PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI BANDUNG TAHUN 1901-1942.

(1)

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI

BANDUNG TAHUN 1901-1942

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh EEN YULIANI

0605746

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI BANDUNG TAHUN 1901-1942

Een Yuliani (0605746)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

PEMBIMBING I

Dr.Erlina Wiyanarti, M.Pd NIP. 19620718 198601 2 001

PEMBIMBING II

Wawan Darmawan, S.Pd., M.Hum NIP. 19710101 19903 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M. Pd NIP. 19570408 198403 1 003


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI BANDUNG TAHUN 1901-1942 ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya. Apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2013 Yang membuat pernyataan


(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ perkembangan pendidikan Islam di Bandung tahun 1901-1942”. Secara umum penulisan skripsi ini didorong oleh keinginan penulis untuk melakukan kajian yang lebih mendalam mengenai pendidikan Islam di Bandung khususnya pada masa penjajahan Belanda. Studi ini secara garis besar ingin menjawab pertanyaan” bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Bandung tahun 1901-1942?”. Untuk memfokuskan penelitian, penulis membuat empat buah pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana perkembangan Pendidikan Islam di Bandung pada akhir abad 19 ?; (2) Bagaimana perkembangan Pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942?; (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942?; (4) Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam perkembangan pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942. Untuk membahas permasalahan tersebut, peneliti melakukan kajian dengan menggunakan metode historis, yaitu meliputi pengumpulan sumber baik lisan maupun tulisan, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan studi literatur dan wawancara. Peneliti dalam hal ini lebih memfokuskan penelitian melalui studi literatur guna memperoleh gambaran mengenai pendidikan Islam khususnya di Bandung dari sumber-sumber tertulis. Dari hasil kajian terhadap diperoleh gambaran bahwa dalam kurun waktu 1901-1942, pendidikan Islam di Bandung mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut berkaitan dengan pencanangan Politik Etis tahun 1901 dan usaha-usaha yang dilakukan oleh para intelektual dan cendikiawan muslim dan keinginan dari masyarakat Bandung untuk memperoleh pendidikan Islam. Para cendekiawan-cendekiawan muslim tidak kenal menyerah dan dengan gigih terus memperjuangkan pendidikan Islam, walaupun harus melalui berbagai hambatan, halangan, dan rintangan. Kemajuan pendidikan Islam tidak lepas dari peran para kyai dan tokoh lainnya serta masyarakat yang selalu ikut andil dalam melawan kebijakan kolonial yang tidak memihak pada dunia pendidikan Islam di Indonesia. Pendidikan Islam pada zaman penjajahan Belanda mengalami hambatan yang serius. Hal ini dikarenakan penjajah Belanda selain menjajah juga menyebarkan agama yang mereka anut, yaitu Kristen-Protestan. Pendidikan Islam banyak mengalami hambatan dalam menjalankan kegiatannya. Pendidikan Islam berlangsung di madrasah dan pondok pesantren, proses pendidikannya hampir sama dengan pendidikan Islam pada masa sebelumnya.


(5)

ABSTRACT

This thesis entitled "The development of Islamic education in Bandung in 1901-1942 " . In general, this thesis is driven by the desire of the author to do a deeper study of the Islamic education in London , especially in the Dutch colonial period . This study outlines wanted to answer the question " how the development of Islamic education in Bandung in 1901-1942 ? " . To focus the study , the authors make the following four questions : ( 1 ) How does the development of Islamic Education in London in the late 19th century ? ; ( 2 ) How does the development of Islamic Education in London in the year 1901 to 1942 ? ; ( 3 ) Factors

influence the development of Islamic education in London in 1901-1942 ? ; ( 4 ) what are the constraints faced in the development of Islamic education in London in 1901-1942 . To address these problems , the researchers conducted a study using the historical method , which involves collecting both oral and written sources , source criticism , interpretation , and historiography . While the techniques of research conducted by using a literature study and interviews . Researchers in this study focuses more on literature study in order to obtain an overview of Islamic education , especially in Bandung from written sources . From the results of the study indicated that in the period 1901-1942 , Islamic education in London has

developed . The development is related to the launching of the Ethical Policy in 1901 and the efforts made by Muslim intellectuals and scholars and the desire of the public to obtain Bandung Islamic education . The Muslim scholars do not know surrender and continued to fight fiercely Islamic education , despite having to go through various obstacles ,

impediments , and obstacles . Advancement of education can not be separated from the role of Islamic clerics and other figures as well as people who always took part in the fight against colonial policies that are not in favor of Islamic education in Indonesia . Islamic education in the Dutch colonial era experienced a serious obstacle . This is because in addition to colonize the Dutch colonists also spread their religion , which is Christian - Protestant . Islamic

education many obstacles in carrying out its activities . Islamic education takes place at the school and boarding school , education is almost the same as the process of Islamic education in the past .


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR PETA ...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...7

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian ...7

1.4 Metodologi dan Teknik Penelitian ...9

1.4.1 Metode Penelitian ...8

1.4.2 Teknik Penelitian ...9

1.5 Sistematika Penulisan ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Sekolah di Bandung...11

2.2 Perkembangan Sekolah-Sekolah Islam di Bandung tahun 1901-1942...16

2.3 Kajian Tentang Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia...18

2.3.1 Kajian Tentang Madrasah...18

2.3.2 Kajian tentang Pesantren di Indonesia...19

2.4 Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia...26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data...32

3.2 Persiapan Penelitian...34

3.3 Pelaksanaan Penelitian...36

3.4 Penulisan Hasil penelitian (Historiografi)...41

BAB IV KONDISI PENDIDIKAN ISLAM DI BANDUNG PADA TAHUN 1901-1942 4.1 Bandung Pada Awal Abad Ke 20...43

4.1.1 Kondisi Geografis Dan Penduduk Wilayah Bandung...43


(7)

4.2 Gambaran umum Pendidikan Islam di Bandung menjelang abad ke 20..46 4.2.1 Penyelenggaraan pendidikan di wilayah Bandung tahun 1900-

1942...46 4.2.2 Penyelenggaraan pendidikan Islam di wilayah Bandung tahun

1900-1942...50 4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di

Bandung pada tahun 1901-1942...67 4.4 Kendala-Kendala Dalam Perkembangan Pendidikan Islam Di Bandung 69

BAB V KESIMPULAN ...77 DAFTAR PUSTAKA...78 LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat berpikir secara obyektif yang akan memberinya kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak (Soekanto, 1999: 363).

Tak bisa dipungkiri pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya pendidikan seseorang yang pada awalnya tidak mengetahui apa-apa menjadi mengetahui segala hal. Dari yang tidak bisa menulis dan membaca menjadi terampil menulis dan membaca. Dari seseorang yang tidak berkemampuan apapun menjadi seseorang yang pandai dan berkemampuan IPTEK. Dalam Islam hal ini tercantum dalam surat Al-Alaq, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang

menciptakan.” Dengan demikian jelaslah manusia memiliki kewajiban dalam mencari ilmu terutama dengan memperoleh pendidikan yang layak.

Di Indonesia kita mengenal ada 3 jenis pendidikan, yaitu pendidikan nonformal, formal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta. Sedangkan pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara


(9)

mandiri. Ketiga jenis pendidikan itu sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal, berkemampuan IPTEK tinggi, dan berakhlak mulia.

Pendidikan yang baik tidak hanya membentuk seseorang menjadi cerdas semata. Kecerdasan yang tinggi tanpa disertai akhlak yang mulia akan menjadi sia-sia belaka. Di sinilah peran guru sebagai pendidik diperlukan, sebab guru tidak hanya berperan sebagai

pengajar dalam artian “transfer ilmu”. Guru harus mampu mendidik anak didiknya agar

berakhlak mulia serta berguna bagi nusa dan bangsa.

Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia yang berlimpah kekayaan alam tidak bisa meniknati, karena hampir seluruh kekayaan alamnya diangkut ke negeri Belanda sebagai negara penjajah. Keadaan ini membuat kecemasan kaum importir Belanda yang membawa barang hasil industri dari Eropa ke Indonesia, karena mereka tidak dapat menjual barang dagangannya karena daya beli masyarakat yang rendah, sedangkan industri di negeri Belanda sedang pesat. Semakin banyaknya kemunculan kaum liberalis di Belanda, yang salah seorang tokohnya adalah Van Deventer, yang memunculkan gagasan perlunya Belanda memperhatikan kesejahteraan dan kepentingan pendidikan Bangsa Indonesia. Pemikiran Van

Deventer itu terkuak dalam tulisan yang kemudian dikenal sebagai “ hutang kehormatan”

yang ditulis dalam sebuah artrikel dalam majalah De Gids yang terbit pada tahun 1899. Dalam sumber yang sama dijelaskan bahwa, Van Deventer berusaha meyakinkan masyarakat Belanda bahwa keuntungan yang diperoleh dari Indonesia selama ini hendaknya dibayar kembali dari perbendaharaan negara. Peristiwa dapat dipandang sebagai ekspresi ide yang

baru kemudian dikenal dengan “Politik Etika”.

Van Deventer menganjurkan program itu untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan memperbaiki irigasi agar meningkatkan produksi pertanian, menganjurkan transmigrasi dan perbaikan dalam lapangan pendidikan. Sejak dilaksanakannya politik etika tampak sekali kemajuan dalam pendidika dengan diperbanyaknya sekolah rendah, sekolah yang berorientasi barat untuk orang Cina dan Indonesia yang didirikan. Demikian juga pendidikan dikembangkan secara vertikal dengan didirikannya MULO dan AMS yang terbuka bagi anak Indonesia untuk melanjutkan ke tingkat Universitas. Selama periode ini akhirnya sistem pendidikan mencapai kelengkapannya. Dalam rangka memperbaiki pengajaran rendah bagi kaum bumi putera, maka pada tahun 1907 diambil dua tindakan penting, yaitu memberi corak dan sifat ke Belanda-Belandaan pada kelas I (Hollands Inlandse School) dan mendirikan sekolah kelas II (vervolg).


(10)

Konsekuensi Politik Etis ini, pada gilirannya sangat mempengaruhi perkembangan sistem pendidikan pribumi khususnya pendidikan bercorak Islam (Islam). Sistem pendidikan Islam mulai terancam karena sistem pendidikan yang dijalankan oleh Belanda terbuka luas bagi rakyat, dan disadari pula bahwa, melalui pendidikan, Belanda melakukan proses

“pembaratan” rakyat pribumi yang pada gilirannya akan melapangkan jalan bagi politik

kolonial sendiri.

Kebijaksanaan pendidikan Belanda di Indonesia didasarkan pada pandangan bahwa pendidikan Islam (tradisional) dianggap sebagai kekuatan laten yang dapat mengancam kekuatan pemerintah. Oleh karena itu harus ada usaha untuk melemahkan potensi Islam melalui kebijakan pendidikan ini. Pada tahun 1905 pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan

Goeroe Ordonantie ”, yakni undang-undang yang mewajibkan para pendidik di sekolah-sekolah diluar kontrol pemerintah, memperoleh izin dari instansi yang ditentukan (Saidi, 1984: 126).

Situasi sosial dan politik di Hindia-Belanda pada awal abad ke dua puluh, telah berimplikasi terhadap pendidikan Islam. Belanda memiliki persepsi bahwa pendidikan Islam dan politik adalah sesuatu yang sukar untuk dipisahkan. Tidak heran bila sistem pendidikan Islam sering dijadikan bulan-bulanan dan harus berhadapan dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan jajahan yang tidak menguntungkan. Keadaan inilah yang telah memicu meningkatnya kesadaran rakyat pribumi, terutama kalangan ulama, untuk semakin memberikan prioritas dalam bidang pendidikan. Para ulama mendirikan organisasi-organisasi sosial keagamaan yang sekaligus bergerak dalam lapangan pendidikan dan bahkan politik.

Pendidikan Islam kurang mendapat perhatian dari pemerintah Belanda walaupun pada dasarnya tidak membedabedakan pendidikan, namun pada kenyataanya pendidikan Islam tidak mendapat perhatian. Dalam banyak hal langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Belanda untuk mengawasi gerakan pembaharuan itu umumnya diarahkan kepada gerakan nasional dan tidak terbatas pada gerakan-gerakan pembaharuan Islam saja.

Banyak dikalangan Islam yang mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan, bukan hanya dari kalangan Kristen saja tetapi juga dari pihak nasionalis yang netral agama. Meskipun sudah diberlakukannya Politik Etis namun pendidikan Islam di Indonesia kurang mendapat perhatian dari pemerintah Belanda. Walaupun Islam di Indonesia banyak tertutup oleh lapisan kepercayaan lain seperti kepercayaan animisme dan Hindu, orang-orang Islam di negeri ini pada waktu itu menganggap agama mereka sebagai alat pengikat yang kuat yang membedakan mereka dari orang-orang yang bukan Islam yang mereka anggap sebagai “orang


(11)

asing”. Karena itu sebagian orang-orang Islam merasa asing terhadap Belanda hal itu membuktikan bahwa adanya jarak antara orang Belanda dengan orang Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah Belanda memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan dan pengajaran orang Islam. Cara ini diharapkan Belanda akan menumbuhkan perhatian orang Indonesia untuk menerima kebudayaan Belanda, yaitu kebudayaan barat, dan menumbuhkan pula pengertian yang lebih baik diantara mereka terhadap orang Belanda (Noer, 1982: 181-183).

Dalam dua dasawarsa pertama setelah tahun 1900, pendidikan di Hindia-Belanda (Indonesia) pada umumnya dan Jawa Barat sebagai pusat pemerintahan pada khususnya mengalami banyak kemajuan pesat. Pemerintah berusaha untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang umum bagi sekian banyak golongan penduduk yang beraneka ragam coraknya. Secara umum penduduk menurut keturunan dan lapisan sosial yang ada dan menurut golongan waktu itu. Dengan demikian pada tahun 1900 atau setelah adanya Politik Etis terlihat adanya perkembangan pendidikan di Jawa Barat, hal tersebut dibuktikan dengan didirikannya sekolah-sekolah di daerah Jawa Barat, termasuk di Bandung.

Pendidikan masyarakat Bandung pada umumnya sama seperti halnya dengan pendidikan di daerah lainnya di Indonesia. Pendidikan barat pada awalnya diperuntukan hanya bagi golongan bangsawan saja, terutama berlaku bagi para putera Bupati dan elit Sunda lainnya dengan sistem pendidikan formal yang bersifat barat pada mulanya dikhususkan untuk para putera bupati dan pejabat-pejabat orang Indonesia dalam bentuk kursus di rumah-rumah pejabat tersebut (pemerintahan Kotamadya daerah Tingkat II Bandung 1981:39). Pendidikan tersebut dilaksanakan dilingkungan keluarga secara individual dan dilakukan oleh anggota keluarga lain terutama yang meliputi materi menulis, membaca dan berhitung. Sedangkan untuk pendidikan agama disampaikan oleh kyai/ajengan yang sengaja didatangkan oleh keluarga (Wiriaatmadja, 2002:58).

Seiring dengan didirikannya sekolah-sekolah dan diberlakukannya pendidikan di Bandung. Muncul juga sekolah-sekolah yang bercorakan Islam, seperti Langgar, Madrasah dan Pesantren yang didalamnya mempelajari lebih banyak mnengenai agama Islam lebih dalam. Dalam pesantren ini para santri mendapatkan pengajaran pengajaran pengetahuan tentang Islam seperti, Usuluddin (pokok-pokok ajaran keagamaan), Usul Fiqh, fiqh, Ilmu Arobiyah (untuk mendalami agama dan bahasa) dan mata pelajaran lain. Adanya sekolah-sekolah tersebut tidak terlepas dari peran serta tokoh-tokoh Islam yang membangun dan mendirikan sekaligus sebagai guru yang ingin mengajarkan bukan hanya pendidikan dasar saja tetapi pendidikan Islam secara tepat. Sebagai seorang muslim pendidikan tentang Islam


(12)

harus dipelajari sedini mungkin supaya mengerti mengenai kewajiban sebagai seorang Muslim.

Pendidikan Islam di Bandung berkembang dikarenakan banyaknya tokoh-tokoh Islam yang mendirikan sekolah Islam seperti Pesantren dan Madrasah, Pesantren- Pesantren dan Madrasah ini mereka kelola dan dikembangkan sehingga dapat menarik banyak perhatian masyarakat awam hingga kaum intelektual. Pesantren telah banyak berperan dalam proses penyebaran Islam di Indonesia terutama terletak di pundak para ulama. Paling tidak ada dua cara yang dilakukan. Pertama, membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig ke daerah-daerah yang lebih luas. Kedua, melalui karya-karya yang tersebar dan dapat di baca di berbagai tempat jauh, yang mencerminkan pemikiran dan ilmu-ilmu keagamaan (Yatim, 2003:301).

