BATUBARA PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN 1945-1949.

(1)

BATUBARA PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN

1945 - 1949

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

DWITA ANGRIANI 3103121017

JURUSAN PENDIDKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

ABSTRAK

Dwita Angriani. NIM 3103121017. Batu Bara Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949. Jurusan Pendidikan Sejarah. Program Studi Pendidikan Sejarah/S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Megeri Medan, 2014.

Tujuan Penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949, 2) Untuk mengetahui keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949, 3) Untuk mengetahui kehidupan sosial budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949, 4) Untuk mengetahui kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial di Sumatera Timur 1946 dan pada masa Agresi Militer Belanda. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan penulis mengadakan penelitian dengan mengunakan teknik Heuristik .Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, serta nara sumber yang digunakan adalah orang-orang yang mengetahui kondisi Batu Bara Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun 1945-1949, selain itu peneliti juga menggunakan studi kepustakaan dengan menelaah buku-buku, arsip dearah Batubara serta dokumentasi foto-foto yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.

Hasil penelitian yang diperoleh penulis adalah Batubara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Pada masa perang kemerdekaan tahun 1945-1949 wilayah Batubara merupakan bagian dari Kabupaten Asahan. Berita proklamasi di Batubara mengalami keterlambatan dikarenakan alat komunikasi yang terbatas dan letak geografis yang jauh dari pusat pemerintahan. Setelah kemerdakaan Indonesia keadaan pemerintahan di Batubara juga mengalami perubahan, begitu juga dengan kehidupan sosial budaya di Batubara. Batubara juga mengalami peristiwa Revolusi Sosial di Sumatera Timur tahun 1946 yang menyebabkan Datuk-datuk penguasa negeri Batubara merasakan akibat dari revolusi tersebut. Pada masa Agresi Militer Belanda Kecamatan Lima Puluh dan Tanjung Tiram merupakan garis pertahanan pertama dengan pasukan inti ALRI Pangkalan III. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa Batu Bara merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Sumatera Utara yang juga mengalami banyak perubahan pada masa perang kemerdekaan.


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulilahhirabbila’lamin segala puji hanya milik Allah SWT semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah azza wa jalla kepada segala nabi dan rasul nabi Muhammad SAW kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman nanti. Berkat rahmat dan pertolongan-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Batubara Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949”

Penulisan skripsi ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan sejarah di Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak dapat berjuang sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari segi materil maupun spiritual. Di kesempatan ini ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bapak Prof.Dr.Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Drs Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. 3. Ibu Dra. Lukita Ningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah dan selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. 5. Bapak Drs. Yushar Tanjung M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak masukan, waktu dan tenaga kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

7. Bapak H. Mukhtar Tanjung, Bapak Aziz Ms, Bapak Yuhanan Bahar, dan Ibu Zainabun (Informan) yang telah memberikan banyak informasi dan data kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

8. Teristimewa dan dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Ernawati dan Ayahanda Nirwansyah serta kakak dan adik-adikku tersayang Desi Nirwana, Rizki Rahmadani, Widya Zulfani dan Afifa Aulya atas segala kasih, motivasi, doa, perhatian serta dukungan moril dan material yang senantiasa diberikan dengan tulus dan penuh kasih saying kepada penulis.

9. Kepada keluarga abang (Iwan), Ibu (Ramingsih), Uak (Harwati),Uak (Butang) yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan menyediakan tempat tinggal selama penelitian.

10.Buat yang tersayang Chandra Alim yang telah menjadi tempat sandaran dalam suka dan duka penulis selama kuliah dan atas segala doa serta dukungan moril dan material. Semoga kita berhasil dalam tujuan dan cita-cita yang kita impikan selama ini.

11.Buat teman-teman teristimewa Taruna Yudha, Lili Mutia Sani, Sulaiman, terima kasih buat dukungan, semangat serta doanya dari awal kuliah sampai penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.

12.Kepada sahabat kesayangan peneliti, Nurhasanah, Jefri Duan Sinulingga, Elviyanto Ermida. Terima kasih karena dari awal hingga sekarang masih tetap menjadi sahabat yang telah banyak membantu, memotivasi. mendukung, menerima, memaklumi segala kekurangan peneliti serta mau berbagai dalam suka dan duka.

