PERANAN POESERA (POESAT EKONOMI RAKYAT) PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN DI TANAH KARO PADA TAHUN 1943-1945.

(1)

Peranan POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) Pada Masa

Perang Kemerdekaan di Tanah Karo

Pada Tahun 1943-1945

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ARIEF SYUHADA GINTING NIM. 309121006

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

iv ABSTRAK

Arief Syuhada Ginting, NIM 309121006, Peranan POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) Pada Masa Perang Kemerdekaan di Tanah Karo Pada Tahun 1943-1945. Jurusan Pendidikan Sejarah. Program Studi Pendidikan Sejarah/S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dibentuknya POESERA dan peranannya pada perang kemerdekaan di tanah karo pada tahun 1943-1945. Penelitian ini dilakukan di kota Berastagi Kabupaten Karo, karena kantor POESERA pada saat perang kemerdekaan dulu berada di kota tersebut.

Untuk memperoleh data-data tersebut, peneliti mengadakan penelitian dengan menggunakan data yang non statistik. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, serta nara sumber yang digunakan adalah orang-orang yang pernah ikut serta dalam perang kemerdekaan di Tanah Karo pada tahun 1943-1945, selain itu penelitian ini juga menggunakan studi kepustakaan dengan menggunakan berbagai buku-buku yang berkaitan dengan perang kemerdekaan.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) akibat dari kekejaman Pemerintahan Militer Jepang yang mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan dan juga tindakan penguasa Jepang yang memonopoli semua kebutuhan dan hasil produksi pertanian rakyat menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi kehidupan rakyat

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa POESERA dibentuk untuk menyaingi koperasi buatan jepang yang pada saat itu memonopoli hasil-hasil pertanian di tanah karo. POESERA juga menunjukkan bahwa pemuda-pemuda karo saat itu tidak berdiam diri melihat kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah militer jepang.


(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Peranan POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) Pada Masa Perang

Kemerdekaan di Tanah Karo Pada Tahun 1943-1945.”

Penulisan skripsi ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi pendidikan sejarah di Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak dapat berjuang sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari segi materil maupun spiritual. Di kesempatan ini ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bapak Prof.Dr.Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Drs Restu, MS, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Lukita Ningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Sejarah dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan, waktu dan tenaga kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

banyak memberikan masukan kepada penulis dan telah bersedia meluangkan waktunya kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas


(6)

iii

7. Bapak Lettu. Purn. M.C.Sembiring dkk selaku pengurus LVRI (Legiun

Veteran Republik Indonesia) Cabang Tanah Karo yang telah memberikan banyak informasi dan data kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Teristimewa dan dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda K. Ginting dan Ibunda S. Br Sitepu serta adikku tersayang Primsa Priadiva Ginting atas segala kasih, motivasi, doa, perhatian serta dukungan moril dan material yang senantiasa diberikan dengan tulus dan penuh kasih sayang kepada penulis.

9. Kepada Keluarga pak tua (T. Tarigan) dan bibik tua (H. Br sitepu) dan

sepupuku Astri N.A Tarigan dan Afif S.P Tarigan yang telah menjadi tempat sandaran dalam suka dan duka penulis selama kuliah.

10. Buat yang tersayang Mariotta E. Perangin-angin yang telah mengisi

relung hati penulis dalam menapaki dunia fana ini. Semoga kita berhasil dalam tujuan yang telah kita canangkan selama ini.

11.Buat teman-teman seperjuanganku Reguler B stambuk 2009 Pasukan

AHH (Anti Huru Hara) dan Mahasiswa Sejarah Stambuk 2009,Jeppurut, Gomex, Wibi omesh, Rio Kecap, Mora KPK, Melgibson, Anry Pasrah, Rahmad, Hendri, Ramot, Kuny, dila, Nur, Dian, vina dan Teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu terimakasih buat dukungan dan kebersamaannya selama ini dan bagi teman-teman yang masih belum, teruslah berjuang.

12.Teman-teman yang Tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA)

Rudang Mayang Unimed dan Keluarga Besar Mahasiswa Karo Se_Kota Medan, perjuangan kita belum di mulai kawan jadi cepatlah sadar wahai Generasi Muda Karo.

