PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

(1)

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Tresna Nur’aviandini 0802879

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PENDEKATAN

MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs)

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

Oleh:

Tresna Nur’aviandini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Tresna Nur’aviandini 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TRESNA NUR’AVIANDINI

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. NIP. 195909221983031003

Pembimbing II,

Dr. Bambang Avip P., M.Si NIP. 196412051990031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. NIP 196101121987031003


(4)

i

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Tresna Nur’aviandini. (2013). Penerapan Pendekatan Model-Eliciting

Activities (MEAs) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional; 2) untuk mengetahui bagaimana disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan

Model-Eliciting Activities (MEAs). Penelitian ini menggunakan metode

kuasi-eksperimen, dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cimahi, Tahun Ajaran 2012/2013. Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes berupa soal uraian berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis dan instrumen non-tes berupa angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional; 2) Disposisi matematis siswa meningkat secara signifikan terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs).

Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, pendekatan Model-Eliciting Activities


(5)

ii

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Tresna Nur’aviandini. (2013). Application of Model-Eliciting Activities (MEAs) Approach in Mathematics Learning for Improving Critical Thinking Skill of Junior High School Students.

This study is motivated by the problem of student’s critical thinking skill. The purpose of this study are: 1) to investigate whether students who undertake mathematics learning with Model-Eliciting Activities (MEAs) approach have higher improvement in critical thinking skill compared to those who undertake learning with conventional; 2) to investigate students’ mathematical disposition towards mathematics learning under Model-Eliciting Activities (MEAs) approach. This study used quasi-experimental methods, while the population were all students of 8th grade of SMP Negeri 2 Cimahi, Academic Year 2012/2013. The test and non-test instruments were deployed in this study. The kind of test instruments used in this research was essay based on indicator of critical thinking skill and non-test instruments were in the forms of questionnaire, observation sheet, and students’ daily jounal. The results of this study show that: 1) students who undertake mathematics learning with Model-Eliciting Activities (MEAs) approach have higher improvement in critical thinking skill compared to those who undertake mathematics learning with conventional approach; 2) students’ enhancement on mathematical disposition towards mathematics learning under Model-Eliciting Activities (MEAs) approach is relatively good.

Keyword: Critical thinking skill, Model-Eliciting Activities (MEAs) approach, mathematical disposition.


(6)

v

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) ... 11

2.2 Kemampuan Berpikir Kritis... 16

2.3 Disposisi Matematis ... 22


(7)

vi

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.5 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 28

3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.3 Variabel Penelitian ... 30

3.4 Instrumen Penelitian... 30

3.4.1 Instrumen Data Kuantitatif ... 30

3.4.1.1 Validitas Instrumen ... 32

3.4.1.2 Reliabilitas Tes ... 33

3.4.1.3 Daya Pembeda (DP) ... 34

3.4.1.4 Indeks Kesukaran (IK) ... 36

3.4.2 Instrumen Data Kualitatif ... 38

3.4.2.1 Angket ... 38

3.4.2.2 Lembar Observasi ... 38

3.4.2.3 Jurnal Harian Siswa ... 39

3.5 Alat dan Bahan Ajar ... 39

3.6 Prosedur Penelitian... 40

3.7 Analisis Data ... 42

3.7.1 Analisis Data Kuantitatif ... 42

3.7.1.1 Analisis Data Pretest ... 43

3.7.1.2 Analisis Data Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis (Data Posttest) ... 44

3.7.1.3 Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (Data Indeks Gain) ... 45

3.7.2 Analisis Data Kualitatif ... 47

3.7.2.1 Angket Disposisi Matematis ... 47

3.7.2.2 Lembar Observasi ... 49

3.7.2.3 Jurnal Harian Siswa ... 49


(8)

vii

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Deskripsi Aktivitas Pembelajaran di Kelas ... 51

4.1.1.1 Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 51

4.1.1.2 Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 52

4.1.2 Analisis Data Kuantitatif ... 55

4.1.2.1 Analisis Data Pretest ... 55

4.1.2.2 Analisis Data Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis (Data Posttest) ... 58

4.1.2.3 Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (Data Indeks Gain) ... 61

4.1.3 Analisis Data Kualitatif ... 65

4.1.3.1 Analisis Data Angket Disposisi Matematis ... 65

4.1.3.2 Analisis Lembar Observasi ... 68

4.1.3.3 Analisis Jurnal Harian Siswa ... 71

4.2 Pembahasan ... 72

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 72

4.2.2 Disposisi Matematis Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan MEAs ... 74

BAB V PENUTUP ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81


(9)

viii

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penjelasan Indikator Berpikir Kritis ... 18

Tabel 3.1 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 31

Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal ... 33

Tabel 3.3 Hasil Validitas Butir Soal ... 33

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas Tes ... 34

Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda ... 35

Tabel 3.6 Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 36

Tabel 3.7 Kategori Indeks Kesukaran ... 36

Tabel 3.8 Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 37

Tabel 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 37

Tabel 3.10 Kategori Indeks Gain ... 45

Tabel 3.11 Pemberian Skor Skala Likert... 48

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Data Skor Pretest ... 55


(10)

ix

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.3 Hasil Uji Mann-Whitney Skor Pretest ... 57

Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Data Skor Posttest ... 58

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Posttest ... 59

Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney Skor Posttest ... 60

Tabel 4.7 Deskriptif Statistik Data Indeks Gain ... 61

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain ... 62

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Indeks Gain ... 63

Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Indeks Gain ... 64

Tabel 4.11 Komposisi Interpretasi Indeks Gain ... 64

Tabel 4.12 Interpretasi Disposisi Matematis Siswa Berdasarkan Angket ... 66

Tabel 4.13 Pencapaian Disposisi Matematis Siswa Berdasarkan Angket ... 67

Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 68


(11)

x

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Pengelompokan Siswa... 53

Gambar 4.2 Aktivitas Guru dalam Membimbing Diskusi Kelompok ... 53

Gambar 4.3 Aktivitas Siswa dalam kegiatan Presentasi ... 54


(12)

xi

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 83

A.2 Lembar Aktivitas Kelompok (LAK) ...107

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...121

LAMPIRAN B B.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...132

B.2 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...141

B.3 Lembar Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...142

B.4 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...144

B.5 Kisi-kisi Angket Disposisi Matematis ...146

B.6 Angket Disposisi Matematis ...147

B.7 Lembar Observasi Aktivitas Guru ...148

B.8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...149

B.9 Jurnal Harian Siswa ...150 LAMPIRAN C


(13)

xii

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.1 Skor Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...152

C.2 Data Perhitungan Hasil Uji Coba Tes ...153

C.3 Kelompok Atas dan Kelompok Bawah ...155

C.4 Komponen Tes Hasil Uji Coba ...156

LAMPIRAN D D.1 Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ...158

D.2 Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ...159

D.3 Hasil Uji Statistik Data Pretest dengan SPSS versi 19.0 ...160

D.4 Hasil Uji Statistik Data Posttest dengan SPSS versi 19.0 ...161

D.5 Hasil Uji Statistik Data Indeks Gain dengan SPSS versi 19.0 ...162

D.6 Data Mentah Angket Disposisi Matematis ...164

D.7 Data Skor Angket dengan Skala Likert ...166

LAMPIRAN E E.1 Contoh Hasil Jawaban Pretest Siswa ...169

E.2 Contoh Hasil Jawaban Posttest Siswa ...180

E.3 Contoh Hasil Jawaban LAK ...193

E.4 Contoh Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa ...206

E.5 Contoh Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru ...208

E.6 Contoh Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...211

E.7 Contoh Hasil Jurnal Harian Siswa ...214

LAMPIRAN F F.1 Surat Izin Uji Instrumen ...217

F.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Instrumen ...218

F.3 Surat Izin Penelitian ...219


(14)

1

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Permendiknas, 2006). Menyadari betapa perlunya matematika, setidaknya dapat kita lihat dalam kurikulum matematika di sekolah yang mendapat porsi jam lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya di semua jenjang pendidikan. Akan tetapi, dengan porsi jam pelajaran yang lebih banyak itu ternyata masih banyak siswa yang mengganggap matematika merupakan pelajaran yang sukar dipahami dan masih banyak siswa yang bertanya mengenai manfaat mempelajari matematika. Hal itu menyebabkan siswa mempertanyakan bagaimana mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Uraian di atas sejalan dengan Asikin (2002) yang menyatakan bahwa dunia pendidikan matematika masih memiliki berbagai masalah. Ada dua masalah yang amat besar dan penting. Pertama, pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa, antara lain karena bagi banyak


(15)

2

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa matematika adalah pelajaran yang tidak menarik dan terasa sukar. Kedua, meskipun dalam banyak kesempatan sering dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia (termasuk bagi kehidupan sehari-hari), masih banyak orang yang belum bisa merasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya dua masalah tersebut mengakibatkan pendidikan matematika di sekolah kurang memberikan sumbangan bagi pengembangan kemampuan berpikir siswa. Sebagaimana yang dinyatakan Asikin (2002), dua masalah tersebut juga menyebabkan pendidikan matematika di sekolah kurang memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan anak secara keseluruhan, baik bagi pengembangan kemampuan berpikir, bagi pembentukan sikap, maupun pengembangan kepribadian secara keseluruhan.

Kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh setiap siswa, agar siswa dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam dunia yang senantiasa berubah dan semakin kompleks. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan dan perlu dilatihkan kepada siswa, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan menengah.

Berpikir kritis juga menjadi salah satu tujuan diberikannya pembelajaran matematika di sekolah dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BNSP, 2006) adalah untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,


(16)

3

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa mampu mengolah, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Hal tersebut menjadikan matematika adalah bagian dari kurikulum yang melakukan suatu alur strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas SDM Indonesia dan menjadi pendukung perkembangan bidang ilmu yang lain.

Menurut Ennis (2000), berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Spliter (Hanaswati, 2000: 11) mengungkapkan bahwa, siswa yang berpikir kritis akan menjadikan penalaran sebagai landasan berpikir, berani mengambil keputusan dan konsisten dengan keputusan tersebut. Kemampuan berpikir kritis tidak hanya bermanfaat pada saat siswa belajar, tetapi dapat menjadi bekal bagi siswa di masa yang akan datang.

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting. Namun, hasil studi Progamme for International Student

Assesment (PISA) tahun 2009 untuk siswa SLTP se-Indonesia menunjukkan

bahwa Indonesia menempati urutan ke-61 dari 65 negara pesertanya. Siswa hanya mampu menguasai matematika sebatas memecahkan satu permasalahan sederhana, siswa belum mampu menyelesaikan masalah yang kompleks dan masalah yang rumit. Hal ini disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis di sekolah-sekolah jarang dilakukan. Wahyudin (Syukur, 2004: 4) menemukan bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode ekspositori. Pembelajaran secara konvensional ini membuat siswa hanya


(17)

4

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendengarkan, mencatat, bertanya, dan mengerjakan soal secara individu maupun kelompok.

Di samping itu, ketika peneliti melakukan pengamatan selama melakukan praktik mengajar, kebanyakan siswa menganggap bahwa matematika hanya mata pelajaran menghitung dan menggunakan rumus sehingga sulit untuk dipelajari. Kebanyakan siswa tidak tahu dan bingung manfaat dari mempelajari matematika. Hal ini menyebabkan gairah belajar matematika siswa tergolong rendah. Salah satu penyebab rendahnya gairah belajar matematika adalah pembelajaran matematika yang tidak menarik dan membosankan. Hal ini tentu akan menghambat proses dan hasil belajar siswa.

