1)

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Minyak cengkeh 25%, 50% dan 100% berefek repelen terhadap nyamuk Aedes sp.

2. Potensi minyak cengkeh kadar 25%, 50% dan 100% lebih lemah dari DEET terhadap nyamuk Aedes sp.

5.2 Simpulan Tambahan

1. Minyak cengkeh dengan kadar 25% telah memenuhi standar repelen dari Heal 2. Makin tinggi kadar minyak cengkeh yang digunakan maka potensinya makin

meningkat. 5.2 Saran

1. Penelitian ‘Daya Repelen Minyak Cengkeh (Oleum caryophillum) Terhadap Aedes sp. pada Wanita Dewasa’ perlu dilanjutkan dengan:

Menggunakan nyamuk spesies lain

Menggunakan subjek penelitian pria dewasa 2. Aplikasi hasil penelitian:

Untuk mendapatkan efek yang lebih lama sebaiknya menggunakan minyak cengkeh kadar efektif terendah yang dicampur dengan minyak nabati.


(2)

40

Agus Kardinan, Ir., MSc., APU. 2005. Tanaman Pengusir & Pembasmi Nyamuk. Agromedia. Jakarta. 23 Sepember 2005.

Agus Purwadianto. 2009. Penyakit menular akibat nyamuk di Indonesia masih tinggi.http://kesehatan.kompas.com/read/2009/08/20/18095847/Penyakit.M enular.akibat.Nyamuk.Masih.Jadi.Masalah.20 Agustus 2009.

Akhmad Hasan Huda. 2004. Selayang Pandang Penyakit-penyakit Yang Ditularkan Oleh Nyamuk. www.dinkesjatim.go.id/images/ datainfo/200501031458-Selpandnyamuk.pdf. 7 November 2008.

Angga Yasha. 2009. Laporan Kasus – Dengue Shock Syndrome. http://www.scribd.com/doc/19341806/DSS-Malvi2. 11 Agustus 2009. Antonio Masseti et al. Arm in cage tests to compare skin repellents againt bites of

Aedes albopictus. Buletin of Insectology.59(2):157-160, 2006.

Arda Dinata. 2008. Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. http://www.litbang.depkes.go.id/lokaciamis/artikel/nyamuk-arda.htm. 10 September 2008.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Jakarta, 2004. Demam Berdarah Dengue. http://www.litbang.depkes.go.id/ maskes/052004/demamberdarah1.htm. 5 Maret 2004.

Britannica.2009. Mosquito. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/ 393702/ mosquito. 11November 2009

Carolina Cox. 2005. DEET Repellent Fact Sheet. Journal of Pesticide Reform. Volume 25. Number 3. 17 Oktober 2005.

Chua et al.2007.Chikungunya Virus of Central/East African Genotype. Medical Journal Malaysia. Volume 62. Number. 3 Agustus 2007.


(3)

41

Corbel et al. 2009.Evidence for inhibition of cholinesterases in insect and mammalian nervous system by the insect repellent deet. BMC Biology- Journal of Biology. http://www.biomedcentral.com/1741-7007/7/47. 5 Agustus 2009.

Craig Freudenrich, Ph.D. 2008. How Mosquitos Works. http://animals. howstuffworks.com/insects/mosquito1.htm. 30 Oktober 2008.

Darsie. 2005. Mosquito Morphology. www.nwmadil.com/mosquito% 20biology.htm. 5 September 2008.

Departemen Kesehatan Indonesia. 2007. Chikungunya. http://www.depkes.go.id/ index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=171&Itemid=3. 23 November 2008.

Depkes. 2008. Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan. http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&arti d=171&Itemid=3. 6 Oktober 2008.

Dinie C. Moed. 2010. Nyamuk Sebagai Vektor – Artikel Kesehatan. http://fkunhas.com/l/dinie+c+moed+nyamuk+sebagai+vektor+penyakit.htm 13 Januari 2010.

Eric M.T, 2008. Dengue. http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0103-4014200 8000300004&script=sci_arttext&tlng=en. 11 April 2008.

Ferry Effendy.2009.Program Penanggulangan DBD di Indonesia. http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-indonesia/. 25 Mei 2008

Field, Linda. 2010. DEET Mosquito Repellent Could Lose Its Bite. England’s Rothamsted Research Iinstitute. http://www.wired.com/ wiredscience/ tag/linda-field. 3 Mei 2010.

FKUI. 2002. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga, cetakan ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Fradin M.S, Day J.F. Comparative efficacy of insect repellents against mosquito bites. The New England Journal of Medicine. Volume 347:13-18. Number 1. 4 Juli 2002.