13.Kepada teman-teman Reguler B Stambuk 2010, Dini Astri Suci, Noviani Soraya, Sisjayanti Astrini, Rini Suryani Lumbantobing, Dewi Rahayu, Juliana, dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih kepada kalian telah menjadi teman yang saling membantu selama di perkuliahan, saya sangat sayang kalian.

14.Kepada teman-teman PPLT SMK N 1 Sipispis, Syahputri Maharani, Mimi Khusminar, Fitri Harianti, Eka Desi, Fitriana, Eva Satria, Ventry, Fransiska Cibro, Ahmad Faisal, Leko Muhaya, Joshua Arman, Jaselton, Koko Andesten, Ahmad Septian, Radhi, Gunawan, Muhammad Septian, Flamenco, Hendri, Ian Situmorang, dan Indra Maulana . Terima kasih atas pertemanan selama 3 bulan yang mengalami sama-sama suka duka yang tak terlupakan bersama penulis dan kenangan itu takkan pernah dilupakan oleh penulis kelak, dan semoga kita semua menjadi orang sukses.

15.Buat Murid-murid SMK Negeri 1 Sipispis doa kalian juga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

Dan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua dukungan dan bantuan dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Medan, Penulis,

Dwita Angriani NIM. 3103121017


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ... 18

Tabel 4.2 ... 19

Tabel 4.3 ... 20

Tabel 4.4 ... 21

Tabel 4.5 ... 25

Tabel 4.6 ... 26


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 RumusanMasalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kerangka Konsep ... 8

2.1.1 Wilayah Batu Bara ... 8

2.1.2 Pemerintahan ... 9

2.1.3 Sosial budaya... ... 11

2.2 Kerangka Berpikir ... 13

BAB III METODOPENELITIAN ... 15

3.1 Metode Penelitian ... 15

3.2 Lokasi Penelitian ... 15

3.3 Sumber Data….. ... 16

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 16

3.5 Teknik Analisis Data ... 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Gambaran Umum Wilayah ... 19

4.1.1 Keadaan Wilayah dan Penduduk ... 19


(8)

b. Keadaan Penduduk ... 23

c. Sarana Pendidikan ... 25

d. Sarana Kesehatan ... 26

e. Sarana Peribadatan ... 27

f. Sumber Daya Alam ... 28

g. Budaya Material Peninggalan Sejarah ... 31

4.1.2 Sejarah Singkat Kabupaten Batubara ... 32

4.2 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Wilayah Batubara .... 35

4.3 Wilayah Batubara ... 38

4.3.1. Wilayah Batubara Pada Masa Kolonial ... 38

4.3.2. Wilayah Batubara Setelah Kemerdekaan ... 41

4.4 Keadaan Pemerintahan Batubara ... 43

4.4.1. Keadaan Pemerintahan Batubara Pada Masa Pra Kolonial ... 43

4.4.2. Keadaan Pemerintahan Batubara Pada Masa Kolonial ... 45

4.4.3. Keadaan Pemerintahan Batubara Setelah Kemerdekaan ... 47

4.5. Kehidupan Sosial Budaya Batubara ... 49

4.5.1. Sistem Kekerabatan ... 49

4.5.2. Adat Istiadat ... 51

4.5.3. Seni ... 57

4.5.4. Heritage ... 57

4.5.5. Kehidupan Ekonomi ... 60

4.6. Kondisi Batubara Pada Masa Perang Kemerdekaan ... 62

4.6.1. Kondisi Batubara Pada Masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 ... 62

4.6.2. Kondisi Batubara Pada Masa Agresi Militer Belanda .. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76


(9)

B. Sarana ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 79

Lampiran 1. PETA KABUPATEN BATUBARA Lampiran 2. DAFTAR WAWANCARA

Lampiran 3. BIODATA INFORMAN Lampiran 4. LAMPIRAN GAMBAR


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang kemerdekaan 1945-1949 merupakan periode perang paling besar, Indonesia yang baru saja lahir harus menghadapi kekuatan Jepang, sekutu yang dimotori Inggris serta Belanda yang ikut membonceng. Bangsa Indonesia yang baru saja gegap gempita menjadi negara merdeka menghadapi ancaman asing. Sekutu yang tidak menyadari bahwa Indonesia baru saja memerdekakan dirinya melihat bahwa Indonesia masih kosong kekuasaan.