Selain kemampuan berpikir kritis, diperlukan juga sikap yang harus dimiliki oleh siswa, antara lain menyenangi matematika, menghargai keindahan matematika, memiliki keingintahuan yang tinggi dan senang belajar matematika. Dengan sikap yang demikian, siswa diharapkan dapat terus mengembangkan kemampuan matematika, menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya, dan dapat mengembangkan disposisi matematis.

Menurut Sumarmo (2006: 4), disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Disposisi siswa terhadap matematika tampak ketika siswa menyelesaikan tugas matematika, apakah dikerjakan dengan percaya diri, tanggung jawab, tekun, pantang menyerah, merasa tertantang, memiliki kemauan untuk mencari cara lain, dan melakukan


(18)

5

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

refleksi terhadap cara yang telah dilakukan. Penilaian dari disposisi matematis juga termuat dalam ranah afektif yang menjadi tujuan pendidikan matematika di SMP berdasarkan KTSP 2006, yaitu “Peserta didik memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.” (Depdiknas, 2003). Disposisi siswa terhadap matematika dapat diamati dalam diskusi kelas, misalnya seberapa besar keinginan siswa untuk menjelaskan solusi yang diperolehnya dan mempertahankan penjelasannya.

Salah satu upaya memfasilitasi siswa agar kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematisnya berkembang, yaitu dengan suatu pembelajaran yang membuat siswa aktif sehingga siswa leluasa untuk berpikir dan mempertanyakan kembali apa yang diterima dari gurunya. Untuk mencari dan menerapkan suatu hasil penelitian mengenai pendekatan pembelajaran matematika tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini dikarenakan membutuhkan keinginan yang kuat dari para akademisi maupun praktisi di dunia pendidikan matematika. Namun, apabila hal itu dilakukan secara berkelanjutan, maka lambat laun kekurangan-kekurangan dalam pendekatan pembelajaran matematika tersebut akan dapat diperbaiki.

Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) merupakan sebuah alternatif pendekatan yang berupaya membuat siswa dapat secara aktif ikut terlibat dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Keaktifan siswa itu terwujud dalam salah satu karakteristik pendekatan MEAs, yaitu memberikan peluang kepada siswa untuk mengambil kendali atas pembelajarannya sendiri dengan pengarahan


(19)

6

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses (Chamberlin dan Moon, 2008). Dengan terlibatnya siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat terlatih dengan baik. Chamberlin juga mengungkapkan karakteristik lainnya dari MEAs, yaitu MEAs membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir matematis yang lebih tinggi, di mana berpikir kritis termasuk ke dalam berpikir tingkat tinggi.

Pendekatan MEAs merupakan pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada masalah realistis, bekerja dalam kelompok kecil, dan menyajikan sebuah model untuk membantu siswa membangun pemecahan masalah dan membuat siswa menerapkan pemahaman konsep matematika yang telah dipelajarinya (Istianah, 2011: 27). Karakteristik MEAs ini sesuai dengan himbauan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) yang mengemukakan bahwa dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika diharapkan dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Penguasaan konsep akan diperoleh melalui bimbingan secara bertahap yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Melalui belajar dalam kelompok kecil dapat mendorong siswa berpikir kritis, sebagaimana Sumarmo (Istianah, 2011: 6) menyarankan bahwa pembelajaran matematika untuk mendorong berpikir kreatif dan berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan melalui belajar dalam kelompok kecil, menyajikan tugas non-rutin dan tugas yang menuntut strategi kognitif dan metakognitif siswa serta menetapkan pendekatan scaffolding.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan


(20)

7

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MEAs terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Dengan penerapan pendekatan MEAs, diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematinya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa SMP”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Model-Eliciting

Activities (MEAs) lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional?

2. Bagaimanakah disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan MEAs dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.


(21)

8

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengetahui disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan MEAs.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan matematika, antara lain sebagai berikut.

1. Bagi guru, menjadi salah satu alternatif pendekatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswanya.

2. Bagi siswa, agar mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar matematika sehingga dapat merangsang kemampuan berpikir kritisnya. 3. Bagi sekolah upaya ini dapat memberikan solusi alternatif dari masalah

pembelajaran yang ada, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengaplikasikan pembelajaran matematika dengan pendekatan MEAs.

1.5 Definisi Operasional

Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan, yaitu sebagai berikut.

1. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)

Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) adalah pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada masalah realistis (kontekstual), bekerja dalam kelompok kecil, dan menyajikan sebuah model untuk membantu siswa


(22)

9

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membangun pemecahan masalah dan membuat siswa menerapkan pemahaman konsep matematika yang telah dipelajarinya.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir reflektif dalam mengidentifikasi asumsi yang digunakan, merumuskan pokok-pokok permasalahan, membuktikan sesuatu berdasarkan sifat suatu pernyataan yang berkaitan dengan masalah. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Focus, memfokuskan pertanyaan, mengidentifikasi, merumuskan dan

mempertimbangkan jawaban yang mungkin,

2) Reason, mampu memberikan alasan pada jawaban yang diberikan,

3) Inference, membuat kesimpulan,

4) Situation, mampu menjawab soal sesuai konteks, menerjemahkan situasi

ke dalam bahasa matematika,

5) Clarify, mampu membuat klasifikasi atau membedakan konsep dengan

jelas tanpa menimbulkan ambiguitas, dan

6) Overview, melakukan tinjauan kembali atas jawaban, keputusan, atau

kesimpulan yang ditetapkan sebelumnya. 3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan metode ekspositori. Guru terlebih dulu memberikan keterangan, definisi, prinsip, dan konsep materi pelajaran dilanjutkan dengan memberikan contoh-contoh soal, kemudian siswa diberi latihan untuk diselesaikan.