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada di Bandung pada saat itu adalah Persis. Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “Persatuan Islam” (Persis). Nama persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam. Falsafah ini didasarkan kepada firman

Allah Swt dalam Al Quran Surat 103 : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali

(undang-undang (aturan) Allah seluruhnya dan janganlah kamu bercerai berai”. Serta sebuah

hadits Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Kekuatan Allah itu bersama al-jama’ah”.

Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada faham Al-Quran dan Sunnah. Hal ini dilakukan berbagai macam aktifitas diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-sekolah (pesantren), menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Tujuan utamanya adalah terlaksananya syariat Islam secara kaffah (keseluruhan)

dalam segala aspek kehidupan. Untuk mencapai tujuan jam’iyyah, Persis melaksanakan

berbagai kegiatan antara lain pendidikan yang dimulai dengan mendirikan Pesantren Persis pada tanggal 4 Maret 1936.

Di Bandung tentu tidak hanya Persis yang menyelenggarakan pendidikan Islam. Untuk itulah penelitian ini penelitian ini untuk melengkapi perkembangan pendidikan Islam di Bandung secara lebih.

Menulusuri sejarah pendidikan terutama pendidikan Islam di Indonesia sejatinya sulit karena minimnya keterangan, bukti dan referensi yang mendukung. Kalangan akademisi,


(13)

perpustakaan tidak banyak memberikan rekomendasi yang kita butuhkan utamanya periode penjajahan. Data, manuskrip, prasasti dan benda peninggalan sejarah kejayaan Nusantara banyak diangkut ke luar negeri, hingga tiap penulusuran sejarah di Indonesia mengalami kendala, karena itulah peneliti merasa tertantang untuk meneliti. Sejauh yang penulis ketahui belum ada tulisan yang secara khusus menjelaskan pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942, selain itu sebagai generasi muda dan mahasiswa pendidikan sejarah ingin menambah khasanah tentang sejarah pendidikan Islam.

Berdasarkan hal di atas, penulis merasa tertarik untuk mencoba mengkaji sejauh mana perkembangan pendidikan Islam di Bandung. Adapun kurun waktu 1901-1942 merupakan periode sejak pemberlakuan politik etis sampai dengan berakhirnya kekuasaan pemerintah Belanda di Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk skripsi dengan” Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung 1901-1942”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian tersebut di atas, peneliti membatasi masalah melalui rumusan dan batasan masalah berikut ini dalam beberapa pertanyaan, antara lain :

1. Bagaimana perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia sekitar akhir abad 19 ? 2. Bagaimana perkembangan Pendidikan Islam di Bandung antara tahun 1901-1942?

3. Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942?

4. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam perkembangan pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian

Sesuai dengan pokok pemikiran di atas, terdapat tujuan yang hendak dicapai oleh penulis yaitu merupakan Jawaban dari masalah-masalah yang dirumuskan sebelumnya, antara lain:

1. Mendeskripsikan gambaran umun awal perkembangan Pendidikan Islam di Bandung pada akhir abad 19.

2. Menjelaskan perkembangan Pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942. 3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di

Bandung pada tahun 1901-1942.

4. Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942.


(14)

Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan diantaranya:

1. Memperkaya penulisan sejarah terutama mengenai sejarah pendidikan Islam 2. Untuk menambah informasi mengenai pendidikan Islam di Indonesia

1.4 Metodologi dan Teknik Penelitian 1.4.1 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh peneliti yaitu metode historis atau metode sejarah. Sesuai dengan kepentingan dalam melakukan penulisan karya ilmiah ini, menggunakan beberapa tahap dalam metode sejarah yang dilakukan antara lain:

1. Heuristik, yaitu kegiatan mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan baik itu sumber primer maupun sumber sekunder, atau juga sumber lisan dan sumber tulisan sehingga dapat digunakan dalam menJawab permasalahan mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung (1901-1942).

2. Kritik sumber, merupakan tahapan penulisan dalam menyelidiki dan menilai secara kritis apakah sumber-sumber yang berkaitan erat dengan Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung (1901-1942). Penulis melakukan dua hal dalam masalah kritik sumber baik itu sumber tertulis ataupun sumber lisan. Pertama kritik eksternal yaitu cara pengujian tehadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang dipergunakan. Kedua adalah kritik internal, yaitu cara pengujian yang dilakukan terhadap aspek dalam yang berupa isi dari sumber tersebut, dengan demikian dapat diperoleh fakta tentang kondisi Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung (1901-1942).

3. Interpretasi, merupakan tahap untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul dengan mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung

permasalahan yang menjadi kajian penulis yaitu “Perkembangan Pendidikan Islam di

Bandung (1901-1942)”. Adapun pendekatan yang digunakan untuk menganalisis fakta yang diperoleh digunakan pendekatan interdisipliner, dengan menggunakan beberapa konsep sosiologi-ekonomi yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji, seperti mobilitas dan perubahan sosial dan hubungan sosial.

4. Historiografi, pada tahap ini sumber sejarah yang sudah terkumpul dianalisis dan ditafsirkan, untuk selanjutnya ditulis menjadi suatu rangkaian cerita yang relevan atau ilmiah

dalam tulisan yang berbentuk skripsi dengan judul ” Perkembangan Pendidikan Islam di


(15)

1.4.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam kepentingannya untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan adalah dengan menggunakan studi kepustakaan (studi literatur), yaitu dengan meneliti dan mempelajari sumber-sumber tertulis, baik berupa buku-buku, majalah, artikel, dan jurnal atau juga dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika dari hasil dari penelitian akan disusun kedalam lima bab yang terdiri dari : BAB I Pendahuluan, dalam bab ini antara lain dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan penelitian, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II Tinjauan pustaka, dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini berupa buku, arsipmaupun koran dan majalah, Buku-buku tersebut adalah buku yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan Islam di Bandung.

BAB III Metodologi Dan Teknik Penelitian, bab ini dibahas langkah-langkah seperti metode dan teknik penulisan yang dipergunakan oleh penulis dalam memperoleh sumber, pola pengolahan sumber dengan melakukan kritik eksternal dan internal, interpretasi, yaitu menganalisis dan melakukan sintesis terhadap fakta-fakta yang telah didapatkan dari kegiatan sebelumnya. Historiografi merupakan hasil akhir dari penelitian dan dijadikan laporan sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di UPI.

BAB IV “ Kondisi Pendidikan Islam Di Bandung (1901-1942)”, pada bab ini berupaya

membahas uraian mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan selruh pembahasan yang dilakukan oleh penulis seloama penelitian. Pembahasan tersebut di dalamnya terlebih dahulu bagaimana Bandung awal adab ke-20 yang dapat dilihat dari xegi geografis, keadaan penduduknya dan wilayah Bandung. Lebih lanjut akan dibahas tentang kondisi sosial-ekonomi wilayah Bandung.pada bagian akhir dibahas mengenai perkembangan dari lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti penjelasan-penjelasan tentang aspek-aspek yang ditanyakan dalam rumusan masalah. Bab ini juga membahas mengenai kondisi pendidikan Islam di Bandung pada tahun 1901-1942.


(16)

BAB V Kesimpulan, dalam pembahasan bab ini menyajikan penafsiran secara terpadu

terhadap semua hasil penelitian yang diperoleh tentang ”Pendidikan Islam di Bandung di

Tengah Penjajahan Belanda”. Temuan hasil penelitian di lapangan yang telah dibahas pada bab IV dan hasil penjelasan pada bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan penulis lalu disimpulkan dalam sebuah analisis.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai “

Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942”. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul tersebut, penulis dalam pembahasannya menggunakan metode historis. Menurut Gottschalk (1975:32) bahwa yang dimaksud dengan metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Kemudian menurut Surakmad (1994:132) bahwa metode historis merupakan langkah yang di dalamnya kita berusaha mencari penjelasan mengenai sesuatu gejala dalam masa lampau. Sedangkan metode sejarah menurut Ismaun (2005: 35) adalah:

“Proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran rekaman dan peninggalan -peninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis bukti-bukti dan data-data

yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah yang dapat dipercaya”.

Berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh tersebut maka terdapat adanya suatu kesamaan pendapat bahwa dalam upaya penulisan sebuah peristiwa masa lampau seorang sejarahwan harus berusaha menggunakan berbagai sumber sejarah yang relevan. Sumber sejarah tersebut tidak sepenuhnya dipergunakan tetapi harus melalui berbagi pengujian dan analisa.

Pendapat lain yang membahas tentang metode dalam penulisan sejarah adalah pendapat yang dikemukakan oleh Sjamsuddin (1996:3), menurutnya metode sejarah adalah bagaimana menngetahui sejarah. Dalam metode historis tersebut kemudian penulis menggunakan bebepapa langkah procedural yang ditujukan untuk dapat mengetahui dan merekonstruksi sebuah peristiwa sejarah. Langkah tersebut menurut penulis didasarkan atas adanya sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran data peristiwa atau gagasan yang timbul di masa lampau.

Secara ringkas Wood Gray (Sjamsuddin, 2007: 89-90) mengemukakan ada enam langkah dalam metode historis sebagai berikut:

1. Memilih topik yang sesuai.

Dalam penelitian ini, topik tentang perkembangan Pendidikan Islam di Bandung dipilih peneliti karena peneliti tertarik untuk menelusuri Pendidikan Islam di Bandung secara mendalam.


(18)

Mencari dan mengumpulkan data-data yang terkait dengan perkembangan Pendidikan Islam di Bandung.

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditentukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (melakukan kritik sumber). Kritik dilakukan terhadap semua sumber yang dihimpun peneliti tentang perkembangan Pendidikan Islam di Bandung untuk memperoleh data yang relevan.

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Adapun beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005), yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pengertian dari beberapa langkah kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Heuristik, yaitu mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan pembahasan. Pada tahap ini akan digunakan studi kepustakaan yaitu memperoleh data berupa buku-buku sumber ataupun arsip yang dianggap relevan dengan pembahasan mengenai perkembangan pendidikan, sejarah pendidikan Islam. Pada tahap ini akan dilakukan pencarian sumber lisan melalui teknik wawancara orang-orang yang mengetahui keadaan pendidikan Islam antara tahun 1901-1942

2. Kritik sumber, dilakukan terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh dalam langkah pertama, baik kritik terhadap sumber-sumber primer maupun sekunder. Dari sini diharapkan akan diperoleh fakta-fakta historis yang otentik. Ada dua macam kritik yang dilakukan pada tahap ini yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal yaitu meneliti dari sumber yang diperoleh. Sedangkan kritik internal digunakan untuk mengetahui keaslian dari aspek materi.

3. Interpretasi yaitu proses penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah serta penyusunan yang menyangkut seleksi sejarah. Tahap ini diawali dengan dengan melakukan penafsiran terhadap fakta yang berasal dari sumber tertulis maupun lisan yang telah melalui fase kritik. Penulis menganalisis dan mengkaji fakta-fakta tersebut, kemudian


(19)

diinterpretasikan oleh penulis. Penginterpretasian ini diharapkan dapat menJawab permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Historiografi, merupakan tahapan terakhir dari metode ilmiah sejarah dalam penulisan skripsi. Dalam historiografi ini, fakta-fakta yang telah melalui berbagai macam proses kemudian disusun menjadi satu kesatuan sejarah yang dituangkan dalam sebuah karya tulis.

Dalam penelitian ini, penulis berusaha menguraikan beberapa langkah yang dipergunakan sampai terbentuk suatu penullisan sejarah yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Langkah tersebut terdiri dari persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian serta laporan peneltian.

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penelitian, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan. Teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah cara-cara atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:

1. Studi literatur, merupakan cara mempelajari sumber-sumber yang terkumpul dalam bentuk tulisan atau sumber tertulis lainnya yang berhubungan dan mendukung permasalahan dari kajian ini. Setelah literatus terkumpul, serta fakta yang telah ditemukan dianggap memadai untuk penulisan ini, maka akan lebih mempermudah dalam proses penulisannya. Studi literatur juga merupakan teknik yang digunakan oleh penulis dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan, dengan mengkaji sumber seperti dari buku yang membantu penulis dalam menentukan landasan teori dan keterangan tentang permasalahan yang akan dikaji. Khususnya studi leteratur tentang sosial-budaya karena penelitian ini dikaji dari sudut pandang sosial-budaya.

2. Wawancara adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan pendapat, aspirasi harapan, persepsi, keinginan dan lain-lain dari individu atau responden dengan cara memberikan pertanyaan yang diajukan kepada responden oleh peneliti. Pada tahap ini penulis mewawancarai beberapa narasumber yang mengetahui keadaan seputar Pendidikan Islam di Bandung tahun 1901-1942

Wawancara atau interview dalam suatu penelitian bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 1997:129).


(20)

Sebelum seorang peneliti memulai wawancara, ada beberapa masalah yang harus dipecahkan oleh peneliti sebelum melakukan wawancara diantaranya, seleksi individu untuk diwawancara, pendekatan orang yang telah diseleksi untuk diwawancara, dan pengembangan suasana lancar dalam wawancara serta usaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan sepenuhnya dari orang yang diwawancara.

3. Studi dokumentasi, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan atau lain-lain. Studi dokumentasi ini mempunyai kelebihan, yaitu apabila terdapat kekeliruan, sumber datanya masih tetap dan belum berubah. Hal tersebut menjadikan penulis lebih yakin dalam melakukan penelitian karena di dukung dengan adanya bukti fisik dari studi dokumentasi tersebut.

4. Setelan penulis memaparkan mengenai karakteristik metode historis dan teknik pengumpulan data, selanjutnya penulis akan menguraikan mengenai pelaksanaan penelitian yang dibagi dalam tiga tahap yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan hasil penelitian.

3.2 Persiapan Penelitian

Pada tahap ini terdapat adanya beberapa hal yang penulis lakukan yaitu memilih dan menentukan topik penelitian. Proses pemilihan topik penelitian ini dilakukan setelah sebelumnya penulis membaca beberapa literatur dan mengikuti perkuliahan-perkuliahan. Kemudian akhirnya penulis memutuskan untuk memilih kajian sejarah pendidikan Islam

yang berjudul ” perkembangan Pendidikan islan di Bandung Tahun 1901-1942”. Tindakan selanjutnya yaitu menentukan metode dan tekhnik pengumpulan data. Tekhnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, yaitu meneliti dan mempelajari buku, arsip serta dokumen-dokumen peninggalan masa lampau yang relevan.

Studi tersebut digunakan oleh penulis sebagai usaha dalam mencari bahan yang berfungsi sebagai sumber data. Tahap ini dilakukan oleh penulis didasarkan atas anggapan bahwa bahan pustaka atau sumber tertulis merupakan hal yang umum dalam langkah penelitian sejarah. Sumber tertulis itu diantaranya buku, arsip, artikel, dan wawancara atau sejarah lisan. Untuk sejarah lisan penulis akan berusaha mencari pelaku-pelaku sejarah yang pernah mengalami kejadian. Tetapi apabila terdapat pelaku sejarah terutama dari tangan pertama (sumber primer) maka penulis akan mencari sumber sekunder.


(21)

Pada tahap ini langkah yang dilakukan oleh penulis diantaranya:

1) Menyusun Rencana Penelitian

Rencana penelitian merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan oleh penulis. Tahapan tersebut yaitu dengan mengajukan judul penelitian kepada TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi). Hal ini dilakukan untuk mengkonsultasikan apabila judul yang akan diambil dan dibahas belum ada yng meneliti atau sudah. Kemudian setelah judul disetujui penulis diizinkan untuk menyusun proposal skripsi yang nantinya akan dipersiapkan dalam seminar. Seminar sendiri dilaksanakan pada hari rabu tanggal 23 Juli 2010 pukul 08:00 sampai dengan selesai.

