OPTIMASI PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN YANG SESUAI DENGAN HARAPAN PENGGUNA DAN PUSTAKAWAN.

(1)

Darwis Sembiring, 2009

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……… i

PERNYATAAN... ii

MOTO……… iii

PERSEMBAHAN……….. iv

KATA PENGANTAR ……….. v

UCAPAN TERIMA KASIH………. vi

ABSTRAK ……… viii

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL……….. xi

DAFTAR GAMBAR………. xii

DAFTAR GRAFIK……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… ………. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 6

D. Paradigma Penelitian ………. 6

BAB II URGENSI DAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN ………. 9

A. Pengertian dan Fungsi Perpustakaan………. 9

B. Peran Perpustakaan dalam Mendukung Keberhasilan Lembaga Penaungnya……… 15

C. Peran Perpustakaan dalam Mendukung Tugas-tugas Kewidyaiswaraan……….. 17

D. Peran Perpustakaan dalam Mendukung Keberhasilan Diklat Guru-guru Kejuruan………... 24

E. Peran Perpustakaan dalam Mendukung Kebutuhan Informasi Unsur Pimpinan dan Staf ……… 24

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemanfaatan Perpustakaan ………..……… 25

1. Faktor internal………. 25

2. Faktor eksternal……….. 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 55

A. Metode Penelitian ……….. ……… 55

B. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ……… 56

C. Instrumen Penelitian ……… 57

D. Teknik Analisis Data ………... 57

E. Prosedur Penelitian ……….. 59

vi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………. 61


(2)

A. Hasil Penelitian

1. Potret P4TK BMTI Bandung ……… 61

a. Sejarah singkat ……… 61

b. Visi dan misi ……… 66

c. Tugas pokok dan fungsi ……….. 66

d. Struktur organisasi ……….. 67

e. Sumber daya manusia ………. 70

f. Fasilitas ……… 71

g. Program pengembangan dan layanan jasa ….. 71

2. Potret Perpustakaan P4TK BMTI Bandung …….. 73

a. Sejarah singkat ………. 73

b. Struktur organisasi ……… 79

c. Keadaan staf ………. 81

d. Keadaan koleksi ……… 82

e. Fasilitas ………. 85

f. Pengorganisasian dan penelusuran literatur … 85

g. Kerja sama ………. 87

h. Layanan ……….. 88

i. Visi, misi, dan manajemen ISO 9001-2000 ….. 89

3. Kendala-kendala dalam Pemanfaatan Perpustakaan P4TK BMTI Bandung ……….. 90

4. Kondisi Faktor Internal Perpustakaan yang Sesuai Dengan Harapan Pengguna ………. 111

5. Dukungan Unsur Pimpinan terhadap Perpustakaan Sesuai dengan Harapan Pustakawan ……… 146

B. Pembahasan ……… 157

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 200

A. Kesimpulan ………... 200

B. Saran ………. 203

DAFTAR PUSTAKA ……… 209

LAMPIRAN ……….. 211 vii


(3)

Darwis Sembiring, 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini demikian pesat ; bahkan karena pesatnya sering juga disebut sebagai lompatan-lompatan. Apa yang dianggap baru hari ini bisa menjadi usang dalam waktu singkat. Manusia tampaknya berlomba-lomba untuk menemukan dan melakukan inovasi-inovasi di berbagai bidang, baik untuk tujuan pengembangan ilmu maupun untuk tujuan komersial.

Berbagai informasi hasil penemuan dan inovasi-inovasi tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk seperti buku, majalah, jurnal, CD, dan lain-lain. Klinkenborg dalam Yusuf (2007 : 1) menggambarkan bahwa jumlah informasi baru yang dituangkan dalam paper, film, dan media magnetik (di luar internet) saat ini ada sekitar lima exabyte. Satu exabyte setara dengan satu triliun gigabyte, satu gigabyte setara dengan 1000 megabyte, dan satu megabyte setara dengan 500 halaman teks ukuran A4.

Hal yang lebih mencengangkan selanjutnya Klinkenborg mengatakan bahwa jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dalam waktu tiga tahun. Bisa dibayangkan betapa besarnya jumlah informasi baru di luar internet yang tengah beredar. Jumlah informasi tersebut belum lagi ditambah dengan informasi lama yang tentu saja jumlahnya akan melebihi informasi baru. Bisa dipahami bahwa perkembangan informasi yang demikan cepat tersebut sering dikatakan sebagai ledakan (explosion of information). Berdasarkan perkembangan dan membanjirnya informasi itu pula masyarakat dunia sepakat menamai perkembangan masa kini sebagai era informasi (the age of information).


(4)

Perpustakaan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (P4TK BMTI) Bandung sebagai lembaga informasi tentunya berkewajiban untuk mengumpulkan, mengolah, merawat, dan menyebarluaskan informasi (preservation of knowledge) yang tersimpan dalam berbagai bentuk tersebut. Walaupun mungkin perpustakaan tidak menghimpun semua informasi yang ada, paling tidak perpustakaan P4TK BMTI Bandung berkewajiban menghimpun informasi yang relevan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) lembaga induknya. Kewajiban perpustakaan seperti ini sejalan dengan tujuan dibangunnya perpustakaan dengan misi utama sebagai mitra dalam menyukseskan setiap program yang telah ditetapkan oleh P4TK BMTI Bandung.

Di sisi lain pimpinan, staf, dan widyaiswara dalam tugasnya mengelola dan melaksanakan kegiatan diklat sangat memerlukan adanya dukungan informasi untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan memperkaya materi yang diberikan kepada peserta diklat. Apalagi dengan adanya perkembangan dunia saat ini yang semakin liberal maka persaingan kualitas pun tidak bisa dihindari lagi. Persaingan kualitas tersebut justru sangat berdampak terhadap pengguna jasa P4TK BMTI Bandung yang umumnya berasal dari sekolah kejuruan yang saat ini tengah berjuang untuk menghasilkan lulusan yang berkelas dunia. Perjuangan sekolah-sekolah kejuruan mencapai standar internasional tersebut bukan tidak beralasan, karena dalam era globalisasi salah satu prinsip yang telah disepakati adalah Presence of Natural Person. Pada prinsip ini pemasok jasa asing bebas mengirimkan tenaga kerjanya untuk bekerja di negara tuan rumah (Tjokrowinoto dalam Ditjen PMPTK, 2007 : 1).