13.Buat Teman-teman PPLT SMP Masehi Berastagi yang pernah mengalami

sama-sama suka duka yang tak terlupakan bersama penulis dan kenangan itu takkan pernah di lupakan oleh penulis kelak.


(7)

iv

Dan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua dukungan dan bantuan dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Penulis,

Arief Syuhada Ginting NIM. 309121006


(8)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Perumusan Masalah... 5

1.4 Tujuan Penelitian... 6

1.5 Manfaat Penelitian... 6

BAB II : KAJIAN PUSTAKA... 8

2.1 Kerangka Konsep ... 8

2.1.1. Peranan POESERA... 8

2.1.2. Konflik... 9

2.1.3. Perang... 11

2.1.4. Organisasi... 12

2.1.5 Ekonomi... 14

2.2 Kerangka Berpikir... 16

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 20

3.1. Metode Penelitian... 20

3.2. Lokasi Penelitian... 22

3.3. Sumber Data... 22


(9)

vi

3.5. Teknik Analisis Data... 23

BAB IV : PEMBAHASAN... 25

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 25

4.1.1 Keadaan Wilayah dan Penduduk... 25

4.1.2 Sejarah Singkat Mengenai Kabupaten Karo... 32

4.2 Sekilas Masa Tanah Karo Pada Masa Penjajahan Belanda dan Gerakan Politik Yang Lahir... 37

4.3 Masa Pendudukan Jepang dan Keadaan Ekonomi Tanah Karo... 39

4.4 Latar Belakang di bentuknya POESERA dan Pergerakannya... 44

4.5 Masa Menjelang Kemerdekaan Indonesia... 49

4.6 Peranan POESERA Pada Saat di Umumkannya Proklamasi Kemerdekaan di Medan... 54

4.7 Terbentuknya BPI Cabang Berastagi dan Tanah Karo... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65

5.1 Kesimpulan... 65

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN I (DAFTAR INFORMAN) ... 71

LAMPIRAN II (PEDOMAN WAWANCARA) ... 72

LAMPIRAN III (PETA TANAH KARO (Lokasi Penelitian)) ... 73


(10)

vii

DAFTAR TABEL

TABEL I : KABUPATEN KARO TERLETAK PADA KETINGGIAN 140 SAMPAI DENGAN 1.400 METER DI ATAS PERMUKAAN LAUT DENGAN PERBANDINGAN LUAS...31

TABEL II : KABUPATEN KARO TERLETAK PADA KETINGGIAN 140 SAMPAI DENGAN 1.400 METER BILA DILIHAT DARI SUDUT KEMIRINGAN ATAU LERENG TANAHNYA... ... 32

TABEL III: LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMALAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN KARO TAHUN 2012...33


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran Tinggi di Bukit Barisan, Sumatera Utara yang di kelilingi oleh pegunungan. Kabupaten Karo beribu kota di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah

2.127,25 km2 dan berpenduduk kurang lebih 500.000 jiwa. Wilayah Kabupaten

Karo terletak sejauh 77 km dari kota Medan (Ibu kota Sumatera Utara). Karena berada di ketinggian tersebut wilayah ini mempunyai iklim yang sejuk dengan

suhu berkisar anatar 160 sampai 170 C.

Di Dataran Tinggi Karo ini bisa di temukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan memiliki ciri khas daerah pertanian yang subur. Hal ini dapat terlihat dengan hasil-hasil pertanian dari Kabupaten Karo terutama buah dan sayur yang banyak di kirim ke luar daerah di Indonesia bahkan luar negeri. Kabupaten Karo juga mempunyai dua ikon yakni dua buah Gunung berapi yang masih aktif yakni Gunung Sinabung (2412 meter) dan Sibayak(2172 meter) dan di tambah gunung-gunung kecil lainnya yang menambah keeksotikan Kabupaten Karo itu sendiri. .