(23)

10

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Disposisi Matematis

Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat dalam diri siswa untuk belajar dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Indikator untuk disposisi matematis dalam penelitian ini adalah:

1) Kepercayaan diri dengan indikator: percaya diri terhadap kemampuan/keyakinan.

2) Keingintahuan dengan indikator: sering mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan, antusias/semangat dalam belajar, dan banyak membaca/mencari sumber lain.

3) Ketekunan dengan indikator: gigih/tekun/perhatian/kesungguhan.

4) Fleksibilitas dengan indikator: kerjasama/berbagi pengetahuan, menghargai pendapat yang berbeda, dan berusaha mencari solusi/strategi lain.

5) Reflektif dan rasa senang dengan indikator: bertindak dan berhubungan dengan matematika dan menyukai/rasa senang terhadap matematika.


(24)

28

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dalam pembelajaran matematika. Hal ini berarti perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan pendekatan MEAs, sedangkan aspek yang diukur adalah kemampuan berpikir kritis siswa.

Metode dalam penelitian ini adalah metode kuasi-eksperimen. Ruseffendi (2005: 52) menyatakan bahwa pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa apabila dilakukan pembentukan kelas yang baru hanya akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.

Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh perlakuan berupa pembelajaran dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs), sedangkan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok tersebut kemudian mendapatkan pretest dan posttest, kemudian dibandingkan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswanya. Sehingga desain


(25)

29

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

design”. Adapun desain penelitian yang dilakukan digambarkan sebagai berikut (Ruseffendi, 2005: 50).

Keterangan:

O : Pretest dan posttest

X : Perlakuan berupa penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi menurut Arifin (2011:215) adalah keseluruhan objek yang yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Sedangkan menurut Sugiono (2011: 117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang dipilih pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Cimahi semester genap tahun ajaran 2012/2013. Kelas VIII di SMP Negeri 2 Cimahi terdiri dari 14 kelas.

Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili karakteristik dari populasi atau bersifat representatif. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Dari populasi yang dipilih tersebut terpilihlah kelas VIII-11 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-10 sebagai kelas kontrol.

O X

O O O


(26)

30

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3 Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek atau titik perhatian dari suatu penelitian. Pada penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan MEAs, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen data kuantatif berupa tes yang meliputi pretest (tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan) dan posttest (tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan). Sedangkan, instrumen data kualitatif berupa data non-tes yang meliputi angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa. Berikut ini penjelasan tentang instrumen penelitian secara rinci.

3.4.1 Instrumen Data Kuantitatif

Menurut Arifin (2011:226), tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Instrumen tes yang digunakan adalah pretest dan posttest. Tes ini diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa terhadap materi yang diajarkan. Oleh karena itu, tes disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis.


(27)

31

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soal pretest dan posttest berbentuk tes subjektif (uraian/essay) yang terdiri dari 5 butir. Penggunaan tipe tes uraian dikarenakan tes uraian lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Suherman, 2003:78). Selain itu, Ruseffendi (2005:118) menyatakan bahwa dalam tes uraian hanya siswa yang telah menguasai materi dengan betul-betullah yang bisa memberikan jawaban yang baik dan benar. Soal-soal yang terdapat pada pretest sama dengan soal-soal yang terdapat pada posttest. Pretest diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis siswa, sedangkan posttest diberikan untuk melihat pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa setelah perlakuan selesai.

Sebelum tes kemampuan berpikir kritis diberikan pada siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen kepada siswa di luar sampel yang telah mempelajari materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok), yakni kelas IX-2 SMP Negeri 2 Cimahi. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembedanya.

Hasil tes kemampuan berpikir kritis diberi skor sesuai kriteria penskoran. Penskoran memerlukan rubrik yang sesuai dengan kebutuhan evaluasi. Pedoman pemberian skor kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini (Hasratuddin, 2012: 64).

Tabel 3.1

Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Skor Keterangan

4

 Jawaban lengkap dan benar

 Ilustrasi dan indikator yang diukur sempurna


(28)

32

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor Keterangan

 Membuat sedikit kesalahan 3

 Jawaban benar tapi belum sempurna

Ilustrasi dan indikator yang diukur baik (good)  Pekerjaannya ditunjukkan dan/atau dijelaskan  Membuat beberapa kesalahan

2

 Jawaban belum lengkap

Ilustrasi dan indikator yang diukur cukup (fair)  Penyimpulan belum akurat

 Muncul beberapa keterbatasan dalam pemahaman konsep matematika  Membuat agak banyak kesalahan

1

 Memunculkan masalah dalam ide matematika, tetapi tidak dapat dikembangkan

Ilustrasi dan indikator yang diukur kurang (poor)  Banyak kesalahan operasi yang muncul

 Terdapat sedikit pemahaman matematika yang diilustrasikan  Membuat banyak kesalahan

0

 Keseluruhan jawaban tidak nampak  Tidak muncul indikator yang diukur

 Sama sekali tidak muncul arah penyelesaian  Ada indikasi bluffing (mencoba-coba, guessing)  Tidak menjawab sama sekali masalah yang diberikan

3.4.1.1 Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102). Dalam penelitian ini, untuk mencari koefisien validitas instrumen adalah dengan menggunakan rumus korelasi

product moment memakai angka kasar (raw score) Pearson (Suherman, 2003:

119-120), yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan Y N : banyak subjek (siswa)


(29)

33

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu X : skor tiap butir soal masing-masing siswa

Y : skor total masing-masing siswa

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford (Suherman, 2003: 112) dengan kategori yang disajikan dalam Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Kriteria Validitas Butir Soal Koefisien validitas Kategori

Tidak valid

Validitas sangat rendah Validitas rendah Validitas sedang Validitas tinggi Validitas sangat tinggi

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007 dalam menentukan daya validitas untuk setiap butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.3

Hasil Validitas Butir Soal Nomor

Soal

Nilai

Nilai

r Tabel Kriteria Kategori

1 0,63

0,339

Valid Validitas Sedang

2 0,73 Valid Validitas Tinggi

3 0,70 Valid Validitas Tinggi

4 0,69 Valid Validitas Sedang

5 0,55 Valid Validitas Sedang

Dari Tabel 3.3 di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki validitas sedang dan tinggi.