Pimpinan, staf, dan khususnya widyaiswara sebagai ujung tombak pelatihan harus secara terus-menerus memperbaiki kualitas diri dan proses pembelajaran sehubungan dengan meningkatnya tuntutan kebutuhan guru-guru kejuruan yang mengikuti diklat. Dalam proses


(5)

Darwis Sembiring, 2009

peningkatan diri tersebut, tentunya baik pimpinan, staf, maupun widyaiswara tidak mungkin melakukannya dengan cara mengikuti pelatihan, atau sejenisnya secara terus-menerus. Sementara itu informasi iptek terus berkembang dengan pesat sehingga risiko untuk out of date ilmu yang dimiliki demikian besar. Cara yang paling efektif untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengikuti informasi yang relevan dengan bidang masing-masing.

Sehubungan dengan adanya kebutuhan informasi tersebut, maka sudah seharusnya mereka memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin sesuai dengan fungsinya sebagai pusat informasi. Apalagi perpustakaan P4TK Bandung sejak awal telah dirancang agar informasi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

Namun hal yang menjadi masalah adalah walaupun di satu sisi tugas-tugas yang diemban memerlukan informasi pendukung, dan di sisi lain telah disediakan perpustakaan yang dapat dijadikan sumber perolehan informasi, tetapi dalam faktanya pimpinan, staf, dan widyaiswara justru jarang memanfaatkannya. Padahal apabila perpustakaan tidak dimanfaatkan maka akan terjadi dua hal : pertama, bahwa investasi yang demikian tinggi yang telah ditanamkan di

perpustakaan akan menjadi pemborosan besar. Ashworth (1982 : 9) mengatakan “a special library must make a significant contribution to its funding organization commensurate with its

cost, (that is to say it must be ‘profitable’) ...” Kedua, dapat mempengaruhi efektivitas pelaksanaan kegiatan diklat, dan program-program lainnya yang dijalankan oleh P4TK BMTI Bandung.

Untuk lebih jelasnya gambaran bagaimana tingkat pemanfaatan perpustakaan oleh pimpinan, staf, dan widyaiswara tersebut dapat dilihat dari data peminjaman bahan pustaka dari perpustakaan selama tiga tahun terakhir seperti berikut ini.


(6)

Tabel 1.1

Peminjaman Bahan Pustaka Oleh Pimpinan, Staf, dan Widyaiswara Periode Januari 2006 s.d. Juli 2008

Tahun Jumlah Buku yang Dipinjam per Tahun

Rata-rata Pinjaman per Kapita

2006 725 1,95

2007 491 1,32

2008 (Jan-Juli) 154 0,83

Rata-rata = 1,36

Keterangan :

 Peminjaman per kapita adalah jumlah keseluruhan peminjaman dalam satu tahun dibagi dengan jumlah orang dalam populasi yang dilayani (LIPI, 2005 : 33).

 Jumlah populasi 371 orang.

Menurut pengamatan sementara terhadap pengguna dan berdasarkan hasil wawancara dengan staf perpustakaan P4TK BMTI Bandung diperoleh hasil bahwa rendahnya tingkat pemanfaatan perpustakaan disebabkan karena lembaga informasi itu tidak mampu lagi menjawab tuntutan kebutuhan pengguna karena kondisi faktor-faktor internal seperti koleksi, fasilitas, alat-alat penelusuran, dan lain-lain yang mempengaruhi kualitas layanan tidak sesuai dengan harapan pengguna. Banyak pengguna perpustakaan mengeluh karena layanan yang dilakukan dan kualitas informasi yang disajikan tidak mengalami perubahan yang berarti.

Untuk mengatasi persoalan di atas, tidak ada jalan lain kecuali perpustakaan melakukan perubahan layanan sesuai dengan tuntutan penggunanya. Upaya penyesuaian layanan sesuai dengan harapan pengguna sangat penting, karena pada dasarnya pengguna merupakan pihak yang paling tahu akan kebutuhannya. Hal ini tentunya juga sejalan dengan konsep layanan perpustakaan modern yang selalu mengutamakan kepuasan pengguna.


(7)

Darwis Sembiring, 2009

Untuk mengoptimakan pemanfaatan perpustakaan tentunya diperlukan layanan perpustakaan yang berorientasi kepada kebutuhan. Untuk mewujudkan pelayanan yang berorientasi pengguna konsekuensinya adalah perpustakaan harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhan pengguna. Upaya seperti ini tentunya tidak mudah, karena diperlukan berbagai dukungan sumber daya yang memadai terutama yang berkaitan dengan sumber daya finansial. Permasahannya adalah perpustakaan sering tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan pengguna karena keterbatasan jatah anggaran yang dimilikinya. Oleh karena itu diperlukan dukungan yang serius dari pihak manajemen P4TK BMTI Bandung. Tanpa ada dukungan yang berarti maka perpustakaan tidak akan mampu berbuat banyak. Bagaimana bentuk dukungan pihak manajamen terhadap perpustakaan yang dimaksud, pihak yang paling mengetahui adalah pustakawan itu sendiri.

Pengintegrasian antara layanan sesuai dengan harapan pengguna dan bentuk dukungan pihak manajemen terhadap perpustakaan yang sesuai dengan keinginan pustakawan diharapkan akan melahirkan sebuah model perpustakaan yang utuh sehingga pada akhirnya masalah rendahnya tingkat pemanfaatan perpustakaan bisa diatasi. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut maka penulis menetapkan judul penelitian ini menjadi : Optimalisasi Pemanfaatan Perpustakaan Sesuai dengan Harapan Pengguna dan Pustakawan : Studi kasus di Perpustakaan P4TK BMTI Bandung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya dirumuskan sebagai berikut :

bagaimanakah bentuk optimalisasi pemanfaatan perpustakaan yang sesuai dengan harapan pengguna dan pustakawan?


(8)

Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut, maka akan ditetapkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Kendala-kendala apakah dihadapi pengguna dalam pemanfaatan perpustakaan yang berasal dari faktor internal perpustakaan?

2. Bagaimanakah harapan pengguna terhadap kondisi faktor internal perpustakaan yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan perpustakaan?

3. Bagaimanakah bentuk dukungan unsur pimpinan terhadap perpustakaan yang sesuai dengan harapan pustakawan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan utama penelitian ini adalah teridentifikasinya bentuk layanan perpustakaan P4TK BMTI Bandung sesuai dengan harapan pengguna dan pustakawan agar pemanfaatan perpustakaan dapat ditingkatkan. Secara khusus penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh pengguna dalam pemanfaatan perpustakaan yang berasal dari faktor internal perpustakaan.

b. Untuk mengidentifikasi harapan pengguna terhadap faktor-faktor internal yang mempengaruhi kualitas layanan perpustakaan.

c. Untuk mengidentifikasi bentuk dukungan unsur pimpinan terhadap perpustakaan sesuai dengan harapan pustakawan.