Tindakan selanjutnya , setelah disetujui dalam seminar maka diputuskan dalam pengesahan surat ketua TPPS dan etua jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI nomer 057/ TPPS / JPS/ 2010 adapun sistematika usulan penelitian yang diajukan oleh penulis tersebut terdiri dari:

a. Judul

b. Bab I Pendahuluan c. Bab II Tinjauan Pustaka d. Bab III Metodologi penelitian e. Bab IV Pembahasan

f. Bab V Kesimpulan Daftar pustaka

2) Mencari Sumber Informasi/Observasi Awal

Upaya yang dilakukan oleh penulis dalam tahapan ini yaitu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pencarian dan pengumpulan sumber informasi. Pencarian tersebut dilakukan pada lembaga-lembaga dan tempat-tempat yang menurut penulis terdapat di dalamya sumber sejarah. Tempat tersebut diantaranya perpustakaan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), Bapusda, Perpustakaan UNPAD (Universitas Padjajaran), Perpustakaan ABRI, Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Daerah Kodya Bandung, Perpustakaan Gedung Sate, Musieum Sribaduga, Dinas Pendidikan Jawa Barat, Arsip Daerah, Badan Pusat Statistik, Dinas Kebudayaandan Pariwisata, Direktorat Jendral


(22)

Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Jawa Barat, Toko Buku Gramedia, Palasari serta tempat-tempat penjualan buku di Cikapundung dan Jl. Dewi Sartika.

3) Proses Bimbingan

Proses bimbingan merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan oleh penulis selama penyusunan skripsi. Proses bimbingan ini dapat membantu penulis dalam menentukan langkah yang tepat dari setiap kegiatan penelitian yang dilakukan. Pada proses ini, penulis juga mendapat masukan dan arahan baik itu berupa komentar atau perbaikan dari Pembimbing I dan Pembimbing II. Selama proses penyusunan skripsi penulis melakukan proses bimbingan dengan Pembimbing I dan Pembimbing II sesuai dengan waktu dan teknik bimbingan yang telah disepakati bersama sehingga bimbingan dapat berjalan lancar dan diharapkan penyusunan skripsi dapat memberikan hasil sesuai ketentuan.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini penulis berusaha untuk melakukan beberapa langkah penelitian, antara lain:

1) Heuristik

Langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu pennulis mengumpulkan data dari bernagai macam sumber sejarah yang ada kaitannya dan relevan dengan pokok permasalahan dalam penelitian. Jenis sumber atau data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber tertulis (berupa buku, dokumen, surat kabar dan lain-lain). Menurut Helius Sjamsuddin sumber sejarah (Historical Sources) merupakan segala sesuatu yang langung atau tidak langsung menceritakan pada kita tentang suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau (Past actually) (2007:73).

Proses pengumpulan sumber tersebut kemudian penulis lakukan dengan berupaya mengunjungi tempat-tempat yang di dalamnya terdapat data yang diperlukan alam penulisan skripsi ini. Selain itu juga, penulis berupaya untuk mendapatkan sumber dari kesaksian orang-orang yang mengetahui mengenai keadaan pendidikan Islam di Bandung tahun 1901-1942.

Penggunaan sumber sejarah tersebut membantu dalam upaya mengkaji dan menguraikan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Hal tersebut dikarenakan sumber sejarah merupakan segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung


(23)

menceritakan kepada kita tentang suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau.

2) Kritik sumber

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis setelah melakukan langkah heuristik adalah dengan berupaya menyusun sumber-sumber ada ke dalam kategori tertentu. Kategori tersebut disusun berdasarkan atas:

1. Materi atau kajian yang terdapat di dalam sumber 2. Kurun waktu atau zaman

3. Karakteristik zaman

Selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah melakukan upaya kritik terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Hal tersebut dilakukan karena sumber-sumber yang penulis dapatkan, disadari atau tidak memiliki kelemahan di dalamnya. Kelemahan ini dapat diperkecil dengan cara membandingkannya dengan beberapa sumber lain.

Menurut Sjamsuddin (2007:109) kritik sumber merupakan proses penyaringan secara kritis terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Langkah yang dapat terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber. Pendapat lain dikemukakan oleh Nugroho Noto Susanto (dalam Mulyawarman, 2000:44-45) kritik sumber merupakan metode untuk menilai sumber-sumber yang kita butuhkan guna mengadakan penulisan sejarah.

Kritik sumber dapat dilakukan terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan. Informasi berupa data atau fakta dari sumber tertulis disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sedangkan untuk sumber lisan kritik dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal seperti faktor usia, perilaku dalam arti apakah narasumber mengatakan yang sebenarnya. Kemudian penulis mengadakan kaji banding terhadap data lisan dari beberapa narasumber. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal.

1. Kritik Eksternal

Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang di dalamnya mencakup aspek otensias yang dimiliki oleg sumber. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007 : 134) :

Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang


(24)

mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak.

Penulis melakukan kritik eksternal terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan. Dalam melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber tertulis, penulis memperhatikan aspek akademis dari penulis buku yaitu dengan melihat latar belakang penulis buku tersebut untuk melihat keotentitasannya, memperhatikan aspek tahun penerbitan, serta tempat buku diterbitkan. Berdasarkan hal tersebut, penulis berkesimpulan bahwa sumber literatur tersebut merupakan sumber tertulis yang dapat digunakan dalam penelitian ini.

Penulis pun melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan yang dilakukan penulis dengan cara mengidentifikasi narasumber. Kritik eksternal terhadap sumber lisan, penulis lakukan dengan cara melihat usia narasumber, kedudukan, kondisi fisik dan perilaku, pekerjaan, pendidikan, agama, dan keberadaanya pada kurun waktu 1901-1942. Narasumber yang penulis kunjungi rata-rata memiliki usia yang tidak muda lagi dan mungkin ingatannya juga sudah tidak bagus lagi, namun wawancara ini sangat penting sebagai sumber untuk penulis melanjutkan tulisannya.

Menurut Sjamsuddin (2007:135) kritik eksternal melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Selain itu dijelaskan pula bahwa sebelum sumber-sumber dapat digunakan dengan aman, setidaknya ada lima pertanyaan yang harus diJawab, yaitu:

a. Siapa yang mengatakan itu?

b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?

c. Apa sebenarnya yang dimaksud orang itu melalui kesaksiannya tersebut?

d. Apakah yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten; apakah ia mengetahui fakta itu?

e. Apakah orang tersebut memberikan informasi dengan sebenarnya?

Jadi pada dasarnya kritik eksternal merupakan upaya untuk menguji otentitas dan integritas sumber sejarah.

2. Kritik Internal

Kritik internal menekankan kegiatannya dengan melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek dalam dari setiap sumber. Kritik internal dilakukan untuk mengetahui isi sumber sejarah tersebut atau tingkat kredibilitas isi informasi dari narasumber. Menurut Notosusanto (Mulyawarman, 2000: 46) menyatakan bahwa hal tersebut dapat dipedroleh


(25)

dengan cara yaitu mengadakan penilaian intensif terhadap sumber yang diperoleh kemudian membanding-bandingkan kesaksian daripada berbagai sumber. Dari pendapat tersebut penulis dapat melakukan kritik internal yang dilakukan terhadap sumber tertulis dilakukan dengan membandingkan antara sumber-sumber yang telah terkumpul dan menentukan sumber relevan dan akurat dengan permasalahan yang dikaji.

Langkah yang dilakukan oleh penulis dalam hal ini yaitu berupaya melakukan pengujian terhadap materi yang terdapat dalam sumber baik terhadap sumber primer maupun sekunder. Sumber yang diperoleh kemudian penulis seleksi, terutama dalam hal informasi yang terdapat di dalamnya. Hal tersebut dilakukan karena buku-buku yang menjadi sumber acuan, dan penjabarannya terdapat materi yang berusaha memihak salah satu lembaga baik pemerintah maupun masyarakat.

Proses kritik dan analisis terhadap sumber yang dilakukan oleh penulis tersebut ditujukan agar dalam penelitian skripsi ini dapat memperoleh kebenaran. Sehingga, data-data yang diperoleh dan nantinya akan digunakan dapat dipercaya.

Kritik internal untuk sumber lisan penulis melakukan kaji banding terhadap hasil wawancara narasumber yang satu dengan yang lainnya karena tidak semua orang memiliki pandangan yang sama terhadap suatu permasalahan. Contohnya hasil wawancara antara dua orang tokoh yang merupakan alumni dari sekolah agama, penulis melakukan kaji banding apakah terdapat perbedaan-perbedaan dari Jawaban yang dikemukakan oleh narasumber. Jika kebanyakan isinya seragam, dengan demikian penulis dapat menyimpulkan apa yang dikatakan narasumber adalah benar. Hal ini untuk mencari kecocokan diantara narasumber dan untuk meminimalisir subjektivitas narasumber tersebut.