Walaupun Indonesia telah merdeka, Belanda tetap saja ingin menguasai Indonesia. Tujuan utama operasi militer Belanda adalah untuk menguasai wilayah yang sebelum Perang Dunia II merupakan penghasil devisa bagi pemerintah Hindia Belanda seperti perkebunan di Jawa dan Sumatera. Tujuan kedua ialah untuk menguasai kota-kota sebagai pusat administrasi dan pemerintahan, serta kota-kota pelabuhan penting di Jawa dan Sumatera dalam usaha memblokade dan memutuskan hubungan Indonesia dengan dunia luar.

Kabupaten Batubara adalah salah satu daerah di Sumatera yang ingin dikuasai Belanda. Kabupaten Batubara adalah sebuah wilayah di pesisir pulau Sumatera, terletak di pinggir Selat Malaka. Daerah ini banyak di aliri sungai yang membuat ranahnya subur. Kabupaten Batubara menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan serta 100 Desa/Kelurahan Definitif. Wilayah Batubara secara geografis terletak antara 02030” – 03026” LU dan 99000” –


(11)

meter diatas permukaan laut mempunyai iklim tropis dengan temperatur udara antara 23-270 dan curah hujan rata-rata 1.702 mm/tahun.

Kabupaten Batubara memiliki daerah perkebunan yang cukup luas yang menjadi salah satu komoditi yang menjanjikan. Selain dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, hasil perkebunan juga merupakan komoditi ekspor yang mendapat tempat di pasar internasional. Alasan pokok untuk mengembangkan perkebunan adalah adanya potensi pasar yang masih cukup luas untuk komoditi hasil perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa, coklat, kopi, teh, dan lain-lain.

Kabupaten Batubara pada masa dahulu terdiri dari beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang datuk yang secara turun temurun. Kerajaaan-kerajaan kecil itu antara lain Kedatukan Tanah Datar yang pusat pemerintahannya berada di Padang Genting, Kedatukan Lima Puluh yang pusat pemerintahannya berada di Perupuk, Kedatukan Pangkalan Pesisir yang pusat pemerintahannya berada di muara sungai di Pesisir Selatan Malaka, Kedatukan Lima Laras yang pusat pemerintahannya berada di Lima Laras, Kedatukan Bogak yang pusat pemerintahannya berada di Kampung Bagak, Kedatukan Pagurawan yang pusat pemerintahannya berada di Kuala Pagurawan, Kedatukan Tanjung Limau Purut yang pusat Pemerintahannya berada di kampung Limau Purut, Kedatukan Sipare-pare yang pusat pemerintahannya berada di Kuala Sipare-pare, dan Kedatukan Tanjung Kasau yang pusat pemerintahannya berada di Tanjung Kasau.

Sebelum berlaku pengawasan Belanda atas Batubara tahun 1865, telah ada diketahui orang bahwa di Batubara ada terdapat pusat perdagangan yaitu tempat berkumpulnya para pedagang dari luar negeri seperti Cina, Arab, Penang, Perak dan Malaka. Para Saudagar Batubara dan para


(12)

Raja di wilayah ini sangat gigih menjalankan perniagaan, bahkan selalu berlayar ke lain negeri memperdagangkan barang dagangannya. Anwardi (2010:67)

Pada masa itu alat transportasi yang digunakan para saudagar untuk memperjaulbelikan barang dagangannya yaitu perahu dan tongkang. sejumlah perahu dari Langkat, Deli, Serdang, dan Batubara berjumlah lebih dari seribu buah mengangkut terutama lada, dan juga hasil-hasil pertanian lain seperti sayuran, gambir, tembakau, beras, getah rambung, hasil hutan seperti kemenyan, kamper, damar, rotan, lilin lebah, kayu pewarna, serta emas, budak, kuda, gading dan belacan. Menurut Syahbandar setempat di antaranya enam ratus buah perahu dari Batubara, di selatan Deli, dengan awak kapal yang merupakan pelaut pengangkut utama dari daerah Pesisir Timur Laut. Perret (2010:88)