2. Manfaat penelitian


(9)

Darwis Sembiring, 2009

a. Dari aspek praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perbaikan pelayanan perpustakaan P4TK BMTI Bandung.

b. Dari aspek pengembangan ilmu, dapat dijadikan sebagai model dalam mengoptimalkan pemanfaatan perpustakaan pada lembaga-lembaga diklat bidang kependidikan.

D. Paradigma Penelitian

Penelitian ini berangkat dari permasalahan rendahnya tingkat pemanfaatan perpustakaan. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah karena selain dari pemborosan, juga dapat mempengaruhi tujuan yang telah ditetapkan oleh P4TK BMTI Bandung. Secara teoritis keberhasilan pemanfaatan perpustakaan sangat dipengaruhi oleh kondisi faktor internal yang mencakup sosok pustakawan ; relevansi, kemutakhiran, dan bahasa yang digunakan dalam bahan pustaka ; keberagaman pelayanan perpustakaan ; intensitas komunikasi antara pustakawan dengan pengguna ; aplikasi teknologi informasi ; fasilitas dan lokasi perpustakaan.

Faktor dukungan unsur pimpinan terhadap perpustakaan mencakup : pendanaan, posisi perpustakaan dalam struktur organisasi P4TK BMTI Bandung yang diharapkan oleh pustakawan dan bentuk dukungan moral yang diharapkan pustakawan dari pihak manajemen.

Semua subfaktor di atas dapat dikatakan sebagai penentu dalam keberhasilan misi sebuah perpustakaan. Oleh karena itu semua subfaktor itu harus selalu dalam keadaan perfect atau kondisinya harus terstandar dan sesuai dengan kebutuhan pimpinan, staf, dan widyaiswara sebagai pengguna dan pustakawan sebagai pengelola. Hanya persoalannya adalah selama ini tidak jelas bagaimana harapan pengguna dan pustakawan terhadap kedua faktor tersebut.


(10)

Melalui penelitian ini diharapkan akan teridentifikasi bentuk layanan yang diinginkan oleh pengguna dan bentuk dukungan dari unsur pimpinan yang diinginkan oleh pustakawan.

Untuk lebih jelasnya bagaimana pemikiran penulis dalam penelitian ini akan digambarkan pada diagram berikut ini.

Gambar 1.1 : Paradigma Penelitian

Tingkat pemanfaatan perpustakaan P4TK Bandung sangat rendah

Kondisi faktor internal perpustakaan sesuai dengan harapan pengguna : Sosok pustakawan ; kualitas koleksi ; keberagaman pelayanan perpustakaan ; komunikasi antara pustakawan dengan pengguna ; bentuk aplikasi teknologi informasi untuk perpustakaan ; fasilitasdan lokasi perpustakaan.

Bentuk dukungan unsur pimpinan terhadap perpustakaan sesuai dengan harapan pustakawan :

Pendanaan ; posisi perpustakaan dalam struktur organisasi internal ; dan bentuk dukungan moral yang diberikan

Studi dokumentasi Observasi Wawancara Angket Pedoman, Standar dan Teori Ilmu Perpustakaan Data Hasil Penelitian Bandingkan dan Analisis Hasil Penelitian Optimalisasi Pemanfaatan

Perpustakaan P4TK BMTI Bandung Sesuai dengan Harapan Pengguna dan Pustakawan

Fokus Penelitian

Masalah

Teknik Pengumpulan Data

Kendala-kendala dalam pemanfaatan perpustakaan


(11)

Darwis Sembiring, 2009

BAB III

METODODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian ini sering juga disebut sebagai metode penelitian naturalistik. Sebutan penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi obyek yang alamiah (natural setting). Sugiyono (2005 : 1) memberikan pengertian bahwa metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nasution (2003 : 5) mengatakan bahwa penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, Untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada di sana dalam waktu cukup lama. Apa yang dilakukan oleh peneliti kualitatif banyak persamaannya dengan detektif atau mata-mata, penjelajah, atau jurnalis yang juga terjun ke lapangan untuk mempelajari manusia tertentu dengan mengumpulkan data yang banyak.

Dalam penelitian ini yang diamati adalah pengguna, terutama perilakunya dalam mendapatkan informasi untuk menunjang tugas-tugas sehari-hari. Di samping dilakukan pengamatan tentunya juga akan dilakukan, wawancara, studi dokumentasi, dan juga penyebaran angket sebagai bahan bandingan atas data yang diperoleh.

Pengamatan yang sama juga akan dilakukan untuk pustakawan. Perilaku pustakawan akan diamati dalam melayani pengguna. Pengamatan akan dilakukan mulai dari cara mereka


(12)

menyambut pengguna, cara menjawab pertanyaan, proses pencarian informasi, sampai kepada pengguna meninggalkan perpustakaan. Selain dari pengamatan langsung, tentunya juga dilakukan wawancara. Pengumpulan data secara triangulasi ini sangat diperlukan untuk mengecek silang agar data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya.

B. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini sumber data dan teknik pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Sampel sumber data akan ditentukan dan akan mengutamakan sudut pandang dan bagaimana pendiriannya terhadap suatu kondisi.

Sesuai dengan judul penelitian Optimalisasi Pemanfaatan Perpustakaan Sesuai dengan Harapan Pengguna dan Pustakawan : Studi kasus di Perpustakaan P4TK BMTI Bandung maka yang dijadikan sampel dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pengguna dalam pemanfaatan perpustakaan, sumber datanya adalah widyaiswara, staf, dan kepala departemen. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara, studi dokumentasi, dan observasi. Di samping itu digunakan angket sebagai pembanding.

2. Untuk mengetahui harapan pengguna terhadap kondisi faktor internal yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan perpustakaan, sumber datanya adalah widyaiswara, staf, dan kepala departemen. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara, studi dokumentasi, dan angket sebagai pembanding.

1. Untuk mengetahui bentuk dukungan moral yang diberikan oleh unsur pimpinan kepada pustakawan, sumber datanya adalah pustakawan. Teknik pengumpulan datanya adalah studi dokumentasi dan wawancara.


(13)

Darwis Sembiring, 2009

C. Instrumen Penelitian

Seperti lazimnya penelitian kualitatif maka instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Nasution (2003 : 55) mengemukakan :

Dalam penelitian naturalistik kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan,bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti sendiri alat satu-satunya yang menghadapinya.