3. Penafsiran Sumber (Interpretasi)

Pada tahapan ini penulis melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh baik dari sumber tulisan maupun sumber lisan. Fakta-fakta yang telah ditemukan dan dikumpulkan tersebut kemudian untuk selanjutnya dihubungkan satu dengan lainnya, sehingga setiap fakta tidak berdiri sendiri dan menjadi rangkaian peristiwa yang saling berhubungan.

Penelitian dalam tahapan ini berusaha memilah dan menafsirkan setiap fakta yang dianggap sesuai dengan bahasan dalam penelitian. Setiap fakta-fakta yang diperoleh penulis dari sumber primer dibandingkan dan dihubungkan dengan fakta lain yang diperoleh baik dari sumber tulisan maupun sumber lisan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi sebagian data yang diperoleh tidak mengalami penyimpangan. Setelah fakta-fakta tersebut dapat


(26)

diterima dan dihubungakan dengan fakta lainnya maka rangkaian fakta tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah rekonstruksi yang menggambarkan kodisi pendidikan Islam masyarakat Bandung pada tahun 1901-1942.

3.4 Penulisan Hasil penelitian (Historiografi)

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari proses penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pada metodologi penelitian historis, tahap ini disebut dengan Historiografi. Metodologi historis merupakan suatu bagian dalam penulisan sejarah yang di dalamnya seorang sejarahwan menggunakan seluruh daya pikirannya. Usaha tersebut bukan saja meliputi keterampilan teknik penggunaan kutipan, catatan-catatan tetapi juga penggunaan pikiran kritis dan analisanya yang pada akhirnya menghasilkan suatu pemikiran sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuannya dalam suatu penulisan utuh (Sjamsuddin,1996:153).

Langkah yang dilakukan oleh penulis dalam hal ini, yaitu berupaya menyususn sebuah skripsi secara utuh. Skripsi ini disusun berdasarkan uraian bab yang terdapat didalamnya, merupakan satu kesatuan yang berhubungan satu dengan yang lain. Bab satu merupakan paparan dari penulis yang berisikan tentang langkah awal dari penelitian untuk merencanakan materi atau kajian apa yang akan ditulis dalam skripsi. Bab dua, yaitu tinjauan pustaka. Dalam bab ini, penulis berusaha memaparkan buku-buku sumber yang dijadikan sebagai bahan dasar acuan, dalam menjelaskan bab empat atau pembahasan.

Dalam bab ini penulis berusaha memaparkan dimana letak kekurangan dan kelebihan dari buku-buku yang digunakan sebagai sumber. Hal tersebut dilakukan agar kekurangan dala buku yang satu dapat dilengkapi oleh bukku lain. Dalam proses tersebut, penulis berupaya seobjektif mungkin sehingga tidak memihak kepada salah satu buku. Bab tiga yaitu metodologi penelitian. Dalam bab tiga ini berisikan paparan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi.

Hal tersebut meliputi langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam mengumpulkan sumber. Kemudian bagimana sumber tersebut diolah atau dianalisis oleh penulis yang akhirnya dapat mendukung pembahasan dalam skripsi ini. Bab empat yaitu pembahasan. Pada bab ini penulis berusaha menJawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam bab satu yaitu dalam perumusan masalah. Proses tersebut penulis lakukan tentunya merupakan rangkaian dari penyusunan bab-bab sebelumnya. Tahap terakhir yaitu bab lima. Dalam bab ini penulis berupaya untuk memberikan tanggapan-tanggapan dan analisis yang berupa pendapat terhadap permasalahan secara keseluruhan.


(27)

Laporan penelitian ini ditulis untuk kebutuhan akademis sebagai tugas akhir bagi penulis yang akan menyelesaikan program studi pada jenjang strata satu. Selanjutnya, susunan sistematika penulisan ini di bagi ke dalam lima bab yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan

Bab II Tinjauan pustaka, yang di dalamnya penulis berupaya menelaah beberapa buku yang relevan dengan permasalahan

Bab III Metodologi penelitian, didalamnya menjelaskan bagaimana metodologi yang diperunakan dalam penelitian

Bab IV Pembahasan, didalamnya menjelaskan permasalahan yang diambil sesuai dengan judul

Bab V Kesimpulan, berisikan pandanngan-pandangan dan analisis dari penulis terhadap judul.

Pada tahap historiografi ini penulis harus mengarahkan segala daya pikir dan kekampuannya untuk menuangkan segala hal yang ada dalam penelitiannya sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan menjaga kebenaran sejarahnya. Laporan hasil penelitian dituangkan dalam bentuk karya ilmiah yaitu skripsi dengan judul Perkembangan Pendidikan Islan Di Bandung Tahun 1901-1942.


(28)

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian skripsi yang berjudul perkembangan pendidikan Islam di Bandung tahun 1901-1942, dapat disimpulkan mengenai beberapa hal:

pertama sebagaimana yang telah diketahui bahwa kedatangan penjajah Belanda di bumi Nusantara untuk mengemban fungsi ganda, yaitu melakukan penjajahan dan salibisasi. Oleh karena itu, semboyan yang terkenal dari penjajah Belanda adalah Glory (kemenangan atau kekuasaan), Gold (emas atau kekayaan bangsa Indonesia), dan Gospel (upaya sabilisasi terhadap umat Islam di Indonesia). Dengan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, penjajah Belanda cenderung merugikan umat Islam. Penjajah Belanda berusaha menghambat perkembangan pendidikan Islam, dengan terang-terangan membiayai misionaris Kristen. Banyak sikap mereka yang merugikan lajunya perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, misalnya: (1) Setiap sekolah atau madrasah/pesantren harus memliki ijin dari Bupati atau pejabat pemerintah Belanda; (2) Harus ada penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara terperinci; (3) Para guru harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan mengirimkannya secara periodik kepada daerah yang bersangkutan. Pada dasarnya banyak kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam persoalan pendidikan pada masa penjajahan Belanda. Bahkan, tidak sedikit sekolah yang terpaksa ditutup atau dipindahkah karena ulah penjajah Belanda terhadap bangsa Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda ini, proses pendidikan Islam mengalami banyak tantangan dan hambatan, akan tetapi para tokoh Islam tetap giat dan gigih dalam memperjuangkannya. Penddidikan Islam kurang mendapat perhatian dari pemerintah Belanda walaupun pada dasarnya tidak membedabedakan pendidikan, namun pada kenyataanya pendidikan Islam tidak mendapat perhatian. Dalam banyak hal langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Belanda untuk mengawasi gerakan pembaharuan itu umumnya diarahkan kepada gerakan nasional dan tidak terbatas pada gerakan-gerakan pembaharuan Islam saja.

Kedua, dalam dua dasawarsa pertama setelah tahun 1900, pendidikan di

Hindia-Belanda (Indonesia) pada umumnya dan Jawa Barat sebagai pusat pemerintahan pada khususnya mengalami banyak kemajuan pesat. Pemerintah berusaha untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang umum bagi sekian banyak golongan penduduk yang beraneka ragam coraknya. Secara umum penduduk menurut keturunan dan lapisan sosial yang ada dan


(29)

menurut golongan waktu itu. Dengan demikian pada tahun 1900 atau setelah adanya Politik Etis terlihat adanya perkembangan pendidikan di Jawa Barat, hal tersebut dibuktikan dengan didirikannya sekolah-sekolah di daerah Jawa Barat, termasuk di Bandung. Kebijakan pendidikan pada masa penjajahan Belanda bersifat weternisasi dan kristenisasi. Tujuan pendidikan pada masa itu hanya untuk melahirkan pegawai-pegawai yang diharapkan membantu pemerintahan Belanda. Pergantian era kekuasaan sangat mempengaruhi model dan kebijakan pendidikan yang dihasilkan. Pendidikan memang tidak bisa terlepas dari situasi politik sebuah bangsa. Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan pendidikan sebagai sarana memperoleh tenaga kerja di bidang administrasi tingkat rendahan. Pendidikan tingkat lanjut hanya diprioritaskan pada kalangan bangsawan semata.

Ketiga, Perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berkembang dengan pesat.

