PERANG MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DIKEBUMEN TAHUN 1945-1950

PERANG MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DIKEBUMEN TAHUN 1945-1950 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh: FUAD YOGO HARDYANTO

NIM. C0502016

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERANG MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI KEBUMEN TAHUN 1945-1950

Disusun oleh: FUAD YOGO HARDYANTO

NIM. C0502016

Telah Disetujui oleh Pembimbing :

Pembimbing

Drs. Tunjung Wahadi Sutirto, M.Si. NIP.19611225 198703 1003

Mengetahui: Ketua Jurusan Sejarah

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP. 19540223 198601 2001

PERANG MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI KEBUMEN TAHUN 1945-1950

Disusun oleh:

FUAD YOGO HARDYANTO C0502016

Telah Disetujui Oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Tanggal

Tanda Tangan

Ketua

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP. 19540223 198601 2001

Sekretaris

Dra Sawitri Pri Prabawati, M.Pd NIP. 19580601 198601 2001

Penguji I

Drs. Tunjung Wahadi Sutirto, M.Si. NIP. 19611225 198703 1003

Penguji II

Drs. Supariadi, M.Hum NIP. 19620714 198903 1002

Dekan, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. SUDARNO, M.A. NIP. 19530314 198506 1001

PERNYATAAN

Nama : FUAD YOGO HARDYANTO NIM : C 0502016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Perang Mempertahankan Kemerdekaan di Kebumen Tahun 1945-1950 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Februri 2010 Yang membuat pernyataan,

Fuad Yogo Hardyanto

MOTTO : HISTORIA VITAE MAGISTRA

Pasrah marang Hyang Widi iku ora ateges ora gelem nyabut gawe, nanging percaya yen Hyang Widi iku Maha Kuwasa. Dene kasil orane apa kang kita tuju

kuwi saka karsaning Hyang Widi. ( Joyo Boyo)

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini penyusun persembahkan kepada: · Ayah, ibu dan adiku tercinta

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas berkah, rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perang Mempertahankan Kemerdekaan di Kebumen Tahun 1945-1950”. Skripsi ini penulis ajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sejarah pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun berkat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus- tulusnya kepada:

1. Drs. Sudarno, MA. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Tunjung W Sutirto, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang dengan tekun, teliti dan sabar telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalani studi di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis kuliah.

6. Para informan yang telah membantu memberikan informasi yang sangat berharga sebagai bahan penulisan skripsi

7. Bapak, ibu dan adikku yang tidak kenal lelah memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Adekku yang telah banyak memberi semangat untuk terus berjuang.

9. Keluarga besar mahasiswa Ilmu Sejarah FSSR UNS khususnya teman-teman angkatan 2002.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang dengan segala

upaya dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan sekripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan jika ada kesalahan dan kekurangan dalam tulisan ini penulis mohon maaf sebesar-besarya.

Surakarta, Februari 2010

Penulis

DAFTAR PETA

Halaman

Peta.1. Peta wilayah Karanggayam ...................................................................... 42 Peta.2. Peta Pertempuran dan tugu peringatan Sidobunder ................................. 50

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Kebumen................................................................................... 78 Lampiran 2. Peta Agresi Militer I Belanda Di Jawa Tengah................................ 79 Lampiran 3. Peta Agresi Militer II Belanda Di Jawa Tengah............................... 80 Lampiran 4. Daftar pelanggaran Renville............................................................. 81 Lampiran 5. Instruksi No. 1 /MBKD/ 1949.......................................................... 87 Lampiran 6. Instruksi No. 11/MBKD/1949.......................................................... 97 Lampiran 7. Undang-Undang No. 30 Tahun 1948............................................. 100

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

AOI : Angkatan Oemat Islam AM

: Angkatan Muda AMGRI

: Angkatan Muda Guru Republik Indonesia API

: Angkatan Pemuda Indonesia APRI

: Angkatan Perang Republik Indonesia BBI

: Barisan Buruh Indonesia Bengkok

: Tanah desa yang dipinjamkan kepada perangkat desa sebagai pengganti gaji BKR

: Badan Keamanan Rakyat BPKKP

: Badan Pembantu Keluarga Korban Perjuangan BPR

: Badan Perwakilan Rakyat BPRI

: Barisan Pemberontak Indonesia BPRK

: Badan Perwakilan Rakyat Kabupaten BTI

: Barisan Tani Indonesia Defensif

: Bersikap betahan Djanggolan : Semacam upeti yang dibayarkan penduduk kepada kepala desa atas hasil panen. Heiho

: Pasukan pembantu Jepang Keibodan

: Korps Kewaspadaan Jepang yang berusia 25-30 tahun KDM

: Komando Distrik Militer KMB

: Konfrensi Meja Bundar KMD

: Komando Militer Daerah KNI

: Komite Nasional Indonesia KTN

: Komisi Tiga Negara MBKD

: Markas Besar Komando Djawa NICA

: Netherlands Indies Civils Affairs ODM

: Onder Distrik Militer Ofensif

: Bersifat menyerang Onderan

: Kecamatan

ORI : Oeang Republik Indonesia Palagara

: Peraturan desa PAT

: Pao An Tui (pasukan kepolisian belanda yang terdiri dari orang- orang cina) PBAP

: Panglima Besar Angkatan Perang PBB

: Persatuan Bangsa-Bangsa PERPIS

: Perstuan Pelajar Indonesia Sulawesi Pesindo

: Pemuda Sosialis Indonesia PETA

: Pembela Tanah Air PHB

: Pemberantasan Buta Huruf PKI

: Partai Komunis Indonesia PMKT

: Pemerintahan Militer Kecamatan PMO

: Pemerintahan Militer Onderan PPRDK

: Panitia Pembelaan Rakyat Daerah Kabupaten/Panitia Pembelaan Rakyat Kabupaten Kebumen PTTD

: Panglima Tentara dan Teritorium Djawa Propagandis : Orang yang pekerjaannya melakukan propaganda Romusha

: Tenaga kerja paksa pada masa penjajahan Jepang

SATRIA : Sarekat Tani Republik Indonesia SEAC

: South East Asia Command Seinendan

: Korps pemuda militer Jepang yang berusia 14-25 tahun STC : Sub territorium Comando

STP : Sekolah Tehnik Pertama Sudanco

: Komandan kompi SWPA

: South West Pasiffic Area TKR

: Tentara Keamanan Rakyat TNI

: Tentara Nasional Indonesia TP

: Tentara Pelajar UNCI

: United Nations Commision for Indonesia.