Kalaupun ada instrumen lain seperti angket sifatnya hanya pembanding. Instrumen pembanding tersebut dikembangkan setelah masalahnya telah jelas. Instrumen tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan bandingan dengan data lain yang diperoleh melalui proses wawancara, pengamatan, dan studi dokumentasi.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian kualitatif relatif lebih sulit ketimbang teknik analisis pada penelitian kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, data yang diperoleh umumnya adalah data kualitatif sehingga teknik analisis data yang digunakan polanya tidak jelas. Oleh karena itu teknik analisis data pada penelitian kualitatif sering dipandang sebagai seni, dilakukan secara intuitif dan memerlukan kreativitas.

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2005 : 208) menggambarkan langkah-langkah analisis data sebagai berikut :


(14)

Gambar 3.1 : Langkah-langkah Analisis Data

Analisis data dilakukan secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga tuntas, dan datanya jenuh. Sistematisasi analisis data dimulai dengan mereduksi data. Reduksi data dilakukan agar temuan-temuan mudah dibaca. Langkah berikutnya adalah membagi analisis ke dalam unit-unit analisis atas temuan agar memudahkan analisis data secara keseluruhan. Unit-unit analisis data disesuaikan dengan fokus penelitian mengenai Optimalisasi Pemanfaatan Perpustakaan yang Sesuai dengan Harapan Pengguna, yang mencakup bagaimana kondisi dan harapan pengguna/pustakawan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan dan pengelolaan perpustakaan.

Langkah berikutnya adalah dengan melakukan kategorisasi. Kategorisasi yang dilakukan mengacu kepada kerangka berpikir teoritis dan fokus penelitian. Sesuai dengan fokus penelitian ini, kategorisasi mencakup bagaimana kendala-kendala yang dihadapi

Data

Collection Data

Display

Conclusions : Drawing/Verifying Data


(15)

Darwis Sembiring, 2009

pengguna dalam pemanfaatan peprustakaan. Faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan pelayanan perpustakaan yang sesuai dengan harapan pengguna mencakup : sosok pustakawan, kualitas koleksi, keberagaman pelayanan, komunikasi antara pustakawan dengan pengguna, pemanfaatan teknologi informasi, sarana dan lokasi perpustakaan.

Bentuk dukungan unsur pimpinan terhadap perpustakaan sesuai dengan harapan pustakawan mencakup : pendanaan, kedudukan perpustakaan dalam struktur organisasi internal P4TK BMTI Bandung dan bentuk dukungan moral yang diberikan pihak manajemen terhadap pustakawan.

Setelah diketahui bagaimana harapan pengguna terhadap pelayanan perpustakaan, bagaimana harapan pustakawan terhadap dukungan pihak manajemen, dan dengan teridentifikasinya kendala-kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan perpustakaan, maka selanjutnya akan dianalisis dan dibandingkan dengan pedoman, standar, dan teori-teori ilmu perpustakaan. Hasil analisis akan teridentifikasi bagaimana cara mengoptimalkan pemanfaatan perpustakaan yang sesuai dengan harapan pengguna dan pustakawan.

E. Prosedur Penelitian

Agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik maka penulis telah menetapkan langkah-langkah atau prosedur yang harus diikuti. Prosedur tersebut dijadikan pedoman dan diupayakan dijalankan secara sistematis mulai dari awal kegiatan sampai berakhirnya penelitian. Untuk lebih jelasnya bagaimana prosedur penelitian yang dimaksud dapat dilihat pada diagram berikut ini :


(16)

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

Penyusunan Proposal Seminar Proposal Perbaikan Proposal

Persiapan Penelitian :

Kajian teoritis

Penyusunan kuesioner dan pedoman wawancara

Prasurvei ke lapangan

Mengurus perizinan Tahap Eksplorasi

Verifikasi Data

Pengecekan Validitas dan Reliabilitas Data

Kredibilitas Hasil Penelitian :

 Perpanjang waktu pengamatan

 Triangulasi

 Diskusi dengan rekan sejawat

Member check

Transferability

Reliabilitas

Analisis Data Hasil dan Kesimpulan


(17)

Darwis Sembiring, 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kendala-kendala yang dihadapi pengguna dalam pemanfaatan Perpustakaan P4TK BMTI Bandung yang berasal dari faktor internal perpustakaan adalah :

a. Kendala dari faktor pustakawan : pustakawan masih membeda-bedakan pengguna dalam pelayanan, belum konsisten dalam menerapkan aturan dan tata tertib perpustakaan, serta belum memberikan solusi alternatif bilamana informasi yang dibutuhkan pengguna tidak tersedia di Perpustakaan P4TK BMTI Bandung.

b. Kendala dari faktor koleksi : koleksi kurang relevan dengan kebutuhan pengguna, ketinggalan zaman (out of date), setengah jumlah koleksi berbahasa Inggris sedangkan pengguna belum mampu memahami teks bahasa Inggris dengan baik, dan perpustakaan tidak melanggan satu judul pun jurnal ilmiah dan majalah ilmiah. c. Kendala dari faktor komunikasi antara pengguna dengan pustakawan : pustakawan

tidak mengedarkan koleksi baru sehingga pengguna buta terhadap perkembangan koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan P4TK BMTI Bandung.

d. Kendala dari faktor penelusuran : pengguna menganggap bahwa penggunaan katalog secara manual tidak efisien dan petunjuk-petunjuk untuk memudahkan penelusuran di dalam rak tidak terpasang dengan lengkap dan kurang komunikatif.


(18)

e. Kendala dari faktor fasilitas : Perpustakaan P4TK BMTI Bandung tidak memiliki sama sekali perangkat keras sebagai alat penampil koleksi nonbuku yang jumlahnya mencapai 415 judul.