Pada tahun 1850 Pemerintahan Kolonial Belanda telah berhasil menguasai Kerajaan Siak Sri Inderapura. Kemudian disusul dengan kontrak Belanda-Siak yang menyatakan seluruh Negeri di bawah jajahan Siak berada di bawah penguasaan dan Perlindungan Belanda. Perjanjian ini dibuat pada tanggal 1 Februari 1858. Perjanjian ini tidak diberitahukan kepada penguasa yang memerintah negeri-negeri di Sumatera Timur, sehingga membuat para Datuk penguasa negeri tidak menyenangi dan merestui kehadiran Belanda, termasuk Datuk-Datuk yang ada di Negeri Batubara.

Belanda membangun perkebunan Tembakau dan perkebunan Karet di wilayah negeri Batubara. Dengan adanya hasil dari perkebunan ini ditambah dengan banyaknnya hasil hutan dan pertanian lainnya yang dapat diekspor keluar negeri membuat Belanda yakin perekonomian Negeri Batubara akan berjalan baik. Hal inilah yang membuat Belanda berinisiatif membangun pelabuhan Laut di Kedatukan Tanah Datar dengan nama Tanjung Tiram pada Tahun 1885-1886.


(13)

Juga selanjutnya membangun Lapangan Terbang di Torab, satu kawasan yang berada di Kedatukan Lima Puluh. Anwardi (2010:120)

Pada Tahun 1887 Belanda kembali merombak sistem pemerintahan di Sumatera Timur yang selama ini dibawah residen. Belanda memindahkan keresidenan Sumatera Timur dari Labuhan dan Bengkalis ke Medan. Kemudian keresidenan ini dibagi menjadi 5 afdeling. Setiap afdeling di bawah kuasa seorang residen. Batubara dengan sembilan kedatukan yang ada di dalamnya menjadi Afdeling Batubara, berkedudukan di Labuhan Ruku. Afdeling Asahan berkedudukan di Tanjung Balai.

Untuk mengakhiri kekuasaan para Raja di Batubara, usaha-usaha yang dilakukan Belanda antara lain menghapuskan lembaga Raja Muda (Putra Mahkota), mengahapus lembaga orang besar kerajaan, menurunkan status kerajaan dengan politik kontrak dalam bidang produksi dan ekonomi, menyatukan kerajaan-kerajaan (kedatukan) kedalam satu federasi, menghapus negeri kedatukan kecil dan disatukan di bawah seorang kepala Pemerintahan yang dikehendaki Belanda, dan menghilangkan sistem Kerajaan dan Pemerintahan langsung dipegang oleh Belanda, seperti di Pulau Jawa.

Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agutus 1945, maka seluruh kekuasaan Kedatukan di Batubara maupun sebagai Self bestur berakhir juga kekuasaannya. Maka mulailah ditata struktur pemerintahan republik ini,mulai dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tanggal 17 Oktober 1945, daerah Onder Afdelling Labuhan Batu dijadikan Daerah Tingkat II Kabupaten Labuhan Batu dengan ibu kotanya Rantau Prapat. Onder Afdelling Tanjung Balai dijadikan Daerah Tingkat II Kabupaten Asahan dengan ibu kotanya Tanjung Balai, sementara daerah Onder Afdelling Batubara tidak dijadikan Daerah Tingkat II Kabupaten, tetapi seluruh daerahnya disatukan ke Kabupaten Asahan. Ibrahim (Tanpa Tahun:41)


(14)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Batubara Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949.

2. Keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949. 3. Kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia

1945-1949.

4. Kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan Agresi Militer Belanda.

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949? 2. Bagaimanakah keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan

Indonesia 1945-1949?

3. Bagaimanakah kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949?

4. Bagaimanakah kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan Agresi Militer Belanda?


(15)

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

2. Untuk mengetahui keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949.

3. Untuk mengetahui kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949?

4. Untuk mengetahui kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan Agresi Militer Belanda.

1.5Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diharapkan penelitian ini memberi beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Menambah wawasan kepada pembaca khususnya penulis tentang keadaan wilayah Batubara pada masa perang kemerdekaan.