Tanah Karo merupakan kata lain dari Kabupaten Karo dalam percakapan sehari-hari, namun sebenarnya anggapan ini sangatlah keliru. Menurut Prinst(2012 :12-13) dalam bukunya Adat Karo maksud dari Tanah Karo adalah daerah-daerah yang di diami oleh suku Karo di Sumatera Utara. Daerah-daerah


(12)

2 ini meliputi Sebagian dari Kabupaten Dairi (Kecamatan Taneh Pinem dan Tiga Lingga), Sebagian Kabupaten Deli Serdang (Kecamatan Sibolangit, Pancur Batu, Namo Rambe, Deli Tua, Kutalimbaru, Sibiru-biru, Galang, Bangun Purba dan sebagainya), Sebagian Kabupaten Langkat(Kecamatan Padang Tualang, Bahorok, Kuala, Salapian, Binjai, Stabat dan sebagainya) dan tentunya Kabupaten Karo sendiri. Bahkan “Kampung Medan” juga didirikan oleh Seorang yang bermarga Karo yakni Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi.

Tanah Karo tidak luput dari namanya Masa Penjajahan, Belanda memasuki Dataran Tinggi Karo pada tahun 1904 dan memunculkan berbagai macam peperangan yang menelan banyak korban jiwa. Setelah 37 Tahun penjajahan Belanda bercokol di Tanah Karo, Pada tanggal 8 Desember 1941 meletuslah perang Asia Timur Raya dengan Jepang sebagai tokoh utama yang terkenal dengan semboyan 3A nya itu bagi bangsa Asia. Tiga setengah bulan setelah bala tentara Jepang melancarkan serangannya Ke Asia Tenggara, pada tanggal 14 Maret 1942 tentera Jepang berhasil menduduki kota Kabanjahe, serangan Tentera Jepang itu dilakukan melalui Seribu Dolok tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Tentara Belanda.

Pasukan Komando Teritorial Sumatera pimpinan Mayor Jenderal R.T Overakker, yang pada tanggal 9 Maret 1942 telah memindahkan Markasnya ke Kabanjahe, namun ternyata hal itu tidak dapat juga mampu menahan arus serangan tentera Jepang tersebut. Berikutnya pada tanggal 24 Maret 1942 Tiga Binanga dan Kuta Buluh Berteng jatuh dan tentera Belanda melarikan diri ke lembah Alas dan sejak saat itu Tanah Karo Jatuh ke tangan Jepang. Kedatangan


(13)

3 tentera Jepang ke daerah ini di bantu oleh anggota Barisan Fuziwara Kikan yang terkenal dengan Barisan tentera “F”, yaitu sejenis pasukan koloni kelimayang

bertugas membantu pasukan tempur Jepang. Pada umumnya anggota barisan Tentera “F” ini ialah anggota Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO), yang sesungguhnya anti pada kolonialis Belanda, tapu dalam taktik dan politik perjuangannya menggunakan azas koperasi.

Sejak balatentera Jepang menguasai seluruh Tanah Karo mereka mengadakan konsolidasi. Pemerintahan pentahbiran Militer Jepang yang di kepalai oleh seorang Gunseibu disusun dan berkedudukan dikota Berastagi. Para pegawai dari zaman Belanda diperintahkan terus bekerja seperti biasa, demikian juga para Raja atau Sibayak tetap memegang pemerintahan di wilayahnya dengan hak dan kedudukan yang diperolehnya dari penjajahan Belanda. Penyerahan

kekuasan kepada Raja-raja ini kurang dapat di terima oleh barisan tentera “F”

yang pada umumnya terdiri dari pemuda-pemuda GERINDO tapi sampai saat itu belum mempermasalahkan.

Tidak lama setelah itu Barisan Tentera “F” di bubarkan, lalu disusul dengan

pembubaran partai-partai politik. Kini tentera Jepang mulai menampakkan belang yang sebenarnya. Kalau pada mulanya partai-partai dibenarkan mengadakan kegiatan, Sang Merah Putih berkibar mendampingi Hinomaru dan Lagu Indonesia Raya bebas berkumandang, maka kini balatentera fascis Jepang memerintahkan untuk membubarkankan partai-partai, melarang dikibarkannya Sang Merah Putih dan dinyanyikan Lagu Indonesia Raya sampai waktu yang tidak ditentukan.