2. Harapan pengguna terhadap faktor internal yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan perpustakaan P4TK BMTI Bandung adalah sebagai berikut :

a. Sosok pustakawan : ramah, sabar, tidak diskriminatif, konsisten dalam menegakkan aturan dan tata tertib perpustakaan, merasa senang bila diminta bantuannya untuk mencari bahan pustaka/informasi, terampil, aktif dalam melakukan pelayanan, menunjukkan rasa empati bilamana tidak mampu memenuhi permintaan informasi dari pengguna, cepat tanggap terhadap kebutuhan informasi dari pengguna, dan memberikan solusi alternatif bilamana informasi yang dibutuhkan pengguna tidak tersedia di Perpustakaan P4TK BMTI Bandung.

b. Keadaan koleksi : relevan dengan kebutuhan pengguna, aktual, bentuk yang bervariasi, dan mengutamakan koleksi yang berbahasa Indonesia.

c. Keberagaman pelayanan : ketersediaan jasa layanan internet, jasa layanan penggunaan komputer, dan jasa layanan photocopy.

d. Penelusuran : katalog dikomputerisasi dan adanya petunjuk (guide) pada rak buku dengan lengkap dan komunikatif.

e. Bentuk komunikasi antara pengguna dengan pustakawan : adanya pemberitahuan secara rutin pertambahan koleksi baru kepada pengguna dan perlunya membentuk forum komunikasi antara pustakawan dengan pengguna.

f. Pengaplikasian teknologi informasi/komputerisasi : komputerisasi kegiatan administrasi dan pelayanan dan membangun perpustakaan maya.


(19)

Darwis Sembiring, 2009

g. Fasilitas : pembaruan fasilitas dengan mengutamakan fasilitas yang berhubungan dengan teknologi informasi.

h. Lokasi perpustakaan : supaya mudah dijangkau, pengguna mengharapkan agar dibangun di daerah pusat (center) P4TK BMTI Bandung.

3. Bentuk dukungan unsur pimpinan terhadap Perpustakaan P4TK BMTI Bandung sesuai dengan harapan pustakawan adalah sebagai berikut :

a. Pendanaan : penyediaan dana secara rutin dan memenuhi kebutuhan minimal perpustakaan.

b. Kedudukan perpustakaan dalam struktur organisasi internal : perpustakaan disejajarkan dengan seksi dan bidang yang membawahinya adalah yang menangani bidang pelatihan.

c. Bentuk dukungan moral yang diberikan oleh unsur pimpinan kepada pustakawan : adanya perhatian dengan melakukan kunjungan kerja secara rutin ke perpustakaan untuk membicarakan memecahkan masalah-masalah yang terjadi di perpustakaan.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Mengingat pustakawan masih membeda-bedakan pengguna dalam pelayanan, yakni dengan hanya memberlakukan denda keterlambatan pengembalian bahan pustaka kepada kelompok pengguna di luar staf dan widyaiswara, maka hendaknya kebijakan seperti ini secepatnya dirubah. Bagaimanapun dalam menerapkan aturan dan tata tertib yang dibuat oleh pustakawan ditujukan kepada semua pengguna tanpa ada pengecualian. Sudah merupakan kewajiban pustakawan untuk menjalankan secara konsisten perihal peraturan


(20)

yang dibuat sendiri. Pustakawan tidak bisa membeda-bedakan pengguna dalam pelayanan hanya karena kelompok staf dan widyaiswara menunjukkan sikap tidak senang apabila kena denda. Apabila diikutkan kemauan pengguna maka pada dasarnya semua pengguna tidak senang apabila kena denda. Oleh karena itu pustakawan harus tegas, karena pustakawan harus mengontrol dan mengatur peredaran koleksi. Apabila ada kelompok pengguna yang bebas dari denda maka dampaknya seperti yang terjadi sekarang bahwa jumlah buku yang terlambat dari tahun ke tahun semakin membengkak. Itu artinya bahwa hak-hak pengguna lain dalam memanfaatkan buku yang terlambat telah dikorbankan. Oleh karena itu penerapan denda keterlambatan pengembalian bahan pustaka harus diberlakukan kepada semua pengguna. Kalau tidak, maka pustakawan pun akan kehilangan kewibawaannya dimata semua pengguna atas inkonsistensi dan diskriminasi yang dilakukan dalam pelayanan.

2. Mengingat pustakawan belum memberikan solusi alternatif bilamana informasi yang diminta tidak tersedia di Perpustakaan P4TK BMTI Bandung, maka sebaiknya kepala perpustakaan melakukan pengontrolan rutin atas perilaku bawahannya dalam melayani pengguna. Selain dari pengontrolan maka sebaiknya untuk mencegah perilaku pustakawan yang tidak standar dalam pelayanan, hendaknya kepala perpustakaan secara rutin mengingatkan dan memberikan pengarahan baik dalam pertemuan-pertemuan rutin maupun pada waktu pagi sebelum memulai pelayanan.

Demikian pula dalam pemberian solusi alternatif, pustakawan harus menguasai sumber-sumber informasi yang ada di sekitar kota Cimahi dan Bandung, terutama yang berkaitan dengan informasi iptek. Untuk itu disarankan agar pustakawan juga membuat daftar alamat perpustakaan maya atau perpustakaan digital yang ada di kedua kota. Untuk ke


(21)

Darwis Sembiring, 2009

depannya disarankan pula agar Perpustakaan P4TK BMTI Bandung dapat bergabung dengan program Katalog Bersama yang diprakarsai oleh Humas Depdiknas, sehingga dengan cepat dapat diketahui keberadaan bahan pustaka di perpustakaan-perpustakaan lingkungan Depdiknas.

3. Mengingat kondisi koleksi kurang relevan dengan kebutuhan dan sudah ketinggalan zaman (out of date), maka jalan satu-satu mengatasi kedua persoalan tersebut adalah dengan memperbarui koleksi. Seperti sudah dibahas sebelumnya bahwa terjadinya irelevansi koleksi berhubungan erat dengan perubahan perkembangan iptek. Pada saat bahan pustaka diadakan, sebetulnya rata-rata koleksi sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Hanya persoalannya ketika iptek berkembang maka informasi yang ada dalam bahan pustaka terdahulu menjadi tidak relevan lagi digunakan, karena umurnya memang rata-rata di atas 20 tahun.

Dalam melakukan pembaruan koleksi nampaknya tidak bisa lagi dilakukan hanya dengan mengandalkan dana rutin yang jumlahnya relatif kecil. Apabila Perpustakaan P4TK BMTI Bandung ingin menyesuaikan koleksinya dengan perkembangan iptek maka akan memerlukan dana yang besar karena rata-rata koleksi dalam bidang itu sudah ketinggalan zaman. Oleh karena itu disarankan agar dalam upaya memperbarui koleksi dalam tahap pertama harus melibatkan semua sumber dana yang ada di P4TK BMTI Bandung, seperti dana rutin, dana proyek, dan dari sumber unit produksi lembaga. Apabila semua sumber dana tersebut dimanfaatkan maka besar kemungkinan upaya pembaruan koleksi dapat terwujud.