2. Memberikan dorongan semangat kepada para pembaca untuk mempertahankan daerahnya masing-masing dengan cara memajukan daerahnya dalam segala bidang.

3. Sebagai perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti masalah-masalah yang sama dengan tempat dan waktu yang berbeda.

4. Sebagai bahan masukan untuk sejarah local di Indonesia pada umumnya dan secara khusus untuk Sumatera Utara

5. Hasil penelitian ini menjadi gambaran untuk menambah perbendaharaan ilmu untuk bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya, UNIMED pada khususnya.


(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 KESIMPULAN

Batubara merupakan daerah yang sudah didiami oleh penduduk sejak tahun 1720 yang bermigrasi ke Batubara sejak abad ke 16 M. berdasarkan fakta-fakta sejarah yang telah tertulis Kerajaan Batu Bara dan Kerajaan Asahan adalah sama-sama kerajaan dengan wilayah territorial masing-masing. Walau memang harus diakui, bahwa kerajaan Asahan lebih besar dari pada Batubara, yang merupakan kerajaan konfederasi lima kerajaan kecil dengan sistem kedatukan. Masuknya pemerintah Hindia Belanda ke wilayah ini tetap juga menghormati otonomi wilayah Batubara dengan menempatkannya sejajar dengan Asahan dan Labuhan Batu sebagai onderafdelling. Begitu juga dengan zaman Jepang, posisi Batubara sebagai Fuku Bunsyu lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan distrik dan onderdistrik yang terdapat di Wilayah Asahan. Begitu pula dengan sistem Kewedanaan dengan 5 kecamatan dibawahnya.

Berita proklamasi di setiap daerah mengalami keterlambatan dikarenakan alat komunikasi yang minim dan tentara Jepang yang menutup-nutupi berita proklamasi. Berita proklamasi di setiap daerah berbeda-beda. Berita proklamasi di Batubara, khususnya di Simpang Dolok dibawa oleh Pemuda Simpang Dolok pada pertemuan di Medan tanggal 4 Oktober 1945. Setelah Kemerdekaan Indonesia, banyak terjadi perubahan di Batubara khususnya pada bidang pembagian Wilayah Pemerintahan, Keadaan Pemerintahan dan Kehidupan Sosial budaya.

Sesuai dengan ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1945 Komite Nasional Indonesia Asahan terbentuk, tetapi wilayah kesultanan Fuku Bunsyu Batubara masih tetap ada. Semua pemerintahan di Batubara mendapat campur


(17)

tangan dari Belanda. Namun setelah kemerdekaan Indonesia, Kerajaan-kerajaan Kecil Batubara langsung menyatakan dukungannya kepada Indonesia.

Pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946, kondisi di Batubara cukup stabil, tidak ada pertumpahan darah dan pemerkosaan terhadap wanita-wanita seperti yang terjadi di kerajaan Sumatera Timur lainnya. Hanya saja ada keturunan dari kedatukan-kedatukan Batubara yang menjadi korban penculikan. Serta banyak harta benda mereka yang dirampas. Pada masa Agresi Mliter Belanda, Kabupaten Batubara khususnya wilayah Indrapura adalah sebagai pintu masuk kedaerah Asahan. Dengan sendirinya kecamatan Lima Puluh dan Tanjung Tiram merupakan garis pertahanan pertama dengan pasukan intinya akan Laut Republik Indonesia pangkalan III dibawah pimpinan Mayor Dahrif Nasution. Dengan berdiri Negara Sumatera Timur (NST) pada tahun 1948 dengan wali Negaranya Dr. Tengku Mansur, maka berakhir pula kekuasaan Belanda di seluruh wilayah Sumatera setelah Belanda mengakui kedaulatan NKRI pada tanggal 27 Desember 1949.

1.2 SARAN

1. Dengan mengetahui kondisi Batu Bara setelah kemerdekaan, hendaknya masyarakat bekerjasama dengan pemerintah untuk tetap mempertahankan dan lebih memperbaiki keadaan yang telah ada dan juga tetap menjaga nama baik Batu Bara dengan meningkatkan berbagai prestasi.

2. Pemerintah serta masyarakat Batu Bara harus lebih menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di daerah-daerah Batu Bara agar jejak-jejak kehidupan di masa yang telah lalu tidak hilang pada generasi berikutnya.