(14)

4 Dalam bidang Ekonomi tindakan penguasa Jepang yang memonopoli semua kebutuhan dan hasil produksi pertanian rakyat menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi kehidupan rakyat. Kedatangan Saudara Tua (istilah yang dipakai oleh Jepang pada waktu itu) yang semula dianggap akan membawa kebahagiaan dan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan, nyatanya melahirkan penderitaan lahir batin yang tiada taranya. Hasil pertanian rakyat dibeli dengan patokan harga yang sangat rendah, barang-barang kebutuhan rakyat hilang dari pasaran dan sebagainya, ini semua mengakibatkan kemelaratan. Karenanya tidaklah heran banyak rakyat petani yang terkena penyakit busung lapar karena padinya telah dirampas, bahkan pakaian sulit untuk ditemukan dan terpaksalah goni dan karet berupa perlak di jadikan pakaian.

Melihat kekejaman-kekejaman yang dibuat oleh pemerintahan militer Jepang, yang berakibat kehidupan rakyat menjadi menderita, hasil-hasil pertaniannya dibeli secara paksa tanpa memikirkan akan kebutuhannya, maka beberapa pemimpin di daerah Karo sangat geram hatinya melihat situasi yang sedang di hadapi oleh rakyatnya. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya berpangku tangan, menonton keadaan, kini bersatu padu, bergerak kembali untuk meakukan perlawanan, menggalang kekuatan melalui suatu wadah yang diberi nama Poesat Ekonomi Rakyat, di singkat POESERA. Bosar Sianipar yang tadinya menjabat Sekretaris Umum merangkap Bendahara POESERA menulis sebagai berikut:

“setelah para pemimpin rakyat melihat dan menilai perilaku Pemerintahan Militer Jepang yang sangat kejam tersebut, maka hal tersebut menimbulkan kegeraman dalam hatinya. Kenyataan pahit ini membuat mereka bangkit bersatu-padu menggerakkan perlawanan. Semua perlawanan, baik dari segi politik,


(15)

5 ekonomi dan budaya di konsolider dengan berbagai taktik, strategi dan organisasi. Sebagian tenaga pemuda diarahkan untuk memasuki Heiho (Tentara Sukarela) dan Gyugun (Pembela Tanah Air) untuk mendapatkan pengalaman dan

pengetahuan militer.”

Dibidang ekonomi harus segera dibina kesadaran rakyat untuk melemahkan perekonomian militer Jepang. Untuk itu pada awal tahun 1943 didirikanlah Poesat Ekonomi Rakyat, disingkat POESERA. Anggaran dasar Kooperasi POESERA dibentuk secara musyawarah disebuah desa terpencil di Tanah Karo, Kampung Limang. Peneyempurnaan Anggaran dasar kemudian di lakukan di kota Kabanjahe.”(Surbakti,1978 : 16).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Peranan POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) Pada Masa

Perang Kemerdekaan di Tanah Karo pada tahun 1943-1945.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Keadaan Ekonomi Tanah Karo pada masa Pemerintahan Militer Jepang.

2. Latar Belakang berdirinya POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) di Tanah

Karo.

3. Peranan POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) pada masa perang

kemerdekaan dan awal-awal kemerdekaan di Tanah Karo. 1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas maka yang menjadi Rumursan Masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Keadaan Ekonomi Tanah Karo pada masa Pemerintahan


(16)

6

2. Bagaimana latar belakang berdirinya POESERA (Poesat Ekonomi

Rakyat) di Tanah Karo?

3. Bagaimana peranan POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat ) pada masa

perang kemerdekaan di Tanah Karo pada Tahun 1943-1945?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumursan Masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keadaan Ekonomi Tanah Karo pada masa

Pemerintahan Militer Jepang.

2. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya POESERA( Poesat Ekonomi

Rakyat) di Tanah Karo.

3. Untuk mengetahui peranan POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) pada

masa perang kemerdekaan di Tanah Karo pada tahun 1943-1945. 1.5 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diharapkan penelitian ini memberi beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti dan pembaca, dapat memahami bagaimana peranan

POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) dalam perang kemerdekaan di Tanah Karo pada tahun 1943-1945.


(17)

7

3. Bagi Masyarakat, sebagai tambahan literatur sehingga dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman mengenai peranan POESERA pada masa perang kemerdekaan di Tanah Karo.

4. Bagi pemerintah, bahan pertimbangan untuk pengajaran sejarah lokal di

sekolah-sekolah.

5. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang memiliki objek yang

sama untuk hasil penelitian yang lebih baik.


(18)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Keadaan Ekonomi Tanah Karo pada masa pemerintahan militer Jepang sangat memprihatinkan. Penguasa Jepang yang memonopoli semua kebutuhan dan hasil produksi pertanian rakyat menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi kehidupan rakyat.. Hasil pertanian rakyat dibeli dengan patokan harga yang sangat rendah, barang-barang kebutuhan rakyat hilang dari pasaran dan sebagainya, ini semua mengakibatkan kemelaratan. Karenanya tidaklah heran banyak rakyat petani yang terkena penyakit busung lapar karena padinya telah dirampas, bahkan pakaian sulit untuk ditemukan dan terpaksalah goni dan karet berupa perlak di jadikan pakaian.

2. Koperasi POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) adalah Organisasi bawah tanah pada zaman Jepang yang pada saat itu inilah Organisasi di Tanah Karo yang tidak memberi keuntungan pada Jepang. Latar Belakang Organisasi tersebut di bentuk akibat dari kekejaman Pemerintahan Militer Jepang yang mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan dan juga tindakan penguasa Jepang yang memonopoli semua kebutuhan dan hasil produksi pertanian rakyat menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi kehidupan rakyat. Untuk itu pada awal tahun 1943 didirikanlah Poesat Ekonomi Rakyat, disingkat POESERA. Anggaran dasar Kooperasi POESERA dibentuk secara musyawarah disebuah desa terpencil di Tanah Karo, Kampung Limang. Peneyempurnaan Anggaran dasar kemudian di lakukan di kota Kabanjahe.


(19)

66 3. Pada pergerakannya Koperasi POESERA bertujuan untuk menyaingi Koperasi buatan Jepang yang memonopoli hasil-hasil pertanian rakyat Tanah karo. Selain itu POESERA juga pernah terlibat dalam aksi propaganda kepada kepada rakyat agar tidak membawa hasil pertaninan ke pekan Kabanjahe, TigaNderket, Tiga Panah, dan Tiga Binanga yang pada saat itu menjadi pusat hasil-hasil pertanian bagi ekonomi militer Jepang. Bahkan beberapa anggota POESERA melakukan pemblokiran jalan masuk ke pekan dan menyuruh mereka membabat pertanian penduduk yang masih tumbuh. Akibat aksi ini para pimpinan POESERA seharusnya di Jatuhi Hukuman mati, namun karena kedekatan pimpinan POESERA dengan Penghulu Kuta Pinang yang mempunyai kedekatan dengan Gunseikanbu di Medan mereka tidak jadi di hukum. Bahkan setelah Proklamasi Kemerdekaan pasukan militer Jepang menyerahkan beberapa paket Senjata kepada pimpinan POESERA yang nantinya sangat dibutuhkan untuk memproklamirkan Proklamasi Kemerdekaan di Medan.

4. Para susunan Kepengurusan dalam Koperasi POESERA bukanlah orang Sembarangan. Kita ambil contoh yakni Rakutta Sembiring Berahmana yang merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perjuangan Tanah Karo Sepanjang masa selain Djamin Gintings dan Selamat Ginting. Rakutta pernah menjabat sebagai Bupati Tanah Karo dan juga Bupati dan Kepala Daerah di beberapa wilayah di Sumatera Utara salah satunya adalah walikota siantar. Mungkin kita dapat menyimpulkan bahwa jiwa kepemimpinan Rakutta Sembiring Berahmana telah terpupuk ketika mendalami Organisasi yang tentunya di awali oleh pergerakan di POESERA ini. Selain Rakutta Sembiring Berahmana,


(20)