Di samping itu guna mengoptimalkan penggunaan dana yang sudah dianggarkan untuk perpustakaan, sebaiknya dana tersebut diserahkan langsung ke perpustakaan, agar


(22)

pustakawan bisa dengan bebas membelanjakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan. Kelemahan selama ini adalah dana yang telah dianggarkan tidak pernah diserahkan ke perpustakaan. Pembelian bahan pustaka memang dilakukan oleh pustakawan, tetapi tempat pembelanjaan hanya dapat dilakukan pada satu toko buku saja. Hal ini disebabkan karena hanya toko buku tersebut yang bersedia menerima pembayaran di belakang. Dampaknya adalah pustakawan sering memaksakan diri untuk membeli bahan pustaka tertentu pada toko yang telah ditentukan walaupun kualitasnya tidak seperti yang diharapkan.

Mengingat tidak semua pengguna mampu dengan baik memahami teks bahan pustaka yang berbahasa Inggris dengan baik, maka sangat wajar apabila Perpustakaan P4TK BMTI Bandung memprioritaskan bahan pustaka yang berbahasa Indonesia. Dalam menempuh kebijakan itu, hendaknya pustakawan tetap mempertimbangkan faktor kualitas. Artinya bahwa kalau pustakawan dihadapkan pada pilihan antara dua bahan pustaka dalam bidang yang sama dan kualitas yang sama, pustakawan dapat memprioritaskan bahan pustaka yang berbahasa Indonesia. Tetapi seandainya justru bahan pustaka yang berbahasa Inggris lebih baik, maka sebaiknya yang dipilih tetap yang berbahasa Inggris, karena walaupun pengguna tidak mampu memahami dengan baik tidak berarti mereka tidak paham sama sekali.

4. Perpustakaan P4TK BMTI Bandung sama sekali belum melanggan majalah ilmiah dan jurnal ilmiah. Kondisi ini jelas tidak wajar, mengingat P4TK BMTI Bandung merupakan lembaga diklat dan pengembangan yang tentunya sangat memerlukan informasi terbaru. Apalagi jenis Perpustakaan P4TK BMTI Bandung adalah perpustakaan khusus, maka lazimnya jurnal ilmiah dan majalah ilmiah termasuk jenis koleksi yang menjadi prioritas.


(23)

Darwis Sembiring, 2009

Dengan demikian maka sudah sewajarnya Perpustakaan P4TK BMTI Bandung mengadakan kedua jenis sumber informasi tesebut dengan berbagai cara. Apabila dana kurang mendukung maka pengadaan jurnal ilmiah dan majalah ilmiah tidak selalu harus dibeli, tetapi bisa melalui jalur exchange program. Melalui jalur ini setiap perpustakaan bisa memperoleh jurnal ilmiah dan majalah ilmiah sejumlah jurnal dan majalah yang kita kirimkan kepada anggota exchange program. Majalah yang diinginkan didapatkan terlebih dahulu diseleksi sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan majalah yang dikirimkan sangat mudah, yakni bisa berbahasa Indonesia asal setiap artikel mempunyai abstrak yang berbahasa Inggris dan diterbitkan secara rutin. Exchange program ini jelas bisa dimasuki oleh Perpustakaan P4TK BMTI Bandung karena P4TK BMTI telah memiliki jurnal ilmiah yang sudah memenuhi persyaratan tersebut.

5. Mengingat penggunaan katalog secara manual dianggap tidak efisien dalam penelusuran bahan pustaka maka sudah saatnya Perpustakaan P4TK BMTI Bandung melakukan komputerisasi katalognya. Melihat dari perkembangan penerapan teknologi informasi di perpustakaan, seharusnya Perpustakaan P4TK BMTI Bandung sudah lama melakukan komputerisasi katalognya. Apalagi penggunaan katalog berhubungan langsung dengan kepentingan pengguna dalam penelusuran bahan pustaka, maka komputerisasi katalog harus mendapat perhatian yang serius. Kepala perpustakaan dalam hal ini harus terus-menerus mendesak para pengambil keputusan agar komputerisasi katalog dapat segera terwujud.

6. Mengingat petunjuk-petunjuk untuk memudahkan penelusuran bahan pustaka di dalam rak tidak terpasang secara jelas dan lengkap, maka Perpustakaan P4TK BMTI Bandung harus segera memperbaiki petunjuk-petunjuk yang ada. Kelemahan petunjuk-petunjuk


(24)

yang ada adalah hanya mencantumkan nomor klasifikasi bahan pustaka yang termuat dalam satu rak. Misalnya untuk rak pertama petunjuknya adalah 000 AAB s.d. 150 DAR. Dengan hanya simbol seperti itu maka pengguna tidak mengetahui buku tentang apa saja yang termuat dalam rak pertama tersebut, karena selain dari tidak memahami maksa simbol 000 atau 150 juga tidak mengetahui bahwa di antara 000 s.d. 150 masih ada nomor yang tentunya juga mewakili ilmu-ilmu tertentu. Oleh karena itu dalam membuat petunjuk disarankan agar yang dicantumkan bukan hanya nomor klasifikasi tetapi juga displin ilmu yang mewakili nomor tersebut. Demikian pula setiap tingkatan rak harus ada petunjuk yang menyatakan buku apa disimpan dalam tingkatan rak tersebut.

7. Mengingat pustakawan tidak memberitahukan perkembangan koleksi baru di Perpustakaan P4TK BMTI Bandung, maka sebaiknya dibuat daftar tambahan koleksi baru dalam bentuk tercetak dan diedarkan kepada pengguna. Daftar tambahan koleksi dicetak secara periodik dan diedarkan dengan konsisten. Untuk menghemat dana, maka daftar tersebut dapat ditempel pada papan pengumuman yang sudah terpasang di setiap instalasi. Pendanaannya dapat dimanfaatkan dana bantuan kerja sama dengan Politeknik TEDC Bandung atau dana hasil denda keterlambatan pengembalian buku. Di samping itu perlu juga disarankan kepada tim pemeriksa internal dan eksternal ISO agar lebih teliti dalam pemeriksaan karena pembuatan dan pengedaran daftar tambahan koleksi baru termasuk kegiatan perpustakaan yang resmi masuk ISO.