Sistem pendidikan Islam di Indonesia pada masa Belanda ditandai dengan didirikannya lembaga-lembaga pendidikan bentukan Belanda. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut memiliki jenjang yang hampir sama dengan lembaga pendidikan saat ini. Dalam prakteknya, Belanda hanya mengakui lembaga pendidikan yang dibentuk Belanda sendiri. Lulusan dari lembaga pendidikan Indonesia hanya berstatus swasta, dan para lulusannya tidak bisa bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda. Pendidikan Islam yang berkembang berupa pengajian-pengajian kitab di langgar, madrasah dan juga pondok pesantren. Perkembangan pendidikan Islam pada zaman ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan oleh kejelian dari para tokoh penyebar agama dalam membina hubungan dengan masyarakat sekitar. Pada masa kolonial Belanda ini pesantren yang menjadi basis agama masyarakat muslim tidak mendapatkan perhatian sama sekali,bahkan cendrung dimusuhi. Dalam hal ini Belanda tampak memiliki keberpihakan kepada agama Kristen,walaupun dalam berbagai dokumen dinyatakan bahwa dalam hal agama bersifat netral namun dalam praktiknya ia lebih berpihak kepada agama Kristen.

Keempat, Pendidikan Islam mencoba memadukan antara pendidikan modern Belanda

dengan pendidikan tradisional sehingga melahirkan madrasah-madarasah berkelas yang tidak hanya memberikan pengetahuan agama saja akan tetapi juga memberikan pengetahuan umum. kehadiran Belanda di Indonesia tidak hanya mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat. Segala aktivitas umat Islam yang berkaitan dengan keagamaan ditekan. Belanda terus menerapkan langkah-langkah yang membatasi gerak pengamalan agama Islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara terbuka dilarang, pengajaran ilmu agama diawasi, ibadah haji dibatasi dan


(30)

pengaruh muslim yang telah haji yang dapat membangkitkan semangat perlawanan pemerintah Belanda. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda telah banyak merugikan pendidikan Islam yang berkembang pada masa itu. Namun, para cendekiawan-cendekiawan muslim tidak kenal menyerah dan dengan gigih terus memperjuangkan pendidikan Islam, walaupun harus melalui berbagai hambatan, halangan, dan rintangan. Kemajuan pendidkan Islam tidak lepas dari peran para kyai dan tokoh- lainnya serta masyarakat yang selalu ikut andil dalam melawan kebijakan kolonial yang tidak memihak pada dunia pendidikan Islam di Indonesia.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Ed. (1983). Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta : CV. RaJawali. Arifin, HM. (2003). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin. .(1996). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Asrohah.(1999). Sejarah pendidikan Islam, Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.

Azra

. (1999). Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta:Logos Wacana Ilmu

Baudet, H dan Brugmans, I.J. (ed). (1987). Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Depdikbud. (1977). Pendidikan di Indonesia 1900-1940. Jakarta. Depdikbud. Depdikbud. (1977/1978). Sejarah daerah Jawa Barat. Depdikbud.

Depdikbud. (1983). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Barat. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Depdikbud.

Dhofier. (1994). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES. Djumhur, I dan Dana Suparta, H. (1976). Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu.

Drajat. (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Ekadjati, E.S. (1986). Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud.

Ekadjati,E.S. (2005). Kebudayaan Sunda : Zaman Pajajaran Jilid 2. Bandung: UNPAD Press

Feisal. (1995). Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta : Gema Insani

Federspiel. (1996). Persatuan Islam Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ghazali, b. (2003). Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Prasasti.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Haedari. (2007). Transformasi Pesantren. Jakarta: Media Nusantara.

Haedari, dkk. (2004). MASA DEPAN PESANTREN Dalam Tantangan Modernitas dan


(32)

Hasbullah. (2001). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintas Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Bawani.( 1987). Segi-Segi Pendidikan Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Ismail. (1996). Paradigma Kebudayaan Islam; Studi Kritis dan Refleksi Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press

Ismaun .(2005). Filsafat Sejarah: Sebuah Paparan Pengantar. Bandung Historia Utama Press Koentjaraningrat. (1997). Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Kunto, H. (1985). Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: PT. Granesia.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta :UGM

Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yoyakarta : PT Bentang Pustaka Lubis, N.H. (1998). Kehidupan Kaum Menak Priangan 1800-1942. Jakarta : Gramedia

Lubis, N.H. et al (2000). Sejarah Kota-Kota Lama Di Jawa Barat. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Lubis, N.H. (2002). Sang Pejuang Dalam Gejolak Sejarah :Oto Biografi Iwa

Kusumasumantri. Jakarta : Gramedia

Lubis, dkk. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Satya Historika.

Madjid. (1997). Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Makmur, Dkk. (1993). Sejarah Pendidikan Di Indonesia Zaman Penjajahan. Jakarta: Manggala Bhakti.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang Unsur Dan

Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: Inis

Mestoko. (1985). Pendidikan Di Indonesia Dari Jaman Ke Jaman. Jakarta: Balai Pustaka. Maksum, (2001). Madrasah: Sejarah Dan Perkembangan. Jakarta: Logos Wacana Inti. Mustofa.A, aly, Abdullah. (1999). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Untuk Fakultas

Tarbiyah. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Nahrawi. (2008). Pembaharuan Pendidikan Pesantren.Yogyakarta :Gama Media Nata, A. (1991). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.


(33)

Nizar. (2008). Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era

Rosulullah Sampai Indonesia.Jakarta: Kencana.

Noer. (1982). Gerakan modern Islam di Indonesia (1900-1942). Jakarta: LP3ES. Noor. (2006). Potret dunia pesantren. Bandung: Humaniora.

Pringgodigdo. AK. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Purwanto. (1992). Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Raharjo, M.D. (1974). Pesantren Dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Riklefs, M.C. (1998). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rosyidin. (2009). Konsep Pendidikan Formal Islam. Bandung: Pustaka nadwah

Saidi .(1984). Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984. Jakarta: Rajawali

Saridjo, dkk. (1977). Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia. Jakarta: Dharma Bakti. Siswojo. (1974). Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia. Jakarta: Dharma Bhakti.

Sitaresmi, R. (2002). Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung Untuk

Kedaulatan. Bandung : Bunaya.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi sejarah. Jakarta: Depdikbud.

Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada Supriyadi, D (ed). (2003). Guru di Indonesia, Pendidikan, Pelatihan, Dan Perjuangannya

Sejak Zaman Kolonial Hingga Era Reformasi. Jakarta: Depdiknas

Suryanegara, A.M. (1995). Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia. Bandung: Mizan.

Steenbrink, K.A. (1994). Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Kurun

Modern. Jakarta: LP3ES.

Sunanto. (2005). Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Surakhmad. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik. Bandung :

Tarsito

Suwendi. (2004). Sejarah Pemikiran Dan Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka.


(34)

Tafsir. (1986). Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan. Bandung: Pustaka.

Van der wal, S.L. (1977). Pendidikan Di Indonesia 1900-1940: Kebijakan Pendidikan Hindia

Belanda 1900-1940 (Terj). Jakarta: depdikbud.

Wahab.(2004). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Alfabeta,CV.

Wiriaatmadja. (2002). Pendidikan Sejarah Di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press. Yatim. (1993). Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Yunus. (1979). Sejarah pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta : Mutiara. Zauharini, et.al. (2000). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Zuhairini, dkk, (1996). Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta.

SUMBER INTERNET

---.Pesantren Sukamiskin, Pesantren Tertua Di Bandung (bagian 1).

http://formagz.com/for-headline/pesantren-sukamiskin-pesantren-tertua-di-bandung-bag-1 (diakses 2009).

Mighamir. Sejarah Pesantren Edisi Terlama Yang Ditemukan.

http://mighamir.wordpress.com/2010/01/25/sejarah-pesantren-edisi-terlama-yang-ditemukan/ (diakses 25 Januari 2010).

---. Sekilas Sejarah Pesantren Al Ittifaq, Bandung.

http://dedenfaoz.wordpress.com/2007/12/20/sekilas-sejarah-pesantren-al-ittifaq-bandung/ (diakses 20 Desember 2007).


(1)

menurut golongan waktu itu. Dengan demikian pada tahun 1900 atau setelah adanya Politik Etis terlihat adanya perkembangan pendidikan di Jawa Barat, hal tersebut dibuktikan dengan didirikannya sekolah-sekolah di daerah Jawa Barat, termasuk di Bandung. Kebijakan pendidikan pada masa penjajahan Belanda bersifat weternisasi dan kristenisasi. Tujuan pendidikan pada masa itu hanya untuk melahirkan pegawai-pegawai yang diharapkan membantu pemerintahan Belanda. Pergantian era kekuasaan sangat mempengaruhi model dan kebijakan pendidikan yang dihasilkan. Pendidikan memang tidak bisa terlepas dari situasi politik sebuah bangsa. Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan pendidikan sebagai sarana memperoleh tenaga kerja di bidang administrasi tingkat rendahan. Pendidikan tingkat lanjut hanya diprioritaskan pada kalangan bangsawan semata.