(18)

3. Kepada generasi muda Batu Bara sudah selayaknya untuk terus menggali peristiwa sejarah local di daerahnya masing-masing untuk menambah wawasan tentang sejarah daerah agar tumbuh sikap menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di Wilayah Batu Bara.. 4. Manfaatkan Sumber Daya Alam yang ada untuk mewujudkan percepatan pembangunan


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anwardi, Dkk. 2010. Sejarah Batubara Dari Masa Ke Masa. Bappeda Batubara Ibrahim, Syafwan, Rusli. Adat Budaya Resam Melayu Batubara. Bandung :

PT Puri Delco

Simanjuntak, Bungaran. 2010. Melayu Pesisir Dan Batak Pegunungan. Jakarta :yayasan Obor Indonesia

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: KPG

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kodam II. 1984. Sejarah Perang Kemerdekaan di Sumatera 1945-1950.

Medan: Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan

Marwati, Nugroho. 2008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta : Balai Pustaka

Moedjanto, G. 1989. Indonesia Abad Ke-20 1 Dari Kebangkitan sampai Linggarjati : penerbit Kanisius

Nasution, A.H. 1992. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 6 Perang Gerilya Semesta 1. Bandung : Angkasa

Pemkab Batu Bara, 2012. Batu Bara Dalam Angka 2013. BPS Kabupaten Batu Bara

Pempropsu. 1995. Sumatera Utara Dalam Lintasan Sejarah. Medan : Pempropsu

Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat, Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera Timur. Jakarta: Sinar Harapan

Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejarah Sumatera, Antara Indonesia dan Dunia.Jakarta: Yayasan Obor

Sinar, T. Lukman. 1987. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USU Press Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada


(1)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Batubara Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949.

2. Keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949. 3. Kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia

1945-1949.

4. Kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan Agresi Militer Belanda.

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949? 2. Bagaimanakah keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan

Indonesia 1945-1949?

3. Bagaimanakah kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949?

4. Bagaimanakah kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan Agresi Militer Belanda?


(2)

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

2. Untuk mengetahui keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949.

3. Untuk mengetahui kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949?

4. Untuk mengetahui kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan Agresi Militer Belanda.

1.5Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diharapkan penelitian ini memberi beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Menambah wawasan kepada pembaca khususnya penulis tentang keadaan wilayah Batubara pada masa perang kemerdekaan.

2. Memberikan dorongan semangat kepada para pembaca untuk mempertahankan daerahnya masing-masing dengan cara memajukan daerahnya dalam segala bidang.

3. Sebagai perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti masalah-masalah yang sama dengan tempat dan waktu yang berbeda.

4. Sebagai bahan masukan untuk sejarah local di Indonesia pada umumnya dan secara khusus untuk Sumatera Utara

5. Hasil penelitian ini menjadi gambaran untuk menambah perbendaharaan ilmu untuk bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya, UNIMED pada khususnya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 KESIMPULAN

Batubara merupakan daerah yang sudah didiami oleh penduduk sejak tahun 1720 yang bermigrasi ke Batubara sejak abad ke 16 M. berdasarkan fakta-fakta sejarah yang telah tertulis Kerajaan Batu Bara dan Kerajaan Asahan adalah sama-sama kerajaan dengan wilayah territorial masing-masing. Walau memang harus diakui, bahwa kerajaan Asahan lebih besar dari pada Batubara, yang merupakan kerajaan konfederasi lima kerajaan kecil dengan sistem kedatukan. Masuknya pemerintah Hindia Belanda ke wilayah ini tetap juga menghormati otonomi wilayah Batubara dengan menempatkannya sejajar dengan Asahan dan Labuhan Batu sebagai onderafdelling. Begitu juga dengan zaman Jepang, posisi Batubara sebagai Fuku Bunsyu lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan distrik dan onderdistrik yang terdapat di Wilayah Asahan. Begitu pula dengan sistem Kewedanaan dengan 5 kecamatan dibawahnya.