(30)

34

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suherman (2003: 131) mengemukakan bahwa suatu alat evaluasi (tes dan non-tes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap (konsisten, ajeg). Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian. Oleh karena itu, untuk mencari koefisien reliabilitas ( ) digunakan rumus Alpha (Suherman, 2003: 154).

Keterangan:

: koefisien reliabilitas alat evaluasi n : banyaknya butir soal

∑ : jumlah varians skor setiap soal

: varians skor total

Menurut Guilford (Suherman, 2003: 139), koefisien reliabilitas diinterpretasikan dalam Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Kategori Reliabilitas Soal Koefisien reliabilitas Kategori

Reliabilitas sangat rendah Reliabilitas rendah Reliabilitas sedang Reliabilitas tinggi Reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil pengolahan dari Microsoft Office Excel 2007, reliabilitas data hasil tes siswa adalah 0,67, berarti termasuk derajat reliabilitas sedang


(31)

35

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daya pembeda sebuah soal menyatakan sejauh mana kemampuan butir soal mampu membedakan siswa yang menjawab benar dan siswa yang menjawab salah. Galton (Suherman, 2003: 159) mengemukakan bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut. Dengan perkataan lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suheman, 2003: 160).

̅ ̅

Keterangan:

DP : Daya Pembeda

̅ : Rata-rata skor siswa kelompok atas

̅ : Rata-rata skor siswa kelompok bawah

SMI : Skor Maksimum Ideal

Kategori untuk menginterpretasikan daya pembeda disajikan pada Tabel 3.5 berikut (Suherman, 2003: 161).

Tabel 3.5

Kategori Daya Pembeda Daya Pembeda Kategori

Sangat jelek

Jelek

Cukup


(32)

36

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sangat baik

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007 dalam menentukan daya pembeda untuk setiap butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal Nomor Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi

1 0,53 Baik

2 0,33 Cukup

3 0,53 Baik

4 0,41 Baik

5 0,34 Cukup

Dari Tabel 3.6, terlihat bahwa instrumen tes yang diujicobakan terdiri dari 3 butir soal memiliki kriteria daya pembeda baik dan 2 butir soal cukup.

3.4.1.4 Indeks Kesukaran (IK)

Menurut Suherman (2003: 168), hasil evaluasi yang baik dari seperangkat tes akan menghasilkan nilai yang berdistribusi normal.Untuk mencari indeks kesukaran digunakan rumus:

̅

Keterangan:

IK : Indeks Kesukaran

̅ : Rata-rata skor jawaban soal ke-i

SMI : Skor Maksimum Ideal soal ke-i

Klasifikasi interpretasi indeks kesukaran menggunakan kategori seperti yang disajikan pada Tabel 3.7 berikut (Suherman, 2003: 170).


(33)

37

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7

Kategori Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori

Soal Sangat sukar

Soal Sukar

Soal Sedang

Soal Mudah

Soal Sangat mudah

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007 dalam menentukan indeks kesukaran untuk setiap butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.8

Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal Nomor Soal Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi

1 0,73 Soal Mudah

2 0,51 Soal Sedang

3 0,34 Soal Sedang

4 0,78 Soal Mudah

5 0,34 Soal Sedang

Dari Tabel 3.8, terlihat soal nomor 1 dan 4 mempunyai indeks kesukaran mudah, soal nomor 2, 3, dan 5 mempunyai indeks kesukaran sedang. Soal nomor 4 yang memiliki kriteria indeks kesukaran mudah disebabkan redaksi atau validitas mukanya yang terlalu mudah dipahami. Oleh karena itu, soal tersebut diperbaiki dengan pertimbangan dari dosen pembimbing menjadi soal yang memiliki indeks kesukaran yang sukar.

Tabel 3.9

Rekapitulasi Analisis Butir Soal

Reliabilitas Tes: 0,67 (Sedang) Validitas: 0,66 (Sedang)

Nomor Soal Validitas Butir Soal Daya Pembeda Indeks

Kesukaran Keterangan

1 Validitas


(34)

38

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 Validitas

Tinggi Cukup Soal Sedang Digunakan

3 Validitas

Tinggi Baik Soal Sedang Digunakan

4 Validitas

Sedang Baik Soal Mudah

Digunakan dengan syarat perbaikan 5 Validitas

Sedang Cukup Soal Sedang Digunakan

3.4.2 Instrumen Data Kualitatif

Data kualitatif diolah atau dianalisis dengan cara membandingkan antara data yang diperoleh dengan teori yang ada. Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa.

3.4.2.1 Angket

Angket merupakan evaluasi non-tes yang mengukur aspek afektif. Menurut

Suherman (2003: 56), “Angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan

yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)”. Pembuatan angket disposisi matematis ini bertujuan untuk mengukur disposisi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan MEAs.

Skala yang digunakan untuk angket ini adalah skala Likert. Angket ini memuat pernyataan yang disajikan dalam dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Setiap pernyataan diberikan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pengisian angket ini dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan.


(35)

39

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lembar observasi merupakan data pendukung yang dinilai pada saat penelitian berlangsung. Lembar observasi harus diisi oleh observer (pengamat) yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang sedang berlangsung serta untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran dengan pendekatan MEAs. Hal tersebut dibuat untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana dan tujuan penelitian. Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi aktivitas siswa berfungsi untuk menilai partisipasi siswa dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan MEAs.

3.4.2.3 Jurnal Harian Siswa

Jurnal harian siswa ini adalah karangan siswa yang dibuat setiap akhir pembelajaran. Siswa bebas memberikan tanggapan, kritikan, atau komentar tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan MEAs. Jurnal harian siswa digunakan sebagai sumber informasi tentang pendapat, saran, dan komentar siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan guna memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.


(36)

40

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahan ajar yang disusun dalam penelitian ini, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun untuk mendukung terlaksananya pembelajaran di kelas. RPP merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam setiap pertemuan di kelas. Dalam penelitian ini, penulis membuat tiga RPP untuk masing-masing kelas, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP untuk kelas kontrol dirancang dengan menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP kelas eksperimen dirancang dengan menggunakan pendekatan MEAs.

2) Lembar Kegiatan Kelompok (LKK)

Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) ini memuat petunjuk dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa secara berkelompok. LKK diberikan pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan MEAs, sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan buku sumber.

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, analisis, dan penyusunan laporan.

(1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut. a) Mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti.


(37)

41

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Menyusun proposal penelitian.

d) Konsultasi dengan pembimbing mengenai proposal penelitian. e) Seminar proposal.

f) Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar. g) Membuat instrumen penelitian.

h) Mengurus perizinan ke sekolah yang dijadikan tempat uji coba instrumen dan tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 2 Cimahi.

i) Melakukan uji coba instrumen penelitian.

j) Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian.

k) Menyusun RPP dan LKK (Lembar Kegiatan Kelompok).

l) Mengonsultasikan RPP, LKK, dan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing.

(2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.

a) Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian, yaitu kelas VIII-10 sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-11 sebagai kelas eksperimen.

b) Melaksanakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis awal siswa sebelum mendapat perlakuan pembelajaran.

c) Memberikan angket disposisi matematis kepada siswa kelas eksperimen (di awal sebelum memulai perlakuan dan di akhir setelah perlakuan).


(38)

42

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d) Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan MEAs di kelas eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan konvensional di kelas kontrol.

e) Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen.

f) Melaksanakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(3) Tahap Analisis

Setelah penelitian selesai dilaksanakan, hasil data kuantitatif dan kualitatif dikumpulkan untuk kemudian diolah dan dianalisis.

(4) Tahap Penyusunan Laporan

Setelah penelitian dan analisis data selesai, dilakukan penyusunan laporan. Hasil data yang telah diolah dan dianalisis kemudian melakukan bimbingan serta merevisi hasil laporan setelah melakukan bimbingan.

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

3.7.1 Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil data pretest dan posttest atau index gain yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengolahan data


(39)

43

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kuantitatif dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretest dan

posttest atau index gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji statistik ini

menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Package and Servive Solution) versi 19.0 for Windows. Langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif sebagai berikut.

3.7.1.1 Analisis Data Pretest

Analisis data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas, apakah kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan yang sama atau tidak. Skor pretest kemampuan berpikir kritis yang diperoleh, dilakukan pengujian sebagai berikut.

1) Statistik Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretest, dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, varians, deviasi standar, dan jumlah siswa. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.

2) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0, yaitu uji statistika Saphiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila kedua data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata.


(40)

44

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney.

Dalam penelitian ini ada salah satu data yang tidak berdistribusi normal, yaitu data pretest dari kelas eksperimen. Oleh karena itu, langkah pengujiannya tidak dilanjutkan pada uji homogenitas akan tetapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian beda dua rata-rata ini bertujuan untuk melihat apakah skor pretest kedua kelas sama atau tidak. Pengujian ini adalah uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney. Karena hasil pretest kelas ekperimen dan kelas kontrol menunjukkan kemampuan yang tidak berbeda (sama), maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa adalah data posttest.

3.7.1.2 Analisis Data Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis (Data

Posttest)

Data yang digunakan untuk mengetahui pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah data postest. Skor posttest kemampuan berpikir kritis yang diperoleh, dilakukan pengujian sebagai berikut. 1) Statistik Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil posttest, dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi nilai maksimum,


(41)

45

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nilai minimum, rata-rata, varians, deviasi standar, dan jumlah siswa. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.

2) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0, yaitu uji statistika Saphiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila kedua data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata. Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney.

Dalam penelitian ini ada salah satu data yang tidak berdistribusi normal, yaitu data posttest dari kelas eksperimen. Oleh karena itu, langkah pengujiannya tidak dilanjutkan pada uji homogenitas akan tetapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney. 3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian beda dua rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan atau tidak dari kedua kelas. Karena data posttest dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rata-rata yang dilakukan adalah uji non-parametrik Mann-Whitney.

3.7.1.3 Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

(Data Index Gain)

Data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis adalah data index gain. Index gain ini dihitung dengan menggunakan rumus


(42)

46

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun kriteria index gain menurut Hake (Kurniawan, 2011: 43) disajikan dalam Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10 Kategori Index Gain

g Kategori

g≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Dalam penelitian ini, untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Statistik Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data index gain, dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, varians, deviasi standar, dan jumlah siswa. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.

2) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0, yaitu uji statistika Saphiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila kedua data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata. Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney.


(43)

47

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, kedua data index gain berdistribusi normal. Oleh karena itu, langkah pengujiannya dilanjutkan pada uji homogenitas varians dengan menggunakan Levene’s test.

3) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians data yang diuji memiliki varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan menggunakan uji statistika Levene’s test pada taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini, data index gain dari kedua kelas mempunyai varians yang homogen sehingga langkah pengujian selanjutnya adalah uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t.

4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian beda dua rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan atau tidak dari kedua kelas. Jika data memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka pengujian hipotesisnya menggunakan uji t, yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Sedangkan, jika data memenuhi asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujian hipotesisnya menggunakan uji t’, yaitu Independent

Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen.