ABSTRAK

Fuad Yogo Hardyanto. C0502016. Perang Mempertahankan Kemerdekaan di Kebumen Tahun 1945-1950. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarata.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana latar belakang perjuangan rakyat kebumen yang tergabung dalam laskar dan badan-badan perjuangan rakyat dalam melucuti sisa pasukan Jepang? (2) Peristiwa apa saja yang mewarnai perjuangan rakyat Kebumen dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik indonesia? (3) Bagaimana sistem rekruitmen, logistik dan strategi perang masyarakat Kebumen dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan:Pertama, Heuristik, yaitu tahap pengumpulan sumber dokumen; kedua, kritik sumber/kritik sejarah, adalah menilai atau mengkritik sumber itu, baik itu ekstern maupun intern; ketiga, interpretasi, yaitu penafsiran sumber yang dapat dipercaya; keempat, historiografi, adalah penulisan sejarah sebagai suatu kisah

Hasil penelitian menggambarkan bahwa Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, mendorong Angkatan Muda Kebumen menjadi pelopor dalam menggerakan roda pemerintahan dan pelucutan senjata milik Jepang. Gerakan ini menjadi suatu model perjuangan yang dilakukan pada masa itu. Ditengah peran Angkatan Muda Kebumen yang begitu dominan maka di Kebumen banyak tumbuh dan berkembang laskar-laskar dan badan perjuangan sebagai respon jaman revolusi. Laskar-laskar dan badan perjuangan yang sangat menojol antara lain Angkatan Muda Kebumen, Komite Nasional Indonesia (KNI) dan Angkatan Oemat Islam (AOI). Laskar-laskar dan badan perjuangan ini menjadi pejuang garis depan menahan laju serangan tentara Belanda.

Agresi militer Belanda 1 dihadapi oleh masyarakat Kebumen dengan membentuk berbagai badan pertahanan rakyat seperti Panitia Pembelaan Rakyat Kabupaten Kebumen (PPRDK). Pada masa agresi militer Belanda I terjadi beberapa peristiwa pertempuran seperti pertempuran Karanggayam, Pertempuran Sidobunder dan peristiwa Kanonade desa Candi. Sedangkan pada agresi militer Belanda II pemerintah Kabupaten Kebumen mengikuti instruksi yang dikeluarkan oleh Markas Besar Komando Djawa. Instruksi perang gerilya dilakukan di Kebumen dengan melibatkan masyarakat sebagai pager desa. Selain itu juga diadakan pusat-pusat logistik di Kebumen berupa dapur-dapur umum. Lokasi dapur umum antara lain berada di Buayan, Ayah, Rowokele, Gombong dan Sempor. Peran logistik dikebumen sangat besar bagi perjuangan kemerekaan di Kebumen. Dukungan logistik yang mengalir biasanya berasal dari daerah-daerah yang berada dekat dengan medan pertempuran. Dengan adanya dukungan logistik ini maka moral prajurit dapat terjaga untuk selalu berjuang digaris depan.

ABSTRACT

Fuad Yogo Hardyanto. C0502016. The Battle of Defending Independence in Kebumen During 1945-1950 Period . Thesis: History Department of Letters and Fine Arts Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.

The problems of research are (1) What was the background of Kebumen’s people struggle integrated in the people struggle troops and bodies in striping the rest of Japanese soldier? (2) What event did color the Kebumen people’s struggle of defending Indonesian Republic’s independence? (3) How was the recruitment, logistic and battle strategy of Kebumen people in the battle of defending independence. The method employed in this research was historical method with the following steps: Firstly, heuristic, that is, the collection of document source; secondly, source criticism/history criticism, that is to asses or to critique the source, either internally or externally; thirdly, interpretation, that is, to interpret the reliable source; fourthly, historiography, that is, the history writing as a story.

The result of research represents that Indonesian Republic’s Independence Proclamation on August 17, 1945, encouraged the Kebumen Youth to become the pioneer in motivating the government wheel and Japanese arms striping. This movement becomes a model of struggle done at that time. Amid the dominant role of Kebumen Youth there grows and develops the struggle troops and bodies as the response to revolution age. The most prominent struggle troops and bodies include: Kebumen Youth (Angkatan Muda Kebumen), Indonesian National Committee (KNI) and Islamic Community Force (AOI). It was this struggle troops and bodies that became the frontline struggler in resisting the Dutch soldier’s attack.

The first Dutch military aggression was faced by Kebumen people by establishing such people defense bodies as People Defense Committee of Regency Kebumen (PPRDK). In the first Dutch military aggression time many battle events occurred including Karanggayam, Sidobunder battles and Kanodade event in village Candi. Meanwhile during the second Dutch military aggression, the Regency Kebumen’s government followed instruction issued by the Java Command Headquarter. The instruction of guerrilla battle was done in Kebumen by involving the people as the village fence. In addition, the logistic centers were also built in Kebumin in the form of public kitchens. The locations of public kitchen included Buayan, Ayah, Rowokele, Gombong and Sempor. The role of logistic in Kebumen is very important for the independence struggle in Kebumen. The logistic support usually derived from the areas adjacent to the battle arena. With the logistic support, the soldiers’ morale was maintained to keep struggling in the frontline.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemerdekaan negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat disebut sebagai titik puncak dari upaya dan perjuangan rakyat Indonesia untuk terlepas dari belenggu penjajahan. Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun dan kemudian dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun. Setelah mengalami masa penjajahan yang demikian lama, dan dengan perjuangan yang demikian berat baik secara fisik maupun nonfisik, akhirnya tercapai juga kemerdekaan Indonesia sebagai sebuah negara yang berdaulat atas wilayah dan rakyatnya. Kemerdekaan yang dicapai tersebut seharusnya menjadi sebuah langkah awal dalam pembentukan jati diri sebagai sebuah bangsa yang merdeka, berdaulat, dan bebas menentukan nasib serta pemerintahannya sendiri.

Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia ternyata masih menjadi masa yang cukup berat bagi rakyat Indonesia. Indonesia sebagai sebuah negara yang baru saja merdeka rupanya masih menjadi incaran negara imperialis yang masih menginginkan untuk kembali menjajah Indonesia. Indonesia dituntut untuk mampu mempertahankan kemerdekaan yang telah diperolehnya dari rongrongan pihak penjajah yang mencoba kembali untuk menguasai wilayah negara ini.

Periode dimana rakyat Indonesia harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan negara ini dikenal sebgai periode revolusi. Periode revolusi ini berjalan selama 5 tahun yaitu terhitung sejak tahun 1945-1950. Periode revolusi ini ditandai dengan perlawanan fisik seluruh rakyat Indonesia dengan ciri dan Periode dimana rakyat Indonesia harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan negara ini dikenal sebgai periode revolusi. Periode revolusi ini berjalan selama 5 tahun yaitu terhitung sejak tahun 1945-1950. Periode revolusi ini ditandai dengan perlawanan fisik seluruh rakyat Indonesia dengan ciri dan

demokrasi, hak asasi, anti imperialisme, dan heroisme. 1 Nilai-nilai revolusi yang muncul mampu menimbulkan perubahan-perubahan baik sosial, politik, dan

ekonomi secara cepat dan drastis sehingga mendorong perubahan untuk membebaskan diri dari segala bentuk imperialisme dan kolonialisme. 2 Muncul

gerakan perjuangan rakyat melawan kolonialisme dan imperialisme terhadap negara penjajah seperti Jepang dan Belanda. Gerakan perjuangan rakyat ini muncul dalam waktu yang hampir bersamaan dan menyebar di seluruh wilayah tanah air.

Perjuangan rakyat di daerah-daerah di masa revolusi dihadapkan pada dua kekuatan, yaitu sisa pasukan Jepang yang telah kalah perang sejak 15 Agustus 1945 dan dengan pasukan Belanda yang kembali datang ke Indonesia dengan strategi menumpang pada pasukan sekutu yang datang untuk melucuti senjata pasukan militer Jepang. Barisan militer Belanda yang datang kembali ke Indonesia ini adalah pasukan NICA (Netherlands Indies Civils Affairs). Pada awalnya tujuan kedatangan NICA adalah untuk melucuti dan memulangkan pasukan militer Jepang, namun pada akhirnya diketahui bahwa dalam tubuh NICA terdapat kekuatan tentara yang dipersenjatai lengkap sehingga bukan lagi bersikap defensif melainkan bersifat ofensif dan ini adalah hal yang menyimpang

1 Suyatno Kartodirdjo dalam Alfian (Ed), 1977, Segi-segi Sosial budaya Masyarakat Aceh , Jakarta: PT. Gramedia, hal. 59.

2 Ibid, hal. 48.

dari tujuan awal didatangkannya pasukan ini. Penyimpangan terhadap tujuan awal NICA ini terbukti dengan dilancarkannya serangan atau agresi militer Belanda I dan II yang dilakukan atas dalih aksi polisionel. Atas aksinya dalam agresi militer

I dan II, pihak Belanda mendapat perlawanan yang sangat gigih dari rakyat Indonesia. Sejarah mencatat bahwa perlawanan rakyat penguasaan sepihak oleh Belanda terjadi di banyak tempat. Yogyakarta yang saat itu merupakan ibukota negara juga tak luput dari incaran Belanda dan juga beberapa kota di Jawa Tengah. Pasukan Belanda dengan cepat berhasil menguasai daerah-daerah di Jawa Tengah misalnya Semarang, Salatiga, Sala, dan Magelang, di kota-kota tersebut

juga muncul perlawanan rakyat yang cukup masif. 3 Perlawanan rakyat terhadap pasukan militer Jepang adalah karena

pasukan Jepang ini bermaksud untuk mempertahankan status quo di daerah bekas pendudukan atas perintah dari sekutu. Alasan inilah yang akhirnya memunculkan perlawanan rakyat yang bertujuan untuk merebut perlengkapan senjata dari pihak Jepang. Perlawanan-perlawanan rakyat ini muncul di banyak daerah misalnya

Semarang, Yogyakarta, Klaten, dan Blitar. 4 Paska proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, di kabupaten

Kebumen muncul kelompok-kelompok laskar rakyat. Munculnya kelompok- kelompok laskar rakyat ini adalah sebagai antisipasi terhadap kemungkinan kembalinya penjajah asing menguasai lagi negara Indonesia. Kelompok-kelompok

3 A.H. Nasution, 1976, Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid V, Bandung: Dinas Sejarah Militer, Hal. 137.

4 Nugroho Notosusanto, 1979, Tentara PETA pada Jaman Jepang di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, hal. 129.

laskar rakyat itu antara lain: Kelompok Angkatan Muda, AOI (Angkatan Oemat Islam), AMGRI (Angkatan Muda Guru Republik Indonesia), Barisan Banteng, KNI (Komite Nasional Indonesia). Organisasi dan badan-badan kelaskaran inilah yang muncul di Kebumen paska proklamasi kemerdekaan RI. Dalam masa pelucutan senjata Jepang ini, kelompok laskar rakyat tersebut saling bahu membahu melucuti senjata dan mengambil alih asset-aset yang dimiliki oleh tentara Jepang.