Berita proklamasi di setiap daerah mengalami keterlambatan dikarenakan alat komunikasi yang minim dan tentara Jepang yang menutup-nutupi berita proklamasi. Berita proklamasi di setiap daerah berbeda-beda. Berita proklamasi di Batubara, khususnya di Simpang Dolok dibawa oleh Pemuda Simpang Dolok pada pertemuan di Medan tanggal 4 Oktober 1945. Setelah Kemerdekaan Indonesia, banyak terjadi perubahan di Batubara khususnya pada bidang pembagian Wilayah Pemerintahan, Keadaan Pemerintahan dan Kehidupan Sosial budaya.

Sesuai dengan ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1945 Komite Nasional Indonesia Asahan terbentuk, tetapi wilayah kesultanan Fuku Bunsyu Batubara masih tetap ada. Semua pemerintahan di Batubara mendapat campur


(4)

tangan dari Belanda. Namun setelah kemerdekaan Indonesia, Kerajaan-kerajaan Kecil Batubara langsung menyatakan dukungannya kepada Indonesia.

Pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946, kondisi di Batubara cukup stabil, tidak ada pertumpahan darah dan pemerkosaan terhadap wanita-wanita seperti yang terjadi di kerajaan Sumatera Timur lainnya. Hanya saja ada keturunan dari kedatukan-kedatukan Batubara yang menjadi korban penculikan. Serta banyak harta benda mereka yang dirampas. Pada masa Agresi Mliter Belanda, Kabupaten Batubara khususnya wilayah Indrapura adalah sebagai pintu masuk kedaerah Asahan. Dengan sendirinya kecamatan Lima Puluh dan Tanjung Tiram merupakan garis pertahanan pertama dengan pasukan intinya akan Laut Republik Indonesia pangkalan III dibawah pimpinan Mayor Dahrif Nasution. Dengan berdiri Negara Sumatera Timur (NST) pada tahun 1948 dengan wali Negaranya Dr. Tengku Mansur, maka berakhir pula kekuasaan Belanda di seluruh wilayah Sumatera setelah Belanda mengakui kedaulatan NKRI pada tanggal 27 Desember 1949.

1.2 SARAN

1. Dengan mengetahui kondisi Batu Bara setelah kemerdekaan, hendaknya masyarakat bekerjasama dengan pemerintah untuk tetap mempertahankan dan lebih memperbaiki keadaan yang telah ada dan juga tetap menjaga nama baik Batu Bara dengan meningkatkan berbagai prestasi.

2. Pemerintah serta masyarakat Batu Bara harus lebih menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di daerah-daerah Batu Bara agar jejak-jejak kehidupan di masa yang telah lalu tidak hilang pada generasi berikutnya.


(5)

3. Kepada generasi muda Batu Bara sudah selayaknya untuk terus menggali peristiwa sejarah local di daerahnya masing-masing untuk menambah wawasan tentang sejarah daerah agar tumbuh sikap menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di Wilayah Batu Bara.. 4. Manfaatkan Sumber Daya Alam yang ada untuk mewujudkan percepatan pembangunan


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anwardi, Dkk. 2010. Sejarah Batubara Dari Masa Ke Masa. Bappeda Batubara Ibrahim, Syafwan, Rusli. Adat Budaya Resam Melayu Batubara. Bandung :

PT Puri Delco

Simanjuntak, Bungaran. 2010. Melayu Pesisir Dan Batak Pegunungan. Jakarta :yayasan Obor Indonesia

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: KPG

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kodam II. 1984. Sejarah Perang Kemerdekaan di Sumatera 1945-1950.

Medan: Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan

Marwati, Nugroho. 2008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta : Balai Pustaka

Moedjanto, G. 1989. Indonesia Abad Ke-20 1 Dari Kebangkitan sampai Linggarjati : penerbit Kanisius

Nasution, A.H. 1992. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 6 Perang Gerilya Semesta 1. Bandung : Angkasa

Pemkab Batu Bara, 2012. Batu Bara Dalam Angka 2013. BPS Kabupaten Batu Bara

Pempropsu. 1995. Sumatera Utara Dalam Lintasan Sejarah. Medan : Pempropsu

Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat, Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera Timur. Jakarta: Sinar Harapan

Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejarah Sumatera, Antara Indonesia dan Dunia.Jakarta: Yayasan Obor

Sinar, T. Lukman. 1987. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USU Press Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada