Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di

Nama
NIM

: Astrid Nirmalasari Sutikno
: 201310010311001

Secuplik Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara
Pada awal abad ke-19, di Indonesia belum mengenal sistem pendidikan modern atau
pendidikan model Belanda. Sistem pendidikan di Indonesia masih bersifat tradisional.
Sebelum abad ke-20, Indonesia hanya mengenal satu jenis pendidikan saja dari apa yang
disebut “Dengan lembaga pengajaran asli”, yaitu sekolah-sekolah agama Islam dengan
berbagai macam bentuknya seperti masjid, langgar, surau, pesantren, dll.
Sistem pendidikan memfokuskan pengajaran pada pendidikan membaca al-qur’an,
pelaksanaan shalat, dan kewajiban-kewajiban seputar agama. Kemudian dengan
memanfaatkan lembaga-lembaga masjid, surau dan langgar, mulailah secara bertahap
berlangsung pengajian umum mengenai baca tulis al-qur’an dan wawasan keagamaan.
Pendidikan ini berlangsung di rumah imam masjid atau anggota masyarakat Islam yang
dianggap alim.
Di Jawa, secara tradisional sekolah-sekolah atau pengajian al-qur’an tidak memiliki sebutan
atau nama secara jelas. Namun, orang Jawa menyebutnya “Nggon Ngaji” yang berarti muridmurid belajar membaca al-qur’an tahap permulaan. Sedangkan kegiatan murid-murid yang
mengikuti pelajaran al-qur’an ini disebut ngaji qur’an.

Masjid merupakan salah satu lembaga pendidikan islam pada masa tradisional, hal ini
tercermin dalam kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan di masjid dan surau, salah satunya
adalah pembelajaran yang di selenggarakan di surau adalah pendidikan tingkat dasar yang
biasa di sebut sebagai pengajian al qur’an. Sedangkan masjid merupakan tempat pendidikan
tingkat lanjutan yang di sebut dengan pengajian kitan.
Di samping masjid dan surau lembaga pendidikan islam selanjutnya adalah pesantren,
pesantren merupakan lembaga tertua di Indonesia sebagai lembaga pendidikan. Biasanya
pesantren itu sebuah komplek yang terpisah dari komplek atau perumahan di sekitarnya.
Dalam pesantren terdapat komponen-komponen yang mendukung terjadinya proses belajar
mengajar antara lain yaitu: pertama, kyai (pengasuh pesantren) bisa juga di sebut sebagai
orang yang di tuakan dan di hormati karena ilmu agamanya. Kedua, santri atau dapat kita
sebut dalam zaman sekarang yaitu siswa, santri di sini ada yang bertempat di pondok (santri
mukim), dan ada juga santri yang berasal dari tempat yang dekat dari daerah itu atau di sebut
juga santri kalong. Ketiga, pondok merupakan tempat untuk para santri bermukim bagi yang
daerah asalnya jauh dari pesantren. Keempat masjid merupakan tempat para santri beribadah
ataupun belajar tentang agama. Kelima, kitab kitab klasik yaitu unsure mutlak dari proses
belajar mengajar di dalam dunia pesantren, biasanya kitab kuning ini berbahasa arab, jawa,
melayu dan lain lain, tidak bersakal dan identik dengan kertas yang berwarna kuning. Hal
inilah yang mungkin melatarbelakangi sebutan kitab kuning.
Seiring dengan berjamurnya tempat-tempat pendidikan yang belum memiliki nama. Maka

madrasah dibentuk untuk menandai munculnya pendidikan formal Islam. Madrasah
merupakan hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga dan khan sebagai tempat tinggal
mahasiswa. Yang kemudian menjadi fenomena baru dalam lembaga pendidikan Islam.
Madrasah menjadi urutan ketiga dari satu garis pendidikan: masjid; kemasjid-khan; kemudian
ke madrasah. Pada masa sekarang madarasah itu mempunyai tingkatan-tingkatan yang
terorganisir yaitu: madrasah rendah (ibtida’iyah), madrasah tingkat pertama (tsanawiyah),
madrasah atas (aliyah).

Selanjutnya lembaga pendidikan di Islam adalah perguruan tinggi Islam (PTAI) yaitu lembaga
pendidikan islam lanjutan yang tingkat tinggi setalah setelah jenjang madrasah. Sebenarnya
dari awal kemerdekaan Indonesia sudah terdapat perguruan tinggi seperti sekolah tinggi islam
(STI) kemudian berkembang menjadai UII yang merupakan perguruan tinggi yang di miliki
oleh uat islam di Indonesia yang akhirnya di negrikan pada tahun 1950. Dan sampai sekarang
benyak berkembang perguruan tinggi islam seperti IAIN,STAIN, UIN dan lain lain.
Lembaga pendidikan islam yang terakhir yaitu majlis ta’lim yaitu merupakan lembaga
pendidikan islam non formal. Majlis ta’lim merupakan taman rohani bagi umat muslim dan
untuk menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah islamiyah. Biasanya dalam majlis ta’lim
selalu ada dua komponen yaitu kyai dan jamaah, kyai merupakan sumber pemberi penjelasan
tentang seputar agama, sedangkan jamaah merupakan sekelompok orang yang menerima
penjelasan tentang agama yang disampaikan oleh seorang kyai.

Pendapat saya :
Jika dilihat dari latar belakang munculnya pesantren dari segi historis, pesantren tidak hanya
identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian dan kebudayaan
Indonesia (indegeneous). Jika disandingkan dengan lembaga pemdidikan yang pernah mucul
di Indonesia, pesantren merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai
produk budaya Indonesia.
Sadar atau tidak, pesantren memiliki peran yang strategis dalam membentengi ulama-ulama
nusantara banyak yang dikader melalui pesantren. Hal ini dikarenakan tujuan khusus
pesantren adalah mempersiapkan para santri untuk menjadi orang ‘alim dalam ilmu agama
yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. Yang
kemudian berkembang dan terus berkembang menjadi madrasah hingga perguruan tinggi,
dengan visi dan misi yang sama yakni membangun kepribadian dan karakter murid yang
mulia sesuai dengan ajaran agama serta dapat berguna bagi kehidupannya di masa yang akan
datang.
Sekiranya kita patut bersyukur atas jasa para pendahulu kita yang telah mewarisi lembagalembaga pendidikan ini sehingga nantinya dapat menjadi investasi yang tak ternilai bagi
semua orang di masa sekarang sampai nanti.