Munculannya kelompok-kelompok laskar rakyat, di daerah Kebumen juga disertai terjadinya peristiwa peristiwa-peristiwa heroik dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain:

1. Pertempuran Karanggayam Peristiwa ini terjadi pada 19 Agustus 1947 diawali oleh penyerbuan pasukan Belanda terhadap Batalyon 62 yang bermarkas di daerah Kajoran, Karanggayam, Kebumen. Laskar rakyat dan tentara berjuang bersama untuk menghadapi pasukan Belanda yang datang dan melakukan serangan. Bukti adanya peristiwa ini dan juga sebagai penghargaan terhadap mereka yang gugur dalam peristiwa ini adalah didirikannya monumen Purangga (Monumen Pertempuran

Karanggayam). 5

2. Peristiwa Sidobunder Pertempuran Sidobunder terjadi pada 2 September 1947, pertempuran ini terjadi di desa Sidobunder, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen ini menelan tidak kurang dari 36 orang korban jiwa. Selain melibatkan tentara dan laskar

5 H.R. Soenarto, 1998, Kisah Beberapa Pertempuran dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Daerah Kebumen. Makalah Seminar , Kebumen, hal. 10

Rakyat, peristiwa Sidobunder juga melibatkan kelompok tentara pelajar yang didatangkan dari wilayah lain yaitu Yogya, Semarang, Solo dan Sulawesi.

3. Peristiwa Kanonade Peristiwa Kanonade juga dikenal sebagai peristiwa Candi yang terjadi di desa Candi, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen. dalam Agresi militer

I atau yang juga dikenal sebagai Clash I, pasukan Belanda membumihanguskan desa Candi dengan menggunakan senjata kanon pada tanggal 19 Oktober 1947. 6

Peristiwa ini menelan korban sejumlah 786 orang dimana mayoritas korban adalah warga sipil. Banyaknya korban dari warga sipil diakibatkan karena serangan kanon ini dilakukan di area sipil yakni di pasar desa.

Perjuangan rakyat Kebumen dalam mempertahankan kemerdekaan melalui perlawanan bersenjata merupakan topik yang menarik untuk ditulis karena daerah Kebumen merupakan garis terdepan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Penetapan Kebumen sebagai daerah garis depan pertempuran dapat dilihat dalam perjanjian perjanjian Linggar Jati dan Renville dimana Kebumen ditetapkan sebagai daerah batas antara wilayah Belanda dan Republik Indonesia. Daerah Kebumen juga dijadikan kantong bagi hijrahnya tentara Republik yang berasal dari wilayah Jawa Barat, sehingga daerah Kebumen ini menjadi tempat yang sangt strategis bagi kekuasaan Republik dalam menghadang mobilitas pasukan Belanda untuk menguasai Jogjakarta.

Tema penulisan sejarah militer terutama perang kemerdekaan dalam wilayah lokal diharapkan dapat menungkapkan peran-peran penting masyarakat

6 Ondo Supriyanto.blogspot.com/peristiwa kanonade.

dalam mempertahankan kemerdekaan. Dalam penulisan juga diharapkan adanya sebuah pengungkapan peran dari masyarakat lokal dalam mendukung sebuah rencana besar dari sebuah sistem kenegaraan yang baru di dalam mempertahankan kemerdekaannya.

B. Perumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah perang mempertahankan kemerdekaan di Kebumen tahun 1945-1950, sedangkan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana latar belakang perjuangan rakyat Kebumen yang tergabung dalam laskar dan badan-badan perjuangan rakyat dalam melucuti sisa-sisa pasukan Jepang?

2. Peristiwa apa saja yang mewarnai perjuangan rakyat Kebumen dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia?

3. Bagaimana sistem rekruitmen, logistik, dan strategi perang masyarakat Kebumen dalam perang mempertahankan kemerdekaan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan sejauh mana perjuangan laskar-laskar dan badan-badan perjuangan rakyat dalam melucuti sisa-sisa pasukan Jepang di Kebumen antara tahun 1945-1950.

2. Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kabupaten Kebumen dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

3. Mendeskripsikan sistem rekruitmen, logistik dan strategi perang masyarakat Kebumen dalam perang mempertahankan Kemerdekaan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat akademik: bagi setiap pembaca karya ini dapat menjadi salah satu acuan literatur sejarah perang kemerdekaan sehingga dapat menjadi pandangan akademik bagi peneliti lain yang fokus terhadap persoalan perang kemerdekaan yang terjadi di Kebumen.

2. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pengembangan studi praktis sejarah khususnya mengenai sejarah militer di wilayah Kebumen.

E. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian Pengambilan lokasi penelitian di Kabupaten Kebumen disebabkan karena masih terbatasnya literatur dan tulisan yang membahas tentang perang kemerdekaan di wilayah tersebut. Perang kemerdekaan yang terjadi di Kebumen juga merupakan salah satu peristiwa yang turut berperan dalam terjaganya kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Perang kemerdekaan di Kebumen juga melibatkan dan mengorbankan banyak pejuang yang berasal dari daerah lain misalnya Solo,Yogyakarta dan Sulawesi.

2. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan:

Pertama adalah Heuristik, yaitu tahap pengumpulan sumber dokumen; kedua, kritik sumber/kritik sejarah, adalah menilai atau mengkritik sumber itu, baik itu ekstern maupun intern; ketiga, interpretasi, yaitu penafsiran sumber yang dapat dipercaya; keempat, historiografi, adalah penulisan sejarah sebagai suatu

kisah. 7

3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Data atau informasi yang penting dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Informasi tersebut digali dari berbagai sumber data. Adapun jenis sumber data yang akan digunakan adalah:

a. Studi dokumen Dalam suatu penelitian sejarah penggunaan dokumen adalah penting.

Dokumen merupakan bahan utama dalam suatu penelitian sejarah. 8 Bahan dokumen yang ada di Indonesia dapat dibagi atas beberapa macam, yaitu:

otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memoar, surat kabar, dokumen pemerintah, dan cerita roman atau cerita rakyat. 9 Dalam penelitian ini

dokumen yang dipakai adalah: arsip delegasi Indonesia yang menjelaskan secara rinci berbagai peristiwa pelanggaran-pelangaran yang dilakukan oleh pemerintah kolonial terhadap perjanjian Renville, instruksi No. 11/MBKD/1948 tentang

7 Louis Gottschalk dalam Nugroho Notosusanto (terj), 1975, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press, hal. 34.