Data index gain dalam penelitian ini berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, uji perbedaan dua rata-ratanya menggunakan uji t, yaitu

Independent Sample T-Test dengan asumsi varians homogen.


(44)

48

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data kualitatif diperoleh dari angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa yang diberikan pada kelas eksperimen. Pengolahan untuk masing-masing data kualitatif tersebut adalah sebagai berikut.

3.7.2.1 Angket Disposisi Matematis

Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui disposisi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan MEAs. Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Angket pada penelitian ini terdiri dari dua buah kelompok pernyataan, yaitu pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Jenis angket yang diberikan berupa angket tertutup, maka untuk mengolah data yang diperoleh dari angket menggunakan skala Likert.

Setiap pernyataan dalam angket skala Likert memiliki skor yang berbeda, kategori angket skala Likert (Suherman, 2003: 191) disajikan dalam Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11

Pemberian Skor Skala Likert Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Skor siswa dihitung dengan cara menjumlahkan bobot skor setiap pernyataan dari alternatif jawaban yang dipilih. Pencapaian disposisi matematis siswa dilihat dari persentase dengan menggunakan rumus perhitungan persentase sebagai berikut.


(45)

49

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

: persentase jawaban SMI : Skor Maksimum Ideal

Angket disposisi matematis digolongkan ke dalam disposisi matematis positif atau disposisi matematis negatif. Penggolongan ini dilakukan dengan membandingkan skor subjek dengan skor alternatif jawaban netral dari pernyataan. Apabila rata-rata skor siswa terhadap pernyataan lebih dari tiga, maka dapat dikatakan bahwa disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan MEAs adalah positif. Namun, jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan kurang dari tiga, maka dapat dikatakan bahwa disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan MEAs adalah negatif.

3.7.2.2 Lembar Observasi

Data hasil lembar observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan suasana pembelajaran matematika dengan pendekatan MEAs. Data hasil observasi dapat dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa yang terjadi di dalam kelas dengan pendekatan MEAs kemudian dianalisis secara deskriptif.

3.7.2.3 Jurnal Harian Siswa

Penilaian jurnal harian siswa dilakukan untuk menganalisis pendapat siswa setelah selesai pembelajaran. Data yang terkumpul ditulis dan dipisahkan mana yang termasuk jurnal yang bersifat positif dan mana yang bersifat negatif, sehingga dapat disimpulkan secara umum sebagai bahan evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya.


(46)

76

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Cimahi diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) pada materi Kubus dan Balok meningkat secara signifikan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa saran berikut ini.

1. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga pendekatan tersebut sebaiknya menjadi salah satu alternatif pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika oleh guru di kelas.


(47)

77

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3. Penggunaan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dapat dilakukan pada materi, indikator, dan kompetensi matematis yang berbeda dengan subjek penelitian yang lebih luas.


(48)

78

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M. (2002). Daspros Pembelajaran Matematika 1. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/13425097/Diktat-Kuliah-Daspros-Pemb-Mat1 [31 Januari 2013]

BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: litbang.kemdikbud.go.id/content/BUKUST~1(4).pdf [16 September 2012].

Chamberlin, Scott A. & Moon, Sidney M. (2008). How Does the Problem Based

Learning Approach Compare to the Model-Eliciting Activity Approach in

Mathematics? [Online]. Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/

journal/chamberlin.pdf [26 November 2012]

Chamberlin, Scott A. & Moon, Sidney M. (2005). Model-Eliciting Activities as a

Tool to Develop and Identify Creatively Gifted Mathematicians. [Online].

Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/contentdelivery/servlet/E RICServlet?accno=EJ746044 [9 September 2012]

Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia:

http://www.bapsi.undip.ac.id/images/Download/Dokumen/uu%20no.20%20 thn%202003%20sisdiknas.pdf [16 September 2012].

Diefes-Dux, H. A., Verleger, M. A. (2009). Student Reflection on Peer Reviewing

Solutions to Model-Eliciting Activities. [Online]. Tersedia:

http://foeconference.org/fie2009/papers/1403.pdf [31 Januari 2013] Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall.

Fitria, R. 2010. Pengaruh Pembelajaran Melalui Strategi Heuristik Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pencemaran Air untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madarsah Aliyah melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hasratuddin. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikis Kritis dan Kecerdasan

Emosional Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi


(49)

79

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hassoubah, Z.I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Nuansa.

Istianah, Euis. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematik dengan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) pada Siswa SMA. Tesis Pascasarjana UPI: Tidak diterbitkan.

Khotimah, T. H. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi

FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Lathifah, L. N. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CO-OP

terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dalam Matematika. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

NCTM. (1989). Curriculum & Evaluation Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/focalpoints [8 Februari 2013] Permana, Y. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi,

dan Disposisi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Model-Eliciting Activities. Disertasi Pascasarjana UPI: Tidak diterbitkan.

Permendiknas. (2006). Standar Isi. [Online]. Tersedia:

http://www.kemdiknas.go.id/list_link/produk-hukum/peraturan-menteri/2006. [23 November 2012].

Prasetyo, E. H. (2011). Penerapan Model Eliciting Activities untuk Meningkatkan

Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi pada UMS:

Tidak Diterbitkan.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainnya Bagi Para Peneliti, Penulis Skripsi, Penulis Tesis, Penulis Desertasi, Dosen Metode Penelitian dan Mahasiswa. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Guru dan

Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung: JICA UPI

Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa. Mengapa, dan

Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia:

http://dc594.4shared.com/download/7sJw4QV9/berfikir-dan-disposisi-matemat.pdf?tsid=20130820-054809-2ffc1755 [25 Mei 2013]


(1)

49

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

: persentase jawaban SMI : Skor Maksimum Ideal

Angket disposisi matematis digolongkan ke dalam disposisi matematis positif atau disposisi matematis negatif. Penggolongan ini dilakukan dengan membandingkan skor subjek dengan skor alternatif jawaban netral dari pernyataan. Apabila rata-rata skor siswa terhadap pernyataan lebih dari tiga, maka dapat dikatakan bahwa disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan MEAs adalah positif. Namun, jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan kurang dari tiga, maka dapat dikatakan bahwa disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan MEAs adalah negatif.