Heal J.D. 2003. Natural Insect Repellent. http://www.allterrainco.com/ insect_repellent.html. 6 November 2003.


(4)

Hendra Arif, 2008. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. http://ajangberkarya. wordpress.com/2008/09/04/penyakit-yang-ditularkan-oleh-nyamuk/. 4 September 2008.

Helmenstine A.M. 2003. Environtmental Health and Safety. http://www. ehsllc. org/reach.htm. 4 Juli 2003.

Hopp MJ, Foley J. Global-scale Relationships Between Climate and the Dengue Fever Vector Aedes Aegypti. Climate Change. 2001; 48: 441-463

Jerry et al, 2006 . Source Reduction. http://www.co.galveston.tx.us/ mosquito_control/source_reduction.htm. 1 Oktober 2008.

Johsen Mark. 2007. Mosquito Life Cycle .www-aes.tamu.edu/Mosquitos/ Mosquito%20Life%20Cycle.pdf. 5 Oktober 2008.

Karen Russ. 2005. Less Toxic Insecticides. http://www.clemson.edu/extension/ hgic/pests/pesticide/hgic2770.html. 7Agustus 2005.

Kemas Ali Hanafiah,. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2005.

Khomsah, 2008. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). http://www.infopenyakit.com/2008_03_01_archive.html. 7 Desember 2008. Moch Syakir. 2007. Ramuan Ajaib, Mengatasi Demam Berdarah Dengue Secara Alami..http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/162/pdf/Ramuan%20Aj aib,%20Mengatasi%20Demam%20Berdarah%20Dengue%20Secara%20Al ami.pdf. 7 Maret 2007.

Moser, Melanie. 2007. Genetic Code Of Parasitic Worm That Causes Elephantiasis Revealed. http://www.sciencedaily.com/releases/ 2007/09/ 070920145417.htm. 21 September 2007.

Padleckas H. Structure of Eugenol. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas: Eugenol.PNG. 16 Juni 2005.

Park, Ross. Dengue Fever Management Plan for North Queensland, Australia 2000-2005. CD-ROM. Queensland Government and Queensland Health. 2000.


(5)

43

Polimalang, 2008. http://www.polimalang.com/viewtopic.php?p=259&sid= 19649ab076653f201f4fafd0c8e2b6d2. 27 Oktober 2008.

Potter, 2009. Mosquitoes: Practical Advice For Homeowners. http://www.ca.uky.edu/ENTOMOLOGY/entfacts/ef005.asp. 3 Juni 2009. Prasetya Jati. 2007. Syzygium aromaticum (cengkeh). http://images.toiusd.

multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RjqmkgoKCp8AAC3emzw1/ SoMeThiNk%20aBoUt%20Syzgium%20aromaticum.doc?nmid=4096641 8. 6 Februari 2007.

PUSTEKKOM,2005. Demam Berdarah Dengue. http://www.edukasi. net/pengpop/pp_full.php?ppid=245&fname=hal9a.htm. 6 November2008. Richman, David B. Mosquitoes. http://www.microscopy - uk. org. uk/ mag/

indexmag. html?http://www.microscopy-uk. org. uk/ mag/ artsep03/ drmosq.html. 5 September 2003.

Richo. 2010. Yang bias kita manfaatkan dari cengkeh. http://cozyeslife. blogspot.com/2010/04/yang-bisa-kita-manfaatkan-dari-cengkeh.html. 16 April 2010.

Sandjaja, Dr. Bernardus, DMM, DTM&H, MSPH. 2007. Helmintologi Kedokteran. Prestasi Pustaka : Jakarta.

Septia. 2010. Cengkeh superfood baru. http://esaplikasi.wordpress.com/ 2010/08/24/cengkeh-superfood-baru/ 24 Agustus 2010.

Soedarto, 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga University Press : Surabaya. Hal 251-252.

Sudarmo, S. 2005.Pestisida Nabati, Pembuatan dan Pemanfaatannya. halaman 28. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. 2005

Trongtokit et al. 2005. Botanical Medicine in Clinical Practice.2005; 91:809-810 Waluyo. 2004. Parasitologi Medik (Helmintologi) : Pendekatan Aspek

Identifikasi, Diagnosis, dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.


(6)

WHO, TDR. 2007. Laboratory Tests For The Diagnosis Of Dengue Virus Infection. http://www.tropika.net/svc/review/061001-Dengue_Diagnosis. 30 November 2007.

Widodo Judarwanto. 2007. Profil nyamuk aedes dan pembasmiannya.

http://www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmiannya/ 30 Januari 2007.

West Umatilla Vector Control District. 2006. Mosquito life cycle. www.wuvcd.org/mosquito/lifecycle.gif. 6 Maret 2008.