8 Ibid, hal. 45.

9 Ibid, hal. 48.

Intruksi Pasukan Gerilya Desa, Instruksi MBKD No.1 /MBKD/1948 Instruksi Bekerja Pemerintah Militer Seluruh Jawa tahun 1948 tentang Pemberian Kekuasaan Penuh Kepada Presiden Dalam Kondisi Bahaya, Memoar tentang pembentukan dan visi perjuangan Kesatuan Rakyat Kabumen, buku atau catatan harian pelaku perjuangan rakyat Kebumen, surat kabar, dokumen yang diterbitkan oleh bagian penerangan kabupaten Kebumen tentang perjuangan dan pembangunan di Kebumen tahun 1945-1953.

Dokumen-dokumen tersebut berfungsi menyajikan data untuk menguji dan memberi gambaran kepada teori, sehingga akan memberi fakta untuk memperoleh pengertian historis tentang fenomena yang unik. Studi dokumen ini dilangsungkan untuk mendapatkan data atau informasi yang telah ditulis baik berupa catatan atau laporan dari instansi pemerintah ataupun dari pihak lain.

b. Wawancara Penggunaan metode wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara lisan yang berfungsi sebagai pendukung data dokumenter. Metode ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data secara langsung dari informan. Adapun pelaksanaan wawancara dalam penelitian ini

digunakan teknik wawancara berstuktur dan tidak berstruktur. 10 Teknik wawancara berstruktur berarti peneliti melakukan suatu wawancara dengan

mempunyai suatu aturan yang ketat yang harus dipenuhi dan ditaati, sedangkan wawancara tidak berstruktur ini berarti tidak mempunyai suatu daftar pertanyaan

10 Koentjaraningrat, 1983, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, hal.133.

dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Namun dalam penelitian ini telah disiapkan suatu pedoman wawancara yang bersifat terfokus agar dapat mengarahkan penelitian sesuai dengan perumusan masalahnya. Yang dipilih sebagai informan adalah orang- orang yang dianggap tahu mengenai masalah yang akan diteliti. Informan ini meliputi orang-orang yang pernah terlibat secara langsung dalam peristiwa perang kemerdekaan yang terjadi di Kebumen. Informan kunci dalam penelitian ini adalah H.R. Sunarto (82) ketua Legiun Veteran Cabang Kebumen, K.H. Munji Masturo (83) mantan angota Tentara Pelajar, Suparman (81) Anggota Legiun Veteran Cabang Kebumen, Disan Hadi Suwito (81) Anggota DHC 45, Sumrah (80) Anggota DHC 45 Kebumen.

4. Tehnik Analisis Data Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan

oleh data. Sehingga rumusan hipotesis kerja tersebut dapat berguna. 11 Tahapan setelah data-data terkumpul, kritik sumber. Setelah data dianggap

valid maka peneliti selanjutnya mengadakan interpretasi dan penafsiran yang kemudian dianalisa secara kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.

11 Lexy. J. Moleong, 1988, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: P.T. PPL PTK, hal. 29.

F. Kajian Pustaka

Buku pertama yang menjadi kajian pustaka sebagai pendukung dalam penelitian ini adalah karya Anton E. Lucas yang berjudul One Soul One Strugle, Peristiwa Tiga Daerah, 1989. Anton E. Lucas dalam bukunya ini menguraikan dan menganalisa peristiwa yang terjadi di tiga daerah yaitu Tegal, Brebes dan Pemalang dengan melihat latar belakang sosial ekonomi, masa pendudukan Jepang, kegiatan perlawanan bawah tanah, perjuangan kemerdekaan, pecahnya revolusi dan diahiri pembahasan aktifitas golongan politik dalam mengimbangi situasi revolusioner yang sedang memuncak. Buku ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penulisan perjuangan masyarakat kebumen khususnya tentang perlawanan dan pelucutan senjata terhadap tentara jepang serta perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari tangan Belanda yang mencoba menguasai kembali Indonesia setelah Merdeka.

Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, Peranan Pelajar Dalam Perang Kemerdekaan,1985. 12 mengungkapkan tentang keterlibatan tentara pelajar dalam

perjuangan fisik kemerdekaan republik Indonesia. Buku ini mengungungkapkan secara keseluruhan perjuangan tentara pelajar di seluruh Indonesia antara lain: TRIP Jawa Timur, TP Jawa Tengah, TP Jawa Barat, TP Yogyakarta, TP Sumatera, TP Kalimantan, TP Sulawesi, dan TP di luar brigade XVII. Pembahasan buku ini tidak mendetail, namun bisa menjadi hal yang penting dalam membandingkan perjuangan tentara pelajar di berbagai daerah. Dalam

12 Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1985, Peranan Pelajar Dalam Perang Kemerdekaan, Jakarta: Pusat Sejarah ABRI.

revolusi fisik di Kebumen, tentara pelajar juga terlibat sebagai salah satu komponen pelaku perjuangan terutama tentara pelajar dari Yogyakarta dan Jawa Tengah. Buku ini digunakan sebagai bahan komparasi dalam melihat pola dan bentuk keterlibatan tentara pelajar dalam perjuangan fisik di daerah Kebumen.

A.H. Nasution, Pokok-pokok Gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa Lalu dan Masa yang Akan Datang , 1980. Buku ini membahas tentang berbagai strategi dan taktik dalam dalam suatu pertempuran, selain itu dalam buku ini juga membandingkan strategi dan taktik perang dari negara lain. Dari buku ini kita dapat mengerti lebih rinci tentang taktik perang, salah satunya adalah perang gerilya yang banyak dipakai sebagai strategi selama masa perjuangan fisik. Relevansinya dengan studi tentang perjuangan kemerdekaan di Kebumen, buku ini dapat menjadi bahan acuan jenis strategi perang atau pertempuran yang dilakukan oleh pejuang rakyat selama masa perang fisik di daerah tersebut.

Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948, Jendral Spoor versus Jendral Sudirman , 2006. Membahas tentang perjuangan bangsa Indonesia sejak menyerahnya jepang kepada Sekutu, proklamasi kemerdekaan sampai dengan masa ahir perjuangan melawan belanda. Dalam buku ini dibahas setrategi perang antara belanda dan Indonesia, beberapa perundingan antara pemerintah Indonesia dengan belanda,perlawanan rakyat atas pendudukan Belanda dalam pertempuran dengan lebih fokus sekitar peristiwa agresi militer I dan II. Karena minimnya referensi tentang perjuangan rakyat di daerah Kebumen, maka buku ini dapat Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948, Jendral Spoor versus Jendral Sudirman , 2006. Membahas tentang perjuangan bangsa Indonesia sejak menyerahnya jepang kepada Sekutu, proklamasi kemerdekaan sampai dengan masa ahir perjuangan melawan belanda. Dalam buku ini dibahas setrategi perang antara belanda dan Indonesia, beberapa perundingan antara pemerintah Indonesia dengan belanda,perlawanan rakyat atas pendudukan Belanda dalam pertempuran dengan lebih fokus sekitar peristiwa agresi militer I dan II. Karena minimnya referensi tentang perjuangan rakyat di daerah Kebumen, maka buku ini dapat

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, serta analisa data dan terakhir adalah sistematika penulisan.

Bab II membahas respon masyarakat Kebumen mengenai berita kemerdekaan Republik Indonesia, pembentukan laskar-laskar dan badan-badan rakyat, peristiwa pelucutan senjata tentara Jepang.

Bab III menjelaskan mengenai berbagai peristiwa perang mempertahankan kemerdekaan di Kebumen yang dilakukan oleh angkatan perang Republik Indonesia serta laskar-laskar rakyat melawan penjajahan Belanda.

Bab IV mengupas mengenai sistem kelembagaan angkatan perang Republik Indonesia dan laskar-laskar rakyat di Kebumen, termasuk di dalamnya adalah sistem rekruitmen anggota, sistem persenjataan, logistik serta strategi perang.

Bab V merupakan kesimpulan yang penulis dapatkan dari pembahasan bab-bab di atas.

BAB II KEBUMEN PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN TAHUN 1945

A. Proklamasi Kemerdekaan di Kebumen Tahun 1945

Perjuangan rakyat Kebumen pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia berjalan tidak secara spontan tetapi telah dimulai sejak Jepang masih berkuasa di Indonesia. Perjuangan ini dilakukan oleh angkatan muda Kebumen dengan melakukan gerakan bawah tanah. Pada bulan Maret 1944, Sri Darmadji seorang pegawai kantor pos Bandung dipindahkan ke Kebumen, selain sebagai pegawai kantor pos ia juga anggota Angkatan Pemuda Indonesia (API) pusat yang telah mendapatkan mandat dari ketua API pusat, Erwin Suratman agar menjadi pelopor gerakan bawah tanah di Kebumen untuk menggulingkan pemerintahan Jepang. Gerakan bawah tanah ini dibantu juga oleh Alip Prawirohardjo, Sudjangi

dan Mariman. 13 Sri Darmadji selain dibantu tokoh-tokoh gerakan bawah tanah diatas juga dibantu oleh Wasilan yang mendukung dan merencanakan gerakan

bawah tanah ini. Kedua tokoh ini bergerak mencari kawan-kawan yang dapat diajak melaksanakan perjuangan gerakan bawah tanah dengan sangat hati-hati, hal ini dikarenakan mata-mata Jepang selalu bergerak memantau segala aktivitas masyarakat yang mencurigakan. Mereka akhirnya menemukan seorang kawan lagi yang bernama Sumarsono seorang Kepala Koperasi di Kebumen dalam menjalankan gerakan bawah tanahnya. Sumarsono selain bergerak mencari pengikut, juga sebagai penyokong dana bagi gerakan bawah tanah rakyat

Kebumen melawan kekuasaan Jepang. 14

13 Kebumen Berdjuang, (Panitya Peringatan 17 Agustus 1953 Kabupaten Kebumen: Bagian Penerangan), 1953, hal. 17.

14 Ibid.

Gerakan bawah tanah ini juga diketahui oleh Bupati Kebumen, Prawoto Sudibjo. Bupati Prawoto Sudibjo mendukung serta melindungi gerakan bawah tanah rakyat Kebumen. Hasil dari gerakan bawah tanah ini berupa memperkecil setoran padi rakyat kepada pemerintah Jepang melalui Kepala Pemasukan Padi yang dipimpin oleh Sumarsono dengan persetujuan Bupati Prawoto Sudibjo. Selain memperkecil setoran padi rakyat kepada pemerintah Jepang, hasil dari gerakan bawah tanah ini juga memperkecil pemberangkatan rakyat untuk diberangkatkan bekerja sebagai romusha.

Gerakan bawah tanah ini mendapatkan tambahan tenaga dengan masuknya anak-anak Sekolah Tehnik Pertama (STP) di Kebumen dan diberi pelatihan pencak silat yang diselenggarakan di Kantor Pos Kebumen. Kegiatan gerakan bawah tanah semakin maju dengan mengawasi asrama tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Gombong. Hubungan dengan PETA dilakukan melalui kurir penghubung sudanco (komandan kompi) Sudradjat. Melalui hubungan ini dapat diketahui kekuatan PETA di Gombong baik persenjataan maupun jumlah personilnya. Hubungan ini juga menjadi alat infiltrasi dengan memasukan semangat ”Supriyadi” diantara anggota-anggota PETA. Selain asrama PETA di Gombong, asrama PETA di Purworejo juga diawasi dan diinfiltrasi oleh gerakan bawah tanah Kebumen dengan menunjuk Suprapto sebagai propagandis yang menanamkan kebencian terhadap pemerintah Jepang.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia maka pemerintahan Jepang berakhir, akan tetapi Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia maka pemerintahan Jepang berakhir, akan tetapi

kendaraan-kendaraan. 15 Gerakan Angkatan Muda Kebumen tidak hanya sampai di situ, mereka

berkeliling ke kecamatan-kecamatan dan desa-desa untuk mengadakan rapat-rapat dan memberikan penerangan kepada masyarakat mengenai kemerdekaan Republik Indonesia. Rapat umum pertama tentang pengumuman Indonesia Merdeka dilakukan pada tanggal 28 Agustus 1945 di Kebumen. Rapat umum ini juga dilakukan di daerah-daerah lain dengan meriah. Perayaan menyambut kemerdekaan juga diadakan di Ambal yang berlangsung di laut dan di pasar dengan sambutan yang sangat meriah karena masyarakat dapat melihat laut, sebab selama hampir tiga tahun pemerintah Jepang melarang masyarakat Kebumen melihat laut. Selain penerangan terhadap masyarakat AM Kebumen juga membantu aparat pemerintah dalam menjalankan pemerintahan agar pemerintah