67 perjuangan di Karo tidak terlepas dari jasa Selamat Ginting yang juga anggota dari POESERA ini. Pria berjuluk “Kilap Sumagan” ini tak perlu diragukan lagi perjuangannya dalam mempertahankan Tanah Karo dari tangan Penjajah dan sudah tentu banyak di tulis dalam berbagai buku dan artikel mengenai perjuangan Selamat Ginting tersebut. Selain itu Tama Ginting, Nelang Sembiring, Ulung sitepu, Payung Bangun, Matang Sitepu, Keras Surbakti dan yang lainnya adalah anggota-anggota POESERA yang sangat berperan dalam mempertahankan Tanah Karo pada masa Agresi Militer I dan II di Tanah Karo. Tak ayal POESERA-lah yang telah melahirkan dan membina banyak Pejuang-pejuang yang sangat gigih di Tanah Karo yang di kenal sampai saat ini.

5.2. Saran

1. Kepada yang membaca, khususnya masyarakat Karo dan Mahasiswa agar menanamkan kepedulian dan ras ingin tahu tentang apa yang terjadi di Tanah Karo pada masa perjuangan dulu. Hal ini dapat menanamkan sikap Nasionalisme kepada Daerah dan Indonesia tentunya, agar kita dapat menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang mempertahankan Bumi Pertiwi dari rongrongan pihak asing. Selain itu kita juga harus melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada disekitar kita agar ada yang ingin di ceritakan kepada keturunan kita kelak.

2. Kepada Pemerintah dan Para Akademisi agar perlu membangun hubungan yang baik untuk menjaga dan melestarikan peninggalan Sejarah tadi dan tentunya dukungan masyarakat sangat di butuhkan dalam hal ini. Selain itu tugas Pemerintah dan Akademisi adalah untuk menyadarkan kita betapa pentingnya


(21)

68 menghargai jasa para pahlawan dan menanamkan sikap Idealisme kepada Generasi Muda agar tercipta pemimpin-pemimpin masa depan yang idealis dan punya pendirian yang kuat. Karena saat ini di tengah rongrongan pihak asing melalui liberalisasi ekonomi dan menjamurnya korupsi di setiap elemen Pemerintah, kita sangat membutuhkan sosok pemimpin yang berani, tegas, dan idealis yang bisa membawa bangsa ini akan maju untuk kedepannya.


(22)

69 DAFTAR PUSTAKA

Syamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak Surbakti, A.R. 1978. Perang Kemerdekaan di Karo Area. Medan : Ulih Saber. Soekanto, Soerjono. 1969. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers Simanjuntak,B.A. 2009. Pikiran Kritis Untuk Rakyat Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Prints, Darwan. 2012. Adat Karo. Medan : Bina Media Perintis.

Bangun, Payung. 1998. Dari Medan Area Ke Sipirok Area. :Yayasan Merga Silima.

Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Surbakti, A.R. 1979. Perang Kemerdekaan di Karo Area Jilid II. Medan : Yayasan Pro Patria.

DarmoSugito, Pitoyo. 1982. Menjelang Kemerdekaan Indonesia. Jakarta : PT. Gunung Agung.

Nasution, A.H. 1953. Seputar Perang Kemerdekaan Jilid 5. Jakarta : Perdana Nakamura, Takasufa. 1985. Perkembangan Ekonomi Jepang Modern. Singapore.Kementrian Luar Negeri Jepang.

Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Singarimbun, Masri. 1992. GARAMATA Perjuangannya Melawan Penjajah Belanda 1901-1905.Jakarta. Balai Pustaka.


(23)

70 Sitepu, Sempa.1995. SEJARAH-PIJER PODI Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia.Medan. ADIYU

DS. Soegiri. 2003. Demokrasi dan Spektrum Kemerdekaan Indonesia. Jakarta. Hasta Mitra.

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut. Jakarta. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Gintings, Djamin. 1889. Titi Bambu. Medan. Kalangan Sendiri.