8. Perpustakaan P4TK BMTI Bandung saat ini tidak memiliki sama sekali perangkat keras sebagai alat penampil koleksi nonbuku yang jumlahnya mencapai 415 judul. Untuk mengganti semua perangkat keras yang sudah rusak total nampaknya hanya pemborosan belaka karena selain harga-harganya relatif mahal, fungsi-fungsi bisa digantikan oleh


(25)

Darwis Sembiring, 2009

fasilitas lain yang harganya relatif murah seperti komputer dan VCD/DVD player. Hanya persoalannya semua perangkat lunak tersebut tentunya tidak bisa secara langsung ditampilkan melalui komputer atau VCD/DVD player. Oleh karena itu disarankan agar Perpustakaan P4TK BMTI Bandung mengupayakan agar materi yang ada dalam koleksi nonbuku tersebut terlebih dahulu dialihkan ke dalam bentuk VCD/DVD atau secara langsung ke program-program komputer. Dengan cara itu maka pergantian berbagai perangkat keras dapat dilakukan dengan relatif murah, karena perpustakaan tinggal mengadakan komputer dan VCD/DVD player.

9. Mengingat kedudukan perpustakaan dalam struktur organisasi internal terlalu rendah dan ditempatkan di bawah bidang yang tidak sesuai dengan tupoksi perpustakaan, maka sebaiknya pihak pengambil keputusan pada P4TK BMTI Bandung mempertimbangkan agar kedudukan perpustakaan disejajarkan dengan seksi dan dipindahkan ke dalam bidang yang menangani pelatihan sesuai dengan harapan pustakawan.


(26)

(27)

Darwis Sembiring, 2009

Daftar Kepustakaan

Ashworth, Wilfred (1982). Special Librarianship. London : Clive Bingley.

Cabeceiras, James (1982). The Multimedia Library : Materials Selection and Use. New York : Academic Press.

Darmono (2001). Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Grasindo.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan Nasional (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. Jakarta : Depdiknas.

Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan - Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2007). Standar Kualifikasi dan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Ditjen PMPTK. Direktorat Pendidikan Tinggi (1994). Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. Jakarta :

Direktorat Pendidikan Tinggi.

Echols, John M. Dan Hassan Shadily (1980). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia. Grolier Incorporated (1984). The New Book of Knowledge. California : Grolier.

Guralnik, David B. (ed.) (1980). Webster’s New World Dictionary of the American Language, Second College Edition. Ohio : William Collins.

Hamakonda, Towa P dan JNB Tairas (1999). Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta : Gramedia.

Harrison, Colin & Rosemary Oates (1981). The Basic of Librarianship. New Delhi : Oxford & IBH Publishing.

Harrod, L.M. (1982). The Librarians’ Glossary of Terms Used in Librarianship, Documentation, and the Book Crafts and Reference Book. Hamshire : Gower.

http://dictionary.reference.com. Diakses 12 Juli 2008.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2005). Indikator Kinerja Perpustakaan Berdasarkan Standar Internasional. Jakarta : LIPI.

Lien, Diao Ai. (2004). Media Pustakawan Vol. IX, No. 3-4, September 2004. Jakarta : Perpustakaan Nasional.


(28)

_______ (1981). The Macquarie Dictionaries. New South Wales : Macquarie Library.

www.answer.yahoo.com. Diakses 28 Juni 2009.

Mudyana, Engking dan Zultanawar (1980). Jasa Penelusuran Literatur Sekunder. Bandung : Perpustakaan Sentral LIPI.

Nasution, AS. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. _______ (1984). The New Book of Knowledege, Vol. 11. California : Grolier Incorporated. Nolker, Helmut dan Eberhard Schoenfeldt (1983). Pendidikan Kejuruan : Pengajaran,

Kurikulum, Perencanaan. Jakarta : Gramedia.

Pakpahan, J. (1992). Memorandum Akhir Tugas J.Pakpahan sebagai Kepala PPPG Teknologi Bandung. Bandung : PPPG Teknologi Bandung.

Perpustakaan Nasional RI. (2002). Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus. Jakarta : Perpusnas.

Page, G. Terry , J B. Thomas, A R. Marshall (1977). International Dictionary of Education. New York : Nichols Publishing.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2009). Rencana Strategis PPPPTK Tahun 2010-2014. Bandung : PPPPTK.

Riduwan (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung Alfabeta. Sugiyono (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sulistyo-Basuki (1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Surachman, Arif (2005). Pengelolaan Perpustakaan Khusus. Disampaikan pada Seminar Jurusan

Seni Kriya, Institut Seni Indonesia, 31 Agustus 2005.

Sutarno NS (2004). Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan. Jakarta : Samitra Media Utama.

www.answer.yahoo.com. Diakses 28 Juni 2009.

Yusuf, M. Pawit (2008). Pengenalan Program Aplikasi Database Design untuk Perpustakaan. Bandung : Kopertis Wilayah III Jawa Barat.


(1)

Dengan demikian maka sudah sewajarnya Perpustakaan P4TK BMTI Bandung mengadakan kedua jenis sumber informasi tesebut dengan berbagai cara. Apabila dana kurang mendukung maka pengadaan jurnal ilmiah dan majalah ilmiah tidak selalu harus dibeli, tetapi bisa melalui jalur exchange program. Melalui jalur ini setiap perpustakaan bisa memperoleh jurnal ilmiah dan majalah ilmiah sejumlah jurnal dan majalah yang kita kirimkan kepada anggota exchange program. Majalah yang diinginkan didapatkan terlebih dahulu diseleksi sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan majalah yang dikirimkan sangat mudah, yakni bisa berbahasa Indonesia asal setiap artikel mempunyai abstrak yang berbahasa Inggris dan diterbitkan secara rutin. Exchange program ini jelas bisa dimasuki oleh Perpustakaan P4TK BMTI Bandung karena P4TK BMTI telah memiliki jurnal ilmiah yang sudah memenuhi persyaratan tersebut.

5. Mengingat penggunaan katalog secara manual dianggap tidak efisien dalam penelusuran bahan pustaka maka sudah saatnya Perpustakaan P4TK BMTI Bandung melakukan komputerisasi katalognya. Melihat dari perkembangan penerapan teknologi informasi di perpustakaan, seharusnya Perpustakaan P4TK BMTI Bandung sudah lama melakukan komputerisasi katalognya. Apalagi penggunaan katalog berhubungan langsung dengan kepentingan pengguna dalam penelusuran bahan pustaka, maka komputerisasi katalog harus mendapat perhatian yang serius. Kepala perpustakaan dalam hal ini harus terus-menerus mendesak para pengambil keputusan agar komputerisasi katalog dapat segera terwujud.