15 Wawancara dengan Edi Budianto, tanggal 10 April 2009.

tidak tergelincir ke dalam kebimbangan, dengan kata lain bahwa pemerintahan Kabupaten Kebumen dipegang oleh Angkatan Muda Kebumen. 16

Kemerdekaan RI yang telah dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 belum memberi kekuasaan penuh kepada pemerintah Indonesia karena bala tentara Jepang masih berada di Indonesia, begitu pula di Kebumen. Angkatan Muda sebagai organisasi pelopor segera mengambil langkah melucuti kekuasaan Jepang dengan mengambil alih barang-barang milik Jepang berupa truk, mobil dan sepeda motor. Pengambil alihan alat transportasi ini dilakukan melalui perundingan oleh Angkatan Muda yang dipimpin Sridarmadji di Pendopo Kabupaten Kebumen. Walaupun perundingan berjalan sangat alot, akhirnya pihak Jepang menyerahkan truk dan kemudian mobil dari pabrik minyak Kebumen dan pabrik Kebulusan. Pengambilalihan ini dilaksanakan dan dipimpin oleh Wasilan

dan dibantu oleh pelajar STP. 17 Kebumen akhirnnya memiliki 4 buah truk, 2 buah mobil dan sebuah

sepeda motor hasil pengambilalihan dari pihak Jepang. Tidak hanya alat transportasi, Angkatan Muda juga melakukan perundingan dengan pihak Jepang mengenai pengambilalihan pabrik-pabrik yang dikuasai Jepang. Pabrik-pabrik tersebut adalah Pabrik Minyak Kebumen, Pabrik Minyak Karanganyar, Pabrik Tenun Sruweng, dan Pabrik Genteng Kebulusan. Pabrik-pabrik ini segera menjadi

milik negara setelah diambil alih oleh para pejuang Angkatan Muda. 18

16 Ibid.

17 Wawancara dengan HR Sunarto, tanggal 12 April 2009.

18 Ibid.

Memasuki bulan September 1945 pelucutan senjata milik Jepang segera dilakukan oleh Angkatan Muda Kebumen. Pelucutan senjata ini dilakukan melalui perundingan dengan pihak Jepang. Perundingan dilakukan oleh Wasilan dibantu Muin Sadjoko atas perintah Sri darmadji di markas Jepang yang berada di jalan raya Kebumen. Muin Sadjoko yang dapat berbahasa Jepang bertugas sebagai penerjemah. Setelah hampir satu jam perundingan, akhirnya Jepang menyerah dan melucuti senjatanya. Pelucutan senjata ini selain dilakukan oleh Angkatan Muda Kebumen juga dibantu oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Kebumen serta Kepolisian Kebumen.

Perlucutan senjata Jepang berlanjut ke daerah Sumpyuh (Banyumas) dilakukan oleh Angkatan Muda Kebumen sebagai pelopor yang telah mengadakan pengintaian cukup lama. Sedianya pelucutan senjata ini juga mendapat bantuan dari BKR Purwokerto, tetapi BKR Purwokerto terlambat sehingga Angkatan Muda Kebumen melakukan pelucutan lebih awal dan mendapatkan 2 buah truk serta 20 pucuk senapan karabin. Senjata yang didapatkan dari hasil pelucutan tentara Jepang ini kemudian digunakan rakyat Kebumen untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan penjajah.

B. Munculnya Badan dan Laskar Perjuangan Rakyat di Kebumen

Badan perjuangan dan laskar perjuangan rakyat adalah suatu organisasi kemiliteran maupun semi militer yang secara resmi dibentuk masyarakat maupun oleh pemerintah Republik Indonesia dalam rangka revolusi kemerdekaan Indonesia. Badan perjuangan dan laskar rakyat ada yang dibentuk sejak jaman Jepang bahkan dibentuk oleh pemerintah militer Jepang sendiri dan berganti nama ketika Indonesia merdeka.

Pemerintah militer Jepang mulai membentuk dan memobilisasi para pemuda untuk ikut berjuang melawan pasukan sekutu sejak tahun 1943. Korps pemuda semi militer (Seinendan) dibentuk pada bulan April 1943 untuk pemuda yang berusia antara empat belas tahun hingga dua puluh lima tahun. Pemuda yang berusia antara dua puluh lima tahun hingga tiga puluh tahun dibentuk suatu korps kewaspadaan (Keibondan) sebagai organisasi kepolisian dan penanggulangan kebakaran serangan udara. Pada pertengahan tahun 1943 dibentuk Heiho (pasukan pembantu) sebagai bagian angkatan dari angkatan darat dan angkatan laut Jepang. Pada akhir perang sekitar 25000 pemuda Indonesia berada dalam organisasi Heiho dan mendapatkan latihan militer yang sama dengan prajurit Jepang. Pada bulan Oktober 1943 Jepang membentuk organisasi pemuda yang paling berarti yaitu PETA (Pembela Tanah Air). Organisasi ini merupakan tentara sukarela Indonesia yang pada masa akhir perang beranggotakan 37000 orang di Jawa dan 20000

orang di Sumatra. 19

19 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Serambi: Jakarta), 2008, hal. 431-432.