Angkasa Edisi Koleksi. 2008. PERANG ASIA TIMUR RAYA Kedigdayaan Dai Nippon. Jakarta. Gramedia

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Tanah Karo Dalam Angka. Berastagi

Limbong, Harianto. 2012. Skripsi “Peranan Barisan Pemuda Indonesia (BPI)

Dalam Pertempuran 25 November 1945 di Berastagi. Medan. Pendidikan Sejarah Unimed.


(1)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Keadaan Ekonomi Tanah Karo pada masa pemerintahan militer Jepang sangat memprihatinkan. Penguasa Jepang yang memonopoli semua kebutuhan dan hasil produksi pertanian rakyat menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi kehidupan rakyat.. Hasil pertanian rakyat dibeli dengan patokan harga yang sangat rendah, barang-barang kebutuhan rakyat hilang dari pasaran dan sebagainya, ini semua mengakibatkan kemelaratan. Karenanya tidaklah heran banyak rakyat petani yang terkena penyakit busung lapar karena padinya telah dirampas, bahkan pakaian sulit untuk ditemukan dan terpaksalah goni dan karet berupa perlak di jadikan pakaian.

2. Koperasi POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) adalah Organisasi bawah tanah pada zaman Jepang yang pada saat itu inilah Organisasi di Tanah Karo yang tidak memberi keuntungan pada Jepang. Latar Belakang Organisasi tersebut di bentuk akibat dari kekejaman Pemerintahan Militer Jepang yang mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan dan juga tindakan penguasa Jepang yang memonopoli semua kebutuhan dan hasil produksi pertanian rakyat menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi kehidupan rakyat. Untuk itu pada awal tahun 1943 didirikanlah Poesat Ekonomi Rakyat, disingkat POESERA. Anggaran dasar Kooperasi POESERA dibentuk secara musyawarah disebuah desa terpencil di Tanah Karo, Kampung Limang. Peneyempurnaan Anggaran dasar kemudian di lakukan di kota Kabanjahe.


(2)

66 3. Pada pergerakannya Koperasi POESERA bertujuan untuk menyaingi Koperasi buatan Jepang yang memonopoli hasil-hasil pertanian rakyat Tanah karo. Selain itu POESERA juga pernah terlibat dalam aksi propaganda kepada kepada rakyat agar tidak membawa hasil pertaninan ke pekan Kabanjahe, TigaNderket, Tiga Panah, dan Tiga Binanga yang pada saat itu menjadi pusat hasil-hasil pertanian bagi ekonomi militer Jepang. Bahkan beberapa anggota POESERA melakukan pemblokiran jalan masuk ke pekan dan menyuruh mereka membabat pertanian penduduk yang masih tumbuh. Akibat aksi ini para pimpinan POESERA seharusnya di Jatuhi Hukuman mati, namun karena kedekatan pimpinan POESERA dengan Penghulu Kuta Pinang yang mempunyai kedekatan dengan Gunseikanbu di Medan mereka tidak jadi di hukum. Bahkan setelah Proklamasi Kemerdekaan pasukan militer Jepang menyerahkan beberapa paket Senjata kepada pimpinan POESERA yang nantinya sangat dibutuhkan untuk memproklamirkan Proklamasi Kemerdekaan di Medan.

4. Para susunan Kepengurusan dalam Koperasi POESERA bukanlah orang Sembarangan. Kita ambil contoh yakni Rakutta Sembiring Berahmana yang merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perjuangan Tanah Karo Sepanjang masa selain Djamin Gintings dan Selamat Ginting. Rakutta pernah menjabat sebagai Bupati Tanah Karo dan juga Bupati dan Kepala Daerah di beberapa wilayah di Sumatera Utara salah satunya adalah walikota siantar. Mungkin kita dapat menyimpulkan bahwa jiwa kepemimpinan Rakutta Sembiring Berahmana telah terpupuk ketika mendalami Organisasi yang tentunya di awali oleh pergerakan di POESERA ini. Selain Rakutta Sembiring Berahmana,


(3)