Ketiga, Perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berkembang dengan pesat.

Sistem pendidikan Islam di Indonesia pada masa Belanda ditandai dengan didirikannya lembaga-lembaga pendidikan bentukan Belanda. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut memiliki jenjang yang hampir sama dengan lembaga pendidikan saat ini. Dalam prakteknya, Belanda hanya mengakui lembaga pendidikan yang dibentuk Belanda sendiri. Lulusan dari lembaga pendidikan Indonesia hanya berstatus swasta, dan para lulusannya tidak bisa bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda. Pendidikan Islam yang berkembang berupa pengajian-pengajian kitab di langgar, madrasah dan juga pondok pesantren. Perkembangan pendidikan Islam pada zaman ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan oleh kejelian dari para tokoh penyebar agama dalam membina hubungan dengan masyarakat sekitar. Pada masa kolonial Belanda ini pesantren yang menjadi basis agama masyarakat muslim tidak mendapatkan perhatian sama sekali,bahkan cendrung dimusuhi. Dalam hal ini Belanda tampak memiliki keberpihakan kepada agama Kristen,walaupun dalam berbagai dokumen dinyatakan bahwa dalam hal agama bersifat netral namun dalam praktiknya ia lebih berpihak kepada agama Kristen.

Keempat, Pendidikan Islam mencoba memadukan antara pendidikan modern Belanda

dengan pendidikan tradisional sehingga melahirkan madrasah-madarasah berkelas yang tidak hanya memberikan pengetahuan agama saja akan tetapi juga memberikan pengetahuan umum. kehadiran Belanda di Indonesia tidak hanya mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat. Segala aktivitas umat Islam yang berkaitan dengan keagamaan ditekan. Belanda terus menerapkan langkah-langkah yang membatasi gerak pengamalan agama Islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara terbuka dilarang, pengajaran ilmu agama diawasi, ibadah haji dibatasi dan


(2)

pengaruh muslim yang telah haji yang dapat membangkitkan semangat perlawanan pemerintah Belanda. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda telah banyak merugikan pendidikan Islam yang berkembang pada masa itu. Namun, para cendekiawan-cendekiawan muslim tidak kenal menyerah dan dengan gigih terus memperjuangkan pendidikan Islam, walaupun harus melalui berbagai hambatan, halangan, dan rintangan. Kemajuan pendidkan Islam tidak lepas dari peran para kyai dan tokoh- lainnya serta masyarakat yang selalu ikut andil dalam melawan kebijakan kolonial yang tidak memihak pada dunia pendidikan Islam di Indonesia.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Ed. (1983). Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta : CV. RaJawali. Arifin, HM. (2003). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin. .(1996). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Asrohah.(1999). Sejarah pendidikan Islam, Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.

Azra

. (1999). Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta:Logos Wacana Ilmu

Baudet, H dan Brugmans, I.J. (ed). (1987). Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Depdikbud. (1977). Pendidikan di Indonesia 1900-1940. Jakarta. Depdikbud. Depdikbud. (1977/1978). Sejarah daerah Jawa Barat. Depdikbud.

Depdikbud. (1983). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Barat. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Depdikbud.

Dhofier. (1994). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES. Djumhur, I dan Dana Suparta, H. (1976). Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu.

Drajat. (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Ekadjati, E.S. (1986). Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud.

Ekadjati,E.S. (2005). Kebudayaan Sunda : Zaman Pajajaran Jilid 2. Bandung: UNPAD Press

Feisal. (1995). Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta : Gema Insani

Federspiel. (1996). Persatuan Islam Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ghazali, b. (2003). Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Prasasti.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Haedari. (2007). Transformasi Pesantren. Jakarta: Media Nusantara.

Haedari, dkk. (2004). MASA DEPAN PESANTREN Dalam Tantangan Modernitas dan


(4)

Hasbullah. (2001). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintas Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Bawani.( 1987). Segi-Segi Pendidikan Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Ismail. (1996). Paradigma Kebudayaan Islam; Studi Kritis dan Refleksi Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press

Ismaun .(2005). Filsafat Sejarah: Sebuah Paparan Pengantar. Bandung Historia Utama Press Koentjaraningrat. (1997). Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Kunto, H. (1985). Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: PT. Granesia.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta :UGM

Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yoyakarta : PT Bentang Pustaka Lubis, N.H. (1998). Kehidupan Kaum Menak Priangan 1800-1942. Jakarta : Gramedia

Lubis, N.H. et al (2000). Sejarah Kota-Kota Lama Di Jawa Barat. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Lubis, N.H. (2002). Sang Pejuang Dalam Gejolak Sejarah :Oto Biografi Iwa

Kusumasumantri. Jakarta : Gramedia

Lubis, dkk. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Satya Historika.

Madjid. (1997). Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Makmur, Dkk. (1993). Sejarah Pendidikan Di Indonesia Zaman Penjajahan. Jakarta: Manggala Bhakti.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang Unsur Dan

Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: Inis

Mestoko. (1985). Pendidikan Di Indonesia Dari Jaman Ke Jaman. Jakarta: Balai Pustaka. Maksum, (2001). Madrasah: Sejarah Dan Perkembangan. Jakarta: Logos Wacana Inti. Mustofa.A, aly, Abdullah. (1999). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Untuk Fakultas

Tarbiyah. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Nahrawi. (2008). Pembaharuan Pendidikan Pesantren.Yogyakarta :Gama Media Nata, A. (1991). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.


(5)

Nizar. (2008). Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era

Rosulullah Sampai Indonesia.Jakarta: Kencana.

Noer. (1982). Gerakan modern Islam di Indonesia (1900-1942). Jakarta: LP3ES. Noor. (2006). Potret dunia pesantren. Bandung: Humaniora.

Pringgodigdo. AK. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Purwanto. (1992). Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Raharjo, M.D. (1974). Pesantren Dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Riklefs, M.C. (1998). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rosyidin. (2009). Konsep Pendidikan Formal Islam. Bandung: Pustaka nadwah

Saidi .(1984). Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984. Jakarta: Rajawali

Saridjo, dkk. (1977). Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia. Jakarta: Dharma Bakti. Siswojo. (1974). Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia. Jakarta: Dharma Bhakti.

Sitaresmi, R. (2002). Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung Untuk

Kedaulatan. Bandung : Bunaya.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi sejarah. Jakarta: Depdikbud.

Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada Supriyadi, D (ed). (2003). Guru di Indonesia, Pendidikan, Pelatihan, Dan Perjuangannya

Sejak Zaman Kolonial Hingga Era Reformasi. Jakarta: Depdiknas

Suryanegara, A.M. (1995). Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia. Bandung: Mizan.

Steenbrink, K.A. (1994). Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Kurun

Modern. Jakarta: LP3ES.

Sunanto. (2005). Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Surakhmad. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik. Bandung :

Tarsito


(6)

Tafsir. (1986). Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan. Bandung: Pustaka.

Van der wal, S.L. (1977). Pendidikan Di Indonesia 1900-1940: Kebijakan Pendidikan Hindia

Belanda 1900-1940 (Terj). Jakarta: depdikbud.

Wahab.(2004). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Alfabeta,CV.

Wiriaatmadja. (2002). Pendidikan Sejarah Di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press. Yatim. (1993). Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Yunus. (1979). Sejarah pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta : Mutiara. Zauharini, et.al. (2000). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Zuhairini, dkk, (1996). Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta.

SUMBER INTERNET

---.Pesantren Sukamiskin, Pesantren Tertua Di Bandung (bagian 1).

http://formagz.com/for-headline/pesantren-sukamiskin-pesantren-tertua-di-bandung-bag-1 (diakses 2009).

Mighamir. Sejarah Pesantren Edisi Terlama Yang Ditemukan.

http://mighamir.wordpress.com/2010/01/25/sejarah-pesantren-edisi-terlama-yang-ditemukan/ (diakses 25 Januari 2010).

---. Sekilas Sejarah Pesantren Al Ittifaq, Bandung.

http://dedenfaoz.wordpress.com/2007/12/20/sekilas-sejarah-pesantren-al-ittifaq-bandung/ (diakses 20 Desember 2007).