Prajurit Peta di daerah Kebumen bermarkas di Gombong dan Purworejo. Prajurit Peta di daerah Kebumen mampu disusupi oleh para pejuang bawah tanah Kebumen untuk ikut membantu melengserkan kekuasaan Jepang, sehingga memasuki awal kemerdekaan RI, para anggota Peta banyak yang ikut bergabung dengan badan-badan maupun laskar-laskar perjuangan rakyat Kebumen. Badan dan laskar perjuangan rakyat yang ada di Kebumen dan menjadi sebuah kekuatan yang berpengaruh dalam masa kemerdekaan di Kebumen adalah Angkatan Muda Kebumen, Komite Nasional Indonesia (KNI), dan Angkatan Oemat Islam (AOI).

1. Angkatan Muda Kebumen

Angkatan Muda adalah organisasi pertama yang muncul di daerah Kebumen. Organisasi ini merupakan organisasi yang beranggotakan pemuda- pemuda dan dipimpin kaum muda yang sejak jaman pemerintahan Jepang telah melakukan gerakan bawah tanah sebagai bentuk perlawanannya. Angkatan Muda dipelopori oleh Sri Darmadji, Wasilan, dan Sumarsono. Ketua pertamanya adalah Sri Darmadji. Pada perkembangan selanjutnya, Angkatan Muda berubah menjadi PESINDO (Pemuda Sosialis Indonesia).

Aktivitas perlawanan yang dilakukan oleh Angkatan Muda misalnya adalah pemasangan bendera merah putih, pemasangan lencana merah putih, penempelan plakat, aksi corat-coret di tembok-tembok untuk mengobarkan semangat perlawanan terhadap penjajah. Sedangkan isu yang diangkat antara lain adalah nasionalisasi aset asing. Isu tersebut menjadi salah satu isu utama yang diangkat oleh organisasi ini dalam dukungannya terhadap semangat Aktivitas perlawanan yang dilakukan oleh Angkatan Muda misalnya adalah pemasangan bendera merah putih, pemasangan lencana merah putih, penempelan plakat, aksi corat-coret di tembok-tembok untuk mengobarkan semangat perlawanan terhadap penjajah. Sedangkan isu yang diangkat antara lain adalah nasionalisasi aset asing. Isu tersebut menjadi salah satu isu utama yang diangkat oleh organisasi ini dalam dukungannya terhadap semangat

revolusi, Angkatan Muda juga ikut andil dalam mengatur jalannya pemerintahan daerah. Atas keterlibatannya dalam mengatur roda pemerintahan daerah, Angkatan Muda dapat disebut sebagai salah satu organisasi rakyat yang cukup besar dan sukses.

Kemunculan Angkatan Muda ini menginspirasi berdirinya organisasi serupa yang diberi nama Angkatan Tua. Angkatan Tua didirikan dan dipelopori oleh Sudjono dan Subagyo. Organisasi mengikuti perkembangan revolusi dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Bergerak bersama dengan Angkatan Muda, organisasi ini bertekad untuk menggerakkan jiwa merdeka di kalangan rakyat di daerah Kebumen. Karena pewacanaan isu yang sangat masif, maka gerakan tersebut akhirnya meluas sampai ke seluruh daerah di Kabupaten Kebumen. Angkatan Muda dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) setiap bulan memerlukan sekitar Rp. 40.000 untuk biaya operasionalnya. Pembiayaan ini menjadi tanggung jawab dari KNI (Komite Nasional Indonesia) bidang Ekonomi

yang pada periode 1945 di ketuai oleh Sumarsono. 21 Pekik komando ” SIAAAAAAAP” merupakan seruan yang sangat populer

di masa tersebut. Kalau mendengar aba-aba ”Siaaap!”,maka para pemuda maupun orang tua, terutama laki-laki keluar rumah dengan senjata seadanya. 22 Slogan

20 Kebumen Berdjuang, (Panitya Peringatan 17 Agustus 1953 Kabupaten Kebumen: Bagian Penerangan), 1953, hal. 5.

21 Ibid.

22 Wawancara dengan Disan Hadi Suwito, tanggal 20 April 2009.

pekik MERDEKA yang digagas juga mendapat sambutan dari rakyat. Secepat kilat slogan ini merata dan populer dikalangan rakyat luas. Seluruh masyarakat dari mulai mereka yang tinggal di daerah kota sampai dengan masyarakat di daerah pegunungan secara lantang memekikkan MERDEKA disertai semangat yang menyala. Kenyataan ini menunjukkan bahwa usaha untuk mempersatukan

dan menyadarkan rakyat akan arti penting kemerdekaan telah berhasil. 23 Angkatan Muda juga melakukan penyerbuan dan pelucutan senjata milik

pasukan militer Jepang yang berada di Kebumen. Penyerobotan truk dan mobil milik Jepang juga menjadi suatu model perjuangan yang banyak dilakukan kala itu. Hasilnya, Angkatan Muda Kebumen mempunyai aset 4 buah truk, 2 buah mobil, dan 1 sepeda motor sebagai hasil rampasan dari Jepang. Selain itu juga terdapat perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasikan diantaranya: Pabrik minyak Kebumen, Pabrik minyak Karanganyar, Pabrik tenun Sruweng, dan Pabrik genteng Kebumen.

Pelucutan senjata Jepang di daerah Sumpyuh (Kabupaten Banyumas) juga dilakukan oleh barisan dari daerah Kebumen. Dibantu oleh pemuda-pemuda Mataram, Angkatan Muda Kebumen menjadi pelopor dan melakukan penyelidikan atau pengintaian terhadap tentara Jepang di Kebumen sampai akhirnya dipindahkan oleh Angkatan Muda.

Peralatan-peralatan dan senjata yang cukup memadai dari hasil perampasan militer Jepang ini digunakan juga oleh Angkatan Muda Kebumen

23 Wiyanto (dkk), Kebumen Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945-1949 , (Grafika: Gombong), 2001, hal. 10.

untuk membantu perjuangan sampai keluar daerah Kebumen, misalnya di daerah Magelang dan Semarang. Perjuangan keluar daerah biasanya dilakukan dengan

perwakilan yang ikut dalam setiap gerakan pasukan BKR. 24

2. KNI ( Komite Nasional Indonesia)