6. Mengingat petunjuk-petunjuk untuk memudahkan penelusuran bahan pustaka di dalam rak tidak terpasang secara jelas dan lengkap, maka Perpustakaan P4TK BMTI Bandung harus segera memperbaiki petunjuk-petunjuk yang ada. Kelemahan petunjuk-petunjuk


(2)

yang ada adalah hanya mencantumkan nomor klasifikasi bahan pustaka yang termuat dalam satu rak. Misalnya untuk rak pertama petunjuknya adalah 000 AAB s.d. 150 DAR. Dengan hanya simbol seperti itu maka pengguna tidak mengetahui buku tentang apa saja yang termuat dalam rak pertama tersebut, karena selain dari tidak memahami maksa simbol 000 atau 150 juga tidak mengetahui bahwa di antara 000 s.d. 150 masih ada nomor yang tentunya juga mewakili ilmu-ilmu tertentu. Oleh karena itu dalam membuat petunjuk disarankan agar yang dicantumkan bukan hanya nomor klasifikasi tetapi juga displin ilmu yang mewakili nomor tersebut. Demikian pula setiap tingkatan rak harus ada petunjuk yang menyatakan buku apa disimpan dalam tingkatan rak tersebut.

7. Mengingat pustakawan tidak memberitahukan perkembangan koleksi baru di Perpustakaan P4TK BMTI Bandung, maka sebaiknya dibuat daftar tambahan koleksi baru dalam bentuk tercetak dan diedarkan kepada pengguna. Daftar tambahan koleksi dicetak secara periodik dan diedarkan dengan konsisten. Untuk menghemat dana, maka daftar tersebut dapat ditempel pada papan pengumuman yang sudah terpasang di setiap instalasi. Pendanaannya dapat dimanfaatkan dana bantuan kerja sama dengan Politeknik TEDC Bandung atau dana hasil denda keterlambatan pengembalian buku. Di samping itu perlu juga disarankan kepada tim pemeriksa internal dan eksternal ISO agar lebih teliti dalam pemeriksaan karena pembuatan dan pengedaran daftar tambahan koleksi baru termasuk kegiatan perpustakaan yang resmi masuk ISO.

8. Perpustakaan P4TK BMTI Bandung saat ini tidak memiliki sama sekali perangkat keras sebagai alat penampil koleksi nonbuku yang jumlahnya mencapai 415 judul. Untuk mengganti semua perangkat keras yang sudah rusak total nampaknya hanya pemborosan belaka karena selain harga-harganya relatif mahal, fungsi-fungsi bisa digantikan oleh


(3)

fasilitas lain yang harganya relatif murah seperti komputer dan VCD/DVD player. Hanya persoalannya semua perangkat lunak tersebut tentunya tidak bisa secara langsung ditampilkan melalui komputer atau VCD/DVD player. Oleh karena itu disarankan agar Perpustakaan P4TK BMTI Bandung mengupayakan agar materi yang ada dalam koleksi nonbuku tersebut terlebih dahulu dialihkan ke dalam bentuk VCD/DVD atau secara langsung ke program-program komputer. Dengan cara itu maka pergantian berbagai perangkat keras dapat dilakukan dengan relatif murah, karena perpustakaan tinggal mengadakan komputer dan VCD/DVD player.

9. Mengingat kedudukan perpustakaan dalam struktur organisasi internal terlalu rendah dan ditempatkan di bawah bidang yang tidak sesuai dengan tupoksi perpustakaan, maka sebaiknya pihak pengambil keputusan pada P4TK BMTI Bandung mempertimbangkan agar kedudukan perpustakaan disejajarkan dengan seksi dan dipindahkan ke dalam bidang yang menangani pelatihan sesuai dengan harapan pustakawan.


(4)

(5)

Daftar Kepustakaan

Ashworth, Wilfred (1982). Special Librarianship. London : Clive Bingley.

Cabeceiras, James (1982). The Multimedia Library : Materials Selection and Use. New York : Academic Press.

Darmono (2001). Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Grasindo.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan Nasional (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. Jakarta : Depdiknas.

Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan - Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2007). Standar Kualifikasi dan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Ditjen PMPTK. Direktorat Pendidikan Tinggi (1994). Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. Jakarta :

Direktorat Pendidikan Tinggi.

Echols, John M. Dan Hassan Shadily (1980). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia. Grolier Incorporated (1984). The New Book of Knowledge. California : Grolier.

Guralnik, David B. (ed.) (1980). Webster’s New World Dictionary of the American Language, Second College Edition. Ohio : William Collins.

Hamakonda, Towa P dan JNB Tairas (1999). Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta : Gramedia.

Harrison, Colin & Rosemary Oates (1981). The Basic of Librarianship. New Delhi : Oxford & IBH Publishing.

Harrod, L.M. (1982). The Librarians’ Glossary of Terms Used in Librarianship, Documentation, and the Book Crafts and Reference Book. Hamshire : Gower.

http://dictionary.reference.com. Diakses 12 Juli 2008.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2005). Indikator Kinerja Perpustakaan Berdasarkan Standar Internasional. Jakarta : LIPI.


(6)

_______ (1981). The Macquarie Dictionaries. New South Wales : Macquarie Library. www.answer.yahoo.com. Diakses 28 Juni 2009.

Mudyana, Engking dan Zultanawar (1980). Jasa Penelusuran Literatur Sekunder. Bandung : Perpustakaan Sentral LIPI.

Nasution, AS. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. _______ (1984). The New Book of Knowledege, Vol. 11. California : Grolier Incorporated. Nolker, Helmut dan Eberhard Schoenfeldt (1983). Pendidikan Kejuruan : Pengajaran,

Kurikulum, Perencanaan. Jakarta : Gramedia.

Pakpahan, J. (1992). Memorandum Akhir Tugas J.Pakpahan sebagai Kepala PPPG Teknologi Bandung. Bandung : PPPG Teknologi Bandung.

Perpustakaan Nasional RI. (2002). Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus. Jakarta : Perpusnas.

Page, G. Terry , J B. Thomas, A R. Marshall (1977). International Dictionary of Education. New York : Nichols Publishing.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2009). Rencana Strategis PPPPTK Tahun 2010-2014. Bandung : PPPPTK.

Riduwan (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung Alfabeta. Sugiyono (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sulistyo-Basuki (1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Surachman, Arif (2005). Pengelolaan Perpustakaan Khusus. Disampaikan pada Seminar Jurusan

Seni Kriya, Institut Seni Indonesia, 31 Agustus 2005.

Sutarno NS (2004). Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan. Jakarta : Samitra Media Utama.

www.answer.yahoo.com. Diakses 28 Juni 2009.

Yusuf, M. Pawit (2008). Pengenalan Program Aplikasi Database Design untuk Perpustakaan. Bandung : Kopertis Wilayah III Jawa Barat.