3.7.2.2 Lembar Observasi

Data hasil lembar observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan suasana pembelajaran matematika dengan pendekatan MEAs. Data hasil observasi dapat dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa yang terjadi di dalam kelas dengan pendekatan MEAs kemudian dianalisis secara deskriptif.

3.7.2.3 Jurnal Harian Siswa

Penilaian jurnal harian siswa dilakukan untuk menganalisis pendapat siswa setelah selesai pembelajaran. Data yang terkumpul ditulis dan dipisahkan mana yang termasuk jurnal yang bersifat positif dan mana yang bersifat negatif, sehingga dapat disimpulkan secara umum sebagai bahan evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya.


(2)

76

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Cimahi diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) pada materi Kubus dan Balok meningkat secara signifikan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa saran berikut ini.

1. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga pendekatan tersebut sebaiknya menjadi salah satu alternatif pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika oleh guru di kelas.


(3)

77

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3. Penggunaan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dapat dilakukan pada materi, indikator, dan kompetensi matematis yang berbeda dengan subjek penelitian yang lebih luas.


(4)

78

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M. (2002). Daspros Pembelajaran Matematika 1. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/13425097/Diktat-Kuliah-Daspros-Pemb-Mat1 [31 Januari 2013]

BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: litbang.kemdikbud.go.id/content/BUKUST~1(4).pdf [16 September 2012].

Chamberlin, Scott A. & Moon, Sidney M. (2008). How Does the Problem Based Learning Approach Compare to the Model-Eliciting Activity Approach in Mathematics? [Online]. Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/ journal/chamberlin.pdf [26 November 2012]

Chamberlin, Scott A. & Moon, Sidney M. (2005). Model-Eliciting Activities as a Tool to Develop and Identify Creatively Gifted Mathematicians. [Online]. Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/contentdelivery/servlet/E RICServlet?accno=EJ746044 [9 September 2012]

Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia: http://www.bapsi.undip.ac.id/images/Download/Dokumen/uu%20no.20%20 thn%202003%20sisdiknas.pdf [16 September 2012].

Diefes-Dux, H. A., Verleger, M. A. (2009). Student Reflection on Peer Reviewing Solutions to Model-Eliciting Activities. [Online]. Tersedia: http://foeconference.org/fie2009/papers/1403.pdf [31 Januari 2013]

Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall.

Fitria, R. 2010. Pengaruh Pembelajaran Melalui Strategi Heuristik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madarsah Aliyah melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hasratuddin. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikis Kritis dan Kecerdasan Emosional Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(5)

79

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hassoubah, Z.I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Nuansa.

Istianah, Euis. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dengan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) pada Siswa SMA. Tesis Pascasarjana UPI: Tidak diterbitkan.

Khotimah, T. H. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Lathifah, L. N. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CO-OP terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dalam Matematika. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

NCTM. (1989). Curriculum & Evaluation Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/focalpoints [8 Februari 2013] Permana, Y. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi,

dan Disposisi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Model-Eliciting Activities. Disertasi Pascasarjana UPI: Tidak diterbitkan.

Permendiknas. (2006). Standar Isi. [Online]. Tersedia:

http://www.kemdiknas.go.id/list_link/produk-hukum/peraturan-menteri/2006. [23 November 2012].

Prasetyo, E. H. (2011). Penerapan Model Eliciting Activities untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi pada UMS: Tidak Diterbitkan.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya Bagi Para Peneliti, Penulis Skripsi, Penulis Tesis, Penulis Desertasi, Dosen Metode Penelitian dan Mahasiswa. Bandung: Tarsito. Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Guru dan

Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung: JICA UPI

Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa. Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://dc594.4shared.com/download/7sJw4QV9/berfikir-dan-disposisi-matemat.pdf?tsid=20130820-054809-2ffc1755 [25 Mei 2013]


(6)

Tresna Nur’aviandini, 2013

Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syukur, M. (2004). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wahyuningrum, E. (2010). Model-Eliciting Activities Dalam Pembelajaran Matematika. [Online] Tersedia: http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/1085 /model-eliciting-activitiesdalam-pembelajaran-matematikaoleh-:-endang- wahyuningrum,-endangningrum@gmail.com,-telp:-081310057871%28ma- hasiswa-s3-pendidikan-matematika,-universitas-pendidikan-indone-sia,-bandung%29 [10 Februari 2013]

Wardani, S. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Disposisi Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Model Sylver. Disertasi Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Wardhani, E. (2006). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Diskursus terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Matematika. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Widyastuti. (2010). Pengaruh Pembelajaran Model-Eliciting Activities terhadap Kemampuan Representasi Matematik dan Self-Efficacy Siswa. Tesis Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Di SMP Bhinneka Tunggal Ika)

15 64 203

Pendekatan Pembelajaran Model Eliciting Activities (Meas) Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi Eksperimen Di Smp Negeri 178 Jakarta)

2 25 225

Pengaruh Pendekatan Model Eliciting Activities (MEA;) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa

10 55 273

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SMP.

3 12 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa SMP Negeri 9 Cimahi Kelas VII.

0 1 49

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAs) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP.

3 9 38

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN SELF-EFFICACY SISWA.

0 1 41

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dengan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) pada Siswa SMA.

0 1 55

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

0 0 6

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAs) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN MENGURANGI KECEMASAN SISWA

0 1 9