67 perjuangan di Karo tidak terlepas dari jasa Selamat Ginting yang juga anggota dari POESERA ini. Pria berjuluk “Kilap Sumagan” ini tak perlu diragukan lagi perjuangannya dalam mempertahankan Tanah Karo dari tangan Penjajah dan sudah tentu banyak di tulis dalam berbagai buku dan artikel mengenai perjuangan Selamat Ginting tersebut. Selain itu Tama Ginting, Nelang Sembiring, Ulung sitepu, Payung Bangun, Matang Sitepu, Keras Surbakti dan yang lainnya adalah anggota-anggota POESERA yang sangat berperan dalam mempertahankan Tanah Karo pada masa Agresi Militer I dan II di Tanah Karo. Tak ayal POESERA-lah yang telah melahirkan dan membina banyak Pejuang-pejuang yang sangat gigih di Tanah Karo yang di kenal sampai saat ini.

5.2. Saran

1. Kepada yang membaca, khususnya masyarakat Karo dan Mahasiswa agar menanamkan kepedulian dan ras ingin tahu tentang apa yang terjadi di Tanah Karo pada masa perjuangan dulu. Hal ini dapat menanamkan sikap Nasionalisme kepada Daerah dan Indonesia tentunya, agar kita dapat menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang mempertahankan Bumi Pertiwi dari rongrongan pihak asing. Selain itu kita juga harus melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada disekitar kita agar ada yang ingin di ceritakan kepada keturunan kita kelak.

2. Kepada Pemerintah dan Para Akademisi agar perlu membangun hubungan yang baik untuk menjaga dan melestarikan peninggalan Sejarah tadi dan tentunya dukungan masyarakat sangat di butuhkan dalam hal ini. Selain itu tugas Pemerintah dan Akademisi adalah untuk menyadarkan kita betapa pentingnya


(4)

68 menghargai jasa para pahlawan dan menanamkan sikap Idealisme kepada Generasi Muda agar tercipta pemimpin-pemimpin masa depan yang idealis dan punya pendirian yang kuat. Karena saat ini di tengah rongrongan pihak asing melalui liberalisasi ekonomi dan menjamurnya korupsi di setiap elemen Pemerintah, kita sangat membutuhkan sosok pemimpin yang berani, tegas, dan idealis yang bisa membawa bangsa ini akan maju untuk kedepannya.


(5)

69 DAFTAR PUSTAKA

Syamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak Surbakti, A.R. 1978. Perang Kemerdekaan di Karo Area. Medan : Ulih Saber. Soekanto, Soerjono. 1969. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers Simanjuntak,B.A. 2009. Pikiran Kritis Untuk Rakyat Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Prints, Darwan. 2012. Adat Karo. Medan : Bina Media Perintis.

Bangun, Payung. 1998. Dari Medan Area Ke Sipirok Area. :Yayasan Merga Silima.

Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Surbakti, A.R. 1979. Perang Kemerdekaan di Karo Area Jilid II. Medan : Yayasan Pro Patria.

DarmoSugito, Pitoyo. 1982. Menjelang Kemerdekaan Indonesia. Jakarta : PT. Gunung Agung.

Nasution, A.H. 1953. Seputar Perang Kemerdekaan Jilid 5. Jakarta : Perdana Nakamura, Takasufa. 1985. Perkembangan Ekonomi Jepang Modern. Singapore.Kementrian Luar Negeri Jepang.

Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Singarimbun, Masri. 1992. GARAMATA Perjuangannya Melawan Penjajah Belanda 1901-1905.Jakarta. Balai Pustaka.


(6)

70 Sitepu, Sempa.1995. SEJARAH-PIJER PODI Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia.Medan. ADIYU

DS. Soegiri. 2003. Demokrasi dan Spektrum Kemerdekaan Indonesia. Jakarta. Hasta Mitra.

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut. Jakarta. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Gintings, Djamin. 1889. Titi Bambu. Medan. Kalangan Sendiri.

Angkasa Edisi Koleksi. 2008. PERANG ASIA TIMUR RAYA Kedigdayaan Dai Nippon. Jakarta. Gramedia

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Tanah Karo Dalam Angka. Berastagi

Limbong, Harianto. 2012. Skripsi “Peranan Barisan Pemuda Indonesia (BPI) Dalam Pertempuran 25 November 1945 di Berastagi. Medan. Pendidikan Sejarah Unimed.